Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 PREDIKSI PRODUKSI IKAN LELE DI KABUPATEN SLEMAN DENGAN MODEL NEURO FUZZY Putri Kartika Sari1), Agus Maman Abadi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 2) Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Email: [email protected], [email protected] Abstrak Produksi perikanan merupakan salah satu sektor produksi yang berpengaruh besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. Dalam lingkup lokal, terdapat juga kegiatan produksi perikanan di beberapa provinsi atau kabupaten di Indonesia. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memprediksi produksi ikan lele di Kabupaten Sleman dengan menggunakan model neuro fuzzy Sugeno dengan fuzzy modeling networks (FMN) tipe II. Pada penelitian ini, prediksi produksi ikan lele hanya didasarkan pada data produksi ikan lele sebelumnya. Prosedur pemodelan neuro fuzzy Sugeno melalui pembelajaran jaringan syaraf backpropagation fuzzy modelling networks (FMN) tipe II, yaitu; pemilihan variabel input-output dan data pelatihan. Setelah variabel ditetapkan, variabel diseleksi dengan cara mengeliminasi variabel-variabel yang tidak diperlukan dan mempertahankan variabel-variabel yang memberikan korelasi yang cukup signifikan terhadap variabel output. Selanjutnya, data training dan testing dikelompokkan (cluster) dengan metode Fuzzy C-Means (FCM). Kemudian dilakukan pembelajaran jaringan syaraf yang berhubungan dengan bagian anteseden (bagian IF) dan bagian konsekuen (bagian THEN) pada aturan-aturan inferensi fuzzy. Bagian konsekuen (bagian THEN) disederhanakan dengan menggunakan metode eliminasi backward dengan dihasilkan f . Langkah terakhir, menentukan output akhir jaringan berupa nilai konstan. Setelah itu, untuk mengetahui tingkat keakuratan pemodelan NFS dapat dilihat dari nilai MAPE jaringan. Model NFS diterapkan untuk data produksi ikan lele pada periode tahun 2004 sampai tahun 2011. Hasil penelitian diperoleh bahwa model terbaik untuk prediksi produksi ikan lele di Kabupaten Sleman dengan model NFS menghasilkan nilai MAPE sebesar 124,07% untuk data training dan 45,24% untuk data testing. Kata kunci: produksi lele, neuro fuzzy, prediksi, neural fuzzy systems, fuzzy c-means PENDAHULUAN Di Indonesia, produksi perikanan merupakan salah satu sektor produksi yang berpengaruh besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. Dalam lingkup lokal, terdapat juga kegiatan produksi perikanan di beberapa provinsi atau kabupaten di Indonesia. Salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi ikan lele adalah Kabupaten Sleman. Salah satu produksi ikan yang dominan dan berkembang pesat selama 5 tahun terkahir adalah ikan lele. Tetapi akhir-akhir ini, produksi ikan lele di Sleman masih jauh di bawah kebutuhan pasar lele di DIY. Hal ini disebabkan karena mahalnya harga pakan lele, sehingga biaya produksi pun meningkat tajam. Biaya produksi yang harus dihabiskan untuk pakan lele besarnya mencapai 70 persen, sedangkan untuk pembelian benih bisa mencapai 12 persen. Jika harga pakan akan selalu mahal, maka itu dapat mengakibatkan produksi lele tidak akan berkembang. Produksi lele yang tidak dikendalikan dengan baik akan berdampak pada merosotnya M-1 Putri Kartika Sari1), Agus Maman Abadi 2)/ Prediksi Produksi Ikan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, prediksi produksi lele pada masa yang akan datang sangat diperlukan untuk menyusun kebijakan ekonomi di masa mendatang. Penelitian Sri Mulyana (2007) untuk mengetahui prediksi jumlah produksi benih ikan dengan logika fuzzy yang dipengaruhi oleh faktor ukuran (panjang dan bobot), fekunditas (tipe, produktifitas, makanan) dan daya tetas (kadar oksigen, pH, suhu). Selanjutnya, penelitian Tajerin (2007) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas produk yang dihasilkan adalah luas kolam, benih ikan, pakan lele, dan tenaga kerja manusia. Kemudian dengan perkiraan koefisien elastisitas menggunakan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas oleh Suharso, dkk (2006), menyatakan bahwa pengembangan produksi ikan sangat ditentukan oleh sumberdaya perikanan laut dan peluang pasar. Sedangkan penelitian Novie Fajar Ismanto (2009) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor internal (potensi sumber daya alam) dan eksternal (permintaan pasar) yang sangat kuat mempengaruhi perkembangan budidaya lele di Kabupaten Bogor yang disusun dalam bentuk matriks TOWS yang kemudian di analisis menggunakan QSPM. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lele di Kabupaten Bandung menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menunjukkan variabel independen yang mempengaruhi jumlah produksi lele secara signifikan adalah tenaga kerja, kebutuhan pakan dan penggunaan vitamin oleh Rega Yanuar Caprisa (2009). Salah satu cara untuk memodelkan produksi ikan lele di Kabupaten Sleman adalah dengan model neuro fuzzy. Neuro fuzzy merupakan penggabungan dari jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network) dan logika fuzzy. Jaringan syaraf tiruan adalah suatu struktur yang meniru keberadaan sel-sel syaraf (neuron) sebagaimana dalam otak manusia. Logika fuzzy adalah pemakaian fungsi keanggotaan untuk menentukan seberapa besar suatu predikat memenuhi suatu fungsi. Pada neuro fuzzy, jaringan dilatih menggunakan algoritma pembelajaran jaringan syaraf dan kemudian struktur jaringan dinyatakan dalam beberapa aturan fuzzy. Model neuro fuzzy memiliki kemampuan aproksimasi fungsi oleh logika fuzzy dan kemampuan proses belajar oleh jaringan neural. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana memprediksi produksi ikan lele di Kabupaten Sleman dengan model neuro fuzzy. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model neuro fuzzy yang dapat memprediksi produksi ikan lele di Kabupaten Sleman. Bagi Dinas yang berwenang mengatur produksi lele di Kabupaten Sleman, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun dan menetapkan kebijakan dari hasil prediksi produksi ikan lele. Bagi kalangan akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat, sehingga dapat menambah wawasan mengenai perkembangan produksi ikan lele di Kabupaten Sleman dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan research and development pada model Neural Fuzzy System (NFS). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: 1) Pengambilan data sekunder produksi ikan lele di Kabupaten Sleman periode tahun 2004 sampai tahun 2011. Data disajikan dalam bentuk produksi tiap triwulan. 2) Studi pustaka mengenai sistem fuzzy dan jaringan syaraf tiruan yang digunakan untuk merancang model Neural Fuzzy System (NFS). 3) Studi pustaka mengenai system neuro fuzzy untuk memprediksi produksi ikan lele di Kabupaten Sleman. 4) Perancangan model neuro fuzzy, meliputi: penetapan variabel input yang signifikan, penetapan target output, dan penetapan parameter yang digunakan untuk membangun jaringan. 5) Pembuatan program NFS dengan menggunakan bahasa pemrograman MATLAB 7. M-2 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 6) 7) 8) 9) Membangun jaringan berdasarkan data training, kemudian jaringannya diujikan dengan data testing. Menghitung tingkat keakuratan dari masing-masing hasil output jaringan yang diperoleh. Seleksi model terbaik dari prediksi produksi ikan lele berdasarkan besarnya galat dari masing-masing model. Membuat kesimpulan dan saran dari keseluruhan proses yang dilakukan. PEMBAHASAN Sistem Fuzzy Fuzzy didefinisikan sebagai sesuatu yang kabur atau samar, tidak jelas, membingungkan tetapi istilah sistem fuzzy tidak dimaksudkan untuk mengacu pada sebuah sistem yang tidak jelas (kabur/samar – samar) definisi, cara kerjanya, atau deskripsinya. Sistem fuzzy didasarkan pada teori logika fuzzy. Logika fuzzy digunakan untuk merepresentasikan suatu nilai ke dalam suatu bahasa linguistik. Tiga hal yang diperlukan untuk memahami dasar-dasar logika fuzzy, yaitu: himpunan fuzzy, fungsi keanggotaan, dan operasi logika. Teori himpunan fuzzy diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Himpunan fuzzy à pada semesta pembicaraan X dapat didefinisikan sebagai sebuah himpunan pasangan terurut, à = {(x, 𝜇𝐴 (𝑥))| 𝑥 ∈ 𝑋} (1) dengan 𝜇𝐴 (𝑥) adalah derajat keanggotaan x di à yang memetakan 𝑋 ke ruang keanggotaan M yang terletak pada rentang [0, 1]. Bila himpunan fuzzy 𝐴̂ dari himpunan universal X , maka derajat keanggotaan dari suatu elemen x dapat dinyatakan oleh suatu fungsi keanggotaan. Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya yang diperoleh melalui pendekatan fungsi. Fungsi keanggotaan memetakan suatu elemen x ke derajat keanggotaannya dalam interval tertutup antara nol sampai satu. Secara matematis pernyataan tersebut dapat dituliskan (Klir dkk, 1997:75): A : X [0,1] (2) Beberapa fungsi keanggotaan yang sering digunakan adalah: representasi linear naik, representasi linear turun, kurva segitiga, kurva trapesium, kurva bentuk bahu, kurva–S pertumbuhan, kurva–S penyusutan, dan kurva bentuk lonceng (kurva PI, kurva beta, kurva Gauss). Model operator fuzzy terdiri atas 2 operator, yaitu operator-operator dasar yang dikemukakan oleh Zadeh (AND, OR, NOT) dan operator-operator alternatif yang dikembangkan dengan menggunakan konsep transformasi tertentu (transformasi aritmetika dan transformasi fungsi yang lebih kompleks). Operasi AND berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan berikut: 𝜇𝐴∩𝐵 = min(𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑦)) (3) Operasi OR berhubungan dengan operasi union pada himpunan berikut: 𝜇𝐴∪𝐵 = max(𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑦)) (4) Operasi NOT berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan berikut: 𝜇𝐴′ = 1 − 𝜇𝐴 (𝑥) (5) Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau jaringan neural artificial merupakan salah satu representasi buatan (tiruan) dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:69). Seperti halnya otak manusia, jaringan syaraf juga terdiri dari beberapa neuron. Informasi (input) akan dikirim ke neuron dengan bobot kedatangan tertentu. Kemudian input akan diproses oleh suatu fungsi perambatan yang akan menjumlahkan nilai-nilai semua bobot yang datang. Hasil penjumlahan ini akan dibandingkan dengan suatu nilai ambang (threshold) tertentu melalui fungsi aktivasi. Fungsi aktivasi yang sering M-3 Putri Kartika Sari1), Agus Maman Abadi 2)/ Prediksi Produksi Ikan digunakan dalam jaringan syaraf tiruan, antara lain; fungsi undak biner, bipolar, linear, saturating linear, symetric saturating linear, sigmoid biner, dan sigmoid bipolar. Terdapat tiga macam arsitektur jaringan syaraf, yaitu jaringan dengan lapisan tunggal, jaringan dengan banyak lapisan dan jaringan dengan lapisan kompetitif Jaringan syaraf sederhana dengan fungsi aktivasi ditunjukkan dalam Gambar 1 berikut ini. 𝒙𝟏 𝒘𝟏 𝒙𝟐 ∑ 𝒘𝟐 y_in F y 𝒘𝑵 𝒙𝑵 Gambar 1. Jaringan Syaraf Sederhana Penelitian ini menggunakan jaringan syaraf dengan lapisan tunggal, dimana ciri-ciri dari arsitektur ini adalah hanya terdiri dari satu lapisan input dan satu lapisan output, tanpa lapisan tersembunyi. Proses belajar jaringan dengan lapisan tunggal menggunakan metode pembelajaran terawasi (supervised learning), yaitu algoritma backpropagation yang didasari atas aturan koreksi kesalahan. Neural Fuzzy Systems (NFS) Neural fuzzy system (NFS) dirancang untuk merealisasikan proses penalaran fuzzy, dimana bobot-bobot yang terhubung pada jaringan syaraf berhubungan dengan parameterparameter penalaran fuzzy. Dengan menggunakan algoritma backpropagation, NFS dapat mengidentifikasi aturan fuzzy dan melatih fungsi keanggotaan dari penalaran fuzzy (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:297). Sistem NFS menggunakan jaringan syaraf sebagai pengendali penalaan fuzzy. Konsep dasar dari pemakaian jaringan syaraf sebagai pengendali penalaran fuzzy adalah menggunakan jaringan syaraf untuk merealisasikan membangkitkan sistem inferensi fuzzy model Sugeno baik pada bagian anteseden maupun bagian konsekuen (melakukan inferensi) (Lin,1996). Metode pemodelan fuzzy yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fuzzy Modelling Networks (FMN) tipe II dimana konsekuen pada aturan fuzzy berupa suatu konstanta (f). Menurut Horikawa (1992), FMN mengidentifikasikan aturan-aturan fuzzy dan fungsi keanggotaan secara otomatis dengan cara memodifikasi bobot-bobot jaringan syaraf melalui algoritma pembelajaran backpropagation (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:334). Format aturan untuk FMN Tipe II adalah (Lin, 1996): 𝑅 𝑖 : 𝐼𝐹𝑥1 𝑖𝑠 𝐴𝑖1 𝐴𝑁𝐷 𝑥2 𝑖𝑠 𝐴𝑖2 , 𝑇𝐻𝐸𝑁 𝑦 𝑖𝑠 𝑓𝑖 , (6) 𝑖 = 1,2, … , 𝑟; y* = ∑𝑟𝑖=1 𝜇𝑖 𝑓𝑖 ∑𝑟𝑖=1 𝜇𝑖 = ∑𝑟𝑖=1 𝜇̂ 𝑖 𝑓𝑖 (7) Langkah-langkah pemodelan dengan NFS adalah sebagai berikut (Lin,1996): a) Pemilihan variabel input - output Langkah pertama pemodelan NFS adalah membagi data menjadi dua, yaitu data training dan testing berdasarkan komposisi pembagian yang dipilih. Misalkan terdapat N pasangan data input dan output, data tersebut dibagi menjadi N t data pelatihan dan Nc data pengujian dengan Nt Nc N . Calon variabel input, x j , j 1, 2,..., n , akan ditetapkan variabelM-4 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 variabel input yang relevan, x j , j 1, 2,..., m , yang berhubungan output yi , i 1, 2,..., N , b) c) dengan menggunakan jaringan backpropagation. Untuk menentukan variabel input yang relevan, digunakan metode eleminasi backward dengan fungsi biaya Sum Square Error (SSE). Pengelompokan (clustering) data pelatihan dan pengujian Data training dan testing dibagi menjadi r kelas dengan menggunakan metode pengelompokkan FCM. Fuzzy c-means (FCM) adalah suatu teknik pengelompokkan data yang mana keberadaan tiap-tiap data dalam suatu cluster ditentukan oleh nilai keanggotaan (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:300). Hasil pengelompokkan akan menghasilkan r buah aturan R s , s 1, 2,..., r . Tujuan pengelompokkan data adalah mengelompokkan data berdasarkan kemiripan sifat atau karakteristik. Pembelajaran jaringan syaraf yang berhubungan dengan bagian anteseden (bagian IF) pada aturan-aturan inferensi fuzzy Pada bagian ini, untuk setiap data pelatihan dan pengujian ditentukan nilai 𝑚𝑖 = (𝑚1𝑖 , 𝑚𝑖2 , … , 𝑚𝑖𝑟 ), i 1, 2,..., Nt untuk data pelatihan dan i 1, 2,..., Nc untuk data pengujian, dengan ketentuan sebagai berikut (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:313): 1; 𝑘 = 𝑠 𝑚𝑖𝑘 = { (8) 0; 𝑘 ≠ 𝑠 dengan 𝑚𝑖𝑘 adalah derajat keanggotaan data ke-i pada himpunan tegas kelas k . Kemudian derajat keanggotaan setiap data pelatihan dan pengujian diperoleh sebagai output jaringan yang telah dilatih sebagai berikut (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:313): s As ( xi ) mˆ ; i 1, 2,..., N ; s 1, 2,..., r i d) e) f) (9) Pembelajaran jaringan syaraf yang berhubungan dengan bagian konsekuen (bagian THEN) pada aturan-aturan inferensi fuzzy. Pembelajaran jaringan syaraf dilakukan pada bagian THEN dari 𝑅 𝑠 dengan input 𝑥 = 𝑆 𝑆 𝑆 (𝑥𝑖1 , 𝑥𝑖2 , … , 𝑥𝑖𝑚 ) dan target output 𝑦𝑖𝑆 , i 1, 2,..., N s . Selanjutnya, hasil pelatihan akan 𝑆 𝑆 𝑆 diujikan pada data pengujian dengan input 𝑥 = (𝑥𝑖1 , 𝑥𝑖2 , … , 𝑥𝑖𝑚 ), i 1, 2,..., Nc untuk mendapatkan nilai SSE sebagai berikut (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:313): nc 𝑆 [𝑦𝑖 − 𝜇𝑆 (𝑥𝑖 )𝜇𝐴𝑆 (𝑥𝑖 )]2 𝐸𝑚 = ∑𝑖=1 (10) Penyederhanaan bagian konsekuen (bagian THEN) menggunakan metode eliminasi backward Penyederhanaan bagian konsekuen dilakukan dengan mengeleminasi variabel yang tidak terlalu berpengaruh dan kemudian melatih jaringan kembali untuk mendapatkan nilai SSE 𝑆𝑃 (𝐸𝑚−1 ) sebagai berikut (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:314): Nc 𝑆𝑃 [𝑦𝑖 − 𝜇𝑆 (𝑥̂𝑖 )𝜇𝐴𝑆 (𝑥̂𝑖 )]2 ; 𝑝 = 1,2, … , 𝑚. 𝐸𝑚−1 = ∑𝑖=1 (11) dengan 𝑥𝑖 = (𝑥𝑖,1 ; … ; 𝑥𝑖,𝑝−1 ; 𝑥𝑖,𝑝+1 ; … ; 𝑥𝑖𝑚 ). Penentuan output akhir Output akhir jaringan, 𝑦 ∗𝑖 dapat diperoleh sebagai berikut (Sri Kusumadewi dan Sri Hartati, 2010:314): 𝑦 ∗𝑖 = ∑𝑟𝑆=1 𝜇𝐴𝑆 (𝑥𝑖 )𝜇𝑆 (𝑥𝑖 ) ;𝑖 ∑𝑟𝑆=1 𝜇𝐴𝑆 (𝑥𝑖 ) = 1,2, … , 𝑁 (12) Hasil Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi ikan lele di Kabupaten Sleman periode tahun 2004 sampai tahun 2011. Banyaknya data adalah 32 data yang akan dibagi menjadi dua, yaitu data training dan data testing yang masing-masing memiliki komposisi pembagian yakni 75% untuk data training dan 25% untuk data testing. Peneliti menggunakan dua M-5 Putri Kartika Sari1), Agus Maman Abadi 2)/ Prediksi Produksi Ikan model, yaitu model 1 menggunakan data produksi ikan lele satu triwulan sebelumnya ( x(t 1) ) dan model 2 menggunakan data produksi empat triwulan sebelumnya ( x( t 4) ) sebagai input untuk memprediksi produksi ikan lele ( y (t )) . Proses pembelajaran pada penelitian ini menggunakan algoritma backpropagation levenberg marquardt dengan parameter maksimum epoh 1000, laju pembelajaran 1 dan tolerasi error 106 . Data training dan data testing dikelompokkan menjadi dua kelas. Keakuratan model NFS untuk prediksi produksi ikan dapat dilihat dari nilai MAPE yang dihasilkan oleh output jaringannya. Tabel 1. MAPE untuk Data Training dan Data Testing Menggunakan Model Neural Fuzzy Systems MAPE (%) Banyak No Model Input Data Training Data Testing 1 1 1 137,14 93,94 2 2 1 124,07 45,24 Grafik antara nilai target dengan output jaringan untuk model 1 dan model 2 dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. 2000 data real output jaringan 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0 5 10 15 20 25 Gambar 2. Grafik Nilai Target dengan Output Jaringan Model 1 3000 data real output jaringan 2500 2000 1500 1000 500 0 -500 0 5 10 15 20 25 Gambar 3. Grafik Nilai Target dengan Output Jaringan Model 2 M-6 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai model neuro fuzzy, yaitu model NFS (neural uzzy systems) yang diterapkan pada data produksi ikan lele periode tahun 2004 sampai tahun 2011, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model terbaik untuk data prediksi produksi ikan lele menurut MAPE terkecil pada data training dan data testing adalah model kedua dengan input model berdasarkan data produksi ikan lele empat bulan sebelumnya ( x( t 4) ) . Model kedua menghasilkan nilai MAPE sebesar 124,07% untuk data training dan 45,24% untuk data testing. Saran Dalam penelitian ini, penulis melakukan prediksi data dengan menggunakan model NFS FMN tipe II. Bagi pembaca yang berminat menggunakan neuro fuzzy untuk diterapkan pada data time series disarankan untuk menggunakan model neuro fuzzy yang lain, seperti fuzzy neural network (FNN) dan adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) atau menggunakan NFS dengan FMN tipe lain. Dalam penelitian ini, prediksi produksi ikan lele hanya dipengaruhi oleh produksi sebelumnya, untuk penelitian selanjutnya dapat menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil produksi ikan lele. DAFTAR PUSTAKA Kusumadewi, Sri.(2003). Artificial Intelegence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, Sri dan Sri Hartati.(2010). NEURO – FUZZY Integrasi sistem Fuzzy & Jaringan Syaraf (Edisi Kedua). Yogyakarta: Graha Ilmu. J. Klir, George, Ute St. Clair dan Bo Yuan.(1997). FUZZY SET THEORY Foundations and Application. Printice Hall Suharso, dkk. (2006). “Elastisitas Produksi Perikanan Tangkap Kota Tegal.“Jurnal Pasir Laut Volume 2, No 1 Juli 2006. Hal. 26-36. Caprisa, Rega Yanuar. 2009. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Lele di Kabupaten Bandung”. Skripsi. Mulyana, Sri. (2007). “Prediksi Produksi Benih Ikan dengan Logika Fuzzy”. Seminar Nasional Tahunan IV. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Fajar Ismanto, Novie. (2009). “Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Lele di Daerah Parung Kabupaten Bogor”. Institut Pertanian Bogor. Setiadji. (2009). Himpunan Samar & Logika Samar serta Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mulyana, Sri & Soeparno. (2007). “Sistem Pendukung Keputusan Untuk Memprediksi Produksi Benih Lele Dumbo”. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. M-7