PENGAKUAN PENDAPATAN Caecilia Widi Pratiwi Pendapatan adalah aliran masuk (inflow) atau kenaikan aktiva perusahaan lainnya atau pengurangan kewajiban (atau kombinasi keduanya) akibat pengiriman atau produksi barang, pemberian/penyerahan jasa selama periode tertentu. Prinsip : Pendapatan harus diakui ketika (1) telah direalisasi : barang atau jasa telah ditukarkan dengan kas atau klaim terhadap kas (Piutang) (2) telah diperoleh: secara subtansial telah menyelesaikan apa yang seharusnya dikerjakan, atau jika proses perolehan telah selesai atau hampir selesai Berdasarkan prinsip di atas, pedapatan dapat diakui: • Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (pengiriman). • Pengakuan pendapatan sebelum pengiriman. • Pengakuan pendapatan setelah pengiriman. 1. PENGAKUAN PENDAPATAN PADA SAAT PENJUALAN (PENGIRIMAN) Pendapatan dari kegiatan pengolahan dan penjualan produk umumnya diakui pada waktu dijual (biasanya pada saat dikirimkan). Jurnal : Kas (Piutang) xx Pendapatan xx 2. PENGAKUAN PENDAPATAN SEBELUM PENGIRIMAN Untuk kasus tertentu, pendapatan dapat diakui: • Sebelum produksi • Pada saat selesai diproduksi • Selama produksi. Pendapatan diakui Sebelum produksi Dalam jenis pengolahan tertentu, kontrak penjualan barang mendahului pengiriman merupakan praktik umum, misalnya kontrak pembelian mesin berat, barang-barang fashion dan pakaian. Sebagai contoh, jika uang muka sebesar Rp3.000.000 telah diterima dari pembeli untuk kontrak pembelian mesin dengan harga yang telah disepakati sebesar Rp 10.000.000. Jurnal : Kas Rp 3.000.000 Uang muka penjualan Saat barang dikirim Piutang Dagang Uang muka pembelian Pendapatan Rp 3.000.000 Rp 7.000.000 3.000.000 Rp 10.000.000 Pada Saat Penyelesaian Produksi Dalam kasus tertentu pendapatan diakui pada saat selesai produksi, meskipun belum terjadi penjualan. Contoh situasi tersebut meliputi logam mulia atau produk-produk pertanian dengan harga pasti. Pendapatan diakui pada saat logam ditambang atau produk pertanian dipanen karena harga jual relatif pasti. Jika penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan dapat diakui saat diperoleh dengan produksi dan pengiriman. Pendapatan Diakui Selama Produksi Pada kasus kontrak jangka panjang seperti kontrak pembangunan gedung, kotrak pembuatan kapal militer atau komersial, dan kontrak eksplorasi biasanya memberikan hak kepada penjual (pihak yang membuat) untuk menagih pembayaran kepada pembeli pada setiap interval tertentu sesuai dengan penyelesaian proyek. (PSAK 34 : Pendapatan Kontrak konstruksi). Ada dua metode akuntansi : 1. Metode Persentase Penyelesaian 2. Metode Kontrak Selesai 1. Metode Persentase Penyelesaian : Pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode didasarkan kemajuan penyelesaian pembangunan, atau persentase penyelesaian. Pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dalam laba rugi pada periode akuntansi di mana pekerjaan dilakukan. Biaya kontrak biasanya diakui sebagai beban dalam laba rugi pada periode akuntansi di mana pekerjaan yang berhubungan dilakukan. Perusahaan menggunakan metode prosentase penyelesaian jika semua kondisi berikut terpenuhi. 1. Jumlah pendapatan kontrak dapat diukur dengan andal 2. Ada kemungkinan manfaat ekonomis terkait kontrak masuk ke perusahaan 3. Biaya kontrak sampai selesai dan tingkat penyelesaian pada akhir periode pelaporan dapat diukur dengan andal. 4. Biaya kontrak yang berasal dari kontrak dapat diidentifikasi dan diukur dengan andal, sehingga biaya aktual kontrak dapat dibandingkan dengan perkiraan awal. Perhitungan pendapatan yang diakui – prosentase penyelesaian Contoh: PT A memiliki kontrak membangun gedung senilai Rp 800 juta dan perkiraan biaya Rp 700 juta. Kontrak dimulai Juli 2012 dan selesai Agustus 2014. Data perkiraan biaya sampai selesai adalah sbb : keterangan Biaya yang dikeluarkan Perkiraan biaya sampai selesai Kemajuan tagihan Kas terkoleksi 2012 315jt 385jt 2013 568jt 142jt 2014 710jt - 300jt 350jt 150jt 200jt 300jt 300jt Perhitungan prosentase penyelesaian 2012 Harga kontrak 2013 2014 Rp 800jt Rp 800jt Rp 800jt (-) biaya dikeluarkan 315jt 568jt 710jt (-) perkiraan biaya sampai selesai 385jt 142jt 0 Perkiraan total laba kotor Rp 100jt Rp 90jt Rp 90jt Prosentase penyelesaian 45% 80% 100% Prosentase penyelesaian, Pendapatan dan Laba Kotor, Per Tahun (juta) Sampai periode Diakui periode sebelumnya Diakui periode sekarang 2012 Pendapatan (800jt x 45%) Biaya Laba kotor 360 315 45 0 0 0 360 315 45 2013 Pendapatan (800jt x 80%) Biaya Laba kotor 640 568 72 360 315 45 280 253 27 2014 Pendapatan (800jt x 100%) Biaya Laba kotor 800 710 90 640 568 72 160 142 18 PT A melakukan penjurnalan atas (1) biaya konstruksi, (2) kemajuan penagihan (termin), (3) penagihan. 2012 (juta) Untuk mencatat biaya konstruksi: Konstruksi dalam proses Kas, utang, dsb Untuk mencatat termin: Piutang usaha Penagihan konstruksi dalam proses Untuk mencatat penagihan: Kas Piutang usaha 315 2013 (juta) 253 315 300 142 253 350 300 200 142 150 350 300 200 2014 (juta) 150 300 300 300 PT A mencatat pengakuan pendapatan dan laba kotor setiap tahun dan mencatat penyelesaian dan persetujuan akhir kontrak. 2012 (juta) Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor Konstruksi dalam Proses (laba kotor) Beban konstruksi Pendapatan Untuk mencatat penyelesaian kontrak Penagihan atas Konstruksi dalam proses Konstruksi dalam proses 45 315 2013 (juta) 27 253 360 2014 (juta) 18 142 280 160 800 800 Isi akun konstruksi dalam proses – metode prosentase penyelesaian. 2012biaya konstruksi 2012laba kotor diakui 2013biaya konstruksi 2013laba kotor diakui 2014biaya konstruksi 2014laba kotor diakui Total Konstruksi dalam proses 31531/12/14 Untuk menutup 45 proyek selesai 253 27 142 18 800 Total 800 800 Penyajian Laporan Keuangan – Prosentase Penyelesaian Untuk menghindari double-counting akun persediaan, selama kontrak PT A melaporkan selisih akun konstruksi dalam proses dan akun penagihan konstruksi dalam proses di dalam laporan posisi keuangan. Jika selisih tersebut di posisi debit, maka dilaporkan sebagai aset lancar. Jika selisih tersebut di posisi kredit, maka dilaporkan sebagai kewajiban lancar Penyajian Laporan Keuangan – Prosentase Penyelesaian PT A melaporkan aset lancar dari selisih tersebut sebagai kelebihan biaya dan laba diakui dari tagihan di laporan posisi keuangan. Berikut contoh penghitungan pada tahun 2012 Pendapatan kontrak diakui tahun 2012 Penagihan tahun 2012 Pendapatan belum tertagih Rp 360 juta 300 juta Rp 60 juta 2. Metode Kontrak Selesai : Pendapatan dan laba kotor diakui hanya setelah suatu kontrak diselesaikan. Metode kontrak selesai sering disebut juga metode Pemulihan Biaya Pemulihan Biaya, Pendapatan dan Laba Kotor, Per Tahun Sampai Diakui periode periode (juta) sebelumnya (juta) Diakui periode sekarang (juta) 2012 Pendapatan Biaya Laba kotor 315 315 0 0 0 0 315 315 0 2013 Pendapatan Biaya Laba kotor 568 568 0 315 315 0 253 253 0 2014 Pendapatan Biaya Laba kotor 800 710 90 568 568 0 232 142 90 PT A mencatat pengakuan pendapatan dan laba kotor setiap tahun dan mencatat penyelesaian dan persetujuan akhir kontrak. 2012 (juta) Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor Beban konstruksi Pendapatan Konstruksi dalam Proses (laba kotor) Beban konstruksi Pendapatan Untuk mencatat penyelesaian kontrak Penagihan atas Konstruksi dalam proses Konstruksi dalam proses 315 2013 (juta) 2014 (juta) 253 315 253 90 142 232 800 800 Perbandingan laba kotor antara metode prosentase penyelesaian dengan metode pemulihan biaya Tahun 2012 2013 Prosentase penyelesian Pemulihan biaya Rp 45 juta Rp 0 27 juta 0 2014 18 juta 90 juta Laporan Keuangan – Pemulihan Biaya PT A Laporan Laba-rugi (dalam juta) Pendapatan dari kontrak jangka panjang Biaya konstruksi Laba kotor Laporan Posisi Keuangan (dalam juta) Aset lancar Persediaan Konstruksi dalam proses Dikurangi: Penagihan Kelebihan biaya dan laba diakui dari penagihan Piutang Kewajiban lancar Penagihan Dikurangi: Konstruksi dalam proses Kelebihan penagihan dari biaya dan laba diakui 2012 315 315 0 2012 2013 2014 253 253 0 2013 232 142 90 2014 315 300 15 100* 150* 0 0 82 0 650 568 3. PENGAKUAN PENDAPATAN SETELAH PENGIRIMAN Dalam kasus tertentu, pengumpulan harga jual tidak terjamin secara layak dan pengakuan pendapatannya ditunda. Ada dua metode yang umum digunakan untuk menunda pengakuan pendapatan sampai dengan kas diterima adalah installment method atau cost recovery method. Metode Angsuran (installment method) Metode angsuran menekankan pada pengumpulan daripada penjualan sehingga laba diakui pada periode pengumpulan bukan pada periode penjualan. Dasar akuntansi penjualan angsuran dibenarkan apabila tidak ada dasar yang layak untuk menaksir tingkat kolektibilitas, pendapatan tidak diakui sampai dengan kas diterima. 1989 1990 1991 Penjualan angsuran 200.000 250.000 240.000 Biaya atas penjualan angsuran 150.000 190.000 168.000 Laba Kotor 50.000 60.000 72.000 Tingkat laba kotor 0,25 0,24 0,30 Penerimaan kas Penjualan 1989 Penjualan 1990 Penjualan 1991 60.000 100.000 40.000 100.000 125.000 80.000 1989 Piutang Angsuran, 1989 200.000 Penjualan Angsuran 200.000 (untuk mencatat penjualan angsuran tahun 1989) Kas 60.000 Piutang Angsuran, 1989 60.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Biaya atas Pjln Angsuran 150.000 Persediaan Barang 150.000 (untuk mencatat biaya barang yang terjual atas penjualan angsuran tahun 1989) Penjualan Angsuran 200.000 Biaya atas Pjln. Angsuran 150.000 Laba Kotor Ditangguhkan, 1989 50.000 (untuk menutup penjualan angsuran dan biaya atas penjualan angsuran selama satu tahun) Laba Kotor Ditangguhkan, 1989 15.000 Laba Kotor Direalisasi dr pjln angs. 15.000 (untuk memindahkan laba kotor ditangguh yg direalisasi dengan penerimaan kas : Rp 60.000 x 25%) Laba Kotor Direalisasi dr Pjln Angs. 15.000 Ikhtisar Rugi-laba 15.000 (untuk menutup laba yang direalisasi dengan penerimaan kas) 1989 Tingkat laba kotor tahun ini Kas yang diterima dari penjualan tahun ini Laba kotor yang direalisasi (Rp60.000 x 25%) Laba kotor yang ditangguhkan (Rp50.000 - Rp 15.000) 25% 60.000 15.000 35.000 1990 Piutang Angsuran, 1990 250.000 Penjualan Angsuran 250.000 (untuk mencatat penjualan angsuran) Kas 200.000 Piutang Angsuran, 1989 100.000 Piutang Angsuran, 1990 100.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Biaya atas Penjualan Angsuran 190.000 Persediaan Barang 190.000 (untuk mencatat biaya barang yang terjual atas penjualan'angsuran) Penjualan Angsuran 250.000 Biaya atas Penjualan Angsura 190.000 Laba Kotor Ditangguhkan, 1990 60.000 (untuk menutup penjualan angsuran dan biaya atas penjualan angsuran tahun ini) Laba Kotor Ditangguhkan, 1989 25.000 Laba Kotor Ditangguhkan, 1990 24.000 Laba Kotor Direalisasi dari Penjualan Angsuran 49.000 (untuk menghapus laba kotor ditunda untuk laba yang telah direalisasi dari penerimaan kas) Laba Kotor Direalisasi dari Penjualan Angsuran 49.000 Ikhtisar Rugi-laba 49.000 (untuk menutup laba yang direalisasi dengan pengumpulan kas) 1990 Penjualan tahun ini Tingkat laba kotor Kas yang diterima dari penjualan tahun ini Laba kotor yang direalisasi (24% x Rpl00.000) Laba kotor yang ditangguhkan (Rp60.000 - Rp24.000) Penjualan tahun sebelumnya Tingkat laba kotor—1989 Kas yang diterima dari penjualan tahun 1989 Laba kotor yang direalisasi pada tahun 1990 dari penjualan 1989 (25% x l00.000) 24% 100.000 24.000 26.000 25% 100.000 25.000 Laba kotor yang direalisasi tahun 1990 Realisasi atas penerimaan dari penjualan tahun 1989 Realisasi atas penerimaan dari penjualan tahun 1990 Jumlah 25.000 24.000 49.000 Jurnal sama dengan tahun 1989 Perhitungan th 1991 sama dengan th 1990 Metode Penutupan Biaya (Cost Recovery Method) Dalam metode penutupan biaya tidak ada laba yang diakui sebelum penerimaan kas dari pembeli melebihi harga pokok barang yang terjual. Setelah semua biaya tertutup, setiap tambahan penerimaan kas diakui sebagai laba. Metode ini digunakan karena tidak dapat diperoleh dasar yang layak untuk menaksir kolektibilitasnya. Dengan kata lain, metode tersebut digunakan apabila ada ketidakpastian yang tinggi mengenai kolektibilitas piutang. Contoh: Pada awal tahun 1986 PT FM menjual persediaan dengan biaya Rp25.000 kepada PT HC dengan harga Rp36.000 dengan pembayaran sebagai berikut: 1986 1987 1988 18.000 12.000 6.000 Apabila metode penutupan biaya digunakan dan pembayaran sesuai dengan jadual yang telah ditentukan, penerimaan kas, pendapatan, biaya, dan laba kotor diakui sebagai berikut: 1986 1987 Kas yang diterima 18.000 Pendapatan yang diakui 36.000 0 0 Biaya barang terjual 25.000 0 0 Laba Kotor ditangguhkan 11.000 Laba kkotor diakui saldo laba kotor ditangguhkan 0 11.000 12.000 1988 6.000 11.000 6.000 5.000 6.000 6.000 0 Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut pada tahun 1986 adalah sebagai berikut: 1986 Pada saat penjualan: Piutang Angsuran 36.000 Penjualan Angsuran 36.000 (untuk mencatat hasil penjualan angsuran) Biaya Barang yang Terjual 25.000 Persediaan Barang (untuk mencatat biaya barang yang terjual) Kas 25.000 18.000 Piutang Angsuran 18.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Pada akhir tahun: Penjualan 36.000 Biaya Barang yang Terjual 25.000 Laba Kotor Ditangguhkan 11.000 (untuk menutup penjualan dan biaya barang yang terjual serta mencatat laba kotor yang ditangguhkan) Pada tahun 1987 dan 1988, laba kotor ditangguhkan akan direalisasi setelah penerimaan kas melebihi jumlah biaya dengan jurnal sebagai berikut: 1987 Kas 12.000 Piutang Angsuran 12.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Laba Kotor Ditangguhkan 5.000 Laba Kotor Direalisasi 5.000 (untuk mengakui laba kotor karena penerimaan kas pada tahun 1987 telah melebihi biaya) 1988 Kas 6.000 Piutang Angsuran 6.000 (untuk mencatat penerimaan kas dari piutang angsuran) Laba Kotor Ditangguhkan 6.000 Laba Kotor Direalisasi 6.000 (untuk mengakui laba kotor krn kas 1988) TAMBAHAN ................. Kerugian untuk Kontrak Jangka Panjang Kerugian di suatu periode di dalam kontrak yang menguntungkan ► Hanya di metode prosentase penyelesaian, peningkatan biaya yang diperkirakan memerlukan penyesuaian laba kotor yang diakui periode sebelumnya pada periode sekarang. Kerugian pada kontrak yang merugikan ► Terdapat di kedua metode, perusahaan harus mengakui keseluruhan perkiraan kerugian pada periode sekarang. Kerugian di suatu periode Pada contoh soal sebelumnya, asumsikan PT A memperkirakan biaya untuk menyelesaikan gedung pada tanggal 31 Desember 2013 adalah Rp 221 juta instead of Rp 142 juta. PT A akan mengakui kerugian sebagai berikut Biaya yang telah dikeluarkan (31/12/13) Perkiraan biaya penyelesaian (revisi) Perkiraan total biaya Prosentase penyelesaian (568jt/789jt) Penerimaan diakui tahun 2013 (800jt x 72%) – 360 juta Biaya diakui tahun 2013 Kerugian diakui tahun 2013 Rp 568 juta 221 juta Rp 789 juta 72% Rp 216 juta 253 juta Rp 37 juta Kerugian di suatu periode PT A akan mencatat kerugian pada periode 2013 sebagai berikut Beban konstruksi Konstruksi dalam proses (kerugian) Pendapatan 253 juta 37 juta 216 juta