PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KENIKIR (Tagetes erectus) SEBAGAI ALTERNATIF ANTI BAKTERI Staphylococcus epidermidis PADA DEODORAN PERFUME SPRAY Atika Salma1), Meita Wulan Sari2), Eko Budiyanto1), Latifah Zuliyanti2), Reni Dwi Astuti3) 1) Pendidikan Kimia, 2)Pendidikan Biologi ,3)Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Deodoran perfume spray berbahan ekstrak daun kenikir merupakan produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang disebabkan bakteri Staphylococcus epidermidis. Kualitas produk metentukan keefektifan daya hambatnya terhadap bakteri tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas deodoran perfume spray dan ekstrak daun kenikir terhadap aktivitas bakteri dan konsentrasi optimum deodoran perfume spray dalam mengurangi aktivitas bakteri tersebut. Metode yang dilakukan terdiri atas 5 tahap, yaitu 1) Pembuatan ekstrak daun kenikir, 2)Pembuatan deodoran perfume spray (2 formula dengan komposisi berbeda), 3) Isolasi bakteri, 4) Uji produk terhadap aktivitas bakteri dan 5) Uji khalayak terbatas. Penentuan kualitas produk (kontrol, konsentrasi 5%, 10%, 15% dan deodoran perfume spray konvensional) hal tampilan, aroma dan sensasi di kulit menggunakan metode angket. Hasil analisis keefektifan deodoran terhadap aktivitas bakteri sebagai berikut, formula 1 (30 ml ekstrak daun kenikir masing-masing 5%; 10%; 15%, 5 ml propilen glikol, 5ml akuades, 60ml alkohol 96%) dengan deodoran pasaran 13mm, alkohol 96% (kontrol) 10mm, deodoran ekstrak kenikir konsentrasi 5% 10mm, konsentrasi 10% 9mm, konsentrasi 15% . Variasi konsentrasi 5% dan deodoran konvensional merupakan konsentrasi optimum dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Formula 2 (30 ml ekstrak daun kenikir masing-masing 5%; 10%; 15%, 5 ml propilen glikol, 40 ml akuades, 20 ml alkohol 96%)dengan dengan deodoran pasaran 16 mm, alkohol 96% 11,75mm, deodoran 5% 10,25 mm, deodoran 10% 11,1875 mm, deodoran 15% 9,75 mm. Variasi konsentrasi 10% merupakan konsentrasi optimum dalam menghambat bakteri Staphylococcus Epidermidis dengan daya hambat 11,1875 mm. Kata kunci: Deodoran, Daun Kenikir, Konsentrasi Pendahuluan Bau badan merupakan salah satu masalah yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Bau tidak sedap tubuh seringkali membuat seseorang merasa kurang percaya diri. Aroma yang tidak sedap tersebut biasanya akan muncul ketika seseorang mulai berkeringat. Ada keringat yang mengeluarkan bau tetapi ada juga yang tidak. Biasanya bau yang tidak sedap timbul bersama bau badan yang disebabkan oleh aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Deodoran merupakan produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang disebabkan oleh keringat yang bercampur dengan bakteri. Deodoran mengurangi bau badan dengan cara menekan pertumbuhan bakteri penyebab bau badan dan antiperspirant yang mengurangi keluarnya keringat dengan cara menutup dan menghalangi pori-pori kulit ketiak. Bahan yang digunakan sebagai antiperspirant adalah Aluminium Chlorohydrate (ACH) pada roll on dan Aluminium Zirconium Tetrachlorohydrex Gly pada powder stick. (http://www.mandom.co.id/yourlook.php?lang=EL&cat=1000467). Dr. Chris Exley dari Keele University menyatakan bahwa kandungan aluminium pada sunscreen dapat meningkatkan risiko kanker kulit dan penyakit Alzheimer pada penggunanya (Journal of Inorganic Biochemistry November 2007). Hal ini disebabkan aluminum bersifat neurotoksin (racun yang merusak syaraf). Aluminium dalam konsentrasi tinggi ditemukan pada otak penderita penyakit Alzheimer. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Kris Mc Grath dalam Niar (2010) diketahui bahwa ditemukan hubungan antara penggunaan antiperspirant, kebiasaan mencukur ketiak dan kanker. Kris Mc Grath menyatakan, “Garam aluminum seperti aluminum chlorohydrate secara normal tidak menembus kulit, namun kulit yang rusak akibat dicukur memudahkan penetrasi, terutama ke sistem lymphatic yang berhubungan dengan payudara”. Melihat banyaknya penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat penggunaan deodoran sintesis maka diperlukan suatu alternatif bahan yang lebih aman dengan memanfaatkan baham alami. Kenikir (Tagetes erecta) mengandung saponin dan flavonoida. Saat ini diketahui bahwa senyawa saponin dan flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri. Hal ini membuat daun kenikir memiliki potensi sebagai deodoran. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ekstrak daun kenikir (Tagetes erecta) terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis sebagai penyebab bau badan. 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari program ini adalah : a. Mengetahui efektivitas penggunaan deodoran parfume spray dengan ekstrak daun kenikir terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. b. Mengetahui konsentrasi optimum deodoran parfume spray dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. 2. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat untuk dikembangkan lebih lanjut. b. Mengetahui manfaat lain dari tanaman kenikir (Tagetes erecta) yaitu sebagai bahan campuran pembuatan deodoran dalam bentuk parfume spray. 2. Bagi Masyarakat a. Memberikan alternatif bahan tambahan deodoran dari bahan alami yaitu ekstrak daun kenikir yang aman, murah dan mudah dibuat. b. Memberikan alternatif pemanfaatan tanaman kenikir (Tagetes erecta) sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya. METODE PENELITIAN 1. Alat dan Bahan Alat : loyang datar, toples kaca,pisau,corong kaca, oven, kertas saring, botol plastik, gelas beker,1 set rotary evaporator, labu ukur 100 ml, botol parfum, pipet tetes, gelas plastik, spatula, gelas ukur 50 ml, inkubator, botol flacon, cawan petri, hockey stick, tabung reaksi dan spidol. Bahan : daun kenikir, Mueller Hinton Agar, Ekstrak daun kenikir, Alkohol 96%, Propilen glikol, Akuades dan Mannitol Salt Agar 2. Subyek dan obyek penelitian Subyek penelitian ini adalah ekstrak daun kenikir (Tagetes erecta), sedangkan obyek penelitian ini adalah kemampuan ekstrak daun kenikir (Tagetes erecta) untuk menurunkan aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan bau badan. Dalam penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi ekstrak daun kenikir, yaitu 5%, 10% dan 15% dan variasi komposisi pada pembuatan deodoran perfume spray. Variasi konsentrasi ekstrak dan komposisi deodoran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. 3. Prosedur a. Pembuatan ekstrak daun kenikir Memotong daun kenikir kurang lebih 0,5 cm, kemudian pengeringan dalam ovendengan suhu 60-700C selama kurang lebih 4-5 jam. Kemudian merendam daun kenikir kering (maserasi) dalam toples kaca dengan pelarut Alkohol 96% selama 24 jam. Setelah maserasi, evaporasi dengan rotary evaporator selama kurang lebih 3 jam hingga didapatekstrak kental daun kenikir. b. Isolasi bakteri Menyiapkan tabung reaksi bertutup steril dan isi dengan media agar miring, kemudian memijarkan ose dan membiarkan dingin lalu memberi tanda kontrol pada salah satu tabung reaksi yang berisi Mannitol Salt Agar dan biarkan tidak terinokulasi. Setelah proses pemijaran ose, menginokulasi bakteri Staphylococcus epidermidis dengan kawat ose dalam media agar miring Mannitol Salt Agar dengan cara gerakan zig-zag perlahan-lahan dimulai dari bagian bawah tabung ke atas. Langkah berikutnya memijarkan ose setelah digunakan, kemudian memberi label pada tabung reaksi, menuliskan nama bakteri dan tanggal inokulasi, selanjutnya menginkubasi biakan dalam inkubator pada suhu 350C selama 24 jam. c. Pembuatan deodoran perfume spray Formula deodoran 1: 60 ml alkohol 96%, 30 ml ekstrak daun kenikir (5%,10%, 15%), 5 ml akuades dan 5 ml propilen glikol, sedangkan untuk formula deodoran 2: 20 ml alkohol 96%, 30 ml ekstrak daun kenikir (5%,10%, 15%), 40 ml akuades dan 5 ml propilen glikol. d. Pengujian Deodoran Parfume Spray terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus Epidermidis Media agar Mueller Hinton ditimbang sebanyak 38 gram dilarutkan dalam aquadest sampai 1 liter dengan cara dididihkan. Setelah larut, disterilkan dengan autoklaf suhu 121°C selama 15 menit. Larutan dituang ke dalam 4 cawan petri steril sampai ketebalan 9 mm dan ditutup lalu dibiarkan sampai membeku , kemudian mengambil 20 μL biakan murni Staphylococcus epidermidis, selanjutnya menuangkan biakan murni tersebut ke dalam masing-masing cawan petri, lalu diratakan dengan hockey stick, membuat lubang kecil di agar Mueller Hinton kering dalam tiap-tiap cawan petri, lalu memasukkan masing-masing 10 μL standar (deodoran parfume spray yang ada di pasaran), deodoran parfume spray dari ekstrak kenikir 5%, 10%, dan 15% ke dalam lubang kecil, menancapkan kontrol negatif dan kontrol positif ke masing-masing agar Mueller Hinton dalam cawan petri, menutup seluruh cawan petri , kemudian membalik dan menginkubasi seluruh cawan petri dalam inkubator suhu 370C selama 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Berdasarkan uji daya hambat, diperoleh daya hambat deodoran perfume spray sebagai berikut: Gambar 1. Grafik hasil uji daya hambat deodoran perfume spray terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis Interpretasi: grafik pada gambar 1 menunjukkan: Pada perlakuan pertama yaitu pemberian deodoran perfume spray dengan kandungan ekstrak daun kenikir 5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.epidermidis dengan rata-rata 10,25 mm. Pada perlakuan pertama yaitu pemberian deodoran perfume spray dengan kandungan ekstrak daun kenikir 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.epidermidis dengan rata-rata 11,1875 mm. Pada perlakuan pertama yaitu pemberian deodoran perfume spray dengan kandungan ekstrak daun kenikir 5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.epidermidis dengan rata-rata 9,75 mm. Deodoran pasaran (no.4) adalah deodoran yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.epidermidis dengan rata-rata 16 mm. Sedangkan varibel kontrol dalam hal ini adalah alkohol 96% dapat menghambat bakteri S.epidermidis dengan rata-rata 11,75. Rekap penilaian ke-3 deodoran : Sampel Tampilan Aroma Minat Deodoran A C K K Deodoran B C C C Deodoran C C K SK Berdasarkan nilai kualitatif yang telah diberikan, telah nampak bahwa deodoran yang disukai oleh khalayak adalah deodoran B dengan kandungan ekstrak daun kenikir 10%, dengan nilai cukup (C ) dalam 3 aspek yaitu tampilan, aroma, dan minat. Berikut tabel pembanding 2 variasi formula deodoran perfume spray Indikator Formula 1 Formula 2 Konsentrasi 5% 10 % optimum Uji daya hambat 10 mm 11,1875 mm Warna hijau kuning Bau Menyengat Daun kenikir, tidak menyengat Sensasi di kulit dingin dingin Keawetan 2 bulan 3 minggu Minat Kurang berminat Cukup berminat Daya tahan 2 jam 4-5 jam b. Pembahasan Penelitian yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes erecta) sebagai Alternatif Anti Bakteri pada Deodoran Perfume Spray bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan deodoran parfume spray dengan ekstrak daun kenikir terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis dan mengetahui konsentrasi optimum deodoran parfume spray dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Daun kenikir mengandung saponin dan flavonoida (Cowan, M.M. (1999). “Plant Products as AntimicrobialAgents”.AmericanSociety for Microbiology. 12, (4), 564-582.) Pembuatan deodoran dilakukan sebanyak 2 kali dengan variasi komposisi yang berbeda. Formula 1 menggunakan metode pengenceran dengan pelarut alkohol 96% hingga didapat konsentrasi 5%, 10% dan 15%, untuk formula 1 deodoran : 60 ml alkohol 96%, 30 ml ekstrak daun kenikir (5%,10%, 15%), 5 ml akuades dan 5 ml propilen glikol. Pengujian deodorant perfume spray terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis dilakukan di BLK dengan uji daerah hambat. Hasil analisis keefektifan deodoran terhadap aktivitas bakteri sebagai berikut, deodoran pasaran 13mm, alkohol 96% (kontrol) 10mm, deodoran ekstrak kenikir konsentrasi 5% 10mm, konsentrasi 10% 9mm, konsentrasi 15% 9mm. Konsentrasi 5% dan deodoran pasaran merupakan konsentrasi optimum dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Hasil uji khalayak terbatas menunjukkan bahwa naracoba kurang berminat pada produk ini karena komposisi alkohol yang terlalu banyak dan menusuk hidung. Dari hasil uji daya hambat, deodoran pasaran memiliki tingkat keefektifan paling tinggi dalam menghambat bakteri, yaitu dengan rata-rata 16 mm, dilanjutkan dengan kontrol (alkohol 96%) dengan daya hambat 11,75 mm, kemudian deodoran perfume spray 5% dengan daya hambat 10,25 mm, deodoran perfume spray 10% dengan daya hambat 11,1875 mm dan deodoran perfume spray 15% dengan daya hambat 9,75 mm untuk formula 2. Konsentrasi deodoran kenikir 10% merupakan konsentrasi paling efektif dalam menghambat bakteri. 2 konsentrasi terbaik pada 2 formula di atas belum lebih baik dari deodoran konvensional, namun deodoran konvensional yang dijadikan sampel untuk diuji mengandung Aluminium klorohidrat (ACH) yang berbahaya bagi tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Kris Mc Grath dalam Niar (2010) diketahui bahwa ditemukan hubungan antara penggunaan antiperspirant, kebiasaan mencukur ketiak dan kanker. Kris Mc Grath menyatakan, “Garam aluminum seperti aluminum chlorohydrate secara normal tidak menembus kulit, namun kulit yang rusak akibat dicukur memudahkan penetrasi, terutama ke sistem lymphatic yang berhubungan dengan payudara”. Proses mengeluarkan keringat merupakan bagian dari salah satu metabolisme, sedangkan anti-perspirant bersifat menahan keluarnya keringat. Aluminium klorohidrat memiliki efek adsorpsi ke dalam jaringan tubuh yang berhubungan dengan payudara dan jaringan otak sehingga dapat menyebabkan penimbunan yang dapat memicu kanker payudara dan alzheimer.( Endarti, Yulinah, E and Soediro, I. (2002). Kajian Aktivitas Asam Usnat terhadap Bakteri Penyebab Bau Badan [Online]. Tersedia: http://bahanalam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=121) Berdasarkan analisis data, deodoran dengan hasil uji daya hambat terbaik adalah formula 2, sedangkan untuk produk yang lebih banyak diminati adalah formula 2. Untuk keawetan, formula 1 lebih awet dan dapat disimpan selama 2 bulan, untuk formula 2 kurang awet, yaitu hanya berkisar kurang dari 3 minggu dengan indikator warna dan bau. Uji daya tahan, formula 1 dengan daya tahan 2 jam dan formula 2 dengan daya tahan 4-5 jam. Daun kenikir merupakan daun yang mudah rapuh dan cepat rusak terutama pada suhu lembab. Daun kenikir yang rentan akan kelembaban membusuk kurang dari 1 hari. Jika disimpan dalam lemari es, hanya bertahan kurang dari 5 hari.Penggunaan metode distilasi tidak efektif untuk mendapatkan hasil ekstrak yang maksimal. Sehingga peneliti menggunakan metode maserasi (perendaman) selama 24 jam menggunakan pelarut alkohol 96 %. Uji khalayak terbatas kami lakukan dengan wawancara dan uji kelayakan. Untuk instrumen penelitian ekstraksi tidak kami lakukan karena konsentrasi 5%,10% dan 15% bila diencerkan kembali 10x,100x dan 1000x maka kandungan ekstrak dalam daun kenikir (flavonoida) akan sedikit dan tidak begitu berpengaruh pada bakteri yang diuji. Pengujian efektivitas deodoran terhadap bakteri dengan daya hambat menggunakan media Mueller Hinton, berbeda dengan metode yang digunakan dalam proposal, yaitu MSA (Mannitol Salt Agar) dikarenakan hasil yang uji yang didapatkan dengan media MSA tidak maksimal (diameter daya hambat tidak terlihat untuk semua sampel). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukanan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Deodoran dengan konsentrasi 5% (formula 1) dan 10% (formula 2) merupakan konsentrasi optimum dalam menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis dengan daya hambat 10 mm dan 11,1875 mm. 2. Konsentrasi optimum dalam menghambat bakteri Staphylococcus epidermidis adalah 10% pada formula 2. 3. Formula deodoran dengan konsentrasi optimum adalah 20 ml alkohol 96%, propilen glikol 5 ml, akuades 40 ml dan ekstrak daun kenikir (5%,10%,15%) 30 ml. SARAN Perlu dilakukan penelitian pengembangan mengenai pemanfaatan ekstrak daun kenikir sebagai alternatif anti bakteri Staphylococcus epidermidis pada deodoran perfume spray mengenai komposisi dan konsentrasi yang tepat dalam menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. DAFTAR PUSTAKA Bartlett, J.G. (2007). Staphylococcus epidermidis [Online]. Tersedia: http://prod.hopkinsabxguide.org/pathogens/bacteria/aerobic_grampositive_cocci/staphylococc us_epidermidis.html?contentInstanceId=255870 (15 Juli 2008). Cowan, M.M. (1999). “Plant Products as Antimicrobial Agents”. American Society for Microbiology. 12, (4), 564-582. Ekpo, O.E. & Pretorius, E. (2007). ”Asthma, Euphorbia hirta and Its Antiinflammatory Properties”. South African Journal of Science. 103, 201203. Endarti, Yulinah, E and Soediro, I. (2002). Kajian Aktivitas Asam Usnat terhadap Bakteri Penyebab Bau Badan [Online]. Tersedia: http://bahanalam. fa.itb.ac.id/detail.php?id=121 (26 Jun 2008). Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan. Jacoeb, T.N.A. (2007). Bau Badan yang Bikin Tak Nyaman [Online]. Tersedia: http://racik.wordpress.com/2007/06/15/bau-badan-yang-bikin-taknyaman/(4 April 2008). Sabir, A. (2005). ”Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp terhadapbakteri Streptococcus mutans (in vitro)”. Majalah Kedokteran Gigi. 38, (3), 135-141. FOTO KEGIATAN Daun Kenikir Daun Kenikir Kering Proses Maserasi (Perendaman) Ekstrak Daun Kenikir Proses Penyaringan dan Pengenceran Proses Evaporasi Deodorant Parfum Spray Skala Mikro (Formula 1) Deodorant Parfum Spray Skala Mikro (Formula 1) Koordinasi kelompok