tugas - WordPress.com

advertisement
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya
semata sehingga makalah tentang “Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Ilmu
Pengetahuan” ini dapat terselesaikan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode studi
literature.
Dan karena keterbatasan penulis dalam mencari dan mendapatkan
literature yang lengkap, maka dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan.
Karenanya, segala kritik, saran dan penambahan
materi dalam makalah ini sangat penulis harapakan, guna kesempurnaan makalah
ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima-kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bpk. DR. H. Imron Arifin, M.Pd. selaku pengajar mata kuliah Filsafat
Ilmu yang dengan ikhlas membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami
semua, selaku mahasiswanya.
Dan tak lupa penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses
penyelesaian makalah ini, semoga Allah SWT membalas semuanya dengan
kebaikan yang berlipat ganda. Amiin.
Jombang, 4 Juni 2010
Penulis
1
I.
PENDAHULUAN
a. Pengertian Ilmu (pengetahuan)
Dalam bahasa Inggris disebut science, beasal dari bahasa
Latin scientia (pengetahuan), scire (mengetahui) dan sinonim
atau persamaan yang paling akurat dalam bahasa Yunani
adalah episteme. (Bagus,2005)
Beberapa pengertian dari Ilmu yaitu :
1. Kata tahu (pengetahuan) secara umum menandakan suatu
pengetahuan tertentu. Dalam arti sempit, pengetahuan
bersifat pasti.
Berbeda dengan iman, pengetahuan
didasarkan atas pengalaman dan pemahaman sendiri.
2. Berbeda dengan pengetahuan , ilmu tidak pernah
mengartikan kepingan pengetahuan satu keputusan
tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan
ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama
dan berkaitan secara logis. Karena itu koherensi sistematik
adalah hakekat ilmu. Prinsip-prinsip objek dan hubunganhubungannya yang pokok tercermin dalam kaitan-kaitan
logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsipprinsip metafisis objek menyingkapkan dirinya sendiri
kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan
pada sifat khusus intelek kita yang tidak dicirikan oleh visi
rohani terhadap realitas tetapi oleh berfikir.
3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan
dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu
dapat memuat didalam dirinya sendiri hipotesis-hipotesis
dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. Dilain pihak, sering kali berkaitan dengan konsep ilmu
(pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode
yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya
harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
Kendati
demikian, rupanya baik untuk tidak memasukan
persyaratan ini dalam definisi ilmu, karena objektivitas
ilmu dan kesamaan hakiki daya persyaratan ini pada
umumnya terjamin.
5. Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan
logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan
2
tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan
ide yang terpisah-pisah.
Sebaliknya, ilmu menuntut
pengamatan dan berfikir metodis, tertata rapi. Alat bantu
metodologis yang penting adalah terminology ilmiah.
Yaitu mencoba konsep-konsep dari ilmu.
6. Kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan
objeknya. Teori skolastik mengenai ilmu membuat
pembedaan antara objek konkret dan objek formal. Yang
terdahulu adalah objek konkret yang disimak ilmu.
Sedangkan yang belakangan adalah aspek khusus atau
sudut pandang terhadap objek material. Yang mencirikan
setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek
material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
Pembagian objek studi mengantar ke spesialisasi ilmu yang
terus-menerus bertambah. Gerakan ini diiringi bahaya
pandangan sempit terhadap bidang penelitian yang terbatas.
Sementara penangkapan yang luas terhadap saling
keterkaitan seluruh realitas lenyap dari pandangan.(Bagus,
2005)
b. Arti Pengetahuan
Dalam bahasa Inggris disebut knowledge
Yaitu :
1. Pengenalan akan sesuatu
2. Keakraban atau perkenalan dengan sesuatu dari
pengalaman actual.
3. Apa yang dipelajari.
4. Persepsi jelas tentang apa yang dipandang sebagai fakta,
kebenaran, atau kewajiban.
5. Informasi dan atau
pelajaran yang dipelihara dan
diteruskan oleh peradaban.
6. Hal-hal yang ada dalam kesadaran (keyakinan, gagasan,
fakta, bayangan, konsep, paham, pendapat) yang
dibenarkan dengan cara tertentudan dengan demikian
dipandang sebagai benar.
7. Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui
manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang
diketahui (objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif
3
sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui itu
pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
8. Pengetahuan mengacu kepada fakta yang mengagumkan
bahwa suatu eksisten , yang mengetahui, bukan hanya hadir
ditengah-tengah eksisten-eksisten lain, melainkan juga
seolah-olah transparan kepada dirinya sendiri, sadar akan
dirinya sendiri dan dengan demikian “ hadir bagi dirinya
sendiri”.
Akan tetapi, yang mengetahui juga ,maju
melampaui dirinya sendiri tatkala dia merefleksikan yang
lain didalam dirinya sendiri dan karenanya “dalam arti
tertentu menjadi segala sesuatu”, sebagaimana dikatakan
Aristoteles.
9. Dalam arti luas, pengetahuan berarti semua kehadiran
intensional objek dalam subjek. Tetapi dalam arti sempit
dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka,
pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti
(kebenaran, kepastian).
Disini subjek sadar akan
hubungan-hubungannya sendiri dengan objek dan sadar
akan hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya
adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya
merupakan pengalaman “sadar”. Karena sangat sulit
melihat bagaiman persisnya suatu pribadi dapat sadar akan
suatu eksinten tanpa kehadiran eksisten itu didalam dirinya.
10. Pengetahuan sebagai sebuah kegiatan intensional harus
dibedakan dari kegiatan-kegiatan intensional lainnya,
seperti kegiatan-kegiatan kehendak.(Bagus, 2005)
11. Pengetahuan adalah kumpulan-kumpulan fakta. Namun
akhir-akhir ini terlebih dalam bidang sains, diterima bahwa
pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar
mengerti. Pengetahuan lebih dianggap sebagai suatu proses
pembentukan (konstruksi) yang terus-menerus, terus
berkembang dan berubah. (Suparno, 1997)
c. Arti Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan tentang objek
tertentu yang disusun secara sistematis sebagai hasil penelitian
dengan metode tertentu. (Adib, 2010).
4
II.
PROSES LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN
1.1. Manusia Mencari Kebenaran
Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat
(common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. (Woodhouse,
2000).
Letak perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah
pada sistematik dan terkendali, yaitu :
a. Ilmu pengetahuan
1. Dikembangkan melalui struktur-struktur teori, dan diuji
konsistensi internalnya.
Dalam mengembangkan
strukturnya dilakukan tes ataupun pengujian secara
empiris atau faktual.
2. Teori dan hipotesis selalu diuji secara empiris atau
faktual.
3. Pengertian kendali (Kontrol) yang dalam penelitian
ilmiah dapat mempunyai pengertian yang bermacammacam.
4. Menekankan adanya hubungan antara fenomena secara
sadar dan sistematis. Pola penghubungnya tidak
dilakukan secara asal-asalan.
5. Cara member penjelasan yang berlainan dalam
mengamati suatu fenomena. Dalam menerangkan
hubungan antara fenomena, dilakukan dengan hati-hati
dan menghindari penafsiran yang bersifat metafisis.
Proposisi yang dihasilkan selalu terbuka untuk
pengamatan dan pengujian secara ilmiah. (Elqorni,
2009)
b. Penggunaan akal sehat
1. Tidak dikembanghkan melalui struktur teori, dan tidak
diuji konsistensinya.
2. Teori dan hipotesis tidak diuji secara empiris,
3. Pengertian kendali (Kontrol) tidak bermacam-macam.
4. Tidak menekankan hubungan fenomena secara sadar
sistematis.
5
5. Dalam menerangkan hubungan fenomena hasilnya bisa
bersifat metafisis dan tertutup serta tidak diuji secara
ilmiah.
1.2. Terjadinya Proses Sekularisasi Alam (Bagus, 2005)
Pada mulanya manusia menganggap alam adalah
sesuatu yang sacral, sehingga antara subjek dan objek tidak
ada batasan. Dalam perkembangannya terjadi pergeseran
konsep hukum (alam). Hukum didefinisikan sebagai
kaitan-kaitan yang tetap dan harus ada diantara gejalagejala. Kaitan-kaitan yang teratur didalam alam sejak dulu
diinterprestasikan kedalam hukum-hukum normative.
Disini pengertian tersebut dikaitkan dengan Tuhan atau
para dewa sebagai pencipta hukum yang harus ditaati.
Menuju abad ke-16 manusia mulai meninggalkan
pengertian hukum normative tersebut. Sebagai gantinya
muncullah pengertian hokum sesuai dengan hokum alam.
Pengertian tersebut berimplikasi bahwa terdapat tatanan
dialam dan tatanan tersebut dapat disimpulkan melalui
penelitian empiris. Para ilmuwan saat itu berpendapat
bahwa Tuhan sebagai pencipta hokum alam secara
berangsur-angsur memperoleh sifat abstrak dan impersonal.
Alam telah kehilangan kesakralannya sebagai ganti
muncullah gambaran dunia yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan alam bagi manusia modern dengan
kemampuan ilmiah manusia mulai membuka rahasiarahasia alam. (Elqorni, 2009)
1.3. Cara mencari kebenaran
Dalam sejarah manusia, usaha-usaha untuk mencari
kebenaran telah dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran terjadi secara kebetulan, tanpa
melakukan suatu usaha atau proses yang direncanakan.
Misalnya penemuan pohon kina sebagai obat penyakit
Malaria, dimulai dari ketika ada seorang Indian yang sakit
dan minum air dikolam dan akhirnya mendapatkan
6
kesembuhan. Dan itu terjadi berulang kali pada semua orang.
Akhirnya diketahui bahwa disekitar kolam tersebut tumbuh
sejenis pohon yang kulitnya bisa dijadikan sebagai obat
malaria yang kemudian berjatuhan dikolam tersebut.
(Elqorni, 2005)
b. Trial and Error
Yaitu cara coba-coba yang bersifat untung-untungan.
Sebagai contoh, model percobaan “problem box” Thorndike.
Percobaan tersebut adalah sebagai berikut : ‘Seekor kucing
yang kelaparan dimasukkan kedalam “problem box” yaitu
suatu ruangan yang hanya dapat dibuka apabila kucing
berhasil menarik ujung tali dengan membuka pintu. Karena
rasa lapar dan melihat makanan diluar maka kucing
berusahakeluar dari kotak tersebut dengan berbagai cara.
Akhirnya dengan tidak sengaja si kucing berhasil menyentuh
simpul tali yang membuat pintu jadi terbuka dan dia berhasil
keluar. Percobaan tersebut mendasarkan pada hal yang
belum pasti yaitu kemampuan kucing tersebut untuk
membuka pintu kotak masalah/ problem box. (Elqorni,
2009)
c. Melalui Otoritas
Kebenaran bisa didapat melalui otoritas seseorang yang
memegang kekuasaan, seperti seorang raja atau pejabat
pemerintah yang bsetiap keputusan dan kebijaksanaannya
dianggap benar oleh bawahannya. Dalam filsafat Jawa
dikenal dengan istilah ‘Sabda Pandeta Ratu’ artinya ucapan
raja atau pendeta selalu benar dan tidak boleh dibantah lagi.
d. Berfikir kritis / Berdasarkan pengalaman
Dengan cara berfikir kritis dan berdasarkan
pengalaman. Contohnya adalah berfikir secara deduktif dan
induktif. Secara deduktif artinya berfikir dari yang umum
ke khusus sedang induktif adalah dari yang khusus ke yang
umum. Metode deduktif sudah dipakai selama ratusan tahun
semenjak zamannya Aristoteles.
7
e. Melalui Penyelidikan Ilmiah
Menurut Francis Bacon, kebenaran baru bisa didapat
dengan menggunakan penyelidikan ilmiah, berfikir kritis
dan induktif. (Elqurni, 2009)
2.3. Dasar-dasar Pengetahuan
Dasar-dasar ilmu pengetahuan yang menjadi ujung tombak berfikir
ilmiah adalah :
1. Penalaran
Yaitu kegiatan berfikir menurut pola tertentu, menurut logika
tertentu untuk menghasilkan pengetahuan tertentu. Berfikir
logis mempunyai konotasi jamak, bersifat analitis. Aliran yang
menggunakan penalaran sebagai sumber kebenaran ini disebut
aliran rasionalisme dan yang menganggap fakta dapat
tertangkap melalui pengalaman sebagai kebenaran disebut
aliran empirisme.
2. Logika ( Cara penarikan kesimpulan)
Yaitu sebagaimana didefinisikan oleh William S.S. ialah ‘
pengkajian untuk berfikir secara sahih (valid)’ (Elqorni, 2009)
Dalam logika ini ada dua macam yaitu logika induktif dan
deduktif. Contoh menggunakan logika ini ialah model berfikir
dengan silogisme (penggabungan) seperti contoh berikut :
 Premis (pernyataan) mayor : semua manusia akhirnya mati
 Premis minor : Amir manusia
 Kesimpulan : Amir akhirnya akan mati
2.4. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang
meragukan setiap gejala yang ada di alam semesta ini. Manusia tidak mau
menerima saja hal-hal yang ada termasuk nasib dirinya sendiri. Rene
Descarte pernah berkata “De Onibus Dubitandum” yang mempunyai arti
bahwa segala sesuatu harus diragukan. Persoalan mengenai criteria untuk
menetapkan kebenaran itu sulit dipercaya. Dari berbagai aliran maka
muncullah pula berbagai kriteria kebenaran, antara lain :
a. Konsistensi dengan pernyataan dahulu yang
dianggap benar.
8
b.
c.
d.
e.
f.
Contoh :
3 + 3 = 6 , 2 + 4 = 6 , dan 1 + 5 = 6
Semua orang akan menganggap benar 3 + 3 = 6,
maka pernyataan 2 + 4 = 6 juga benar, karena
konsisten dengan pernyataan sebelumnya.
Teori Koherensi (konsisten)
Yaitu bahwa suatu pernyataan dianggap benar
bila pernyataan itu bersifat koheren dan
konsisten
dengan
pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya
ialah matematika yang bentuk penyusunannya,
pembuktiannya berdasarkan teori koheren.
Teori korespondensi (pernyataan sesuai
kenyataan)
Dipelopori oleh Betrand Russel. Dalam teori ini
suatu pernyataan dianggap benar apabila materi
pengetahuan yang dikandung berkorespondensi
dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. (Elqorni, 2009). Contohnya ialah
apabila ada seorang yang mengatakan bahwa
ibukota Inggris adalah London, maka
pernyataan itu benar.
Sedang apabila dia
mengatakan bahwa ibukota Inggris adalah
Jakarta, maka pernyataan itu salah, karena
secara kenyataan ibukota Inggris adalah
London.
Teori Pragmatis (kegunaan lapangan)
Tokoh utama teori ini adalah Charkes S Pierce.
Teori ini mengatakan bahwa kebenaran
didasarkan atas kegunaan teori tersebut.
Disamping itu aliran ini percaya bahwa suatu
teori tidak akan abadi, dalam jangka waktu
tertentu dapat diubah dengan mengadakan
revisi.
Ontologi (apa yang dikaji)
Yaitu hakekat apa yang dikaji atau ilmunya itu
sendiri.
Epistimologi (cara mendapatkan kebenaran)
Yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan
yang benar.
Beberapa hal yang perlu
9
diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan
adalah :
1. Batasan kajian ilmu : secara ontologism ilmu
membatasi pada pengkajian objek yang berada
dalam lingkup manusia, tidak dapat mengkaji
daerah yang bersifat transcendental (gaib/ tidak
nyata).
2. Cara menyusun pengetahuan : untuk
mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan
cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara
menggunakan metode ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan
ontologism dan aksiologis ilmu itu sendiri.
4. Penjelasan diarahkan kepada deskripsi
mengenai hubungan berbagai factor yang terikat
dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu
gejala dan proses terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan
eksplisit.
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan
kepada pengetahuan yang tidak tergolong pada
kelompok ilmu tersebut (disiplin ilmu yang sama).
7. Ilmu
mencoba
mencari
penjelasan
mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang
bersifat umum dan impersonal.
8. Karakteristik yang menonjol kerangka
pemikiran teoritis :
a. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif
b. Ilmu Sosial : induktif, empiris, kualitatif
10
III.
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dibagi menjadi beberapa periode,
yaitu :
1.
Periode Filsafat Yunani (abad 6 SM – 0 M)
Pada masa ini ahli ilmuwannya adalah Thales yang ahli
filsafat, astronomi dan geometri. Dalam penggambaran
intelektualnya menggunakan pola deduktif serta dalam masa transisi
inilah, kemunculan ilmu sangat berkembang dikalangan masyarakat.
(Adib, 2010).
2.
Periode kelahiran Nabi Isa a.s. (Abad 0 – 6 M)
Pada masa ini pertentangan antara gereja yang diwakili oleh
para pastur dan para raja yang pro kepada gereja. Sehingga pada
masa ini ilmu pengetahuan mengalami kemunduran. Para raja
membatasi kebebasan berfikir sehingga ilmu pengetahuan seolaholah telah mati suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi
otoritas gereja, gereja dan para raja yang berhak mengatakan dan
menjadi sumber kebenaran. Perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa ini sempat mengalami keterpurukan, karena terjadi pembatasan
kebebasan seseorang dalam berfikir dan berkarya.
3.
Periode kebangkitan Islam (abad 6 – 13 M)
Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami kegelapan, ada
juga yang mengatakan periode ini sebagai periode pertengahan.
Masa keemasan atau kenagkitan Islam ditandai dengan banyaknya
ilmuwan-ilmuwan Islam yang ahli dibidang masing-masing,
berbagai buku ilmiah diterbitkan dan ditulis. Diantara tokoh=-tokoh
tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali yang ahli dalam
hokum Islam. Al Farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina
ahli kedokteran dengan buku terkenalnya The Canon of Medicine.
Al Kindi ahli filsafat, al Ghazali seorang intelek yang meramu
berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan serta
mensintesis antara kesatuan agama, filsafat, mistik dan sufisme.
Ibnu Khaldun ahli sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi,
social dan kenegaraan. Anzhael ahli dan penemu teori peredaran
planet. Tetapi setelah terjadi perang salib, umat Islam mengalami
11
kemunduran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh
berbagai peperangan.
4.
Periode kebangkitan Eropa (abad 14 – 20)
Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber
otoritas kebenaran mengalami kehancuran, abad kemunduran umat
Islam , berbagai pemikiran Yunani muncul, alur pemikiran yang
mereka anut adalah empirisme dan rasionalitas. Peradaban Eropa
bangkit melampaui dunia Islam. Masa ini juga muncul intelektual
Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina The Canon of
Medicine, Fransiscan Roger Bacon yang menganut aliran
pemikiran empirisme dan realism berusaha menentang berbagai
kebijakan gereja dan penguasa pada waktu itu. Pada masa ini
banyak muncul para ilmuwan seperti Newton dengan teori
gravitasinya, John Locke yang menghembuskan perlawanan
kepada pihak gereja dengan mengemukakan bahwa manusia bebas
untuk berbicara, bebas mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup,
hak untuk merdeka, hak berfikir. Hal serupa juga dilakukan oleh
J.J. Rousseau mengecam penguasa dalam bukunya yang berjudul
Social contrak.
5.
Abad Renaisans (abad ke-14 – 17 M)
Yaitu suatu periode sejarah yang mencapai titik puncaknya
kurang lebih pada tahun 1.500, yang merupakan gerakan
kebudayaan yang bermula di Italia dan menyebar keseluruh Eropa.
Gerakan ini mencakup kebangkitan pengetahuan berdasarkan
sumber-sumber klasik, tumbuhnya panutan pada Sri Paus dan
segala sesuatu yang anggun, perkembangan gaya perspektif dalam
seni lukis, dan ilmu pengetahuan. Ilmuwan yang terkenak pada
masa ini adalah Leonardo da Vinci dan Michelangelo.
6.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan setelah abad ke -17
Ilmuwan Skotlandia bernama David Hume mengungkapkan
Problem of Induction, prolem yang terkandung dalam metoda
induksi atau disebut dengan metode generalisasi.
Hume
mengatakan bahwa data representative seberapapun persennya,
tidak dapat secara logis dipakai untuk mengambil kesimpulan
terhadap seluruh populasi. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak
12
dapat terlepas dari induksi. Pengembangan teori juga tidak pernah
lepas dari induksi. Artinya ilmu pengetahuan dan teori juga
mengandung problem. Artinya ilmu pengetahuan mempunyai
banyak celah untuk kesalahan. Karena sesungguhnya ilmu
pengetahuan dapat mencapai kebenaran pada tataran probabilitas
(kemungkinan).
13
IV.
KESIMPULAN

Mencari kebenaran adalah hal yang tidak mudah dan dapat
berbahaya, namun lebih berbahaya lagi jika kita berasumsi
bahwa kebenaran mutlak sudah ada ditangan kita.

Sejarah ilmu pengatahuan dapat dibuktikan dengan adanya
fakta yang salah satunya adalah berisi hokum-hukum alam
yang diperoleh dari sains juga tidak bisa dianggap memiliki
kebenaran kekal. Kita melihat bagaimana Hukum Newton
ternyata tidak bisa dipakai pada skala makrokosmos
(digantikan oleh teori relativitas Einstein) dan pada skala
mikrokosmos (digantikan oleh teori mekanika kuantum).
Teori geosentris yang sempat dianut ribuan tahun akhirnya
terbukti salah dan digantikan oleh teori heliosentris berkat
jasa Nicolaus Copernicus dan Galileo galilei. Siapa
diantara kita yang bisa menjamin semua teori diatas, hal ini
menggambarkan
bahwa
segala
aspek
tentang
perkembangan ilmu pengetahuan sangat beragam untuk
dicerna.
14
Daftar Pustaka
-
Adib, Mohammad, Drs.H.MA.. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogjakarta.
2010.
-
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2005.
-
Drijarkara, N.S.J., Prof.Dr.. Filsafat manusia. Pustaka filsafat. Yogyakarta.
2000.
-
Elqorni,
Ahmad
Kurnia.
http://elqorni.wordpress.com. 2009
-
Suparno, Paul, DR.. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Pustaka
Filsafat. Yogjakarta. 1997.
-
Takwin, Bagus. Filsafat timur : Sebuah Pengantar Pemikiran-pemikiran
Timur. Jalasutra. Yogyakarta. 2009.
-
Woodhouse, Mark B. Berfilsafat : Sebuah Langkah Awal ( Terjamahan A
Perface to Philosophy oleh Ahmad Norma Permata, P. Hardono Hadi, dan
Editor Kanisius). Kanisius. Yogyakarta. 2000.
15
Proses
Lahirnya
Ilmu.
Download