Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran matematika masih perlu diperbaiki, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga hasil belajar matematika siswa ikut meningkat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru bidang studi matematika di SMP N 2 Pelepat Bungo dikatakan bahwa kendala yang membuat nilai matematika siswa kelas VII ini rendah antara lain yaitu kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika, banyaknya siswa yang menganggap matematika itu membosankan, ketika belajar mereka tidak aktif di kelas sehingga hanya diam dan mendengarkan saat mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, siswa cepat lupa materi yang telah diajarkan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan, seringnya matematika dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami konsep-konsepnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran matematika menjadi monoton, tidak menarik bagi siswa dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran biasa yaitu model pembelajaran konvensional, guru kurang memfasilitasi siswa sehingga siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam proses belajar megajar. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya perbaikan proses pembelajaran agar melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dan pembelajaran yang melatih siswa belajar untuk menemukan sendiri konsep matematika dalam proses pembelajaran. Salah satu dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh siswa melalui penemuan sendiri akan mudah dipahami oleh siswa. Menurut Sutikno (2014:6) dalam membelajarkan, guru harus bisa memilih 1 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe model pembelajaran yang cocok untuk masing-masing materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan memilih model pembelajaran yang tepat untuk materi tertentu, dapat membawa hasil yang baik, bahkan suasana kelas akan terasa hidup sehingga peserta didik akan mudah menerima dan memahami materi yang sedang dipelajarinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan keaktifan siswa didalam kelas adalah model pembelajaran metakognitif dan model pembelajaran IKRAR. Model pembelajaran metakognitif dan model pembelajaran IKRAR dapat membuat siswa aktif didalam kelas karena pada model pembelajaran ini kegiatan pembelajaran dominan pada siswa, siswa melakukan diskusi kelompok dan melakukan pemecahan masalah, guru hanya membimbing siswa jika mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah. Didukung oleh pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu pendekatan saintifik kegiatan pembelajaran akan lebih efektif sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang baik. Dengan menggunakan pendekatan saintifik siswa akan mengalami tahapan-tahapan mulai dari siswa mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi, menyimpulkan dan mengkomunikan hasil dari pemecahan masalah. Karena siswa mengalami seluruh proses kegiatan pembelajaran maka siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran matematika sebab pembelajaran menjadi suatu pembelajaran yang bermakna. Sedangkan pada model pembelajaran konvensional kegiatan pembelajaran berpusat pada guru dan siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran hanya didominasi oleh guru yang 2 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe memberi penjelasan membuat siswa tidak aktif didalam kelas dan pembelajaran kurang efektif karena siswa tidak mengalami sendiri kegiatan pembelajarannya melainkan hanya sebagai pendengar yang pasif. Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk bisa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dan hal tersebut sudah tergambarkan pada pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik. Membuat siswa aktif didalam kelas bukanlah hal yang mudah dan guru sebagai seorang pendidik sudah seharusnya mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar siswa menjadi aktif, dan terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa dan berdampak pada hasil belajar yang baik. Model pembelajaran yang membuat siswa aktif adalah model pembelajaran Metakognitif. Model pembelajaran Metakognitif mengacu pada cara untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai proses berpikir dan pembelajaran yang telah dilakukannya. Sehingga siswa mengetahui apa yang diketahuinya dan apa yang tidak diketahuinya. Selain itu siswa mampu untuk mengoreksi kesalahan sendiri, menganalisis keefektifan strategi belajarnya, dan mengubah strategi atau cara belajarnya agar dapat meminimalkan apa yang tidak diketahuinya. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariwahyuni (2014) tentang “pengaruh model pembelajaran metakognitif terhadap pemahaman konsep matematika” dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Metakognitif lebih efektif dari pada dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran IKRAR terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama yaitu Inisiasi pada tahap ini siswa menganalisis permasalahan yang diberikan. Kemudian 3 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe tahap kedua adalah Konstruksi-Rekonstruksi merupakan inti dari proses pemecahan masalah matematika, yakni proses untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi konsep, prinsip, dan prosedur matematika, tahap ketiga Aplikasi merupakan proses penerapan atau pemodelan ide-ide matematika dalam dunia nyata. Pada tahap ini siswa mengerjakan atau menyelesaikan masalah sesuai dengan prosedur yang direncanakan. Dan tahap terakhir adalah Refleksi merupakan proses mental untuk melihat kembali keseluruhan proses sebelumnya secara utuh. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Widiartana (2014) yang berjudul “pengaruh model pembelajran IKRAR (Inisiasi, Konstruksi, Rekonstruksi, Aplikasi dan Refleksi) terhadap hasil belajar matematika” bahwa hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Materi Aritmatika Sosial merupakan materi yang berhubungan dengan kegiatan jual beli, untung dan rugi, dimana didalam materi tersebut erat hubungannya dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pada kedua model ini sangat cocok untuk materi aritmatika sosial karena pada model ini berpusat pada pemecahan masalah jadi sangat cocok digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dari hasil beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahawa model pembelajaran metakognitif dan model pembelajaran IKRAR lebih efektif dan lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah melakukan penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model 4 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe Pembelajaran IKRAR dan Model Pembelajaran Metakognitif Berbasis Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Pelepat”. • Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: • Apakah rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran metakognitif berbasis pendekatan saintifik lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional? • Apakah rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR berbasis pendekatan saintifik lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional? • Apakah rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran metakognitif berbasis pendekatan saintifik lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran IKRAR berbasis pendekatan saintifik? • Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: • Mengetahui rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan 5 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe menggunakan model pembelajaran metakognitif berbasis pendekatan saintifik apakah lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. • Mengetahui rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran IKRAR berbasis pendekatan saintifik apakah lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. • Mengetahui rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran metakognitif berbasis pendekatan saintifik apakah lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran IKRAR berbasis pendekatan saintifik. • Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis yaitu sebagai berikut: • Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran metakognitif berbasis pendekatan saintifik lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. • Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran IKRAR berbasis pendekatan saintifik lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. • Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar dengan Model pembelajaran metakognitif berbasis pendekatan saintifik lebih baik dari pada rata-rata hasil 6 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe belajar matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran IKRAR berbasis pendekatan saintifik. • Kegunaan Hasil Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: • Bagi peneliti, meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan, dan menambah pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuk menjadi guru. • Bagi peserta didik, memberikan suasana baru dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. • Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat aktif. • Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Agar Penelitian ini terarah maka penulis memberikan ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, yaitu: • Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP N 2 Pelepat Bungo. • Dalam penelitian ini yang akan diajarkan mengenai materi Aritmatika sosial 7 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe diKelas VII semester genap tahun pelajaran 2014/2015. • Keterbatasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran metakognitif berbasis pendekatan saintifik pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran IKRAR berbasis pendekatan saintifik pada kelas eksperimen II, sedangkan pada kelas kontrol akan digunakan model pembelajaran konvensional. • Dalam penelitian ini hasil belajar yang dilihat adalah hasil belajar matematika siswa pada aspek kognitifnya. • Definisi Istilah Definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: • Hasil belajar Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. • Model pembelajaran Metakognitif Model pembelajaran metakognitif mengacu pada cara untuk meningkatkan 8 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c8ad481944d31104940fe kesadaran siswa mengenai proses berpikir dan pembelajaran yang telah dilakukannya. Sehingga siswa mengetahui apa yang diketahuinya dan apa yang tidak diketahuinya. Selain itu siswa mampu untuk mengoreksi kesalahan sendiri, menganalisis keefektifan strategi belajarnya, dan mengubah strategi atau cara belajarnya agar dapat meminimalkan apa yang tidak diketahuinya. • Model Pembelajaran IKRAR Model pembelajaran IKRAR terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama yaitu Inisiai pada tahap ini siswa menganalisis permasalahan yang diberikan. Kemudian tahap kedua adalah Konstruksi-Rekonstruksi merupakan inti dari proses pemecahan masalah matematika, yakni proses untuk menganalisis, mensintesis, mengevaluasi konsep, prinsip, dan prosedur matematika, tahap ketiga Aplikasi merupakan proses pemodelan ide-ide matematika dalam dunia nyata. Pada tahap ini siswa menyelesaikan masalah sesuai dengan prosedur yang direncanakan. Dan tahap terakhir adalah Refleksi merupakan proses mental untuk melihat kembali keseluruhan proses sebelumnya secara utuh. • Pendekatan saintifik Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan ilmiah yang digunakan dalam kurikulum 2013. Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, mengkomunikasikan. 9 menarik kesimpulan dan