TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati mencakup sekitar 255 spesies dengan penyebaran yang hampir meliputi seluruh dunia. Kecuali di kutub dan beberapa kepulauan samudera. Bulunya yang khas berwarna abu-abu, cokelat atau merah muda, dengan bercakbercak kontras berwarna lebih cerah. Bulunya empuk dan acap kali tidak terpancang kokoh, tetapi kuat dan padat. Sayap dan ekornya menunjukkan banyak variasi dalam bentuk dan ukuran, tetapi tungkainya biasanya pendek, kecuali pada beberapa spesies darat memiliki tungkai cukup panjang. Tubuhnya gempal, lehernya pendek dan kepalanya kecil. Paruhnya rata-rata kecil, lunak pada pangkalnya dan keras pada ujungnya dan pangkal paruh sebelah atas terdapat tonjolan daging yang pada beberapa spesies membesar (Ultgeveri dan Hoeve, 1989) Kebanyakan burung merpati hidup di pepohonan, beberapa di antaranya hidup di tanah dan spesies lainnya lagi hidup di batu karang, sedangkan beberapa spesies yang hidup dekat dengan manusia mencari pemukiman di menara-menara kota dan pedesaan. Burung merpati liar yang hidup di kota adalah keturunan burung dara peliharaan. Semua burung merpati peliharaan adalah keturunan burung dara karang Eropa (Columba livia), yang pada spesies liarnya suka mengeram di punggung-punggung karang, sehingga keturunannya yang di kota pun bersarang di gedung-gedung bertingkat. Kebanyakan spesies ini hidup secara berkelompok, setidak-tidaknya di luar musim mengeram (Ultgeveri dan Hoeve, 1989) Allen (1980) menyatakan bahwa pemeliharaan burung merpati domestik sebagai sebuah hobi atau sebagai sebuah sumber keuntungan bukan hal yang baru. Sebenarnya burung merpati sebagai hobi yang paling tua dan dikenal oleh manusia, yaitu sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi (SM). Menurut Blakely dan Bade (1985) bahwa burung merpati mempunyai tiga fungsi salah satunya sebagai squab dan merupakan wujud yang paling disukai dari burung merpati sebagai penghasil daging. Squab yang berumur lebih dari 30 hari akan segera menurun keempukan dan kelezatan dagingnya. Oleh karena itu burung merpati umumnya dipotong pada umur 28-30 hari, yaitu saat pertumbuhan bulu sudah lengkap dan mulai meninggalkan sarang. Menurut Levi (1945) bangsa burung merpati yang banyak digunakan sebagai penghasil daging adalah King, Homer dan Carneau. Radiopoetro (1985) menyatakan bahwa burung merpati lokal memiliki sistematika sebagai berikut : Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Klas : Aves Sub Klas : Neornithes Devisio : Carmatae Ordo : Columbiformes Famili : Columbidae Genus : Columba Spesies : Columbia livia Varietas : Domestica Burung merpati dikelompokkan menurut umurnya. Piyik adalah anak burung merpati umur 1-30 hari, squaker adalah burung merpati berumur 30 hari sampai 6 atau 7 bulan, youngster adalah burung merpati umur 6 atau 7 bulan dan sampai kawin baik jantan muda atau betina muda. Yearling cock yaitu burung merpati jantan atau betina tua sampai diafkir (Tanubrata dan Syamkhard, 2004) Menurut Mosca (2000) warna bulu burung merpati terdiri dari tiga warna dasar yaitu hitam, coklat dan merah. Dari ketiga warna dasar tersebut warna lain dibentuk. Ketiga warna tersebut mengkorespondesikan warna dilusi. Noor (1996) menyatakan bahwa semua sumber warna rambut, bulu, kulit dan mata adalah melanin. Riset dan Teknologi (1981) menyatakan bahwa burung merpati yang terdapat di Indonesia merupakan ternak pendatang dan berasal dari merpati liar (Columba livia) yang penyebaran aslinya di daerah Eropa. Ternak ini sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat dengan pemeliharaan yang sederhana tanpa prinsip ekonomi dan ditujukan hanya untuk hobi atau kesenangan. Salah satu hal yang menarik adalah merpati memiliki sifat berkembang biak yang cepat sehingga punya potensi untuk dijadikan penghasil daging. Rasyaf dan Amrullah (1982) menyatakan bahwa bangsa-bangsa burung merpati yang ada di Indonesia kurang dapat 3 diidentifikasi dengan tepat karena berasal dari bangsa yang bercampur baur dan tidak dapat dikenal asal-usulnya. Kandungan zat gizi daging burung merpati cukup tinggi bahkan dalam beberapa hal lebih tinggi dari hasil unggas lain yaitu pada puyuh protein sebesar 21,1% sedangkan lemaknya 0,7% dengan bobot karkas 66,5%. Kandungan protein burung merpati sekitar 35,8% dan lemak 5,9% (Djanah dan Sulistyani, 1986). Bobot karkas yang dapat dikonsumsi adalah 60,0%-70,0% (Rasyaf dan Amrullah, 1982). Postur Tubuh Postur tubuh burung merpati balap memiliki keterkaitan dengan ciri-ciri morfologi (bentuk dan struktur luar mahkluk) dan anatomi. Karakteristik tersebut dapat dikaitkan dengan kecepatan dan gaya menukik landas terbang merpati yang dijadikan merpati balap (Tanubrata dan Syamkhard, 2004). Tanubrata dan Syamkhard (2004) menyatakan burung merpati merupakan spesies yang paling terkenal dalam keluarga Columbidae. Postur tubuh burung merpati lokal performing breed yang memiliki ketangkasan tumbler (akrobat di udara) adalah merpati jantan, walaupun tidak menutup kemungkinan betina juga ada (Darwati, 2003). Aktifitas Terbang Burung Merpati Aktifitas fisik burung merpati meliputi berbagai aktifitas seperti terbang, bertengger lepas landas dan mendarat. Aktifitas terbang sangat memerlukan kekuatan yang sangat besar. Lepas landas dan mendarat adalah fase penting dalam penerbangan burung yaitu sangat berpengaruh pada penyesuaian fungsional kinematik burung dalam penerbangan (Angela dan Biewner, 2010). Terbang ke atas dan ke bawah memerlukan energi potensial. Bergerak menaik dan menurun melibatkan energi potensial (PE) yang sesuai dengan kebutuhan daya untuk menyesuaikan dengan ketinggiannya dan kembali ke darat untuk makan, mengejar mangsa atau untuk manuver (Angela dan Biewner, 2010). Pada saat terbang burung tersebut banyak memerlukan energi dan membutuhkan banyak oksigen. Burung migran meningkatan kebutuhan oksigen saat penerbangan (Lasiewski, 1972). Burung merpati juga mempunyai banyak variasi terbang yang 4 memerlukan energi seperti lepas landas, meluncur, melonjak, mendarat dan mengepakkan sayapnya untuk melayang di atas langit. Canals et al. (2007) menyatakan bahwa parameter hematologi burung dan mamalia merespon kebutuhan lingkungan dan energi, seperti hipoksia pada ketinggian tempat yang tinggi untuk kebutuhan energi penggerak dan penerbangan. Hematokrit kapiler dan ukuran sel darah merah mungkin dipengaruhi oleh kebutuhan energi pada saat dilakukan penerbangan. Parameter hematologi harus bervariasi dengan parameter morfologi yang dapat menentukan kapasitas difusi oksigen. Pengaruh pernapasan anterior dan pertukaran panas pada waktu istirahat lebih efisien dibandingkan pada saat dilakukan penerbangan, hal tersebut terlihat ketika burung merpati saat beristirahat. Suhu udara dan kehilangan air yang rendah memungkinkan energi untuk terbang akan pulih kembali. Adapun kehilangan air akibat evaporasi meningkat pada saat dilakukan penerbangan (Canals et al., 2007) Pada burung-burung migran, saat terbang membutuhkan banyak oksigen (Lasiewksi, 1972; Berstien et al., 1973). Hal tersebut diikuti oleh peningkatan hematokrit, hemoglobin, dan jumlah sel eritrosit (Viscor et al., 1985) Michaeli dan Pinshow (2001) menyatakan bahwa burung merpati memiliki arus balik lebih efisien saat pertukaran panas pada pernapasan anterior ketika beristirahat dibandingkan pada saat penerbangan, pada waktu istirahat burung merpati akan pulih tenaganya. Ritchison (2008) menyatakan bahwa aktifitas burung saat terbang yaitu mulai dari meluncur, melonjak untuk penerbangan dan mengepak untuk melayang. Jenis aktifitas paling sederhana saat penerbangan adalah meluncur. Darah Darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari sel-sel yang terendam dalam plasma darah. Berbeda dengan jaringan lain, sel-selnya tidak menempati ruang tetap satu dengan yang lain, tetapi bergerak terus dari suatu satu ke tempat lain. Aliran darah dalam seluruh tubuh menjamin lingkungan yang tetap, agar semua sel serta jaringan mampu melaksanakan fungsinya. Jadi fungsi utama darah adalah mempertahankan homeostasis. Berbagai bentuk sel darah berasal dari sel induk (stem cells) dalam sumsum tulang dan memasuki aliran darah untuk memenuhi kebutuhan tertentu pada hewan (Dellman dan Brown, 1988). 5 Darah terdiri dari sel-sel yang terendam di dalam cairan yang disebut plasma. Sebagian besar sel-sel darah berada di dalam pembuluh-pembuluh, akan tetapi leukosit dapat bermigrasi melintasi dinding pembuluh darah guna melawan infeksi (Frandson, 1992). Frandson (1992) selanjutnya menyatakan bahwa darah memiliki beberapa fungsi yaitu: membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh; membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan; membawa karbondioksida dari jaringan di paru-paru; membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ke ginjal untuk diekskresikan; mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit. Bagian-Bagian Darah Hoffbrand dan Pettit (1987) menyatakan bahwa darah adalah jaringan yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat yaitu sel darah. Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan kompleks plasma. Sel-Sel Darah Merah (Eritrosit) Brown (1988) menyatakan bahwa bila setetes darah segar diperiksa di bawah mikroskop, terlihat sel-sel darah merah sebagai lempengan bikonkaf dengan diameter sekitar 8 µm. Dalam keadaan segar lempengan tersebut berwarna lebih kehijauhijauan daripada merah. Lekuk pada bagian pusat tiap sel darah mengarah menimbulkan bintik terang, sehingga dapat disalah tafsirkan sebagai nukleus. Akan tetapi sel darah merah dewasa pada mamalia (binatang menyusui) tidak bernukleus. Seringkali sel darah merah melekat berpadu dalam barisan atau rouleaux. Bila bagian tepi tetesan darah mengering maka, sel darah merah kehilangan cairan dan berubah bentuknya, beberapa berbentuk seperti mangkok, lain-lainnya tak teratur dalam garis-garis luarnya. Sel-Sel Darah Putih (Leukosit) Brown (1980) menyatakan bahwa jumlah sel darah putih (WBC) menunjukkan jumlah sementara sel darah putih dalam 1 mm kubik darah. Pada individu normal dan sehat, jumlah sel darah putih antara 5.000 dan 10.000 sel darah 6 putih per mm kubik. Jumlah bervariasi dengan usia, sedangkan jumlah sel darah putih pada bayi yang baru lahir adalah 10.000 hingga 30.000 sel darah putih per mm kubik, hal tersebut berkurang menjadi sekitar 10.000 per mm kubik setelah minggu pertama dan turun ke tingkat normal saat bayi berumur 4 tahun. Hemoglobin Hemoglobin adalah protein utama dalam sel darah merah matang. Sebuah molekul hemoglobin terdiri dari empat rantai globin. Setiap rantai globin terikat dengan besi heme yang mengandung zat besi. Dua dari rantai α-globin berasal dari lokus globin yang terdapat pada kromosom 16 dan sisanya dua rantai globin yang berasal dari lokus β-globin yang terdapat pada kromosom 11 (Schmaier dan Petruzzelli, 2003). Afinitas oksigen (daya ikat) yaitu kemampuan hemoglobin untuk mengubah afinitas oksigen sehingga memungkinkan seseorang atau hewan beradaptasi dengan berbagai lingkungan, situasi phsyiological atau patologis (Cotter, 2001). Hematokrit (PCV%) Nilai hematokrit atau volume sel packed adalah suatu istilah yang artinya peresentase (berdasarkan volume) dari darah yang terdiri dari sel-sel darah merah. Penentuannya dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi zat agar tidak menggumpal kemudian dilakukan sentrifusi sampai sel-sel menggumpul di bagian dasar. Nilai hematokritnya kemudian dapat diketahui secara langsung atau pun secara tak langsung dari tabung tersebut (Frandson, 1992) 7