BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan (Nybakken 1992). Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir dan menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal (Suharsono 1996). Secara ekologis terumbu karang berfungsi sebagai tempat mencari makan (feeding ground), daerah asuhan (nursery ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) bagi sumberdaya ikan dan organisme pendukung lainnya yang hidup di ekosistem tersebut (Nybakken 1992). Produksi hasil-hasil perikanan di daerah terumbu karang sangat tinggi. Menurut Kordi (2010), selama ini terumbu karang masih dilihat dan dimanfaatkan sebagai salah satu ladang ekonomi semata. Eksploitasi berbagai biota di terumbu karang tidak hanya menguras biota tersebut, tetapi juga menimbulkan kerusakan ekosistem secara keseluruhan. Dimana ikan karang target menjadi salah satu biota penting dalam ekosistem terumbu karang karena bernilai ekonomis tinggi. Ikan karang dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok berdasarkan tujuan pengelolaan, yaitu: kelompok ikan target (ekonomis/konsumsi), kelompok ikan indikator dan kelompok ikan mayor (berperan dalam rantai makanan). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan ikan target adalah ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis tinggi atau ikan kosumsi seperti famili Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae, Labridae dan Haemulidae (Dartnall dan Jones 1986). Adapun ikan sebagai sumber protein hewani merupakan bahan baku pangan utama yang berasal dari laut. Protein yang berasal dari ikan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Dahuri 2003). Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem pesisir dan laut agar kelangsungan hidup ekosistem pesisir dan laut dapat lestari. Namun dalam kenyataannya fungsi ekologis terumbu karang sebagai ekosistem penyangga bagi kehidupan pesisir dan lautan diabaikan, termasuk fungsinya sebagai benteng dan pelindung pantai (Kordi 2010). Beberapa faktor utama yang mengancam kelestarian sumber daya keanekaragaman hayati pesisir dan laut adalah pemanfaatan berlebih (Over exploitation) sumber daya hayati, penggunaan teknik dan peralatan penangkap ikan yang merusak lingkungan, perubahan dan degradasi fisik habitat, introduksi spesies asing, konversi kawasan lindung menjadi peruntukan lainnya, perubahan iklim global serta bencana alam (Dahuri 2003). Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) yang terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total luas wilayah daratan sebesar 8,7 , dengan P. Bira Besar termasuk di dalam wilayah TNKpS yang memiliki keanekaragaman hayati pesisir dan laut yang tinggi. Pulau Bira Besar merupakan kawasan yang terbagi ke dalam dua zona, yaitu Zona Inti pada bagian utara pulau dan Zona Pemanfaatan pada bagian lainnya (BTNKpS 2007). Fakta ini sangat unik karena di satu sisi pulau ini merupakan daerah yang tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan wisata sedikitpun namun di sisi lain kegiatan wisata menjadi tujuan utama dari fungsi Zona Pemanfaatan di pulau tersebut. Dengan semakin cepatnya perkembangan di sektor pariwisata pada wilayah TNKpS dapat mengakibatkan kerusakan pada ekosistem pesisir yang ada, seperti ekosistem terumbu karang dan ikan karang. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kondisi tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan target guna mengetahui hubungan dari kondisi tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang target tersebut serta memudahkan perencanaan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang efektif. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana hubungan kondisi tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang target di perairan Pulau Bira Besar TNKpS DKI Jakarta dilihat dari persentase tutupan karang hidup, indeks kematian karang dan kelimpahan ikan karang target. 1.3 Tujuan Untuk mengetahui hubungan tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang target di perairan Pulau Bira Besar TNKpS DKI Jakarta untuk menjelaskan karakteristik hubungan tersebut dengan kondisi terumbu karang. 1.4 Kegunaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi ekosistem terumbu karang dan kelimpahan ikan karang target serta hubungan kondisi karang hidup dengan kelimpahan ikan karang target kepada stakeholder ataupun peneliti lain sebagai data awal ataupun pembanding, yang menjadi dasar untuk pengelolaan terumbu karang dan ikan karang di perairan Pulau Bira Besar TNKpS DKI Jakarta. 1.5 Kerangka Pemikiran Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan laut yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Karena itu, terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang menjadi habitat dan aktivitas berbagai biota laut. Ribuan spesies, baik hewan maupun tumbuhan menjadi bagian penting dalam ekosistem terumbu karang. Spesies-spesies tersebut banyak ditemukan dari spesies ikan di terumbu karang yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik ikan konsumsi maupun ikan hias (Kordi 2010). Ikan-ikan di terumbu karang ditangkap untuk konsumsi lokal maupun untuk pasar ekspor. Menurut Salm (1984) dari total hasil ekspor ikan dari Indonesia berasal dari daerah karang. Beberapa jenis ikan yang merupakan ikan yang harganya sangat mahal, seperti kerapu, kakap merah dan napoleon telah memberikan sumbangan yang sangat besar pada kerusakan terumbu karang, karena penangkapan yang desdruktif dengan menggunakan bahan kimia beracun (Kordi 2010). Menurut Djamali dan Mubarak (1998) di perairan Indonesia ikan karang paling sedikit ada 10 famili utama sebagai penyumbang produksi perikanan, yaitu: Caesiodidae, Holocentridae, Serranidae, Siganidae, Scaridae, Priacanthidae, Labridae, Lutjanidae, dan Haemulidae. Sementara itu potensi produksinya mencapai 145.250 ton/tahun untuk wilayah seluruh Indonesia. Namun tingkat pemanfaatannya telah mencapai 156.890 ton/tahun yang berarti telah mencapai tingkat over fishing. Hampir semua spesies dari ikan karang target memilih terumbu karang sebagai habitat asli mereka, karena jumlahnya yang besar mengisi seluruh daerah di terumbu, maka terlihat dengan jelas bahwa mereka merupakan penyokong hubungan yang ada di dalam ekosistem terumbu karang. Menurut Faizal (2012) Pengawasan di Zona Inti dan Zona Perlindungan harus ditingkatkan karena cenderung mengalami kerusakan. Dengan meningkatnya perkembangan sektor pariwisata pada wilayah TNKpS dapat berpotensi mengakibatkan kerusakan pada ekosistem pesisir yang ada. Kegiatan wisata bahari seperti snorkeling, diving, fishing, atau kunjungan wisatawan dengan boat atau kapal-kapal motor yang menyebabkan pencemaran perairan dari oli kapal dan kerusakan pada substrat dasar oleh jangkar kapal. Hal ini secara langsung dapat mengganggu ekosistem yang berada di daerah tersebut, terlebih untuk ekosistem terumbu karang dan ikan karang yang menjadi sasaran para nelayan dan masyarakat setempat untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Menurut Wijayanti (2008) dalam Setyawan dkk (2011) terumbu karang di Kepulauan Seribu memiliki nilai penting bagi masyarakat Kepulauan Seribu sebagai sumber perikanan dan yang lain sebagai tujuan wisata. Menurut Setyawan dkk (2011) tutupan karang hidup di Pulau Bira Besar terus mengalami kenaikan dari tahun 2005 sebesar 34%, menjadi 37% pada tahun 2007 dan terus naik hingga 39% pada tahun 2009. Peningkatan ini sangat penting karena dapat berguna bagi banyak biota-biota lain yang berasosiasi langsung dengan terumbu karang seperti ikan karang target. Namun sayangnya tutupan karang hidup ini hanya ada pada sisi barat Pulau Bira Besar, sehingga dianggap belum mewakili ekosistem terumbu karang yang ada di pulau tersebut, dan data mengenai kelimpahan ikan karang target masih sangat sedikit. Oleh karena itu penelitian ini akan meliputi empat arah mata angin pada sisi perairan Pulau Bira Besar untuk melihat lebih jelas bagaimana kondisi tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan karang target serta bagaimana hubungan antara keduanya di perairan Pulau Bira Besar TNKpS DKI Jakarta.