1 KEWENANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ( POLISI PERAIRAN ) DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PELAYARAN OVERDRAFT DI TINJAU MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA EDY SANJAYA Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Samarinda. Indonesia ABSTRACT ABSTRAK Criminal offenses cruise is one of the criminal acts that occurred in the waters and a threat to the crew or passengers and cargo in the payload, and here the role of water police as acting principal in the waters of the competent prosecuting criminal offenses in accordance with the authority of the Police as contained in Article 16 of Law - Law No. 2 of 2002 on State police can make arrests, detentions, searches and seizure. Sailing criminal offense provisions set in the Law - Law No. 17 of 2008 on Shipping in Chapter XIX of Article 284 to Article 336. Enforcement will be undertaken in order to combat criminal acts cruise excessive overdraft or charge for the creation of law enforcement in the waters under the principles rule of law in Article 2 of Law - Law No. 17 of 2008 on the cruise Tindak pidana pelayaran merupakan salah satu dari tindak pidana yang terjadi di perairan dan merupakan suatu ancaman bagi awak kapal maupun penumpang dan muatan yang di angkutnya dan di sini peran polisi perairan sebagai pelaksana tugas pokok di perairan berwenang menindak pelaku tindak pidana sesuai dengan kewenangan Polri seperti yang tercantum dalam pasal 16 Undang undang Nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian Negara dapat melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. Ketentuan tindak pidana Pelayaran di atur di dalam Undang - undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dalam Bab XIX dari pasal 284 sampai pasal 336. Penindakan yang di lakukan agar dapat memberantas tindak pidana pelayaran overdraft atau muatan yang berlebihan agar 2 terciptanya penegakkan hukum di perairan berdasarkan asas tegaknya hukum dalam pasal 2 Undang – undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran melakukan tindakan tindak pidana perlu di jabarkan agar dapat menjadi acuan dalam Dan aktifitas di perairan yang Alasan Pemilihan Judul merupakan dengan salah satu transportasi pesatnya penunjang pertumbuhan suatu tindakan. BAB I PENDAHULUAN Seiring melakukan penduduk suatu pembangunan dan nasional tidak lepas dari pengawasan pembangunan diberbagai bidang yang Polri dalam hal ini pelaksana tugas di merupakan bentuk dari suatu perairan di lakukan oleh Polisi perairan modernisasi suatu negara sehingga yang merupakan salah satu bagian dari pengawasan dan pencegahan terhadap tubuh Polri yang menjalankan tugas suatu tindak pidana perlu di lakukan pokok di perairan dan yang menjadi sedini mungkin agar terciptanya objek di perairan adalah kapal niaga keteraturan dalam proses pembangunan yang melakukan tindak pidana.1 dan terhindar dari berbagai tindakan Maka yang dapat merugikan suatu Negara. mengangkat dari judul itu penulis skripsi “ Peran Polri sebagai alat Negara KEWENANGAN berperan penting dalam proses pembangunan ini dan wewenang yang menjadi payung hukum KEPOLISIAN dalam 1 ) Rosadi jamhur,2005,Pola penyidikan Polair dan Patroli Perairan,Lemdikpol,Jakarta.hal 2 3 NEGARA REPUBLIK INDONESIA ( POLISI PERAIRAN ) PEMBERANTASAN PIDANA DRAFT DALAM penanganan tindak pidana TINDAK pelayaran ? PELAYARAN DITINJAU OVER 20O2 2 lapangan / perairan ? 3. Pemberantasan tindak pidana TENTANG KEPOLISIAN NEGARA ”. A. 2. Pelaksanaan tugas Polri di MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR TAHUN 1. Kewenangan Polri dalam overdraft / muatan berlebihan ? B. terhadap Undang - Undang Kepolisian pada kewenangan Polri dalam penanganan masalah tindak pidana pelayaran dalam hal ini over draft. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian mengangkat : Kegunaan Tujuan penelitian dimaksudkan Masalah diangkat berdasarkan tinjauan yuridis Dan Penelitian Perumusan Dan Pembatasan Perumusan masalah yang Tujuan agar memperoleh data yang konkrit yang berhubungan dengan penelitian yang dibahas dan mempertajam analisis terhadap permasalahan yang diangkat serta menambah pengetahuan mengenai aturan – aturan hukum. Kegunaan penelitian ditujukan dapat dijadikan pedoman agar dalam melakukan penindakan C. Metode dan Teknik Penelitian 4 Berdasarkan pembahasan yang penulis sajikan, menggunakan maka metode dan penulis dengan penulisan skripsi ini. 2. Teknik Pengumpulan Data Penulis Sumber data Dalam buku yang ada relevansinya teknik penelitian sebagai berikut: 1. penulis dari berbagi buku- penulisan skripsi ini penulis mengelompokkan data yang ada dalam dua bagian membagi pengumpulan data ini dalam dua teknik penelitian yaitu: a. Penelitian kepustakaan yaitu: Penelitian a. teknik Data primer ini dilakukan dengan membaca, mengutip, adalah dan membuat catatan – catatan merupakan data yang utama penting yang ada relevansinya yang dengan penulisan skripsi ini. Data primer diperoleh berdasarkan penulis penelitian di b. Penelitian lapangan lapangan yaitu, di Perairan Balikpapan. b. Data sekunder Data sekunder adalah data pelengkap bagi data primer yang ada yang di peroleh Merupakan teknik pengumpulan langsung data yang diperoleh oleh penulis dari obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu : 5 1) Wawancara data Yaitu wawancara langsung sekunder. dengan pejabat Polri dalam analisis menangani tindak pidana kemudian Yang deskriptif. ada hubungannya dengan penelitian. D. 2) Observasi Yaitu pengamatan langsung di terhadap kejadian yang lapangan peristiwa, atau kegiatan berkaitan tentang ciri - ciri kapal yang melakukan tindak pidana over draft. menggunakan segala penulis secara kualitatif di sajikan yang secara Sistematika Pembahasan Di dalam pembahasan ini, memberikan ulasan-ulasan sistematika penulis akan secara singkat mengenai materi penelitian meliputi: BAB I PENDAHULUAN, yang berisi sebagai berikut: Alasan pemilihan judul; Perumusan kegunaan penelitian; Dalam membahas penelitian yang maka Kemudian data dan pembatasan masalah; Tujuan dan Analisis data disajikan, maupun dengan penelitian tersebut. Yaitu 3. primer penulis informasi dan data yang di peroleh. Baik itu Teknik Penelitian; Metode dan Sistematika Pembahasan. BAB II KERANGKA TEORITIS, yang berisi sebagai berikut: 6 Pengertian kepolisian; Pengertian Selanjutnya pada BAB IV PENUTUP, pelayaran; Pengertian overdraft; akan penulis sajikan kesimpulan dari keseluruhan uraian penelitian yang Pengertian hukum pidana BAB III HASIL PENELITIAN DAN telah disampaikan pada bab sebelumnya. Kemudian tidak lupa PEMBAHASAN pula Dimana merupakan suatu kesimpulan tentang kewenangan polri terhadap adanya suatu tindak pidana pelayaran penulis akan mencoba memberikan saran bagi pihak yang merasa memerlukan skripsi ini untuk menambah pengetahuan. sebagaimana yang terurai pada bab sebelumnya, merupakan hal mana yang suatu tindak pidana BAB II PEMBAHASAN PENELITIAN A. KEWENANGAN DAN POLRI pelayaran over draft. DALAM PENANGANAN Untuk itu melalui Bab III ini, penulis TINDAK PIDANA akan menguraikan antar lain: PELAYARAN 1. Pelaksana Kewenangan Polri dalam penanganan penegakkan hukum tindak pidana Pelayaran; pelaksanaan di perairan tugas Polri di lapangan/perairan; Polri dalam menjalankan pemberantasan tindak pidana tugas dan fungsi selalu pada aturan pelayaran overdraft. berdasarkan maupun ketentuan yang telah 7 diatur dalam undang-undang tahun 2010 tentang susunan dan peraturan – peraturan yang tata di Kepolisian Negara Republik buat oleh kesepakatan bersama baik di dalam intern kerja dan organisasi Indonesia. kepolisian maupun peraturan Dan ini menegaskan bahwa pemerintah yang mengaturnya fungsi Polisi Perairan sebagai dan hal ini menjadi dasar penegakkan hukum di perairan hukum sebagai dapat di lakukan dengan tetap pedoman dalam pelaksanaan berpedoman pada Undang - tugas Undang Nomor 2 tahun 2002 yang kuat dan Polri menjalankan dalam tugas dan wewenang. Dalam rangka penegakkkan hukum di perairan di tentang Kepolisian sesuai dengan dalam penanganan Negara wewenang tindak pidana dalam pasal 16. Dan laksanakan oleh polisi perairan objek yang bertugas sesuai dengan perairan adalah kapal niaga Peraturan Kapolri Nomor 22 yang melakukan tindak pidana tahun 2010 tentang susunan di tata tindak pidana pelayaran. kerja kepolisian sebagai dan organisasi tingkat tindak lanjut Polda dari Peraturan Presiden Nomor 52 hukum perairan 2. dari salah Tindak Pelayaran Polisi satunya Pidana 8 Tindak pidana Telah di atur dalam Undang- salah undang Nomor 17 tahun 2008 satu dari tindak pidana yang Tentang Pelayaran pada Bab terjadi XIX Pelayaran merupakan di perairan yang mengenai ketentuan menjadi objek hukum dari pidana pada pasal 284 sampai Polisi perairan, dikatakan pasal 336 tindak pidana karena c. Ancaman pidana ( bagi memenuhi unsur – unsur dari yang melanggar ) suatu tindak pidana seperti Di yang telah di rumusakan dalam kurungan maupun denda seperti Bab II yang tertulis di dalam ketentuan a. Adanya kegiatan / tindakan / perbuatan yang di lakukan tanpa memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau kesengajaan demi dengan suatu kepentingan b. Yang di larang ( oleh aturan hukum ) dengan pidana pidana pada pasal 302 Undang- Suatu perbuatan suatu ancam undang Pelayaran “ nakhoda yang melayarkan kapalnya sedangkan bersangkutan bahwa kapal layak laut yang mengetahui tersebut tidak sebagaimana di maksud dalam pasal 117 ayat (2) di pidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak 9 B. Rp.400.000.000,00 (empat ratus tindakan-tindakan kepolisian juta rupiah). guna memelihara ketertiban PELAKSANAAN TUGAS menjamin keamanan umum masyarakat. POLRI DI PERAIRAN 1. dan Pelaksanaan Patroli Patroli perairan adalah Kapal patroli Polri adalah kapal pemerintah yang salah satu kegiatan kepolisian mempunyai yang dilakukan oleh kapal jelas (nomor lambung, nama Polri sebagai usaha mencegah kapal,cat bertemunya kapal, dan seterusnya) dan NIAT KESEMPATAN, dan dengan identitas kapal, mempunyai yang bendera kewenangan jalan mendatangi, untuk menegakkan hukum di menjelajahi, mengamati, wilayah perairan Indonesia. mengawasi, memperhatikan situasi dan kondisi yang di perkirakan akan menimbulkan segala bentuk kejahatan dan gangguan pelanggaran kamtibmas, hukum serta memerlukan kehadiran kapal Polri untuk melakukan Deteksi penilaian dini awal merupakan terhadap semua bentuk kerawanan dan gangguan kamtibmas yang mungkin terjadi, sehingga dapat di cegah dengan segera untuk tidak berubah menjadi ancaman nyata. 10 Adapun kegiatan penilaian awal / deteksi dini, di dapat melalui: 1. Informasi dan laporan a. secara detai b. intelijen dari seperti: komando atas a. laporan diamati/di antara Nama samping,dan b. Jenis kapal instansi lain c. Agen Laporan dari Informasi/ dari lain kapal/nakhoda masyarakat nelayan/pantai c. tentang informasi kapal yang curigai Informasi ,komando perusahaaan d. Pelabuhan singgah terakhir/tujuan kapal-kapal niaga d. Informasi/lapor dari pesawat udara pengintai/patroli udara 2. menegetahui sedang seperti: an Untuk e. Muatan kapal f. Jumlah ABK Adapun sarana yang di gunakan adalah: Pengamatan yang di lakukan oleh: a. Radar elektronik b. 3. a. Teropong b. Radar/arpa c. Radio komunikasi Visual/mata Pengenalan pengawasan sasaran d. dan Isyarat (bendera,morse,lampu) e. lainnya. Peralatan bantu 11 2. Proses Penindakan Pengejaran Pengejaran adalah pengejaran adalah tindakan kapal patroli polisi untuk dapat menangkap dan menahan kapal yang di curigai melakukan tindak pidana sampai pada batas perairan 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Pengejaran dilaksanakan apabila kapal yang di curigai mengabaikan perintah berhenti dengan tanda yang dapat di dengar atau dapat dilihat yang diberikan oleh kapal patroli. tertentu sesuai dengan Penghentian kapal yang telah ditentukan Penghentian kapal dalam undang- undang. adalah perintah untuk berhenti untuk suatu Pelaksanaan kapal yang dicurigai pengejaran: melakukan tindak Dasar hukum dari pidana di wilayah pengejaran adalah pasal perairan oleh kapal 16 ayat (1) huruf a patroli polisi dengan Undang-undang Nomor 12 tanda yang dapat yang dapat di dengar atau dapat didengar atau dilihat. dilihat,meliputi: Dasar hukum: Pasal 16 ayat (1) huruf d Undang – Undang Nomor 2 tahun 2002 (a) Bendera K (b) Optos lampu (c) Semaphore (d) Megaphone (e) Menembakkan peluru api (2) Jika perintah berhenti menurut tentang Kepolisian cara- cara di atas tidak diindahkan Negara oleh kapal tersangka, maka kapal Prosedur penghentian tersebut diberikan peringatan dengan menembakkan meriam Prosedur penghentian kapal untuk keperluan pemeriksaan di laut di awali dengan menyebutkan identitas kapal sendiri dengan menggunakan tanda / isyarat : (1) Dimulai dengan memberikan perintah berhenti dengan tanda peluru hampa (3) Jika penghentian kapal menurut cara- cara di atas tidak diindahkan agar dilepasakan tembakan meriam dengan peluru tajam dengan sasaran tembakan air laut di haluan dan air laut di buritan yang dapat dilihat jelas dari kapal yang dicurigai. (4) Jika peringatan ini masih juga tidak diindahkan, penembakan 13 meriam dengan peluru tajam pada pemeriksaaan kapal meliputi hal- kapal yang dicurigai melakukan hal sebagai berikut: tindak pidana dan diupayakan a. Observasi sebelum tidak menimbulkan luka dan pemeriksaaan. kekerasan manusia. Observasi ini dimaksudkan Memeriksa kapal untuk mengumpulkan dan mencatat informasi yang Dasar hukum dapat dilihat dan berguna Pasal 16 ayat 1 huruf e nantinya pada saat tentang UU No. 2 Tahun pemeriksaan. 2002 tentang kepolisian Berikut adalah daftar bebrapa objek observasi negara yang dapat dibuat: (1) Persiapan 1. Pos lokasi kapal 2. Kegiatan kapal merupakan hal yang utama, 3. Jenis kapal maka harus memperhatikan 4. Tanda- tanda di Keselamatan tim pemeriksa lambungan kapal setiap usaha untuk menjamin 5. Kondisi kapal keselamatan dengan 6. Bendera kapal memperhatikan prosedur- 7. Haluan dan kecepatan 8. Elektronik 9. Jenis dan kondisi prosedur keamanan, persiapan perlengkapan 14 10. Jumlah orang yang ada di kapal 5. Keadaaan cuaca 6. Waktu ( siang dan 11. Reaksi awak kapal atas kehadiran pemeriksa malam ) 7. 12. Bagaimana penampilan orang –orang tersebut pelanggaran 8. b. Tingkat resiko dan ancaman Semua pemeriksaaan melibatkan tingkat resiko personil tim pemeriksa penentuan tingkat resiko di buat untuk menentukan cara bertindak dalam mengantisipasi kemungkinan resiko yang akan terjadai. Beberapa hal yang menentukan tingkat resiko adalah: 1. Jumlah personil yang Kemungkinan Kegiatan kapal / orang dikapal c. Membuat rencana pemeriksaan Tujuan membuata rencana pemeriksaan adalah untuk menjamin bahwa setiap orang dalam tim pemeriksa tahu apa yang harus di kerjakan dan kapan harus mengerjakannya dan juga mencoba untuk mencapai hasil- hasil yang maksimum dengan gangguan yang minimum. ada di kapal 2. Konfigurasai kapal 3. Kebangsaaan awak kapal 4. Reaksi awak kapal atas kehadairan pemeriksa Rencana pemeriksaan meliputi : 1. Tingkat resiko 15 2. prosedur – prosedur Tugas – tugas khusus bagi setiap anggota pemeriksaaan dapat berjalan ketika naik ke kapal 3. dengan lancar.untuk itu Kapan dan dimana prosedur-prosedur pengumpulan awak kapal 4. pemeriksaaan harus di Bagaimana perhatikan. rekomunikasai antar tim pemeriksa 5. 6. Beberapa butir prosedur Bagaimana rekomunikasi dengan pemeriksaaan di uraikan sebagai kapal pemeriksa berikut : Apakah ada kata- kata 1.Naik ke kapal kode yang di gunakan 7. Rencana kemungkinan 8. Sebelum manaiki kapal,periksalah untuk menjamin bahwa setiap Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu akan menaiki kapal. tim pemeriksa. a. keamanan tim pemeriksa Prosedur pemeriksaaan kapal b. keamanan kedua kapal ( kapal yang memeriksa Keselamatan tim pemeriksa dan kapal yang adalah hal yang diperiksa) utama,sehingga proses c. lokasi kapal yang pemeriksaaan dapat berjalan dengan lancar.untuk itu diperiksa d. lokasi bawah kapal 16 e. lokasai perlengkapan kapal 1.menjaga agar para awak kapal agar para awak kapal di tetap menjauh dari tempat penaikkan perintahkan agar menjauh 2.mengamati seluruh dari tempat dimana pemeriksa merencanakan untuk naik,jangan membiarkan mereka membantu tim pemeriksa naik ke kapal.tim pemeriksa harus kapal dengan waspada 3.konsentrasi pada area ancaman mendadak b.orang kedua yang naik ke kapal membantu yang lain yang akan naik ke kapal mengambil posisi yang c. orang lain berikutnya aman setelah berada di atas setelah naik ke kapal kapal harus bergerak ke posisis aman dan 2. tata cara menaiki kapal selalau mengawasi posisis fisik seluruh tim a. orang pertama yang pemeriksa,lokasi semua naik ke kapal segera senjata,awak kapl. mengamankan situasi awak kapal dengan cara : d. hanya berurusan dengan nakhoda 17 kapal karena dialah yang mengepalai a. Katakan nama ( pimpinan ) pemeriksa b. Dari kantor / instansi seluruh awak kapal. e. seluruh anggota tim pemeriksa harus terinformasi ( mengerti ) atas setiap gerakan awak kapal. mana ( POLRI ) c. Katakan secara ringkas alasan mengapa tim pemriksa naik ke kapal d. Mintalah senjatasenjata bila di kapal tersebut ada senjata, jangan mengambil sendiri 3. pengenalan tim pemeriksa Pemeriksaan Tujuannnya adlah untuk memperkenalkan diri, menyampaikan maksud pemeriksaan, penyelidik jikalau ada senjata di kapal. Dilakukan terhadap nakhoda kapal segera setelah naik ke kapal. 1. Sesudah berada di atas kapal dan telah memperkenalkan diri kepada nakhoda atau perwira kapal yang bertanggung jawab,inspektor atau pemeriksa segera Beberapa hal yang mencakup tindakan memperkenalkan diri: memeriksa dokumen dan sertifikat kapal. 18 2. Apabila senua sertifikat memenuhi persyaratan, masih berlaku dan kesan pemeriksaan harus pemeriksaaan secara mengadakan pemeriksaaan umum serta pengamatan yang lebih mendetail visual di atas kapal Pengertian penahanan memperlihatkan suatu Penahanan adalah situasi, atau awaknya standar pemeliharaan yang baik,pemeriksa hendaknya membatasi pemeriksaaan pada kekurangan- kekurangan yang di laporkan atau penempatan tersangka di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dan penetapannya dalam hal dan menurt cara yang diatur dalam undang – undang. 1) yang kelihatan bila ada. Dasar hukum a) Pasal 16 ayat (1) huruf a UU No. 2 Tahun 2002 Apabila pemeriksa tentang kepolisian Negara mempunyai dasar-dasar yang kuat dari kesan secara umum atau pengamatan di atas kapal menyimpulakan bahwa kpal, perlengkapannya atau awaknya benar- benar tidak 2) Penahanan adalah sebagai berikut: a) Penahanan dilakukan oleh penyidik pembantu 19 b) atas pelimpahan diancam dengan wewenang dari penyidik hukuman 5 tahun ke dengan surat perintah dan atas atau melakukan berita acara pelaksanaan tindak pidana lain penahanan. yang ditentukan Penahanan dilakukan dalam pasal 21 ayat terhadap tersangka, (4) KUHAP. karena : 1. c) Surat perintah harus Untuk memudahkan memuat jenis penahanan, pemeriksaan, timbul jangka waktu penahanan kekhawatiran bahwa dan tembusannya tersangka akan dikirimkan kepada melarikan diri, keluarganya atau merusak atau perwakilan negaranya. menghilangkan barang bukti atau mengulangi 3) Dokumen yang harus dibuat : a. Surat perintah penahanan b. Berita acara penahanan A. Berita acara pemeriksaan melakukan tindak ( BAP ) pidana. 1) Penyidik, setelah 2. Tersangka membaca dan melakukan tindak mempelajari semua pidana yang 20 hasil pemeriksaan kejadian itu dan saksi – saksi dan para dimana 2) Penyidik tersangka serta menguraikan elemen memperhatikan – elemen tindak bukti- bukti yang ada, pidana yang maka penyidik dipersangkakan membuat suatu ,kemudian dikaitkan kesimpulan/ pendapat dengan rangkaian antara lain tentang : perbuatan tersangka ( a. Telah terjadi tindak pidana atau percobaan melakukan diakui atau di sangka ) yang diperkuat oleh alat bukti lain kejahatan b. Dilakukan oleh seseorang tersangka atau 3) Apabila penyidik berpendapat, bahwa tersangka telah lebih ( secara bersama – sama melakukan tindak atau saling pidana, maka dalam menbantu pendapatnya di c. Kapan ( pada jam….. pada tentukan pasal yang hari……dalam melanggar. bulan…… tahun…….) 21 Prosedur penahanan terhadap 30 hari dan dapat diperpanjang apabila tersangka tindak pidana: berkas perkara belum selesai sampai Menurut KUHAP pasal 24, 26, 27 menyebutkan: Tahanan penyidik : 60 hari, diajukan kepada ketua pengadilan negeri. Apabila sudah 90 hari tersangka harus dikeluarkan demi hukum. 20 hari dan dapat diperpanjang apabila berkas perkaranya belum selesai sampai 40 hari, di ajukan kepada penuntut umum. Akan tetapi dalam hal tindak pidana pelayaran overdraft tidak dilakukan penahanan karena ancaman pidananya kurang dari 5 (lima) tahun sesuai Apabila sudah 60 hari, penyidik harus dengan pasal 21 ayat 4 KUHAP. mengeluarkan tersangka demi hukum. Berkas perkara awal / pendahuluan. Tahanan penuntut umum : Semua surat – surat dan berita acara 20 hari dan dapat diperpanjang apabila berkas perkara belum selesai sampai 30 hari, diajukan kepada ketua pengadilan negeri. Apabila sudah 50 hari, penuntut harus yang memuat tindakan atau rangkaian penyidikan berkas menjadi satu dan dibuat dalam beberapa rangkap untuk berbagai kepentingan. Berkas perkara mengeluarkan tersangka demi hukum Tahanan hakim pengadilan negeri: 1. Sampul berkas perkara memuat antara lain: 22 n. Surat perintah dan berita acara a. Kop satuan penyidik b. Nomor berkas perkara c. Maksud perkara d. Perkara atas nama tersangka 2. Daftar isi berkas perkara pidana terdiri dari: pelelangan barang bukti o. Daftar adanya barang bukti p. Daftar adanya saksi q. Daftar adanya tersangka r. Surat perintah dan berita cara penagkapan a. Laporan kejadian b. Gambar situasi penegejaran dan penghentian c. Foto – foto d. Pernyataan tentang posisi e. Berita acara pendapat ( resume ) f. Surat perintah penyidikan g. Berita acara pemeriksaan saksi h. Berita acara pengambilan sumpah atau janji i. Surat perintah dan berita acara membawa kapal atau ad hoc ke pelabuhan/ pangkalan terdekat j. Berita acara pemeriksaan tersangka s. Surat perintah dan berita acara penahanan t. Surat pemberitahuan kepada kejaksaan negeri tentang di mulainya penyidikan u. Surat pemberitahuan kepada penegadilan negeri tentang telah di lakukan pengegeledahan dan penyitaan barang bukti v. Surat persetujuan pengadilan negeri tentang pelaksanaan penggeledahan dan penyitaan w. Surat ijin pengadilan negeri tentang pelelangan barang bukti k. Berita acara penyumpahan juru bahasa / ahli l. Surat perintah dan berita acara pemeriksaan Ketentuan penahanan terhadap tindak pidana pelayaran overdraft tidak dapat dilakukan karena ancaman m. Surat perintah dan berita acar penggeledahan hukuman di bawah 5 ( lima ) tahun. 23 Diatur dalam KUHAP pasal 21 ayat memperhatikan (4) berikut: Dan untuk tindak 1. hal- hal sebagai Pusatkan perhatian pada ruangruang tersembunyi pidana ini juga dihadirkan keterangan 2. ahli dalam proses penyidikan dalam Mengikutkan minimal 2 orang awak kapal yang diperiksa, hal hal tindak pidana pelayaran adalah man di perlukan sebagai saksi bahwa syahbandar karena menyangkut ruang penyelidika tidak merugikan pihak kapal yang di lingkup tugasnya, agar diperoleh periksa keterangan yang dapat membantu 3. Jaga jarak antara tim pemeriksa dan awak kapal untuk menjaga penyidik dalam membuat terang suatu dari ancaman mendadak tindak pidana ini. Diatur dalam Pasal 4. 184 dan pasal 186 KUHAP. Perhatikan lubang- lubang,pintu-pintu,benda-benda di Penggeledahan kapal sekitar tempat yang di lalui/yang setiap saat dapat menjadi Dasar hukum: pasal 16 mengancam ayat (1) huruf a UU Nomor. 2 tahun angota yang tim pemeriksa 5. 2002 tentang kepolisian Negara bahaya Mengatur posisi tubuh sehubungan dengan tempat dan Kegiatan maksudkan menemukan pidana, untuk barang ini di mencari dan bukti penggeladahan senjata sehingga setiap saat tindak dapat menjaga kewaspadaan dari segala kemungkinan ancaman bahaya.2 hendaknya 2 ) Rosadi Jamhur.,op.cit,hal.21 24 C. PEMBERANTASAN penyebab TINDAK overdraft/kelebihan muatan adalah: PIDANA 1. PELAYARAN tindak pidana Faktor keuntungan (OVERDRAFT) Adalah 1. Faktor penyebab tindak pengusaha pidana mengedepankan overdraft/kelebihan dari pada keselamatan maka muatan kemungkinan tidak dapat di Tindak pidana overdraft hindari karena muatan yang merupakan tindak pelanggaran pidana terhadap pada apabila seharusnya ketentuan seorang lebih keuntungan di sesuaikan dengan kapasitas kapal tidak di pelayaran seperti yang di atur dalam perhatikan UU No. 17 Taun 2008 Tentang mengedepankan biaya yang Pelayaran lebih yang persyaratan pelayaran mengatur melakukan dan teknis demi sedikit bila kegiatan bandingkan dengan beberapa overdraft/kelebihan kali memuat barang angkutan muatan merupakan salah satu tindak yang pidana dengan ,kapasitas kapal. dalam menyangkut di pelayaran asas yang keselamatan pelayaran dan yang menjadi faktor 2. harus di sesuaikan Faktor perawatan kapal yang kurang di perhatikan Adalah para anak buak kapal dan pengusaha pelayaran 25 kurang memperhatikan menjadi perawatan sehingga muatan muatan. yang seharusnya memenuhi 3. overdraft/kelebihan Faktor kesalahan penghitungan kapasitas kapal menjadi lebih muatan berat karena korosi yang di Adalah akibatkan seperti tiram air laut penghitungan muatan dengan yang kapasitas kapal bisa saja terjadi tidak di bersihkan kesalahan dalam sehingga menjadi karat pada karena body kapal, dan juga binatang pemuatan laut seperti tiram/teritip yang memperhatikan menempel pada bagian bawah pelayaran yang akan dilalui kapal/lunas sangat kapal karena berat jenis air laut bnayak apabila tidak sering di dan air tawar berbeda ini di bersihakan dapat menambah akibatkan beban memperhatikan yang muatan dan dapat apabila proses tidak daerah karena tidak ketentuan menggangu olah gerak kapal tentang lambung timbul kapal tetapi terutama dapat mengikis yang merupakan tolak ukur plat- plat kapal juga lumut dari yang tumbuh subur karena tersebut muat sesuai dengan kapal beroperasi di air tawar daerah pelayarannya dapat muatan menambah beban sehingga kapal 4. muatan yang Faktor cuaca dan ombak kapal 26 Adalah salah satu penyebab dari kurangnya 2. Penanganan perhatian tindak pidana terhadap perkiraan cuaca dan overdraft/kelebihan perkiraan ombak di laut ini muatan mengakibatkan Sesuai menjadi muatan lebih berat dari dengan hukum perkapalan yang bertanggung jawab semula sebelum cuaca berubah terhadap dan ombak besar terjadi yang adalah di akibatkan oleh kandungan penanggung jawab kegiatan pelayaran air hujan yang mnegendap kapal yang di nakhodai sehingga pada muatan yang terbuka atau pelanggaran terhadap tindak pidana tidak tertutup sehingga muatan overdraft/kelebihan muatan di jatuhi menjadi dari oleh nakhoda sesuai dengan pasal 302 kondisi ayat (1) UU No.17 tahun 2008 tentang lebih semula dan ombak besar berat pada dan angin tindak pidana nakhoda pelayaran kapal sebagai Pelayaran yang menyebutkan: kencang sehingga percikkan “ nakhoda yang melayarkan kapalnya air yang menerpa kapal sedikit sedangkan demi sedikit lama kelamaan mengetahui bahwa kapal tersebut membasahi dan tidak layak laut sebagaiman di maksud membuat muatan terasa lebih dalam pasal 117 ayat (2) di pidana berat dari semula pula. dengan pidana penjara paling lama 3 muatan tahun dan yang denda bersangkutan paling banyak 27 Rp.400.000.000,00 (empat ratus juta TAHUN rupiah). LAMBUNG TIMBUL KAPAL pada Analisis tindak pidana pasal 302 pasal 6 tertulis “ marka garis muat undang-undang pelayaran: kapal tidak boleh terbenam pada saat Nakhoda kapal dibuktikan dengan kapal bertolak selama dalam pelayaran ijasah yang dimiliki dan daftar crew dan pada waktu tiba sesuai dengan list pada dokumen kapal yang di garis muat yang telah di tentukan “ keluarkan oleh syahbandar. Dengan unsur ini jelas bahwa tindak Mengetahui bahwa kapal tersebut pidana pelayaran merupakan suatu tidak layak laut di buktikan dengan perbuatan pengakuan tersangka (nakhoda) dan Undang-undang Pelayaran yang telah keterangan pada saksi ahli dalam hal di tetapkan oleh Pemerintah dan harus ini dipertanggung jawabkan. yang menjadi ruang lingkup syahbandar serta bukti pada kasat mata bahwa lambung timbul pada sebuah kapal tidak terlihat atau tidak sesuai dengan garis muat / pemuatan yang merupakan syarat dari pada kelaiklautan kapal yang tertulis dalam 2005 TENTANG penyimpangan terhadap an penyidikan dapat di lakukan oleh Polri dan PPNS dalam hal ini syahbandar karena merupakan otoritas pelayaran sesuai dengan pasal 282 UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran menyebutkan: pasal 117 Undang-undang pelayaran dan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 3 “ (1) selain penyidik pejabat polisi negera republic Indonesia dan 28 penyidik lainnya pejabat pegawai 3. Upaya negeri sipil tertentu di lingkungan pemberantasan yang di lakukan instansi oleh Polri terhadap tindak pidana yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pelayaran di beri wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana overdraft: 1. di Melakukan patroli rutin secara bergantian maksud dlam undang-undang ini. Upaya (2) pencegahan dan represif atau Dalam pelaksanaan tugasnya preventif pejabat pegawai negeri sipil tertentu penindakan sebagaiman di maksud dalam ayat 1 dilakukan berada di bawah koordinasi dan lebih pengawasan penyidik polisi Negara kemungkinan pelanggaran yang Indonesia.” dilakukan terutama muatan yang Dari bunyi pasal di atas jelas bahwa di muat dengan patroli ini penanganan tindak pidana overdraft diharaapkan dapat memberantas dapat dilakukan oleh Polri selaku pelaku tindak pidana overdraft penyidik di tangani sesuai dengan sehingga tindak pidana ini tidak kewenangan terlihat lagi. penyidikan yang di embannya dalam UU No.2 tahun 2002 2. dengan atau sehingga tegas nakhoda memperhatikan Pengawasan terhadap pelabuhan tentang Kepolisian Negara dan tertulis pemuatan kapal dalam KUHAP Dengan menempatkan anggota polisi atau memasang informan 29 di 3. sekitar pelabuhan tempat Dengan menindak dengan tegas pemuatan berlangsung sehingga pelaku tindak pidana dan unsur- apabila terjadi kelebihan muatan unsur yang menyebabkan tindak dapat di beri teguran sehingga pidana terjadi serta memberikan dapat meminimalisir penindakan pembinaan masyarakat agar dapat tindak pidana di perairan. memberikan informasi tentang Mengadakan tindak pidana yang terjadi di sosialisasi keselamatan pelayaran sekitar daerahnya. Di lakukan agar meningkatkan 2. Berapa jumlah armada yang di kesadaran terhadap akibat dari miliki Dit Polair Polda Kaltim? muatan yang 10 armada terdiri dari : dapat membahayakan berlebihan itu diri 2 armada tipe C1 mereka sendiri sehingga dengan 3 armada tipe C2 ini dapat meminimalisir tindak 5 armada tipe C3 pidan overdaraft/kelebihan muatan. 3. Apakah dengan armada sebanyak itu dapat menjangkau seluruh perairan Kaltim? Wawancara dengan pimpinan Polri Di upayakan sanggup karena di 1. Apa tindakan yang di lakukan dukung untuk menekan tindak pidana di kabupaten perairan? menjangkau daerah sekitarannya. oleh markas yang pada dapat 30 4. Apakah dengan adanya markas uraian pada sebelumnya, kabupaten bab-bab maka sebagai membutuhkan BKO dari Polair akhir dari penulisan skripsi ini polda? penulis Masih karena markas bertugas suatu kesimpulan dari masalah memberikan yang pelayanan dan sekitar akan telah diberikan memberikan dibahas untuk gambaran yang pembinaan mayarakat sedangkan armada yang di ringkas. Adapun kesimpulan tempatkan bertugas menindak yang dapat penulis sajikan pelaku tindak pidana di perairan adalah sebagai berikut : walaupun markas pada kabupaten 1. Peran polisi perairan dalam bertugas pembinaan pelayanan tidak kemungkianan melakukan A. masih dalam juga dan penegakkan hukum untuk menutup memberantas tindak pidana dapat penindakan tindak pelayaran sangat overdraft di ini perlukan pidana yang terjadi di daerah sehingga di perlukan suatu sekitarnya. pedoman dalam BAB III PENUTUP penindakan terhadap tindak KESIMPULAN pidana pelayaran over draft Setelah pembahasan dari melalui ini dan dasar hukum yang beberapa mendasari suatu tindakan 31 penyidikan tindak pidana pula demi menumbuhan ini. kepercayaan 2. Penindakan lakukan yang selain kepada di masyarakat dilakukan untuk transparansi dalam keselamatan pelayaran juga melakukan penindakan dan guna penyidikan terhadap tindak menekan pidana illegal tindak terhadap pidana muatan yang di angkut hukum oleh peraturan kapal sehingga tersebut dengan ini yang di proses sesuai dengan perundang- undangan. menjadi awal mula dari suatu penyidikan terhadap tindak pidana lain apabila terbukti muatan yang di angkutnya sebagian atau seluruhnya merupakan barang illegal atau barang yang tidak jelas asal usulnya. 3. Kewenangan polisi yang besar menuntut tanggung jawab yang sangat besar B. SARAN Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini penulis juga hendak menyampaikan beberapa saran, yang kiranya dapat berguna bagi pembaca sehingga masukan dapat dalam menjadi melakukan penindakan dan pemberantasan yang berarti menghilangkan agar tindak pidana pelayaran 32 over draft tidak terjadi lagi. International dan periksa Adapun saran-saran yang perlu masa berlaku serifikat kiranya lambung penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Pada saat kapal tersebut. 3. petugas Apabila penyidikan melaksanakan patroli di terhadap haruskan membawa surat pidana pelayaran terbatas perintah pada gerak dan wilayah kapal patroli sehingga pada suatu anggaran tindak maka yang di lakukan adalah mengawasi saat dan selalu penindakan memonitor kapal mana menjadi salah satu dasar yang belum di lakukan yang penindakan agar dapat di melakukan 2. timbul dapat di pertanggung jawabkan. lakukan penindakan pada Petugas anggaran selanjutnya. memahami tanda- tanda pada lambung timbul kapal 4. Saling antara berkooordinasi kepolisian dan yang di periksa apakah syahbandar atau instansi yang gunakan lain dalam penanganan standar tindak pidana pelayaran. di merupakan Indonesia atau standar DAFTAR PUSTAKA A. BUKU BACAAN 33 Anonim,2005,Pedoman Kerja di kapal Polri,Lemdikpol,Jakarta Adami chazawi,2002,Pelajaran hukum pidana I,Raja Grafindo Persada,Jakarta Marisi, 2005, Hukum Perkapalan, Lemdikpol, Jakarta Rosadi Jamhur, 2005, Pola Penyidikan Polair dan Patroli Perairan, Lemdikpol, Jakarta http://pospolisi.wordpress.com/2 012/09/12/sejarah-polisi-di-indonesia/ (diakses tanggal 15 Mei 2014 jam 10.00 wita)/12 september 2012