1 KEWENANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

advertisement
1
KEWENANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ( POLISI
PERAIRAN ) DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PELAYARAN
OVERDRAFT DI TINJAU MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 2
TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA
EDY SANJAYA
Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Samarinda. Indonesia
ABSTRACT
ABSTRAK
Criminal offenses cruise is one of the
criminal acts that occurred in the
waters and a threat to the crew or
passengers and cargo in the payload,
and here the role of water police as
acting principal in the waters of the
competent
prosecuting
criminal
offenses in accordance with the
authority of the Police as contained in
Article 16 of Law - Law No. 2 of 2002
on State police can make arrests,
detentions, searches and seizure.
Sailing criminal offense provisions set
in the Law - Law No. 17 of 2008 on
Shipping in Chapter XIX of Article
284 to Article 336. Enforcement will
be undertaken in order to combat
criminal acts cruise excessive
overdraft or charge for the creation of
law enforcement in the waters under
the principles rule of law in Article 2
of Law - Law No. 17 of 2008 on the
cruise
Tindak pidana pelayaran merupakan
salah satu dari tindak pidana yang
terjadi di perairan dan merupakan
suatu ancaman bagi awak kapal
maupun penumpang dan muatan yang
di angkutnya dan di sini peran polisi
perairan sebagai pelaksana tugas
pokok
di
perairan
berwenang
menindak pelaku tindak pidana sesuai
dengan kewenangan Polri seperti yang
tercantum dalam pasal 16 Undang undang Nomor 2 tahun 2002 tentang
kepolisian Negara dapat melakukan
penangkapan,
penahanan,
penggeledahan
dan
penyitaan.
Ketentuan tindak pidana Pelayaran di
atur di dalam Undang - undang Nomor
17 tahun 2008 tentang Pelayaran
dalam Bab XIX dari pasal 284 sampai
pasal 336. Penindakan yang di
lakukan agar dapat memberantas
tindak pidana pelayaran overdraft atau
muatan
yang
berlebihan
agar
2
terciptanya penegakkan hukum di
perairan berdasarkan asas tegaknya
hukum dalam pasal 2 Undang –
undang Nomor 17 tahun 2008 tentang
pelayaran
melakukan tindakan tindak pidana
perlu di jabarkan agar dapat menjadi
acuan
dalam
Dan aktifitas di perairan yang
Alasan Pemilihan Judul
merupakan
dengan
salah
satu
transportasi
pesatnya
penunjang
pertumbuhan
suatu
tindakan.
BAB I PENDAHULUAN
Seiring
melakukan
penduduk
suatu
pembangunan
dan
nasional tidak lepas dari pengawasan
pembangunan diberbagai bidang yang
Polri dalam hal ini pelaksana tugas di
merupakan
bentuk
dari
suatu
perairan di lakukan oleh Polisi perairan
modernisasi suatu negara sehingga
yang merupakan salah satu bagian dari
pengawasan dan pencegahan terhadap
tubuh Polri yang menjalankan tugas
suatu tindak pidana perlu di lakukan
pokok di perairan dan yang menjadi
sedini
mungkin
agar
terciptanya
objek di perairan adalah kapal niaga
keteraturan dalam proses pembangunan
yang melakukan tindak pidana.1
dan terhindar dari berbagai tindakan
Maka
yang dapat merugikan suatu Negara.
mengangkat
dari
judul
itu
penulis
skripsi
“
Peran Polri sebagai alat Negara
KEWENANGAN
berperan
penting
dalam
proses
pembangunan ini dan wewenang yang
menjadi
payung
hukum
KEPOLISIAN
dalam
1
) Rosadi jamhur,2005,Pola penyidikan
Polair
dan
Patroli
Perairan,Lemdikpol,Jakarta.hal 2
3
NEGARA REPUBLIK INDONESIA (
POLISI
PERAIRAN
)
PEMBERANTASAN
PIDANA
DRAFT
DALAM
penanganan tindak pidana
TINDAK
pelayaran ?
PELAYARAN
DITINJAU
OVER
20O2
2
lapangan / perairan ?
3. Pemberantasan tindak pidana
TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA ”.
A.
2. Pelaksanaan tugas Polri di
MENURUT
UNDANG - UNDANG NOMOR
TAHUN
1. Kewenangan Polri dalam
overdraft / muatan berlebihan ?
B.
terhadap Undang - Undang Kepolisian
pada kewenangan Polri dalam
penanganan masalah tindak pidana
pelayaran dalam hal ini over draft.
Adapun pembatasan masalah dalam
penelitian mengangkat :
Kegunaan
Tujuan penelitian dimaksudkan
Masalah
diangkat berdasarkan tinjauan yuridis
Dan
Penelitian
Perumusan Dan Pembatasan
Perumusan masalah yang
Tujuan
agar memperoleh data yang konkrit
yang berhubungan dengan penelitian
yang
dibahas
dan
mempertajam
analisis terhadap permasalahan yang
diangkat serta menambah pengetahuan
mengenai aturan – aturan hukum.
Kegunaan penelitian ditujukan
dapat
dijadikan
pedoman
agar
dalam
melakukan penindakan
C.
Metode dan Teknik Penelitian
4
Berdasarkan pembahasan yang
penulis
sajikan,
menggunakan
maka
metode
dan
penulis
dengan penulisan skripsi ini.
2.
Teknik Pengumpulan Data
Penulis
Sumber data
Dalam
buku yang ada relevansinya
teknik
penelitian sebagai berikut:
1.
penulis dari berbagi buku-
penulisan
skripsi
ini
penulis mengelompokkan data
yang ada dalam dua bagian
membagi
pengumpulan data ini dalam dua
teknik penelitian yaitu:
a. Penelitian kepustakaan
yaitu:
Penelitian
a.
teknik
Data primer
ini
dilakukan
dengan membaca, mengutip,
adalah
dan membuat catatan – catatan
merupakan data yang utama
penting yang ada relevansinya
yang
dengan penulisan skripsi ini.
Data
primer
diperoleh
berdasarkan
penulis
penelitian
di
b.
Penelitian lapangan
lapangan yaitu, di Perairan
Balikpapan.
b.
Data sekunder
Data sekunder adalah data
pelengkap bagi data primer
yang ada yang di peroleh
Merupakan
teknik
pengumpulan
langsung
data
yang
diperoleh
oleh
penulis dari obyek penelitian.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan dua cara yaitu :
5
1) Wawancara
data
Yaitu wawancara langsung
sekunder.
dengan pejabat Polri dalam
analisis
menangani tindak pidana
kemudian
Yang
deskriptif.
ada
hubungannya
dengan penelitian.
D.
2) Observasi
Yaitu
pengamatan
langsung
di
terhadap
kejadian
yang
lapangan
peristiwa,
atau
kegiatan
berkaitan
tentang ciri - ciri kapal
yang
melakukan
tindak
pidana over draft.
menggunakan
segala
penulis
secara kualitatif
di
sajikan
yang
secara
Sistematika Pembahasan
Di
dalam
pembahasan
ini,
memberikan
ulasan-ulasan
sistematika
penulis
akan
secara
singkat mengenai materi penelitian
meliputi:
BAB I PENDAHULUAN, yang berisi
sebagai berikut:
Alasan pemilihan judul; Perumusan
kegunaan penelitian;
Dalam membahas penelitian yang
maka
Kemudian
data
dan pembatasan masalah; Tujuan dan
Analisis data
disajikan,
maupun
dengan
penelitian tersebut. Yaitu
3.
primer
penulis
informasi
dan data yang di peroleh. Baik itu
Teknik
Penelitian;
Metode dan
Sistematika
Pembahasan.
BAB II KERANGKA TEORITIS,
yang berisi sebagai berikut:
6
Pengertian
kepolisian;
Pengertian
Selanjutnya pada BAB IV PENUTUP,
pelayaran;
Pengertian
overdraft;
akan penulis sajikan kesimpulan dari
keseluruhan uraian penelitian yang
Pengertian hukum pidana
BAB III HASIL PENELITIAN DAN
telah
disampaikan
pada
bab
sebelumnya. Kemudian tidak lupa
PEMBAHASAN
pula
Dimana merupakan suatu kesimpulan
tentang kewenangan polri terhadap
adanya suatu tindak pidana pelayaran
penulis
akan
mencoba
memberikan saran bagi pihak yang
merasa memerlukan skripsi ini untuk
menambah pengetahuan.
sebagaimana yang terurai pada bab
sebelumnya,
merupakan
hal
mana
yang
suatu
tindak
pidana
BAB II PEMBAHASAN
PENELITIAN
A.
KEWENANGAN
DAN
POLRI
pelayaran over draft.
DALAM
PENANGANAN
Untuk itu melalui Bab III ini, penulis
TINDAK
PIDANA
akan menguraikan antar lain:
PELAYARAN
1.
Pelaksana
Kewenangan Polri dalam penanganan
penegakkan
hukum
tindak pidana Pelayaran; pelaksanaan
di perairan
tugas
Polri
di
lapangan/perairan;
Polri dalam menjalankan
pemberantasan
tindak
pidana
tugas
dan
fungsi
selalu
pada
aturan
pelayaran overdraft.
berdasarkan
maupun ketentuan yang telah
7
diatur dalam undang-undang
tahun 2010 tentang susunan
dan peraturan – peraturan yang
tata
di
Kepolisian Negara Republik
buat
oleh
kesepakatan
bersama baik di dalam intern
kerja
dan
organisasi
Indonesia.
kepolisian maupun peraturan
Dan ini menegaskan bahwa
pemerintah yang mengaturnya
fungsi Polisi Perairan sebagai
dan hal ini menjadi dasar
penegakkan hukum di perairan
hukum
sebagai
dapat di lakukan dengan tetap
pedoman dalam pelaksanaan
berpedoman pada Undang -
tugas
Undang Nomor 2 tahun 2002
yang
kuat
dan
Polri
menjalankan
dalam
tugas
dan
wewenang.
Dalam rangka penegakkkan
hukum
di
perairan
di
tentang
Kepolisian
sesuai
dengan
dalam
penanganan
Negara
wewenang
tindak
pidana dalam pasal 16. Dan
laksanakan oleh polisi perairan
objek
yang bertugas sesuai dengan
perairan adalah kapal niaga
Peraturan Kapolri Nomor 22
yang melakukan tindak pidana
tahun 2010 tentang susunan
di
tata
tindak pidana pelayaran.
kerja
kepolisian
sebagai
dan
organisasi
tingkat
tindak
lanjut
Polda
dari
Peraturan Presiden Nomor 52
hukum
perairan
2.
dari
salah
Tindak
Pelayaran
Polisi
satunya
Pidana
8
Tindak
pidana
Telah di atur dalam Undang-
salah
undang Nomor 17 tahun 2008
satu dari tindak pidana yang
Tentang Pelayaran pada Bab
terjadi
XIX
Pelayaran
merupakan
di
perairan
yang
mengenai
ketentuan
menjadi objek hukum dari
pidana pada pasal 284 sampai
Polisi
perairan,
dikatakan
pasal 336
tindak
pidana
karena
c.
Ancaman pidana ( bagi
memenuhi unsur – unsur dari
yang melanggar )
suatu tindak pidana seperti
Di
yang telah di rumusakan dalam
kurungan maupun denda seperti
Bab II
yang tertulis di dalam ketentuan
a.
Adanya
kegiatan
/
tindakan / perbuatan yang di
lakukan tanpa memperhatikan
peraturan dan ketentuan yang
berlaku
atau
kesengajaan
demi
dengan
suatu
kepentingan
b.
Yang di larang ( oleh
aturan hukum )
dengan
pidana
pidana pada pasal 302 Undang-
Suatu perbuatan
suatu
ancam
undang Pelayaran
“ nakhoda yang melayarkan
kapalnya
sedangkan
bersangkutan
bahwa kapal
layak
laut
yang
mengetahui
tersebut
tidak
sebagaimana
di
maksud dalam pasal 117 ayat
(2) di pidana dengan pidana
penjara paling lama 3 tahun
atau
denda
paling
banyak
9
B.
Rp.400.000.000,00 (empat ratus
tindakan-tindakan kepolisian
juta rupiah).
guna memelihara ketertiban
PELAKSANAAN
TUGAS
menjamin
keamanan
umum masyarakat.
POLRI DI PERAIRAN
1.
dan
Pelaksanaan Patroli
Patroli perairan adalah
Kapal patroli Polri adalah
kapal
pemerintah
yang
salah satu kegiatan kepolisian
mempunyai
yang dilakukan oleh kapal
jelas (nomor lambung, nama
Polri sebagai usaha mencegah
kapal,cat
bertemunya
kapal, dan seterusnya) dan
NIAT
KESEMPATAN,
dan
dengan
identitas
kapal,
mempunyai
yang
bendera
kewenangan
jalan
mendatangi,
untuk menegakkan hukum di
menjelajahi,
mengamati,
wilayah perairan Indonesia.
mengawasi,
memperhatikan
situasi dan kondisi yang di
perkirakan akan menimbulkan
segala bentuk kejahatan dan
gangguan
pelanggaran
kamtibmas,
hukum
serta
memerlukan kehadiran kapal
Polri
untuk
melakukan
Deteksi
penilaian
dini
awal
merupakan
terhadap
semua bentuk kerawanan dan
gangguan kamtibmas yang
mungkin
terjadi,
sehingga
dapat di cegah dengan segera
untuk tidak berubah menjadi
ancaman nyata.
10
Adapun kegiatan penilaian
awal / deteksi dini, di dapat melalui:
1.
Informasi dan laporan
a.
secara
detai
b.
intelijen
dari
seperti:
komando
atas
a.
laporan
diamati/di
antara
Nama
samping,dan
b.
Jenis kapal
instansi lain
c.
Agen
Laporan
dari
Informasi/
dari
lain
kapal/nakhoda
masyarakat nelayan/pantai
c.
tentang
informasi kapal yang
curigai
Informasi
,komando
perusahaaan
d.
Pelabuhan
singgah terakhir/tujuan
kapal-kapal
niaga
d.
Informasi/lapor
dari
pesawat
udara
pengintai/patroli udara
2.
menegetahui
sedang
seperti:
an
Untuk
e.
Muatan kapal
f.
Jumlah ABK
Adapun sarana yang di
gunakan adalah:
Pengamatan yang di
lakukan oleh:
a.
Radar
elektronik
b.
3.
a.
Teropong
b.
Radar/arpa
c.
Radio
komunikasi
Visual/mata
Pengenalan
pengawasan sasaran
d.
dan
Isyarat
(bendera,morse,lampu)
e.
lainnya.
Peralatan bantu
11
2.
Proses Penindakan
Pengejaran
Pengejaran adalah
pengejaran adalah
tindakan kapal patroli
polisi untuk dapat
menangkap dan
menahan kapal yang di
curigai melakukan
tindak pidana sampai
pada batas perairan
2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara
Pengejaran
dilaksanakan apabila
kapal yang di curigai
mengabaikan perintah
berhenti dengan tanda
yang dapat di dengar
atau dapat dilihat yang
diberikan oleh kapal
patroli.
tertentu sesuai dengan
Penghentian kapal
yang telah ditentukan
Penghentian kapal
dalam undang- undang.
adalah perintah untuk
berhenti untuk suatu
Pelaksanaan
kapal yang dicurigai
pengejaran:
melakukan tindak
Dasar hukum dari
pidana di wilayah
pengejaran adalah pasal
perairan oleh kapal
16 ayat (1) huruf a
patroli polisi dengan
Undang-undang Nomor
12
tanda yang dapat
yang dapat di dengar atau dapat
didengar atau dilihat.
dilihat,meliputi:
Dasar hukum:
Pasal 16 ayat (1) huruf
d Undang – Undang
Nomor 2 tahun 2002
(a) Bendera K
(b) Optos lampu
(c) Semaphore
(d) Megaphone
(e) Menembakkan peluru api
(2) Jika perintah berhenti menurut
tentang Kepolisian
cara- cara di atas tidak diindahkan
Negara
oleh kapal tersangka, maka kapal
Prosedur penghentian
tersebut diberikan peringatan
dengan menembakkan meriam
Prosedur penghentian
kapal untuk keperluan
pemeriksaan di laut di
awali dengan
menyebutkan identitas
kapal sendiri dengan
menggunakan tanda /
isyarat :
(1) Dimulai dengan memberikan
perintah berhenti dengan tanda
peluru hampa
(3) Jika penghentian kapal menurut
cara- cara di atas tidak diindahkan
agar dilepasakan tembakan
meriam dengan peluru tajam
dengan sasaran tembakan air laut
di haluan dan air laut di buritan
yang dapat dilihat jelas dari kapal
yang dicurigai.
(4) Jika peringatan ini masih juga
tidak diindahkan, penembakan
13
meriam dengan peluru tajam pada
pemeriksaaan kapal meliputi hal-
kapal yang dicurigai melakukan
hal sebagai berikut:
tindak pidana dan diupayakan
a. Observasi sebelum
tidak menimbulkan luka dan
pemeriksaaan.
kekerasan manusia.
Observasi ini dimaksudkan
Memeriksa kapal
untuk mengumpulkan dan
mencatat informasi yang
Dasar hukum
dapat dilihat dan berguna
Pasal 16 ayat 1 huruf e
nantinya pada saat
tentang UU No. 2 Tahun
pemeriksaan.
2002 tentang kepolisian
Berikut adalah daftar
bebrapa objek observasi
negara
yang dapat dibuat:
(1)
Persiapan
1.
Pos lokasi kapal
2.
Kegiatan kapal
merupakan hal yang utama,
3.
Jenis kapal
maka harus memperhatikan
4.
Tanda- tanda di
Keselamatan tim pemeriksa
lambungan kapal
setiap usaha untuk menjamin
5.
Kondisi kapal
keselamatan dengan
6.
Bendera kapal
memperhatikan prosedur-
7.
Haluan dan kecepatan
8.
Elektronik
9.
Jenis dan kondisi
prosedur keamanan, persiapan
perlengkapan
14
10. Jumlah orang yang ada
di kapal
5.
Keadaaan cuaca
6.
Waktu ( siang dan
11. Reaksi awak kapal atas
kehadiran pemeriksa
malam )
7.
12. Bagaimana penampilan
orang –orang tersebut
pelanggaran
8.
b. Tingkat resiko dan ancaman
Semua pemeriksaaan
melibatkan tingkat resiko
personil tim pemeriksa
penentuan tingkat resiko di
buat untuk menentukan cara
bertindak dalam
mengantisipasi kemungkinan
resiko yang akan terjadai.
Beberapa hal yang
menentukan tingkat resiko
adalah:
1.
Jumlah personil yang
Kemungkinan
Kegiatan kapal / orang
dikapal
c. Membuat rencana pemeriksaan
Tujuan membuata rencana
pemeriksaan adalah untuk
menjamin bahwa setiap
orang dalam tim pemeriksa
tahu apa yang harus di
kerjakan dan kapan harus
mengerjakannya dan juga
mencoba untuk mencapai
hasil- hasil yang maksimum
dengan gangguan yang
minimum.
ada di kapal
2.
Konfigurasai kapal
3.
Kebangsaaan awak
kapal
4.
Reaksi awak kapal atas
kehadairan pemeriksa
Rencana pemeriksaan
meliputi :
1.
Tingkat resiko
15
2.
prosedur – prosedur
Tugas – tugas khusus
bagi setiap anggota
pemeriksaaan dapat berjalan
ketika naik ke kapal
3.
dengan lancar.untuk itu
Kapan dan dimana
prosedur-prosedur
pengumpulan awak
kapal
4.
pemeriksaaan harus di
Bagaimana
perhatikan.
rekomunikasai antar tim
pemeriksa
5.
6.
Beberapa butir prosedur
Bagaimana
rekomunikasi dengan
pemeriksaaan di uraikan sebagai
kapal pemeriksa
berikut :
Apakah ada kata- kata
1.Naik ke kapal
kode yang di gunakan
7.
Rencana kemungkinan
8.
Sebelum manaiki
kapal,periksalah untuk
menjamin bahwa setiap
Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada waktu akan menaiki
kapal.
tim pemeriksa.
a. keamanan tim pemeriksa
Prosedur pemeriksaaan kapal
b. keamanan kedua kapal (
kapal yang memeriksa
Keselamatan tim pemeriksa
dan kapal yang
adalah hal yang
diperiksa)
utama,sehingga proses
c. lokasi kapal yang
pemeriksaaan dapat berjalan
dengan lancar.untuk itu
diperiksa
d. lokasi bawah kapal
16
e. lokasai perlengkapan
kapal
1.menjaga agar para
awak kapal agar
para awak kapal di
tetap menjauh dari
tempat penaikkan
perintahkan agar menjauh
2.mengamati seluruh
dari tempat dimana
pemeriksa merencanakan
untuk naik,jangan
membiarkan mereka
membantu tim pemeriksa
naik ke kapal.tim
pemeriksa harus
kapal dengan waspada
3.konsentrasi pada area
ancaman mendadak
b.orang kedua yang naik
ke kapal membantu
yang lain yang akan
naik ke kapal
mengambil posisi yang
c. orang lain berikutnya
aman setelah berada di atas
setelah naik ke kapal
kapal
harus bergerak ke
posisis aman dan
2. tata cara menaiki kapal
selalau mengawasi
posisis fisik seluruh tim
a. orang pertama yang
pemeriksa,lokasi semua
naik ke kapal segera
senjata,awak kapl.
mengamankan situasi
awak kapal dengan
cara :
d. hanya berurusan
dengan nakhoda
17
kapal karena dialah
yang mengepalai
a. Katakan nama (
pimpinan ) pemeriksa
b. Dari kantor / instansi
seluruh awak kapal.
e. seluruh anggota tim
pemeriksa harus
terinformasi (
mengerti ) atas setiap
gerakan awak kapal.
mana ( POLRI )
c. Katakan secara ringkas
alasan mengapa tim
pemriksa naik ke kapal
d. Mintalah senjatasenjata bila di kapal
tersebut ada senjata,
jangan mengambil
sendiri
3. pengenalan tim pemeriksa
Pemeriksaan
Tujuannnya adlah untuk
memperkenalkan diri,
menyampaikan maksud
pemeriksaan, penyelidik
jikalau ada senjata di kapal.
Dilakukan terhadap
nakhoda kapal segera
setelah naik ke kapal.
1. Sesudah berada di atas
kapal dan telah
memperkenalkan diri
kepada nakhoda atau
perwira kapal yang
bertanggung
jawab,inspektor atau
pemeriksa segera
Beberapa hal yang
mencakup tindakan memperkenalkan
diri:
memeriksa dokumen dan
sertifikat kapal.
18
2. Apabila senua sertifikat
memenuhi persyaratan,
masih berlaku dan kesan
pemeriksaan harus
pemeriksaaan secara
mengadakan pemeriksaaan
umum serta pengamatan
yang lebih mendetail
visual di atas kapal
Pengertian penahanan
memperlihatkan suatu
Penahanan adalah
situasi, atau awaknya
standar pemeliharaan
yang baik,pemeriksa
hendaknya membatasi
pemeriksaaan pada
kekurangan- kekurangan
yang di laporkan atau
penempatan tersangka di tempat
tertentu oleh penyidik atau penuntut
umum atau hakim dan penetapannya
dalam hal dan menurt cara yang diatur
dalam undang – undang.
1)
yang kelihatan bila ada.
Dasar hukum
a)
Pasal 16 ayat (1) huruf a
UU No. 2 Tahun 2002
Apabila pemeriksa
tentang kepolisian Negara
mempunyai dasar-dasar yang
kuat dari kesan secara umum
atau pengamatan di atas
kapal menyimpulakan bahwa
kpal, perlengkapannya atau
awaknya benar- benar tidak
2)
Penahanan adalah sebagai
berikut:
a)
Penahanan dilakukan
oleh penyidik pembantu
19
b)
atas pelimpahan
diancam dengan
wewenang dari penyidik
hukuman 5 tahun ke
dengan surat perintah dan
atas atau melakukan
berita acara pelaksanaan
tindak pidana lain
penahanan.
yang ditentukan
Penahanan dilakukan
dalam pasal 21 ayat
terhadap tersangka,
(4) KUHAP.
karena :
1.
c)
Surat perintah harus
Untuk memudahkan
memuat jenis penahanan,
pemeriksaan, timbul
jangka waktu penahanan
kekhawatiran bahwa
dan tembusannya
tersangka akan
dikirimkan kepada
melarikan diri,
keluarganya atau
merusak atau
perwakilan negaranya.
menghilangkan
barang bukti atau
mengulangi
3)
Dokumen yang harus dibuat :
a.
Surat perintah penahanan
b.
Berita acara penahanan
A.
Berita acara pemeriksaan
melakukan tindak
( BAP )
pidana.
1) Penyidik, setelah
2.
Tersangka
membaca dan
melakukan tindak
mempelajari semua
pidana yang
20
hasil pemeriksaan
kejadian itu dan
saksi – saksi dan para
dimana
2) Penyidik
tersangka serta
menguraikan elemen
memperhatikan
– elemen tindak
bukti- bukti yang ada,
pidana yang
maka penyidik
dipersangkakan
membuat suatu
,kemudian dikaitkan
kesimpulan/ pendapat
dengan rangkaian
antara lain tentang :
perbuatan tersangka (
a. Telah terjadi
tindak pidana
atau percobaan
melakukan
diakui atau di sangka
) yang diperkuat oleh
alat bukti lain
kejahatan
b. Dilakukan oleh
seseorang
tersangka atau
3) Apabila penyidik
berpendapat, bahwa
tersangka telah
lebih ( secara
bersama – sama
melakukan tindak
atau saling
pidana, maka dalam
menbantu
pendapatnya di
c. Kapan ( pada
jam….. pada
tentukan pasal yang
hari……dalam
melanggar.
bulan……
tahun…….)
21
Prosedur penahanan terhadap
30 hari dan dapat diperpanjang apabila
tersangka tindak pidana:
berkas perkara belum selesai sampai
Menurut KUHAP pasal 24, 26, 27
menyebutkan:
Tahanan penyidik :
60 hari, diajukan kepada ketua
pengadilan negeri.
Apabila sudah 90 hari tersangka harus
dikeluarkan demi hukum.
20 hari dan dapat diperpanjang
apabila berkas perkaranya belum
selesai sampai 40 hari, di ajukan
kepada penuntut umum.
Akan tetapi dalam hal tindak pidana
pelayaran overdraft tidak dilakukan
penahanan karena ancaman pidananya
kurang dari 5 (lima) tahun sesuai
Apabila sudah 60 hari, penyidik harus
dengan pasal 21 ayat 4 KUHAP.
mengeluarkan tersangka demi hukum.
Berkas perkara awal / pendahuluan.
Tahanan penuntut umum :
Semua surat – surat dan berita acara
20 hari dan dapat diperpanjang apabila
berkas perkara belum selesai sampai
30 hari, diajukan kepada ketua
pengadilan negeri.
Apabila sudah 50 hari, penuntut harus
yang memuat tindakan atau rangkaian
penyidikan berkas menjadi satu dan
dibuat dalam beberapa rangkap untuk
berbagai kepentingan.
Berkas perkara
mengeluarkan tersangka demi hukum
Tahanan hakim pengadilan negeri:
1. Sampul berkas perkara memuat
antara lain:
22
n. Surat perintah dan berita acara
a. Kop satuan penyidik
b. Nomor berkas perkara
c. Maksud perkara
d. Perkara atas nama tersangka
2. Daftar isi berkas perkara pidana
terdiri dari:
pelelangan barang bukti
o. Daftar adanya barang bukti
p. Daftar adanya saksi
q. Daftar adanya tersangka
r. Surat perintah dan berita cara
penagkapan
a. Laporan kejadian
b. Gambar situasi penegejaran
dan penghentian
c. Foto – foto
d. Pernyataan tentang posisi
e. Berita acara pendapat ( resume
)
f. Surat perintah penyidikan
g. Berita acara pemeriksaan saksi
h. Berita acara pengambilan
sumpah atau janji
i. Surat perintah dan berita acara
membawa kapal atau ad hoc ke
pelabuhan/ pangkalan terdekat
j. Berita acara pemeriksaan
tersangka
s. Surat perintah dan berita acara
penahanan
t. Surat pemberitahuan kepada
kejaksaan negeri tentang di
mulainya penyidikan
u. Surat pemberitahuan kepada
penegadilan negeri tentang
telah di lakukan
pengegeledahan dan penyitaan
barang bukti
v. Surat persetujuan pengadilan
negeri tentang pelaksanaan
penggeledahan dan penyitaan
w. Surat ijin pengadilan negeri
tentang pelelangan barang
bukti
k. Berita acara penyumpahan juru
bahasa / ahli
l. Surat perintah dan berita acara
pemeriksaan
Ketentuan penahanan terhadap
tindak pidana pelayaran overdraft
tidak dapat dilakukan karena ancaman
m. Surat perintah dan berita acar
penggeledahan
hukuman di bawah 5 ( lima ) tahun.
23
Diatur dalam KUHAP pasal 21 ayat
memperhatikan
(4)
berikut:
Dan untuk tindak
1.
hal-
hal
sebagai
Pusatkan perhatian pada ruangruang tersembunyi
pidana ini juga dihadirkan keterangan
2.
ahli dalam proses penyidikan dalam
Mengikutkan minimal 2 orang
awak kapal yang diperiksa, hal
hal tindak pidana pelayaran adalah
man di perlukan sebagai saksi
bahwa
syahbandar karena menyangkut ruang
penyelidika
tidak
merugikan pihak kapal yang di
lingkup tugasnya, agar diperoleh
periksa
keterangan yang dapat membantu
3.
Jaga jarak antara tim pemeriksa
dan awak kapal untuk menjaga
penyidik dalam membuat terang suatu
dari ancaman mendadak
tindak pidana ini. Diatur dalam Pasal
4.
184 dan pasal 186 KUHAP.
Perhatikan
lubang-
lubang,pintu-pintu,benda-benda
di
Penggeledahan kapal
sekitar
tempat
yang di
lalui/yang setiap saat dapat
menjadi
Dasar hukum: pasal 16
mengancam
ayat (1) huruf a UU Nomor. 2 tahun
angota
yang
tim
pemeriksa
5.
2002 tentang kepolisian Negara
bahaya
Mengatur
posisi
tubuh
sehubungan dengan tempat dan
Kegiatan
maksudkan
menemukan
pidana,
untuk
barang
ini
di
mencari
dan
bukti
penggeladahan
senjata sehingga setiap saat
tindak
dapat
menjaga
kewaspadaan
dari
segala
kemungkinan
ancaman bahaya.2
hendaknya
2
) Rosadi Jamhur.,op.cit,hal.21
24
C.
PEMBERANTASAN
penyebab
TINDAK
overdraft/kelebihan muatan adalah:
PIDANA
1.
PELAYARAN
tindak
pidana
Faktor keuntungan
(OVERDRAFT)
Adalah
1.
Faktor penyebab tindak
pengusaha
pidana
mengedepankan
overdraft/kelebihan
dari pada keselamatan maka
muatan
kemungkinan tidak dapat di
Tindak pidana overdraft
hindari karena muatan yang
merupakan
tindak
pelanggaran
pidana
terhadap
pada
apabila
seharusnya
ketentuan
seorang
lebih
keuntungan
di
sesuaikan
dengan kapasitas kapal tidak di
pelayaran seperti yang di atur dalam
perhatikan
UU No. 17 Taun 2008 Tentang
mengedepankan biaya yang
Pelayaran
lebih
yang
persyaratan
pelayaran
mengatur
melakukan
dan
teknis
demi
sedikit
bila
kegiatan
bandingkan dengan beberapa
overdraft/kelebihan
kali memuat barang angkutan
muatan merupakan salah satu tindak
yang
pidana
dengan ,kapasitas kapal.
dalam
menyangkut
di
pelayaran
asas
yang
keselamatan
pelayaran dan yang menjadi faktor
2.
harus
di
sesuaikan
Faktor perawatan kapal yang
kurang di perhatikan
Adalah para anak buak kapal
dan
pengusaha
pelayaran
25
kurang
memperhatikan
menjadi
perawatan sehingga muatan
muatan.
yang seharusnya memenuhi
3.
overdraft/kelebihan
Faktor kesalahan penghitungan
kapasitas kapal menjadi lebih
muatan
berat karena korosi yang di
Adalah
akibatkan seperti tiram air laut
penghitungan muatan dengan
yang
kapasitas kapal bisa saja terjadi
tidak
di
bersihkan
kesalahan
dalam
sehingga menjadi karat pada
karena
body kapal, dan juga binatang
pemuatan
laut seperti tiram/teritip yang
memperhatikan
menempel pada bagian bawah
pelayaran yang akan dilalui
kapal/lunas
sangat
kapal karena berat jenis air laut
bnayak apabila tidak sering di
dan air tawar berbeda ini di
bersihakan dapat menambah
akibatkan
beban
memperhatikan
yang
muatan
dan
dapat
apabila
proses
tidak
daerah
karena
tidak
ketentuan
menggangu olah gerak kapal
tentang lambung timbul kapal
tetapi terutama dapat mengikis
yang merupakan tolak ukur
plat- plat kapal juga lumut
dari
yang tumbuh subur karena
tersebut muat sesuai dengan
kapal beroperasi di air tawar
daerah pelayarannya
dapat
muatan
menambah
beban
sehingga
kapal
4.
muatan
yang
Faktor cuaca dan ombak
kapal
26
Adalah salah satu penyebab
dari
kurangnya
2. Penanganan
perhatian
tindak
pidana
terhadap perkiraan cuaca dan
overdraft/kelebihan
perkiraan ombak di laut ini
muatan
mengakibatkan
Sesuai
menjadi
muatan
lebih
berat
dari
dengan
hukum
perkapalan yang bertanggung jawab
semula sebelum cuaca berubah
terhadap
dan ombak besar terjadi yang
adalah
di akibatkan oleh kandungan
penanggung jawab kegiatan pelayaran
air hujan yang mnegendap
kapal yang di nakhodai sehingga
pada muatan yang terbuka atau
pelanggaran terhadap tindak pidana
tidak tertutup sehingga muatan
overdraft/kelebihan muatan di jatuhi
menjadi
dari
oleh nakhoda sesuai dengan pasal 302
kondisi
ayat (1) UU No.17 tahun 2008 tentang
lebih
semula
dan
ombak
besar
berat
pada
dan
angin
tindak
pidana
nakhoda
pelayaran
kapal
sebagai
Pelayaran yang menyebutkan:
kencang sehingga percikkan
“ nakhoda yang melayarkan kapalnya
air yang menerpa kapal sedikit
sedangkan
demi sedikit lama kelamaan
mengetahui bahwa kapal tersebut
membasahi
dan
tidak layak laut sebagaiman di maksud
membuat muatan terasa lebih
dalam pasal 117 ayat (2) di pidana
berat dari semula pula.
dengan pidana penjara paling lama 3
muatan
tahun
dan
yang
denda
bersangkutan
paling
banyak
27
Rp.400.000.000,00 (empat ratus juta
TAHUN
rupiah).
LAMBUNG TIMBUL KAPAL pada
Analisis tindak pidana pasal 302
pasal 6 tertulis “ marka garis muat
undang-undang pelayaran:
kapal tidak boleh terbenam pada saat
Nakhoda kapal dibuktikan dengan
kapal bertolak selama dalam pelayaran
ijasah yang dimiliki dan daftar crew
dan pada waktu tiba sesuai dengan
list pada dokumen kapal yang di
garis muat yang telah di tentukan “
keluarkan oleh syahbandar.
Dengan unsur ini jelas bahwa tindak
Mengetahui bahwa kapal tersebut
pidana pelayaran merupakan suatu
tidak layak laut di buktikan dengan
perbuatan
pengakuan tersangka (nakhoda) dan
Undang-undang Pelayaran yang telah
keterangan pada saksi ahli dalam hal
di tetapkan oleh Pemerintah dan harus
ini
dipertanggung jawabkan.
yang menjadi
ruang lingkup
syahbandar serta bukti pada kasat
mata bahwa lambung timbul pada
sebuah kapal tidak terlihat atau tidak
sesuai dengan garis muat / pemuatan
yang merupakan syarat dari pada
kelaiklautan kapal yang tertulis dalam
2005
TENTANG
penyimpangan
terhadap
an penyidikan dapat di lakukan oleh
Polri
dan
PPNS
dalam
hal
ini
syahbandar karena merupakan otoritas
pelayaran sesuai dengan pasal 282 UU
No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran
menyebutkan:
pasal 117 Undang-undang pelayaran
dan
PERATURAN
MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR : KM 3
“ (1) selain penyidik pejabat polisi
negera
republic
Indonesia
dan
28
penyidik lainnya pejabat pegawai
3.
Upaya
negeri sipil tertentu di lingkungan
pemberantasan yang di lakukan
instansi
oleh Polri terhadap tindak pidana
yang lingkup tugas dan
tanggung
jawabnya
di
bidang
pelayaran di beri wewenang khusus
sebagai
penyidik
sebagaimana
overdraft:
1.
di
Melakukan patroli rutin secara
bergantian
maksud dlam undang-undang ini.
Upaya
(2)
pencegahan dan represif atau
Dalam
pelaksanaan
tugasnya
preventif
pejabat pegawai negeri sipil tertentu
penindakan
sebagaiman di maksud dalam ayat 1
dilakukan
berada di bawah koordinasi dan
lebih
pengawasan penyidik polisi Negara
kemungkinan pelanggaran yang
Indonesia.”
dilakukan terutama muatan yang
Dari bunyi pasal di atas jelas bahwa
di muat dengan patroli ini
penanganan tindak pidana overdraft
diharaapkan dapat memberantas
dapat dilakukan oleh Polri selaku
pelaku tindak pidana overdraft
penyidik di tangani sesuai dengan
sehingga tindak pidana ini tidak
kewenangan
terlihat lagi.
penyidikan
yang
di
embannya dalam UU No.2 tahun 2002
2.
dengan
atau
sehingga
tegas
nakhoda
memperhatikan
Pengawasan terhadap pelabuhan
tentang Kepolisian Negara dan tertulis
pemuatan kapal
dalam KUHAP
Dengan menempatkan anggota
polisi atau memasang informan
29
di
3.
sekitar
pelabuhan
tempat
Dengan menindak dengan tegas
pemuatan berlangsung sehingga
pelaku tindak pidana dan unsur-
apabila terjadi kelebihan muatan
unsur yang menyebabkan tindak
dapat di beri teguran sehingga
pidana terjadi serta memberikan
dapat meminimalisir penindakan
pembinaan masyarakat agar dapat
tindak pidana di perairan.
memberikan informasi tentang
Mengadakan
tindak pidana yang terjadi di
sosialisasi
keselamatan pelayaran
sekitar daerahnya.
Di lakukan agar meningkatkan
2.
Berapa jumlah armada yang di
kesadaran terhadap akibat dari
miliki Dit Polair Polda Kaltim?
muatan
yang
10 armada terdiri dari :
dapat
membahayakan
berlebihan
itu
diri
2 armada tipe C1
mereka sendiri sehingga dengan
3 armada tipe C2
ini dapat meminimalisir tindak
5 armada tipe C3
pidan
overdaraft/kelebihan
muatan.
3.
Apakah dengan armada sebanyak
itu dapat menjangkau seluruh
perairan Kaltim?
Wawancara dengan pimpinan Polri
Di upayakan sanggup karena di
1.
Apa tindakan yang di lakukan
dukung
untuk menekan tindak pidana di
kabupaten
perairan?
menjangkau daerah sekitarannya.
oleh
markas
yang
pada
dapat
30
4.
Apakah dengan adanya markas
uraian
pada
sebelumnya,
kabupaten
bab-bab
maka
sebagai
membutuhkan BKO dari Polair
akhir dari penulisan skripsi ini
polda?
penulis
Masih karena markas bertugas
suatu kesimpulan dari masalah
memberikan
yang
pelayanan
dan
sekitar
akan
telah
diberikan
memberikan
dibahas
untuk
gambaran
yang
pembinaan
mayarakat
sedangkan
armada
yang
di
ringkas. Adapun kesimpulan
tempatkan
bertugas
menindak
yang dapat penulis sajikan
pelaku tindak pidana di perairan
adalah sebagai berikut :
walaupun markas pada kabupaten
1. Peran polisi perairan dalam
bertugas
pembinaan
pelayanan
tidak
kemungkianan
melakukan
A.
masih
dalam
juga
dan
penegakkan hukum untuk
menutup
memberantas tindak pidana
dapat
penindakan
tindak
pelayaran
sangat
overdraft
di
ini
perlukan
pidana yang terjadi di daerah
sehingga di perlukan suatu
sekitarnya.
pedoman
dalam
BAB III PENUTUP
penindakan terhadap tindak
KESIMPULAN
pidana pelayaran over draft
Setelah
pembahasan
dari
melalui
ini dan dasar hukum yang
beberapa
mendasari suatu tindakan
31
penyidikan tindak pidana
pula demi menumbuhan
ini.
kepercayaan
2. Penindakan
lakukan
yang
selain
kepada
di
masyarakat
dilakukan
untuk
transparansi
dalam
keselamatan pelayaran juga
melakukan penindakan dan
guna
penyidikan terhadap tindak
menekan
pidana
illegal
tindak
terhadap
pidana
muatan yang di angkut
hukum
oleh
peraturan
kapal
sehingga
tersebut
dengan
ini
yang
di
proses
sesuai
dengan
perundang-
undangan.
menjadi awal mula dari
suatu penyidikan terhadap
tindak pidana lain apabila
terbukti muatan yang di
angkutnya sebagian atau
seluruhnya
merupakan
barang illegal atau barang
yang
tidak
jelas
asal
usulnya.
3. Kewenangan polisi yang
besar menuntut tanggung
jawab yang sangat besar
B. SARAN
Sebagai
akhir
dari
penulisan skripsi ini penulis
juga hendak menyampaikan
beberapa saran, yang kiranya
dapat berguna bagi pembaca
sehingga
masukan
dapat
dalam
menjadi
melakukan
penindakan dan pemberantasan
yang berarti menghilangkan
agar tindak pidana pelayaran
32
over draft tidak terjadi lagi.
International dan periksa
Adapun saran-saran yang perlu
masa berlaku serifikat
kiranya
lambung
penulis
sampaikan
adalah sebagai berikut :
1.
Pada
saat
kapal
tersebut.
3.
petugas
Apabila
penyidikan
melaksanakan patroli di
terhadap
haruskan membawa surat
pidana pelayaran terbatas
perintah
pada
gerak
dan
wilayah
kapal
patroli
sehingga
pada
suatu
anggaran
tindak
maka
yang di lakukan adalah
mengawasi
saat
dan
selalu
penindakan
memonitor kapal mana
menjadi salah satu dasar
yang belum di lakukan
yang
penindakan agar dapat di
melakukan
2.
timbul
dapat
di
pertanggung jawabkan.
lakukan penindakan pada
Petugas
anggaran selanjutnya.
memahami
tanda-
tanda
pada
lambung
timbul
kapal
4.
Saling
antara
berkooordinasi
kepolisian
dan
yang di periksa apakah
syahbandar atau instansi
yang
gunakan
lain dalam penanganan
standar
tindak pidana pelayaran.
di
merupakan
Indonesia atau standar
DAFTAR PUSTAKA
A.
BUKU BACAAN
33
Anonim,2005,Pedoman Kerja di
kapal Polri,Lemdikpol,Jakarta
Adami chazawi,2002,Pelajaran
hukum pidana I,Raja Grafindo
Persada,Jakarta
Marisi, 2005, Hukum
Perkapalan, Lemdikpol, Jakarta
Rosadi Jamhur, 2005, Pola
Penyidikan
Polair dan
Patroli
Perairan,
Lemdikpol,
Jakarta
http://pospolisi.wordpress.com/2
012/09/12/sejarah-polisi-di-indonesia/
(diakses tanggal 15 Mei 2014
jam 10.00 wita)/12 september 2012
Download