Materi Sosialisasi Bendahara IKAG

advertisement
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
Pedoman Pengelolaan
Perpajakan Bagi
Bendahara Pemerintah
DISAMPAIKAN OLEH:
IKA GUNAWAN
SIKLUS PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN
DANA APBN/APBD
2
Pajak Pusat
Kas negara
UANG PAJAK DI SETOR KE KAS NEGARA MELALUI
BANK-BANK ATAU KANTOR POS
LAPOR
Kantor Pelayanan Pajak
SPT BESERTA SSP DILAPORKAN KE KPP ATAU KP2KP
SANKSI TERLAMBAT SETOR
• Menurut Pasal 9 ayat (2a) UU No. UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007,
pembayaran atau penyetoran pajak yang
dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
penyetoran dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga 2% per bulan dihitung dari
tanggal jatuh tempo pembayaran s.d. tanggal
pembayaran.
SANKSI TIDAK ATAU
TERLAMBAT MELAPOR
• Menurut Pasal 7 UU No. Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
UU No. 16 Tahun 2009, apabila Surat Pemberitahuan tidak
disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana telah
ditentukan, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan
Masa
lainnya,
dan
sebesar
Rp1.000.000,00
(satu
juta
rupiah)
untuk
Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan serta sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah)
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi.
AGENDA WORKSHOP
PPh Pasal 4 (2)
PAJAK
PENGHASILAN
PPh Pasal 21/26
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23/26
PAJAK
PERTAMBAHAN
NILAI
Barang
Jasa
APBN/APBD
DIKELOLA
 INSTANSI PEMERINTAH PUSAT
 INSTANSI PEMERINTAH DAERAH
 LEMBAGA NEGARA
MELALUI
SUATU
KEGIATAN
BENDAHARA /PEMEGANG KAS
WAJIB MELAKUKAN
PEMOTONGAN DAN
PEMUNGUTAN PAJAK PUSAT
Bendahara Pemerintah
ditunjuk sebagai Pemungut PPN/PPn BM berdasarkan
KMK No.563/2003
- Pemerintah Pusat
- Pemerintah Daerah
- Instansi atau Lembaga Pemerintah
- Lembaga-lembaga Negara Lainnya, dan
- Kedutaan Besar RI di Luar Negeri
Wajib NPWP
DI:
KPP PRATAMA/
KP2KP
LOKASI
MENGISI FORMULIR
PENDAFTARAN
SESUAI DENGAN TANDA PENGENAL
(KTP/SIM)
Bendahara Pemerintah
ditunjuk sebagai Pemungut dan Pemotong Pajak Pusat
- Pemerintah Pusat
- Pemerintah Daerah
- Instansi atau Lembaga Pemerintah
- Lembaga-lembaga Negara Lainnya, dan
- Kedutaan Besar RI di Luar Negeri
Wajib NPWP
SESUAI DENGAN
SK PENUNJUKKAN BENDAHARA
Apabila SK Penunjukkan tersebut disebutkan
sebagai Bendahara pengganti Bendahara
sebelumnya yang telah terdaftar, maka tidak
perlu mendaftar baru dan hanya cukup update
data di KPP tempat terdaftar.
Kewajiban Mendaftarkan Diri
Pasal 2 ayat (1) UU KUP
Bendahara
yang Mengelola APBN/APBD
Wajib
Mendaftarkan Diri
Untuk Mendapatkan NPWP
Tempat Mendaftarkan Diri
Per. Dirjen No. PER-62/PJ./2010
Tempat Pendaftaran
KPP/KP2KP
di mana
Bendahara
Berkedudukan
BENDAHARA PEMERINTAH
WAJIB
MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS
DANA YG BERASAL DARI APBN/APBD
Objek
Penjelasan
PPh Pasal 21
Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan
dengan pekerjaan jabatan, jasa & kegiatan
PPh Pasal 4 ayat (2)
Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu &
sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak atas
tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)
PPh Pasal 22
Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian
barang
PPh Pasal 23
Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, deviden,
sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21
PPh Pasal 26
Pembayaran atas penghasilan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.
PPN dan PPnBM
Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan penyerahan
Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak
Pembayaran atas pemanfaatan dokumen2 tertentu (kuitansi, kontrak)
Bea Materai
Dibayarkan kepada
Dibayarkan atas
Dibayarkan atas
Dibayarkan atas
ORANG PRIBADI
PEMBELIAN
BARANG
Hadiah (selain obj.21)
Bunga
Deviden
Royalti
Sewa
Jasa (selain obj.21)
OBYEK-OBYEK
PPh Final
PPh Ps.23/26
PPh Final
sehubungan dgn:
Pekerjaan
Jabatan
Jasa
Kegiatan
PPh Ps.21/26
PPh Ps.22
Dapat Dikreditkan Dalam SPT Tahunan
PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
OLEH BENDAHARA
PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK
JASA KENA PAJAK
DIPUNGUT PPN
Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26
Pegawai
Penerima uang
pesangon, pensiun
atau uang manfaat
pensiun, THT, JHT,
termasuk ahli warisnya
Bukan
pegawai :
Tenaga ahli
Seniman/pekerja seni,
pembawa acara
Olahragawan
Petugas penjaja barang
dagangan
Petugas dinas luar asuransi
Distributor MLM, Direct Selling
Peserta
kegiatan
Agen iklan
Pengawas dan pengelola
proyek
Pembawa pesanan/yang
menemukan
langganan/perantara
Peserta perlombaan
Peserta rapat, konferensi,
sidang, pertemuan, kunjungan
kerja
Penasihat, pengajar, pelatih,
penceramah, penyuluh dan
moderator
Pengarang, peneliti,
penerjemah
Pemberi jasa dalam segala
bidang
Peserta/anggota kepanitiaan
Peserta pendidikan, pelatihan
dan magang
Peserta kegiatan lainnya
Penghasilan
sehubungan dengan
pemutusan hubungan
kerja dan sehubungan
pensiun yang diterima
sekaligus
Penghasilan
pegawai tidak
tetap atau tenaga
kerja lepas yang
dibayarkan secara
bulanan
Penghasilan
Penerima
Pensiun secara
teratur
Penghasilan
Pegawai Tetap
baik teratur
maupun tidak
teratur
Imbalan kepada
bukan pegawai
Penghasilan
Yang
Dipotong
PPh Pasal
21/26
Imbalan
kepada peserta
kegiatan
TERMASUK
Natura/Kenikmatan dari :
Bukan Wajib Pajak
Wajib Pajak PPh Final
Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
PTKP
Keterangan
Untuk diri Wajib Pajak
Setahun
Sebulan
36.000.000
3.000.000
Tambahan pegawai kawin
3.000.000
250.000
Tambahan anggota keluarga sedarah &
semenda dlm grs keturunan lurus, anak
angkat, maximum 3 orang
3.000.000
250.000
PTKP KARYAWATI
STATUS KAWIN
HANYA UTK DIRI
SENDIRI
STATUS KAWIN
SUAMI
TDK MENERIMA/
MEMPEROLEH
PENGHASILAN
- UTK DIRI SENDIRI
SEBAGAI WP
- STATUS KAWIN
- TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG
STATUS TDK
KAWIN
- UTK DIRI SENDIRI
SEBAGAI WP
- TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG
SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI
PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT
SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN
BAHWA SUAMI TIDAK MENERIMA/
MEMPEROLEH PENGHASILAN
BIAYA JABATAN & BIAYA PENSIUN
(MAKSIMAL)
SETAHUN
(MAKSIMAL)
SEBULAN
BIAYA JABATAN
5%x
PENGHASILAN BRUTO
(GAJI)
6.000.000
500.000
5%x
PENGHASILAN BRUTO
(PENSIUN)
2.400.000
200.000
TARIF BERDASARKAN
PASAL 17 AYAT (1) A UU NO.36/2008 ( UU PPh)
NO
Lapisan Penghasilan
Tarif
1.
S.d. Rp 50.000.000
5%
2.
Di atas Rp50.000.000 - s.d. Rp
250.000.000
15%
3.
Di atas Rp250.000.000 s.d.Rp500.000.000Di atas Rp500.000.000
25%
4.
30%
24
PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
OLEH BENDAHARA
PENGHASILAN SEHUBUNGAN PEKERJAAN, JABATAN,
JASA, KEGIATAN YANG DIBEBANKAN KEPADA KEUANGAN NEGARA/DAERAH
DIBAYARKAN KEPADA
PEJABAT NEGARA/PNS/
ANGGOTA TNI/POLRI/
PENSIUNANNYA
- GAJI/PENSIUN
- TUNJANGAN
TERKAIT
HONORARIUM
IMBALAN LAIN
DGN NAMA
APAPUN
BUKAN PEJABAT NEG/PNS/ANGGOTA
TNI/ANGGOTAPOLRI/PENSIUNANNYA
UPAH HARIAN/
MINGGUAN/
BORONGAN
5% X
(BRUTO-Rp.200RB)
PER HARI
TARIF PS.17
X
PENGHASILAN
KENA PAJAK
DITANGGUNG
PEMERINTAH
0% (Gol. I & II),
5% (Gol. III) atau
15% (Gol. IV)
X Ph Bruto
(PPh Final)
bila>Rp.2,025jt dlm 1 bl:
5 % X (bruto-PTKP
harian sebenarnya)
(-) pot sebelumnya
Bila dibayar bulanan:
(bruto-ptkp)disetahunkan
X tarif ps.17, Dibagi 12
HONOR, U.SAKU
HADIAH, KOMISI,
BEASISWA, PEMBAYARAN LAIN
SEHUBUNGAN
DGN PEKERJAAN
JASA KEGIATAN
TARIF PS.17
X
PH. BRUTO
TENAGA AHLI :
PENGACARA
AKUNTAN
ARSITEK
DOKTER
KONSULTAN
NOTARIS
PENILAI
AKTUARIS
TARIF PS.17
X
DASAR PEMOTONGAN
DAN PEMUNGUTAN
PENGHASILAN YANG DITERIMA
PEJABAT NEGARA/PNS/ANGGOTA TNI & POLRI/PENSIUNAN
Penghasilan Yang Diterima
PEJABAT
NEGARA
PNS
ANGGOTA
TNI & POLRI
PENSIUNAN*)
YANG DIBEBANKAN KEPADA
KEUANGAN NEGARA/DAERAH
PENGHASILAN TERATUR
GAJI, GAJI KEHORMATAN, UANG PENSIUN,
DAN TUNJANGAN LAINNYA
PPh Ps. 21 DITANGGUNG
PEMERINTAH
PENGHASILAN TIDAK TERATUR
HONORARIUM, UANG SIDANG, UANG
HADIR, UANG LEMBUR, IMBALAN PRESTASI
KERJA, DAN IMBALAN LAIN DENGAN NAMA
APAPUN
DIPOTONG PPh Ps.21
*) TERMASUK JANDA/DUDA, DAN / ATAU ANAKANAKNYA
26
Penghitungan PPh Pasal 21
PENGHASILAN TERATUR DARI APBN/APBD
PENGHASILAN BRUTO
- GAJI KEHORMATAN
- GAJI
- TUNJANGAN YG TERKAIT
- UANG PENSIUN
- TUNJANGAN YG TERKAIT
DIKURANGI:
- BIAYA JABATAN, 5% DARI
PENGH. BRUTO MAKS
Rp 6.000.000,-/ THN ATAU
Rp 500.000,-/BLN
- IURAN YG TERIKAT DGN
PENGH. TETAP
PTKP
DIKURANGI
DIKURANGI:
BIAYA PENSIUN, 5% DARI
PENGH.
BRUTO (UANG PENSIUN)
MAKS Rp 2.400.000,00/THN ATAU
Rp 200.000,00
PENGHASILAN
NETO
PENGHASILAN KENA PAJAK
TARIF PS.17 UU PPh
PAJAK TERUTANG
DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH
JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
27
PENGHASILAN YANG DITERIMA OLEH PENERIMA PENGHASILAN
SELAIN PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI DAN
PARA PENSIUNAN
YG DIBEBANKAN KEPADA APBN/APBD
Penghasilan teratur dan tidak teratur
UPAH HARIAN
UPAH MINGGUAN
UPAH SATUAN
UANG SAKU HARIAN
UPAH BORONGAN
HONORARIUM, UANG SAKU,
HADIAH, PENGHARGAAN, KOMISI,
FEE, DAN PEMBAYARAN
LAIN SBG IMBALAN SEHUBUNGAN
DGN PEKERJAAN, JASA, DAN
KEGIATAN
DIPOTONG PPh Psl 21/26 DARI PENGHASILAN BRUTO
28
Penghitungan PPh Pasal 21 Untuk Upah Harian/mingguan
Tdk termasuk
Honorarium atau
Komisi yg diterima
Penjaja barang &
Petugas dinas luar
ATAS PENGHASILAN BERUPA UPAH HARIAN,
MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN, DAN
UANG SAKU HARIAN
DIBAYAR HARIAN
TIDAK LEBIH DARI
Rp 300.000,-
LEBIH DARI
Rp 300.000,DIKURANGI
Rp 300.000,-
TIDAK DIPOTONG
PPh Ps.21
DIPOTONG PPh
TARIF 5%
PADA SAAT TELAH MELEBIHI
Rp 3.000.000 DALAM SATU BULAN KALENDER
DIKURANGI
PTKP HARIAN SEBENARNYA +
Iuran Jaminan Hari Tua/
Iuran Tunjangan Hari Tua
yg dibayarkan ke Jamsostek,
bila diwajibkan
TARIF 5%
PKP
TARIF Psl 17
JIKA PENGHASILAN
KUMULATIF DLM
1 BLN < Rp 6.000.000
JIKA PENGHASILAN
KUMULATIF DLM
1 BLN > Rp 6.000.000
DIPERHITUNGKAN PPh Ps.21
YANG TELAH DIPOTONG
JIKA WP
TDK
MEMILIKI
NPWP
MAKA
TARIFNYA
20% LEBIH
TINGGI
29
Penghitungan PPh Pasal 21
ATAS PENGHASILAN BERUPA UPAH HARIAN, MINGGUAN,
SATUAN, BORONGAN, DAN UANG SAKU HARIAN
DIBAYAR BULANAN
DIKURANGI PTKP SEBULAN
PKP SEBULAN
JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP
MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
PKP DISETAHUNKAN
X
TARIF PPh Ps.17
PPh SETAHUN
PPh SEBULAN
30
PESERTA KEGIATAN
1. PESERTA PERLOMBAAN DALAM SEGALA BIDANG;
2. PESERTA RAPAT, KONFERENSI,SIDANG,PERTEMUAN
DAN KUNJUNGAN KERJA;
3. PESERTA/ANGGOTA DALAM SUATU KEPANITIAAN;
4. PESERTA PENDIDIKAN,PELATIHAN & MAGANG;
5. PESERTA KEGIATAN LAINNYA
MENERIMA
IMBALAN :
UANG SAKU, UANG
REPRESENTASI, UANG RAPAT, HONORARIUM,
HADIAH DAN PENGHARGAAN
DIPOTONG PPH PS.21 DGN TARIF
PASAL 17 AYAT (1) HURUF a DARI JUMLAH
PENGHASILAN BRUTO UTK SETIAP KALI
PEMBAYARAN YG BERSIFAT UTUH & TDK
DIPECAH
31
BUKAN PEGAWAI
TENAGA AHLI (PENGACARA, AKUNTAN, ARSITEK,
DOKTER, KONSULTAN, NOTARIS, PENILAI DAN AKTUARIS
 PEMAIN MUSIK, PEMBAWA ACARA, PENYANYI, PELAWAK,
BINTANG FILM, BINTANG SINETRON, BINTANG IKLAN,
SUTRADARA, KRU FILM, FOTO MODEL, PERAGAWAN/TI,
PEMAIN DRAMA, PENARI, PEMAHAT, PELUKIS & SENIMAN
LAINNYA
 OLAHRAGAWAN;
 PENASEHAT, PENGAJAR, PELATIH, PENCERAMAH,
PENYULUH & MODERATOR
 PENGARANG, PENELITI, DAN PENERJEMAH;
 AGEN IKLAN;







PEMBERI JASA DLM SEGALA BDG TERMASUK TEKNIK,
KOMPUTER DAN SISTEM APLIKASINYA
TELEKOMUNIKASI, ELEKTRONIKA, FOTOGRAPHI,
EKONOMI DAN SOSIAL SERTA PEMBERIAN JASA KPD
SUATU PANITIA
PENGAWAS, PENGELOLA PROYEK;
PEMBAWA PESANAN/PENEMU LANGGANAN ATAU YG
MENJADI PERANTARA
PENJAJA BARANG DAGANGAN
PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI;
DISTRIBUTOR PERUSAHAAN MULTILEVEL MARKETING
ATAU DIRECT SELLING & KEGIATAN SEJENIS LAINNYA
MENERIMA IMBALAN BERUPA
HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN
SEJENISNYA DGN NAMA & DALAM BENTUK
APAPUN YG DIBAYARKAN SECARA TDK
BERKESINAMBUNGAN
DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN
PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
MENERIMA IMBALAN BERUPA
HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN
SEJENISNYA DGN NAMA & DALAM BENTUK
APAPUN YG DIBAYARKAN
BERKESINAMBUNGAN
DASAR PENGENAAN &PEMOTONGAN
PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
DIKURANGI
JIKA WP TDK
MEMILIKI NPWP
MAKA
TARIFNYA 20%
LEBIH TINGGI
DIPOTONG PPH PS.21 DGN TARIF
PASAL 17 AYAT (1) HURUF a DARI DASAR
PENGENAAN & PEMOTONGAN PPh PASAL 21
PTKP*
* SYARATNYA BUKAN PEGAWAI
32
HARUS MEMILIKI NPWP & TDK
MENERIMA SUMBER PENGHASILAN
LAINNYA
Tarif Final
Penghasilan Atas Honorarium
Yang Bersumber dari APBN/APBD
TARIF
Ket
0%
Dibuat Bukti
Pemotongan
NO.
PENERIMA PENGHASILAN
1.
PNS Golongan I dan II
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya
5%
2.
PNS Golongan III
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Perwira Pertama, dan
pensiunannya
15%
3.
Golongan IV
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi, dan Pensiunannya
33
Dibuat Bukti
Pemotongan
Dibuat Bukti
Pemotongan
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
Dalam Pemotongan PPh Pasal 21
(PP 80/2010)
∙ Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan
Pensiunannya tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, atas penghasilan
tetap dan teratur setiap bulan yang dibebankan pada APBN atau APBD
dikenai tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 lebih tinggi sebesar 20% (dua
puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Pejabat Negara,
PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya yang memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak dan dipotong dari penghasilan yang diterima
Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya
pada saat penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dibayarkan.
∙ Dalam hal PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya diangkat
sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga yang tidak termasuk
sebagai Pejabat Negara, atas penghasilan yang menjadi beban APBN atau
APBD terkait dengan kedudukannya sebagai pimpinan dan/atau anggota
pada lembaga tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan dan tidak ditanggung
oleh Pemerintah.
Kode SSP
No
Jenis Pajak
1
PPh Pasal 21
2
PPh Pasal 21
3
PPh Pasal 22
4
PPh Pasal 23
5
PPh Final Pasal 4
ayat (2)
MAP/Kode
Kode Jenis
Jenis
Jenis Pajak
Setoran
Setoran
411121
100
Masa PPh Pasal 21
411121
402
Ph Final Pasal 21 atas honorarium
atau imbalan lain yang diterima
Pejabat Negara, PNS, anggota
TNI/POLRI dan para pensiunnya
411122
900
Pemungut PPh Pasal 22
411124
104
PPh Pasal 23 atas Jasa
411128
402
PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan
No
Jenis Pajak
MAP/Kode
Kode Jenis
Jenis
Jenis Pajak
Setoran
Setoran
6
PPh Final Pasal 4
ayat (2)
411128
403
PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
Persewaan Tanah dan/atau
Bangunan
7
PPh Final Pasal 4
ayat (2)
411128
405
PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
Hadiah Undian
8
PPh Final Pasal 4
ayat (2)
411128
409
PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
Jasa Konstruksi
9
PPN
411211
900
Pemungut PPN Dalam Negeri
B
U
K
T
I
P
E
M
O
T
O
N
G
A
N
T
I
D
A
K
F
I
N
A
L
P
E
M
O
T
O
N
G
A
N
T
a
h
u
n
a
n
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI
PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TENTARA NASIONAL
INDONESIA/POLISI REPUBLIK INDONESIA, PEJABAT NEGARA DAN
PENSIUNANNYA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR URUT
:
NAMA INSTANSI / BADAN LAIN
:
NPWP BENDAHARA
:
NAMA BENDAHARA
:
NAMA PEGAWAI / PENSIUNAN
:
NIP / NRP
:
NPWP PEGAWAI / PENSIUNAN
:
ALAMAT PEGAWAI / PENSIUNAN
:
TAHUN KALENDER
1721 - A2
FORMULIR
B
U
K
T
I
1.
2.
Lembar 1untuk P egawai
Lembar 2 untuk P emo to ng P ajak
2 0
:
PANGKAT / GOLONGAN
:
JABATAN
:
STATUS DAN JENIS KELAMIN
:
JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP
:
MASA PEROLEHAN PENGHASILAN
:
KAWIN
TIDAK KAWIN
K/
TK/
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
HB/
S.D
RI
RUPIAH
A. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 SEBAGAI BERIKUT :
•
PENGHASILAN BRUTO :
1.
GAJI POKOK / PENSIUN
1
2.
TUNJANGAN ISTERI
2
3.
TUNJANGAN ANAK
3
4.
JUMLAH GAJI DAN TUNJANGAN KELUARGA ( 1+2+3 )
4
5.
TUNJANGAN PERBAIKAN PENGHASILAN
5
6.
TUNJANGAN STRUKTURAL / FUNGSIONAL
6
7.
TUNJANGAN BERAS
7
8.
TUNJANGAN KHUSUS
8
9.
TUNJANGAN LAIN-LAIN
10. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO ( 4 S.D. 9)
•
•
9
10
PENGURANGAN
11. BIAYA JABATAN / BIAYA PENSIUN
11
12. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT
12
13. JUMLAH PENGURANGAN (11 + 12)
13
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 :
14. JUMLAH PENGHASILAN NETO (10 - 13)
14
15. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN)
15
16. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
16
B
U
K
T
I
P
E
M
O
T
O
N
G
A
N
F
I
N
A
L
BUKTI PEMOTONGAN
PPh PASAL 21
1721 A2
BUKTI PEMOTONGAN
PPh PASAL 21
FINAL
BUKTI PEMOTONGAN
PPh PASAL 21
NON FINAL
DILAMPIRKAN DALAM SPT
TAHUNAN PPh OP
DAN DATANYA DIMASUKAN KE DALAM:
• FORMULIR 1770 S-I BAGIAN C
• FORMULIR 1770 S INDUK :
-BAG A NO.1 (Ph NETO)
- BAG B NO.7 & 8
- BAG C NO.11
- BAG. D NO.12
DILAMPIRKAN DALAM SPT
TAHUNAN PPh OP
DAN DATANYA DIMASUKAN KE DALAM :
FORMULIR 1770 S-II BAG A NO.6
DILAMPIRKAN DALAM SPT
TAHUNAN PPh OP
DAN DATANYA DIMASUKAN KE DALAM :
• FORMULIR 1770 S INDUK :
-BAG A NO.1 (Ph NETO)
-BAG. D NO.12
41
KEWAJIBAN BENDAHARA
PEMOTONG PPh PASAL 21
MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MENDAPATKAN NPWP
MENGHITUNG, MEMOTONG, MENYETOR DAN MELAPOR PPh YANG TERUTANG
SETIAP BULAN KALENDER TERMASUK LAPORAN PENGHITUNGAN PPh YG NIHIL
MEMBUAT CATATAN ATAU KERTAS KERJA PERHITUNGAN PPh PSL 21 UTK MASING2
PENERIMA PENGHASILAN, YG MENJADI DASAR PELAPORAN PPh PSL 21 DAN/ATAU
PPh PSL 26 YG TERUTANG UTK SETIAPMASA PAJAK DAN WAJIB MENYIMPAN
CATATAN ATAU KERTAS KERJA PERHITUNGAN TSB
DALAM HAL TERJADI KELEBIHAN PENYETORAN PPh PSL 21 DAN/PPh PAL 26 YG
TERUTANG PADA SUATU BULAN,KELEBIHAN TSB DAPAT DIPERHITUNGKAN DGN
PPh PSL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26 YG TERUTANG PADA BLN BERIKUTNYA
MELALUI SPT MASA PPh PSL 21 DAN/ATAU PPh PSL 26
MEMBUAT & MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PADA SAAT DILAKUKAN
PEMOTONGAN PAJAK
MENGAMBIL SENDIRI FORMULIR YG SUDAH DITETAPKAN DALAM PERDIRJEN PAJAK
42
KEWAJIBAN PENERIMA
PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21
MEMBUAT SURAT PERNYATAAN YG BERISI JUMLAH TANGGUNGAN
KELUARGA PADA AWAL TAHUN KALENDER ATAU PADA SAAT MULAI
MENJADI SUBJEK PAJAK DLM NEGERI SBG DASAR PENENTU PTKP PADA
SAAT MULAI BEKERJA ATAU MULAI PENSIUN
APABILA TERJADI PERUBAHAN TANGGUNGAN KELUARGA,
PENERIMA PENGHASILAN MEMBUAT SURAT PERNYATAAN YG BERISI
JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA YG BARU DAN MENYERAHKANNYA
KE PEMOTONG PPh PSL 21 DAN/PPh PSL 26 PALING LAMA SEBELU
MULAI TAHUN KALENDER BERIKUTNYA
43
TATA CARA PENYETORAN
PPh PASAL 21
TDK
DITANGGUNG
PEMERINTAH
DGN SSP KE :
- BANK PERSEPSI, ATAU
- KANTOR POS GIRO
PALING LAMBAT
TGL 10 BLN BERIKUTNYA
DITANGGUNG
PEMERINTAH
TDK ADA
PENYETORAN
BILA JATUH PD
HARI LIBUR PENYETORAN
PADA HARI
KERJA BERIKUTNYA
44
TATA CARA PELAPORAN
PPh PASAL 21
TDK
DITANGGUNG
PEMERINTAH
DGN SPT MASA PPh
PASAL 21
KE KPP/K2KP
DITANGGUNG
PEMERINTAH
MELAPORKAN
PENGHITUNGAN
PPh PSL 21
DLM DAFTAR GAJI
PLG LAMBAT TGL 20
BULAN TAKWIM
BERIKUTNYA
JIKA JATUH PD
HARI LIBUR
KPPN
PD HARI KERJA
BERIKUTNYA
45
Bukti Potong PPh 21 final
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Pemotong Pajak
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Pemotong Pajak
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
……………………………………...…………. (1)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
……………………………………...…………. (1)
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21
(FINAL)
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21
(FINAL)
NOMOR : BP21-02/VI/2011………
NOMOR : BP21-10/IX/2011
N PWP
:
4 8 - 9 9 9 - 6 6 6 - 3 - 0 1 1 - 0 0 0
S APU TRO
Nama Wajib Pajak
:
AD I
S APU TRO
Sa k t i
Alamat
:
J l .
Sa k t i
N PWP
:
4 8 - 9 9 9 - 6 6 6 - 3 - 0 1 1 - 0 0 0
Nama Wajib Pajak
:
AD I
Alamat
:
J l .
(3)
No . 1 8
1 8
No.
Jenis Penghasilan
Jumlah Penghasilan Bruto
Tarif
PPh yang dipotong
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1.
Uang Pesangon, Uang
Tebusan Pensiun, Tunjangan
Hari Tua/Jaminan Hari Tua
yang dibayarkan sekaligus.
Honor & Imbalan lain yang
dibebankan kepada APBN
atau APBD yang diterima
oleh PNS, Anggota TNI/
POLRI dan Pensiunan.
2.
15%
300,000
Jenis Penghasilan
Jumlah Penghasilan Bruto
Tarif
PPh yang dipotong
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1.
Uang Pesangon, Uang
Tebusan Pensiun, Tunjangan
Hari Tua/Jaminan Hari Tua
yang dibayarkan sekaligus.
Honor & Imbalan lain yang
dibebankan kepada APBN
atau APBD yang diterima
oleh PNS, Anggota TNI/
POLRI dan Pensiunan.
4,000,000
15%
600,000
600,000
JUMLAH
300,000
JUMLAH
No . 1 8
No.
2.
2,000,000
(3)
Terbilang : Enam Ratus Ribu Rupiah
Terbilang : Tiga Ratus Ribu Rupiah
*) Lihat petunjuk pengisian
*) Lihat petunjuk pengisian
Jakarta, 4 Juni 2011
Jakarta , 15 Juni 2011 (4)
Pemotong Pajak (5)
Pemotong Pajak (5)
N PWP :
N PWP : 1 7 - 0 9 4 - 4 2 0
N a ma
N a ma
: B E N D A H A R A
1 8 -
0 4 7 -
2 8 0 -
7 -
0 2 1 -
: B E N D A H A R A
K E M E N K O P
K E M E N H U B
U K M
Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
dipotong di atas bukan merupakan kredit
pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh Orang Pribadi.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah
apabila diisi dengan lengkap dan benar.
Tanda tangan, nama dan cap
SOEDIBYO
Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
dipotong di atas bukan merupakan kredit
pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh Orang Pribadi.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah
apabila diisi dengan lengkap dan benar.
F.1.1.33.02
F.1.1.33.02
0 0 0
1 - 0 6 1 - 0 0 0
Tanda tangan, nama dan cap
KURNIADI
&
Bukti Potong PPh 21 Non Final
Lembar ke-1 unt uk : Wajib P ajak
Lembar ke-2 unt uk : P emot ong P ajak
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
……………………………………...…………. (1)
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26
NOMOR : BP21-25/RT/X/2011
4
8 -
9
9
9 -
6
6
6 -
N PWP
:
Nama Wajib Pajak
:
A D I
S A P U T R O
Alamat
:
J
S a k t
No.
.
i
0
1
1 -
0
0
0
(3)
N o . 1 8
Jenis Penghasilan
Jumlah Penghasilan Bruto
(Rp)
Tari f
l e bi h
ti n ggi
20%
(Ti dak
Be rNPW P)
Tarif
PPh yang Terutang
(Rp)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
1.
l
3 -
Upah Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga
Kerja Lepas
2.
Imbalan Distributor MLM
3.
Imbalan Petugas Dinas Luar Asuransi
4.
Imbalan kepada Penjaja Barang Dagangan
5.
Imbalan Kepada Tenaga Ahli
6.
Honorarium atau Imbalan kepada Anggota
Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang
tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap
7.
Jasa Produksi, Tantiem, Bonus atau Imbalan
Lain kepada Mantan Pegawai
8.
Penarikan Dana Pensiun oleh Pegawai
9.
Imbalan kepada Peserta Kegiatan
10.
Imbalan kepada Bukan Pegawai yang
bersifat berkesinambungan
11.
Imbalan kepada Bukan Pegawai yang
5,000,000
tidak bersifat berkesinambungan
12.
2.5%
125,000
Penghasilan kepada Pegawai atau Pemberi
Jasa sebagai Wajib Pajak Luar Negeri
5,000,000
Jumlah
Terbilang :
125,000
Seratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah
*) Lihat petunjuk pengis ian
Jakarta,29 Oktober 2011
Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 y ang
dip otong di atas merup akan Angsuran atas
Pajak Penghasilan y ang terutang untuk tahun
p ajak y ang bersangkutan. Simp anlah bukti
p emotongan ini baik-baik untuk
dip erhitungkan sebagai kredit p ajak dalam
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh
Orang Pribadi.
Pemotong Pajak
N PWP :
1
9
-
0
9
0
-
2
0
9
-
(5)
1
-
0
1
4
-
0
0
0
PPh Pasal 22
48
DEFINISI DAN OBJEK PPh ps. 22
Pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.
 Impor Barang
 Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
DJA, bendaharawan pemerintah pusat/daerah.
 Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
BUMN/D yang dananya dari belanja negara/daerah.
 Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina
dan badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan
bakar jenis Pertamax, Pertamax Super dan gas.
 Dan lain-lain ditentukan dengan UU.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 22
 Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan Keputusan
Dirjen Pajak tidak terutang PPh. Dinyatakan dengan Surat Keterangan
Bebas (SKB) PPh pasal 22.
 Impor Barang yang dibebaskan dari Bea Masuk.
 Impor sementara jika akan di ekspor kembali.
 Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.2.000.000 dan tdk merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
 Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, dan benda pos.
 Atas impor emas batangan yg akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan emas untuk tujuan ekspor dinyatakan dengan SKB.
 Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh KPN.
 Re-impor barang-barang yg telah diekspor utk tujuan perbaikan, pengerjaan dan pengujian.
BENDAHARA SEBAGAI
PEMUNGUT PPh PASAL 22
Keputusan Menkeu No.392/KMk.03/2001 jo. Permenkeu No.154/PMK.03/2010
 DITJEN ANGGARAN
 BENDAHARA PEMERINTAH PUSAT/DAERAH
 BENDAHARA BEA & CUKAI
YG MELAKUKAN PEMBAYARAN
ATAS PEMBELIAN BARANG
MEMUNGUT PPh PASAL 22
51
DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN PPh PSL 22
PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG YANG
JUMLAHNYA PALING BANYAK Rp2.000.000,- DAN
TIDAK MERUPAKAN PEMBAYARAN YANG TERPECAHPECAH DILAKUKAN OTOMATIS TANPA SKB
PEMBAYARAN UNTUK PEMBELIAN BAHAN BAKAR
MINYAK, LISTRIK, GAS, AIR MINUM / PDAM, DAN
BENDA BENDA POS DILAKUKAN OTOMATIS TANPA
SKB
52
SAAT PEMUNGUTAN
PADA SETIAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN
ATAS
PENYERAHAN BARANG OLEH REKANAN
TARIF 1,5%
DARI HARGA/NILAI
PEMBELIAN BARANG
JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
53
BUKTI PEMUNGUTAN
SSP
LEMBAR KE-1
WAJIB PAJAK REKANAN
LEMBAR KE-2
KPP MELALUI KPPN
LEMBAR KE-3
KPP SBG LAMPIRAN SPT
MASA BENDAHARA
LEMBAR KE-4
KANTOR PENERIMA PEMBAYARAN
(BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO)
LEMBAR KE-5
PEMUNGUT PPh PSL 22
54
TATA CARA
PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN
PPh PASAL 22
DIPUNGUT PADA SETIAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN
DISETOR PADA HARI YANG SAMA
KE BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO
SSP
DIISI OLEH DAN ATAS NAMA REKANAN
DITANDATANGANI OLEH BENDAHARA
55
TATA CARA PELAPORAN
PELAPORAN
PPh PASAL 22
SPT MASA
F.1.1.32.02
KE KPP/KP2KP
SELAMBAT-LAMBATNYA
14 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR
JIKA JATUH PADA HARI LIBUR
PADA HARI KERJA BERIKUTNYA
56
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh PASAL 22
Drs. Delta, Bendahara Madrasah Negeri Depok membeli komputer Rp
11.000.000, (harga yg tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 22
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 11.000.000,- x 100/110 x 1,5% = Rp 150.000,*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera di kuitansi tsb
dikalikan 100/110
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka
PPh pasal 22 terutang :
Rp 11.000.000,- x 100/110 x 1,5% x 200% =Rp300.000,-
57
PERHATIAN !!!
– Untuk memudahkan pengadministrasian baik itu
penyetoran dan pelaporan pajak, dianjurkan kepada
bendaharawan untuk bekerja sama/berbelanja
HANYA dengan rekanan yang telah memiliki NPWP
DAN telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
– Mintalah Faktur Pajak dari rekanan yang telah
dikukuhkan sebagai PKP, setiap melakukan transaksi
pembelian barang. Faktur Pajak dibuat/diterbitkan
oleh rekanan bukannya oleh bendaharawan.
– Setiap rekanan yang telah memiliki NPWP BELUM
TENTU berhak menerbitkan Faktur Pajak . Pastikan
rekanan tersebut telah dikukuhkan sebagai PKP.
– Setiap rekanan/WP yang menerbitkan/membuat
Faktur Pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
PKP, diancam pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
dalam faktur pajak dan paling banyak 6 (enam)
kali julah pajak dalam faktur pajak (Pasal 39A
huruf b UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2010.
PPh Pasal 23
60
PEMOTONG PPh PASAL 23
 Badan Pemerintah.
 Subjek Pajak Dalam Negeri.
 Penyelenggara Kegiatan.
 Badan Usaha Tetap (BUT)
 Perwakilan Perusahaan Luar Negeri
Lainnya.
 Orang Pribadi sebagai WP yang
ditunjuk oleh Kepala KPP.
PEMOTONG PPh PASAL 23/26
Peraturan Menkeu No.244/PMK.03/2008
BENDAHARA PEMERINTAH PUSAT
BENDAHARA PEMERINTAH DAERAH
BADAN
YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN
ATAS OBJEK PPh Pasal 23
62
PENGHASILAN
YANG DIKENAKAN PEMOTONGAN
PPh PASAL 23
HADIAH DAN PENGHARGAAN SEHUBUNGAN DENGAN
KEGIATAN SELAIN YANG TELAH DIPOTONG PPh. 21
SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN
PENGGUNAAN HARTA
IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN:
• JASA TEKNIK;
• JASA MANAJEMEN;
• JASA KONSULTAN HUKUM,
• JASA KONSULTAN PAJAK,
• JASA LAIN SELAIN JASA YG TELAH DIPOTONG PPh PSL 21
YANG BERASAL DARI MODAL :
• DEVIDEN
• BUNGA
• ROYALTI
63
TIDAK DIKENAKAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI /
BADAN
YG DAPAT MENUNJUKKAN
SKB PEMOTONGAN
PPh PASAL 23/26
YG MELAKSANAKAN
PROYEK PEMERINTAH YG
DIDANAI HIBAH ATAU
PINJAMAN LN
64
TIDAK DIKENAKAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
A.
B.
C.
D.
F.
G.
PENGHASILAN YG DIBAYAR ATAU TERUTANG KPD BANK;
SEWA YG DIBAYARKAN ATAU TERUTANG SEHUBUNGAN DGN SEWA GUNA
USAHA DENGAN HAK OPSI;
DEVIDEN ATAU BAGIAN LABA YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERSEROAN
TERBATAS SEBAGAI WP DALAM NEGERI,KOPERASI, BUMN/D, DARI
PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA YANG DIDIRIKAN DAN
BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA DGN SYARAT : 1) DIVIDEN BERASAL
DARI CADANGAN LABA YG DITAHAN DAN 2) BAGI PERSEROAN TERBATAS,
BUMN/BUMDYG MENERIMA DIVIDEN, KEPEMILIKAN SAHAM PADA BADAN YG
MEMBERIKAN DIVIDEN PALING RENDAH 25 PERSEN DARI JML MODAL YG
DISETOR;
BAGIAN LABA YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH ANGGOTA DARI PERSEROAN
KOMANDITER YG MODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM-SAHAM,
PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA DAN KONGSI;
SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI YANG DIBAYARKAN KEPADA
ANGGOTANYA;
PENGHASILAN YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG KEPADA BADAN USAHA
ATAS JASA KEUANGAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENYALUR PINJAMAN
DAN/ATAU PEMBIAYAAN YANG DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI
KEUANGAN.
65
TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 23
HADIAH DAN
PENGHARGAAN,
DEVIDEN, BUNGA
DAN ROYALTI
SEWA
DAN
JASA LAINNYA
TARIF
15 %
TARIF
2%
JUMLAH BRUTO
DASAR PEMOTONGAN
JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
66
JUMLAH BRUTO OBJEK PPh PASAL 23
JUMLAH BRUTO ADALAH SELURUH JUMLAH PENGHASILAN DENGAN NAMA
DAN DALAM BENTUK APAPUN YANG DIBAYARKAN, DISEDIAKAN UNTUK
DIBAYARKAN ATAU TELAH JATUH TEMPO PEMBAYARANNYA OLEH BADAN
PEMERINTAH, SUBJEK PAJAK BADAN DALAM NEGERI, PENYELENGGARA
KEGIATAN, BENTUK USAHA TETAP, ATAU PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR
NEGERI LAINNYA KEPADA WAJIB PAJAK DALAM NEGERI ATAU BENTUK
USAHA TETAP.
TIDAK TERMASUK
1. PEMBAYARAN GAJI, UPAH, HONORARIUM, TUNJANGAN & PEMBAYARAN LAIN SBG
IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YG DIBAYARKAN OLEH WP PENYEDIA
TENAGA KERJA KEPADA TENAGA KERJA YG MELAKUKAN PEKERJAAN, BERDASARKAN
Jasa
KONTRAK DGN PENGGUNA JASA (HARUS DIBUKTIKAN DGN KONTRAK DAN DAFTAR
Catering
PEMBAYARAN GAJI DSB);
&
Jasa
2. PEMBAYARAN ATAS PENGADAAN/PEMBELIAN BARANG ATAU MATERIAL (HARUS
Yg
telah
DIBUKTIKAN DGN FAKTUR PEMBELIAN);
dikenakan
2. PEMBAYARAN KEPADA PIHAK KEDUA (SBG PERANTARA) UTK SELANJUTNYA
kecuali
PPh
DIBAYARKAN KEPADA PIHAK KETIGA (HARUS DIBUKTIKAN DGN FAKTUR TAGIHAN
bersifat
DARI PIHAK KETIGA DISERTAI PERJANJIAN TERTULIS );
final
4. PEMBAYARAN PENGGANTIAN BIAYA (REIMBURSEMENT) YAITU PENGGANTIAN
(konstruksi)
PEMBAYARAN SEBESAR JUMLAH YG NYATA-NYATA TELAH DIBAYARKAN OLEH
PIHAK KEDUA KEPADA PIHAK KETIGA (HARUS DIBUKTIKAN FAKTUR DGN TAGIHAN
ATAU BUKTI PEMBAYARAN DARI PIHAK KEDUA KE PIHAK KETIGA
67
Objek Pemotongan PPh Pasal 23
No
Objek
Batas waktu
penyetoran
Batas waktu
pelaporan
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
15%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
2%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
1. Jasa Penilai (appraisal)
2%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
2. Jasa Aktuaris
2%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
3. Jasa Akuntansi,pembukuan dan
atestasi laporan keuangan
2%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
4. Jasa Perancanag (design)
2%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
5. Jasa pengeboran (drilling) di
bidang penambangan migas,kecuali
yg dilakukan BUT
2%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
6. Jasa penunjang di bidang
penambangan Migas
2%
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
1
jasa teknik, jasa manajemen, jasa
Konstruksi, jasa konsultan
1.
Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah
2.
Sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan
harta kecuali Sewa Tanah dan/atau
Bangunan
3.
Imbalan Jasa Lain
*tidak termasuk PPN
Tarif
Dasar
Penghitungan
2%
Sifat
68

Objek Pemotongan PPh Pasal 23
No
Objek
Tarif
Dasar
Penghitungan
7. Jasa penambangan dan jasa
penunjang di bidang penambangan
selain migas
2%
8. Jasa penunjang di bidang
penerbangan dan bandar udara
Batas waktu
penyetoran
Batas waktu
pelaporan
Jumlah Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
9. Jasa penebangan hutan
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
10. Jasa pengelolaan limbah
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
11. Jasa penyediaan tenaga kerja
(outsourcing service)
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
12. Jasa perantara atau keagenan
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
13. Jasa di bidang perdagangan suratsurat berharga, kecuali yg di lakukan
Bursa Efek, KSEI dan KPEI
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
14. Jasa kostodian/penyimpanan/penitipan,
kecuali yg dilakukan KSEI
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
15. Jasa pengisian suara (dubbing dan/atau
sulih suara
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya

*tidak termasuk PPN
Sifat
…lanjutan
69
Objek Pemotongan PPh Pasal 23
No
Objek
Tarif
Dasar
Penghitungan
16. Jasa mixing film
2%
17. Jasa sehubungan dengan software
komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan
Sifat
…lanjutan
Batas waktu
penyetoran
Batas waktu
pelaporan
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin,
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV Kabel, selain yg dilakukan
oleh Wajib Pajak yg ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikat sbg pengusaha
konstruksi
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
19. Jasa perawatan/perbaikan
/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
Kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan, selain yg dilakukan
Wajib Pajak yg ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
sertifikat sbg pengusaha konstruksi
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
20. Jasa maklon
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
21. Jasa penyelidikan dan keamanan
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
70
*tidak termasuk PPN

Objek Pemotongan PPh Pasal 23
No
Objek
Tarif
Dasar
Penghitungan
22. Jasa penyelenggara kegiatan
2%
23. Jasa pengepakan
Sifat
Batas waktu
penyetoran
Batas waktu
pelaporan
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
24. Jasa penyediaan tempat dan/atau
waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
25. Jasa pembasmi hama
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
26. Jasa kebersihan atau cleaning service
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
27. Jasa katering atau tata boga
2%
Jumlah
Bruto*
10 bln
berikutnya
20 bln
berikutnya
*tidak termasuk PPN
71
TATA CARA PEMOTONGAN
PPh PASAL 23
DILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKAN
PENGHASILAN OLEH BENDAHARA & BADAN
BUKTI PEMOTONGAN
F.1.1.33.06 atau
F.1.1.33.07
1
2
3
UNTUK REKANAN
LAMPIRAN SPT MASA PPh
PASAL 23/26
ARSIP
BENDAHARA/BADAN
72
TATA CARA PENYETORAN
PPh PASAL 23
JUMLAHKAN PPh PSL 23/26 DALAM
BUKTI PEMOTONGAN
SELAMA SATU BULAN TAKWIM
DISETOR KE BANK PERSEPSI ATAU
KANTOR POS DAN GIRO DGN MENGGUNAKAN SSP
PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM
BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT
TERUTANGNYA PAJAK
APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR,
MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA
HARI KERJA BERIKUTNYA
73
TATA CARA PELAPORAN
PPh PASAL 23
MENGISI DGN LENGKAP DAN BENAR
SPT MASA PPh PSL 23/26 (F.1.1.32.03)
RANGKAP 2
LAMPIRAN
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
KE KPP/
KP2KP
PD HARI KERJA
BERIKUTNYA
SELAMBAT-LAMBATNYA
20 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR
JIKA JATUH PD
HARI LIBUR
74
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh PASAL 23
Contoh 1
Drs. Delta, Bendahara Madrasah Negeri Depok menggunakan jasa pemeliharaan
komputer Rp 11.000.000, (harga yg tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 11.000.000,- x 100/110 x 2% = Rp 200.000,*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera dikuitansi tsb
dikalikan 100/110
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 terutang :
Rp11.000.000 x 100/110 x 2% x200%= Rp400.000,Contoh 2
Drs. Yaumin, Bendahara Depdiknas menggunakan jasa biro Iklan untuk memasang Iklan
di Media massa dan elektronik dengan total pembayaran Rp 1.100.000.000, (harga yg
tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 1.100.000.000,- x 100/110 x 2% = Rp 20.000.000,*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera dikuitansi tsb
dikalikan 100/110
Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 terutang :
Rp1.100.000.000 x 100/110 x 2% x200%= Rp4.000.000,-
75
PPh Pasal 4 ayat (2)
76
OBJEK PPh PASAL 4 (2)
Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya (20% x Bruto).
Penghasilan dr transaksi saham dan sekuritas lain dibursa efek
(0.1%xBruto  kecuali transaksi saham pendiri 0.6%xBruto)
Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau
bangunan (5% x Bruto).
Penghasilan tertentu lainnya.
Diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 4 (2)
 Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
 Bunga deposito dan tabungan serta SBI, sepanjang jumlah deposito dan
tabungan serta SBI tdk melebihi Rp 7.500.000,- bukan jumlah terpecah2.
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima oleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri Keuangan.
 Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemi-likan
RS, RSS, kavling utk RS dan RSS, rumah susun sederhana utk dihuni.
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yg diterima oleh bukan subjek
pajak.
LAIN-LAIN TARIF FINAL
 Penghasilan yg diterima Orang Pribadi/Badan dari transaksi penjualan
saham atau sekuritas lain di bursa efek:
– Untuk transaksi semua jenis saham = 0.1% x Bruto.
– Untuk transaksi saham pendiri = 0.6% x Bruto.
 Penghasilan bunga deposito, tabungan, giro, SBI, obligasi dan
penghasilan bunga deposito dari simpanan di luar negeri = 20% x Bruto.
 Penghasilan WP OP dari investor atas penyerahan bangunan dengan
kontrak BOT (Build, Operate and Transfer) = 5% x Bruto.
 Penghasilan transaksi pengalihan hak atas tanah/bangunan= 5%xBruto.
 Penghasilan yg diterima WP perusahaan pelayaran DN = 1.2% x Bruto.
 Penghasilan yg diterima WP perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri = 2.64% x Bruto.
 Penghasilan perusahaan penerbangan dlm negeri berdasarkan perjanjian
kontrak (charter) = 1.8% x Bruto (bersifat tidak final)
OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 4 AYAT (2)
Jasa
Persewaan
Tanah
dan/atau
Bangunan
Jasa
Konstruksi
• TARIF 10% DARI JUMLAH BRUTO
• Pelaksanaan :
2% Dari Jumlah Bruto untuk yang Memiliki Kualifikasi Usaha
Kecil
4% Dari Jumlah Bruto untuk yang Tidak Memiliki Kualifikasi
Usaha
3% Dari Jumlah Bruto yang Memiliki Kualifikasi Menengah
dan Besar
• Perencanaan & Pengawasan :
4% Dari Jumlah Bruto Utk yang Memiliki Klasifikasi Usaha
6% Dari Jumlah Bruto Utk yang Tidak Memiliki Kualifikasi
Usaha
80
Contoh 1 PPh Pasal 4 ayat (2) :
Instansi X (NPWP : 00.123.456.7-115.000) melakukan pengadaan Jasa
Pelaksanaan Konstruksi (pembangunan gedung) yang dilakukan oleh PT.
Konstruksi (NPWP : 02.777.777.7-115.000) pengusaha yang memiliki
kualifikasi sebagai usaha kecil dengan nilai Jasa sebesar Rp 500.000.000
(lima ratus juta rupiah) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) pada tanggal 02 Juli 2011. Maka pajak
yang harus dipotong oleh Instansi X atas jasa tersebut adalah :
Nilai Kontrak
Rp
500.000.000
PPN
Rp
50.000.000
Total tagihan dari rekanan (PT. Konstruksi)
Rp
550.000.000
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong :
Tarif X Nilai Jasa : 2% X Rp 500.000.000 =
Rp 10.000.000
PPN dipungut : 10% X Rp 500.000.000
=
Rp 50.000.000
Total PPN dan PPh dipungut/dipotong = Rp 60.000.000
Dibayar kepada rekanan (total tagihan dari rekanan – total PPN dan PPh
dipungut/dipotong) : Rp 550.000.000 - Rp 60.000.000 = Rp
490.000.000
Contoh 2 PPh Pasal 4 ayat (2) :
Instansi Y menyewa gedung untuk tempat belajar siswa kepada
Pulan (NPWP : 07.777.777.7-115.000), selama 2 bulan dengan harga
sewa sebesar Rp 4.000.000 pada tanggal 07 Juli 2010.
Maka pajak yang harus dipotong oleh Instansi Y atas jasa tersebut
adalah :
PPh Pasal 4 ayat (2) = Tarif X Harga Sewa
= 10% X 4.000.000 = Rp 400.000
Dibayar kepada Pulan (Harga sewa – PPh
dipotong) : Rp 4.000.000 - Rp 400.000 = Rp 3.600.000.
PPN
83
PENGERTIAN
PAJAK
PERTAMBAHAN
NILAI (PPN)
PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH
(PPn BM)
PAJAK YG DIKENAKAN
ATAS KONSUMSI BARANG
YG BERDSRKAN KMK
TERGOLONG BRG MEWAH
PAJAK YG DIKENAKAN
ATAS KONSUMSI
BARANG DAN JASA
DI DALAM
DAERAH PABEAN
WILAYAH RI YG DI DALAMNYA
BERLAKU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PABEAN
84
SYARAT PEMUNGUTAN PPN :
• ADANYA PENYERAHAN DI DALAM
DAERAH PABEAN;
• YANG DISERAHKAN BARANG KENA
PAJAK / JASA KENA PAJAK;
• YANG MENYERAHKAN ADALAH
PENGUSAHA KENA PAJAK.
85
OBJEK PEMUNGUTAN PPn BM
PENYERAHAN
BKP YANG BERDASARKAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
TERGOLONG SEBAGAI BARANG MEWAH
OLEH
PABRIKAN
86
KELOMPOK BARANG
YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL
LANGSUNG DARI SUMBERNYA, YAITU :
MINYAK MENTAH (CRUDE OIL), GAS BUMI, PANAS BUMI, PASIR DAN KERIKIL,
BATUBARA SEBELUM DIPROSES MENJADI BRIKET BATUBARA DAN BIJIH BESI,
BIJIH TIMAH, BIJIH EMAS, BIJIH TEMBAGA, BIJIH NIKEL, DAN BIJIH PERAK
SERTA BIJIH BAUKSIT
BARANG-BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN OLEH
RAKYAT BANYAK, YAITU :
BERAS, GABAH, JAGUNG, SAGU, KEDELAI, DAN GARAM BAIK YANG
BERYODIUM MAUPUN YANG TIDAK BERYODIUM, DAGING, TELUR SUSU, BUAH
MAKANAN DAN MINUMAN YANG DISAJIKAN DI HOTEL, RESTORAN, RUMAH
MAKAN, WARUNG, DAN SEJENISNYA, TIDAK TERMASUK MAKANAN DAN
MINUMAN YANG DISERAHKAN OLEH JASA BOGA ATAU CATERING
UANG, EMAS BATANGAN, DAN SURAT-SURAT BERHARGA
87
KELOMPOK JASA
YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
JASA DI BIDANG
PELAYANAN KESEHATAN MEDIK, MELIPUTI :
• JASA DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DAN DOKTER GIGI, DAN DOKTER HEWAN;
• JASA AHLI KESEHATAN SEPERTI AKUPUNTUR, AHLI GIGI, AHLI GIZI, DAN FISIOTERAPI;
• JASA KEBIDANAN DAN DUKUN BAYI;
• JASA PARAMEDIS DAN PERAWAT DAN
• JASA RUMAH SAKIT, RUMAH BERSALIN, KLINIK KESEHATAN, LABORATURIUM KESEHATAN,
DAN SANOTARIUM
PELAYANAN SOSIAL, MELIPUTI :
• JASA PELAYANAN PANTI ASUHAN DAN PANTI JOMPO;
• JASA PEMADAM KEBAKARAN KECUALI YANG BERSIFAT KOMERSIAL;
• JASA PEMBERIAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN;
• JASA LEMBAGA REHABILITASI KECUALI YANG BERSIFAT KOMERSIAL;
• JASA PEMAKAMAN TERMASUK KREMATORIUM; DAN
• JASA DIBIDANG OLAHRAGA KECUALI YANG BERSIFAT KOMERSIAL
• PENGIRIMAN SURAT DENGAN PERANGKO
• JASA KEUANGAN
KEAGAMAAN, MELIPUTI :
• JASA PELAYANAN DI RUMAH IBADAH;
• JASA PEMBERIAN KHOTBAH ATAU DAKWAH; DAN
• JASA LAINNYA DIBIDANG KEAGAMAAN
88
KELOMPOK JASA
YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
JASA DI BIDANG
PENDIDIKAN, MELIPUTI :
• JASA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH ; DAN
• JASA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI LUAR SEKOLAH, SEPERTI KURSUS
KESENIAN DAN HIBURAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK TONTONAN, TERMASUK JASA
DIBIDANG KESENIAN YANG TIDAK BERSIFAT KOMERSIAL
PENYIARAN YANG BUKAN BERSIFAT IKLAN DAN TIDAK DIBIAYAI OLEH SPONSOR YANG
BERTUJUAN KOMERSIAL
ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN DI AIR, YAITU : JASA ANGKUTNA DI DARAT, LAUT, DAN DI
SUNGAI YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA
TENAGA KERJA
PERHOTELAN, MELIPUTI :
• JASA PERSEWAAN KAMAR TERMASUK TAMBAHANNYA DI HOTEL, RUMAH PENGINAPAN,
MOTEL, LOSMEN, HOSTEL SERTA FASILITAS YANG TERKAIT DENGAN KEGIATAN
PERHOTELAN UNTUK TAMU YANG MENGINAP; DAN
• JASA PERSEWAAN RUANGAN UNTUK KEGIATAN ACARA ATAU PERTEMUAN DI HOTEL,
RUMAH PENGINAPAN, MOTEL, LOSMEN, DAN HOSTEL
JENIS JASA YANG DISEDIAKAN OLEH PEMERINTAH DALAM RANGKA MENJALANKAN
PEMERINTAHAN SECARA UMUM
89
KELOMPOK BKP TERTENTU YANG ATAS
IMPORNYA DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN
SENJATA, AMUNISI, ALAT ANGKUTAN DI AIR, ALAT ANGKUTAN DI BAWAH AIR, ALAT ANGKUTAN
DI UDARA, KENDARAAN LAPIS BAJA, KENDARAAN ANGKUTAN KHUSUS LAINNYA, DAN
KOMPONEN ATAU BAHAN YANG DIPERLUKAN DALAM PEMBUATAN SENJATA DAN AMUNISI
OLEH PT. PINDAD UNTUK KEPERLUAN TNI DAN POLRI YANG BELUM DIBUAT DI DALAM NEGERI
VAKSIN POLIO DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN)
BUKU-BUKU PELAJARAN UMUM, KITAB SUCI, DAN BUKU-BUKU PELAJARAN AGAMA
KAPAL LAUT, KAPAL ANGKUTAN SUNGAI, KAPAL ANGKUTAN DANAU DAN KAPAL ANGKUTAN
PENYEBERANGAN, KAPAL PANDU, KAPAL TUNDA, KAPAL PENANGKAP IKAN, KAPAL
TONGKANG DAN SUKU CADANG SERTA ALAT KESELAMATAN PELAYARAN ATAU ALAT
KESELAMATAN MANUSIA YANG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN PELAYARAN
NIAGA NASIONAL ATAU PERUSAHAAN PENANGKAPAN IKAN NASIONAL
PESAWAT UDARA DAN SUKU CADANG SERTA ALAT KESELAMATAN PENERBANGAN ATAU ALAT
KESELAMATAN MANUSIA, PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN YANG
DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA NASIONAL
KERETA API DAN SUKU CADANG SERTA PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN
SERTA PRASARANA YANG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PT. KERETA API INDONESIA (KAI)
PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYEDIAAN DATA BATAS DAN PHOTO UDARA WILAYAH
NEGAARA R.I YANG DILAKUKAN OLEH TENTARA NASIONAL INDONESIA
90
KELOMPOK BKP/JKP TERTENTU YANG ATAS PENYERAHANNYA
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN
JASA YANG DITERIMA OLEH PERUSAHAAN PELAYARAN NIAGA NASIONAL ATAU PERUSAHAAN
PENANGKAPAN IKAN NASIONAL YANG MELIPUTI : JASA PERSEWAAN KAPAL, JASA
KEPELABUHAN MELIPUTI JASA TUNDA, JASA PANDU, JASA TAMBAK, DAN JASA LABUH, SERTA
JASA PERAWATAN ATAU REPARASI (DOCKING) KAPAL
JASA YANG DITERIMA OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA NASIONAL YANG
MELIPUTI : JASA PERSEWAAN PESAWAT UDARA DAN DAN JASA PERAWATAN ATAU REPARASI
PESAWAT UDARA
JASA PERAWATAN ATAU REPARASI KERETA API YANG DITERIMA OLEH PT. KERETA API INDONESIA
JASA YANG DISERAHKAN OLEH KONTRAKTOR UNTUK PEMBORONGAN BANGUNAN (RS, RSS, RUMAH
SUSUN SEDERHANA,
KAPAL LAUT, KAPAL ANGKUTAN SUNGAI, KAPAL ANGKUTAN DANAU DAN KAPAL ANGKUTAN
PENYEBERANGAN, KAPAL PANDU, KAPAL TUNDA, KAPAL PENANGKAP IKAN, KAPAL TONGKANG DAN
SUKU CADANG SERTA ALAT KESELAMATAN PELAYARAN ATAU ALAT KESELAMATAN MANUSIA YANG
DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN PELAYARAN NIAGA NASIONAL ATAU PERUSAHAAN
PENANGKAPAN IKAN NASIONAL
PESAWAT UDARA DAN SUKU CADANG SERTA ALAT KESELAMATAN PENERBANGAN ATAU ALAT
KESELAMATAN MANUSIA, PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN YANG DIIMPOR DAN
DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA NASIONAL
KERETA API DAN SUKU CADANG SERTA PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN SERTA
PRASARANA YANG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PT. KERETA API INDONESIA (KAI)
PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYEDIAAN DATA BATAS DAN PHOTO UDARA WILAYAH
NEGARA R.I YANG DILAKUKAN OLEH TENTARA NASIONAL INDONESIA
91
KELOMPOK BKP/JKP TERTENTU YANG ATAS PENYERAHANNYA
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN
RUMAH SEDERHANA, RUMAH SANGAT SEDERHANA, RUMAH SUSUN SEDERHANA, PONDOK BORO,
ASRAMA MAHASISWA DAN PELAJAR SERTA PERUMAHAN LAINNYA, YANG BATASANNYA DITETAPKAN
OLEH MENKEU SETELAH MENDENGAR PERTIMBANGAN MENTERI PEMUKIMAN DAN PRASARANA
WILAYAH
SENJATA, AMUNISI, ALAT ANGKUTAN DI AIR, ALAT ANGKUTAN DI BAWAH AIR, ALAT ANGKUTAN DI
UDARA, KENDARAAN LAPIS BAJA, KENDARAAN ANGKUTAN KHUSUS LAINNYA, DAN KOMPONEN ATAU
BAHAN YANG DIPERLUKAN DALAM PEMBUATAN SENJATA DAN AMUNISI OLEH PT. PINDAD UNTUK
KEPERLUAN TNI DAN POLRI
VAKSIN POLIO DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN)
BUKU-BUKU PELAJARAN UMUM, KITAB SUCI, DAN BUKU-BUKU PELAJARAN AGAMA
KAPAL LAUT, KAPAL ANGKUTAN SUNGAI, KAPAL ANGKUTAN DANAU DAN KAPAL ANGKUTAN
PENYEBERANGAN, KAPAL PANDU, KAPAL TUNDA, KAPAL PENANGKAP IKAN, KAPAL TONGKANG DAN
SUKU CADANG SERTA ALAT KESELAMATAN PELAYARAN ATAU ALAT KESELAMATAN MANUSIA YANG
DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN PELAYARAN NIAGA NASIONAL ATAU PERUSAHAAN
PENANGKAPAN IKAN NASIONAL
PESAWAT UDARA DAN SUKU CADANG SERTA ALAT KESELAMATAN PENERBANGAN ATAU ALAT
KESELAMATAN MANUSIA, PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN YANG DIIMPOR DAN
DIGUNAKAN OLEH PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA NIAGA NASIONAL
KERETA API DAN SUKU CADANG SERTA PERALATAN UNTUK PERBAIKAN ATAU PEMELIHARAAN SERTA
PRASARANA YANG DIIMPOR DAN DIGUNAKAN OLEH PT. KERETA API INDONESIA (KAI)
PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENYEDIAAN DATA BATAS DAN PHOTO UDARA WILAYAH
NEGARA R.I YANG DILAKUKAN OLEH TENTARA NASIONAL INDONESIA
92
BKP & JKP YANG DIBEBASKAN DARI PPN
Atas Impor Barang Kena Pajak, yaitu :
a. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang
diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena
Pajak tersebut
b. Makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan
c. Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran atau perikanan
93
BKP & JKP YANG DIBEBASKAN DARI PPN
Atas penyerahan di dalam negeri :
a. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang
diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena
Pajak tersebut
b. Makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan
c. Barang hasil pertanian yang dipetik langsung, diambil langsung atau
disadap langsung dari sumbernya termasuk hasil pemrosesannya
yang dilakukan dengan cara tertentu
d. Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran atau perikanan
e. Air bersih yang dialirkan melalui pipa atau dialirkan dengan cara lain
baik oleh Perusahaan Air Minum milik Pemerintah maupun Swasta
f. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600 Watt
94
TARIF PPN DAN PPn BM
TARIF
PPN
EKSPOR
10 %
PPN 0 %
PPn BM
10, 20
30, 40 50, 200
DENGAN PERATURAN PEMERINTAH DAPAT DIUBAH
5%
SERENDAHRENDAHNYA
15%
SETINGGITINGINYA
10%
200%
95
PEMBAYARAN YANG
TIDAK DIPUNGUT PPN
OLEH
DALAM HAL
PEMBAYARAN
TDK MELEBIHI DARI JML Rp 1.000.000,00 TERMASUK PPN DAN/ATAU PPn BM
DAN MERUPAKAN PEMBAYARAN YG TDK DIPECAH-PECAH
BBM DAN NON-BBM YG PENYERAHANNYA DILAKUKAN OLEH
PERTAMINA
ATAS JASA ANGKUTAN UDARA YG DISERAHKAN OLEH PERUSAHAAN
PENERBANGAN
ATAS PENYERAHAN BKP/JKP YG MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU, MENDAPAT FASILITAS PPN TIDAK DIPUNGUT DAN ATAU
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN
UNTUK PEMBEBASAN TANAH, KECUALI PEMBAYARAN ATAS
PENYERAHAN TANAH OLEH REAL ESTATE ATAU INDUSTRIAL ESTATE
UNTUK PENYERAHAN BKP/JKP YG MEMPEROLEH FASILITAS PPN TDK
DIPUNGUT
96
PEMBAYARAN YANG TIDAK MELEBIHI JUMLAH Rp 1.000.000,00 DAN
MERUPAKAN PEMBAYARAN YANG TIDAK DIPECAH-PECAH
YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPN/PPn BM
CONTOH
A
HARGA JUAL
PPN= 10 % X Rp 800.000
PPn BM=20 % X Rp 800.000
HARGA JUAL TERMSK PPN/PPn BM
Rp 800.000,00
Rp
80.000,00
Rp 160.000,00
Rp 1.040.000,00
DIPUNGUT
PPN/PPn BM
Rp 1.040.000,- > Rp 1.000.000,-
B
HARGA JUAL
PPN= 10 % X Rp 800.000
PPn BM= 10 % X Rp 800.000
HARGA JUAL TERMSK PPN/PPn BM
Rp 960.000,-  Rp 1.000.000,DIPUNGUT PPN/PPn BM :
- PENYERAHAN OLEH BKN PKP
- DENGAN PO/SPK
Rp 800.000,00
Rp 80.000,00
Rp 80.000,00
Rp 960.000,00
TIDAK DIPUNGUT
PPN/PPn BM
PPN/PPn BM TERUTANG
DISETOR SENDIRI
OLEH PKP
97
Bea Meterai
BEA METERAI
Dokumen menyangkut dengan
kontrak/perjanjian dikenakan Bea Meterai
dengan tarif Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah).
Surat yang memuat jumlah uang , yaitu :
• yang mempunyai harga nominal sampai
dengan Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;
• yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp
250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif
sebesar Rp 3.000,00 (tiga ribu rupiah);
• yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan
Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,00
(enam ribu rupiah).
Perlakuan Khusus Untuk
WP/Rekanan Yang Termasuk
Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013
103
WP Dalam Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013
WP/Rekanan dengan kriteria:
 Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan
peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1
tahun pajak semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat
maupun cabangnya.
 Bukan mendapatkan penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan
Bebas, seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan,
notaris,PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana
dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) PP Nomor 46 Tahun 2013.
 Bukan mendapatkan penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang
dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos,
sewa rumah, jasa konstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
 Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau
jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan
menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.
misalnya pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area
kaki-lima, dan sejenisnya.
Pemotongan/Pemungutan PPh Terhadap WP
Dalam Kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013
 WP/Rekanan yang termasuk kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013 yang
berdasarkan ketentuan UU PPh wajib dilakukan pemotongan dan/atau
pemungutan PPh yang tidak bersifat final, dapat dibebaskan dari
pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain.
 Pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak
lain diberikan melalui Surat Keterangan Bebas dengan Tata Cara
sebagaimana dimaksud PER-01/PJ/2011.
 Apabila WP/Rekanan memiliki dan dapat menunjukkan SKB Potput,
maka bendahara tidak perlu memotong dan/atau memungut PPh yang
terutang.
Contoh:
o Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil.
Atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik
bengkel memiliki SKB Potput.
o Toko ATK menjual buku kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah
memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko memiliki SKB Potput.
Perlakuan Perpajakan atas
Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang
Dibiayai dengan Hibah atau Dana
Pinjaman Luar Negeri
106
DASAR HUKUM
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 perihal
Bea Masuk,Bea MasukTambahan,Pajak Pertambahan
Nilai dan PajakPenjualan atas Barang Mewah dan
Pajak Penghasilan dalamrangka Pelaksanaan Proyek
Pemerintah yang Dibiayai denganHibah atau Dana
Pinjaman
Luar
Negeri
sebagaimana
telah
diubahdengan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2001
PENGERTIAN
• Proyek Pemerintah adalah proyek yang tercantum dalam DIP atau
dokumen yang dipersamakan dengan DIP termasuk proyek yangdibiayai
dengan perjanjianpenerusan pinjaman (PPP) / Subsidiaryloan agreement
(SLA).
• Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk
devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang
dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang
harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Pinjaman Luar Negeri
adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang
diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali
denganpersyaratan tertentu.
PENGERTIAN (2)
• Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalambentuk
devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan maupun dalambentuk barang
dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihanyang diperoleh dari
pemberi hibah luar negeri yang tidak perludibayar kembali.
• Perjanjian Penerusan Pinjaman (PPP) adalah perjanjian penerusan
pinjaman antara Pemerintah RI Cq. Departemen Keuangan dengan
BUMN/BUMD/PEMDA sehubungan dengan proyek yang dilaksanakan oleh
BUMN/BUMD/PEMDA dan dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar
negeri yang diteruspinjamkan (two step loan).
• Kontraktor Utama adalah kontraktor, konsultan dan pemasok yang
berdasarkan kontrak melaksanakan proyek pemerintah yang dibiayai
dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri, termasuk tenaga ahli dan
tenaga pelatih yang dibiayai dengan hibah luar negeri.
• Kontrak adalah suatu perjanjian pengadaan barang dan jasa (KPBJ) atau
naskah lainnya yang dapat disamakan, yang ditandatangani oleh Pimpinan
Proyek/Pejabat yang berwenang dan Kontraktor Utama.
PERLAKUAN PAJAK HIBAH ATAU
PINJAMAN LUAR NEGERI
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
a. Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tidak dipungut untuk proyek Pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau
dana pinjaman luar negeri diberikan untuk :
1) Pemasukan barang atau jasa dari luar Daerah Pabean oleh Kontraktor Utama
yang meliputi :
a) Impor Barang Kena Pajak;
b) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean;
c) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.
2) Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh Kontraktor Utama
kepada pemilik proyek.
b. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Kontraktor Utama dari Subkontraktor atau pihak lain,
tetap terutang PPN.
PERLAKUAN PAJAK HIBAH ATAU
PINJAMAN LUAR NEGERI (2)
c. Atas penyerahan atau penerimaan termin proyek yang dibiayai dari hibah atau
dana pinjaman luar negeri :
1) Tidak dipungut PPN dan PPnBM,
2) Faktur Pajak tetap dibuat dengan diberikan cap “PPN danPPnBM tidak
dipungut”,
3) Surat Setoran Pajak tidak perlu dibuat.
d. Atas penyerahan atau penerimaan termin proyek yang dibiayai dengan dana
dari APBN/APBD/dana lain selai hibah atau dana pinjaman luar negeri :
1) Terutang PPN dan PPnBM,
2) Faktur Pajak harus dibuat,
3) Surat Setoran Pajak harus dibuat.
e. Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh,
ditanggung oleh Pemerintah hanya atas bagian penghasilan sehubungan
dengan pelaksanaan Proyek Pemerintah yang dananya dibiayai dengan hibah
atau dana pinjaman luar negeri.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penghasilan (PPh) yang
terhutang
atas
pembayaran
SPK/SPB/Kontrakatas pelaksanaan
proyek-proyek pemerintah yang
sumber dananya berasal dari
PHLN, ditanggung pemerintah.
PPh yang ditanggung pemerintah
adalah PPh yang terhutang atas
pelaksanaan
proyek-proyek
pemerintah yang dananya berasal
dari Bantuan Luar Negeri oleh
badan/perusahaan
yang
melaksanakan:
a). Pekerjaan Jasa Pemborongan.
b). Pekerjaan Jasa Konsultan.
c). Pengadaan Barang/Peralatan.
Download