BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Penulisan 1. Konsep Dasar Kehamilan a. Proses Kehamilan Kehamilan adalah dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin. (Saifuddin, 2007). Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan adalah suatu peristiwa alamiah. Pada masa ini tubuh akan banyak mengalami perubahan. Otot-otot perut beserta jaringannya meregang untuk memberi tempat kepada rahim yang akan mengembang 20 (dua puluh) kali lebih besar dan ukuran semula (Musbilan, 2005:14). Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : 1) Ovulasi pelepasan ovum 2) Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot 3) Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum 4) Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus 5) Pembentukan plasenta 6) Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai cukup bulan b. Tujuan Asuhan Kehamilan Asuhan antenatal bertujuan untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayinya, dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan (Pusdiknakes, 2003). 6 7 c. Diagnosa Kehamilan Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan cukup bulan sekitar 280 hari sampai 300 hari, dengan perhitungan sebagai berikut : 1) Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gram bila berakhir disebut keguguran. 2) Kehamilan sampai 29 minggu sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas. 3) Kehamilan berumur 37 minggu sampai 42 minggu disebut aterm (cukup bulan). 4) Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau post date (serotinus) (Manuaba, 2007). Menurut Manuaba (2007), Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu: 1) Triwulan pertama 0 sampai 12 minggu 2) Triwulan kedua 13 sampai 28 minggu 3) Triwulan ketiga 29 sampai 42 minggu Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil. Tanda-tanda dugaan hamil : 1) Amenorea (tidak dapat bulan) 2) Mual 3) Ngidam 4) Sinkope atau pingsan 5) Payudara tegang 6) Sering BAK 7) Pigmentasi kulit a) Sekitar pipi disebut cloasma gravidarum. b) Dinding perut : striae livid, linea alba semakin hitam, striaenigra. c) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae, putting susu makin menonjol, kelenjar montgomeri menonjol, pembuluh darah manifes sekitar payudara. Darah manifes sekitar payudara. 8 8) Epulis : hipertropi gusi yang dapat terjadi bila hamil 9) Varices/penampakan pembuluh darah vena Tanda tidak pasti kehamilan : 1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan. 2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai; tanda hegar, tanda chadwik, tanda piscasek, kontraksi braxton nick, teraba ballotement. 3) Pemeriksaan test biologis kehamilan positif (karena sebagian kemungkinan positif palsu). Tanda pasti kehamilan : 1) Gerakan janin dalam rahim : terlihat / teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin. 2) Denyut jantung janin : di dengar dengan stetoskop lienec, alat kardiotokografi, alat dopler dan dapat dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih rontgent untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi dan fotoscopy. d. Perubahan Fisiologi Pada Saat Kehamilan Perubahan pada sistem reproduksi yaitu : 1) Uterus, antara lain : a) Ukuran : Rahim membesar akibat hyperplasia dan hipertropi otot rahim. b) Berat : Dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan. c) Bentuk dan konsistensi menjadi lebih panjang dan lunak (tanda hegar dan piscosek). d) Posisi rahim : Dari ante/retropleksi semakin membesar memasuki rongga perut. e) Vakularisasi : Makin besarnya aliran darah arteri dan ovarika menuju rahim. f) Servik uteri : Tanda chadwik dan goodbell 9 2) Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda chadwik). 3) Ovarium Ovulasi terhenti, masih terdapat korpus luteum gravidarum sampai terbentuknya placenta yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron. 4) Payudara Sebagai persiapan laktasi, perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron dan somammotropin. a) Sistem Pencernaan Pengaruh estrogen yang meningkatkan pengeluaran asam lambung menyebabkan hypersalivasi, morning sickness, emesis gravidarum, daerah lambugn terasa panas. Pengaruh progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi. b) Sistem Respirasi Terjadi desakan diafragma karena dorongan/pembesaran rahim dan akibat kebutuhan oksigen yang meningkat, bumil akan bernafas lebih dalam 23-35% dari biasanya. c) Perubahan Pada Kulit Karena pengaruh melanophore stimulating hormon dan kelenjar suprarenal terjadi perubahan deposit pigmen sehingga terjadi hyperpigmentasi kulit seperti cloasma gravidarum, strie livida, linea nigra, juga pada aerola mammae dan papila mammae. d) Perubahan Metabolisme (1) Metabolisme basal naik 15-20%. (2) Keseimbangan asam basa menurun akibat hemodilusi darah dan kebutuhan mineral untuk janin. 10 (3) Peningkatan kebutuhan nutrisi ibu hamil. Penambahan berat badan ibu hamil antara 6,5 – 16,5 kg selama hamil atau + ½ kg/minggu. e. Teknik Pemeriksaan Palpasi kehamilan Pemeriksaan palpasi yang biasa dipergunakan untuk menetapkan kedudukan janin dalam rahim dan tuanya kehamilan adalah leopold, sebagai berikut : Leopold I Bagian apa yang terletak difundus uteri, pada letak membujur sungsang, kepala bulat, keras dan melenting pada goyangan pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus, tidak keras dan tidak melenting, tidak bulat, pada letak lintang, tidak keras dan tidak melenting, tidak bulat pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin. Leopold II Kemudian kedua tangan pemeriksa diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan baigan apa yang terletak di samping. Leopold III Menetapkan bagian apa yang terdapat disimpisis pubis, kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba lunak dan tidak lunak pada letak lintang, simpisis pubis akan teraba bokong. Leopold IV Pada pemeriksaan leopold IV, pemeriksa menghadap kearah kaki penderita, untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul. Tangan pemeriksa akan “konvergen” bertemu bila kepala belum masuk PAP. Tangan pemeriksa akan divergen menyebar, bila kepala sudah masuk PAP. 11 2. Konsep Dasar Persalinan a. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan(Manuaba, 2007). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, atau janin turun ke dalam jalan lahir (Saifuddin, 2007). Persalinan adalah proses yang dimuai kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta(Pusdiknakes, 2003). b. Tujuan Asuhan Persalinan Asuhan persalinan bertujuan untuk memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Saefuddin, 2007). c. Faktor-Faktor Mekanik pada Persalinan 1) Bentuk dan jaringan tulang serta jaringan lunak panggul ibu (passage). 2) Besarnya janin (passenger). 3) Kualitas dan frekuensi kontraksi uterus (power) (Suyono, 2002). d. Tahap Persalinan 1) Kala I Dimulai saat persalian sampai pembukaan lengkap. Proses ini berlangsung antara 18-24 jam terbagi dalam dua fase: fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 4 cm, dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 4-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif (Saifuddin, 2007). a) Fase Laten Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 4 cm. 12 b) Fase Aktif Dibagi dalam 3 fase, yaitu : (1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 4 cm menjadi 6 cm. (2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 6 cm menjadi 8 cm. (3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 8 cm menjadi lengkap. Pada multigravida fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek (Saifuddin, 2007). 2) Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi, dan 1 jam pada multi. 3) Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. 4) Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin, 2007). e. Fisiologi Persalinan 1) Fisiologi Kala I a) Kontraksi uterus mulai dari fundus dan uterus menyebar ke depan dan ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus berkontraksi dan relaksasi. Memungkinkan kepala janin masuk rongga pelvik yang menyebabkan serviks menipis dan membuka. b) Serviks: sebelum persalinan serviks mempersiapkan diri dengan berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat serviks menipis dan membuka (terjadi effacement dan dilatasi serviks). 13 c) Lendir darah (blood show). Pada umumnya ibu akan mengeluarkan lendir darah sedikit atau sedang dari serviks (Pusdiknakes, 2003). 2) Mekanisme Persalinan Kala II a) Penurunan terjadinya selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi. Serta peranan (selama kala II) oleh ibu. b) Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu. c) Fleksi adalah sangat penting bagi penurunan kepala selama kala II. Melalui fleksi ini, diameter terkecil dari kepala janin dapat masuk ke dalam panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala berada di dasar panggul tahanannya akan meningkat sehingga terjadi fleksi yang bertambah besar yang sangat diperlukan supaya diameter terkecil dapat terus turun. d) Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari ibu. e) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi (untuk posisi oksiput) terjadi oleh karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk lengkungan (carus) yang mengarahkan kepala ke atas menuju ke lubang vulva. Bagian leher belakang dibawah oksiputnya akan bergeser dibawah sympisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkannya ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar. f) Restitusi ialah perputaran kepala sejauh 45 derajat baik ke arah kiri atau kanan. Bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior. g) Rotasi eksternal terjadi secara bersamaan dengan perputaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, 14 bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama kepala janin agar terletak di anteroposterior. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva-vagina dan ia akan bergeser di bawah sympisis pubis. h) Bahu posterior kemudian akan meregangkan mayora dan kemudian dilahirkan secara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan sisa tubuh akan segera lahir mengikuti lengkung carus (kurva jalan lahir). 3) Fisiologi Kala III Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada dalam uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil. Maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pemuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saatplasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta berdarahterus sehingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluhpembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut (Pusdiknakes, 2003). 4) Fisiologi Kala IV Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama (Manuaba, 2007). 3. Konsep Dasar Nifas a. Definisi Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa 15 nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal. b. Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi dua, yaitu: 1) Tujuan Umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. 2) Tujuan Khusus a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya. b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. c) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat. d) Memberikan pelayanan keluarga berencana. c. Peran dan Tanggungjawab Bidan dalam Masa Nifas Peranan dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas adalah: 1) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 2) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman. 3) Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi. 4) Memulai dan mendorong pemberian ASI d. Tahapan Masa Nifas Nifas dibagi menjadi 3 tahap : 1) Puerperium Dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 16 2) Puerperium Intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan. e. Program dan Kebijakan Teknis Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas. f. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal menurut Saifuddin (2007) : Kunjungan I Waktu Asuhan 2-6Jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena Post atonia uteri Partum b. Pemantauan keadaan umum ibu c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu d. ASI ekslusif II 2-6 a. Memastikan involusi berkontraksi, berjalan Hari normal, Post dibawah umbilicus dan tidak ada tanda- Partum uterus uterus fundus tanda perdarahan abnormal b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi 17 e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit III 2 Minggu Post Partum a. Memastikan normal, involusi uterus uterus berkontraksi, berjalan fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit IV 6 Minggu Post Partum a. Menanyakan pada ibu tentang penyulitpenyulit yang ia alami b. Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tandatanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi g. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Involusi Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (1) Proses Involusi Uteri Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini 18 besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : (a) Autolysis (b) Atrofi Jaringan (c) Efek Oksitosin (kontraksi). Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara : (1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. (2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat symphisis. Pada hari ke-10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage). b) Lochea Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan: (1) Lochea Rubra/Merah (Cruenta) Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi 19 darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium (2) Lochea Sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum. (3) Lochea Serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi placenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 postpartum. (4) Lochea Alba/Putih Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. c) Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. d) Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke-4. 20 2) Perubahan-perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum Involusi Tinggi Berat Diameter Palpasi Uteri Fundus Uteri Uterus Uterus Serviks Setinggi Pusat 1000 gr 12,5 cm 500 gr 7,5 cm 2 cm Tidak Teraba 350 gr 5 cm 1 cm Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit Plasenta Lahir 7 hari (Minggu 1) 14 hari (Minggu 2) 6 minggu Lembut/ Lunak Pertengahan antara Pusat dan Symphisis 3) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong. 4) Perubahan Sistem Perkemihan Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. 5) Perubahan Sistem Musculuskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut, dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat 21 hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan. 6) Perubahan Endokrin a) Hormon Plasenta Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. b) Hormon Pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. c) Hormon Oksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otot bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ke-3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahanpada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin tadi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu ibu. d) Hipotalamik Pituitari Ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. 22 7) Perubahan Tanda-Tanda Vital a) Suhu Badan 24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50C380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ke-3 suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak,berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. b) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. c) Tekanan Darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum. d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. 8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui sectio caesarea kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi. 9) Perubahan Hematologi Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit 23 menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. h. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas 1) Fase Taking In Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya. 2) Fase Taking Hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung. 3) Fase Letting Go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. i. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas Gizi, ambulasi dini, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, seksual, latihan senam nifas, keluarga berencana 4. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir a. Pengertian Asuhan Bayi Baru Lahir Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil, sebagian besar bayi baru lahir meninggal segera setelah lahir karena asfiksia dan 24 hipotermi. Hal ini dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan di tatalaksana serta dilakukan upaya pencegahan hipotermi (Saifuddin, 2007). b. Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir Tujuan asuhan pada bayi baru lahir adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks. c. Perubahan Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir 1) Pernafasan Pertama Pada menit-menit terakhir kelahirannya janin semakin hipoksik karena kekurangan oksigen. Sebagai akibat kurangnya sirkulasi darah melalui plasenta karena kontraksi uterus yang kuat. Dengan usaha bernafas pertama cairan yang menempati jalan nafas didorong ke dalam alveoli yang berkembang, sehingga cairan ini dapat diabsorpsi dengan cepat ke dalam pembuluh darah dan sirkulasi limfa paru. Dalam 15 menit setelah lahir, cairan ini telah hilang dan alveoli mengembang karena udara (Suyono, 2002). 2) Perubahan Sirkulasi Darah Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantar oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim. Harus terjadi dua perubahan besar: a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung. b) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta (Pusdiknakes, 2003). 3) Pengaturan Suhu Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan 25 lingkungan. Jika seorang bayi kedinginan, ia akan mulai mengalami hipoglikemi, hipoksia, dan asidosis (Varney, 2004). 4) Metabolisme Glukosa Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan dapat dilakukan dengan tiga cara: a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir). b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis). c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama (glukoneogenesis). Gejala-gejala hipoglikemi tidak khas dan dapat meliputi kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makan. Akibat jangksa panjang hipoglikemi ialah kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak 5) Perubahan Gastrointestinal Hubungan antara esofagus bawah dan lambung belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersaman dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand. 6) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi (Pusdiknakes, 2003). d. Pemantauan Bayi Baru Lahir Hal-hal yang perlu dipantau pada bayi baru lahir adalah : Suhu badan dan lingkungan, Tanda-tanda vital, Berat badan, Mandi dan perawatan kulit, Pakaian, Perawatan tali pusat (Saifuddin, 2007). 26 B. Konsep Dasar Asuhan 1. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan a. Kebijakan Program Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. 1) Satu kali pada trimester pertama 2) Satu kali pada trimester kedua 3) Dua kali pada trimester ketiga Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T” yaitu: 1) (Timbang) berat badan 2) Ukur (Tekanan) darah 3) Ukur (Tinggi) fundus uteri 4) Pemberian imunisasi (Tetanus toksoid) TT lengkap, TT ke-1 pada umur kehamilan 3 bulan, TT ke-2 empat minggu setelah TT ke-1. Memberikan perlindungan selama 3 bulan dan daya per;indungan 80%. 5) Pemberian tablet tambah darah (Tablet zat besi), minimal 90 tablet selama kehamilan. Satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500mg, minimal masing-masing 90 tablet (Manuaba, 2007). 6) (Tes) terhadap penyakit menular seksual 7) (Temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan. Pelayanan asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh dukun bayi (Saifuddin, 2007). b. Kebijakan Teknis Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau omplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut: 27 1) Mengupayakan kehamilan yang sehat. 2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. 3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman. 4) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi (Manuaba, 2007). c. Kegiatan Asuhan Kebidanan 1) Subjektif Anamnesa meliputi : a) Identitas (1) Identitas Ibu (2) Identitas Suami b) Riwayat Perkawinan c) Keluhan Utama d) Riwayat Obstetri : (1) Riwayat Menstruasi, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) (2) Riwayat Kehamilan Sekarang (3) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu e) Riwayat Ginekologi f) Riwayat Kesehatan g) Riwayat KB h) Riwayat Psikososial i) Adat Istiadat j) Gaya Hidup yang Mempengaruhi Kesehatan k) Rencana Persalinan dan Penolong l) Pola Kebiasaan Sehari-hari (1) Nutrisi (2) Eliminasi (3) Istirahat dan Tidur (4) Aktifitas (5) Personal Hygiene 28 (6) Hubungan Seksual 2) Objektif a) Keadaan Umum : memperhatikan keadaan umum ibu dan keadaan emosional. b) Pemeriksaan antropometri : mengukur berat badan, kenaikkan berat badan, tinggi badan, LILA. c) Tanda-Tanda Vital : mengukur tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu. d) Pemeriksaan Fisik (head to toe) (1) Kepala : apakah ada oedema, benjolan. (2) Muka :apakah ada oedema pada wajah, chloasma (3) Mata : bentuk, oedema kelopak mata, konjungtiva, sklera, fungsi penglihatan. (4) Hidung : bentuk, polip, sumbatan, fungsi penciuman. (5) Telinga : bentuk, secret abnormal, fungsi pendengaran. (6) Mulut : bentuk, warna bibir, gigi caries. (7) Leher : pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening. (8) Dada dan payudara: bentuk, simetris atau tidak, benjolan, massa abnormal, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran colostrum. (9) Abdomen: luka bekas operasi, tinggi fundus uteri, palpasi abdomen untuk mengetahui letak, posisi, presentasi dan penurunan kepala janin (jika >36 minggu), menghitung denyut jantung janin. (10) Ekstremitas: oedema dan pucat pada tangan dan kaki, varices, reflek patela. (11) Anogenital: diinspeksi untuk menilai vulva, luka varices, secret dan kelenjar bartholini. Diinspekulo untuk memeriksa cairan, darah, serviks sudah membuka atau belum. e) Pemeriksaan Penunjang: pemeriksaan Haemoglobin, urine, protein urine, dan glukosa urine (Pusdiknakes, 2003). 29 3) Analisa Data Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa, persalinan keberapa, abortus ke berapa, umur kehamilan, fisiologis. 4) Penatalaksanaan a) Menjelaskan hasil pemeriksaan b) Memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan usia kehamilan mengenai : (1) Nutrisi (2) Olahraga ringan (3) Istirahat (4) Kebersihan (5) Pemberian ASI Ekslusif (6) Tanda-tanda bahaya kehamilan (7) Aktifitas seksual (8) Kegiatan sehari-hari (9) Obat-obatan, merokok (10) Pakaian c) Promosi kesehatan, diantaranya mengenai imunisasi TT jika dibutuhkan, suplemen zat besi, menjelaskan cara mengkonsumsi serta efek samping. d) Memulai pembicaraan/mengkaji ulang mengenai siapa yang akan membantu melahirkan, tempat melahirkan, peralatan yang dibutuhkan ibu dan bayi, dan segala persiapannya. e) Mengawali pembicaraan mengenai komplikasi kegawatdaruratan mengenai sarana transportasi, persiapan biaya, pembuatan keputusan keluarga, dan donor darah. f) Menjadwalkan kunjungan ulang. g) Pendokumentasian (Pusdiknakes, 2003). 30 2. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan a. Kebijakan Program 1) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. 2) Rumah bersalin tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam. 3) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih (Saifuddin, 2007). b. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Persalinan 1) Kala I Fase Laten a) Subjektif Ibu mengatakan mules-mules yang semakin sering (Manuaba, 2007). b) Objektif (1) Kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik (Saifuddin, 2007). (2) Pembukaan serviks sampai pembukaan 4 cm. (3) Pembukaan serviks berlangsung secara bertahap. (4) Biasanya berlangsung dibawah 8 jam (Saifuddin, 2007). c) Analisa Data Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan, Inpartu Kala I Fase Laten. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan rasionalisasi ibu mengetahui kondisinya dan bayinya. (2) Dukungan persalinan (3) Mengobservasi keadaan umum dalam keadaan baik, kesadaran composmentis (Depkes RI, 2003). 31 (4) Mengobservasi tekanan darah, suhu, pembukaan serviks, penurunan kepala setiap 4 jam, denyut jantung janin, kontraksi setiap 1 jam, nadi setiap 30-60 menit (Saifuddin, 2007). (5) Menjaga privasi dan kebersihan ibu. (6) Memberikan cukup makan dan minum (Depkes RI, 2003). 2) Kala I Fase Aktif a) Subjektif Ibu mengatakan mules dan keluar lendir bercampur darah (Saifuddin, 2007). b) Objektif (1) Serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm (2) His adekuat (teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit selama 40 detik) (3) Keluar lendir darah dari vagina (4) Fase aktif tidak boleh >6 jam (5) Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan dengan ujung jari (Depkes RI, 2003). c) Analisa Data Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan, Inpartu Kala I Fase Aktif. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan (2) Mengatur posisi dan membimbing relaksasi sewaktu ada His. (3) Memberikan motivasi dan dukungan pada ibu. (4) Menjaga privasi dan kebersihan ibu. (5) Memberi rasa nyaman (Saifuddin, 2007). 32 (6) Mengobservasi keadaan umum, tekanan darah, suhu setiap 4 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala dan urine setiap 2 jam, denyut jantung janin, kontraksi uetrus setiap 30 menit (Pusdiknakes, 2003). (7) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong. (8) Pencatatan dengan menggunakan partograf (Depkes RI, 2003). 3) Kala II a) Subjektif Ibu merasa mules semakin kuat, ingin meneran, merasa ingin buang air besar (Pusdiknakes, 2003). b) Objektif (1) Kontraksi uetrus kurang lebih 2-3 menit sekali (Saifuddin, 2007). (2) Pembukaan serviks sudah lengkap (3) Tekanan anus, perineum menonjol dan vulva membuka. (4) Jumlah air ketuban meningkat (Pusdiknakes, 2003). (5) Kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 56 cm (Saifuddin, 2007). c) Analisa Data Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan, Inpartu Kala II. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan (2) Memberikan dukungan persalinan (3) Menjaga kebersihan (4) Menambah kenyamanan ibu (5) Mengaatur posisi (6) Menjaga kandung kemih tetap kosong (7) Memberi cukup minum (Saifuddin, 2007). 33 (8) Mempersiapkan kelahiran bayi (9) Bimbingan meneran (10) Melakukan Asuhan Persalinan Normal 4) Kala III a) Subjektif Ibu mengatakan masih merasa mules. b) Objektif (1) Tali pusat tampak di vulva (2) Kontraksi uterus (3) Uterus globuler (4) Tali pusat bertambah panjang (Manuaba, 2007) (5) Semburan darah (Pusdiknakes, 2003). c) Analisa Data Nomenklatur : Nama, umur, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan, Inpartu Kala III. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan (2) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan tidak kehamilan tunggal (3) Melakukan manajemen aktif kala III (a) Menjelaskan pada ibu akan dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU IM. (b) Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU IM. (c) Melakukan PTT (Penegangan Tali Pusat plasenta lahir Terkendali). (d) Masasse fundus uteri setelah (Pusdiknakes, 2003). 5) Kala IV a) Subjektif Ibu merasa letih setelah melahirkan. b) Objektif 34 (1) Ibu tidak tampak pucat (2) Tanda-tanda vital normal (3) Kontraksi uteru baik, uterus membulat dan keras (4) Posisi fundus setinggi atau dibawah pusat (5) Perdarahan pervaginam<500 cc (Manuaba, 2007). c) Analisa Data Nomenklatur : Nama, umur, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan, Inpartu Kala IV. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan (2) Melakukan pemantauan keadaan umum, kontraksi uterus, perdarahan dan tanda-tanda vital setiap 2-3 kali dalam 10 menit pertama, setiap 15 menit pada 1 jam pertama, 30 menit pada jam kedua. (3) Mengajarkan ibu dan keluarga untuk masasse uterus (4) Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta (5) Memeriksa laserasi jalan lahir (6) Evaluasi perdarahan (7) Memastikan kndung kemih tidak kosong (Saifuddin, 2007). (8) Mengikat tali pusat bayi dan lakukan Inisiasi Menyusui Dini selama 1 jam. 3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas a. Kebijakan Teknis Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saifuddin, 2007). b. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas 1) 2-6 jam post partum 35 a) Subjektif Ibu mengatakan badannya masih terasa lemah, perut masih terasa mules, keluaran darah sedikit-sedikit, merasa tidak nyaman. b) Objektif (1) Keadaan umum letih (2) Tanda-tanda vital dalam batas normal (3) Fundus kuat berkontraksi baik (4) Lochea kehitaman (Lochea Rubra), bau biasa, tidak ada gumpalan darah, jumlah perdarahan ringan (hanya perlu mengganti pembalut setiap 2-4 jam). (5) Buang air kecil lancar (Pusdiknakes. 2003). c) Analisa Data Nomenklatur : nama, umur, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, 2-6 Jam Post Partum. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan (2) Mendeteksi perdarahan masa nifas (3) Mengajarkan pada ibu dan keluarga mendeteksi perdarahan masa nifas (4) Pemberian ASI awal (5) Memfasilitasi bounding attachment antara ibu dan bayi (6) Menjaga kehangatan bayi (7) Pendidikan kesehatan tentang istirahat, gizi, kebersihan diri dan ASI Ekslkusif (Saifuddin, 2007). 2) 2-6 Hari Post Partum a) Subjektif Ibu mengatakan bayi dapat menetek dengan baik. b) Objektif 36 (1) Keadaan umum baik (2) Tanda-tanda vital dalam batas normal (3) Payudara : bentuk, pembengkakan, ASI, masa abnormal (4) Abdomen : tinggi fundus uteri (5) Lochea : warna, bau (6) Perineum : oedema atau tidak (7) Tungkai : tanda-tanda Homman (Pusdiknakes, 2003). c) Analisa Data Nomenklatur : nama, umur, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, 2-6 Hari Post Partum. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan (2) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. (3) Menilai tanda-tanda bahaya (4) Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan istirahat (5) Memastikan ibu menyusui dengan baik (6) Memberi konseling pada ibu mengenai perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan perawatan bayi baru lahir (Saifuddin, 2007). 3) 2-6 Minggu Post Partum a) Subjektif Ibu mengatakan bingung memilih kontrasepsi. b) Objektif (1) Keadaan umum baik (2) Tanda-tanda vital dalam batas normal (3) Payudara : bentuk, pembengkakan, ASI, masa abnormal (4) Abdomen : tinggi fundus uteri 37 (5) Lochea : warna, bau (6) Perineum : oedema atau tidak c) Analisa Data Nomenklatur : nama, umur, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, 2-6 Minggu Post Partum. d) Penatalaksanaan (1) Penjelasan hasil pemeriksaan (2) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. (3) Menilai tanda-tanda bahaya (4) Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan istirahat (5) Memastikan ibu menyusui dengan baik (6) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit yang ia alami atau bayi alami. (7) Memberikan konseling untuk ber-KB secara dini (Saifuddin, 2007). 4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir a. Kebijakan Klinik 1) Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan kesehatan bidan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal. 2) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai dengan hari ke tujuh sejak 6 jam setelah lahir. 3) Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai dengan hari ke-28. 4) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kemajuan neonatal. 5) Kemajuan neonatal dilakukan 2-3 kali kunjungan (Depkes RI, 2003). 38 b. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir 1) Subjektif 2) Objektif a) Keadaan Umum : tangis bayi, warna kulit, tonus otot. b) Tanda-Tanda Vital (1) Frekuensi nafas : 40-60 x/menit, 0-2 bulan (<60 x/menit), 2-12 bulan (<50x/menit) (Depkes RI, 2003). (2) Frekuensi jantung: 120-160 kali/menit. (3) Suhu normal : 36,50C-37,20C. c) Berat badan d) Panjang badan e) Kepala: ubun-ubun, sutura, pembengkakan atau cekung, ukuran lingkar kepala. f) Telinga g) Mata: tanda-tanda infeksi h) Hidung dan mulut : bibir dan langit-langit, periksa adanya sumbing, reflek hisap dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusui. i) Leher: pembengkakan, benjolan j) Dada: bentuk, bunyi nafas, bunyi jantung k) Bahu, lengan dan tangan : gerakan normal, jumlah jari l) Sistem Syaraf: adanya reflek moro, lakukan rangsangan, dengan suara keras, yaitu pemeriksa bertepuk tangan. m) Perut: bentuk, keadaan tali pusat, perdarahan tali pusat, pergerakan perut saat bernafas. n) Jenis kelamin laki-laki: dua testis dalam skrotum, penis berlubang pada ujung. o) Tungkai dan kaki: pergerakan normal, simetris, jumlah jari. p) Anus: adanya anus, lubang dan terbuka. 39 q) Kulit: verniks, warna, tanda lahir (Pusdiknakes, 2003) 3) Analisa Data Nomenklatur: bayi baru lahir normal 4) Penatalaksanaan a) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi. b) Bebaskan jalan nafas segera. c) Gunakan sarung tangan steril/DTT. d) Mempertahankan bayi tetap hangat. e) Berikan obat tetes mata (pada 1 jam pertama setelah lahir). f) Tunjukkan bayi pada ibu dan anggota keluarga. g) Upayakan bayi mendapat colostrum/ASI sesegera mungkin. h) Memantau eliminasi (urine dan mekonium). i) Memantau kondisi bayi. j) Konseling tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir (Pusdiknakes, 2003). k) Ibu/orang tua diberi informasi tentang jenis-jenis vaksinasi yang diperlukan bayi.