BAB II TINJAUAN TEORI Konsep Dasar Penulisan Konsep Dasar

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penulisan
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Proses Kehamilan
Kehamilan adalah dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin.
(Saifuddin, 2007). Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita
memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada
umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu
atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai
melahirkan. Kehamilan adalah suatu peristiwa alamiah. Pada masa ini
tubuh akan banyak mengalami perubahan. Otot-otot perut beserta
jaringannya meregang untuk memberi tempat kepada rahim yang akan
mengembang 20 (dua puluh) kali lebih besar dan ukuran semula
(Musbilan, 2005:14).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari :
1) Ovulasi pelepasan ovum
2) Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
3) Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
4) Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus
5) Pembentukan plasenta
6) Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai cukup bulan
b. Tujuan Asuhan Kehamilan
Asuhan antenatal bertujuan untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu dan bayinya, dengan cara membina hubungan saling
percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat
mengancam jiwa ibu, mempersiapkan kelahiran dan memberikan
pendidikan (Pusdiknakes, 2003).
6
7
c. Diagnosa Kehamilan
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan cukup bulan sekitar
280 hari sampai 300 hari, dengan perhitungan sebagai berikut :
1) Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gram bila
berakhir disebut keguguran.
2) Kehamilan sampai 29 minggu sampai 36 minggu bila terjadi
persalinan disebut prematuritas.
3) Kehamilan berumur 37 minggu sampai 42 minggu disebut aterm
(cukup bulan).
4) Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau
post date (serotinus) (Manuaba, 2007).
Menurut Manuaba (2007), Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan
yaitu:
1) Triwulan pertama 0 sampai 12 minggu
2) Triwulan kedua 13 sampai 28 minggu
3) Triwulan ketiga 29 sampai 42 minggu
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil.
Tanda-tanda dugaan hamil :
1) Amenorea (tidak dapat bulan)
2) Mual
3) Ngidam
4) Sinkope atau pingsan
5) Payudara tegang
6) Sering BAK
7) Pigmentasi kulit
a) Sekitar pipi disebut cloasma gravidarum.
b) Dinding perut : striae livid, linea alba semakin hitam, striaenigra.
c) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae, putting susu
makin menonjol, kelenjar montgomeri menonjol, pembuluh darah
manifes sekitar payudara. Darah manifes sekitar payudara.
8
8) Epulis : hipertropi gusi yang dapat terjadi bila hamil
9) Varices/penampakan pembuluh darah vena
Tanda tidak pasti kehamilan :
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai; tanda hegar, tanda chadwik, tanda
piscasek, kontraksi braxton nick, teraba ballotement.
3) Pemeriksaan test biologis kehamilan positif (karena sebagian
kemungkinan positif palsu).
Tanda pasti kehamilan :
1) Gerakan janin dalam rahim : terlihat / teraba gerakan janin, teraba
bagian-bagian janin.
2) Denyut jantung janin : di dengar dengan stetoskop lienec, alat
kardiotokografi, alat dopler dan dapat dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih rontgent untuk melihat kerangka
janin, ultrasonografi dan fotoscopy.
d. Perubahan Fisiologi Pada Saat Kehamilan
Perubahan pada sistem reproduksi yaitu :
1) Uterus, antara lain :
a) Ukuran : Rahim membesar akibat hyperplasia dan hipertropi otot
rahim.
b) Berat : Dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.
c) Bentuk dan konsistensi menjadi lebih panjang dan lunak (tanda
hegar dan piscosek).
d) Posisi rahim : Dari ante/retropleksi semakin membesar memasuki
rongga perut.
e) Vakularisasi : Makin besarnya aliran darah arteri dan ovarika
menuju rahim.
f) Servik uteri : Tanda chadwik dan goodbell
9
2) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan
(tanda chadwik).
3) Ovarium
Ovulasi terhenti, masih terdapat korpus luteum gravidarum
sampai terbentuknya placenta yang mengambil alih pengeluaran
estrogen dan progesteron.
4) Payudara
Sebagai persiapan laktasi, perkembangan payudara dipengaruhi
oleh hormon estrogen, progesteron dan somammotropin.
a) Sistem Pencernaan
Pengaruh estrogen yang meningkatkan pengeluaran asam
lambung menyebabkan hypersalivasi, morning sickness, emesis
gravidarum, daerah lambugn terasa panas. Pengaruh progesteron
menimbulkan
gerak
usus
makin
berkurang
dan
dapat
menyebabkan obstipasi.
b) Sistem Respirasi
Terjadi desakan diafragma karena dorongan/pembesaran
rahim dan akibat kebutuhan oksigen yang meningkat, bumil akan
bernafas lebih dalam 23-35% dari biasanya.
c) Perubahan Pada Kulit
Karena pengaruh melanophore stimulating hormon dan
kelenjar suprarenal terjadi perubahan deposit pigmen sehingga
terjadi hyperpigmentasi kulit seperti cloasma gravidarum, strie
livida, linea nigra, juga pada aerola mammae dan papila
mammae.
d) Perubahan Metabolisme
(1) Metabolisme basal naik 15-20%.
(2) Keseimbangan asam basa menurun akibat hemodilusi darah
dan kebutuhan mineral untuk janin.
10
(3) Peningkatan kebutuhan nutrisi ibu hamil. Penambahan berat
badan ibu hamil antara 6,5 – 16,5 kg selama hamil atau + ½
kg/minggu.
e. Teknik Pemeriksaan Palpasi kehamilan
Pemeriksaan palpasi yang biasa dipergunakan untuk menetapkan
kedudukan janin dalam rahim dan tuanya kehamilan adalah leopold,
sebagai berikut :
Leopold I
Bagian apa yang terletak difundus uteri, pada letak membujur
sungsang, kepala bulat, keras dan melenting pada goyangan pada letak
kepala akan teraba bokong pada fundus, tidak keras dan tidak melenting,
tidak bulat, pada letak lintang, tidak keras dan tidak melenting, tidak
bulat pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin.
Leopold II
Kemudian kedua tangan pemeriksa diturunkan menelusuri tepi uterus
untuk menetapkan baigan apa yang terletak di samping.
Leopold III
Menetapkan bagian apa yang terdapat disimpisis pubis, kepala akan
teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba lunak dan tidak lunak
pada letak lintang, simpisis pubis akan teraba bokong.
Leopold IV
Pada pemeriksaan leopold IV, pemeriksa menghadap kearah kaki
penderita, untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu
atas panggul. Tangan pemeriksa akan “konvergen” bertemu bila kepala
belum masuk PAP. Tangan pemeriksa akan divergen menyebar, bila
kepala sudah masuk PAP.
11
2. Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan(Manuaba, 2007).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, atau
janin turun ke dalam jalan lahir (Saifuddin, 2007).
Persalinan adalah proses yang dimuai kontraksi uterus yang
menyebabkan dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan
plasenta(Pusdiknakes, 2003).
b. Tujuan Asuhan Persalinan
Asuhan persalinan bertujuan untuk memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang
ibu dan sayang bayi (Saefuddin, 2007).
c. Faktor-Faktor Mekanik pada Persalinan
1) Bentuk dan jaringan tulang serta jaringan lunak panggul ibu
(passage).
2) Besarnya janin (passenger).
3) Kualitas dan frekuensi kontraksi uterus (power) (Suyono, 2002).
d. Tahap Persalinan
1) Kala I
Dimulai saat persalian sampai pembukaan lengkap. Proses ini
berlangsung antara 18-24 jam terbagi dalam dua fase: fase laten (8
jam) serviks membuka sampai 4 cm, dan fase aktif (7 jam) serviks
membuka dari 4-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase
aktif (Saifuddin, 2007).
a) Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 4 cm.
12
b) Fase Aktif
Dibagi dalam 3 fase, yaitu :
(1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 4 cm menjadi
6 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 6 cm menjadi 8 cm.
(3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan 8 cm menjadi lengkap. Pada
multigravida fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi
lebih pendek (Saifuddin, 2007).
2) Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi, dan 1 jam pada multi.
3) Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum (Saifuddin, 2007).
e. Fisiologi Persalinan
1) Fisiologi Kala I
a) Kontraksi uterus mulai dari fundus dan uterus menyebar ke depan
dan ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang
terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus
berkontraksi dan relaksasi. Memungkinkan kepala janin masuk
rongga pelvik yang menyebabkan serviks menipis dan membuka.
b) Serviks: sebelum persalinan serviks mempersiapkan diri dengan
berubah menjadi lembut. Saat
persalinan mendekat serviks
menipis dan membuka (terjadi effacement dan dilatasi serviks).
13
c) Lendir
darah
(blood
show).
Pada
umumnya
ibu
akan
mengeluarkan lendir darah sedikit atau sedang dari serviks
(Pusdiknakes, 2003).
2) Mekanisme Persalinan Kala II
a) Penurunan terjadinya selama persalinan oleh karena daya dorong
dari kontraksi dan posisi. Serta peranan (selama kala II) oleh ibu.
b) Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan pada waktu diameter
biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu.
c) Fleksi adalah sangat penting bagi penurunan kepala selama kala
II. Melalui fleksi ini, diameter terkecil dari kepala janin dapat
masuk ke dalam panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada
saat kepala berada di dasar panggul tahanannya akan meningkat
sehingga terjadi fleksi yang bertambah besar yang sangat
diperlukan supaya diameter terkecil dapat terus turun.
d) Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter
anteroposterior dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter
anteroposterior dari ibu.
e) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi (untuk posisi oksiput)
terjadi oleh karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya
tersebut membentuk lengkungan (carus) yang mengarahkan
kepala ke atas menuju ke lubang vulva. Bagian leher belakang
dibawah oksiputnya akan bergeser dibawah sympisis pubis dan
bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkannya
ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka
lebar.
f) Restitusi ialah perputaran kepala sejauh 45 derajat baik ke arah
kiri atau kanan. Bergantung pada arah dimana ia mengikuti
perputaran menuju posisi oksiput anterior.
g) Rotasi eksternal terjadi secara bersamaan dengan perputaran
internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul,
14
bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama kepala
janin agar terletak di anteroposterior. Bahu anterior akan terlihat
pada lubang vulva-vagina dan ia akan bergeser di bawah sympisis
pubis.
h) Bahu posterior kemudian akan meregangkan mayora dan
kemudian dilahirkan secara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan
sisa tubuh akan segera lahir mengikuti lengkung carus (kurva
jalan lahir).
3) Fisiologi Kala III
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada dalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus
akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan
menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya
plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi
lebih kecil. Maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan
memisahkan diri dari dinding uterus.
Sebagian dari pemuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek
saatplasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta berdarahterus
sehingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir
dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluhpembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat
melekatnya plasenta tersebut (Pusdiknakes, 2003).
4) Fisiologi Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama
(Manuaba, 2007).
3. Konsep Dasar Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
15
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui
periode puerperium disebut puerpura. Puerperium berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan normal.
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi dua, yaitu:
1) Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2) Tujuan Khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan
bayi sehat.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
c. Peran dan Tanggungjawab Bidan dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas adalah:
1) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
2) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
3) Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi.
4) Memulai dan mendorong pemberian ASI
d. Tahapan Masa Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap :
1) Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
16
2) Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8
minggu.
3) Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,
tahunan.
e. Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
status ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.
f. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal
Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal menurut Saifuddin (2007) :
Kunjungan
I
Waktu
Asuhan
2-6Jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
Post
atonia uteri
Partum b. Pemantauan keadaan umum ibu
c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu
d. ASI ekslusif
II
2-6
a. Memastikan
involusi
berkontraksi,
berjalan
Hari
normal,
Post
dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-
Partum
uterus
uterus
fundus
tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang
cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan
yang bergizi
17
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
III
2
Minggu
Post
Partum
a. Memastikan
normal,
involusi
uterus
uterus
berkontraksi,
berjalan
fundus
dibawah umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang
cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan
yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
IV
6
Minggu
Post
Partum
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulitpenyulit yang ia alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara
dini, imunisasi, senam nifas, dan tandatanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi
g. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
(1) Proses Involusi Uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini
18
besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia
kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
(a) Autolysis
(b) Atrofi Jaringan
(c) Efek Oksitosin (kontraksi).
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa
fundus uteri dengan cara :
(1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah
pusat.
(2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di
bawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di
bawah pusat. Pada hari 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat
symphisis. Pada hari ke-10 tinggi fundus uteri tidak teraba.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam
proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat
disebabkan
oleh
infeksi
dan
tertinggalnya
sisa
plasenta/perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage).
b) Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi
asam yang ada pada vagina normal.Lochea mempunyai bau
amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan:
(1) Lochea Rubra/Merah (Cruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi
19
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo dan mekonium
(2) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
postpartum.
(3) Lochea Serosa
Lochea
ini
berwarna
kuning
kecoklatan
karena
mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi placenta.
Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 postpartum.
(4) Lochea Alba/Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah.Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama
dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum
hamil.
d) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali
secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan
hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali
pada sekitar minggu ke-4.
20
2) Perubahan-perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum
Involusi
Tinggi
Berat
Diameter
Palpasi
Uteri
Fundus Uteri
Uterus
Uterus
Serviks
Setinggi Pusat
1000 gr
12,5 cm
500 gr
7,5 cm
2 cm
Tidak Teraba
350 gr
5 cm
1 cm
Normal
60 gr
2,5 cm
Menyempit
Plasenta
Lahir
7 hari
(Minggu 1)
14 hari
(Minggu 2)
6 minggu
Lembut/
Lunak
Pertengahan
antara Pusat
dan Symphisis
3) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong.
4) Perubahan Sistem Perkemihan
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
5) Perubahan Sistem Musculuskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut,
dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan
menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan
distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat
21
hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara
waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
6) Perubahan Endokrin
a) Hormon Plasenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang
besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan
hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta
menurun dengan cepat setelah persalinan.
b) Hormon Pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan
LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hormon Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otot bagian
belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ke-3 persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot
yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan
mencegah perdarahanpada wanita yang memilih menyusui
bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin tadi
dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan
pengeluaran air susu ibu.
d) Hipotalamik Pituitari Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
22
7) Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu Badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50C380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan,apabila keadaan normal suhu badan akan
biasa lagi. Pada hari ke-3 suhu badan akan naik lagi karena ada
pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak,berwarna merah
karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau
sistem lain.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus
pada saluran pernafasan.
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc.
Bila kelahiran melalui sectio caesarea kehilangan darah dapat dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi.
9) Perubahan Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
23
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
h. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
1) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,
focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Oleh karena itu
kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk
proses pemulihannya.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
i. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Gizi, ambulasi dini, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, seksual, latihan
senam nifas, keluarga berencana
4. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi selama jam pertama setelah kelahiran.
Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan
melalui pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil, sebagian
besar bayi baru lahir meninggal segera setelah lahir karena asfiksia dan
24
hipotermi. Hal ini dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan di
tatalaksana serta dilakukan upaya pencegahan hipotermi (Saifuddin,
2007).
b. Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir
Tujuan asuhan pada bayi baru lahir adalah mengetahui derajat
vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat
vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat
esensial dan kompleks.
c. Perubahan Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir
1) Pernafasan Pertama
Pada menit-menit terakhir kelahirannya janin semakin hipoksik
karena kekurangan oksigen. Sebagai akibat kurangnya sirkulasi darah
melalui plasenta karena kontraksi uterus yang kuat. Dengan usaha
bernafas pertama cairan yang menempati jalan nafas didorong ke
dalam alveoli yang berkembang, sehingga cairan ini dapat diabsorpsi
dengan cepat ke dalam pembuluh darah dan sirkulasi limfa paru.
Dalam 15 menit setelah lahir, cairan ini telah hilang dan alveoli
mengembang karena udara (Suyono, 2002).
2) Perubahan Sirkulasi Darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantar oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan luar rahim. Harus terjadi dua perubahan
besar:
a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
(Pusdiknakes, 2003).
3) Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga
akan
mengalami
stres
dengan
adanya
perubahan
25
lingkungan. Jika seorang bayi kedinginan, ia akan mulai mengalami
hipoglikemi, hipoksia, dan asidosis (Varney, 2004).
4) Metabolisme Glukosa
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan dapat dilakukan dengan tiga cara:
a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong
untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).
c) Melalui
pembuatan
glukosa
dari
sumber
lain
terutama
(glukoneogenesis). Gejala-gejala hipoglikemi tidak khas dan
dapat meliputi kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah,
letargi, lunglai dan menolak makan. Akibat jangksa panjang
hipoglikemi ialah kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak
5) Perubahan Gastrointestinal
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung belum sempurna
yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara lambat bersaman dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
6) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi (Pusdiknakes, 2003).
d. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Hal-hal yang perlu dipantau pada bayi baru lahir adalah :
Suhu badan dan lingkungan, Tanda-tanda vital, Berat badan, Mandi
dan perawatan kulit, Pakaian, Perawatan tali pusat (Saifuddin, 2007).
26
B. Konsep Dasar Asuhan
1. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
a. Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
1) Satu kali pada trimester pertama
2) Satu kali pada trimester kedua
3) Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T” yaitu:
1) (Timbang) berat badan
2) Ukur (Tekanan) darah
3) Ukur (Tinggi) fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus toksoid) TT lengkap, TT ke-1 pada
umur kehamilan 3 bulan, TT ke-2 empat minggu setelah TT ke-1.
Memberikan perlindungan selama 3 bulan dan daya per;indungan
80%.
5) Pemberian tablet tambah darah (Tablet zat besi), minimal 90 tablet
selama kehamilan. Satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg)
dan asam folat 500mg, minimal masing-masing 90 tablet (Manuaba,
2007).
6) (Tes) terhadap penyakit menular seksual
7) (Temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan.
Pelayanan asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh dukun
bayi (Saifuddin, 2007).
b. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau omplikasi
setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan
selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut:
27
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi (Manuaba, 2007).
c. Kegiatan Asuhan Kebidanan
1) Subjektif
Anamnesa meliputi :
a) Identitas
(1) Identitas Ibu
(2) Identitas Suami
b) Riwayat Perkawinan
c) Keluhan Utama
d) Riwayat Obstetri :
(1) Riwayat Menstruasi, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang
(3) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
e) Riwayat Ginekologi
f) Riwayat Kesehatan
g) Riwayat KB
h) Riwayat Psikososial
i) Adat Istiadat
j) Gaya Hidup yang Mempengaruhi Kesehatan
k) Rencana Persalinan dan Penolong
l) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi
(2) Eliminasi
(3) Istirahat dan Tidur
(4) Aktifitas
(5) Personal Hygiene
28
(6) Hubungan Seksual
2) Objektif
a) Keadaan Umum : memperhatikan keadaan umum ibu dan keadaan
emosional.
b) Pemeriksaan antropometri : mengukur berat badan, kenaikkan
berat badan, tinggi badan, LILA.
c) Tanda-Tanda Vital : mengukur tekanan darah, denyut nadi,
respirasi, dan suhu.
d) Pemeriksaan Fisik (head to toe)
(1) Kepala : apakah ada oedema, benjolan.
(2) Muka
:apakah ada oedema pada wajah, chloasma
(3) Mata
: bentuk, oedema kelopak mata, konjungtiva, sklera,
fungsi penglihatan.
(4) Hidung : bentuk, polip, sumbatan, fungsi penciuman.
(5) Telinga : bentuk, secret abnormal, fungsi pendengaran.
(6) Mulut
: bentuk, warna bibir, gigi caries.
(7) Leher
: pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.
(8) Dada dan payudara: bentuk, simetris atau tidak, benjolan,
massa
abnormal,
puting
susu
menonjol
atau
tidak,
pengeluaran colostrum.
(9) Abdomen: luka bekas operasi, tinggi fundus uteri, palpasi
abdomen untuk mengetahui letak, posisi, presentasi dan
penurunan kepala janin (jika >36 minggu), menghitung
denyut jantung janin.
(10) Ekstremitas: oedema dan pucat pada tangan dan kaki, varices,
reflek patela.
(11) Anogenital: diinspeksi untuk menilai vulva, luka varices,
secret dan kelenjar bartholini. Diinspekulo untuk memeriksa
cairan, darah, serviks sudah membuka atau belum.
e) Pemeriksaan
Penunjang:
pemeriksaan Haemoglobin, urine,
protein urine, dan glukosa urine (Pusdiknakes, 2003).
29
3) Analisa Data
Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa, persalinan
keberapa, abortus ke berapa, umur kehamilan, fisiologis.
4) Penatalaksanaan
a) Menjelaskan hasil pemeriksaan
b) Memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan usia kehamilan
mengenai :
(1) Nutrisi
(2) Olahraga ringan
(3) Istirahat
(4) Kebersihan
(5) Pemberian ASI Ekslusif
(6) Tanda-tanda bahaya kehamilan
(7) Aktifitas seksual
(8) Kegiatan sehari-hari
(9) Obat-obatan, merokok
(10) Pakaian
c) Promosi kesehatan, diantaranya mengenai imunisasi TT jika
dibutuhkan, suplemen zat besi, menjelaskan cara mengkonsumsi
serta efek samping.
d) Memulai pembicaraan/mengkaji ulang mengenai siapa yang akan
membantu melahirkan, tempat melahirkan, peralatan yang
dibutuhkan ibu dan bayi, dan segala persiapannya.
e) Mengawali pembicaraan mengenai komplikasi kegawatdaruratan
mengenai sarana transportasi, persiapan biaya, pembuatan
keputusan keluarga, dan donor darah.
f) Menjadwalkan kunjungan ulang.
g) Pendokumentasian (Pusdiknakes, 2003).
30
2. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
a. Kebijakan Program
1) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas
kesehatan terlatih.
2) Rumah bersalin tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk
menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus
tersedia 24 jam.
3) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia
bagi seluruh petugas terlatih (Saifuddin, 2007).
b. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Persalinan
1) Kala I Fase Laten
a) Subjektif
Ibu mengatakan mules-mules yang semakin sering
(Manuaba, 2007).
b) Objektif
(1) Kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik (Saifuddin, 2007).
(2) Pembukaan serviks sampai pembukaan 4 cm.
(3) Pembukaan serviks berlangsung secara bertahap.
(4) Biasanya berlangsung dibawah 8 jam (Saifuddin, 2007).
c) Analisa Data
Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa,
persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan,
Inpartu Kala I Fase Laten.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan
hasil
pemeriksaan
rasionalisasi
ibu
mengetahui kondisinya dan bayinya.
(2) Dukungan persalinan
(3) Mengobservasi keadaan umum dalam keadaan baik,
kesadaran composmentis (Depkes RI, 2003).
31
(4) Mengobservasi
tekanan
darah,
suhu,
pembukaan
serviks, penurunan kepala setiap 4 jam, denyut jantung
janin, kontraksi setiap 1 jam, nadi setiap 30-60 menit
(Saifuddin, 2007).
(5) Menjaga privasi dan kebersihan ibu.
(6) Memberikan cukup makan dan minum (Depkes RI,
2003).
2) Kala I Fase Aktif
a) Subjektif
Ibu mengatakan mules dan keluar lendir bercampur
darah (Saifuddin, 2007).
b) Objektif
(1) Serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm
(2) His adekuat (teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit
selama 40 detik)
(3) Keluar lendir darah dari vagina
(4) Fase aktif tidak boleh >6 jam
(5) Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak
didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan
dengan ujung jari (Depkes RI, 2003).
c) Analisa Data
Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa,
persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan,
Inpartu Kala I Fase Aktif.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan hasil pemeriksaan
(2) Mengatur posisi dan membimbing relaksasi sewaktu
ada His.
(3) Memberikan motivasi dan dukungan pada ibu.
(4) Menjaga privasi dan kebersihan ibu.
(5) Memberi rasa nyaman (Saifuddin, 2007).
32
(6) Mengobservasi keadaan umum, tekanan darah, suhu
setiap 4 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala dan
urine setiap 2 jam, denyut jantung janin, kontraksi
uetrus setiap 30 menit (Pusdiknakes, 2003).
(7) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.
(8) Pencatatan dengan menggunakan partograf (Depkes RI,
2003).
3) Kala II
a) Subjektif
Ibu merasa mules semakin kuat, ingin meneran, merasa
ingin buang air besar (Pusdiknakes, 2003).
b) Objektif
(1) Kontraksi uetrus kurang lebih 2-3 menit sekali
(Saifuddin, 2007).
(2) Pembukaan serviks sudah lengkap
(3) Tekanan anus, perineum menonjol dan vulva membuka.
(4) Jumlah air ketuban meningkat (Pusdiknakes, 2003).
(5) Kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 56 cm (Saifuddin, 2007).
c) Analisa Data
Nomenklatur : Nama, umur, kehamilan ke berapa,
persalinan ke berapa, abortus ke berapa, umur kehamilan,
Inpartu Kala II.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan hasil pemeriksaan
(2) Memberikan dukungan persalinan
(3) Menjaga kebersihan
(4) Menambah kenyamanan ibu
(5) Mengaatur posisi
(6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
(7) Memberi cukup minum (Saifuddin, 2007).
33
(8) Mempersiapkan kelahiran bayi
(9) Bimbingan meneran
(10) Melakukan Asuhan Persalinan Normal
4) Kala III
a) Subjektif
Ibu mengatakan masih merasa mules.
b) Objektif
(1) Tali pusat tampak di vulva
(2) Kontraksi uterus
(3) Uterus globuler
(4) Tali pusat bertambah panjang (Manuaba, 2007)
(5) Semburan darah (Pusdiknakes, 2003).
c) Analisa Data
Nomenklatur : Nama, umur, persalinan ke berapa,
abortus ke berapa, umur kehamilan, Inpartu Kala III.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan hasil pemeriksaan
(2) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan tidak
kehamilan tunggal
(3) Melakukan manajemen aktif kala III
(a) Menjelaskan pada ibu akan dilakukan penyuntikan
oksitosin 10 IU IM.
(b) Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU IM.
(c) Melakukan
PTT
(Penegangan
Tali
Pusat
plasenta
lahir
Terkendali).
(d) Masasse
fundus
uteri
setelah
(Pusdiknakes, 2003).
5) Kala IV
a) Subjektif
Ibu merasa letih setelah melahirkan.
b) Objektif
34
(1) Ibu tidak tampak pucat
(2) Tanda-tanda vital normal
(3) Kontraksi uteru baik, uterus membulat dan keras
(4) Posisi fundus setinggi atau dibawah pusat
(5) Perdarahan pervaginam<500 cc (Manuaba, 2007).
c) Analisa Data
Nomenklatur : Nama, umur, persalinan ke berapa,
abortus ke berapa, umur kehamilan, Inpartu Kala IV.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan hasil pemeriksaan
(2) Melakukan pemantauan keadaan umum, kontraksi
uterus, perdarahan dan tanda-tanda vital setiap 2-3 kali
dalam 10 menit pertama, setiap 15 menit pada 1 jam
pertama, 30 menit pada jam kedua.
(3) Mengajarkan ibu dan keluarga untuk masasse uterus
(4) Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta
(5) Memeriksa laserasi jalan lahir
(6) Evaluasi perdarahan
(7) Memastikan kndung kemih tidak kosong (Saifuddin,
2007).
(8) Mengikat tali pusat bayi dan lakukan Inisiasi Menyusui
Dini selama 1 jam.
3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
a. Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi
(Saifuddin, 2007).
b. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
1) 2-6 jam post partum
35
a) Subjektif
Ibu mengatakan badannya masih terasa lemah, perut
masih terasa mules, keluaran darah sedikit-sedikit,
merasa tidak nyaman.
b) Objektif
(1) Keadaan umum letih
(2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
(3) Fundus kuat berkontraksi baik
(4) Lochea kehitaman (Lochea Rubra), bau biasa, tidak
ada gumpalan darah, jumlah perdarahan ringan
(hanya perlu mengganti pembalut setiap 2-4 jam).
(5) Buang air kecil lancar (Pusdiknakes. 2003).
c) Analisa Data
Nomenklatur : nama, umur, persalinan ke berapa,
abortus ke berapa, 2-6 Jam Post Partum.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan hasil pemeriksaan
(2) Mendeteksi perdarahan masa nifas
(3) Mengajarkan pada ibu dan keluarga mendeteksi
perdarahan masa nifas
(4) Pemberian ASI awal
(5) Memfasilitasi bounding attachment antara ibu dan
bayi
(6) Menjaga kehangatan bayi
(7) Pendidikan
kesehatan
tentang
istirahat,
gizi,
kebersihan diri dan ASI Ekslkusif (Saifuddin, 2007).
2) 2-6 Hari Post Partum
a) Subjektif
Ibu mengatakan bayi dapat menetek dengan baik.
b) Objektif
36
(1) Keadaan umum baik
(2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
(3) Payudara : bentuk, pembengkakan, ASI, masa
abnormal
(4) Abdomen : tinggi fundus uteri
(5) Lochea : warna, bau
(6) Perineum : oedema atau tidak
(7) Tungkai : tanda-tanda Homman (Pusdiknakes, 2003).
c) Analisa Data
Nomenklatur : nama, umur, persalinan ke berapa,
abortus ke berapa, 2-6 Hari Post Partum.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan hasil pemeriksaan
(2) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
(3) Menilai tanda-tanda bahaya
(4) Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan istirahat
(5) Memastikan ibu menyusui dengan baik
(6) Memberi konseling pada ibu mengenai perawatan tali
pusat, menjaga kehangatan bayi, dan perawatan bayi
baru lahir (Saifuddin, 2007).
3) 2-6 Minggu Post Partum
a) Subjektif
Ibu mengatakan bingung memilih kontrasepsi.
b) Objektif
(1) Keadaan umum baik
(2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
(3) Payudara : bentuk, pembengkakan, ASI, masa
abnormal
(4) Abdomen : tinggi fundus uteri
37
(5) Lochea : warna, bau
(6) Perineum : oedema atau tidak
c) Analisa Data
Nomenklatur : nama, umur, persalinan ke berapa,
abortus ke berapa, 2-6 Minggu Post Partum.
d) Penatalaksanaan
(1) Penjelasan hasil pemeriksaan
(2) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah pusat, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
(3) Menilai tanda-tanda bahaya
(4) Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan istirahat
(5) Memastikan ibu menyusui dengan baik
(6) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit yang ia
alami atau bayi alami.
(7) Memberikan konseling untuk ber-KB secara dini
(Saifuddin, 2007).
4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
a. Kebijakan Klinik
1) Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan
kesehatan bidan minimal dua kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal.
2) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai dengan
hari ke tujuh sejak 6 jam setelah lahir.
3) Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai dengan
hari ke-28.
4) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan
merupakan kemajuan neonatal.
5) Kemajuan neonatal dilakukan 2-3 kali kunjungan (Depkes
RI, 2003).
38
b. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
1) Subjektif
2) Objektif
a) Keadaan Umum
: tangis bayi, warna kulit, tonus otot.
b) Tanda-Tanda Vital
(1) Frekuensi nafas : 40-60 x/menit, 0-2 bulan (<60
x/menit), 2-12 bulan (<50x/menit) (Depkes RI,
2003).
(2) Frekuensi jantung: 120-160 kali/menit.
(3) Suhu normal : 36,50C-37,20C.
c) Berat badan
d) Panjang badan
e) Kepala: ubun-ubun, sutura, pembengkakan atau cekung,
ukuran lingkar kepala.
f) Telinga
g) Mata: tanda-tanda infeksi
h) Hidung dan mulut : bibir dan langit-langit, periksa
adanya sumbing, reflek hisap dinilai dengan mengamati
bayi pada saat menyusui.
i) Leher: pembengkakan, benjolan
j) Dada: bentuk, bunyi nafas, bunyi jantung
k) Bahu, lengan dan tangan
: gerakan normal, jumlah jari
l) Sistem Syaraf: adanya reflek moro, lakukan rangsangan,
dengan suara keras, yaitu pemeriksa bertepuk tangan.
m) Perut: bentuk, keadaan tali pusat, perdarahan tali pusat,
pergerakan perut saat bernafas.
n) Jenis kelamin laki-laki: dua testis dalam skrotum, penis
berlubang pada ujung.
o) Tungkai dan kaki: pergerakan normal, simetris, jumlah
jari.
p) Anus: adanya anus, lubang dan terbuka.
39
q) Kulit: verniks, warna, tanda lahir (Pusdiknakes, 2003)
3) Analisa Data
Nomenklatur: bayi baru lahir normal
4) Penatalaksanaan
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
b) Bebaskan jalan nafas segera.
c) Gunakan sarung tangan steril/DTT.
d) Mempertahankan bayi tetap hangat.
e) Berikan obat tetes mata (pada 1 jam pertama setelah
lahir).
f) Tunjukkan bayi pada ibu dan anggota keluarga.
g) Upayakan
bayi
mendapat
colostrum/ASI sesegera
mungkin.
h) Memantau eliminasi (urine dan mekonium).
i) Memantau kondisi bayi.
j) Konseling tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
(Pusdiknakes, 2003).
k) Ibu/orang tua diberi informasi tentang jenis-jenis
vaksinasi yang diperlukan bayi.
Download