Dorong FKTP - BPJS Kesehatan

advertisement
INFOBPJS
MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN
EDISI 38 TAHUN 2016
Kesehatan
KAPITASI
Berbasis Komitmen Pelayanan
Dorong FKTP
Tingkatkan Mutu Pelayanan
message
CEO
CEO
MESSAGE
Akibatnya, kebanyakan pemimpin berubah menjadi makhluk perfeksionis yang ingin tampil sempurna dimanapun. Di hadapan
kolega, kepada pemangku kepentingan, bawahan dan bahkan di tengah keluarganya. Mereka (pemimpin) tanpa disadari akhirnya
memformulasi dirinya sendiri sebagai makhluk yang serba terkontrol baik sikap, penampilan, ucapan maupun perbuatan.
Pemimpin mendorong dirinya untuk selalu tampil memukau, bijaksana, tanpa masalah hidup yang berarti dan selalu nampak bahagia.
Mereka terperangkap menjadi makhluk anti human being, yaitu makhluk Tuhan yang terkadang ingin berbuat konyol, nyeleneh, ingin
bersikap seperti anak-anak, manja, dicekoki pengetahuan oleh orang lain, boleh melakukan apa saja tanpa ada yang memperhatikan,
bebas mengungkapkan perasaan dan lain sebagainya.
PEMIMPIN
YANG
MENDERITA
“
“
HARVARD Business Review pada tahun 2010 merilis tulisan Peter Bregmanyang berjudul Why Leaders Must Feel Pain. Tulisan
itu secara sederhana ingin mengungkapkan bagaimana beratnya menjadi seorang pemimpin. Meski semua orang tau bahwa
pemimpin itu manusia juga, nyatanya tidak semua orang paham dan mau perduli bahwa sebagai manusia, pemimpin pun memiliki
sifat-sifat manusiawi atau human being. Pemimpin kebanyakan justru terkondisikan pada harapan sekitar yang seringkali di luar
batas. Pemimpin distigmakan sebagai seseorang yang memahami segala hal, dapat memecahkan semua persoalan, harus mampu
membawa kemajuan, perubahan, tahan terhadap tekanan, cacian dan yang terpenting pemimpin harus tahu apa yang dikehendaki
orang-orang sekitarnya, meski keinginan itu tidak terucapkan.
Pada kondisi ini, akhirnya dibalik sikapnya yang penuh kebijaksanaan, santun dan sangat terhormat, seringkali pemimpin hadir sebagai
pribadi yang sangat emosional. Mereka ingin mengendalikan segala sesuatu sehingga sesuai dengan norma kepantasan seorang
pemimpin. Mereka tahu betul apa yang diharapkan orang-orang sekitarnya terhadap dirinya, yaitu harus selalu berhasil. Tidak ada
ruang gagal bagi pemimpin, sehingga dampaknya ia pun mengharapkan hal yang sama atau bahkan lebih dan lebih lagi kepada para
bawahannya. Mereka menjadi mudah mengkritik dan menyalahkan anak buah karena mengejar persepsi positif dari semua pihak yang
terkait dengannya.
Dampaknya seringkali pemimpin menjadi momok yang dijauhi bawahan. Ia hanya berkawan dengan sepi, sendiri di puncak kekuasaan,
dengan segala keinginan, mimpi dan harapan yang semakin hari semakin tinggi. Siapa yang bahagia dalam kesendirian seperti ini,
dengan tekanan terwujudnya mimpi-mimpi besar yang tak mungkin diraih hanya oleh kedua tangannya. Inilah derita pemimpin, ia
dihadapkan pada keinginan dan persepsi sekitar yang selalu ingin ia berbeda dan sempurna. Seringkali bahkan pemimpin tidak bisa
menjadi dirinya sendiri, ia harus selalu tampil prima dan menjadi role model bagi bawahannya.
Inti dari tulisan Bregman di atas adalah meski pemimpin adalah seorang human being, nyatanya pemimpin seringkali (dipaksa)
menghindari hal-hal yang secara natural menjadi perilaku manusia. Ini yang menjadi alasan mengapa tidak mudah menjadi seorang
pemimpin. Ketika ia mesti siap menderita karena harus melawan sendiri takdir kemanusiaannya.
Dalam bahasa Belanda,“Leiden” berarti memimpin, sedangkan “Lijden” berarti menderita. Kedua kata ini yaitu “Leiden” dan
“Lijden” adalah dua kata yang penyebutannya sama, tapi artinya berbeda. Ketika kedua kata ini dipadukan, “Leiden is Lijden” berarti
“memimpin adalah menderita”. Ungkapan yang sama disampaikan oleh Kasan Singodimejo kepada H. Agus Salim.
Pada hari itu, Kasman, Soeparno dan Mohammad Roem, pelajar Stovia bagian persiapan, bermaksud datang kepada H. Agus Salim.
Saat itu, mulai didirikan Jong Islamieten Bond dan Haji Agus Salim menjadi penasehatnya. Kasman dan Soeparno, yang merupakan
anggota pengurus cabang Jakarta, ingin tahu kapan H. Agus Salim dapat mulai memberikan kursus agama Islam. Sulitnya perjalanan
menuju rumah H. Agus Salim karena melewati jalan tanah dan berlubang-lubang, apalagi dengan menggunakan sepeda, bagaikan naik
perahu di atas air yang berombak.
Ketika berjumpa, Kasman pun kemudian bicara pada H. Agus Salim dengan santun. "Een leidersweg is een lij-densweg. Leiden is
lijden.” Pepatah dalam bahasa Belanda ini kira-kira artinya sama dengan “Jalan pemimpin bukan jalan yang mudah. Memimpin adalah
jalan yang menderita.” Ucapan Kasman ini kemudian menjadi terkenal karena diingat oleh H. Agus Salim dan sebetulnya memang
merupakan cerminan kehidupan H. Agus Salim.
H. Agus Salim hidup dengan keadaan yang sangat sederhana, penuh kekurangan dan terbatas secara materi. Dengan istri dan tujuh
anaknya, Salim hidup dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Salim pernah tinggal di sebuah rumah di kawasan yang kini dikenal
sebagai Jatinegara, Jakarta Timur. Keluarganya hanya menempati satu ruangan. Koper bertumpuk-tumpuk di pinggir dan beberapa
kasur digulung. Padahal dimasa itu, H. Agus Salim adalah tokoh dan pimpinan perjuangan kala itu yang juga memimpin Syarekat Islam
yang sangat berpengaruh dalam pergerakan bangsa.
Tauladan yang sama juga dapat dipetik dari kehidupan Bung Hatta. Bung Hatta pernah mengalami kesulitan untuk membayar tagihan
listrik, telpon dan air karena gaji pensiunnya tak cukup untuk membayar semua tagihan itu, sehingga Ibu Rahmi Hatta harus mengirim
surat pada Bung Karno yang pada saat itu masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Bahkan, hingga ajal menjemput,
Bung Hatta tidak kesampaian memiliki sepatu merk Bally yang begitu diidam-idamkannya.
Maju ke tahun 70-an, kita juga mengenal pemimpin legendaris yang sangat sederhana, Hoegeng Iman Santoso. Hoegeng menjabat
Kapolri tahun 1968 hingga 1971. Selain itu ia pernah menjadi Kepala Jawatan Imigrasi, menjadi Menteri Iuran Negara tahun 1965
dan Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Hoegeng yang dinobatkan sebagai The Man of the Year pada 1970 pensiun tanpa
memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah.
Bahkan pernah suatu waktu Hoegeng tidak tahu apa yg masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.
Tapi hingga kini siapa yang tidak memuja Hoegeng sebagai polisi paling jujur. Bahkan saking jujurnya, Gus Dur pernah guyon dengan
mengatakan Hoegeng adalah polisi yang paling jujur, selain patung polisi dan polisi tidur.
Ketiga tokoh di atas adalah contoh bahwa benar bagaimana pemimpin yang berhasil dan melegenda itu adalah pemimpin yang
menderita. Namun sesungguhnya kata-kata pemimpin menderita itu hanyalah filosofi. Bahwa ketika menjadi pemimpin yang “Leiden
is Lijden”, pemimpin itu harus siap menderita.
Menjadi pemimpin itu harus ikhlas menjadikan kepemimpinannya sebagai pilihan jalan pengabdian. Pengabdian yang penuh kesadaran
bahwa kebahagiaan rakyat yang dipimpinnya jauh lebih utama dibanding kebanggaanya sebagai pimpinan. “Leiden is Lijden” juga
merupakan kesadaran bahwa pemimpin harus siap berjuang melepaskan kodrat manusiawinya, dengan segala konsekuensi harapan
yang ia emban. Itu lah mengapa kepala itu hanya satu, tetapi di kepala juga otak diletakan. Karena dengan kepala yang berpikir kita
bisa menggerakan tubuh sesuai tujuan ke arah hidup mulia, demi satu cita....menderita untuk pengabdian.
Direktur Utama
Fachmi Idris
SALAM REDAKSI
Penguatan Fungsi FKTP melalui KBK
Pembaca setia Media Info BPJS Kesehatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Pemerintah dan BPJS
Kesehatan sebagai penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) terus melakuan
berbagai upaya, salah satunya dengan menerapkan pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan (KBK).
Hal tersebut juga merupakan bagian dari pengembangan sistem kendali mutu pelayanan, yang bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Penerapan pembayaran KBK ini sudah mulai dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) Kementerian Kesehatan
dan BPJS Kesehatan Nomor HK.03.03/IV/053/2016 dan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan dan Pemantauan
Penerapan Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan pada FKTP. Saat ini 34 Provinsi telah bersepakat untuk menerapkan KBK di
Puskesmas Provinsi. Bagaimana implementasi KBK di FKTP tersebut, akan lengkap dibahas dalam rubrik FOKUS.
Dalam implementasi KBK di FKTP, Kementerian Kesehatan juga memiliki andil besar terhadap kualitas pelayanan kesehatan
di FKTP. Lalu, seperti apa mekanisme dan kesiapan Kementerian Kesehatan untuk melaksanakan KBK tersebut? Dalam rubrik
BINCANG, Info BPJS Kesehatan akan menghadirkan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Untung Suseno.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan tanggapan
atas terbitnya media ini. Kami pun terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik, akurat dan diharapkan kehadiran
media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan stakeholder-stakeholder-nya. Selamat
beraktivitas.
INFOBPJS
Kesehatan
BULETIN DITERBITKAN OLEH
BPJS KESEHATAN :
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta
Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
PENGARAH
Fachmi Idris
PENANGGUNG JAWAB
Bayu Wahyudi
PIMPINAN UMUM
Ikhsan
PIMPINAN REDAKSI
Irfan Humaidi
SEKRETARIS
Rini Rahmitasari
SEKRETARIAT
Ni Kadek M.Devi
Eko Yulianto
Paramita Suciani
REDAKTUR
Elsa Novelia
Ari Dwi Aryani
Asyraf Mursalina
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Angga Firdauzie
Juliana Ramdhani
Diah Ismawardani
DISTRIBUSI & PERCETAKAN
Fauzirman
Anton Tri Wibowo
Akhmad Tasyrifan
Arsyad
Ranggi Larrisa
DAFTAR ISI
7
TESTIMONI
“Program JKN-KIS Memberi
Harapan Kesembuhan”
Setiap tahunnya, diperkirakan ada
4.100 kasus baru kanker anak
di Indonesia. Faiz Muhammad
Aufa (9 tahun) asal Pontianak
merupakan satu dari sekian banyak
anak Indonesia yang tengah
mengalaminya.
Fokus - Kapitasi Berbasis Komitmen
Pelayanan Dorong FKTP Tingkatkan Mutu
Pelayanan
3
Bincang - Kemenkes Siap Dukung
Pelaksanaan KBK
5
Manfaat - Penegakan 155 Diagnosis Tidak
Berjalan Kaku
6
Persepsi - Benarkah Mekanisme Rujukan
JKN-KIS Rumit?
8
Inspirasi - Keluarga Rahmadi Bantu Iuran
JKN-KIS untuk Pegawainya
9
10
Sehat & Gaya Hidup - Asi, Eksklusif
"Bekal" Hidup Si Buah Hati
Kilas & Peristiwa - Cegah Tindak Pidana
Korupsi Program JKN-KIS, BPJS
Kesehatan Teken MoU Dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi
11
3
FOKUS
Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan
Dorong FKTP Tingkatkan Mutu Pelayanan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama, saat ini mulai
diterapkan pembayaran Kapitasi
Berbasis Komitmen Pelayanan
(KBK). Tujuan dari penerapan KBK
ini adalah meningkatkan performa
FKTP, diukur melalui indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Hasil
pencapaian indikator tersebut
mendapatkan konsekuensi berupa
pengurangan nilai kapitasi dan
pemberian reward. Apabila kinerja
optimal, maka tarif kapitasi dapat
dicapai maksimal.
Foto Jurnalistik No.33
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes), dan Posyandu Lansia, serta tempat kontak
lainnya yang disepakati.
“Pembayaran Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan ini
merupakan metode pembayaran yang sudah diterapkan
di banyak negara yang menggunakan social health
insurance. Sistem pembayaran ini terbukti dapat
meningkatkan performa dari FKTP dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada peserta program,” ujar
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris.
“Semakin hari, jumlah peserta JKN-KIS kian bertambah.
Faskes primer sebagai lini pertama pelayanan kesehatan
harus diperkuat, agar dapat terus memberikan pelayanan
yang optimal. KBK ini sudah mulai diterapkan sejak
setahun lalu melalui uji coba secara bertahap. Ini juga
merupakan upaya kendali mutu kendali biaya di fasilitas
kesehatan, sekaligus sebagai komitmen nyata dari
pemangku kepentingan untuk memberikan pelayanan yang
lebih bermutu,” tutur Fachmi Idris.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Untung
Suseno Sutarjo menambahkan, adanya perubahan ini
juga diharapkan dapat semakin memperbaiki pencapaian
program JKN-KIS. “Saya rasa apa yang telah disepakati ini
(pembayaran KBK) akan memberikan manfaat yang besar,
karena biasanya insentif yang berkaitan dengan kinerja
akan lebih mendorong orang untuk semangat bekerja,” ujar
Untung.
Bila pelayanan kesehatan di faskes primer tidak berfungsi
sebagai mana mestinya, lanjut Untung, maka biaya
kesehatan akan meningkat karena banyak pasien yang
dirujuk. “Faskes primer harus menjalankan fungsi gate
keeper-nya dengan baik, jangan sampai semua pasien
dirujuk tanpa alasan yang jelas. Saat ini kami juga sedang
mengembangkan Dokter Layanan Primer (DLP) sebagai
perluasan dari pelayanan primer. Kita harapkan nantinya
DLP dapat berfungsi lebih baik, karena kemampuannya
dalam memberikan pelayanan di tingkat primer akan lebih
luas lagi,” imbuhnya.
Indikator Penilaian KBK
Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Maya Amiarny
Rusady menyampaikan, dalam pelaksanaan pembayaran
KBK, penilaian terhadap FKTP dilihat berdasarkan
pencapaian indikator yang meliputi beberapa aspek.
Pertama adalah Angka Kontak yang merupakan indikator
untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan pemanfaatan
pelayanan primer di FKTP oleh peserta berdasarkan
jumlah peserta JKN-KIS (per nomor identitas peserta)
yang mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per
bulan, baik di dalam gedung maupun di luar gedung tanpa
memperhitungkan frekuensi kedatangan peserta dalam
satu bulan.
Indikator kedua adalah Rasio Rujukan Rawat Jalan NonSpesialistik untuk mengetahui kualitas pelayanan di FKTP,
sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai indikasi
medis dan kompetensi FKTP.
Jumlah rujukan rawat jalan kasus nonspesialistik adalah
jumlah Peserta yang dirujuk dengan diagnosa yang
termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi
dokter di FKTP sesuai ketentuan peraturan perundangundangan, atau berdasarkan kesepakatan antara BPJS
Kesehatan, FKTP, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Organisasi Profesi dengan memperhatikan kemampuan
pelayanan FKTP, serta progresifitas penyakit yang
merupakan keadaan khusus pasien dan/atau kedaruratan
medis. Hal tersebut juga dituangkan secara tertulis dalam
perjanjian kerjasama.
“Faskes primer minimal harus pernah ketemu dengan
peserta JKN-KIS yang terdaftar di tempat mereka, baik itu
pada saat mereka sakit maupun saat kunjungan ke rumah
ketika sehat. Kontak komunikasinya minimal 150 per mil,
artinya 150 peserta dari 1.000 peserta yang terdaftar,” jelas
Maya.
INFO BPJS KESEHATAN
Di era JKN-KIS, lanjut Fachmi, kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh faskes kesehatan tingkat
pertama (FKTP) sangatlah penting, mengingat faskes
primer merupakan ujung tombak dalam memberikan
pelayanan kesehatan, sekaligus sebagai gatekeeper. Bila
kualitas faskes primer tidak ditingkatkan, angka rujukan
akan terus meningkat, sehingga bisa terjadi penumpukan
pasien di rumah sakit.
Ada pun jenis pelayanan yang diberikan oleh FKTP bisa
dalam bentuk kunjungan sakit maupun kunjungan sehat
seperti pelayanan imunisasi, penyuluhan kesehatan
perorangan atau kelompok, home visit, pemeriksaan
kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana (KB),
atau senam sehat. Maya menambahkan, sumber data
yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan
kontak FKTP dengan kondisi di tempat dan jenis pelayanan
yang dicatatkan pada aplikasi P-Care. Pada saat dilakukan
penilaian, tim penilai nantinya akan melakukan uji sampling
terhadap kontak yang dilaporkan oleh FKTP.
Bentuk Kontak yang menjadi catatan penilaian antara
lain tempat kontak yang berlangsung di FKTP, jaringan
pelayanan Puskesmas, jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) seperti di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
Edisi 38 2016
4
FOKUS
kapitasi yang dibayarkan adalah sebesar tarif kapitasi
minimal. Sementara apabila besaran tarif kapitasi lebih
tinggi dari standar tarif kapitasi maksimal, maka besaran
kapitasi yang dibayarkan adalah sebesar tarif kapitasi
maksimal.
“Dalam pelaksanannya, kami juga akan memberikan
kompensasi kepada FKTP dalam bentuk peningkatan
kompetensi melalui pelatihan, workshop atau seminar untuk
meningkatkan kompetensi dan performa FKTP,” jelas Fachmi.
Formulasi perhitungannya adalah perbandingan jumlah
Peserta yang dirujuk dengan kasus non-spesialistik dengan
jumlah seluruh Peserta yang dirujuk oleh FKTP dikali 100
(seratus). “Melalui penerapan KBK ini, kita harapkan 144
diagnosa bisa ditangani secara tuntas di FKTP, sehingga
tidak perlu merujuk lagi ke rumah sakit untuk kasus-kasus
yang seharusnya menjadi kewenangan FKTP,” ujar Maya.
Selanjutnya yang menjadi indikator ketiga adalah Rasio
Peserta Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)
Rutin Berkunjung ke FKTP, yang merupakan indikator untuk
mengetahui kesinambungan pelayanan penyakit kronis
yang disepakati oleh BPJS Kesehatan dan FKTP terhadap
peserta Prolanis. Adapun formulasi perhitungannya
adalah perbandingan jumlah Peserta Prolanis yang rutin
berkunjung ke FKTP dengan jumlah Peserta Prolanis
terdaftar di FKTP dikali 100 (seratus).
Jenis-jenis penyakit kronis yang termasuk dalam Prolanis
yang dihitung dalam indikator adalah penyakit Diabetes
Melitus dan Hipertensi, atau diagnosa lain dalam Program
Rujuk Balik (Jantung, Asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), epilepsi, stroke, schizophrenia, dan
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)) yang kemudian
dinyatakan termasuk dalam Prolanis. Adapun aktifitas
Prolanis yang termasuk dalam perhitungan seperti edukasi
klub, pemantauan Kesehatan melalui pemeriksaan
penunjang, senam Prolanis, home visit, serta pelayanan
obat secara rutin (obat PRB). Apabila peserta Prolanis
dirujuk ke FKRTL dengan alasan kontrol ulang rutin, kondisi
pasien tidak stabil atau kekosongan obat PRB, maka
pasien tersebut tetap dinyatakan sebagai pasien Prolanis
dan tetap masuk dalam perhitungan.
Dalam pembayaran KBK, dilakukan pula upaya monitoring
evaluasi. Tim Monitoring dan Evaluasi beranggotakan
stakeholder terkait dalam pelaksanaan Pelayanan Primer di
Era JKN-KIS, yang terbagi menjadi Tim Monitoring Evaluasi
Pusat dan Tim Monitoring Evaluasi Daerah.
“Peserta yang sudah terdaftar dalam program Pronalis
kita harapkan dapat dijaga dengan baik oleh faskes primer.
Kalau sering-sering dikembalikan ke rumah sakit, berarti
pengelolaannya tidak berjalan dengan baik dan harus
diperbaiki,” tuturnya.
Khusus bagi Puskesmas, terdapat indikator tambahan
berupa Rasio Kunjungan rumah untuk mengetahui
penyelenggaraan kegiatan promotif preventif di
Puskesmas. Terhadap pencapaian indikator tambahan
tersebut, Puskesmas akan memperoleh kompensasi
dalam bentuk pelatihan/workshop/seminar untuk
meningkatkan kompetensi dan/atau performa Puskesmas.
Target Pemenuhan Komitmen Pelayanan
Dalam pelaksanaan KBK, indikator komitmen pelayanan
terbagi menjadi dua. Pertama adalah Zona Aman, yaitu
batasan optimal target indikator komitmen pelayanan
yang harus dipenuhi oleh FKTP agar mendapatkan
besaran kapitasi sesuai hasil penetapan besaran kapitasi
berdasarkan norma kapitasi. Kedua Zona Prestasi, yaitu
batasan maksimal target indikator komitmen pelayanan
yang harus dipenuhi oleh FKTP, sehingga FKTP bisa
mendapatkan pembayaran kapitasi melebihi kapitasi
yang telah ditetapkan berdasarkan sumber daya manusia,
kelengkapan sarana prasarana dan lingkup pelayanan.
Termotivasi Untuk Lebih Baik
Penerapan pembayaran KBK ini sudah mulai dilakukan
sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) Kementerian
Kesehatan dan BPJS Kesehatan Nomor HK.03.03/
IV/053/2016 dan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan
dan Pemantauan Penerapan Kapitasi Berbasis Komitmen
Pelayanan pada FKTP. Saat ini 34 Provinsi telah bersepakat
untuk menerapkan KBK di Puskesmas Provinsi.
Salah satu FKTP yang sudah menerapkan KBK adalah
Puskesmas Siko di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
Kepala Puskesmas Siko, Alwia Assagaf mengatakan,
aturan mengenai pembayaran KBK ini pada awalnya
memang dinilai memberatkan, apalagi jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Siko yang merupakan puskesmas
perawatan terbatas.
Fachmi Idris menjelaskan, apabila dalam pemenuhan
target indikator komitmen pelayanan menyebabkan
besaran tarif kapitasi lebih rendah dari standar tarif kapitasi
minimal yang telah ditetapkan oleh Menteri, maka besaran
Kepala Puskesmas Siko Maluku Utara
Alwia Assagaf
Namun dalam perjalanannya, Alwia justru melihat aturan
ini sebagai hal yang positif. Dengan sistem pembayaran
kapitasi terbaru ini, seluruh tenaga kesehatan di
puskesmas jadi makin termotivasi untuk meningkatkan
pelayanan kepada peserta JKN-KIS. Karena bila tak
maksimal, konsekuensinya jumlah kapitasi akan berkurang.
Sementara bilang mencapai zone prestasi, kapitasi yang
didapatkan bisa melebihi norma kapitasi yang ditetapkan.
“Dalam indikator penilaian KBK, pencapaian Puskesmas
Siko sebetulnya sudah cukup bagus, ada di zona aman.
Tentunya kami harus terus meningkatkannya lagi untuk
bisa sampai ke zona prestasi. Data-data yang dimasukkan
ke aplikasi P-care juga harus terus kami perbaiki, dan ini
tentunya butuh kerjasama tim yang solid,” ujar Alwia.
INFO BPJS KESEHATAN
Dengan pelaksanaan Kapitasi Berbasis Pemenuhan
Komitmen Pelayanan, harapan terbesarnya tentu saja
adalah peningkatan mutu pelayanan kesehatan primer bagi
peserta JKN-KIS, sehingga cita-cita untuk meningkatkan
derajat kesehatan seluruh masyarakat Indonesia dapat
terwujud.
Edisi 38 2016
5
BINCANG
KEMENTERIAN KESEHATAN
Siap Dukung Pelaksanaan KBK
Apabila kinerja optimal, tarif kapitasi dicapai maksimal.
Dana kapitasi akan digunakan secara efektif termasuk
untuk pelayanan di luar gedung untuk upaya promotif dan
preventif.
Namun, hingga saat ini belum ada pengukuran terhadap
efektifitas penggunaan kapitasi ini. Karena itu, BPJS
Kesehatan dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
sepakat untuk menerapkan pembayaran Kapitasi Berbasis
Komitmen Pelayanan (KBK). Tujuannya, mengoptimalkan
performa pelayanan di FKTP berdasarkan berbagai
indikator.
Sebenarnya KBK sudah dipakai hampir seluruh negara, dan
itu sangat efektif mendorong performa FKTP. Implementasi
KBK hampir sama dengan pay for performance, yang telah
dilaksanakan di beberapa negara, di antaranya Amerika
Serikat, Estonia, Perancis, Jerman, Selandia Baru, dan
Turki. Mekanisme di negara-negara tersebut dilaksanakan
dengan memberikan insentif finansial bila dokter atau
faskes menerapkan standar prosedur berbasis bukti
mencapai outcome klinis tertentu. Ada yang melaksanakan
KBK dengan memotong 10% dana kapitasi dari FKTP yang
tidak mencapai indikator, lalu memberikan insentif ke
FKTP yang mencapai performa bagus.
Untuk itu, BPJS Kesehatan dan Kemenkes telah
menetapkan Peraturan Bersama tentang Petunjuk Teknis
KBK. Penandatanganan peraturan tersebut dilakukan oleh
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris dan Sekjen
Kemenkes Untung Suseno Sutarjo di Jakarta, 21 Juni
2016.
Lalu, seperti apa mekanisme dan kesiapan Kemenkes
untuk melaksanakan KBK tersebut? Berikut kutipan hasil
wawancara Reporter Media Info BPJS Kesehatan dengan
Sekjen Kemenkes di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Mengapa harus KBK dan apa manfaatnya bagi FKTP
sendiri ?
Bagaimana implementasi KBK di negara lain?
Sekertaris Jendral
Kementrian
Kesehatan
Untung Suseno
Sutarjo
Dengan studi kasus yang dilaksanakan OECD pada 2014
di negara-negara di Eropa yang telah melaksanakan
P4P didapatkan hasil bahwa P4P pada layanan primer
terbukti berhasil meningkatkan kualitas dan keberlanjutan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. P4P dapat
memperbaiki kinerja tenaga kesehatan yang berdampak
pada peningkatan akses masyarakat terhadap faskes. Juga
peningkatan cakupan pelayanan promotif dan preventif
serta cakupan prolanis.
Pelaksanaan KBK ini adalah salah satu upaya kita untuk
membangun pelayanan bermutu bagi peserta JKN dengan
mengintegrasikan sistem pembiayaan dan penilaian
kinerja FKTP. Penilaian kinerja atas indikator tertentu
akan menimbulkan konsekuensi, bila kinerja baik di FKTP
mendapat reward. Sebaliknya jika kinerja buruk, maka
ada pengurangan besaran kapitasi. Manfaatnya adanya
pengakuan dengan mendapatkan reward, otomatis dapat
kepercayaan dari masyarakat.
Kemenkes sendiri sejauh mana kesiapannya untuk
melaksanakan KBK ?
Apakah penerapan KBK bisa meningkatkan kinerja
FKTP, dan mendorong efektivitas penggunaan dana
kapitasi ?
Dalam implementasinya KBK diharapkan Pemerintah
Pusat dan daerah dapat bersaing dalam membantu
mempersiapkan puskesmas untuk melakanakan KBK
meliputi aspek sarana dan prasarana, SDM kesehatan dan
sistem informasi teknologi. Saat ini, sosialisasi juga terus
dilaksanakan baik oleh Kemenkes dan Dinkes. Kami juga
persiapkan penilaian indikator UKM dengan pendekatan
keluarga sehat di mana kegiatan ini untuk menguatkan
upaya promotif dan preventif, demi menjaga keberlanjutan
JKN.
Metode pembayaran KBK ini tentunya dapat meningkatkan
kinerja puskesmas, karena dalam penerapannya,
puskesmas didorong untuk memenuhi empat indikator
penilaian, yaitu angka kontak, rasio rujukan rawat jalan
non spesialistik, rasio peserta prolanis rutin berkunjung
ke FKTP, dan indikator tambahan berupa rasio kunjungan
rumah. Kami masukan rasio kunjungan rumah, yaitu
berapa peserta yang didatangi oleh tenaga kesehatan. Ini
dalam rangka promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan penerapan KBK di puskesmas dan ke depannya
pada seluruh FKTP yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan peran FKTP
sebagai gate keeper dalam implementasi JKN. Fungsi
JKN diharapkan tidak hanya bersifat kuratif, tetapi juga
promotif dan preventif. Untuk BPJS Kesehatan penilaian
terhadap indikator KBK ini diharapkan dapat dilaksanakan
secara transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab.
Indikator KBK ini kalau bisa juga lebih diperluas lagi sesuai
keadaan di daerah. Diharapkan ada feedback dan evaluasi
dari penilaian KBK baik dari BPJS Kesehatan dan dinas
kesehatan terhadap puskesmas untuk penguatan serta
peningkatan pelayanan kesehatan di FKTP.
Kemenkes intinya siap mendukung penerapan KBK.
Pelaksanaan KBK akan dimulai dari puskesmas di ibukota
provinsi di tahun 2016 ini, dan pada 2017 nanti dilanjutkan
ke FKTP lainnya. Kami sudah melakukan sosialisasi ke
berbagai daerah dengan mengajak Komisi IX DPR. Sejauh
ini tidak ada keluhan puskesmas soal penerapan KBK.
INFO BPJS KESEHATAN
T
iap bulan BPJS Kesehatan membayarkan kapitasi
kepada setiap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dengan besaran yang berbeda. Di 2016 saja,
BPJS Kesehatan telah membayar kapitasi sebesar Rp4,8
triliun atau rata-rata Rp960 miliar per bulan untuk tiap
puskesmas.
Apa harapan pak Sekjen terhadap FKTP maupun BPJS
Kesehatan dengan sistem KBK?
Edisi 38 2016
6
MANFAAT
Penegakan 155 Diagnosis
TIDAK BERJALAN KAKU
S
eorang dokter puskesmas mengeluhkan
pemberitaan terkait rujukan di program Jaminan
Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKNKIS). Dalam tulisan, media massa mengkritisi tingginya
tingkat rujukan dari fasilitas primer (puskesmas, klinik
pratama, dokter praktik pribadi) ke layanan kesehatan
sekunder (rumah sakit-RS).
Dalam pemberitaan, pembuat kebijakan mengkritisi
terlalu mudahnya para dokter di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut
(FKRTL).
Menurut seorang pejabat di Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), FKTP seperti puskesmas harusnya bisa
menegakan 155 diagnosis. Artinya, sekitar 80% penyakit
seharusnya sudah tuntas diselesaikan di layanan primer/
FKTP.
Kalau rujukan tinggi, sambung pejabat itu, artinya
puskesmas gagal melaksanakan fungsinya sebagai gate
keeper atau penapis pasien berobat ke RS. Bila dokter
dibiarkan seenaknya merujuk, tambah dia, kantong JKN
bisa jebol. Pasalnya, biaya pengobatan di RS berlipat-lipat
lebih mahal dibandingkan di FKTP.
Dari pernyataan itu, kata dokter itu, seolah-olah para dokter
lah yang menyebabkan biaya JKN-KIS membengkak.
“Kalau merujuk pasien ke RS, para dokter di FKTP
seolah-olah diragukan kompetensinya,” keluh dokter yang
bertugas di salah satu puskesmas di Jakarta Timur itu.
Kendati program JKN-KIS sudah berjalan dua tahun lebih,
mekanisme sistem rujukan memang masih menjadi isu
yang hangat.
Selain rujukan dipengaruhi oleh faktor sarana dan
prasarana, faktor medis juga menjadi salah satu faktor.
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu
dari kriteria “TACC” (Time-Age-Complication-Comorbidity).
Dalam Panduan tersebut terdapat 155 jenis penyakit pada
panduan praktik klinik ini yang terdiri dari 144 jenis penyakit
yang termasuk dalam tingkat kemampuan 4A dan sisanya
termasuk dalam tingkat kemampuan 3A dan 3B terpilih.
Time digolongkan pada perjalanan penyakit yang sudah
kronis atau melewati golden time standard. Age, jika usia
pasien masuk dalam katagori yang mengkhawatirkan
terjadi komplikasi. Complicatin jika pasien mengalami
komplikasi dan Comorbidity bila ada keluhan yang
memperberat kondisi pasien.
Dari peraturan ini, terlihat bahwa penegakan 155 diagnosa
tidak perlu dilakukan secara kaku. Pasalnya, sejumlah
kondisi, seperti TACC, keterbatasan sarana dan prasarana
dari FKTP, menjadi faktor pertimbangan bagi dokter untuk
merujuk pasien ke RS.
Panduan
Direktur Pelayanan
Maya Amirny Rusady
Dihubungi terpisah, Direktur
Pelayanan BPJS Kesehatan Maya
Amiarny Rusadi mengamini pendapat
Prasetyo. Menurutnya, konsep
penegakan 155 diagnosis di FKTP
tidak diterapkan secara kaku sehingga
mengamputasi kewenangan dokter
memberikan pelayanan yang
prima dan menghalangi pasien
mendapatkan pengobatan yang
adikuat.
Apa yang dikemukakan oleh PB IDI di atas, lanjut Maya,
sejatinya sudah tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di FKTP.
Foto Jurnalistik No.30
Data Kemenkes mencatat, lebih dari 70% masyarakat
masih berobat di FKRTL. Padahal usai ditelaah, sebagian
besar kasus yang diobati di FKRTL merupakan kasus
nonspesialistik. Artinya, pengobatan bisa dituntaskan di
FKTP saja.
Dari paparan Kemenkes, memang tergambar tingginya
kasus rujukan yang tidak perlu. Namun, menuding dokter
FKTP terlalu mudah merujuk juga tidak 100% tepat.
INFO BPJS KESEHATAN
Ketua Bidang Advokasi dan Monev Terapan JKN untuk
Masyarakat dan Kesejahteraan Dokter Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prasetyo Widhi Buwono
mengakui memang ada kasus rujukan yang tidak sesuai.
Namun, dia menegaskan, penyebab tingginya rujukan juga
tidak semata-mata melulu terkait dengan kompetensi
dokter.
Menurut dia, tingginya tingkat rujukan juga disebabkan
sejumlah faktor lain, seperti tidak tersedianya obat dan
alat kesehatan yang memadai di FKTP, kurangnya jumlah
dokter, kurangnya jumlah FKTP dan sebagainya.
“Jadi rujukan juga terkait dengan ketersediaan sarana
prasarana maupun kondisi setempat,” tambah Prasetyo.
Edisi 38 2016
Foto Melpa Jesica Sitanggang
“Ini perlu diluruskan. Walau penyakit pasien masuk
dalam 155 diagnosa, pasien tetap bisa dirujuk jika
kondisinya memenuhi kriteria yang saya sebut di atas,”
tambah Maya.
Bahkan pada Pasal 29 ayat 4 dari Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 19 Tahun 2016 disebutkan, dalam keadaan
tertentu, pasien tidak perlu melewati fase pengobatan
berjenjang. Kondisi tertentu yang dimaksud Perpres,
kata Maya adalah, bila yang bersangkutan berada dalam
keadaan kegawatdaruratan medis atau posisinya berada
jauh di luar FKTP tempat peserta terdaftar.
Maya berharap agar semua pihak memahami benar
soal panduan praktik klinis di FKTP yang telah dibuat
pemerintah. Hal ini untuk menghindarkan salah kaprah
dalam penerapan rujukan. Namun, tentu saja, tambah
dia, kasus rujukan yang tidak perlu juga perlu diperbaiki.
Karena idealnya memang hanya 10% kasus penyakit yang
memang harus ditangani di RS.
7
TESTIMONI
Yenni Liana, Orang Tua Pasien Leukemia
“Program JKN-KIS Memberi Harapan Kesembuhan”
Setiap tahunnya, diperkirakan ada 4.100 kasus baru kanker anak di Indonesia. Faiz Muhammad Aufa (9 tahun) asal Pontianak merupakan satu dari
sekian banyak anak Indonesia yang tengah mengalaminya. Sudah hampir lima tahun putra pasangan Agus Auriandi dan Yenni Liana ini hidup
bersama sel-sel kanker. Tidak sampai di situ, penderitaannya pun semakin bertambah karena adanya penumpukan cairan di dalam otak. Lahirnya
program JKN-KIS memberi harapan baru bagi Faiz, juga ribuan anak-anak penderita kanker lainnya. Dengan adanya kepastian jaminan pelayanan
kesehatan, Faiz bisa mendapatkan pengobatan yang terbaik untuk kesembuhannya di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Karena tak menaruh curiga apapun, Yenni santai saja
mendengar keluhan anaknya itu. Pikirnya, nanti juga
sakitnya akan hilang setelah beristirahat. Tapi nyatanya
kondisi Faiz yang ketika itu masih berumur 4 tahun 9 bulan
semakin memburuk. Untuk ke kamar mandi saja, Faiz tak
lagi sanggup berjalan.
Yenni pun akhirnya membawa Faiz ke klinik dekat
rumahnya di Pontianak. Dari pemeriksaan awal, dokter
menduga Faiz terkena virus di kaki. Jadi hanya diberi
beberapa obat saja untuk membunuh virus tersebut.
Namun dari hari ke hari, rasa nyeri di kaki Faiz tak kunjung
membaik. Wajahnya pucat, bahkan perutnya juga mulai
membucit dan mengeras.
Lantaran kondisinya terus memburuk, dua minggu
setelahnya rasa nyeri pertama itu muncul, Faiz kemudian
dibawa ke sebuah rumah sakit di Pontianak. Melihat gejala
yang dialami Faiz, dokter di rumah sakit menaruh curiga
kalau Faiz sudah terkena Leukemia, salah satu jenis kanker
yang paling sering menyerang anak-anak.
Mendengar hal tersebut, Yenni awalnya bingung. Penyakit
itu terdengar begitu asing di telinganya. Namun saat
tahu kalau Leukemia bisa mengancam nyawa anaknya,
air mata Yanni langsung tumpah. Sedih, takut, semua
perasaan campur aduk. Seolah-olah dunia akan runtuh.
Padahal ketika itu, kondisi Yenni belum begitu pulih pasca
melahirkan anak kedua.
"Leukemia tidak pernah ada dalam bayangan saya
sebelumnya. Begitu dokter memberi tahu penyakit ini,
saya dan suami langsung mencari tahu di internet. Setelah
tahu, saya nangis semalaman membayangkan masa depan
Faiz," cerita Yenni.
Berobat Ke Jakarta
Untuk menegakkan diagnosa penyakitnya itu, Faiz
kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Kanker Dharmais di
Jakarta untuk menjalani proses BMP (Bone Marrow
Puncture). Kondisinya saat itu sudah sangat drop.
Wajahnya pucat, perutnya makin terlihat membesar.
Trombositnya bahkan sudah menyentuh angka 2000.
Dari hasil pemeriksaan BMT tersebut, diketahui bahwa
memang sudah ada sel-sel kanker di tubuh Faiz. Yenni
nyaris putus asa, membayangkan hari-hari berat yang bakal
dilalui anaknya. "Hari-hari pertama di Jakarta memang
sangat berat. Kami harus tinggal di kontrakan kecil dekat
rumah sakit sebagai tempat tinggal sementara. Harta
benda kami sebagian juga harus dijual untuk biaya berobat
ke Jakarta,” curhat Yenni.
Lebih dari satu bulan Faiz dirawat di rumah sakit. Untuk
membunuh sel-sel kanker di tubuhnya, Faiz harus
menjalani proses kemoterapi yang terkadang semakin
menambah penderitaannya. Mual dan muntah, kelelahan,
sampai rambut rontok harus dihadapi Faiz tiap kali
menjalani proses kemoterapi. Yenni harus pandai-padai
membujuk anaknya itu agar mau dikemo. Andaikan
saja rasa sakit itu bisa ditanggung, Yenni ingin sekali
menanggungnya, supaya putra kesayangannya itu tidak lagi
merasakan sakit.
dijalani dengan rawat jalan. "Untuk kemo, Faiz harus bolakbalik Pontianak - Jakarta. Anak kedua saya sampai tidak
mengenali saya karena sering ditinggal ke Jakarta. Kalau
jadwalnya kemo, kadang dititip di rumah neneknya atau
saudara. Sedih juga harus sering ninggalin dia,” curhatnya.
Dari seorang teman yang kebetulan anaknya juga
sedang dirawat di RS Kanker Dharmais, Yenni kemudian
berkenalan dengan Pinta Manullang-Panggabean, Ketua
Yayasan Anyo Indonesia. Yayasan ini memiliki rumah
sementara untuk anak-anak dengan kanker yang berasal
dari berbagai daerah yang datang ke Jakarta untuk
berobat.
Saat mulai menjalani rawat jalan, beban finansial Yenni
sedikit berkurang karena bisa tinggal sementara di rumah
Anyo yang kebetulan dekat dengan RS Kanker Dharmais.
Di tempat ini pula Yenni mendapatkan kekuatan tambahan
karena bertemu dengan orang tua lain yang anaknya juga
terkena kanker.
"Melalui sharing dengan para orangtua penderita kanker,
saya jadi merasa tidak sendiri lagi. Ini membuat saya
semakin kuat menemani Faiz menjalani pengobatan. Faiz
juga senang, di Rumah Anyo banyak teman-teman yang
senasib dengan dia," ujar Yenni.
Ujian Kedua
Dua tahun menjalani kemoterapi, kondisi Faiz memang
masih naik-turun. Kesabaran Yenni bahkan harus kembali
diuji ketika Faiz mengalami masalah di otaknya. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium, rupaya ada cairan yang
menyumbat otaknya. Ini membuat penglihatan Faiz
jadi kabur karena masalah tersebut ikut menyebabkan
gangguan di syaraf mata. Dari hasil BMP ulang, status
kankernya bahkan sudah meningkat dari standar menjadi
high risk.
Seperti ketika pertama kali didiagnosa menderita
Leukemia, kondisi Faiz kembali drop, bahkan lebih parah.
Sempat terlintas di pikiran Yenni, mungkinkan ini akhir dari
perjuangannya bersama Faiz. Namun ia tak mau menyerah
begitu saja. Segala pengobatan akan diupayakan untuk
kesembuhan anaknya itu. "Saya ingin melihat
Faiz sembuh dan jadi dokter seperti citacita dia," ujarnya lirih.
Bersyukur Ada Program JKN-KIS
Kanker, termasuk juga Leukemia merupakan penyakit yang
membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang. Tidak
hanya lama, biaya pengobatannya pun tergolong mahal.
Yenni bersyukur sekali karena ada program Jamkesmas
dan JKN-KIS yang telah meng-cover seluruh biaya
pengobatan anaknya.
“Karena proses pengobatan Leukemia itu panjang
dan mahal, sejak awal dokter di rumah sakit sudah
mengingatkan untuk pakai Jamkesmas. Ketika program
JKN dimulai, saya juga langsung memanfaatkan kartu
kepesertaannya untuk mengobati Faiz,” ujar Yenni.
Dengan adanya kepastian jaminan pelayanan kesehatan
dari BPJS Kesehatan, Yenni bisa lebih fokus dalam
merawat anaknya, tidak lagi dipusingkan dengan biaya
pengobatan. Program JKN-KIS telah memberinya harapan,
suatu hari nanti Faiz pasti akan sembuh dan kembali ceria
layaknya anak seusianya.
"Ketika Faiz harus dioperasi untuk menghilangkan
cairan di otaknya, saat itu kebetulan program JKN baru
dimulai. Biaya operasinya sampai lebih dari Rp25 juta,
alhamdulillah ditanggung semua oleh BPJS Kesehatan,”
tuturnya.
Dari berbagai ujian hidup yang dilewatinya, Yenni kini
menjadi sosok yang kuat. Leukemia yang dulunya ia kira
pasti berujung dengan kematian, ternyata bisa sembuhkan
apabila disiplin melakukan pengobatan. "Dulu itu saya
orangnya cengeng, sedikit-sedikit nangis. Tapi pengalaman
bersama Faiz melawan kanker selama hampir lima tahun
membuat saya jadi kuat. Tuhan baik sekali pada kami, Dia
sudah membawa Faiz pada titik ini. Banyak hal positif yang
saya dapatkan. Dan makin ke sini, saya merasa hidup kami
makin indah," tutupnya.
Kini, sudah lebih dari empat
tahun Faiz menyandang status
sebagai pasien Leukemia.
Kondisinya sudah jauh lebih
baik dibandingkan harihari sebelumnya. Namun
sampai saat ini, Faiz masih
harus menjalani kemoterapi
setiap lima minggu sekali.
Tapi sekarang prosesnya
menjadi lebih mudah karena
Faiz makin menyadari
pentingnya kemoterapi
untuk kesembuhannya.
"Sekarang dia sudah
tidak takut lagi, malah
kadang suka ngingetin
kalau sudah dekat
waktunya dikemo,"
ujarnya.
INFO BPJS KESEHATAN
S
eperti jenis kanker lainnya, kanker darah atau
Leukemia yang menyerang Faiz awalnya tidak
menimbulkan gejala apapun. Penyakit ini baru
diketahui ketika Faiz mulai mengeluh sakit di bagian kaki
sepulang sekkolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Ada sedikit lebam di kakinya, yang dikira Yenni akibat
terjatuh saat bermain.
Buah dari kedisiplinan menjalani pengobatan, kondisi Faiz
berangsur membaik. Setelah 40 hari menjalani perawatan
intensif di rumah sakit, pengobatan selanjutnya cukup
Edisi 38 2016
8
PERSEPSI
Foto Andreas Damar Kristianto KC Mojokerto
Benarkah Mekanisme
Rujukan JKN-KIS
Rumit?
Sebagian orang menilai program
Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS) rumit
karena peserta harus mengikuti
mekanisme rujukan berjenjang
untuk mendapat pelayanan
kesehatan. Rujukan itu dinilai
‘menghambat’ peserta untuk
mendapat pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan (FKRTL)
seperti RS.
Bisa jadi pandangan itu benar, karena selama ini sebagian
besar masyarakat Indonesia terbiasa mendapat pelayanan
kesehatan langsung ke RS. Dengan begitu mereka merasa
mendapat pelayanan kesehatan yang memuaskan.
INFO BPJS KESEHATAN
Tapi bisa jadi pendapat itu salah karena tidak semua
diagnosa penyakit harus ditangani RS. Sebab, fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP) seperti Puskesmas,
klinik, dan dokter praktik perorangan idealnya bisa
menangani ratusan penyakit, mencapai 144 diagnosis.
Sistem asuransi sosial yang digunakan dalam JKNKIS menggunakan managed care yaitu kombinasi
antara pembiayaan dengan mutu pelayanan. Sistem itu
mengoptimalkan setiap jenjang pelayanan kesehatan lewat
mekanisme rujukan.
Edisi 38 2016
Lewat mekanisme rujukan berjenjang, diharapkan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta sesuai
dengan kompetensi tenaga kesehatan, kapasitas ataupun
kemampuan fasilitas kesehatan. Rujukan berjenjang
itu menguntungkan peserta, selain fasilitas dan tenaga
kesehatan bisa menjalankan tugasnya secara optimal,
peserta tidak perlu mengantri terlalu lama untuk mendapat
pelayanan kesehatan di FKRTL.
Rujukan berjenjang diyakini mampu memangkas
antrian peserta di RS karena FKTP jadi garda terdepan
pelayanan. Peserta yang dirujuk ke FKRTL yaitu mereka
yang membutuhkan penanganan lebih lanjut atau di luar
kompetensi FKTP.
Peserta yang dirujuk oleh FKTP ke FKRTL itu harus
berjenjang, mulai dari RS tipe D atau C kemudian tipe B
atau A. Sistem rujukan berjenjang itu menguntungkan
peserta, sebab peserta yang membutuhkan penanganan
dokter spesialis atau sub spesialis di FKRTL bisa segera
dilayani karena tidak perlu mengantri panjang.
Misalnya, ada 100 peserta JKN-KIS yang mengantri di
RS tipe A. Dari jumlah itu antrian nomor 1 sampai 95
sebenarnya bisa ditangani di FKTP. Sedangkan, nomor
antrian 96 sampai 100 diagnosa penyakitnya tidak dapat
diatasi FKTP sehingga butuh penanganan FKRTL.
Dengan rujukan berjenjang, peserta antrian nomor 1-95
itu mestinya bisa dilayani di FKTP. Jika itu bisa dilakukan
maka peserta dengan antrian nomor 96-100 bisa mendapat
penanganan segera karena tidak perlu mengantri terlalu
lama.
Penting untuk diingat, rujukan berjenjang itu tidak
diterapkan secara kaku, mengacu peraturan perundangundangan peserta yang mengalami gawat darurat bisa
menyambangi FKRTL terdekat.
Rujuk Balik
Dalam program JKN-KIS, ada skema pelayanan yang
dikenal dengan istilah rujuk balik. Itu ditujukan bagi peserta
yang mengalami diagnosa penyakit kronis seperti diabetes
melitus dan hipertensi. Mekanisme pelayanannya, peserta
yang mendapat diagnosa penyakit kronis itu dirujuk FKTP
ke FKRTL untuk mendapat tindakan medis lanjutan.
Selesai mendapat pelayanan, FKRTL merujuk balik peserta
itu ke FKTP tempat peserta terdaftar. Selama tiga bulan
kemudian, peserta hanya perlu mengambil obat-obatan
yang diperlukan ke FKTP yang bersangkutan, dengan
begitu peserta tidak perlu mengantri lagi di FKRTL. Usai
menjalani program rujuk balik selama 3 bulan, peserta bisa
melakukan kontrol ulang ke FKRTL sebelumnya.
9
INSPIRASI
KELUARGA RAHMADI
Bantu Iuran JKN-KIS untuk Pegawainya
Sejak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan resmi beroperasi yaitu 1 Januari 2014, sejak itu pula
pasangan suami istri Rahmadi Widodo dan Tjatur Wahjuningsih mendaftarkan dirinya dan ketiga anaknya sebagai
peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau kini dikenal juga sebagai JKN-KIS (Kartu Indonesia Sehat) yang
dikelola BPJS Kesehatan.
R
ahmadi Widodo yang akrab disapa Wiwid ini menilai
iuran premi JKN-KIS sangat terjangkau, saat itu
kelas 1 hanya Rp59.500, kelas 2 Rp42.500 dan
kelas 3 Rp25.500. Dia memilih kelas 1. “Sekarang kelas
1, naiknya banyak ya , jadi Rp80.000. Tapi ya tidak apaapa, karena manfaatnya jauh lebih besar,” kata Wiwid
didampingi istrinya Tjatur.
Wiwid juga langsung mendaftarkan tiga pegawainya yaitu
Sadan, Hajir, dan Rusmin. Masing-masing di kelas 3.
“Pak Rusmin sudah almarhum tetapi sebelum meninggal
sempat memanfaatkan jaminan kesehatan BPJS (JKNKIS—red). Pasti sangat membantu,” ujar Wiwid saat
ditemui di rumahnya di Desa Podoluhur RT 02 RW 03,
Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Kini, setiap bulan Wiwid mengeluarkan dana khusus
Rp100.000 untuk dua orang peserta BPJS Kesehatan.
Masing-masing pegawai diberi tambahan Rp50.000 untuk
membayar iuran JKN-KIS dua pegawainya.
setia, suami saya sudah bisa sehat, meskipun belum pulih
seperti dulu. Produk susu juga lancar, sekarang banyak
yang mengambil di rumah, jadi tidak perlu mengantar lagi,”
kata Ning.
Berkali-kali Ning mengucapkan rasa syukurnya karena
suami tercintanya tertolong saat mendapat serangan
stroke. Dan, bersyukur juga karena telah menjadi peserta
JKN-KIS kelas 1. Sehingga seluruh biaya pengobatan yang
menghabiskan puluhan juta rupiah semua ditanggung oleh
BPJS Kesehatan.
Namun, Sadan dan Hajir memilih kelas 3. Sadan memilih
kelas 3 karena sisa uangnya untuk membayar iuran JKNKIS istrinya. Sehingga setiap bulan Sadan membayar iuran
BPJS Kesehatan sebesar Rp51.000. Hajir juga memilih
kelas 3, sisa uangnya untuk membayar iuran JKN-KIS
istrinya. Sedangkan dua anaknya dibayar dengan uangnya
sendiri.
Menurut Wiwid, program JKN-KIS sangat membantu
masyarakat. Bagi yang tidak mampu, akan menjadi tenang
ketika dilanda sakit. “Misalnya pegawai saya sakit, saya
kan tidak tidak bisa diam saja. Pasti ikut membantu apabila
membutuhkan dana. Dia sendiri pasti repot memikirkan
biaya pengobatan,” katanya.
Dengan menjadi peserta JKN-KIS, ternyata menambah
semangat bekerja. dan Sebelum sakit menjadi parah, kini
Sadan, Hajir, dan keluarganya tidak ragu pergi ke dokter di
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang dipilihnya.
Selain itu, kata Wiwid, dengan membayari iuran JKN-KIS
semacam ada pengikat silaturahmi kekeluargaan yang
semakin baik.
Oleh karena itu, dia sering mengingatkan warga yang
belum menjadi peserta JKN-KIS agar segera mendaftarkan
diri ke BPJS Kesehatan. Ning pun menyarankan agar
mendaftar ketika masih sehat dan jangan menunggu
sakit. Karena menjadi peserta JKN-KIS tidak seperti dulu
sehari bisa jadi dan langsung bisa dimanfaatkan. Kini,
calon peserta harus menunggu 14 hari untuk verifikasi
data, kemudian setelah 14 hari baru bisa membayar iuran
pertama ke bank.
Hingga kini, Wiwid masih menjalani pengobatan rawat
jalan, termasuk fisioterapi. Tangan kanannya belum bisa
digerakkan secara sempurna, sedangkan kaki sudah
bisa berjalan tetapi belum kuat untuk waktu yang lama.
Semua itu, disyukurinya. “Tidak ada yang mau sakit kan?,
tapi kalau tiba-tiba datang tak terduga, kita tidak bisa
menolaknya. Alhamdulillah ada BPJS Kesehatan, beban
menjadi ringan,” ucap Ning lirih.
“Kalau sudah sakit dan harus mendapat perawatan intensif
tapi belum jadi peserta JKN bagaimana? Bingung kan?
Misalnya harus dirawat, berarti selama 14 hari atau lebih
biayanya harus ditanggung sendiri. Kalau punya biaya
tidak masalah, tapi kalau tidak punya, keluarga pasti
bingung. Makanya daftar segera, jangan sampai menyesal
kemudian,” imbaunya.
Sebagian masyarakat di desa, masih berat iuran untuk
kelas 1 atau 2 karena iura kelas 1 kini menjadi Rp80.000
dan iuran kelas 2 sebesar Rp51.000. Jadi sebagian
memilih kelas 3 yang iuranya masih tetap Rp25.500. Jika
jumlah anggota keluarganya lima terdiri ayah ibu dan tiga
anak, maka iurannya menjadi Rp25.500 kali 5 orang yaitu
Rp127.500 sebulan untuk sekeluarga. Berarti, setiap hari
keluarga ini harus menyisihkan uang Rp4.250. “Jika dipikirpikir, kalau menghemat Rp5.000 atau menabung setiap
hari Rp5.000 bisa untuk jaga-jaga suatu saat anggota
keluarga ada yang sakit. Tentu, kita berdoa ingin sehat
terus,” ungkapnya.
Ning menceritakan saat suaminya dirawat di RSUD Dr
Soedirman di Kebumen, banyak peserta BPJS Kesehatan
yang sudah memanfaatkannya. Ternyata, program JKNKIS sudah dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Dan,
melalui obrolan, sebagian besar mengakui bahwa jaminan
kesehatan sangat penting dimiliki setiap orang. Bagi orang
mampu mungkin bisa membeli premi asuransi kesehatan
swasta, tetapi berbeda dengan rakyat biasa.
Dengan hadirnya JKN-KIS dengan iuran premi yang
terjangkau seluruh rakyat seharusnya bisa memiliki JKNKIS. “Kalau yang tidak mampu memang iurannya dibayar
oleh pemerintah, tetapi masih banyak orang tidak mampu
yang belum masuk dalam PBI (penerima bantuan iuran).
Nah mungkin, bisa juga ya, orang yang ingin membayar
infaq atau sodaqoh dengan cara membayari iuran JKN
orang yang tidak mampu?” kata Ning.
Yang jelas, kata Tjatur menambahkan, program JKN-KIS
benar-benar luar biasa. Dengan sistem gotong royong,
seluruh rakyat menjadi peserta dan bayar iuran, maka
iuran pun jadi tidak mahal dan manfaatnya jauh lebih besar
daripada besar iurannya. “Semua biaya sakit apa saja
dibayari, peserta tidak mbayar sama sekali. Nah, kalau
yang jadi peserta sakit semua jadi repot juga ya. Saya pikir
benar juga, yang sehat juga harus jadi peserta biar BPJS
Kesehatan terus bisa membayar JKN,” kata Ning, sapaan
akrab Tjatur.
INFO BPJS KESEHATAN
Wiwid dan Ning sama-sama lulusan fakultas peternakan
tetapi beda perguruan tinggi. Wiwid lulusan Univeristas
Soedirman Purwokerto sedangkan Ning lulusan
Universitas Tidar Magelang. Sejak pertama menikah
hingga kini masih menekuni beternak sapi perah.
Meskipun masuk dalam UKM, namun produk susunya
sudah rutin memasok sejumlah gerai kuliner di Kebumen.
Namun, kesehatan Wiwid terganggu sejak mendapat
serangan stroke sekitar bulan Mei 2016. Sehingga hampir
seluruh urusan ditangani oleh istrinya dan dua pegawai
yang setia, Sadan dan Hajir. “Alhamdulillah pegawai saya
Edisi 38 2016
SEHAT & GAYA HIDUP
10
ASI
S
Sebagian besar masyarakat
khususnya para ibu sudah
mengetahui bahwa air susu ibu
(ASI) merupakan makanan terbaik
bagi bayi. Namun, masih banyak
yang belum percaya atau tidak
percaya diri untuk memberikan
ASI eksklusif selama enam bulan
pertama akan menjadi bekal selama
kehidupan buah hatinya. Setelah
enam bulan, pemberian ASI terus
berlanjut didampingi makanan
lainnya atau makanan pendamping
ASI sesuai perkembangan usia.
Eksklusif "Bekal" Hidup
Si Buah Hati
ecara alamiah sesuai kodratnya, semua ibu dapat
menyusui. Namun, ada sebagian kecil ibu yang
benar-benar tidak bisa menyusui. Jika ibu mampu
menyusui mengapa harus ragu memberikan ASI-nya.
Sangat dianjurkan ibu memberikan ASI eksklusif selama
enam bulan. Artinya selama enam bulan pertama kelahiran,
bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan atau pun
makanan lainnya.
Memang sering terjadi, ketika bayi menangis, ibu mengira
bayi masih lapar dan berpikir ASI saja tidak cukup lalu
diputuskan memberi tambahan susu formula, bahkan ada
yang memberikan pisang terlalu dini. Sistem pencernaan
bayi dipaksa untuk bekerja keras, akhirnya di kemudian hari
anak mengalami gangguan pencernaan.
Ibu bisa belajar dari kader Posyandu, bidan, atau dokter
bagaimana cara menyusui yang benar agar lebih percaya
diri dan terampil. Para selebritis pun sudah banyak yang
memberikan ASI-nya. Zaskia Adya Mecca, misalnya. Artis
film istri Bramantyo ini tidak malu-malu memberikan ASI
kepada buah hatinya saat berada di pesawat terbang.
INFO BPJS KESEHATAN
Banyak sekali manfaat ASI. Selain menyediakan nutrisi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak, ASI juga memberikan antibodi terhadap penyakit.
Dan sudah terbukti bahwa ASI adalah yang makanan
terbaik bahkan tidak ada susu formula yang dapat
menandinginya.
Oleh karena itu, tak perlu bimbang dan ragu lagi untuk
memberikan ASI eksklusif kepada anak. Begitu pentingnya
ASI untuk pemenuhan gizi anak, pemerintah pun
mempunyai peraturan kesehatan yang melarang promosi
pengganti ASI di fasilitas kesehatan dan hak perempuan
untuk menyusui yang telah di dukung oleh peraturan
pemerintah. Hukum ini akan memungkinkan negara ini
menciptakan lingkungan yang memberdayakan perempuan
untuk menyusui secara eksklusif selama enam bulan
pertama dan terus menyusui selama dua tahun.
ASI diproduksi secara alami oleh tubuh ini memiliki
kandungan nutrisi yang penting bagi tumbuh kembang
bayi seperti vitamin, protein, dan lemak. Bentuknya pun
lebih mudah dicerna dibandingkan dngan susu formula.
Memberikan ASI eksklusif berdampak positif bagi ibu dan
banyinya.
Dengan memberikan ASI eksklusif, sistem kekebalan
tubuh bayi lebih kuat. Sebab, air susu ibu mengandung zat
antibodi yang bisa membantunya melawan segala bakteri
dan virus. Jadi, risiko terserang penyakit seperti diare,
infeksi telinga, infeksi saluran pernapasan, konstipasi atau
sembelit (susah buang air besar), berkembang menjadi
pengidap diabetes tipe 2, dan meningitis lebih rendah
daripada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif. Antibodi
dari ibu juga melindungi bayi dari serangan asma, alergi,
dan eksim.
Edisi 38 2016
Menurut para ahli, asam lemak yang terdapat pada air
susu ibu memiliki peranan penting bagi kecerdasan
otak bayi. Karena ASI kaya akan asam lemak omega-3
dan omega-6 yang sangat penting untuk mendukung
kecerdasan seorang anak. Bayi kurang ASI juga rentan
untuk menderita infeksi, dan umumnya kurang Hubungan
emosional antara ibu dan anak yang terjadi selama proses
menyusui mungkin turut memberi kontribusi kecerdasan
anak.
Bayi akan tumbuh dengan bobot tubuh normal jika diberi
ASI eksklusif. Menurut para ahli ASI mengandung lebih
sedikit insulin daripada susu formula, sedangkan insulin
dapat memicu pembentukan lemak. Maka ASI tidak
banyak memicu pembentukan lemak pada bayi. Selain
itu, bayi juga akan memiliki leptin (hormon yang memiliki
peranan penting dalam mengatur nafsu makan dan
metabolisme lemak) lebih banyak.
Tak perlu takut payudara jadi tak indah gara-gara
memberikan ASI. Justeru memberi ASI kepada bayinya
dapat mempercepat tubunya menjadi langsing kembali
pascamelahirkan. Karena menyusui dapat membakar
kalori. Kalori yang terpakai saat menyusui bisa mencapai
500 kalori per harinya.
Memberikan ASI eksklusif (benar-benar tanpa tambahan
apa pun) dapat sebagai KB alami karena bisa menghambat
ovulasi. Disarankan memberikan ASI kapan pun bayi
membutuhkan.
Menyusui bisa merangsang produksi hormon oksitoksin
yang bisa memuat ibu terasa rileks. Hormon oksitoksin
yang keluar saat menyusui juga dapat membantu rahim
berkontraksi. Hal ini mungkin bisa mengurangi perdarahan
rahim usai persalinan, sekaligus kembali ke bentuk rahim
sebelum hamil.
Risiko terkena kanker menurun. Sebenarnya belum
diketahui dengan pasti mengapa menyusui bisa
mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium.
Namun menurut sejumlah penelitian, semakin lama ibu
menyusui, semakin terlindungi dari penyakit ini. Hal ini
kemungkinan terjadi karena menyusui bisa menekan
produksi hormon estrogen.
Ibu yang memberikan ASI eksklusif tidak perlu
mengeluarkan uang untuk membeli susu formula. Hal ini
bisa menghemat pengeluaran bulanan. Dari segi ekonomi
menyusui dengan ASI paling ekonomis karena sumber
daya ASI adalah karunia Tuhan yang tidak perlu dibeli.
ASI adalah amanah yang harus disampaikan kepada yang
berhak yaitu anak-anak kita. Selain itu suhu ASI selalu
sesuai dengan suhu tubuh sehingga tidak terlalu panas
dan dingin. Penyiapan ASI tentu tidak serumit penyiapan
susu botol. Aspek higienitas ASI lebih terjamin daripada
susu botol .
Bayi yang diberi susu selama tiga bulan atau lebih memiliki
tulang leher dan tulang belakang lebih kuat dibanding yang
diberikan ASI kurang dari tiga bulan atau tidak sama sekali.
Bayi juga mendapat limpahan kolesterol. Pada orang
dewasa, kolesterol merupakan asupan yang tidak baik.
Namun itu tidak berlaku pada bayi. Kolesterol sangat
dibutuhkan bayi guna menunjang tumbuh kembangnya dan
zat ini banyak ditemukan pada ASI.
Dengan memberikan ASI, dapat mengurangi risiko
terjadinya sindrom kematian bayi mendadak saat dia
tidur. Selain itu, hubungan ibu dan anak lebih kuat. Saat
menyusui, ibu akan bersentuhan dengan kulit bayinya dan
saling bertatap-tatapan. Hal ini bisa memperkuat hubungan
ibu dengan anaknya.
Selama menyusui, ibu disarankan untuk menjaga asupan
yang masuk ke dalam tubuh. Ditakutkan asupan tersebut
bisa memengaruhi ASI dan berefek tidak baik pada bayi
Anda. Menerapkan pola makan sehat sangat dianjurkan
ketika Anda sedang menyusui seperti mengonsumsi
sayuran, buah, daging tanpa lemak, makanan berserat,
susu dan banyak minum air.
Program ASI eksklusif sayangnya tidak bisa dijalankan
pada perempuan yang sedang menjalani kemoterapi
untuk kanker, mengidap tuberkulosis, pengguna narkoba,
pengonsumsi obat-obatan tertentu, atau penderita HIV.
Pesan kesehatan: Ibu yang bekerja masih tetap bisa
memberikan ASI nya dengan cara memerahnya saat di
tempat kerja lalu menyimpan di dalam lemari pendingin
atau termos ASI. Sebaiknya konsultasikan dengan dutaduta ASI, bidan, dokter.
11
KILAS & PERISTIWA
Cegah Tindak Pidana Korupsi Program JKN-KIS,
BPJS Kesehatan Teken MoU Dengan Komisi Pemberantasan Korupsi
JAKARTA
25 Juni 2016
Sebagai bentuk komitmen menjalankan amanah undangundang terkait pelaksanaan program jaminan kesehatan
di Indonesia, BPJS Kesehatan dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) sepakat menjalin kerjasama melalui
penandatanganan Nota Kesepahaman. Melalui sinergi
ini, KPK diharapkan dapat mendukung BPJS Kesehatan
dalam mengoptimalkan implementasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) – Kartu Indonesia Sehat (KIS)
yang dikelola BPJS Kesehatan.
KPK merupakan lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
menjadi Undang-Undang yang dibentuk dengan tujuan
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. Sedangkan BPJS
Kesehatan adalah merupakan Badan Hukum Publik yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yang memiliki tugas melaksanakan program Jaminan
Sosial bidang kesehatan.
“Adapun nota kesepahaman ini bertujuan untuk
meningkatkan kerja sama dan koordinasi dalam upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. Selain itu
diharapkan melalui MoU ini akan ditemukan formula atau
sistem pencegahan korupsi dalam upaya pencegahan
kecurangan (fraud) dalam Pelaksanaan Program JKN-KIS
yang dikelola BPJS Kesehatan,” kata Direktur Utama BPJS
Kesehatan Fachmi Idris dalam acara Penandatanganan
Nota Kesepahaman antara BPJS Kesehatan dengan
Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Kerja Sama
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Dalam
Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
diselenggarakan di Jakarta, (15/06).
Terdapat beberapa ruang lingkup cakupan Nota
Kesepahaman tersebut diantaranya (1) Data dan/atau
Informasi (2) Sistem Pencegahan Korupsi, serta kerjasama
lainnya yang disepakati kedua belah pihak. Untuk Kerja
sama dalam penerapan Sistem Pencegahan Korupsi,
rencananya akan dilakukan:
a. Peningkatan Kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN);
b. Penerapan Program Pengendalian Gratifikasi;
c. Penerapan Whistle Blower System;
d. Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan;
e. Penelitian dan pengembangan;
f. Pencegahan kecurangan (fraud) dalam Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan pada Sistem Jaminan
Sosial nasional.
“BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program
JKN-KIS senantiasa berupaya menjalin kerjasama dan
memperkuat hubungan kemitraan dengan berbagai pihak,
baik dari pemerintah maupun lembaga-lembaga terkait
sehingga implementasi program JKN-KIS di lapangan
dapat berjalan lancar.” kata Fachmi.
Ia juga berharap, nota kesepahaman tersebut juga
dapat menjadi awal kerjasama yang baik antara BPJS
Kesehatan dengan KPK untuk bersinergi dan semakin
mengoptimalkan implementasi program JKN-KIS yang
dikelola BPJS Kesehatan. Ketua KPK Agus Rahardjo
juga hadir untuk melakukan penandatanganan Nota
Kesepahaman.
BPJS Kesehatan Dorong Pemda Selesaikan Piutang Iuran
Jaminan Kesehatan
PAPUA BARAT
28 Juli 2016
Ada beberapa fokus bidang yang menjadi perhatian
KPK untuk segera dibenahi. Ini merupakan hasil dari
pengamatan sebelumnya atas sejumlah persoalan yang
masih melanda. Di antaranya masih rendahnya kualitas
manajemen pengelolaan aset daerah; kurang memadainya
kualitas dan kompetensi sumber daya manusia, adanya
tunggakan iuran BPJS Kesehatan dan tunggakan berupa
aset kontijensi (piutang era Askes); belum optimalnya tata
kelola di bidang minerba, kehutanan dan perkebunan; serta
persoalan infrastruktur dan transportasi akibat kondisi
geografis yang ekstrem.
Untuk menyelesaikan semua persoalan tersebut, tentu
saja KPK melibatkan pemangku kepentingan lain, yaitu
DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Kepolisian
Daerah, Kejaksaan Tinggi, Kementerian Dalam Negeri,
BPKP, serta LKPP termasuk BPJS Kesehatan. Usai
kegiatan, para pemangku kepentingan melakukan
Penandatanganan Komitmen Bersama untuk bersamasama menjalankan rekomendasi perbaikan.
Menurut Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan yang
menghadir kegiatan tersebut, sinergi ini diharapkan
mampu mengoptimalkan pembangunan di Papua Barat
sebagai daerah otonomi khusus. Sehingga dengan
dana yang besar seharusnya dapat berdampak bagi
pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan
Masyarakat.
Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar
Lembaga BPJS Kesehatan Bayu Wahyudi mengungkapkan
dukungannya terhadap Papua Barat dalam upaya
penyelesaian kewajiban pembayaran tunggakan iuran BPJS
Kesehatan dan tunggakan berupa aset kontijensi (piutang
era Askes). Menurut Bayu, iuran tersebut adalah hak bagi
Pegawai Negeri Sipil, agar terus memperoleh jaminan
pelayanan kesehatan.
“Jangan sampai PNS Papua Barat pada saat
berobat terkendala tidak dapat di jamin oleh BPJS
Kesehatan,”tegas Bayu.
INFO BPJS KESEHATAN
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama BPJS
Kesehatan melakukan upaya pendampingan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Papua Barat.
Tujuannya, guna mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang bersih dan bebas dari korupsi. Karena itu, KPK
menggelar Rapat Koordinasi dan Supervisi Pemberantasan
Korupsi Terintegrasi pada Kamis (28/7) di Kantor Gubernur
Papua Barat.
Selain di Papua Barat, kegiatan ini juga dilaksanakan di
lima provinsi lainnya, yaitu Banten, Riau, Nangroe Aceh
Darussalam, Sumatera Utara dan Papua.
Edisi 38 2016
CARA MEMERIKSA
Keaslian Kartu BPJS Kesehatan
Lakukan Pengecekan dengan
Login Ke dalam aplikasi, Masukan
Nomor Kartu BPJS Kesehatan
yang anda miliki
Jika Kartu anda asli maka akan
muncul data kepesertaan dari
master file BPJS Kesehatan.
Kantor Pusat :
Jl. Letjend. Suprapto Kav. 20 No.14 Cempaka PutihJakarta Pusat 10510
Telp : (021) 4212938 , Fax : (021) 4212940
www.bpjs-kesehatan.go.id
0001426644887
Download