gambaran reduksi urin dengan metode benedict pada pasien

advertisement
GAMBARAN REDUKSI URIN DENGAN METODE BENEDICT
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan
Oleh :
HENDRAYANI ABDUL AZIZ
NIM. 13DA277019
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
PENGESAHAN
KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Program Studi D3 Analis Kesehatan
Pada tanggal 28 Juli 2016
Mengesahkan,
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Heni Marliany, SKM., M.Kep
NIK. 0432777597012
Minceu Sumirah, SKM
NIK. 0432778009055
Atun Farihatun, SKM., M.KM
NIK. 0432778109054
Mengetahui,
Ketua
Ketua Program Studi
STIKes Muhammadiyah Ciamis,
D3 Analis Kesehatan
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes
NIK. 0432777295008
Atun Farihatun, SKM., M.KM
NIK. 0432778109054
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa KTI yang berjudul “Gambaran Reduksi
Urin dengan Metode Benedict pada Pasien Diabetes Melitus” ini,
sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang
merupakan plagiat dan karya orang lain dan saya tidak melakukan
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku dalam perumusan karya tulis ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah
ditentukan institusi STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila dikemudian
hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini.
Ciamis,.......,...................2016
Yang membuat pernyataan,
Hendrayani Abdul Aziz
NIM. 13DA277019
iii
GAMBARAN REDUKSI URIN DENGAN METODE BENEDICT
PADA PASIEN DIABETES MELITUS1
Hendrayani Abdul Aziz2 Atun Farihatun3 Dewi Kania4
INTISARI
Reduksi urin adalah kadar glukosa yang terdapat pada urin karena
disebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah serta keluar bersamaan
dengan urin disebabkan fungsi ginjal yang kurang baik. Tujuan dari reduksi
urin yaitu untuk melihat kadar glukosa urin, untuk mengetahui berat
ringannya penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
reduksi urin dengan metode benedict pada pasien Diabetes Melitus.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Klinik RSUD Ciamis pada bulan
juli 2016 dengan jumlah 45 responden yang merupakan pasien Diabetes
Melitus rawat jalan yang melakukan pemeriksaan glukosa darah. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang digunakan merupakan data
primer yang disajikan dalam bentuk tabel yang dilengkapi dengan narasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 39 dari 45 (87%)
responden kadar reduksi urin sesuai dengan kadar glukosa darah dan 6
dari 45 (13%) responden kadar reduksi urin tidak sesuai dengan kadar
glukosa darah.
Kata Kunci
: Reduksi Urin
Kepustakaan : 20, 2004-2012
Keterangan
: 1 Judul, 2 Nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4
nama pembimbing II
iv
DESCRIPTION OF REDUCTION OF URINE WITH BENEDICT
PATIENTS DIABETES MELLITUS1
Hendrayani Abdul Aziz2 Atun Farihatun3 dr. Dewi Kania Sp. PK.4
ABSTRAK
Reduction of urine is glucose contained in the urine because it
caused high levels of glucose in the blood and along with the urine due to
poor kidney function. The purpose of the reduction of urine is to look at the
urinary glucose levels, to determine the severity of diabetes mellitus.
The purpose of this study is to describe the reduction of urine with
Benedict method in patients with Diabetes Mellitus. This research was
conducted in laboratories RSUD Ciamis in July 2016, with the number of
45 respondents who are ambulatory patients with diabetes mellitus who
perform blood glucose tests. This research is descriptive. The data used is
primary data presented in tabular form, incorporating narration.
Based on the results, 39 of 45 (87%) of respondents in accordance
with the urine levels of reduction in blood glucose levels and 6 of 45
(13%) of respondents reduction levels of urine does not correspond to
blood glucose levels.
Keywords
: Reduction of urine
Literature
: 20, 2004-2012
Information
: 1Title, 2 Name of student, 3 name of supervisor I, 4
name of supervisor II
v
KATA PENGANTAR
Puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Taufik Rahmat dan
Hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
dengan judul “Gambaran Reduksi Urin Dengan Metode Benedict Pada
Pasien Diabetes Melitus”.
KTI ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan D3 Analis Kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Ciamis. Dalam penulisan KTI ini, penulis menyadari
bahwa KTI ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu kepada
semua pihak yang terkait, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun, dan akan dijadikan bahan koreksi untuk
penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan yang mulia ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan KTI ini yaitu kepada yang terhormat :
1. H. Dedi Supriadi., S.Sos,. S.kep.,Ners., M.M.Kes, selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. Atun Farihatun, S.KM., M.KM, selaku Ketua Program Studi D3 Analis
Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis, pembimbing I dan penguji
III yang telah memberikan motivasi dan arahan serta dukungan dalam
penyusunan KTI.
3. dr. Dewi Kania Y, Sp.PK, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, motivasi arahan dan dukungan dalam penyusunan KTI.
4. H. Yayat Suryat, S.Ag selaku pembimbing Keagamaan yang telah
memberikan bimbingan, motivasi arahan dan dukungan dalam
penyusunan KTI.
5. Heni Marliany, SKM., M.Kep, selaku penguji I yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
vi
6. Minceu Sumirah, SKM, selaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Dosen-dosen serta staf karyawan Prodi D3 Analis Kesehatan yang
memberikan pengetahuan selama proses perkuliahan.
8. Kepala serta pegawai Laboratorium Rumah Sakit RSUD Ciamis yang
telah mengizinkan dan membantu dalam hal pengambilan sampel untuk
penelitian KTI.
9. Ayah dan Ibuku tercinta, kakakku serta keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi, dukungan kasih sayang yang tiada hentihentinya baik moril maupun materil.
10. Responden yang telah meluangkan waktunya dalam pelitian Karya
Tulis Ilmiah ini.
11. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi D3 Analis Kesehatan
STIKes Muhammadiyah Ciamis angkatan ke-5 yang telah berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan Pendidikan Program Studi D3
Analis Kesehatan.
Penulis berharap KTI ini tidak hanya menambah pengetahuan,
tetapi dapat merangsang kreatifitas dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Analis Kesehatan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesarbesarnya apabila ada kekurangan dan kesalahan. Terimakasih banyak,
semoga yang dicita-citakan kita semua di kabulkan Allah SWT amin.
Ciamis,
Juli 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................. iii
INTISARI .......................................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
E. Keaslian Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6
A. Konsep Dasar ....................................................................... 6
1. Diabetes melitus ............................................................. 6
a. Definisi Diabetes mellitus ........................................ 6
b. Patofisiologi Diabetes mellitus ............................... 6
c. Gejala-gejala Diabetes mellitus .............................. 7
d. Komplikasi Diabetes mellitus .................................. 9
e. Tes untuk mendeteksi Diabetes Melitus ................. 10
viii
2. Glukosa Darah ................................................................ 12
a. Definisi Glukosa Darah ............................................. 12
b. Metabolisme Glukosa Darah .................................... 12
c. Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah ......................... 13
d. Faktor yang Mempengaruhi Glukosa Darah ........... 15
3. Glukosa Urin ................................................................... 16
a. Definisi glukosa urin ................................................. 16
b. Jenis pemeriksaan glukosa urin .............................. 16
c. Faktor yang Memengaruhi Hasil Reduksi Urin ........ 17
4. Hiperglikemia .................................................................. 18
5. Ginjal ............................................................................... 19
a. Fungsi Ginjal ............................................................. 19
b. Pengaruh DM Terhadap Fungsi Ginjal ..................... 20
c. Gangguan Fungsi Ginjal ........................................... 21
d. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Ginjal ................... 21
6. Penyimpanan Urin .......................................................... 21
B. Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 24
A. Rancangan Penelitian ......................................................... 24
B. Variabel dan Definisi Operasional ...................................... 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 24
1. Populasi .......................................................................... 24
2. Sampel ............................................................................ 24
D. Pengumpulan Data .............................................................. 25
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 25
2. Instrumen Penelitian ...................................................... 26
E. Prosedur Penelitian ............................................................. 26
F. Pengolaan Data .................................................................... 29
G. Etika Penelitian .................................................................... 29
H. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 29
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 31
A. Hasil Penelitian .................................................................... 31
B. Pembahasan ........................................................................ 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 38
A. Simpulan .............................................................................. 38
B. Saran ..................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 39
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Obat yang Dapat Menaikan Glukosa Darah ..................... 18
Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional ................................... 24
Tabel 3.2. Daftar Alat yang Digunakan dalam Penelitian ................. 26
Tabel 3.3. Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ............ 26
Tabel 3.4. Uraian Kegiatan Pelakasaaan KTI ................................... 30
Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian ....................................................... 31
Tabel 4.2. Data Distribusi Hasil Penelitian ........................................ 33
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ....................................... 23
Gambar 3.1. Hasil Reduksi Glukosa Urin ......................................... 28
Gambar 4.1. Diagram Jumlah Hasil Penelitian ................................. 34
xii
DAFTAR SINGKATAN
DM
: Diabetes Melitus
SM
: Sebelum Masehi
WHO
: Word Healt Organitation
ADA
: American Diabetes Association
Mg/dL
: Miligram Perdesiliter
mL
: Mili Liter
CO2
: Carbon Dioksida
H2O
: Hidrogen
GDS
: Gula Darah Sewaktu
GDP
: Gula Darah Puasa
G2JPP
: Glukosa Darah Dua Jam Post Prandial
TTGO
: Test Toleransi Glukosa Oral
xiii
DAFTAR ISTILAH
Akut
: Penyakit yang berlangsung dalam waktu singkat.
Hiperglikemia
: Kadar gkukosa tinggi
Hipoglikemia
: Kadar glukosa rendah
Insulin
: Hormone yang dibuat oleh organ yang terletak
dibelakang perut yang disebut pangkreas
Kronis
: Penyakit yang berlangsung lama atau penyakit
menahun
Normoglikemia
: Kadar glukosa normal
Polidipsia
: Banyak Minum
Polifagia
: Banyak Makan
Poliuria
: Banyak Kencing
Prevalensi
: Seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi
pada sekelompok orang
Siphon
: Tabung untuk mengalirkan cairan dari suatu
tempat ke tempat lain
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informasi
Lampiran 2 Informed Concent
Lampiran 3 Gambar Penelitian KTI
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari STIKes Muhammadiyah Ciamis
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol Ciamis
Lampiran 6 Surat Keterangan penelitian dari STIKes Muhammadiyah
Ciamis
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum
Masehi. Kurang lebih 1500 SM oleh Papyrus Ebers di Mesir,
digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak kencing,
200 tahun kemudian Arateus menyebut diabetes dari kata diabre yang
berarti siphon (tabung untuk mengalirkan cairan dari suatu tempat ke
tempat lain). Tahun 1674, Willis mengatakan urin tersebut digelimangi
madu dan gula, sejak itu penyakit tersebut ditambah dengan kata
Melitus yang berarti madu. Secara umum diabetes melitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan adanya kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Tandra, 2008).
Berdasarkan Word Health Organitation (WHO) tahun 2012
Indonesia menduduki peringkat ke-4 di Dunia dalam hal jumlah
penderita terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Kementrian kesehatan pada tahun 2012 menyebutkan bahwa
“prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 14,7% di perkotaan dan
7,2% di pedesaan dengan asumsi penduduk berumur diatas 20 tahun
mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 2,18 juta warga kota dan 10,7
juta warga desa menderita diabetes” (Herlini, 2012).
Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu tindakan dan
prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel dari
penderita yang dapat digunakan untuk membantu menentukan
diagnosis penyakit, mendeteksi penyakit, memantau perkembangan
pengobatan
yang
dibuat
berdasarkan
riwayat
penyakit
dan
pemeriksaan fisik (Sacher, 2004).
Salah satu tes atau pemeriksaan laboratorium yang sering
dilakukan adalah pemeriksaan kimia klinik, diantaranya adalah
1
2
pemeriksaan glukosa urin. Peran laboratorium dalam pemeriksaan
glukosa urin yaitu salah satunya untuk pengelolaan dan mendeteksi
Diabetes. Diabetes merupakan masalah penting karena prevalensinya
di Indonesia terus mengalami penigkatan (Herlini, 2012).
Supaya kita terhindar dari penyakit Diabetes Melitus kita harus
melakukan pola hidup yang benar dan meninggalkan pola makanan
yang tidak sehat. Karena dari makanan bisa menimbulkan penyakit.
Atas dasar itulah, maka Islam memberikan perhatian tentang
pola makan dan kesehatan. Meski hal ini kaitannya sangat erat dengan
ilmu kedokteran dan Al-Qur’an tidak secara langsung membahas
tentang penyakit ini, namun bagi kita semua kesehatan dan terhindar
dari penyakit adalah merupakan suatu hal sangat membahagiakan.
Salah satu firman Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah ayat :
168
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu.”
Dalam hadist Riwayat Baihaqi pada bab iman
Artinya : Dari umar bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi
SAW,
sesungguhnya
Nabi
Bersabda:
makanlah,
minumlah,
berpakaianlah dan shodaqohlah tanpa berlebihan dan sikap sombong.
(HR. Baihaqi pada bab iman).
Glukosa dalam urine (disebut glukosuria) adanya gangguan atau
penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia ( peningkatan kadar
gula dalam darah ), maka kemungkinan adalah : Diabetes Melitus (DM),
3
penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan
metabolisme berat, atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid,
thiazide, obat kontrasepsi oral. Jika glukosuria tanpa hiperglikemia
dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula
selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat
banyak (Maulana, 2008).
Ambang ginjal terhadap glukosa berkisar antara 60-180 mg/dl,
angka diatas nilai glukosa segera keluar bersama urin, jadi bila Reduksi
positif satu (+1) diperkirakan glukosa darah berkisar antara 160-180
mg/dl, Reduksi positif dua (+2) diperkirakan glukosa darah berkisar
antara 180-250 mg/dl, Reduksi positif tiga (+3) diperkirakan glukosa
darah berkisar antara 250-300
mg/dl, Reduksi positif empat (+4)
diperkirakan
berkisar
glukosa
darah
antara
>300
mg/dl
(Gandasoebrata, 2007).
Ambang ginjal meninggi karena proses pengerasan pembuluh
darah, akibatnya reduksi masih negatif pada kadar glukosa yang tinggi.
Pemeriksaan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa
sebagai zat pereduksi, pada tes semacam itu terdapat suatu zat dalam
reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa.
Kelebihan pemeriksaan reduksi urin dapat memantau kelainan fungsi
ginjal dengan cara memeriksa kadar glukosa yang terdapat pada urin.
Diantara banyak macam reagen yang dapat dipakai untuk menyatakan
adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak digunakan.
Diantara reagensia untuk menyatakan reduksi, reagen benedict yang
terbaik karena mengandung garam cupri hasilnya akan mengalami
perubahan
warna
yang
memudahkan
dalam
membaca
hasil
(Gandasoebrata, 2007).
Akurasi hasil pemeriksaan kadar reduksi urin dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain zat yang bukan gula dalam urin yang
mungkin mengadakan reduksi umpamanya : formalin (pengawet),
4
glucoronat-glucoronat (hasil konjugasi dalam hati dengan macammacam zat dan obat-obat seperti streptomycin), salicylat-salicylat
dalam kadar tinggi, dan vitamin C (Gandasoebrata, 2007).
Latar belakang tersebut peneliti berminat untuk melakukan
penelitian yang berjudul Gambaran Reduksi Urin dengan Metode
Benedict pada Pasien Diabetes Melitus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas muncul permasalahan
“Bagaimana gambaran reduksi urin dengan metode benedict pada
pasien diabetes melitus?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran reduksi urin dengan metode
Benedict pada pasien Diabetes Melitus.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan serta pengetahuan khususnya di
bidang kimia klinik dan pada kasus penyakit Diabetes Melitus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah kepustakaan tentang reduksi urin bagi pembaca
dan mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3. Bagi Responden
Dapat mengetahui kadar reduksi urin dengan metode
Benedict.
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah “Hubungan Antara pH Dan Nefr olithiasis Pada Pasien Dengan
Riwayat Diabetes Melitus Di RSUD Dr.Moewardi” yang dilakukan oleh
Elysa Septyasari pada tahun 2012.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Elysa Septyasari
(2012). Pada penelitian ini, peneliti mengkaji mengenai “Gambaran
Reduksi Urin Pada Pasien Diabetes Melitus”. Perbedaan peneliti ini
juga terletak pada variabel yang diteliti, waktu penelitian, tempat
penelitian serta populasi dan sampel yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Diabetes Melitus
a. Definisi Diabetes Melitus
Istilah Diabetes Melitus diperoleh dari bahasa latin yang
berasal dari kata yunani, yaitu Diabetes berarti pancuran dan
melitus berarti madu. Istilah pancuran madu berkaitan dengan
kondisi penderita yang mengeluarkan sejumlah besar urin
dengan kadar gula yang tinggi (Corwin, 2009).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005,
diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, dan kerja insulin. Sedangkan menurut WHO pada
tahun 2012 menyatakan bahwa diabetes Melitus secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan
kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana
ditemukan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan
fungsi insulin.
b. Patofisiologi Diabetes Melitus
Pankreas merupakan kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung, merupakan kumpulan pulau
langerhans berisi sel beta yang menghasilkan hormon insulin
untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Insulin berfungsi
membantu masuknya glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam
sel glukosa tersebut dimetabolisme menjadi tenaga. Bila tidak
terdapat insulin, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk
ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah
meningkat. Keadaan ini yang terjadi pada diabetes tipe 1.
6
7
Pada keadaan diabetes tipe 2, jumlah insulin dapat normal
bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor insulin di permukaan
sel kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit,
sehingga sel kekurangan glukosa sebagai sumber tenaga, dalam
hal lain mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Insulin yang kualitasnya kurang baik dapat mempengaruhi
masuknya glukosa ke dalam sel. Selain itu, diabetes dapat terjadi
akibat gangguan glukosa itu sendiri sehingga gagal digunakan
sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi.
Diabetes Melitus tipe 2 telah banyak dilaporkan dan
diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh
dunia, yang disebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang
salah dan tidak sehat (Maulana, 2008 ).
c. Gejala – gejala Diabetes Melitus
1) Keluhan Klasik
a) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan
bakar untuk menghasilkan tenaga. Maka sumber tenaga
diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot,
akibatnya penderita menjadi kurus.
b) Poliuria (Banyak Kencing)
Kadar gula darah jika lebih dari 160-180 mg/dL,
menyebabkan glukosa sampai ke kemih, jika kadarnya
lebih tinggi maka ginjal akan membuang air tambahan
untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak.
8
c) Polidipsia (Banyak Minum)
Merupakan
akibat
dari
banyaknya
tubuh
menghasilkan air kemih, maka penderita merasakan haus
yang berlebihan sehingga banyak minum agar tubuh tidak
dehidrasi.
d) Polifagia (Banyak Makan)
Penderita selalu merasa lapar karena kalori dari
makanan yang dimetabolime menjadi glukosa dalam
darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan secara
semestinya (Maulana, 2008).
2) Keluhan lain
a) Ganguan syaraf tepi atau kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan
pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu waktu
istirahat.
b) Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai
gangguan pengelihatan yang mendorong penderita untuk
mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat
melihat lebih baik.
c) Gatal atau bisul
Kelainan kulit berupa gatal biasanya terdapat di
daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak
atau di bawah payudara. Sering juga dikeluhkan bisul dan
luka yang lama sembuhnya.
d) Gangguan ereksi
Pria penderita diabetes memiliki 2 sampai 5 kali
lebih besar menderita impotensi, karena penyakit ini dapat
merusak pembuluh darah perifer dan syaraf yang
mengatur otot-otot ereksi.
9
e) Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan
keluhan yang sering ditemukan dan kadang merupakan
satu-satunya gejala yang dirasakan (Subekti, 2005).
d. Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes sering disebut sebagai the great imitator yaitu
penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara
perlahan-lahan, sehingga orang tidak menyadari adanya
berbagai perubahan dalam dirinya. Jelas bahwa diabetes dapat
menjadi penyebab terjadinya komplikasi baik akut maupun
kronis.
1) Komplikasi akut
Terjadi jika kadar gula darah seseorang meningkat
atau menurun dengan tajam dalam waktu relatif singkat.
Kadar glukosa darah dapat menurun drastis jika penderita
menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang besar dan
mendadak dapat berakibat fatal.
2) Komplikasi kronis
Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh
darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan
fungsi ginjal, dan gangguan syaraf. Komplikasi kronis sering
dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami
kelainan, seperti kelainan di bagian mata, jantung, syaraf dan
kulit.
a) Pembuluh darah
Plak aterosklerotik terbentuk dan menyumbat arteri
di jantung, otak, tungkai dan penis. Dinding pembuluh
darah kecil mengalami pengrusakan sehingga pembuluh
tidak dapat mentransfer oksigen secara normal dan
mengalami kebocoran. Sirkulasi buruk menyebabkan
10
penyembuhan luka yang lama dan dapat menyebabkan
penyakit jantung, stoke, ganggren kaki dan tangan,
impoten serta infeksi.
b) Mata
Terjadi kerusakan di pembuluh darah kecil retina.
Gangguan pengelihatan dan akhirnya dapat terjadi
kebutaan.
c) Ginjal
Penebalan pembuluh darah ginjal mengakibatkan
protein tidak dapat tersaring dan masuk ke dalam air
kemih.
Fungsi
ginjal
yang
buruk
tersebut
dapat
mengakibatkan gagal ginjal jika terus-menerus.
d) Saraf
Gangguan pada syaraf, banyak ditimbulkan salah
satunya mononeuropati yaitu salah satu syaraf yang
mengalami kelainan fungsi, seperti lemah, kesemutan dan
nyeri.
e) Kulit
Berkurangnya aliran darah ke kulit dan hilangnya
kepekaan rasa yang menyebabkan cidera berulang
berakibat infeksi dalam, dan penyembuhan luka yang
lama.
f) Darah
Terjadi gangguan fungsi sel darah putih, sehingga
mudah terkena infeksi saluran kemih dan kulit (Vicynthia
Tjahjadi, 2005).
e. Tes untuk mendeteksi Diabetes Melitus
1) Tes Glukosa Darah Kapiler
Cara Screening ini cepat dan murah, yakni dengan
menusuk ujung jari untuk mengambil tidak lebih dari setetes
darah kapiler. Tes ini disebut finger-prick blood sugar creening
11
atau lazim disingkat gula darah Stick. Dapat dipakai untuk
memeriksa glukosa darah puasa, 2 jam sesudah makan,
maupun gula darah sewaktu.
2) Tes Glukosa Darah Vena
Biasanya
dilakukan
oleh
laboratorium
dengan
mengambil darah dari pembuluh darah vena di lengan bagian
dalam untuk menilai kadar glukosa darah setelah puasa
minimal 8 jam dan glukosa darah 2 jam sesudah makan (2
Jam pp-post prandial).
3) Tes Toleransi Glukosa
Tes ini lebih teliti. Setelah 10jam puasa, pagi harinya
diperiksa glukosa darah. Lalu, minum glukosa 75 gram (kirakira 2-3 kali lebih manis daripada minuman Softdrink), dan
2jam kemudian diperiksa lagi glukosa darahnya.
4) Tes Glukosa Urin
Glukosa yang menimbun dalam darah akan keluar
melalui urin dan terdeteksi pada tes urin. Adanya glukosa
dalam urin adalah indikasi bahwa seseorang terkena diabetes
Melitus.
5) Tes
HbA1c
(Glycated
Hemoglobin
atau
Glycosylated
Hemoglobin)
Tes ini memberikan gambaran tentang keadaan
glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir. Glukosa darah yang
tinggi akan diikat pada molekul hemoglobin (Hb) dalam darah,
dan akan bertahan dalam darah sesuai dengan usia
hemoglobin, yaitu 2-3 bulan. Makin tinggi glukosa darah,
makin banyak molekul hemoglobin yang berikatan dengan
gula. Tes ini dipakai untuk memantau pengobatan diabetes,
serta menilai keberhasilan diet dan olahraga (Tandra, 2008).
12
2. Glukosa Darah
a. Definisi Glukosa Darah
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah
yang berasal dari karbohidrat dalam makanan dan dapat
disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot rangka
(Kee, 2007).
Energi sebagian besar berfungsi untuk kebutuhan sel dan
jaringan yang berasal dari glukosa. Setelah pencernaan
makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal
kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi
170mg/dl.
Banyak
hormon
yang
berperan
dalam
mempertahankan glukosa darah. Pengukuran glukosa darah
dapat dilakukan untuk memantau mekanisme regulatorik ini.
Penyimpangan berlebihan kadar glukosa darah dari normal baik
tinggi maupun rendah, maka terjadi gangguan homeostatis yang
dapat berhubungan dengan hormon (Sacher , 2004).
b. Metabolisme Glukosa Darah
Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang
terjadi di dalam makhluk hidup. Proses yang lengkap dan komplit
sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di dalamnya,
sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun
metabolisme yang terjadi dalam tubuh yang mempengaruhi
kadar gula darah, yaitu :
1) Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat
bertanggung
jawab
atas
sebagian
makanan sehari-hari, dan sebagian besar karbohidrat akan
diubah
menjadi
lemak.
Fungsi
karbohidrat
dalam
metabolisme adalah untuk bahan bakar oksidasi dan
menyediakan energi untuk proses-proses metabolisme
lainnya.
13
Karbohidrat dalam makanan terdiri dari polimerpolimer penting yaitu glukosa, laktosa, fruktosa dan
galaktosa. Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada
dalam
bentuk
D-isomer.
Hasil
utama
metabolisme
karbohidrat adalah glukosa (Ganong, 2008).
2) Metabolisme gula darah
Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan
masuk ke dalam aliran darah masuk ke hati, dan disintesis
menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO 2
dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke
dalam sel tubuh yang memerlukannya terutama otak. Kadar
gula darah dikendalikan oleh suatu hormon insulin yang
berasal dari sekresi sel beta pankreas, jika hormon insulin
kurang maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi
darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar glukosa
darah meninggi hingga melebihi ambang batas ginjal, maka
glukosa darah akan keluar bersama dengan urin (glukosuria)
(Depkes RI, 2008).
c. Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah
Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap
darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar laboratorium
melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Karena
eritrosit memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang lebih
tinggi daripada serum dimana serum memiliki kadar melarutkan
lebih banyak glukosa. Pengukuran glukosa darah sering
dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme-mekanisme
regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik
terlalu tinggi atau terlalu rendah mengisyaratkan gangguan
homeostasis dan dari hal tersebut mendorong kita melakukan
pemeriksaan untuk mencari etiologinya (Sacher, 2004).
14
Macam-macam pemeriksaan glukosa darah adalah
sebagai berikut.
1) Glukosa darah sewaktu (GDS)
Pemeriksaan
glukosa
darah
sewaktu
adalah
pemeriksaan yang dilakukan seketika waktu itu, dan lakukan
kapan saja, tanpa ada puasa. Nilai normal kadar glukosa
darah sewaktu adalah 70 – 125 mg/dl.
2) Glukosa darah puasa (GDP)
Pemeriksaan
ini
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan seseorang dalam mengatur kadar glukosa
darah supaya dapat terkontrol secara baik. Sebelum
dilakukan pemeriksaan pasien disarankan agar puasa lebih
dahulu puasa selama 8–10 jam. Nilai normal glukosa darah
puasa adalah 60–110 mg/dl.
3) Glukosa darah dua jam post prandial (G2JPP)
Pemeriksaan ini merupakan tes penyaring untuk
mengetahui kemampuan seseorang dalam menghilangkan
beban glukosa yang ada dalam tubuh. Setelah melakukan
puasa selama 8–10 jam kemudian pasien diminta untuk
puasa kembal selama dua jam. Nilai normal kadar glukosa
G2JPP adalah 100–140 mg/dl.
4) Test toleransi glukosa oral ( TTGO)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk tes jika kadar glukosa
dua jam post prandial tidak normal (abnormal). Test ini
bertujuan memberikan keterangan yang lebih lengkap
mengenai adanya ganguan metabolisme karbohidrat. Pada
test toleransi glukosa oral, kadar glukosa darah puasa diukur,
nilai normal TTGO >140 mg/dl (Tandra, 2008).
15
d. Faktor yang Mempengaruhi Glukosa Darah
1) Makanan
Makanan yang berbeda juga menimbulkan efek
kenaikan glukosa darah yang berbeda-beda. Makanan terdiri
dari Karbohidrat, Protein dan Lemak. Ketiganya menaikan
glukosa, tetapi karbohidratlah yang paling kuat meningkatkan
glukosa.
2) Hati
Makanan ditimbun di hati dalam bentuk glikogen. Bila
glukosa darah turun, hati mencegah glikogen menjadi glukosa
(proses glikogenolisis) dan dilepaskan kedalam aliran darah.
Hati juga dapat membentuk glukosa dari bahan selain
karbohidrat, seperti protein atau lemak yang disebut sebagai
gluconeogenesis. Proses penyimpanan dan pengeluaran
glukosa oleh hati yang berjalan terus menerus ini akan
mengatur glukosa darah supaya stabil.
3) Olahraga dan Aktifitas
Semua gerak badan dan olahraga mengurangi
resistensi insulin sehingga kerja insulin lebih baik dan
mempercepat pengangkutan glukosa masuk kedalam sel
untuk kebutuhan energy. Makin banyak olahraga, makin
cepat dan makin banyak glukosa yang dipakai.
4) Obat
Glukosa darah tergantung juga pada insulin yang
disuntikan atau obat diabetes yang diminum. Berapa lama
memakai obat dan berapa dosisnya menentukan berapa
banyak glukosa darah yang turun.
5) Penyakit
Penyakit lain, seperti flu, infeksi virus, dan infeksi
bakteri, merupakan stress fisik yang dapat mengeluarkan
hormon tertentu yang dapat menaikan glukosa darah. Trauma
16
atau penyakit berat seperti Stroke atau serangan jantung juga
dapat meningkatkan glukosa.
6) Alkohol
Alkohol penghambat hati melepaskan glukosa ke
darah sehingga kadar glukosa darah dapat turun. Bila
mengkonsumsi obat diabetes atau suntik insulin, hipoglikemia
dapat timbul bila seseorang peminum alkohol (Hans Tandra,
2008).
3. Glukosa Urin
a. Definisi Glukosa Urin
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa urin termasuk
pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Cara yang tidak
spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi; pada
tes semacam itu terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah
sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa (Gandasoebrata,
2007).
Pengukuran kadar glukosa urin menggambarkan kadar
glukosa darah secara tidak langsung dengan nilai normal
180mg/dl. Pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan kadar
glukosa darah sehingga tidak dapat membedakan normoglikemia
atau hipoglikemia. Pemeriksaan berikut dapat dipakai untuk
memantau glukosuria penderita diabetes Melitus, dengan uji
reduksi urin seperti pemeriksaan benedict dan uji enzimatik
berupa pemeriksaan carik celup (Soewondo, 2006).
b. Jenis Pemeriksaan Glukosa Urin
1) Cara Benedict
Membaca
ditambahkan
hasil
reagen
reduksi
Benedict
urin,
yang
sesuai
sebelumnya
prosedur
untuk
menentukan kadar glukosa dalam urin secara semi kuantitatif,
17
berupa negative (-) warnanya tetap biru jernih atau sedikit
kehijau-hujauan dan agak keruh, positif (1+) warnanya hijau
kekuning-kuningan dan keruh, positif (2+) warnanya kuning
keruh, positif (3+) warnanya jingga atau warna lumpur keruh,
positif (4+) warnanya merah keruh.
2) Cara carik-celup
Carik-celup berupa strip yang dilekati kertas berisi dua
macam enzim, yakni glukosa oxidasa dan peroxidasa serta
semacam zat o-tolidine yang berubah warna jika teroksidasi.
Jika ditemukan glukosa maka enzim tersebut menghasilkan
asam glukonat dan hidrogen peroksida, karena pengaruh
peroxidasa hydrogen peroxida yang menghasilkan oksigen
untuk otolidine sehingga berubah warna menjadi biru. Lebih
banyak glukosa lebih tua warna yang terjadi, sehingga dapat
dilakukan penilaian semi kuantitatif (Gandasoebrata, 2007).
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pemeriksaan Reduksi
Urin
1) Pengaruh obat-obatan
2) Terdapat vitamin C
3) Zat bukan gula yang mungkin mengadakan reduksi seperti
formalin
4) Trauma atau stress, dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa
5) Merokok, dapat meningkatan kadar glukosa
6) Aktifitas yang
berat sebelum
uji laboratorium,
menurunkan kadar glukosa (Gandasoebrata, 2007).
dapat
18
4. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah
melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit
yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang
terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin, akibatnya glukosa
tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding
sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan
konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan
poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan
pandangan yang kabur (Nabyl, 2009).
Hiperglikemia dapat dipengaruhi oleh obat-obatan yang
dapat menaikan kadar glukosa antara lain adalah hormon steroid,
beberapa obat anti hipertensi, dan obat untuk menurunkan
kolesterol.
Tabel 2.1 obat yang dapat menaikan Glukosa darah
No
1
Golongan Obat
Hormo Steroid
Contoh
Prednison
Dexamethasone
2
Hormon Steroid Seks
Testosterone
Progesteron
Pil KB
3
Diuretik dosis tinggi
Hydrochlorothiazide (HCT)
Furosemide (Lasix)
4
Beta Blockers
Propranolol (Inderal)
Atenolol (Tenormin)
Metoprolol (Lopressor)
5
Penurun Kolesterol
Niacin
6
Obat Tuberkulosa
Isoniacid (INH)
7
Obat Anti HIV
Pentamidine, Protease Inhibitors
19
No
Golongan Obat
Contoh
8
Imunosupresif
Cyclosporin
9
Hormon Tiroid
Levothyroxine
10
Hormon Lain
Megestrol (Megace)
Octreotide (Sandostatin)
11
Obat Jantung
Dopexamine
12
Obat Asma
Salbutamol
Terbutaline
Ritodrine
13
Penenang
Clozapine
5. Ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang
sangat banyak (sangat vaskuler) dan bertugas menyaring atau
membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit
atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat
sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal
menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari (Guyton, 2007).
a. Fungsi Ginjal
Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari
protein ureum, kreatinin dan amoniak, mengaktifkan vitamin D
untuk memelihara kesehatan tulang, produksi hormon yang
mengontrol tekanan darah, produksi hormon erythropoietin yang
membantu pembuatan sel darah merah (Guyton, 2007).
Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan
pembentukan sekelompok senyawa yang mempunyai makna
20
endokrin yang penting. Sekitar 20% insulin yang dibentuk oleh
pankreas didegradasi oleh sel-sel tubulus ginjal sehingga
penderita DM yang menderita gangguan ginjal membutuhkan
insulin yang jumlahnya lebih sedikit (Price, 2005).
b. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Fungsi Ginjal
Kadar glukosa dalam keadaan normal difiltrasi oleh
glomerulus ginjal dan semua glukosa yang difiltrasi akan
direabsorbsi di tubulus proksimal ginjal tidak mengontrol kadar
glukosa darah karena ginjal hanya berfungsi sebagai memfiltrasi
dan
mereabsorbsi,
sedangkan
pankreas
melalui
insulin
mengontrol glukosa darah. Hilangnya fungsi ginjal pada
penderita gagal ginjal berarti proses filtrasi dan reabsorbsi
pankreas melalui insulin dalam mengontrol glukosa darah juga
terganggu.
Kadar glukosa darah apabila naik pada kadar yang relatif
tinggi, maka glukosa terus difiltrasi oleh glomerulus tetapi
biasanya kembali ke darah oleh sistem reabsorbsi tubuli ginjal.
Reabsorbsi glukosa berhubungan dengan fosforilasi oksidatif
dan penyediaan ATP (Adenosin trifosfat). Kapasitas sistem
tubuler untuk mereabsorbsi glukosa terbatas sampai kecepatan
350 mg/menit. Apabila kadar glukosa darah naik, filtrat
glomerulus dapat mengandung lebih banyak glukosa dari pada
yang dapat direabsorbsi. Kelebihan glukosa akan keluar
bersama urin untuk menghasilkan glukosuria. Pada orang
normal glikosuria terjadi apabila glukosa darah melebihi 170-180
mg/dl yang disebut sebagai ambang ginjal untuk glukosa.
Glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus dan
membawa natrium, bersamaan dengan efek insulin yang
merangsang
reabsorbsi
tubuler
natrium
yang
akan
menyebabkan volume ekstrasel meningkat sehingga terjadi
hiperfiltrasi (Rindiastuti, 2008).
21
c. Gangguan Fungsi Ginjal
Gangguan
atau
kerusakan
pada
fungsi
ginjal
menimbulkan masalah kesehatan pada tubuh karena akan
terjadi penumpukan sisa-sisa metabolisme tubuh. Gangguan
pada fungsi ginjal tidak menunjukkan gejala berarti. Penderita
baru merasakan ada kelainan pada dirinya, jika fungsi ginjal
menurun menjadi 25%, bahkan 10% pada penderita muda.
Penumpukan sisa metabolisme yang merupakan racun tubuh
akibat penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan racun
diserap dan menyebar kembali ke seluruh tubuh. Hal ini
mengakibatkan berbagai gangguan tubuh dan gangguan
pengontrolan tekanan darah.
d. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan untuk
mengetahui fungsi ginjal meliputi : gangguan fungsi glomerulus (
penetapan kadar ureum dan kreatinin dalam darah ), gangguan
fungsi tubulus ( diukur berat jenis urine dan kadar natrium dalam
urine), gangguan fungsi glomerulus maupun tubulus (diukur
volume urine).
6. Penyimpanan Urin
Penyimpanan dan Pengawetan Urin sama – sama memiliki
tujuan penting untuk menjaga integritas urin dan mencegah
pertumbuhan mikroba pada urin tersebut. Pencegahan tersebut
dilakukan dengan menyimpan langsung spesimen urin yang baru
dikumpulkan kedalam refrigrator, dan jika dibutuhkan tambahkan
bahan – bahan kimia untuk pengawetannya. Dalam penyimpanan
urin, sebaiknya urin disimpan pada suhu 4°C dalam refrigrator dan
urin tersebut dimasukkan terlebih dahulu kedalam botol tertutup
untuk memperkecil perubahan susunan urin oleh kuman – kuman.
22
Idealnya spesimen tersebut harus dikirim ke laboratorium dan
dianalisis dalam waktu 1 jam setelah pengumpulan.
Bahan yang digunakan sebagai pengawet :
a. Sodium Florida : Digunakan untuk tes glukosa , menghambat
pertumbuhan bakteri dan mencegah glikolisis sel.
b. Formalin : Mengawetkan elemen – elemen dalam urine.
c. HCL : Mengawetkan kalsium untuk tes phosporus.
d. Boric Acid : Mengawetkan elemen urin seperti estriol dan
esterogen selama lebih dari 7 hari . Mengawetkan Kreatinin,
Asam urat, Glukosa. Mempertahankan pH dan mengawetkan
protein.
e. Sodium Carbonate : Mengawetkan Porphyrin, urobilin.
f. Toluena : Menghambat perombakan urin oleh kuman dan baik
dipakai untuk mengawetkan glukosa.
g. Thymol : Mempunyai daya awet seperti Toluena.
h. Natrium Carbonate : Mengawetkan Urobiinogen jika hendak
menentukan ekskresinya per 24 jam.
i.
Asam Sulfat Pekat : Mengawetkan Urin untuk penetapan
kuantitatif kalsium, nitrogen, dan zat organik lain.
j.
Formaldehyde, mercury, benzoate : Meningkatkan berat jenis
urin (Ganong, 2008).
23
B. Kerangka Konsep
Penelitian ini dapat dikembangkan dan disajikan dalam
bentuk kerangka konsep yang menjelaskan tentang gambaran
reduksi urin positif terhadap kadar glukosa darah pada penderita
diabetes melitus yaitu sebagai berikut :
Pasien Diabetes Melitus dengan
Glukosa Darah diketahui
Pemeriksaan Glukosa
Urin
Metode Carik Celup
Metode Benedict
Faktor yang
-
+
mempengaruhi hasil
Benedict
Keterangan :
= Yang diteliti
1. Obat-obatan
2. Zat yang bukan
gula dalam urin
3. Lama Penyimpanan
4. Waktu tunda urin
5. Vitamin C
6. Keadaan Ginjal
= Yang tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. dkk. (2012) Dasar-dasar metode statistika untuk
penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Qur’an. (2010) Al Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV Penerbit
Dipenogoro.
Bintang, Maria. 2010. Biokimia – Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Ketiga. Jakarta :
EGC.
Departemen Kesehatan Republlik Indonesia. 2008. Pedoman Praktek
Laboratorium
yang
Benar.
Jakarta
:
Departemen
Repubik
Kesehatan Indonesia.
Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian
Rakyat.
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta :
EGC.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Herlini (2012) Diabetes Mellitus Indonesia Diduduki Peringkat ke-4 Dunia.
Tersedia dalam http://health .liputan6.com/read/68590/diabetesmelitus-indonesia-duduki-peringkat-ke-4-dunia
Desember 2015].
39
[Diakses
15
40
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &
Diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Maulana, M. 2008. Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis
Menangani Penyakit kencing Manis. Jogjakarta : Katahati.
Nabyl. (2009) Mengenal Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Price A S, Wilson M N, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit. Edisi 6. Alih Bahasa : Huriawati Hartanto. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Rindiastuti, Y., 2008. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal
Kronik, Fakultas Kedokteran UNS.
Sacher, Ronald A & Mc Pherson, Richard A. (2004) Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta : EGC.
Soewondo, P. 2006.Ketoasidosis Diabetik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indnesia.
Subekti, Imam. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta
: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ketiga.
Jakarta : EGC.
41
Tandra, H. 2008. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes
dengan Cepat dan Mudah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Download