Volume II / 2016 Sapa Manajemen Volume II / 2016 Semangat Melayani Impian PENANGGUNG JAWAB Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhD Dr. Florence M. Manurung, SpM(K) Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM kami untuk menyediakan pelayanan kesehatan mata yang memenuhi standard terbaik nasional dan internasional dengan adanya sertifikasi “Gold Seal” dari Joint Commission International (JCI) dan “Paripurna” dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Pencapaian ini kemudian menimbulkan pertanyaan lain bagi kami sendiri, EDITOR Mubadiyah, S.Psi, MM Deny Wahyuni Wandi P. Sumanullang, MBA FOTOGRAFER Endang Supriyadi Irham Sinaga bisakah pelayanan JEC diakses oleh semua orang? Menyajikan segala yang terbaik di bidang kedokteran mata tidak dapat dilepaskan dari adopsi teknologi, selain tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia yang memenuhi standar kualitas JEC. Implikasi dari penerapan teknologi mumpuni menimbulkan konsekuensi yang tak terhindarkan, yaitu biaya pelayanan yang tidak murah. Meskipun begitu, kami tetap bersemangat mem- COPYWRITING Anggreini & Co. ALAMAT REDAKSI JEC@Kedoya Jl. Terusan Arjuna No. 1 Kedoya, Jakarta Barat Telp : (021) 2922 1000 Fax : (021) 2569 6060 email : [email protected] buka pintu kami bagi siapa saja yang memerlukan layanan kesehatan mata. Penuh syukur, kami dapat menjalankan program Bakti Katarak secara berkesinambungan dan menjalin kerjasama antara Klinik Mata Utama JEC@Cibubur dengan BPJS Kesehatan. Lewat kedua upaya tersebut, kami berharap dapat menjaga agar JEC tetap menjadi pusat pelayanan yang dekat di hati masyarakat, sebab kesehatan mata adalah hak semua orang. Salam sehat, www.jec.co.id RS Mata JEC Konten 2 Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur Sambut Pasien BPJS 4 Singkirkan Myopia ReLEx® SMILE Tanpa Flap Kornea 6 Sakit Kepala? 8 Alergi Imunologi Waspadai Glaukoma Sudut Tertutup Akut dan Mata Anak Minus & Silindris dengan 10 Koreksi Orthokeratology 12 Pola Hidup Sehat Cegah 16 Low Vision 18 Eyes On: “Kick-Off 910” Bakti Katarak JEC Join Gratis Klub Senam Sehat JEC Retinopati Diabetika Berdamai dengan Penglihatan Buruk Corporate News Klinik Mata Utama 2 Masyarakat kini memiliki kesempatan lebih luas untuk mengakses berbagai pusat pelayanan kesehatan sejak kehadiran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah ini bukan hanya bermanfaat di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah, melainkan juga di klinik dan rumah sakit swasta, termasuk Klinik Mata Utama JEC @ Cibubur yang telah melayani pasien peserta BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Agustus 2016. K Peserta BPJS Kesehatan cukup membawa surat rujukan dokter dari layanan primer yang menyatakan bahwa peserta BPJS memerlukan pemeriksaan mata dan penatalaksanaan lebih lanjut di JEC@Cibubur. Mengingat banyaknya jumlah peserta asuransi milik pemerintah tersebut, peserta BPJS Kesehatan diharapkan mengikuti seluruh proses yang berlaku. JEC@Cibubur berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan mata yang memadai sesuai dengan ketentuan penyelenggara BPJS Kesehatan. Berdiri di atas lahan seluas 1.030 meter persegi, dengan total luas bangunan 1.300 meter linik Mata Utama JEC@Cibubur yang ber- persegi, bangunan 4 lantai JEC@Cibubur mampu lokasi di kawasan timur Jakarta merupakan menampung 100-150 pasien setiap harinya dan salah satu wujud nyata komitmen JEC dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat memiliki fasilitas bedah tanpa rawat inap. Pengelolaan manajemen dan operasional Klinik Mata melalui pelayananan kesehatan mata terdepan. Utama JEC@Cibubur berada di bawah PT. JEC Mudah dicapai dari Bekasi, Depok, bahkan Bogor, klinik memiliki pelayanan mata terintegrasi. Medika Indonesia, yaitu anak perusahaan JEC Korporat Berfokus memberikan pelayanan ber- (PT. Nitrasanata Dharma, perusahaan yang memayungi RS Mata pengalaman, andal dan terampil didukung teknologi medis terkini, JEC@Cibubur semakin terjangkau pasca penandatangan kerjasama JEC). dengan BPJS Kesehatan untuk tindakan yang JEC@Cibubur tidak memerlukan bius umum. “Secara prinsip, kami ingin melayani dilengkapi dengan peralatan diagnostik dan terapeutik masyarakat seluas-luasnya. Ketika pemerintah modern yang antara lain terdiri dari Optical meluncurkan BPJS Kesehatan, banyak yang bertanya kapan program tersebut berlaku di JEC. Kerjasama antara BPJS dan Klinik Mata Coherence Utama JEC@Cibubur kiranya dapat menjawab harapan masyarakat,” jelas Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM yang mengepalai klinik. Prosedur BPJS menetapkan alur pelayanan Tomography (OCT), foto fundus digital, USG mata, perimetri Humphrey, pachymetry, biometri, IOL Master, retinometri, tonometri non-kontak, laser kapsulotomi, serta laser fotokoagulasi. Klinik dengan pola rujukan berjenjang mulai dari sistem layanan primer hingga tersier. Layanan primer terdiri mampu menangani keluhan katarak dan mengatasi permasalahan kesehatan mata lainnya seperti atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik glaukoma dan retina. Layanan yang tidak tersedia di pratama (klinik swasta). Guna menghindari penumpukan di rumah sakit, peserta harus berobat dari klinik hanyalah bedah LASIK dan penanganan yang memerlukan rawat inap. sistem layanan primer terlebih dulu. Peserta bisa langsung mendapatkan penanganan di rumah sakit JEC@Cibubur siap menyambut pasien, peserta BPJS Kesehatan, peserta asuransi lainnya dan juga pasien mandiri. Mari luangkan waktu satu hari untuk menjalani pemeriksaan mata berkala. bila ada keadaan darurat seperti kecelakaan atau penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer. 3 Cataract & Refractive Surgery Service ReLEx® SMILE Singkirkan Myopia Tanpa Flap Kornea Alam menyediakan begitu banyak hal untuk dinikmati, termasuk jutaan pemandangan indah yang terbentang di hadapan kita maupun yang harus dicari hingga ke pelosok terpencil. Alangkah menyenangkannya bila semua itu dapat terlihat tanpa bantuan kacamata dan lensa kontak. ReLEx® SMILE telah hadir di RS Mata JEC untuk memberikan kebebasan bagi mata Anda. Begitu nyaman, aman, dan lebih stabil karena tidak perlu membuka lapisan terluar kornea. 4 R eLEx® SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) merupakan inovasi terkini dari teknologi koreksi penglihatan dengan laser. Sebelum prosedur ini lahir, kita telah mengenal tindakan dengan Photo Refractive Keratectomy (PRK) dan Laser in Situ Keratomileusis (LASIK). Prosedur SMILE hadir menyempurnakan keistimewaan dari tindakan LASIK dan PRK. Pada LASIK, dokter harus membuat flap kornea, yaitu membuka lapisan luar kornea tanpa putus sehingga tercipta semacam pintu. Flap dibuat dengan pisau bedah mata maupun dengan laser femtosecond. Setelah flap terbuka, dokter operator dapat membentuk bagian dalam kornea dengan menggunakan laser excimer, kemudian mengembalikan posisi flap hingga kornea kembali tertutup rapi seperti semula. Prosedur SMILE tergolong minim invasi. Dokter tidak perlu membuat flap sehingga tidak ada risiko yang terkadang muncul menyertainya. Tanpa flap, lapisan atas kornea dan bagian saraf pada kornea sebagian besar tetap utuh sehingga memperkecil risiko terjadinya sindroma mata kering. Tindakan ablasi untuk pembentukan kornea tidak diperlukan pada SMILE. Keseluruhan prosedur hanya berlangsung dengan satu kali laser femtosecond. Dokter operator membuat lentikular pada kornea dan mengekstraknya melalui sayatan yang sangat kecil, sekitar 4 milimeter saja. Sayatan sekecil ini menurunkan risiko terjadinya infeksi dan pertumbuhan epitel sekaligus membuat kualitas kesembuhan kornea pasca bedah semakin baik. Tidak semua orang dapat menjadi kandidat ReLEx® SMILE. Prosedur ini mampu mengoreksi ukuran minus atau hasil kombinasi antara minus dengan silinder mulai dari S-3.00 diopter hingga S-10.00 diopter. Bagi pasien dengan ukuran mata di luar kisaran tersebut, dokter akan menyarankan prosedur LASIK. ReLEx® SMILE tentu saja bisa menjadi alternatif bagi Anda yang ingin melihat dengan benderang tanpa memerlukan kacamata atau lensa kontak lagi. Tindakan ReLEx® SMILE sangat tepat untuk individu yang memiliki mobilitas tinggi, aktif, dinamis dan berkecimpung di dunia contact sports dan extreme sports seperti tinju, taekwondo, terjun payung, selam, selancar, dan lain sebagainya. Tahapan SMILE: 1. VisuMax® femtosecond Laser bekerja menembus masuk ke lapisan Stroma kornea untuk membuat jaringan tipis atau lentikular. Ketebalan lentikular dibuat sesuai dengan ukuran kelainan refraksi yang dimiliki pasien. Kemudian laser membuat sayatan kecil untuk menarik lentikular keluar 2. Dokter mengangkat lentikular tersebut melalui sayatan kecil yang telah dibuat sebelumnya. Sayatan hanya berukuran 2-4mm. 3. Terangkatnya lentikular menyebabkan perubahan bentuk kornea yang baru sehingga dapat memperbaiki kelainan refraksi pasien. Sayatan kecil tadi akan melekat dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan. Di berbagai negara maju, prosedur ini disambut gembira oleh para ahli bedah refraksi karena memberikan hasil baik pada mata pasien dengan cara yang lebih aman. ReLEx® SMILE menjawab harapan pasien yang menginginkan kualitas penglihatan lebih baik dengan tingkat keamanan prosedur lebih tinggi. Untuk mendapatkan manfaat dari prosedur ReLEx® SMILE, Anda dapat berkonsultasi terlebih dulu kepada ahli bedah refraktif JEC. Sangat disarankan untuk membuat janji temu melalui Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat diunduh melalui Android Apps Store atau Apple Apps Store. Cataract & Refractive Surgery Service Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K) Dr. Darwan M. Purba, SpM(K) Dr. Hadisudjono Sastrosatomo, SpM(K) Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM, PhD(K) Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K) Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K) Dr. Ucok Parlindungan, SpM(K) Dr. Sharita R. Siregar, SpM 5 Glaucoma Service SAKIT KEPALA? WASPADAI GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT Masyarakat seringkali merespon rasa sakit kepala dengan cara mengonsumsi pereda nyeri. Padahal, sakit kepala merupakan tanda adanya gangguan kesehatan lain yang bisa berupa apa saja, termasuk glaukoma tipe sudut tertutup akut. Dengan mengenali ragam gejala galukoma tipe sudut tertutup, penderita akan segera mencari pertolongan dokter mata sehingga dapat terhindar dari kerusakan pengliatan yang luas. K eberadaan glaukoma seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Ketika tekanan bola mata atau tekanan intraokuler (TIO) naik sedikit demi sedikit, tubuh manusia yang memiliki kemampuan beradaptasi secara luar biasa otomatis menyesuaikan diri sehingga penderita tidak merasakan gangguan pada bagian mata. Peningkatan TIO secara terus-menerus menekan saraf-saraf mata hingga terjadi kerusakan penglihatan sedikit demi sedikit yang biasanya dimulai dari bagian tepi (penglihatan perifer). Ketika kerusakan mulai mengenai sekitar penglihatan sentral yang banyak digunakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti membaca, menonton, berjalan, dan menyetir kendaraan, barulah merasa 6 terganggu. Saat itu, kerusakan terlanjur meluas. Hal ini umumnya terjadi pada pasien yang mengalami glaukoma tipe primer sudut terbuka dan primer sudut tertutup kronik. Ketika Glaukoma Bergejala Ketiadaan gejala tidak berlaku pada tipe glaukoma sudut tertutup akut. Tipe yang satu ini memberikan tanda khas sehingga bila segera tertangani akan mencegah kerusakan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup akut terjadi seketika karena peningkatan cairan dengan cepat dan drastis di dalam mata yang mengakibatkan TIO melonjak secara tiba-tiba. Pasien dapat merasakan beberapa gejala klinis, mulai dari sakit kepala, nyeri pada mata, ketajaman penglihatan menurun (mendadak buram), seolah melihat pelangi atau lingkaran berwarna-warni, hingga mual yang dapat disertai muntah. Ahli glaukoma RS Mata JEC Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM mengatakan, “Serangan glaukoma akut merupakan kegawatdaruratan mata yang harus segera ditangani. Ketika seseorang tiba-tiba mengalami gejala serangan akut seperti mata merah dan buram disertai nyeri kepala yang sangat mengganggu, ia harus segera memeriksakan mata ke dokter mata. Apabila ditangani dengan cepat dan tepat, pengelihatan masih bisa pulih kembali. Namun apabila telat diterapi, tekanan bola mata yang tinggi akan menimbulkan kerusakan saraf yang permanen dan tidak bisa lagi dipulihkan.” Kasus glaukoma sudut tertutup akut banyak dijumpai di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Ras Asia cenderung memiliki sudut bilik depan yang sempit sehingga berisiko lebih tinggi untuk mengalami serangan akut glaukoma dibandingkan dengan ras Kaukasia. Penatalaksanaan Penderita glaukoma, termasuk tipe sudut tertutup akut, harus mendapatkan penanganan sedini mungkin untuk mengurangi risiko kerusakan yang penglihatan yang parah. Glaukoma adalah penyakit yang tidak dapat pulih, kerusakan yang telah terjadi tidak bisa diperbaiki. Akan tetapi, dengan penanganan sedini mungkin, dokter mata ahli glaukoma dapat mencegah atau memperlambat kerusakan yang luas pada penglihatan dengan tatalaksana glaukoma yang meliputi obat-obatan, terapi laser, dan tindakan operasi jika diperlukan. Pada pasien glaukoma sudut tertutup akut, dokter akan berusaha menurunkan tekanan bola mata dengan menggunakan obat-obatan anti glaukoma dan laser. Tindakan laser bertujuan untuk membuat saluran di dalam bola mata agar cairan bola mata bisa mengalir lancar kembali dan TIO pun menjadi turun. Apabila TIO tetap tinggi walaupun sudah mendapatkan terapi obat dan tindakan laser, dokter dapat itu, dokter akan menyarankan tindakan laser pada mata sebelahnya karena mata sebelah memiliki risiko yang sama untuk terkena serangan akut. Sehingga disarankan untuk melakukan laser preventif agar mata sebelahnya tidak mengalami hal yang serupa. Deteksi Dini Secara Komprehensif Sebaik-baiknya penatalaksanaan penyakit glaukoma, tentu akan lebih baik melakukan pencegahan terjadinya serangan. Cara terbaik untuk mengetahui ada atau tidaknya risiko glaukoma hanyalah dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan berkala. Rangkaian pemeriksaan diawali dengan memeriksa ketajaman penglihatan dan pemeriksaan TIO. Selanjutnya, dilakukan pengukuran TIO dengan alat tonometri nonkontak atau tonometri aplanasi Goldman. Pemeriksaan dengan gonioskopi diperlukan untuk menilai sudut bilik mata depan guna menentukan jenis glaukoma. Pemeriksaan lainnya mencakup pemeriksaan evaluasi struktur saraf mata menggunakan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT), pemeriksaan lapangan pandang mata dengan alat Humphrey dan juga pemeriksaan ketebalan kornea mata. Pemeriksaan glaukoma secara komprehensif dengan teknologi modern dapat dilakukan di JEC@Menteng, JEC@Kedoya, dan JEC@Cibubur. Pendaftaran dapat dilakukan melalui Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App. Glaucoma Service DR. Dr. Ikke Sumantri, SpM(K) Dr. Abdul Manan Ginting, SpM(K) Dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) Dr. Donny V. Istiantoro, SpM(K) Dr. Zeiras Eka Djamal, SpM Dr. Emma Rusmayani, SpM Dr. Rini Sulastiwati, SpM Dr. M. Yoserizal, SpM menyarankan pasien untuk menjalani operasi. Selain 7 Children Eye & Squint Clinic ALERGI IMUNOLOGI DAN MATA ANAK Salah kaprah tentang alergi imunologi membuat masyarakat sering menganggap remeh penyakit ini. Kebanyakan penderitanya abai dengan tanda-tanda awal, seperti gatal pada kulit yang sulit sembuh walaupun diobati, mudah batuk pilek, atau peka terhadap debu, makanan tertentu, dan perubahan cuaca. Tanpa penanganan yang tepat, masalah alergi imunologi dapat menggerogoti kesehatan penderitanya dengan mengganggu berbagai organ, termasuk mata. Alergi imunologi yang gejalanya seolah akrab dalam keseharian si penderita diam-diam sanggup merampas penglihatan penderitanya seperti musuh dalam selimut. 8 I stilah “alergi” digunakan untuk pertama kalinya oleh Clemens von Pirquet pada tahun 1906. Alergi adalah kumpulan gejala akibat reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa pencetus. Ada banyak ragam penyakit dalam alergi dan imunologi. Untuk bidang alergi, contohnya dapat berupa asma bronkial, rinitis alergi, dan urtikaria kronik (antara lain dermatitis atopi yang sering disebut sebagai eksim), dan alergi obat. Pada bidang imunologi, terdapat penyakit autoimun, seperti Lupus Eritematosis Sistemik dan Multiple Sclerosis, serta penyakit penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV yang disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Komplikasi alergi dapat mengganggu sejumlah organ tubuh dan berpengaruh negatif terhadap tumbuh kembang anak. Indikator paling tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui riwayat keluarga karena alergi bersifat genetik. Jika salah satu dari kedua orangtua kandung menderita alergi, maka risiko diturunkan pada anak sekitar 25-30 persen. Namun bila kedua orangtua alergi (atau berbakat alergi karena kakek-nenek ada yang menderita alergi), maka risiko alergi menurun ke anak pun meningkat menjadi 60-70 persen. Pendapat lain menyebutkan bahwa bakat alergi diturunkan 100 persen, hanya saja pencetusnya dan dampak alergi belum tentu sama. Pada orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi, bayi tetap memiliki risiko alergi sekitar 5-15 persen. Sejumlah peneliti di Indonesia memprediksi peningkatan kasus alergi mencapai 30 persen per tahun. Alergi memiliki prevalensi tertinggi pada bayi dan anak. Kejadian alergi pada anak diperkirakan antara 5-11 persen (Chandra, 2011). Penderita alergi berat berisiko mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa, dikenal dengan istilah anafilaksis. Reaksinya mulai dari pingsan karena kesulitan bernafas hingga nyawa melayang. Penderita bisa diselamatkan apabila segera mendapatkan penanganan ketika muncul gejala awal anafilaksis. Dampak Pada Mata Anak Serangan alergi yang mencapai mata seringkali ditemukan pada anak-anak karena imunitas mereka cenderung lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Ketua Children Eye and Squint Clinic (CESC) JEC Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K, MMEdu mengemukakan, keadaan penyakit mata akibat alergi bervariasi mulai dari konjungtivitis derajat ringan hingga derajat berat seperti keratokonjungtivitis atopik yang dapat menyebabkan kebutaan. Konjungtivitis sering ditandai dengan mata kemerahan, terasa gatal, dan kadang disertai sedikit rasa panas. Gangguan ini bisa terjadi karena beragam pencetus, terutama debu, tungau, makanan, dan serpihan yang berasal dari hewan peliharaan yang kurang bersih (kulit, bulu, atau kotoran). Pada dasarnya, masalah kesehatan mata yang dapat timbul karena alergi dapat diatasi dengan menghindari pencetus dan menjaga kebersihan. Akan tetapi pasien dan dokter mata menghadapi problem yang lebih serius jika pasien mengalami gangguan imunologi. Dari Gatal Sampai Glaukoma Dalam suatu kasus yang cukup langka, JEC menemukan alergi yang semula menimbulkan mata merah kemudian berkembang semakin berat pada pasien anak. Awalnya pasien anak datang dengan keluhan mata merah. Setelah masalah teratasi, beberapa bulan kemudian pada mata anak tersbut ditemukan katarak. Setelah katarak dihilangkan, pasien mengalami glaukoma. Di usia yang begitu muda, pasien anak ini harus mengalami pembedahan berkali-kali dan juga menjalani pengobatan. “Pasien seperti ini membutuhkan penanganan bersama oleh beberapa dokter subspesialis sekaligus. Kami juga merujuk pasien ke dokter ahli alergi imunologi untuk menangani sumber utama gangguan kesehatannya. Apabila masalah alergi imunologi tidak tertangani dengan baik, besar kemungkinan pasien anak ini mengalami masalah pada mata terus-menerus, dan mungkin juga merembet ke organ lainnya,” tutur Dr. Florence M. Manurung, SpM(K). Orang tua perlu mengamati bila ada riwayat alergi di dalam keluarga, termasuk keluarga besar yang masih bertalian darah. Buat catatan khusus mengenai jenis alergi yang dialami keluarga, gejala yang terlihat pada anak dan beserta pencetusnya. Kecermatan orang tua dapat menjadi kunci untuk menyelamatkan mata anak. Children Eye & Squint Clinic Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMEdu Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K) Dr. Florence M. Manurung, SpM(K) Dr. Devina Nur Anissa, SpM, 9 Contact Lens Service Koreksi Minus & Silindris dengan Orthokeratology Ingin bedah koreksi refraksi, tapi kondisi mata tidak memungkinkan? Tidak perlu galau, karena Anda dapat memilih orthokeratology (Ortho-K), terapi dengan lensa kontak yang mampu membentuk kontur kornea dan menahan laju peningkatan ukuran minus. Dengan segala keunggulannya, Ortho-K bisa untuk segala usia, lho! T erapi kornea dengan menggunakan lensa kontak rigid gas permeable (RGP) dikenal dengan istilah orthokeratology (Ortho-K). Di negara lain, Ortho K juga dikenal sebagai corneal reshaping (CR), corneal refractive therapy, atau vision shaping. Sesuai namanya, lensa Ortho-K memiliki tekstur yang lebih keras. Terbuat dari material plastik lensa ini memiliki kekuatan lebih baik daripada soft lens yang cenderung mudah robek. Lensa Ortho-K dapat mempertahankan bentuknya ketika kelopak mata berkedip sehingga cenderung memberikan penglihatan yang lebih tajam dibandingkan soft lens yang lunak dan lentur. Meskipun bermaterialkan plastik yang kaku, lensa RGP dirancang sedemikian rupa agar dapat mentransmisikan oksigen ke kornea. Hal tersebut sangat penting mengingat kornea yang kekurangan oksigen akan sangat rentan mengalami mata kering maupun infeksi berat. Ketua Contact Lens Service RS Mata JEC Dr. Tri Rahayu, SpM, FIACLE mengemukakan, “Terapi Ortho-K memiliki beberapa keunggulan, yaitu tidak invasif, tidak membutuhkan tindakan bedah, serta bersifat sementara. Begitu pengguna berhenti menggunakan lensa Ortho-K, kornea akan kembali ke bentuk semula dalam beberapa hari kemudian, sehingga pengguna dapat kembali menggunakan Lensa kontak Ortho-K bekerja terbaik saat penggunanya tidur di malam hari. Ketika itu, yang rigid membentuk permukaan kornea bagian depan dengan perlahan sehingga pengguna dapat melihat dengan jelas setelah bangun tidur. Berbagai penelitian pada penggunaan Ortho-K terbukti mampu menurunkan progresivitas myopia sekaligus mengendalikan peningkatannya, terutama pada usia anak dan remaja yang memiliki bola mata belum stabil. Sampai saat ini, tidak terdapat batasan usia untuk pengguna Ortho-K. Program Ortho-K dapat menjadi pilihan bagi yang tidak dapat menggunakan soft lens karena alergi dan mengalami mata kering. Ortho-K juga tepat bagi pengguna yang aktif berolahraga dan bekerja pada lingkungan yang berdebu di luar ruang. Bagi anak-anak dan remaja yang secara usia masih terlalu muda untuk menjalani prosedur bedah refraktif laser seperti LASIK ataupun ReLEx SMILE, Ortho-K dapat menjadi alternatif yang tepat. Lensa Ortho-K dibuat secara khusus untuk setiap mata. Oleh karena itu, setiap pasien harus menjalani pengukuran kornea terlebih dulu secara akurat dengan dokter mata ahli lensa kontak. Anda dapat mengetahui bila Anda kandidat yang tepat untuk terapi Ortho-K dengan menjalani pemeriksaan awal RS Mata JEC. Pendaftaran kacamata jika ingin. Sebagai alat terapi, tentu akan lebih baik jika penggunaan lensa Ortho-K dilakukan secara teratur dan dengan supervisi dokter mata yang kompeten. dapat dilakukan melalui Call Center JEC (+62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App. 10 Contact Lens Service Dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K) 11 Retina Service Diabetic Clinic Dari sekian banyak penyebab kebutaan yang ada hingga saat ini, sebagian di antaranya dapat dihindari dengan menjalankan pola hidup sehat. Retinopati diabetika adalah salah satunya. Penyakit ini bersembunyi di balik diabetes mellitus yang terkenal sebagai penyakit gula. Kenali cara untuk mencegah diri dari risiko diabetes, dan langkah apa saja yang harus dilakukan jika sudah terlanjur terkena retinopati diabetika. 12 R etinopati diabetika merupakan bentuk kelainan mata yang paling sering terjadi akibat diabetes. Penyakit ini tergolong berbahaya karena mampu merusak sebagian penglihatan, bahkan menyebabkan penderitanya mengalami kebutaan apabila tidak mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat. Retinopati diabetika terjadi ketika perubahan pada kadar gula darah menyebabkan perubahan pada pembuluh darah retina. Dalam sejumlah kasus, pembuluh retina akan membengkak dan menimbulkan kebocoran cairan ke area belakang mata. Pada kasus-kasus lainnya juga ditemukan pertumbuhan pembuluh abnormal pada permukaan retina. Tipe Retinopati Diabetika Retinopati diabetika terdiri dari tiga tipe, yaitu background retinopathy, diabetic maculopathy, dan proliferative retinopathy. Background retinopathy adalah tahap awal kerusakan retina berupa aneurisma mikro, yaitu ketika ada pembengkakan pembuluh kapiler yang berfungsi mengantarkan nutrisi ke retina. Ketika kelainan ini muncul, pasien tidak selalu merasakan keluhan sehingga seringkali tidak berkonsultasi ke dokter. Tanda-tanda background retinopathy hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan menggunakan teknik pemotretan mata. Diabetic maculopathy adalah kerusakan yang terjadi pada makula, bagian mata yang menyediakan penglihatan tengah. Salah satu penyebabnya adalah oedema makula di mana pembuluh darah mengalami kebocoran cairan atau protein hingga mengenai makula. Jika kebocoran tersebut mengakibatkan retina mengeras dan eksudasi (deposit lemak dari darah) semakin membesar dan mendekati fovea, maka kondisi ini disebut sebagai Clinically Significant Macular Oedema (CSMO). Ketika sejumlah pembuluh darah pada retina mengalami kerusakan, tubuh secara otomatis bereaksi dengan melepaskan hormon pertumbuhan yang disebut Vascular Endothelial Cell Growth Factor (VEGF). Hormon ini menimbulkan pembentukan pembuluh-pembuluh baru pada retina yang bertujuan untuk memperbaiki asupan darah ke retina. Tumbuhnya pembuluh baru pada retina disebut proliferative retinopathy. Namun sayangnya, reaksi yang bertujuan untuk menyelamatkan retina ini malah dapat menimbulkan jaringan parut pada retina, menyebabkan retina terlepas, dan menyebabkan kebutaan. Faktor Risiko Apakah semua orang berisiko mengalami retinopati diabetika? Tidak seperti katarak dan glaukoma yang bisa terjadi pada siapa saja, retinopati diabetika hanya terjadi pada mereka yang memiliki diabetes mellitus. Dalam penelitian oleh United Kingdom Prospective Diabetic Study, ditemukan ketika seorang penderita retinopati diabetika terdiagnosa, ternyata ia sudah menderita diabetes jauh sebelum didiagnosis dengan komplikasi tersebut. Diabetes merupakan perjalanan penyakit yang cukup panjang. Ketika pasien datang pertama kalinya kepada dokter dengan keluhan yang kemudian dikenali oleh dokter sebagai gejala diabetes, maka sebenarnya pasien tersebut telah menderita diabetes sejak bertahun-tahun sebelumnya. Fungsi sel beta pasien menurun sebesar hampir 50 persen saat konsultasi pertama. “Diabetes mellitus menimbulkan komplikasi kerusakan pada semua organ yang berkaitan dengan pembuluh darah. Mata biasanya menjadi organ terakhir yang terserang. Itulah sebabnya dokter mata yang menangani pasien retinopati diabetika biasanya segera merujuk pasien untuk ditangani oleh dokter internis agar organ-organ lain segera mendapatkan pemeriksaan,” jelas Ketua Retina Service JEC Dr. Elvioza, SpM(K). Guna mengurangi faktor risiko mengalami retinopati diabetika, seseorang harus terlebih dulu menghindari diabetes. Mengatur pola makan yang baik, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok sangat berguna dalam mencegah diabetes. “Pola hidup demikian bermanfaat besar jika dilakukan secara berkesinambungan sejak usia belia. Kita tetap mengutamakan pencegahan penyakit, bukan pengobatan,” kata Dr. Elvioza. 13 Mata Normal Monitor Tiga Aspek Mata dengan Retinopati Diabetika Semua orang pada dasarnya dapat menghindari risiko retinopati diabetika, atau mencegah perburukan jika terlanjur mendapatkan penyakit tersebut. Caranya adalah dengan mengendalikan kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar kolesterol, serta memonitor ketiga aspek itu secara teratur. Kriteria yang digunakan untuk menentukan bila seseorang menyandang diabetes mellitus adalah gula darah puasa sekitar 126 mg/dl atau gula darah sewaktu sekitar 200 mg/dl. Menurut ahli penyakit dalam JEC Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci, ”Kadar gula darah bukan satusatunya syarat untuk menegakkan diagnosa diabetes mellitus. Dokter membutuhkan anamnesis mengenai gejala lain, seperti sering buang air seni di malam hari, sering haus, dan sering lapar.” Gula darah normal berada di kisaran 110 mg/dl. Jika gula darah puasa berada di antara 111-126 mg/dl, maka pasien sudah berada dalam kelompok pra-diabetes. Secara klinis, pasien mungkin belum menunjukkan gejala diabetes, namun sudah dapat masuk dalam kelompok orang berisiko tinggi untuk menjadi penyandang diabetes sesungguhnya. Association menganjurkan penderita diabetes mellitus untuk memeriksa tujuh kali gula darah dalam satu hari untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, yaitu pra-pagi, pasca-pagi, pra-siang, pasca-siang, pra-malam, pasca-malam, dan menjelang tidur. Di Indonesia, karena berbagai alasan, pasien hanya dianjurkan memeriksa gula darah puasa dan dua jam setelah makan. Tekanan darah juga merupakan hal yang perlu mendapat perhatian. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter atau secara mandiri di rumah. Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkuri (mmHg). Orang dengan diabetes disarankan memiliki tekanan darah tidak lebih daripada 140/80mmHg. Jika terdapat komplikasi diabetes, termasuk retinopati diabetika, tekanan darah harus kurang dari 130/80mmHg. Kadar kolesterol dapat diukur dengan alat pengukuran sederhana tetapi hanya dilaksanakan oleh tenaga medis. Seseorang dengan diabetes disarankan memiliki kadar kolesterol total tidak lebih daripada 4 mmol/l. Meskipun kadar gula darah, tekanan darah, dan kolesterol telah terkendali, pasien dengan diabetes mellitus tetap memerlukan pemeriksaan mata Jika pasien melakukan pengecekan gula darah sewaktu secara mandiri di rumah, lakukan beberapa kali sehari karena hasilnya bisa berbeda-beda sepanjang hari. American Diabetes secara teratur untuk mendeteksi bila terdapat tanda-tanda awal retinopati diabetika. Semakin dini penanganan dilakukan, semakin besar kesempatan untuk menyelamatkan penglihatan. 14 Hasil foto Mata Normal Waspadai Setiap Gejala Retinopati diabetika bukan hanya satusatunya kelainan mata yang dapat menyertai diabetes mellitus. Orang dengan diabetes mellitus harus teliti dan mewaspadai setiap gejala yang dirasakan pada mata. Jangan tunda kunjungan ke dokter mata jika terasa gangguan pada mata, seperti penglihatan yang memburuk, kehilangan penglihatan secara mendadak, merasa melihat benda-benda asing mengambang di area pandang (dikenal sebagai floaters), pandangan mengabur, mata merah, atau nyeri pada mata. Mata memerlukan pemeriksaan segera untuk mengetahui bila terdapat retinopati diabetika atau masalah lain, seperti retina lepas atau glaukoma. Penanganan retinopati diabetika tidak bisa dilakukan tanpa menangani diabetes mellitus. JEC memberikan kemudahan bagi masyarakat dengan menyediakan Retina Service dan Diabetic Clinic dalam satu atap di seluruh rumah sakit JEC. Layanan Diabetic Clinic JEC sendiri akan diluncurkan pada bulan November 2016, bertepatan dengan pelaksanaan Saturday Seminar Retinopati Diabetika. Buktikan kepedulian Anda pada kesehatan mata dengan memeriksakan mata di JEC. Janji temu dapat dilakukan melalui Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, aplikasi Hasil foto Mata dengan Retinopatika Diabetika Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App yang dapat diunduh melalui Android Apps Store atau Apple Apps Store. Retina Service Dr. Elvioza, SpM(K) Dr. Darwan M. Purba, SpM(K) Dr. Soedarman Sjamsoe, SpM(K) Dr. Waldensius Girsang, SpM(K) Dr. Gitalisa Andayani, SpM(K) Dr. Referano Agustiawan, SpM(K) Dr. Cosmos O. MAngunsong, SpM Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM Dr. Soefiandi Soedarman, SpM Diabetic Clinic Dr. Suharko Soebardi, SpPD - KEMD Dr.Djoko Maryono, DsPD, DsPJ, FIHA, FACC Dr. Lies Luthariana, SpPD Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci Dr. Albertus Hendrawidjaja Undarsa, SpPd Dr. Velma Herwanto, SpPD 15 Low Vision Berdamai dengan Penglihatan Buruk Kehilangan penglihatan seringkali dikaitkan dengan keterbatasan diri. Padahal keterbatasan merupakan miskonsepsi yang timbul ketika seseorang belum dapat menerima keadaan penglihatannya yang memburuk. Seorang pasien low vision JEC berpendapat, “Mungkin saya akan buta beberapa tahun lagi. Saya memutuskan akan mengenang yang terbaik dari penglihatan saya dan tidak jatuh terpuruk karena kejadian yang menimpa mata saya. Life goes on!” C hristine Ha kehilangan penglihatannya secara perlahan-lahan dalam kurun waktu 1999 hingga 2007 karena penyakit autoimun Neuromyelitis optica. Meskipun demikian, ia bernilai 250.000 dollar Amerika, dan mendapatkan kontrak menerbitkan buku masaknya sendiri. Pencapaian yang sangat luar biasa, bahkan bagi orang berpenglihatan normal sekalipun. “Dari sisi medis, dokter menyebut penglihatan saya “sehitungan jari”. Jika Anda menempatkan tangan sejarak 10 hingga 12 inci dari wajah saya, saya bisa menghitung jumlah jari yang Anda acungkan asalkan cahaya tidak terlalu redup. Ini seperti berada di kamar mandi yang dipenuhi dengan uap air panas sehingga yang terlihat hanya bentuk dan juga dialami oleh pasien low vision JEC. Pasien anak dapat terus bersekolah, ada pasien yang menjadi dosen, desainer interior, dan beragam profesi lain. “Sebagian pasien datang ke dokter untuk pertama kalinya ketika keadaan mata sudah parah sehingga dokter tidak bisa menyelamatkan penglihatan meskipun sudah berbuat maksimal. Ada yang terkena glaukoma, kelainan retina, tumor, atau masalah autoimun. Pasien yang berisiko kehilangan penglihatan biasanya dirujuk untuk menjalani terapi low vision agar pasien dapat memaksimalkan penglihatan yang tersisa,” kata Drs. Agus Teguh Riyanto. Low vision merupakan program rehabilitasi penglihatan yang membuat pasien mempelajari berbagai cara baru dalam mengerjakan tugas sehari-hari, termasuk pekerjaan. Dengan bantuan terapis, pasien belajar bagaimana bergerak secara aman di sekitar rumah, di lingkungan kerja, dan tempat lainnya di mana ia sering beraktivitas. Pasien bayangan tidak jelas,“ kata Christine (www.ew.com). Keberhasilan Christine dapat menjadi contoh luar biasa tentang orang-orang dengan low vision yang berhasil menggapai cita-cita. Hal serupa juga belajar cara bepergian sendiri. Terapis membantu pasien menentukan alat bantu adaptif yang tepat, misalnya kaca pembesar, binokular, atau lensa warna khusus. tidak pernah berhenti menekuni hobi memasak. Dengan percaya diri, ia mendaftar sebagai kontestan pada US Masterchef musim ketiga, menyingkirkan 30.000 pesaing, berhasil memenangkan hadiah 16 Kehilangan penglihatan pada pasien yang semula mampu melihat secara normal tak jarang menimbulkan guncangan batin. Hal seperti itu tidak dirasakan oleh orang yang berpenglihatan minim atau buta sejak lahir. Menurut Agus, sejumlah pasien perlu ditangani bersama dengan psikolog terutama untuk mencegah depresi. JIka pasien masih usia sekolah perlu keterlibatan guru kelas, orangtua, dokter mata dan terapis low vision. Agus mengatakan, “Beberapa pasien memiliki pekerjaan yang menuntutnya memiliki penglihatan sempurna, atau minimal bisa dibantu dengan kacamata biasa, misalnya pekerjaan yang berhubungan dengan keselamatan manusia atau pengoperasian mesin. Bagi mereka, hilangnya penglihatan berarti kehilangan pekerjaan. Sebelum hal itu terjadi, kami akan menggali kemampuan tersembunyi pada pasien. Terkadang situasi penglihatan yang memburuk malah mendorong pasien menemukan potensi terbaiknya.” Dukungan keluarga dan orang-orang sekitar menjadi faktor penting yang tidak bisa dipisahkan dalam menangani pasien. Agus me- wajibkan pasien didampingi oleh anggota keluarga pada setiap sesi terapi low vision. Terapi tidak akan berhasil apabila keluarga pasien tidak teredukasi mengenai keadaan penglihatan pasien. Terapi low vision membantu pasien dan keluarganya berdamai dengan kondisi penglihatan yang buruk. Sejalan dengan penerimaan tersebut, rasa percaya pasien semakin tumbuh sehingga ia mampu menjalankan aktivitas dan fungsi dirinya dengan baik. Jadikan masa depan Anda atau orang yang Anda sayangi lebih baik dengan terapi low vision. Terapi dapat dilakukan dengan perjanjian melalui Call Center JEC (62-21) 2922 1000, 0857 7599 1000, Whatsapp 088 1159 3416, Blackberry Messenger 7D2BC2C0, atau melalui JEC Mobile App. Low Vision Drs. Agus Teguh Riyanto 17 Eyes On “KICK-OFF 910” Bakti Katarak JEC-Matahati Sebagai negeri yang terletak di garis ekuator, Indonesia bergelimang dengan cahaya matahari. Kemewahan ini disertai dengan sinar ultraviolet dan menerpa sepanjang tahun sehingga diduga turut berperan dalam menyebabkan masyarakat menderita katarak 15 tahun lebih cepat daripada orang-orang dari daerah beriklim dingin. “Katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada satu kasus baru katarak di antara seribu orang,” kata Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K) Presiden JEC Korporat saat acara Kick-Off 910 Operasi Bakti Katarak di JEC@Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (23/7). P emberian operasi katarak gratis terhadap 910 pasien katarak merupakan bagian dari komitmen JEC dan Matahati untuk mendukung upaya pemerintah mewujudkan Vision 2020 sekaligus memperingati sewindu Gerakan Matahati dan ulang tahun ke-91 pendirinya, yakni Panji Wisaksana. Peserta yang telah terdaftar dalam program Kick-off 910. tersebar di berbagai daerah. Dengan jumlah pasien yang cukup banyak dan cakupan daerah sangat luas, sementara waktu dan sumber daya manusia terbatas, maka kegiatan ini akan berlangsung secara bertahap. 18 Bersatu Berantas Katarak Pada penghujung tahun 1999, suatu penelitian memprediksi jumlah kebutaan di dunia akan meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan. Menyikapi hal tersebut, World Health Organization (WHO) bersama International Agency for Prevention of Blindness (IAPB) menggagas “Vision 2020: The Right to Sight” untuk menghapus apa yang disebut sebagai “kebutaan yang bisa dihindari” secara global dengan target menurunkan angka kebutaan pada dari 75 juta orang menjadi 25 juta orang pada tahun 2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh 2020. Di Indonesia, visi tersebut dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Menilik pada istilah kebutaan yang bisa dihindari, memang sebenarnya 80 persen dari kasus kebutaan dapat dicegah dengan deteksi dini dan penanganan segera. Katarak sendiri menempati porsi kasus terbesar. Ironisnya, mayoritas penderita berasal dari kalangan ekonomi lemah sehingga tidak memeriksakan mata. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setiap tahunnya ada 0,1 pasien katarak baru di Indonesia atau sekitar 250.000 orang. Namun, kemampuan mengurangi jumlah pasien buta katarak di Indonesia baru 180.000 operasi per tahun. Gap yang besar ini dikenal dengan istilah “cataract backlog”. Pada masa krisis ekonomi 1998 melanda negeri, kegiatan operasi gratis yang berjalan selama belasan tahun di bawah naungan PERDAMI bersama Yayasan Dharmais dan Lions Club terhenti karena kesulitan dana. Beberapa tahun setelah kegiatan ini vakum, Panji Wisaksana yang aktif bergiat di Lions Club datang ke JEC@Menteng dengan menggagas gerakan operasi katarak gratis. JEC menjadi rumah sakit pertama yang mendukung Panji hingga terbentuk Gerakan Matahati. Gerakan Matahati membangun kerjasama dengan banyak pihak sehingga sejak tahun 2008 sampai dengan Maret 2016 Matahati telah melakukan 14.825 operasi bagi sekitar 18.025 pasien tidak mampu. JEC sendiri berkomitmen kepada Matahati untuk menanggung sepenuhnya biaya operasi katarak untuk pasien tidak mampu sebanyak 400 pasien per tahun. Turut berkontribusi secara pribadi dalam kegiatan 910 Operasi Katarak Gratis sebagai bentuk syukur memasuki usia baru dan hari jadi pernikahan ke-70 tahun, Bapak Panji menyatakan, “Harapan kami, kegiatan operasi katarak gratis dapat meningkatkan kualitas hidup pasien penderita katarak dan tentunya turut mendukung visi Gerakan Matahati dan pemerintah.” "Kami menargetkan seluruh 910 operasi sudah selesai pada bulan November tahun ini. Angka tersebut merupakan tambahan dari target tahunan Matahati, yaitu 2500 operasi," terang Wandi S. Brata Ketua Pelaksana Gerakan Matahati. Foto kiri: (dari kiri ke kanan) ..., Dr. Johan Hutauruk, SpM, Panji Wisaksana, Wandi S. Brata, Dr. Setiyo Budi Rianto, ..., dan Dr. ... meresmikan Kick-Off 910 bersama-sama. Foto kanan: Beberapa peserta Bakti Katarak tengah beristirahat pasca menjalanioperasi. Gratis Berkualitas JEC melaksanakan Bakti Katarak tepat pada hari Kick-off diluncurkan. Pelaksanaan kegiatan berlangsung di JEC@Kedoya dengan menggunakan teknologi bedah katarak termodern. "Kami tetap mengutamakan kualitas, keselamatan pasien, dan hasil. Ketiga poin tersebut selalu kami perhatikan. Kami juga menggunakan teknologi terkini dalam prosedur operasi gratis sehingga mempercepat proses pengangkatan katarak dan mempersingkat waktu pemulihan pasca operasi," tutur Ketua Katarak dan Bedah Refraktif JEC Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K). Sebagai rumah sakit mata peraih sertifikasi Gold Seal dari Joint Commission International (JCI) yang berpusat di Amerika Serikat, JEC Kedoya menerapkan layanan kesehatan mata berstandar internasional dalam setiap pelaksanaan tindakan operasi. Standard internasional berlaku pada seluruh kegiatan operasi, baik yang berbayar maupun tidak berbayar. 19 Eyes On KLUB SENAM SEHAT DIABETES JEC Hidup sehat menjadi kunci untuk mengurangi risiko terkena diabetes dan menjaga mata dari kerusakan yang dapat timbul sebagai dampak lanjutan dari diabetes. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat, Rumah Sakit Mata JEC menggelar senam sehat Diabetes Mellitus dan pemeriksaan gula darah secara gratis di RS JEC @ Kedoya pada hari Sabtu terakhir di setiap bulan. P enderita diabetes di Indonesia terbilang banyak dan terus meningkat. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, penderita diabetes melitus yang terdiagnosa di Indonesia meningkat sebesar dua persen dari tahun 2007. Data survey juga menyebutkan jika 2 dari 3 penderita Diabetes Mellitus tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut. Penyakit Diabetes Mellitus mampu merusak banyak organ, termasuk mata. Orang dengan diabetes berisiko mengalami Retinopati Diabetik yang mengganggu penglihatan dan bisa menyebabkan kebutaan. Maka itu JEC sebagai pusat pelayanan kesehatan mata, membantu masyarakat untuk mencegah serangan ini sedini mungkin, 20 dengan cara membantu memberi informasi mengenai pola hidup sehat dan menyelenggarakan senam pagi secara rutin. “Sebagai penyedia layanan kesehatan, JEC memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan kesadaran pasien dan masyarakat luas mengenai dampak Diabetes Mellitus. Itupun tidak cukup. Kami harus memupuk kesadaran itu agar tumbuh menjadi langkah nyata, yaitu dengan membuat pasien dan masyarakat benar-benar bersedia menjalani pola hidup yang lebih sehat. Salah satunya melalui program senam sehat dan pemeriksaan gula darah secara rutin,” tutur ketua kegiatan Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med, Sci. Kegiatan pertama yang berlangsung pada bulan Juni diikuti oleh lebih dari 30 peserta. Seluruh peserta juga berkesempatan mengikuti pemeriksaan gula darah dan penyuluhan tentang diabetes serta menikmati hidangan sehat. Kegiatan senam sehat diharapkan akan mengawali terbentuknya komunitas Diabetes JEC yang aktif berkontribusi positif terhadap lingkungan sekitarnya. Bagi yang tertarik untuk bergabung dengan Klub Senam Sehat Diabetes Mellitus JEC, silakan hubungi Call Center JEC (62-21) 29221000.