BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam bagian kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk metode hypnoteaching, metode ceramah, pembelajaran IPA, minat belajar IPA dan hasil belajar IPA. 2.1.1 Metode Hypnoteaching 2.1.1.1 Pengertian Metode Hypnoteaching Metode Hypnoteaching merupakan perpaduan antara kata “hypnosis” yang berarti mensugesti dan “teaching” yang berarti mengajar. Hypnosis berasal dari bahasa yunani “hypnos” yang diambil dari nama dewa tidur dalam mitologi yunani. Dewa ini digambarkan memiliki dua sayap yang melekat pada kepalanya. James Braid adalah orang pertama yang memperkenalkan kata “hypnosis”. Novian Triwidia Jaya (2010) menyebutkan ada beberapa definisi hypnosis yang pernah diungkap yaitu: (1) Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk dalam kondisi trancehypnosis, (2) hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga sugestibilitas (daya terima saran) meningkat sangat tinggi, (3) hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang dapat dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari Beta menjadi Alpha dan Theta, (4) hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar, (5) hipnosis adalah kondisi kesadaran yang meningkat. Menurut Milton H. Erickson (dalam Noer 2010) menerangkan hipnosis adalah suatu metode berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal, yang persuasif dan sugestif kepada seorang klien sehingga dia menjadi kreatif dan bereaksi. M. Noer (2010: 19) menambahkan bahwa pengertian hipnosis dapat dibagi menjadi 4 macam situasi, yaitu: (1) Hipnosis merupakan seni sugestif, yaitu bagaimana seseorang dapat menyugesti orang lain, (2) hipnosis merupakan seni komnunikasi, yakni komunikasi persuasif antara suyet (orang yang dihipnotis) dengan hipnotis (orang yang menghipnosis), (3) hipnosis juga bermakna seni eksplorasi alam bawah sadar karena 8 9 hipnosis terjadi ketika alam bawah sadar mempunyai peranan tinggi dan alam sadarnya tidak difungsikan, dan (4) hipnosis diartikan sebagai seni mengubah tingkat kesadaran yaitu dari tingkat kesadaran yang kritis menjadi tidak kritis. Merujuk apa yang dikatakan oleh Novian Trivian Jaya dan M. Noer maka dalam penggunaan metode hypnoteaching guru sebagai pemberi perlakuan hipnosis dan siswa adalah orang yang dihipnosis. Dalam melakukan hipnosis ini guru hanya menggunakan bahasa persuasif dengan menerapkan langkah-langkah metode hypnoteaching yang telah ada tanpa perlu menidurkan siswa. Seorang psikolog bernama John Gruzelier melakukan sebuah riset menggunakan Fmri, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Greuselier menemukan bahwa seseorang yang dalam keadaan terhipnosis, aktifitas dalam otaknya meningkat. Pada saat keadaan terhipnosis manusia mampu melakukan hal yang dimana dia sendiri tidak mampu memimpikannya. Sehingga hipnosis berdampak dalam peningkatan minat, motivasi dan kinerja. Jika dihubungkan dengan pembelajaran di kelas maka dengan menerapkan hypnosis dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, kemampuan konsentrasi, kepeercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian. Dari berbagai pendapat mengenai pengertian hypnosis dapat disimpulkan bahwa hipnosis adalah seni komunikasi dengan alam bawah sadar untuk meningkatkan sugestibilitas atau daya terima saran pada orang yang terhipnosis. Dalam perkembangannya hingga saat ini, hipnosis sangat membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar-mengajar hingga munculah istilah hypnoteaching. Metode hypnoteaching ditemukan oleh seorang pakar motivator bernama Novian Triwidia Jaya, dengan menggabungkan metode pembelajaran Quantum Learning, Accelerate Learning, Power Teaching, NeuroLinguistic Programming (NLP) dan Hypnosis. Penggabungan kelima metode terlihat dalam langkah-langkah pembelajaran Hypnoteaching. Menurut Novian dalam proses belajar mengajar, ternyata pikiran alam bahwa sadar lebih dapat dimasuki, di antaranya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan persepsi. Pendapat Novian tersebut dikuatkan dengan hypnotis yang ada di televisi, yaitu kegiatan mempengaruhi orang lain dengan memasukkan sugesti saat orang yang dihypnotis 10 mengalami keadaan di dalam alam bawah sadar. Novian Triwidia Jaya (2010) menyebutkan bahwa metode hypnoteaching adalah mengaktifkan inner motivation dan mempersuasi siswa. Mempersuasi siswa untuk nyaman dan betah dalam belajar serta dengan sugesti yang diberikan guru siswa akan termotivasi untuk terus menikmati belajarnya. Novian juga menambahkan bahwa metode Hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar (Conscious Mind) dan pikiran bawah sadar (Sub Conscious Mind). Dari berbagai pendapat mengenai pengertian metode hypnoteaching dapat disimpulkan bahwa metode hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk mengeksplorasi alam bawah sadar siswa sehingga guru bisa memberi sugesti melalui kata-kata dan sikap dalam mengajar tanpa membuat siswa itu tidur. 2.1.1.2 Langkah-Langkah Metode Hypnoteaching Langkah-langkah yang dapat dilakukan menurut Ibnu Hajar (2011) dalam melakukan metode hpnoteaching antara lain: (1) niat dan motivasi dalam diri, (2) pacing, (3) leading, (4) penggunaan kata positif, (5) pemberian pujian, (6) modeling. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Sintaks Metode Hypnoteaching No. Sintaks 1. Niat dan Motivasi 2. Pacing 3. Leading 4. Penggunaan kata positif 5. Reward and punishment 6. Modelling Keterangan Niat yang besar akan memunculkan minat, motivasi serta komitmen yang tinggi pada bidang yang di tekuni atau hal yang akan dipelajari Menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik. Memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing yang telah dilakukan. Kata-kata yang positif dari pendidik dapat membuat peserta didik merasa lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya. Proses memberi tauladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. 11 Niat dan motivasi dalam diri merupakan langkah yang pertama. Niat yang besar akan memunculkan minat, motivasi serta komitmen yang tinggi pada bidang yang di tekuni atau hal yang akan dipelajari. Kesuksesan seseorang tergantung pada niat dari diri seseorang untuk bersusah payah dan kerja keras dalam mencapai kesuksesan tersebut. Langkah kedua adalah Pacing. Pacing adalah penyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik. Secara alami dan naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang memiliki kesamaan dengannya sehingga akan merasa nyaman berada di dalamnya. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-orang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik. Setelah pacing, maka langkah yang ketiga adalah leading. Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing yang telah dilakukan. Setelah melakukan pacing, maka peserta didik akan merasa nyaman dengan kita. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang kita ucapkan atau tugaskan pada peserta didik, maka peserta didik akan melakukannya dengan suka rela dan bahagia. Sesulit apapun materinya, maka pikiran bawah sadar peserta didik akan menangkap materi pelajaran kita adalah hal yang mudah, maka sesulit apapun soal ujian yang diujikan, akan ikut menjadi mudah, dan peserta didik akan dapat meraih prestasi belajar yang gemilang. Langkah berikutnya adalah langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negatif. Kata-kata yang diberikan oleh pendidik entah langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi kondisi psikis peserta didik. Kata-kata yang positif dari pendidik dapat membuat peserta didik merasa lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan. Kata-kata tersebut dapat berupa ajakan dan himbauan. Jadi apabila ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh peserta didik, hendaknya menggunakan kata ganti yang positif untuk mengganti kata-kata negatif tadi. Sebagai contoh apabila akan 12 menenangkan kelas yang ramai, biasanya kata perintah yang keluar adalah “jangan ramai”. Kata-kata “jangan ramai” ini dalam pelaksanaan metode hypnoteaching hendaknya diganti dengan “mohon tenang”, dan sebagainya. Pemberian pujian merupakan salah satu hal yang penting dalam pembelajaran, atau juga biasa disebut reward and punishment. Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada peserta didik. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya. Modeling adalah proses memberi tauladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah peserta didik menjadi nyaman dengan kita. Maka perlu pula kepercayaan (trust) peserta didik pada kita dimantapkan dengan perilaku kita yang konsisten dengan ucapan dan ajaran kita. Sehingga kita selalu menjadi figur yang dipercaya. Untuk mendukung serta memaksimalkan sebuah pembelajaran hypnoteaching, hendaknya pendidik dapat melakukan hal-hal seperti: (1) menguasai materi secara komprehensif, (2) melibatkan peserta didik secara aktif, (3) mengupayakan untuk melakukan interaksi informal dengan peserta didik, (4) memberi peserta didik kewenangan dan tanggung jawab atas belajarnya, (5) meyakini bahwa cara manusia belajar adalah berbeda satu sama lain, (6) yakinkan peserta didik bahwa mereka mampu, (7) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan sesuatu secara kolaboratif atau kooperatif, (8) upayakan materi yang disampaikan kontekstual, (9) memberikan umpan balik secara langsung dan bersifat deskriptif. 2.1.2 Metode Ceramah 2.1.2.1 Pengertian Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan oleh guru, selain mudah penyajian juga tidak banyak memerlukan media (Sumantri M dkk, 2000:136). Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan menganggap bahwa metode ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam 13 proses kegiatan pembelajaran di kelas. Karena dianggap metode yang popular dan banyak dilakukan oleh guru, maka kecenderungan untuk menganggap metode tersebut mudah diterapkan di kelas semakin bertambah juga. Fakta bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh pribadi guru yang bersangkutan tidak bisa disingkirkan begitu saja. Seorang guru harus memiliki keterampilan yang cukup untuk menggunakan metode ceramah dalam proses belajar di kelas. Hal senada diungkapkan oleh Dimyati dkk (1999:28) bahwa metode ceramah itu sangat dipengaruhi oleh personalitas guru yaitu suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, keteraturan guru dalam memberikan penejelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru. Sumantri M dkk (2000) mendefinisikan metode ceramah sebagai penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Dimyati dkk (1991: 29) menungkapkan bahwa metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik. Menurut Wina Sanjaya (2006: 145) mengungkapkan bahwa metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Menurut Nana Sudjana (2000: 77), ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Nana Sudjana menegaskan bahwa metode ceramah tidak senantiasa jelek bila penggunaannya dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaannya. Selanjutnya, metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan ajar atau cara mengajar melalui penjelasan atau penuturan secara lisan oleh guru kepada peserta didik (PS Widi Rahardjo, 2002). Muhibbin Syah (2000), metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud metode ceramah adalah cara belajar mengajar yang menekankan pada pemberitaan satu arah dari 14 pengajar kepada pelajar (pengajar aktif, pelajar pasif). Dari beberapa pendapat para ahli diatas peneliti memberi kesimpulan bahwa metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran atau informasi dengan penuturan lisan kepada siswa. Menurut Abdul Majid (2006:138) metode ceramah bertujuan untuk: (1) menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah, (2) menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran, (3) merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar, (4) memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gambling, (5) sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik. Alasan guru menggunakan metode ceramah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Metode ceramah ini digunakan karena pertimbangan: (1) anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena bahan baru atau guna menghindari kesalahpahaman, (2) benar-benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi peserta didik, (3) menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila metode lain sukar diterapkan, (4) menghemat biaya, waktu, dan peralatan. Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan. Pada langkah persiapan, langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah merumuskan tujuan yang akan dicapai secara jelas dan terarah. Apa saja yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dengaan metode ceramah berakhir. Setelah itu langkah selanjutnya adalah menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Tingkat penguasaan guru terhadap materi pembelajaran akan sangat menentukan dalam metode ceramah. Oleh sebab itu, guru sebaiknya harus mempersiapkan terlebih dahulu pokok-pokok materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Termasuk persiapanpersiapan media, ilustrasi-ilustrasi yang sesuai, agar bisa lebih memperjelas materi ceramah yang akan disampaikan. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan 15 persepsi siswa, dan meningkatkan kualitas ceramah, sangat diperlukan alat bantu pembelajaran, misalnya dengan mempersiapkan transparansi, media grafis, dan lain-lain. 2.1.2.2 Langkah Pembelajaran Metode Ceramah Langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam tahap pelaksanaan adalah: langkah pembukaan, langkah penyajian, dan langkah penutup. Langkah pembukaan merupakan langkah keberhasilan pelaksanaan metode yang ceramah sangat sangat menentukan, karena ditentukan melalui langkah pembukaan ini. Langkah penyajian merupakan tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Langkah yang terakhir adalah langkah penutup. Agar materi pembelajaran yang sudah disampaikan tidak lenyap begitu saja dalam memori siswa, sebaiknya guru dalam ceramah penutupan, menciptakan aktifitas kegiatan-kegiatan yang membuat siswa tetap bisa mengingat materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Menurut Silberman, Mel dalam (Tukiran dkk., 20012: 47-48) menjelaskan bahwa dilakukan modifikasi pada langkah-langkah pelaksanaannya akan mengurangi kekurangannya seperti kurangnya keaktifan siswa. Langkah-langkah dalam metode ceramah antara lain: (1) mengemukakan cerita atau visual yang menarik, (2) menawarkan sebuah masalah, (3) membangkitkan perhatian melalui kegiatan tanya jawab, (4) memberi poin-poin dari ceramah pada kata-kata kunci yang berfungsi sebagai alat bantu ingatan, (5) mengemukakan ilustrasi kehidupan nyata mengenai gagasan dan ceramah, (6) menggunakan alat bantu visual, (7) menghetikan ceramah secara periodik untuk memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai contoh dari konsep yang telah disajikan dalam materi, (8) latihan-latihan atau evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa, (9) memberikan pertanyaan yang didasarkan pada informasi yang diberikan saat ceramah, (10) membuat rangkuman dari ceramah atau materi yang telah diberikan. 2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan, yaitu: (1) ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan atau bisa dikatakan tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit, (2) 16 ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas dalam arti materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat, (3) ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, (4) melalui metode ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, (5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Di samping mempunyai kelebihan, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: (1) materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru, (2) ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme, (3) guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan, (4) melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum karena ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya terkadang tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham. 2.1.3 Pembelajaran IPA di SD IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. IPA atau sains juga dapat diartikan sebagai lmu yang mempelajari fakta atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Rustaman dkk (2011:1) menyatakan hakikat sains merupakan produk, proses dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya. Produk dari sains tersebut antara lain terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Melalui penggunaan metode ilmiah, produk sains yang diharapkan tersebut akan tercapai. Whittington dalam Rustaman (2011) mengungkapkan bahwa suatu metode pembelajaran dapat dikembangkan cara membaca bahan ajar, bertanya, menerapkan konsep dan prinsip, berorientasi pada masalah dan menyelesaikan materi subyek dengan refleksi dan pemahaman. Menurut PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang didapatkan melalui langkah- 17 langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi mengenai alam sekitar yang akan terus berkembang. Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs. Menurut Hernawan dkk (2010), fungsi dari Ilmu Pengetahuan Alam adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai lingkungan alam, mengembangkan ketrampilan, wawasan, dan kesadaran dalam penerapannya bagi kehidupan seharihari (teknologi). Berdasarkan beberapa tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar sains bukan hanya menyimpan pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan seharihari. 2.1.4 Hakikat Belajar Belajar menurut Slameto (2010:2) adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, melalui hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Yamin (2007:7) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan. Bahri dan Aswan (2010:10-11) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku 18 kerena pengalaman dan latihan yang dilakukannya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan serangkaian proses perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh interaksi terhadap lingkungan yang ada. Sebuah perilaku yang dilakukan oleh individu merupakan cerminan dari lingkungan yang mempengaruhinya. Sebagai contoh sebuah lingkungan yang kumuh, sering terjadi kriminalitas atau pun kekerasan didalamnya maka akan menciptakan individu kurang baik. Suatu sekolah yang kurang memperhatikan kedisiplinan maka terbentuklah sikap kurang disiplin pula dari siswa-siswanya begitu juga sebaliknya. Lingkungan yang mempengaruhi dalam belajar berupa lingkungan formal seperti sekolah dan nonformal seperti rumah atau lingkungan sekitar siswa. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan peningkatan pengetahuan, keterampilan serta perubahan perilaku, maka sebenarnya belum mengalami proses belajar. Faktor yang berperan belajar yaitu faktor intern yang meliputi faktor jasmaniah, kebosanan, psikologis dan kelelahan sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. 2.1.5 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar atau juga telah mengalami proses belajar. Menurut Uno (2008), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang dikarenakan adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suprijono (2009) bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006) hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar, sedangkan dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Menurut Hamalik (2006), hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada 19 orangtersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dari beberapa pernyataan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan pikiran setelah melakukan pembelajaran. Perubahan tersebut mencakup semua perubahan yang bersifat progresif yang diharapkan kearah yang lebih baik. Bagi seorang siswa hasil belajar ini dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi pada seorang siswa mulai dari belum pandai setelah belajar maka menjadi pandai. Perubahan ini tentunya setelah siswa berinteraksi dengan lingkungannya yang diukur melalui tes, tugas, pengamatan, atau evaluasi. Hasil belajar IPA sendiri dapat diartikan perubahan tingkah laku dan pikiran sebagai produk dari proses belajar IPA yang telah terjadi dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli mengenai hasil belajar dan juga menghubungkan dengan hakikat pembelajaran IPA itu sendiri. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2009), hasil mencakup tiga kategori ranah, dua diantara yaitu kognitif dan afektif. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah yang lain adalah psikomotorik. Menurut simpson dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2009), ranah psikomotorik mencakup 7 aspek yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Ketiga ranah tersebut merupakan dasar dari pengukuran hasil belajar. Slameto (2010) menyertakan sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan) dan faktor kelelahan. 20 Sedangkan faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Faktor-faktor yang terkait dengan hasil belajar adalah hal yang sangat penting untuk dikaitkan dengan hasil belajar yang didapatkan oleh peserta didik. Yang paling penting untuk diketahui adalah setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga metode yang digunakan seorang guru dalam pembelajaran tidak selalu berdampak positif kepada semua peserta didik. 2.1.6 Minat Belajar IPA Minat adalah sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas, dengan minat orang akan berusaha mencapai tujuannya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung untuk memperbaiki perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Namun apabila objek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka ia tidak akan memiliki minat pada objek tersebut. Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Menurut Suyanto dalam (Qym, 2009) mengungkapkan bahwa minat merupakan pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan. Minat menurut Utami dan Fauzan dalam (Qym, 2009) adalah kecenderungan yang relatif menetap sebagai bagian diriseseorang untuk tertarik dan menekuni bidang - bidang tertentu. Slameto (2010) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Manusia akan berbuat sesuatu apabila ia memenuhi minat terhadap kegiatan tersebut, minat muncul apabila manusia menyukai 21 sesuatu. Sardiman A. M. (2008) berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli dan berdasarkan hakikat dari pembelajaran IPA tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat belajar IPA adalah suatu rasa senang seseorang terhadap pembelajaran IPA yang telah digemari dan juga disertai adanya perhatian dan keaktifan untuk melakukan proses belajar tanpa adanya unsur paksaan dari orang lain. Minat juga merupakan dorongan yang menyebabkan timbulnya perhatian seseorang dan pemusatan pikiran. Minat pada dasarnya adalah tindakan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri (internal) dan di luar diri (eksternal). Semakin besar hubungan tersebut semakin besar pula minat yang timbul. Berdasarkan beberapa definisi minat yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah keinginan seseorang (individu) yang melibatkan unsur jiwa atau batin melakukan kegiatan (aktivitas) dengan senang serta penuh perhatian untuk mencapai tujuannya. Suyitno (2004:2) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Dengan begitu, adanya minat dalam suatu pembelajaran adalah hal yang tidak bisa dilupakan. Hal itu dikarenakan minat merupakan salah satu hal yang menunjang dalam proses pembelajaran termasuk pembelajaran IPA itu sendiri. Skinner menegaskan bahwa dalam pembelajaran ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat siswa, maka seorang pendidik harus dapat mengubah proses belajar yang membosankan menjadi pengalaman belajar yang menggairahkan, caranya antara lain sebagai berikut: (1) materi yang dipelajari haruslah menjadi menarik dan menimbulkan suasana baru, (2) materi pelajaran akan menjadi lebih menarik apabila siswa mengetahui tujuan dari pelajaran itu, (3) media yang menarik sesuai dengan materi yang diajarkan. 22 Ada dua aspek yang terdapat dalam minat antara lain aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif mengandung pengertian bahwa minat selalu didahului oleh pengetahuan, pengetahuan, pemahaman dan konsep yang diperoleh dan dikembangkan dan pengalaman atau hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek afektif menunjukkan pada derajat emosional yang dinyatakan dalam bentuk proses menilai untuk menentukan kegiatan yang disenangi. Jadi, suatu aktivitas bila disertai dengan minat individu yang kuat, maka ia akan mencurahkan perhatiannya dengan baik terhadap aktivitas tersebut. Aspek minat belajar yaitu, terdiri dari partisipasi/ perbuatan, perhatian dan perasaan senang. Minat untuk belajar tidak dapat timbul secara tiba-tiba. Tanpa adanya partisipasi seseorang tidak akan mempunyai rasa untuk menyenangi seseuatu yang dilakukannya. Perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemulihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Slameto (2010) mengemukakan bahwa istilah perhatian merupakan bagian dari konsentrasi. Slameto (2010) juga menjelaskan bahwa perhatian juga dapat disebut minat momentan, yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dalam minatnya terhadap belajar. Siswa yang berperasaan tidak senang dalam belajar dan tidak berminat dalam materi pelajaran akan mengalami kesulitan dalam memusatkan tenaga dan energinya begitu juga sebaliknya. Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa yang menunjukan senang ataupun tidak senang. Minat dan perasaan senang mempunyai hubungan timbal balik, jadi jika siswa yang mempunyai rasa tidak senang dalam suatu pembelajaran maka bisa dikatakan bahwa siswa juga tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran tersebut. Seorang siswa yang mempunyai minat belajar IPA yang mereka ikuti tanpa rasa tertekan atau terdapat unsur keterpaksaan, maka tingkat konsentrasinya dalam mengikuti pelajaran akan meningkat. Dengan begitu, dapat juga dikatakan bahwa minat belajar akan mempengaruhi kemampuan belajar seorang siswa. Materi pelajaran yang diberikan guru akan dipelajari dengan baik apabila siswa dapat berkonsentrasi dengan baik pula dan juga hal itu disertai rasa senang 23 terhadap materi pelajaran yang telah diberikan. Tetapi, akan sebaliknya apabila siswa tidak berminat dengan materi pelajaran yang telah disampaikan. 2.2 Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rudy Aryanto mahasiswa Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul “Pengaruh Metode Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Di SD Negeri Begalon II No.241 Surakarta Tahun 2011 /2012” dilaksanakan kemudian diuji pada Bulan Februari Tahun 2012. Hasil penelitian yang dilakukan Rudy Aryanto (2012) menyimpulkan bahwa metode hypnoteaching mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa di SDN Begalon II No.241 Surakarta Tahun 2011 / 2012. Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian Linta Rahmawatiningrum mahasiswa Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran Matematika Kelas 4 Semester 2 di SDIP H. Soebandi Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasy Experimental Design). Desain Penelitian ini adalah Two-groups post-test only design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode Hypnoteaching dengan Metode Konvensional pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SDIP H. Soebandi Kec. Bawen Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan signifikan 2 sisi sebesar 0.000. Koefisien signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05 yang berarti terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan dengan menggunakan Metode Hypnoteaching. 24 Tabel 2 Daftar Penelitian yang Relevan No Nama Tahun Hypno teaching Hasil Belajar 1. Rudy Aryanto 2012 √ √ 2. Linta Rahmawatiningrum 2012 √ √ Minat Belajar Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kedua penelitian tersebut dapat diketahui perbedaan dari penelitian ini selain subjek penelitian adalah penambahan variabel minat untuk diukur. 2.3 Kerangka Pikir Dalam penelitian ini akan diketahui seberapa besar perbedaan yang signifikan antara hasil dan minat belajar antara metode hypnoteaching dengan metode ceramah. Kondisi awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berada dalam kondisi yang setara, hal ini diketahui dari uji kesetaraan yang dilakukan sebelum melakukan perlakuan. Setelah diketahui bahwa kedua kelompok adalah setara maka keduanya akan diberi perlakuan, kelompok eksperimen menggunakan metode hypnoteaching sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode ceramah. Pada akhir perlakuan kedua kelompok diberi tes kemampuan berupa soal pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar dan angket minat untuk mengukur minat belajar. Data yang telah didapatkan dari kedua kelompok berupa rerata dari skor minat dan hasil belajar akan dibandingkan. Jika pada perolehan skor minat dan hasil belajar dari kelompok eksperimen mempunyai rata-rata lebih besar atau berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah maka dapat disimpulkan bahwa metode hypnoteaching memang mempunyai dampak yang signifikan dalam pembelajaran. Akan tetapi jika tidak ada perbedaan yang signifikan diantara hasil keduanya maka dapat disimpukan bahwa metode hypnoteaching tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap minat dan hasil belajar karena pengaruhnya sama saja dengan metode ceramah. 25 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka serta kerangka pikir tersebut maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis alternatif (Ha) bahwa diduga ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode hypnoteaching dengan metode ceramah terhadap minat belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas 2 di SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Apabila hipotesis dirumuskan secara matematis, dapat dilihat seperti berikut: Ho : µQ2 = µQ4 “Tidak ada perbedaan pengaruh (rerata) yang siginfikan dari kelompok eksperimen yang menggunaan metode hypnoteaching dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah.” Ha : µQ2 ≠ µQ4 “Terdapat perbedaan pengaruh (rerata) yang siginfikan dari kelompok eksperimen yang menggunaan metode hypnoteaching dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah.”