EKSPRESI p53 MUTAN PADA SEL KANKER PAYUDARA T47D SETELAH PEMBERIAN ASAM LAURAT DARI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Naskah Publikasi Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh : Diani Mentari M0405024 JURUSAN BOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 1 PERSETUJUAN Naskah Publikasi SKRIPSI EKSPRESI p53 MUTAN PADA SEL KANKER PAYUDARA T47D SETELAH PEMBERIAN ASAM LAURAT DARI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Oleh : Diani Mentari M0405024 Telah disetujui untuk diujikan Surakarta, Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Okid Parama Astirin, M.S NIP. 131 569 270 Rita Rakhmawati, M.Si., Apt NIP. 132 308 422 Mengetahui, Ketua Jurusan Dra. Endang Anggrawulan, M.Si NIP. 130 676 864 2 EKSPRESI p53 MUTAN PADA SEL KANKER PAYUDARA T47D SETELAH PEMBERIAN ASAM LAURAT DARI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) EXSPRESSION P53 MUTATION IN HUMAN BREAST CANCER T47D CELL TREATED WITH LAURIC ACID FROM VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DIANI MENTARI 1, OKID PARAMA ASTIRIN 1, RITA RAKHMAWATI 1 1 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta ABSTRACT In Indonesia, breast cancer is the second highest killer after cervical cancer. Most likely, in breast cancer case also stimulate from gene mutation of p53. Genetic changes of p53 resulting of programmed death cell (apoptosis) lost, cause of cell display uncontrolled growth. Many cancer treatment like surgery, chemotherapy, and radiotherapy was uneffective. That is caused many alternative treatment such as herbal medicine.Virgin Coconut Oil (VCO) known that it has some lauric acid which neutralize free radical, it hopes that lauric acid can be use as cancer resistant madicine. The objective of this research is to find out the in vitro effect of the lauric acid on the antiproliferation, apoptosis and expression of p53 of breast cancer T47D cell lines in RPMI 1640 medium. Direct counting to measure the growth inhibitory effect, examined by staining the viable treated cells using trypan blue. The proliferation kinetic was determined by counting the cell number in time courses to determine the doubling time of th e cells. Apoptotic proscess was examined by observaring microscopally the cell morphology that was stained using immunocytochemistry with primary monoclonal antibody anti p53 and secondary antibody anti sheep IgG biotin conjugate As the result, lauric acid are able to decrease cell proliferation, w hich is 1,09 bigger on 0,003125μl/mL concentrate, 1,27 bigger on 0,00625μl/mL and 1,75 bigger on 0,0125μl/mL concentrate, comparison with control. Luric acid able to decrease p53 expression decline mitotic and induced apoptosis Key words : p53 expession, T47D cell human breast cancer, lauric acid. 3 PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita di berbagai belahan dunia. Kebanyakan penderita kanker payudara (60 -70%) terlambat mendapat pengobatan sehingga mengakibatkan kematian (Klauber DeMore et al., 2001 dalam Meiyanto et al., 2006). Kanker dapat disebabkan karena adanya mutasi pada gen supresor tumor , salah satunya adalah mutasi pada gen p53 (Mitchell et al., 2005, Brock, 1993). Mutasi dari gen p53 menyebabkan penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan munc ulnya kanker pada tubuh dan pertumbuhan sel menjadi tidak terkendali (Qualiyah, 2007). Pada percobaan eksperimental menggunakan hewan dan sel kultur, ditemukan bahwa karsinogenesis erat kaitannya dengan kerusakan oksidatif DNA akibat adanya radikal bebas (Silalahi, 2006). Menurut Zhai (1998) dalam Meiyanto (2007) proses karsinogenesis juga akan dapat dihambat oleh senyawa senyawa antioksidan. Oleh karena itu ada anjuran mengkonsumsi suplemen antioksidan dalam diet untuk mencegah kanker (Silalahi, 2006). Virgin Coconut Oil (VCO) adalah salah satu produk olahan kelapa yang banyak mengandung asam laurat (Widinugraheni, 2007). Asam laurat merupakan asam lemak jenuh (saturated fat) yang tidak mudah teroksidasi oleh radikal bebas Menurut penelitian Wibowo et al., (2007) asam laurat memiliki sifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara dengan LC 50 sebesar 0,025µl/mL. Secara in vitro uji eksperimental dengan menggunakan kultur sel kanker yang diberi perlakuan ekstrak tanaman obat tradisional merupakan model yang bisa dikembangkan sebagai dasar dalam mempelajari efek antikanker yang dihasilkan. Hal ini sangat diperlukan guna menjawab d an memastikan potensi anti kanker tanaman obat tersebut. Penggunaan human cancer cell lines sebagai model dalam eksperimental biomedik sering dijumpai. Keutamaan penggunaan cell lines atau galur sel didapatkan homogenitas genetik dan fenotip sampel yang cukup tinggi, serta tidak dijumpainya variasi individual . Selain dari hal tersebut cancer cell lines memiliki sifat spesifik accumulate multiple genetic chage, khususnya pada protooncogene dan tumor suppressor genes.T47D breast cancer cell line 4 (dari ATCC, American Tissue dan Cultur Collections) merupakan galur sel yang berasal dari sel epitelium duktus mammae yang mengalami malignansi. Galur sel ini memiliki mutasi gen p53 pada posisi asam amino ke 194, dengan asam amino fenilalanin (Nigro et al., 1989). Galur sel karsinoma payudara T47D digunakan sebagai model dalam mempelajari potensi reparasi mutasi gen p53 akibat dari pemberian asam laurat dari VCO secara in vitro. Karakter sel T47D dengan mutasi p53 diharapkan dapat menjawab: apakah senyawa obat tradisional ini memiliki kemampuan menekan proliferasi sel dan supresif terhadap ekspresi gen p53 mutan sel T47D? Berdasarkan informasi diatas, aktivitas asam laurat seba gai antikanker perlu dibuktikan. Tidak mudah asam laurat untuk teroksidasi oleh radikal bebas, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan kemopreventif terjadinya kanker. METODE Alat dan Bahan Alat yang digunakan meliputi : Laminer air flow cabinet, inkubator CO 2, mikroskop cahaya, mikroskop inverted, mikroplate 96 dan 24 sumuran, pipet mikro, pipet pastur, hemasitometer, tissue culture flask, vortex, filtermikro (milipore 0,22 µm), conical tube, deck glas, obyek glas yang dilapisi poly L lysine, coverslip plastik ะค 12 mm, tabung eppendorf, handcounter. Bahan yang digunakan meliputi : s el kanker payudara T47D yang memiliki gen p53 mutan (dari ATCC), asam laurat dari VCO (dari penelitian Wibowo et al., 2007), PBS, media RPMI 1640, kit ABC ( Avidin Biotin Complex) produk Novocastra, tryphan blue, tripsin-EDTA, FBS 0,5%, fungizon 0,5%, penstrep 2%. Cara Kerja 1. Persiapan Kultur Sel Kanker Payudara T47D Sel distarvasi dengan ditumbuhkan hingga konfluen dalam tissue culture flask berisi media RPMI 1640 yang mengandung FBS 0,5%, penstrep 2% dan fungizon 0,5% dan diinkubasi dalam inkubator CO 2 5% selama 24 jam. Hingga diperoleh kerapatan sel 2x104 sel/mL 5 2. Pembuatan Larutan Uji Larutan uji dibuat dengan melarutkan asam laurat dalam media RPMI 1640 yang ditampung dalam tabung effendrof steril sebagai larutan stok. Larutan stok kemudian dibuat serangkaian seri konsentrasi dengan pengenceran menggunakan media RPMI 1640. 3. Uji Doubling Time (waktu penggandaan) Sel distarvasi selama 24 jam dalam media RPMI 1640 yang mengandung FBS 0,5%, selanjutnya sel ditumbuhkan di dalam mikroplate dengan media RPMI 1640 yang ditambah 3 konsentrasi asam laurat di bawah LC 50 yaitu 0,0125µl/mL; 0,00625µl/mL; 0,003125µl/mL. Pengambilan sampling dilakukan pada jam ke 0, 24, 48 dan 72. Masing -masing sumuran dihitung jumlah sel hidup dengan hemositometer lalu dibuat kurva regresi log jumlah sel hidup dan waktu inkubasi (Mursyidi, 1985). Perbedaan waktu penggandaan sel dihitung dari slope pada kurva dari persamaan grafik log jumlah sel hidup dan waktu pengamatan 4. Pengecatan Imunositokimia p53 Pengecatan imunositokimia digunakan untuk melihat apoptosis sel dan ekspresi gen p53 mutan positif (mitosis). Deteksi protein p53 dilakukan dengan mengikuti petunjuk Kit dari Novocastra ABC ( Avidin Biotin Complex Staining system). Sel yang telah mendapat perlakuan diletakkan di atas gelas obyek yang sudah dilapisi dengan p oly L-lysine. Kemudian fiksasi dengan aseton selama 10 menit, dicuci dengan PBS 2x5 menit, preparat ditambah serum normal selama 10 menit lalu ditetesi dengan antibodi monoklonal protein anti p53 (p53 protein DO-7) selama 1 jam. Preparat lalu dicuci dengan PBS 2 x5 menit, kemudian berikan antibodi sekunder anti sheep IgG biotin konjugat selama 30 menit. Preparat dicuci dengan PBS 2x5 menit lalu diinkubasi dengan horseradish peroksidase selama 30 menit. Cuci dengan air lalu mounting dengan enthelan. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. 6 Analisa Data 1. Doubling Time (waktu penggandaan) Analisis waktu penggandaan dilakukan dengan membandingkan nilai slope grafik log jumlah sel hidup pada berbagai waktu pengamatan. Waktu penggandaan dihitung dengan memasukkan nilai log jumlah sel awal ke dalam persamaan grafik log jumlah sel dan waktu pengamatan (Mursyidi, 1985) 2. Imunositokimia Sel yang apoptosis dan mitosis dihitung per 100 sel dan diamati dalam 3 lapangan pandang yang berbeda. Data ditampilkan dalam bentuk kurva hubungan konsentrasi asam laurat dengan jumlah sel yang apoptosis dan mitosis pada masing-masing konsentrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Doubling time (waktu penggandaan) Uji doubling time dilakukan untuk mengetahui mekanisme penghambatan pertumbuhan sel T47D oleh asam laurat . Pada penelitian ini perhitungan sel dilakukan dengan metode direct counting menggunakan hemasitometer. Perhitungan sel dilakukan dengan cara menghitung sel yang tidak terwarnai (sel hidup) dengan pemberian tryphan blue. Berdasarkan pengamatan kinetika proliferasi baik kontrol sel maupun sel uji dengan pemberian asam laurat menunjukkan peningkatan jumlah s el hidup seiring bertambahnya waktu inkubasi, akan tetapi jumlah sel hidup lebih sedikit pada sel T47D dengan pemberian asam laurat. Grafik proliferasi sel T47D akibat pemberian asam laurat dapat dilihat pada Gambar 1. KONTROL 200000 0,003125µl/mL 0,00625µl/mL 165.000,00 14.8666,7 13.5833,33 150000 100000 50000 (s) p id SeH lah m Ju 0,0125µl/mL 83.000,00 74.333,33 65.166,67 49.166,67 20000 82.166,67 40.833,33 33.666,67 29.500 24666,66 0 0 24 48 Waktu inkubasi (jam) 72 Gambar 2. Grafik proliferasi sel T 47D oleh asam laurat . 7 Pada Gambar 1 terlihat adanya penurunan jumlah sel hidup pada tiap pemberian asam laurat dibandingan kontrol sel. Pada jam ke-24 jumlah sel hidup pada kontrol meningkat 2 kali dari jumlah sel awal. Begitu pula pada jam ke-72 jumlah sel meningkat lebih dari 4 kali lipat, namun pada sel dengan pemberian asam laurat tampak bahwa sampai akhir waktu percobaan terjadi penekanan proliferasi sel. Berdasarkan grafik pada Gambar 1, asam laurat mampu menghambat pertumbuhan sel T47D . Hal ini dapat terlihat pada Gambar 2, terlihat bahwa pada kontrol sel, banyak terdapat sel hidup yang nampak seperti daun dan melekat pada dasar sumuran (Nurcahya, 2007). Morfologi kondisi sel T47D pada waktu pengamatan 72 jam dapat dilihat pada Gambar 2. 2 2 a 1 b 2 1 c 1 d Gambar 2. Gambaran morfologi sel T47D dalam sumuran pada pengamatan 72 jam menggunakan mikroskop inverted perbesaran 100x. Kontrol sel (a), sel dengan perlakuan asam laurat konsentrasi 0,003125µl/mL (b), konsentrasi 0,00625µl/mL (c) , konsentrasi 0,0125µl/mL (d) Keterangan: (1) Sel mati berbentuk bulat, mengapun g dan cenderung tersebar, ( 2) Sel hidup nampak seperti daun dan melekat pada dasar sumuran. Berdasarkan pengamatan kinetika proliferasi baik kontrol sel maupun sel uji dengan pemberian asam laurat menunjukkan peningkatan jumlah sel hidup seiring bertambahnya waktu inkubasi, akan tetapi jumlah sel hidup lebih 8 sedikit pada sel T47D dengan pemberian asam laurat. Grafik proliferasi sel T47D akibat pemberian asam laurat dapat dilihat pada Gambar 2. Selanjutnya dari data doubling time tersebut dibuat persamaan regresi antara log jumlah sel hidup dengan lamanya waktu inkubasi untuk melihat kemiringan/slope yang merupakan parameter kinetika proliferasi sel (Field, 1996 dalam Meiyanto et al., 2003). Harga slope dengan pemberian asam laurat memiliki nilai lebih kecil daripada kontrol yang berarti memiliki doubling time lebih panjang. Berdasarkan data yang didapatkan harga slope untuk kontrol adalah 0,012 sedangkan untuk konsentrasi 0,00625µl/mL mempunyai nilai slope 0,011. Semakin besar harga slope maka nilai doubling time semakin singkat (Meiyanto et al., 2003). Hal ini menunjukkan bahwa asam laurat mampu menurunkan sifat proliferasi sel T47D. Proses penghambatan terbesar terjadi pada konsentrasi 0,0125 µl/mL dengan nilai slope sebesar 0,008 dengan waktu doubling time paling lama yaitu 43,63 jam. Persamaan regresi dan nilai doubling time dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persamaan regresi antara log jumlah sel hidup dengan waktu inkubasi dan nilai waktu doubling time Nilai doubling Bahan uji Persamaan Nilai slope r2 time (jam) Kontrol y = 0,012x + 4,303 0,012 0,999 24,92 0,003125µl/mL y = 0,012x + 4,274 0,012 0,993 27,33 0,00625µl/mL y = 0,011x + 4,253 0,011 0,981 31,73 0,0125µl/mL y = 0,008x + 4,253 0,008 0,964 43,63 Hasil data diatas menunjukkan bahwa pada pemberian asam laurat konsentrasi 0,003125μl/mL terjadi perpanjangan nilai doubling time pada kontrol dari 24,92 jam menjadi 27,33 jam (1,09 kali). Pada konsentrasi 0,00625μl/mL terjadi perpanjangan nilai doubling time menjadi 31,73 jam (1,27 kali) dan untuk konsentrasi 0,0125μl/mL terjadi perpanjangan waktu sebesar 1, 75 kali. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga konsentrasi tersebut secara umum mempunyai efek antiproliferasi, dimana efek antiproliferasi tertinggi didapatkan pada asam laurat konsentrasi 0,0125μl/mL. Profil penghambatan pertumbuhan sel oleh asam laurat kemungkinan 9 menunjukkan adanya cell cycle arrest. Cell cycle arrest menyebabkan perlambatan siklus sel, sehingga fase -fase pada siklus sel membutuhkan wa ktu yang lebih lama. Menurut Meiyanto et al., (2007) ada beberapa kemungkinan titik tangkap molekuler senyawa alam antara lain adalah penghambatan transduksi signal. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Ruzin (2000) bahwa asam laurat dalam GML (Glycerol Monolaurate) dapat menghambat tranduksi signal pada bakteri Staphylococcus aureus. Pada konsentrasi tinggi GML akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara memblokade eksoenzim/eksoprotein dan faktor virulensi seperti protein A, α -hemolisin, βlaktamase dan TSST-1. Asam laurat juga meningkatkan aktivitas NFkB pada sel kanker kolon HCT116 ( Zhao et al., 2007). Aktifitas transkripsi E2F dapat dihambat oleh NFkB (CCRC, 2008). Dalam siklus sel, E2F berperan pada faktor transkripsi cyclin E, cyclin A pada fase mitosis (Pendeirot, 2007) Penghambatan pertumbuhan melalui cell cycle arrest kemungkinan disertai dengan kematian sel melalui mekanisme apoptosis, nekrosis atau mekanisme kematian yang lain. Salah satu cara untuk mengetahui makanisme kematian tersebut, selanjutnya dilakukan pengamatan apoptosis. Pengamatan apoptosis dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu TUNEL enzymatic labelling assay dan imunositokimia. Pada penelitian ini pengamatan apoptosis dilakukan dengan menggunakan pewarnaan imunositokimi a, selain itu dengan pengecatan ini dapat digunakan untuk melihat morfologi sel yang mengalami mitosis. 2. Pengamatan Apoptosis dan Mitosis Induksi apoptosis merupakan salah satu efek yang diinginkan dari aplikasi senyawa antikanker. Pada senyawa -senyawa yang bersifat kemopreventif, terjadinya apoptosis umumnya merupakan manifestasi dar i penghambatan proliferasi sel (Meiyanto dan Septisetyani, 2005). Pengamatan ini dilakukan dengan metode imunositokimia dengan menggunakan antibodi monoklonal protein anti p53 dan antibodi sekunder anti sheep IgG biotin konjugat . Dalam metode ini digunakan coverslip yang memberikan keuntungan bahwa sel yang mati akan tetap berada dipermukaan 10 coverslip meskipun kemampuan menempelnya sudah hilang (Ariyani, 2006) Apoptosis adalah suatu proses fisiologis yang dikendalikan faktor genetik, berlangsung melalui proteolisis, kondensasi dan fragmentasi DNA (Gilewski, 1995 dalam Kresno, 2006). Karakteristik sel apoptosis termasuk kondensasi kromatin dan fragmentasi inti (piknotik), kebocoran membran plasma, dan pengerutan sel. Setelah itu, sel terpecah menjadi fragmen -fragmen kecil dikelilingi membran (apoptotic bodies) (Widjanarko, 2006). Gambaran apoptosis dapat dilihat pada Gambar 3. 1 2 1 1 2 Gambar 3. Hasil pengecatan dengan imunositokimia sel T47D dengan perlakuan asam laurat (a) kontrol, (b) asam laurat konsentrasi 0,003125µl/mL, (c) asam laurat konsentrasi 0,00625µl/mL, (d) asam laurat konsentrasi 0,0125µl/mL (perbesaran 400x). Keterangan (1) Deteksi gambaran apoptosis, terlihat gambaran membran tidak utuh , (2) Deteksi gambaran sel mitosis, terlihat sedang berada pada fase telofase. Pada Gambar 3 terlihat bahwa pemberian asam lau rat dengan konsentrasi tinggi (0,0125µl/mL) akan meningkatkan terjadinya apoptosis, ini terlihat dari banyaknya sel yang mengalami fragmentasi inti. Pada kontrol sel T47D, sel tidak mengalami apoptosis namun cenderung berproliferasi dan mitosis terlihat pada gambaran sel yang mengalami pembagian inti dan 11 pembagian sitoplasma atau berada dalam fase telofase (Ghostrecon , 2008). Perhitungan persentase apoptosis dapat dilihat pada Gambar 4 14 12 10 8 6 4 ) 2 tsi(% o Selap 0 0.0125, 11.33 0.00625, 7.33 0.003125, 4.33 r² = 0.964 0, 0 0 0.005 0,010 0.01 0.015 Konsentrasi asam laurat (µl/mL) Gambar 4. Grafik persentase sel yang mengalami apoptosis dalam 100 sel Persamaan regresi yang diperoleh, dapat memperkirakan atau memprediksi terjadinya apoptosis, tergantung dari konsentrasi asam laurat yang diberikan. Hal ini terlihat pada Gambar 4 dengan pemberian konsentrasi sebesar 0,003125µl/mL a kan terjadi persentase apoptosis sebesar 4,33%, namun berbeda pada pemberian asam laurat dengan konsentrasi 0,00625/mL, persentase apoptosis meningkat menjadi 7,33%. Hal ini berarti peningkatan kemampuan sel untuk apoptosis selaras dengan peningkatan pembe rian konsentrasi asam laurat yang diberikan. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang diketahui dapat menghancurkan membran sel ( Budiarso, 2003). Kerusakan membran sel dapat mengakibatkan masuknya kalsium dan air secara berlebihan sehingg a terjadi pembengkakan sel yang berakhir dengan pecahnya sel tersebut (Hartono, 2007). Boehning et al., (2003) dalam Purba (2006) mengidentifikasi bahwa kalsium sebagai pembawa pesan mengkoordinir mitokondria dan retikulum endoplasma yang berinteraksi atas terjadinya apoptosis melalui aktivitas caspase dan sitokrom c serta berbagai enzim seperti nuklease. Nukleus sangat sensitif terhadap ion Ca 2+, dimana peningkatan ion Ca 2+ merupakan salah satu penyebab terjadinya apoptosis (King, 2000). Pemberian asam laurat mampu menginduksi terjadinya apoptosis dan menekan proses mitosis. Persentase sel yang mengalami mitosis dapat d ilihat pada Gambar 5. 12 8 7 6 5 4 3 2 )el 1 s(% ito m 0 0, 7.33 r² = 0.969 0.00625, 4 0.003125, 4.66 0.0125, 0.66 0 0.005 0,010 0.01 0.015 Konsentrsi asam laurat (µl/mL) Gambar 5. Grafik persentase sel yang mengalami mitosis dalam 100 sel Pada Gambar 4 terlihat bahwa asam laurat juga dapat menekan proliferasi sel, dengan nilai slope negatif maka dapat berarti bahwa peningkatan pemberian konsentrasi asam laurat akan menurunkan mitosis sel. Terlihat dari banyaknya sel yang mengalami penurunan mitosis, seiring dengan penambahan konsentrasi. Pada konsentrasi 0,003125µl/mL persentase mitosis sebesar 4,66%, persentase ini lebih rendah dibandingkan kontrol yaitu sebesar 7,33%. Nilai r 2 sebesar 0,969 dapat berarti bahwa penurunan jumlah sel mitosis dipengaruhi oleh peningkatan konsent rasi asam laurat yang diberikan . Berdasarkan hasil penelitian uji doubling time dan imunositokimia dapat disimpulkan bahwa asam laurat merupakan senyawa alam yang memiliki potensi sebagai kandidat obat antikanker (LC 50 yaitu 0,025µl/mL-24 jam, dari penelitian Wibowo et al., 2007). Menurut Ueda et al., (2002) senyawa alam dapat digunakan sebagai senyawa antik anker bila LC 50 kurang dari 100gl/mL. Asam laurat mampu menekan proliferasi sel dan meningkatkan apoptosis. Terjadinya apoptosis dapat terjadi dari mekanisme DNA repair, maka untuk mengetahui apakah apoptosis benar -benar terjadi akibat rekonformasi gen p53 mutan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ekspresi gen p53 melalui jalur apoptosis. KESIMPULAN Pemberian asam laurat pada sel kanker payudara T47D secara in vitro mampu menurunkan proliferasi sel, yaitu terjadi perpanjangan waktu doubling time dari kontrol sel yaitu 24,92 jam menjadi 1,75 kali lebih lama pada konsentrasi mendekati LC 50 (0,0125µl/mL), sedangkan untuk konsentrasi 0,003125μl/mL 13 terjadi perpanjangan 1,09 kali dan konsentrasi 0,00625μl/mL terjadi perpanjangan 1,27 kali. Selain itu pemberian asam laurat mampu menurunkan tingkat ekspresi gen p53 mutan pada sel T47D secara in vitro yang ditunjukkan dengan penurunan kemampuan mitosis ketika konsentrasi asam laurat ditingkatkan dan terjadi peningkatan apoptosis ketika pemberian konsentrasi asam laurat diturunkan DAFTAR PUSTAKA Ariyani. 2006. Efek Fraksi Protein Daun Carica papaya L. terhadap Ekspresi Protein P53 dan BCl-2 Pada Kultur Sel Kanker Payudara T47D. Skripsi. Program Pendidikan S1 Program Studi Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogykarta Brock, D.H.J. 1993. Molecular for The Clinician . University Press, Chambridge Budiarso, I.T., 2003. Minyak Kelapa dan Urin Obat Alternatif untuk HIV/AIDS. http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule= document_detail&xid=76[Februari 2009] CCRC. 2008. Jalur IKK/NF -kB Menghambat Daur Sel. CCRC Farmasi UGM http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/journal -club/jalur-ikknf-kbmenghambat-daur-sel/ [14 Februari 2009] Ghostrecon. 2008. Siklus Sel. http://one.indoskripsi.com/judul -skripsi-tugasmakalah/biologi-umum/siklus-sel [7 Desember 2008]. Hartono, A. 2007. Nutrisi pada Kanker. Klinik Gizi R.S. Panti Rapih http://www.sabdaspace.com/nutrisi_pada_kanker [Januari 2009] King, R.J.B. 2000. Cancer Biology 2 nd edition. Pearson Education Limited, London. Kresno, S.B. 2006. Disregulasi Apoptosis Pada Keganasan:Telaah Khusus Pada Astrocytoma. Makalah Symposium Charming to Death . Departemen Neurologi RSCM/FKUI, Jakarta http://www.neuroonkologi.com/articles/Disregulasi_apoptosis_pada_keganasan.pdf [Desember 2008] Meiyanto, E., Supardjan., Da’I, M., dan Agustina, D. 2006. Efek Anti proliferatif Pentagamavunon-0 terhadap Sel Kanker Payudara T47D. Jurnal Kedokteran Yarsi. 14 (1) :11-15 Meiyanto, E., Sismindari, Candra, L., dan Moordiani. 2003. Efek Antiproliferatif Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang Tanaman Cangkring ( Erythrina fusca Lour.) terhadap Sel HeLa. Majalah Farmasi Indonesia. 14(3):124 – 131 Meiyanto, E., Susilowati, S., Murwanti, R., dan Sugiyanto. 2007. Efek Kemopreventif Ekstrak Etanolik Gynura procumbens (Lour) Merr. Pada Karsinogenesis Kanker Payudara Tikus. Majalah Farmasi Indonesia. 18 (3) Meiyanto, E., dan Septisetyani, E.P. 2005. CCRC -Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Efek Antiproliferasif dan Apoptosis Fraksi 14 Fenolik Ekstrak Etanolik Daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. Terhadap Sel HeLa. Majalah: Artocarpus. (5) 2: 74-80. Mitchell, R.N., Kumar, V., Abbas, A.K., dan Fausto, N. 2005. Pocket Companion to Robbin and Cotran. Pathologic Basis Of Disease . International 7 th Edition Saunders Elsevier, New york. Mursyidi, A. 1985. Statistika Farmasi dan Biologi. Ghalia Indonesia, Jakarta Nurcahya, B.M., 2007. Efek Antiproliferasi Ekstral Etanolik Daun Awar -awar (Ficus septica Burn.) terhadap Sel Kanker Payudara T47D . Skripsi. Program S1 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Ruzin, A., dan Novick, R.P. 2000. Equivalence of Lauric Acid and Glycerol Monolaurate as Inhibitors of Signal Transduction in Staphylococcus aureus. Journal of Bacteriology. 182 (9): 2668–2671 Pendeirot, W.A., Perbedaan Pengaruh Pemberian Fraksi Etanolik S arang Semut (Myrmercodia pedens Merr Perry.) dan 5-Flourouracil terhadap Penghambatan Pertumbuhan Galur Sel Karsinoma Kolon HT29 dan Ekspresi pRb. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Purba, J.S. 2006. Sinyal Kalsium Pada Apopt osis. Makalah Symposium Charming to Death. Departemen Neurologi RSCM/FKUI, Jakarta. Silalahi, J. 2006. Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia Kedokteran. 153:39-42. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/153_17AntioksidanDalamDietdanK arsinogenesis.pdf/153_17AntioksidanDalamDietdanKarsinogenesis.html [Januari 2009] Ueda .Y., Tezuka Y., Banskota A.H., Tran Q.L., Tran Q.K., Harimaya,Y., Saiki I., dan Kadota, S. 2002. Antiproliferatif Activity of Vietnamese Medicinal Plants. Biol. Pharm Bull 25 (6): 753-760 Widinugraheni, A.I. 2007. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil Pada Kadar HDL dan LDL Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi. Program Pendidikan S1 Program Studi Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Wibowo, F.R., Astirin, O.P., Budiani, D.R. 2007. Penapisan Komponen Virgin Coconut Oil dan Buah Merah sebagai Senyawa Antikanker dengan Target Apoptosis Jalur p53. Laporan Penelitian: Insentif Riset Dasar. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat , Universitas Sebelas Maret Widjanarko, A. 2006. Apoptosis pada glioma dan perannya dalam Pengobatan Saat ini dan Mendatang. Makalah Symposium Charming to Death . Departemen Neurologi RSCM/FKUI, Jakarta. http://www.neuroonkologi.com/articles/Apoptosis_pada_glioma_dan_perannya_dalam_pen gobatan.pdf [Februari 2009] Zhao, L., Kwon, M.J., Huang, S., Lee, J.Y., Fukase, K., Inohara, N., dan Hwang, D.H. 2007. Differential Modulati on of Nods Signaling Pathways by Fatty Acids in Human Colonic Epithelial HCT116 cells . The Journal Of Biological Chemistry . 282 (16) :11618 –11628 http://www.jbc.org/cgi/doi/10.1074/jbc .M608644200 [13 Februari 2009] 15