Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 EVALUASI INVESTASI SALING EKSKLUSIF (MUTUALLY EXCLUSIVE INVESTMENT) Endang Afriyeni Dosen Politeknik Negeri Padang Jurusan Administrasi Niaga Email : [email protected] ABSTRACT Investment decisions have long-term dimension, so the decision needs to be considered, because it has long-term consequences as well. Investment or project divided into two groups, namely: independent project, and mutually exclusive projects. Independent project is a stand-alone investment/project while mutually exclusive projects are projects that have the same function. Mutually exclusive here means that if one project is taken on, the other must be rejected. It’s mean that the projects or mutually exclusive groups will eliminate the chance of another groups. Rating mutually exclusive investments is an interesting discussion both in practice and in theory, and has been widely discussed since many years. The most important and broadly used approaches in capital budgeting are the Net Present Value (NPV) and the Internal Rate of Return (IRR), but both occasionally can leding to contrary signal on the rating of mutually exclusive investments. Overall, the NPV is still the most powerful tool and the main criteria in assessing the feasibility of the investment. Keywords: Mutually Exclusive Project, Independent Project, Capital Budgeting, Internal Rate of Return, Net Present Value I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Salah satu keputusan paling penting bagi pengelolaan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan adalah keputusan tentang investasi (investment decision). Keputusan investasi merupakan keputusan yang paling penting bagi pengelolaan keuangan. Semua bagian dari aktivitas perusahaan yaitu produksi, pemasaran, dan lainlain, juga sangat terpengaruh terhadap keputusan investasi ini. Dengan demikian semua eksekutif terlepas dari tanggung jawab utamanya, harus mengetahui bagaimana keputusan investasi ini dilakukan. Keputusan investasi berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan, dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Karena keputusan investasi akan menempatkan sebagian sumber daya perusahaan pada risiko, sehingga keputusan investasi adalah keputusan yang amat penting yang diambil oleh para manajer. Dalam proses pembuatan keputusan ada banyak usulan-usulan yang diterima, dan berbagai bentuk usulan tersebut akan menjadi bahan yang harus didiskusikan dan dianalisa secara mendalam. Saat keputusan dibuat nantinya berarti keputusan tersebut ISSN 1858 – 3717 85 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 menerima salah satu usulan dan menolak usulan lainya. Jika usulan-usulan tersebut tidak dipengaruhi oleh usulan-usulan lainnya. Namun jika usulan-usulan tersebut bersifat saling tergantung (mutually exclusive) artinya dipilihnya salah satu usulan akan mampu memberi pengaruh pada penerimaan usulan lainnya. Peringkat investasi yang bersifat mutually exclusive merupakan pembahasan yang menarik baik dalam praktek maupun dalam teori dan telah didiskusikan secara luas sejak bertahun-tahun. Salah satu perhatian utama adalah perbedaan antara hasil penilaian yang berasal dari Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Perbedaan hasil penilaian ini tampaknya menjadi permasalahan yang abadi antara NPV dan IRR. IRR biasanya diabaikan dalam teori sebagai langkah yang tepat namun demikian lebih banyak dipakai sebagai alat evaluasi dari investasi/proyek bagi pengambil keputusan (Kalhoefer, 2010). II. TINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN 2.1 Investasi Istilah Investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang (Tandelilin, 2007;3). Tujuan keputusan investasi adalah memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat risiko tertentu. Menurut Riskin (2010) semakin tinggi keuntungan perusahaan semakin tinggi nilai perusahaan, yang berarti semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Keuntungan yang tinggi disertai dengan risiko yang bisa dikelola, diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan, yang berarti menaikkan kemakmuran pemegang saham (Afriyeni, 2012). Disamping itu kegiatan investasi juga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas lapangan kerja (Sherlita, 2000). Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Perencanaan terhadap keputusan investasi sangat penting karena beberapa hal: 1. Dana yang dikeluarkan untuk investasi jumlahnya besar, dan dana tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus. 2. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu untuk memperoleh kembalinya dana yang sudah diinvestasikan. 3. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. 4. Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar. 2.3 Evaluasi Investasi Dalam melakukan penilaian ekonomis terhadap suatu proyek, dibutuhkan suatu alat ukur yang dapat menunjukkan seberapa jauh suatu keputusan investasi akan dapat meningkatkan kekayaan perusahaan. Pada dasarnya ada dua metode yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atas investasi, yaitu: 86 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 A. Metode yang tidak menggunakan nilai sekarang a) Metode Accounting Rate of Return Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi bukan dari arus kas proyek. Angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak dibandingkan dengan total atau average investment. Metode ini hanya didasarkan atas rasio laba rata-rata tahunan yang diharapkan terhadap investasi rata-rata. Berikut formula yang dipakai (Brigham and Daves, 2010:378): ARR = = Average investment ) = *+ x 100% ℎ" # − % & ' (' , - Kriteria keputusan = ARR > biaya investasi, investasi diterima ARR< biaya investasi, investasi ditolak b) Metode Payback Period Metode ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali atau waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memperoleh kembali modal awalnya. Periode “Payback” diartikan sebagai jumlah tahun yang dbutuhkan (berapa lama) suatu investasi akan bisa kembali (Brigham and Houston,2003:506). Periode “ payback” menunjukkan perbandingan antara “initial invesment” dengan aliran kas tahunan. Oleh karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan. Dengan rumus umum sebagai berkut : . /0 1. ' % = 2' ' . ( % ' Semakin pendek periode paybacknya maka semakin menarik investasi tersebut (Brigham and Daves, 2010:376). Apabila periode “payback” kurang dari suatu periode yang telah ditentukan, proyek tersebut diterima, apabila tidak, proyek tersebut ditolak. B. Metode yang menggunakan nilai sekarang a) Metode Net Present Value (NPV) Net Present Value (nilai sekarang bersih) merupakan metode yang dipakai untuk menilai usulan proyek investasi yang mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Formula NPV adalah sebagai berikut (Brigham and Houston, 2003:514) : 34 34 34 7 7 = NPV = −345 + (7*9) 7 + (7*9); + ⋯ + (7*9)= dimana : CF = arus kas masuk dan arus kas keluar r = biaya modal proyek Kriteria penilaian: ISSN 1858 – 3717 87 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 Jika NPV positif maka investasi diterima sedangkan jika NPV negatif maka investasi ditolak. b) Metode Internal Rate of Return Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang dapat menjadikan NPV sama dengan nol, karena present value dari cash flow pada tingkat bunga tersebut sama dengan internal investasinya. Formula metode IRR adalah sebagai berikut (Brigham and Houston, 2003:517) IRR = −345 + 347 (7*>??) + 34; (7*>??); 2.@ = A FG + ⋯+ 34= (7*>??)= BC =0 (1 + EE) Kriteria penilaian atas usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut diterima, apabila lebih kecil diterima. c) Metode Profitability Index Metode ini merupakan perbandingan antara present value cash flow dengan original investment. IJ5K4LML9N3OPQ4R5SP PI = >=TMTOR35PM Kriteria penilaian : Jika PI > 1 maka investasi diterima Jika PI < 1 maka investasi ditolak 2.2 Investasi Mutually Exclusive Perusahaan-perusahaan mungkin akan dihadapkan dengan beberapa bentuk keputusan investasi yang berbeda satu sama lain sehubungan dengan berbagai investasi/proyek yang sedang dievaluasinya. Proyek-proyek tersebut pada umumnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: independent project, dan mutually exclusive projects. Independent project adalah proyek atau investasi yang berdiri sendiri, dalam pengertian bahwa diterimanya usulan investasi yang satu tidak akan mempengaruhi atau menghilangkan kesempatan proyek yang lain. Apabila perusahaan memiliki jumlah uang yang tidak terbatas untuk diinvestasikan, maka keseluruhan independent projects yang telah memenuhi kriteria minimum yang ditetapkan oleh perusahaan sehubungan dengan investasi yang dilakukannya dapatlah diterima. Keputusan yang diambil berdasarkan salah satu alat ukur biasanya konsisten dengan keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan alat-alat ukur lainnya (Sherlita, 2000). Misalnya sejumlah Independent Project dievaluasi dengan alat ukur NPV dan IRR maka hasilnya jika NPV memutuskan diterima maka IRR juga memutuskan diterima, begitu juga sebaliknya (Brigham and Daves, 2010 ) Sebaliknya, mutually exclusive projects adalah proyek-proyek yang mempunyai fungsi yang sama. Diterimanya salah satu proyek atau kelompok yang mutually exclusive akan menghilangkan kesempatan kelompok mutually exclusive yang lain. Misalnya, perusahaan dihadapkan pada 3 alternatif untuk meningkatkan produksinya 88 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 (ketiga alternatif akan menjalankan fungsi yang sama) maka diterimanya salah satu proyek akan menutup kesempatan 2 alternatif yang lain. Terdapat beberapa penyebab suatu bisnis bersifat mutually exclusive (Gittinger, 2986): 1. Terbatasnya sumber-sumber dana untuk kebutuhan investasi 2. Bisnis secara fisik memang tidak dapat dilaksanakan secara bersama-sama 3. Bisnis secara hukum, adat atau menurut pertimbangan lainnya mempunyai sifat bertentangan 4. Pilihan bisnis berbeda skalanya 5. Adanya pilihan alternatif teknologi Contoh berikut adalah kasus proyek dimana kondisinya bersifat mutually exclusive. Diketahui bahwa biaya modal (cost of capital) yang ditetapkan adalah 5%. Kebutuhan dana untuk investasi tersebut diperkirakan adalah Rp. 15.000.000 dari masing-masing investasi pada proyek yang diperhitungkan tersebut. Untuk menentukan proyek yang layak untuk didanai maka dapat dihitung Net Present Value (NPV) masingmasing proyek/investasi tersebut. Berikut ini data aliran kas dari masing-masing proyek tersebut: Tabel 2.1 Aliran Kas Thn Proyek/investasi A 1 Rp 10.000.000 2 Rp 21.000.000 Proyek/investasi B Rp 15.000.000 Proyek/investasi C Rp 12.000.000 Rp 22.500.000 Rp 19.500.000 Untuk menghitung NPV dari setiap proyek/investasi dapat digunakan rumus berikut: )U )U )U 2.@ = −BCG + (W* V)V + (W* X)X + ⋯ + (W* Y)Y 2.@ (Z%) = −15.000.000 + 10.000.000 21.000.000 + (1 + 0,05)W (1 + 0,05)- 2.@ (Z%) = −15.000.000 + 9.523.809,52 + 19.047.619 2.@ (Z%) = 13.571.429 2.@f(Z%) = −15.000.000 + 15.000.000 22.500.000 + (1 + 0,05)W (1 + 0,05)- 2.@f(Z%) = −15.000.000 + 14.285.714,29 + 20.408.163,27 2.@f(Z%) = 19.693.877,55 2.@)(Z%) = −15.000.000 + 12.000.000 19.500.000 + (1 + 0,05)W (1 + 0,05)- 2.@)(Z%) = −15.000.000 + 11.428.571,43 + 17.687.074,83 ISSN 1858 – 3717 89 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 2.@)(Z%) = 14.115.646,26 Berdasarkan perhitungan NPV dari setiap proyek diperoleh NPVA(2%) adalah Rp 13.571.429, sedangkan NPVB(2%) adalah Rp 19.693.877,55 dan NPV C(2%) adalah Rp 14.115.646,26. Artinya, dengan menggunakan NPV maka proyek yang layak (feasible) adalah proyek B karena NPVB jauh lebih besar keuntungan akhirnya dibandingkan dengan NPVA dan NPVC. Pendekatan yang paling penting dan luas digunakan dalam penganggaran modal adalah Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) (Tang dan Tang, 2003; Graham dan Harvey, 2001; Drury dan Tayles, 1997). Menurut Bacon (1977) ada dua alat ukur/metode yang sering direkomendasikan dalam penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). tetapi keduanya kadangkadang dapat memunculkan sinyal yang berlawanan mengenai peringkat dari proyekproyek yang saling menguntungkan (mutually exclusive investments). Hal tersebut dikarenakan perbedaan asumsi yang melekat terkait tingkat reinvestasi dana bebas. IRR berasumsi bahwa reinvestasi dana bebas dengan tingkat rate of returnnya selama periode sisa usia. Sebaliknya NPV berpegang bahwa tingkat reinvestasi adalah tetap sebesar tingkat diskonto yang ditetapkan sebelumnya (Bacon, 1977; Kalhoefer, 2010; Brigham and Daves, 2010:385). Namun NPV pada umumnya dipandang unggul ketimbang IRR. Hal ini disebabkan NPV konsisten, yaitu mempertimbangkan perbedaan skala investasi dari pernyataan secara absolut dalam satuan mata uang tidak seperti IRR yang memiliki pernyataan berbentuk persentase sehingga skala investasi terabaikan. Kelompok yang pro NPV mengatakan bahwa “Cash is King”. NPV adalah indikator yang sebenarnya dalam merefleksikan tujuan dari bisnis yaitu menghasilkan uang sebanyak-banyaknya. Selain itu disebutkan IRR punya kelemahan yaitu tidak bisa memberikan nilai IRR yang sebenarnya apabila cashflownya multisigns dan tidak menggambarkan konsep Time Value of Money. Asumsi terbaik adalah bahwa arus kas dari suatu proyek dapat diinvestasikan kembali pada tingkat cost of capitalnya, yang berarti bahwa metode NPV adaah metode yang lebih dapat diandalkan (Brigham and Daves, 2010:385). Sedangkan kelompok yang pro IRR mengatakan bahwa NPV tidak menggambarkan optimasi dan efisiensi penggunaan sumber daya dana investasi dalam kaitannya dengan tingkat pengembalian investasi (rate of return). Masalah ini dapat digambarkan dengan menggunakan contoh sederhana yang tersaji melalui Tabel 2.2 Informasi tambahan bahwa biaya modal masing-masing proyek adalah 10%, Perusahaan sedang mempertimbangkan dua proyek mutually exclusive yaitu proyek A dan proyek B. Biaya proyek masing-masing adalah Rp 40.000. Proyek A menghasilkan cash flow Rp 20.000 setiap tahun selama 3 tahun kedepan sedangkan proyek B tidak menghasilkan benefit hingga tahun ketiga ketika Rp 70.000 diterima. Disebabkan perbedaan waktu ini maka IRR dan NPV memberikan peringkat yang berlawanan dimana IRRA = 23,4% > IRRB = 20,5%, tetapi dengan menggunakan tingkat diskonto maka NPVA = Rp 9.737 < NPVB = Rp 12.592. 2.@ _(WG%) = −40.000 + 20.000 20.000 20.000 + + W (1 + 0,1) (1 + 0,1) (1 + 0,1)h 2.@ (WG%) = −40.000 + 18.181,82 + 16.528,93 + 15.026,30 90 ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 2.@ (WG%) =9.737 2.@f_(WG%) = −40.000 + 0 0 70.000 + + (1 + 0,1)W (1 + 0,1)- (1 + 0,1)h 2.@f_(WG%) = −40.000 + 0 + 0 + 52.592 2.@f(WG%) = 12.592 Tabel 2.2 Cash Flow Thn 0 1 2 3 required return Proyek A (40.000) 20.000 20.000 20.000 10% Cash Flow Proyek B (40.000) 0 0 70.000 10% Berikut ini adalah masalah-masalah yang biasa ditemukan dalam menganalisa proyek yang mutually exclusive yang membuat konflik penilaian antara NPV dan IRR 1. Size Disparity Masalah size disparity terjadi ketika menganalisa dua proyek yang mutually exclusive, namun dengan size (ukuran) yang berbeda. Contohnya adalah dalam kasus berikut ini, dimana kedua proyek mempunyai ukuran berbeda, dimana proyek A membutuhkan investasi besar, dengan arus kas yang lebih besar, sedangkan proyek B memiliki investasi yang lebih kecil dan arus kas cenderung lebih kecil juga. Tabel 2.2 Contoh Kasus Size Disparity Proyek A Tahun Proyek B Cash Flow 0 (135.000) (30.000) 1 60.000 15.000 2 60.000 15.000 3 60.000 15.000 required return 12% 12% IRR 16% 23% Tabel 2.2 mengilustrasikan perbandingan antara dua proyek yang bersifat mutually exclusive namun berbeda dalam ukuran yaitu proyek A membutuhkan investasi awal sebesar Rp 135.000 dan menghasilkan arus kas Rp 60.000 setiap tahunnya selama 3 tahun kedepan. Sedangkan proyek B membutuhkan investasi awal sebesar Rp 30.000 dengan arus kas sebesar Rp 15.000 setiap tahunnya selama 3 tahun. Tingkat Required return adalah 12% sehingga menghasilkan NPVA Rp 9.110 sedangkan NPVB Rp 6.027. Ini menunjukkan bahwa Proyek A menghasilkan NPV yang lebih tinggi, namun proyek B menjanjikan IRR yang lebih tinggi, maka pilih proyek dengan NPV terbesar, yakni proyek A. ISSN 1858 – 3717 91 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 2. Time Disparity Time disparity terjadi karena terdapat perbedaan asumsi yang digunakan NPV dan IRR. NPV menggunakan asumsi bahwa arus kas diinvestasikan pada required rate of return dari proyek, sementara IRR berasumsi bahwa arus kas diinvestasikan pada tingkat IRR. Kasus time disparity terjadi misalnya ketika arus kas dari proyek punya timing yang berbeda. Tabel 2.3 Contoh Kasus Time disparity Proyek A Tahun 0 1 2 3 4 required return IRR NPV Proyek B Cash Flow (48.000) 1.200 2.400 39.000 42.000 12% 18,10% 9.436 (46.500) 36.500 24.000 2.400 2.400 12% 25,51% 8,455 Solusi untuk memecahkan kasus ini adalah sama dengan kasus sebelumnya, yakni memilih proyek dengan NPV terbesar, yakni proyek A. Mengapa? Karena IRR menggunakan asumsi arus kas diinvestasi kembali pada tingkat IRR, padahal dalam kenyatannya sulit untuk mencari investasi dengan tingkat yang sama. 3. Unequal Lives Sementara itu, masalah unequal lives dalam pemilihan proyek terjadi ketika terdapat perbedaan dalam umur proyek. Tabel 2.4 Contoh Kasus Unequal Lives Proyek A Tahun 0 1 2 3 4 5 6 (45.000.000) 20.000.000 20.000.000 20.000.000 Proyek B Cash Flow (45.000.000) 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Tabel 2.4 menguraikan mutually exclusive antara proyek A dan proyek B dimana dengan investasi yang sama namun berbeda dalam jangka waktu kembalinya/umur proyek. Investasi awal dari masing-masing proyek adalah Rp 45.000.000 dan required return 14%. Arus kas proyek A adalah Rp 20.000.000 pertahun selama 3 tahun berturut-turut. Sedangkan proyek B menghasilkan arus kas Rp 12.000.000 setiap tahun selama 6 tahun umur proyek. NPV dari proyek A dan proyek B adalah: 2.@ _(W-%) = −45.000.000 + 92 20.000.000 20.000.000 20.000.000 + + (1 + 0,12)W (1 + 0,12)- (1 + 0,12)h ISSN 1858 - 3717 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 2.@ _(W-%) = −45.000.000 +17857142,86 + 15943877,55 + 14235604,96 2.@ _(W-%) =3.036.625,364 2.@fVX% = −45.000.000 + + 12.000.000 12.000.000 12.000.000 + + (1 + 0,12)W (1 + 0,12)- (1 + 0,12)h 12.000.000 12.000.000 12.000.000 + + (1 + 0,12)i (1 + 0,12)Z (1 + 0,12)j 2.@fVX% = −45.000.000 + 49.242.071,19 2.@fVX% = 4.242.071,195 Pada contoh kasus unequal lives ini kita tidak dapat langsung memutuskan bahwa proyek dengan NPV terbesar, yakni proyek B yang kita pilih karena kedua proyek tersebut tidak dapat dibandingkan. Solusinya dengan melakukan langkah-langkah berikut ini: 1. Hitung NPV masing-masing proyek. Menggunakan required return 12% maka diperoleh NPVA= Rp 3.036.625,36 dan NPVB= Rp 4.24.071,19. 2. Selanjutnya hitung Equivalen Annual Annuity Approach (EAA) Equivalen Annual Annuity Approach (EAA) digunakan untuk mengukur anuitas cash flow yang menghasilkan NPV yang sama dengan proyek. Dalam pendekatan ini, setelah masing-masing proyek dicari NPVnya, kemudian dibuat rata-rata tahunan dengan membaginya dengan discount factor anuitetnya selama umur ekonomis masing-masing proyek. Caranya, yakni dengan membagi NPV dengan Present Value Interest Factor of Annuity (PVIFA) masing-masing proyek. Hasilnya adalah: EAAA: NPVA/PVIFA12%,3yr = Rp 3.036.625,36 / 2,401831268 = Rp 1.264.295,875 EAAB: NPVB/PVIFA12%,6yr = Rp 4.24.071,19 / 4,111407324 = Rp 1.031.780,814 Dengan demikian, maka kita sudah mengatasi masalah perbedaan time horizon pada kedua proyek sudah dapat diatasi dengan cara menyebar present value dengan jumlah yang sama (anuitas) pada tiap umur proyek. Sekarang, kedua proyek dapat kita bandingkan. Sesuai dengan metode EAA, maka keputusannya adalah memilih proyek A. III. SIMPULAN Ketika evaluasi atas proyek yang bersifat independen maka NPV dan IRR akan sama-sama mengarah kepada keputusan yang sama. Namun ketika evaluasi investasi atas proyek-proyek yang bersifat mutully exclusive khususnya pada kasus beda ukuran (size disparity) dan beda waktu (time disparity) maka NPV lebih dapat digunakan. Sebagaimana diuraikan bahwa terdapat tiga masalah umum yang ditemui dalam menganalisa proyek yang mutually exclusive. Secara keseluruhan, NPV memang masih ISSN 1858 – 3717 93 Polibisnis, Volume 6 No. 2 Oktober 2014 menjadi piranti yang paling powerful dan merupakan criteria utama dalam mengukur kelayakan investasi. Hal ini karena NPV merupakan piranti yang paling jelas dalam mengukur seberapa besar wealth creation yang diciptakan. DAFTAR PUSTAKA Afriyeni, Endang. 2012. Keputusan Investasi Jangka Panjang, Polibisnis, Volume 4 No. 1 April 2012 Bacon, P.W, 1977. The Evaluation of Mutually Exclusive Investments. Financial Management, 6, No. 2: 55-58 Barney, L.D. Jr. and Danielson, M.G. 2004. Ranking Mutually Exclusive Projects: The Role of Duration. The Engineering Economist 49: 43-61. Brigham and Houston, 2003, Fundamental of Financial Management, 10th edition, 5shenton way, Singapore :Cengage Learning Asia, pte. Ltd Kalhoefer, Christian . 2010. Ranking of Mutually Exclusive Investment Projects – How Cash Flow Differences can Solve the Ranking Problem, Investment Management and Financial Innovations, Volume 7, Issue 2, 2010 Brigham. F. Eugene. Daves. R. Phillip. 2010, Intermediate Financial Management, Eighth Edition, Mc. Graw Hill _______________ and Gapenski. C. Louis. 1996, Intermediate Financial Management, Fifth Edition, Mc. Graw Hill Riskin, H., 2010. Keputusan Investasi Dan Financial Constraints: Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, pp. 457-479 Sherlita. Erly, 2000. Mengatasi Konflik Ranking Suatu Usulan Proyek, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Volume 2 No.1, Agustus 2000, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung 94 ISSN 1858 - 3717