Beberapa Permasalahan & Agenda Peningkatan Produktivitas & Daya Saing Bacharuddin Jusuf Habibie Masukan untuk Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional (DRN) 2011 Jakarta, 15 Desember 2011 Pertanyaan Awal: Persoalan apa yang kita hadapi sbg bangsa? Indonesia ‘terjatuh’ dalam situasi “paradoksal” Kita mengalami ketimpangan kualitas SDM Indonesia dalam “Paradoks” kita KAYA tapi MISKIN [kekayaan SDA melimpah, tapi miskin penghasilan] kita BESAR tapi KERDIL [amat besar wilayah & penduduknya, tapi kerdil dalam produktivitas dan daya saingnya] kita MERDEKA tapi TERJAJAH [merdeka secara politik, namun terjajah secara ekonomi] kita KUAT tapi LEMAH [kuat dalam tindak anarkisme, namun lemah dalam menghadapi tantangan globalisasi] kita INDAH tapi JELEK [indah dalam potensi dan prospeknya, namun jelek & korup dalam pengelolaannya] Mengapa ? karena kita terkena “Penyakit Orientasi” Kita lebih mengandalkan SDA daripada SDM Kita lebih berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang Kita lebih mengutamakan critra daripada karya nyata Kita lebih melirik makro daripada mikro ekonomi Kita lebih mengandalkan cost added daripada value added Kita lebih berorientsi pada neraca perdagangan & pembayaran daripada neraca jam kerja Kita lebih menyukai jalan pintas (korupsi, kolusi, penyelewengan, dsb) daripada kejujuran dan kebajikan Kita lebih menganggap jabatan (power) sebagai tujuan daripada sebagai sarana untuk mencapai tujuan Kesenjangan Kualitas SDM • Kesempatan Kerja yang disediakan oleh: 1. Usaha Kecil (UK) 2. Usaha Menengah (UM) 3. Usaha Besar (UB) 88,92% 10,54% 0,54% • Nilai Tambah dalam perekonomian nasional: 1. Usaha Kecil (UK) 2. Usaha Menengah (UM) 3. Usaha Besar (UB) 43,42% 15,42% 44,90% • Nilai Tambah pro Kesempatan Kerja: 1. Usaha Kecil (UK) 2. Usaha Menegah (UM) 3. Usaha Besar (UB) 0,4883 1,4630 83,1481 (1/3) ∞ (1) ∞ (3xUK) ∞ (170xUK) 5 Kesenjangan Kualitas SDM (2/3) • Usaha Kecil dan Usaha Menengah menyediakan 99,46 % lapangan kerja. • Lapangan kerja yang disediakan oleh Usaha Besar hanya 0,54%. • BPD dalam perekonomian nasional: 44,9% hasil Usaha Besar; 55,1 % hasil Usaha Kecil dan Menengah. 6 Kesenjangan Kualitas SDM (3/3) • Perbandingan Nilai Tambah yang dihasilkan tiap lapangan kerja oleh UK : UM : UB = 1 : 3 : 170, yang mencerminkan adanya: kesenjangan kualitas SDM, kesenjangan pendidikan, kesenjangan produktivitas, dan kesenjangan IPTEK. • Kesenjangan-kesenjangan tsb harus dikoreksi karena menjadi penghambat utama produktivitas dan daya saing Indonesia. 7 Mengapa? • Adakah yang salah dalam kita merumuskan strategi pengembangan SDM? • Apakah ada sesuatu yang kurang, atau tidak tepat, dalam pengembangan SDM kita? • Apakah karena respon kita yang tidak tepat dalam menghadapi globalisasi? 8 Bagian pertama: Masalah strategi pengembangan kualitas SDM 9 Perilaku dan Keterampilan SDM (1/3) Proses PENDIDIKAN, PENELITIAN & KESEMPATAN KERJA Proses PEMBUDAYAAN budaya -agama --- Iptek Perilaku dan Keterampilan SDM (2/3) budaya -- agama PERILAKU BERFIKIR iptek KETERAMPILAN BERKARYA PRODUKTIVITAS BEKERJA DAYA SAING Perilaku dan Keterampilan SDM (3/3) PERILAKU BERFIKIR BERKARYA PRODUKTIVITAS Ditentukan oleh 4 proses KETERAMPILAN BEKERJA DAYA SAING Prasyarat Produktivitas & Daya Saing (1/2) 2 PRASYARAT PRODUKTIVITAS & DAYA SAING 1. MERDEKA 2. BEBAS Prasyarat Produktivitas & Daya Saing (2/2) • Dengan demikian prasyarat utama untuk mengembangkan produktivitas dan keunggulan SDM (merdeka & bebas) telah dipenuhi. Yang masih harus dikembangkan adalah: Prasarana dan konsep teruji proses “Pembudayaan“ Prasarana dan konsep teruji proses “Pendidikan dan Penelitian“ Prasarana dan konsep teruji penyediaan “Lapangan Kerja“ • Mission impossible tersebut dilaksanakan dengan “evolusi yang dipercepat“, di mana semua masalah tahap demi tahap dapat diselesaikan secara tuntas agar dapat berhasil dengan cara yang paling cepat, murah, berkualitas, berrisiko rendah dengan hasil yang memuaskan dan tepat waktu. Hakekat Teori Keilmuan & Implementasinya (1/4) • Teori harus didasarkan pada filsafat dan realitas alami oleh karenanya, teori memiliki “kendala awal“ (initial condition) dan “kendala batasan“ (boundary condition) yang tergantung pada tempat dan waktu. • Kesejahteraan, kualitas hidup dan ketentraman diidamkan semua orang, dan telah dilaksanakan beberapa model: © Pendekatan „top down“ atau dari yang kaya ke yang miskin, sistem “kapitalisme“. © Pendekatan „buttom up“ atau dari yang miskin (proletar) ke yang kaya, sistem “komunisme“. © Pendekatan dari tengah ke atas maupun ke bawah “pasar yang berorientasi pada nilai-nilai sosial“ (Soziale Marktwirtschaft) Hakekat Teori Keilmuan & Implementasinya (2/4) 3 model pendekatan goods goods goods goods goods goods Pendekatan “kapitalistik” buttom up process trickle down effect ke atas ke atas ke samping ke bawah ke samping Pendekatan “komunistik” tengah ke bawah Pendekatan “Soziale Marktwirtschaft” Hakekat Teori Keilmuan & Implementasinya (3/4) • Sejarah membuktikan: pendekatan kedua telah berakhir dengan “bangkrutnya“ masyarakat penganut pendekatan tersebut pendekatan pertama: jika tidak diadakan koreksi yang mendasar, akan menuju proses “kebangkrutan“ pula. • Kita harus belajar dari kesalahan dan kekeliruan orang lain dan kekeliruan kita sendiri. • Kietiga pendekatan tersebut kemudian telah dikembangkan berbagai teori oleh para pakar manca negara, termasuk mereka yang mendapat hadiah Nobel, dan ternyata teoriteori tsb juga perlu ditinjau kembali. Hakekat Teori Keilmuan & Implementasinya (4/4) • Bukan masyarakat harus berubah menyesuaikan cita-citanya dengan berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan tetapi sebaliknya: Para ilmuwanlah yang harus merubah pendekatan untuk disesuaikan dengan keadaan lingkungan (nasional dan global) yang terus berubah tanpa mengorbankan cita-cita kita sendiri. • Kita harus memperhatikan dan memprioritaskan kepentingan rakyat Indonesia sendiri, sebagai bangsa yang bermartabat, yang sedang berjuang menuju cita-cita, dengan berbagai keterbatasan yang ada. Bagian kedua: Masalah strategi menghadapi Globalisasi 19 Globalisasi, Pasar dan Kepentingan Nasional (1/6) Pasar DOMESTIK “mekanisme pasar” Pasar REGIONAL Pasar DUNIA Rentan thd manipulasi Globalisasi, Pasar dan Kepentingan Nasional (2/6) negara yg kuat negara berkembang bagaimana di Indonesia…. ??? Globalisasi, Pasar dan Kepentingan Nasional (3/6) !! Globalisasi: Neraca Perdagangan, Pembayaran & Jam Kerja (1/4) Perdagangan Pembayaran Globalisasi: Neraca Perdagangan, Pembayaran & Jam Kerja (2/4) Pembayaran Perdagangan Jam Kerja Globalisasi: Neraca Perdagangan, Pembayaran & Jam Kerja (3/4) Kasus China & India Pembayaran Perdagangan Jam Kerja Globalisasi: Neraca Perdagangan, Pembayaran & Jam Kerja (4/4) • Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran di beberapa masyarakat Amerika Utara, Eropa dan Jepang tercermin pada perbandingan hutang terhadap GDP yang sudah mendekati 100%. (bahkan USA > 100% dan Jepang > 200% dari GDP) • Hutang Jepang diperoleh dari masyarakatnya sendiri (dengan suku bunga yang rendah), hutang di Amerika Serikat diperoleh dari pasar global (dengan suku bunga yang relatif tinggi) Mengapa demikian? Bagaimana dengan risiko dan jaminan pinjaman? Apa akibatnya? Globalisasi: Ketikakseimbangan Pendapatan & Pengeluaran (1/6) Mengapa? (Kasus USA): • Pasca PD II pasar domestik USA berkembang pesat terbesar di dunia (ekonomi Eropa, Jepang dan Asia hampir hancur) • Mata uang Amerika (US$) menjadi andalan bagi hampir semua mata uang manca negara (cadangan emas tidak lagi menjadi satu-satunya andalan). • Permintaan mata uang US$ meningkat/melampaui kebutuhan pasar domestik USA. Globalisasi: Ketikakseimbangan Pendapatan & Pengeluaran (2/3) • Anggaran untuk membiayai kehadiran USA sebagai adikuasa di dunia meningkat meningkatkan pengeluaran negara, dgn akibat: hutang USA melampaui 100% kemampuan GDPnya • Sementara nilai US$ -- yang menjadi mata uang internasional -dicegah tidak turun, karena akan berdampak pada penurunan nilai cadangan negara-negara lain -- seperti Cina, Jepang dan Eropa -- akan menurun pula ( merugikan semua!). Nilai mata uang ditentukan oleh: pertumbuhan GDPnya permintaan mata uang tersebut di pasar domestik, regional dan global Mata uang menjadi “komoditas perdagangan“ Globalisasi: Ketikakseimbangan Pendapatan & Pengeluaran (3/3) (Kasus Jepang): • Pasar domestik Jepang juga besar, namun mata uang Yen tidak dimanfaatkan sebagai andalan perdagangan dan cadangan manca negara • Penanganan ketidakseimbangan pendapatan dan pengeluaran a.l. dengan mekanisme: insentif perpajakan dan insentif lain suku bunga Yen yang ditekan serendah mungkin shg kurang menarik bagi investor global Globalisasi: Ketikakseimbangan Pendapatan & Pengeluaran (4/6) Bagaimana risiko & jaminan pinjaman? (kasus Jepang): Dengan undang-undang, regulasi Pemerintah dan Bank Sentral Jepang, risiko dan jaminan direkayasa secara pragmatis. Dengan suku bunga yang rendah dan sistem perpajakan yang terarah pada peningkatan jam kerja atau lapangan kerja secara “gotong royong“. Contoh: pembiayaan proyek yang menciptakan lapangan kerja diberi suku bunga yang sangat rendah & jenjang pelunasan yang panjang, dampaknya pengangguran dapat ditekan atau dicegah Globalisasi: Ketikakseimbangan Pendapatan & Pengeluaran (5/6) (Kasus USA): • USA menyadari bahwa negara pengekspor komoditas ke pasar USA sangat berkepentingan memelihara pasar USA tetap sehat dan befungsi sehingga lapangan kerja di negara tersebut dapat dipertahankan. • Mata uang US$ dipertahankan stabilitasnya melalui mekanisme pasar komoditas uang untuk mencegah menurunnya nilai cadangan mereka. • Semua pemikiran dan kebijakan diarahkan pada pertumbuhan GDP, pengendalian inflasi dan akhirnya penyediaan lapangan kerja. Negara-negara lain umumnya bergerak di antara dua skenario model Jepang atau USA. Globalisasi: Ketikakseimbangan Pendapatan & Pengeluaran (6/6) Apa akibatnya? • Bursa yang semula berfungsi sebagai “mekanisme pengumpulan dana“ berubah menjadi “pusat keunggulan berspekulasi dan berjudi“. • Informasi diperluas dengan “gosip“ sangat mengganggu kreditibilitas bursa, karena analisis dan pemberitaan distortif yang berkembang cepat dan membingungkan. • Akibatnya para penanam modal di bursa berkurang jumlahnya, dan berbagai akibat lain yang merugikan. • Kita beruntung krn perusahaan yang terdaftar di bursa Indonesia tidak atau belum didominasi oleh perusahaan yang menyediakan banyak lapangan kerja. Bagian ketiga: Strategi dan upaya Pemecahan Masalah Kualitas SDM 33 Prasarana Pengembangan SDM Pemerataan Pembudayaan dan Pendidikan Pemerataan Kualitas Pelayanan Informasi Pemerataan Lapangan Kerja dan Jam Kerja Pemerataan Pembudayaan & Pendidikan (1/2) • Mendorong Berlangsungnya proses Pembudayaan yang memadai dalam lingkungan keluarga/rumah tangga oleh orang tua. Mengembangkan, sosialisasi dan pembinaan proses Pembudayaan tersebut kepada orang tua melalui jalur RT, RW, Puskesmas, dan lembaga masyarakat yang lain. • Pembebasan biaya total untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) • Pembebasan biaya total untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pemerataan Pembudayaan & Pendidikan (2/2) • Pembebasan biaya total untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) • Pembebasan biaya total untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) • Pembebasan biaya selektif untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) • Pembebasan biaya selektif untuk pendidikan S1, S2 dan S3 Pemerataan Kualitas Pelayanan Informasi • Pemerataan kualitas informasi melalui media cetak dan elektronik yang disempurnakan oleh jaringan atau network informasi elektronik. • Penyediaan dan penyebaran informasi yang berorientasi pada pasar, lapangan kerja, produktivitas SDM dan pembangunan setempat dan nasional harus diutamakan Pemerataan Lapangan Kerja & Jam Kerja (1/2) • Pasar domestik adalah penggerak utama pembangunan • Produk apa saja yang meningkatkan jam kerja dan menciptakan lapangan kerja diberi insentip (tidak tergantung dari pemiliknya) • Produk apa saja yang mengambil jam kerja atau lapangan kerja diberi penalty (tidak tergantung dari pemiliknya) • Globalisasi tidak berarti dan tidak boleh mengorbankan kepentingan SDM masyarakat! Pemerataan Lapangan Kerja & Jam Kerja (2/2) • Karya nyata dari perusahaan mikro, kecil, menengah dan besar yang meningkatkan nilai tambah, kualitas produk dan daya saing karena produktivitas karyawan diberi insentip. • Produk “offset“ sebagai pengimbangan impor diterapkan secara konsisten. • Produksi yang progresif meningkatkan kandungan lokal pada proses nilai tambah dan “evolusi yang dipercepat“diterapkan secara konsisten Menghadapi globalisasi: • Jangan sampai proses globalisasi berkembang menjadi jaringan neo kolonialisme sebagai adikuasa-adikuasa baru! (Jangan sampai terjadi „VOC- gaya baru“ di Indonesia!) • Membeli produk apa pun yang dibuat di dalam negeri berarti mengembangkan lapangan kerja atau jam kerja yang kita butuhkan. • Tiap investor di Indonesia yang memproduksi komoditas nilai tambah pasar nasional, regional dan global akan membantu proses pemerataan wajar diberikan insentif. • Tiap impor produk yang dapat melemahkan proses pemerataan harus dihindari atau bahkan dipersulit pelaksanaan (desinsentif). Mengoreksi situasi “paradoksal” 1/2 “Orientasi yg SAKIT” “Orientasi yg SEHAT” SDA >> SDM SDA << SDm jangka pendek >> panjang jangka pendek << panjang citra >> karya nyata citra << karya nyata makro >> mikro ekonomi makro ~ mikro ekonomi cost-added >> value-added cost-added << value-added neraca perdagangan & pembayaran >> jam kerja neraca perdagangan ~ pembayaran ~ jam kerja jalan pintas >> kejujuran dan kebajikan kejujuran dan kebajikan power >> amanah orientated amanah orientated Mengoreksi situasi “paradoksal” 2/2 • Di samping upaya “penyembuhan” atau “penyehatan” orientasi, kita perlu menyegarkan kembali kesadaran sebagai warga bangsa yang ber-Pancasila, beragama, dan mempunyai cita-cita luhur sebagai bangsa yang beradab dan terhormat (Pembukaan UUD 1945). • Menanamkan kesadaran akan bahaya bilamana “paradoks bangsa” terus berlanjut tanpa upaya koreksi yang berarti dan serius ( bangsa yang gagal) • Memahami kesalahan (kolektif) bangsa yg diindikasikan dengan “penyakit orientasi” (orientasi yg ‘sakit’), dan kesadaran untuk melakukan upaya “penyembuhan” yang serius dan berkelanjutan Terima Kasih