ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DI BPM HJ. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh: DINI SITI NURJANAH NIM. 13DB277102 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DI BPM HJ. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 20161 Dini Siti Nurjanah2 Metty Nurherliyani3 Nurhidayat4 INTISARI Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Berdasarkan studi pendahuluan di BPM Hj. Eet Sumiati, SST., MM Kota Tasikmalaya Januari-Maret 2015 didapatkan data tentang ibu nifas fisiologis sebanyak 16 orang. Tujuan penelitian untuk meningkatkan Ilmu pengetahuan dan memberikan asuhan kebidanan komprehensif khususnya pada ibu nifas. mampu Hasil Laporan Tugas Akhir Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis Ny. S umur 31 Thaun setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 minggu hasilnya adalah ibu tidak ada keluhan seperti mules, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, TD: 120/80 mmHg, N: 85x/menit, S: 36,8°C, P: 21x/menit. Tidak ada bekas luka jahitan di perineum. Ibu bersedia untuk tetap menyusui bayinya. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaannya dan ibu sudah minum obat sesuai dengan anjuran Bidan dan tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan. Kata Kunci : Nifas Kepustakaan : 11 Referensi (2007-2014) Halaman : i-x, 40 halaman, 7 lampiran 1 Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis vii 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menemukan sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebagian besar (90%) kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi yaitu 450 per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan kematian ibu di negara maju. 80% kematian ibu pada tahun 2011 diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklampsia (WHO, 2012). Masa nifas disebut juga puerperium adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan (Prawirohardjo S, 2009). Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebaban ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini (Noveri Aisyaroh, 2011). Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dan kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2009). 3 Berdasarkan hasil penelitian Elvina M pada tahun 2011 di Medan tentang skor kualitas hidup postpartum berdasarkan faktor demografi ibu menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna berdasarkan masalah klinis yang menyertai dan jenis persalinan. Jenis persalinan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap skor kualitas hidup. Pelaksanaan perawatan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas nifas, dari 222,084 wanita yang melahirkan sebanyak 10,751 datang ke unit gawat darurat dalam 42 hari setelah melahirkan. 58% pasien menunjukkan kondisi yang berhubungan dengan kehamilan; 42% pasien menunjukkan kondisi yang tidak berhubungan dengan kehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan suatu negara dan merupakan salah satu target Millenium Development Goals (SDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dari bulan Januari-Desember 2015 didapatkan data tentang asuhan yang diberikan setiap kunjungan kepada bu nifas pada kunjungan ke 1 sebanyak 12.285 orang, pada kunjungan ke 2 sebanyak 12.212 orang, dan pada kunjungan ke 3 sebanyak 12.207 orang. Jumlah data ibu nifas fisiologis sebanyak 1.655 orang dan ibu nifas patologis sebanyak 94 orang. Sedangkan jumlah angka kematian ibu sebanyak 20 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari lahan praktik yaitu BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya dari bulan Januari-Maret 2015 didapatkan data tentang ibu nifas fisiologis sebanyak 16 orang. Nifas adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan atau setelah melahirkan, selama masa nifas seorang perempuan dilarang untuk shalat, puasa dan berhubungan intim dengan suaminya. Hal tersebut berdasarkan Qs. Al-Baqarah Ayat : 222 4 Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa bagaimana cara memperlakukan wanita disaat haid. Haid adalah suatu kotoran. Maka tidak diperbolehkan seorang suami menyetubuhi istrinya disaat sedang haid. Apabila mereka telah suci atau bersih dari haid, diperbolehkan untuk mendekatinya. Sesungguhnya Allah SWT memuliakan dan menerima orang-orang yang bertaubat dari dosa dan menyukai orang orang yang mensucikan diri dari kotoran. Melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati, SST., MM Kota Tasikmalaya. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah ini berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka masalah yang dirumuskan pada kasus komprehensif “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif yang dilakukan pada Ny. S umur 31 tahun P3A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya”? 5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. b. Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa masalah pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. d. Mampu menegakkan diagnosa kebutuhan terhadap tindakan segera pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. e. Mampu membuat perencanaan asuhan kebidanan pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. 6 i. Mampu mengetahui kesenjangan antara teori dan praktik yang dilakukan pada Ny. S umur 31 tahun P3 A0 Post Partum Fisiologi di BPM Hj.Eet Sumiati, SST, MM Kota Tasikmalaya. D. Manfaat 1. Bagi Penulis Lain. Laporan komprehensif ini diharapkan sebagai bahan masukan atau informasi bagi mahasiswa untuk menambah wawasan, keterampilan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas 2. Bagi Institusi Pendidikan Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga pendidikan untuk menambah bahan bacaan sehingga dapat menunjang proses pembelajaran bagi mahasiswa dan bahan masukan bagi lembaga pendidikan untuk menghasilkan lulusan bidan profesional dan mandiri. 3. Bagi Institusi Pelayanan Diharapkan dapat mempertahankan semua pelayanan yang sudah maksimal dan bahan masukan bagi pihak pelayanan agar bisa meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya mengenai masa nifas. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Masa Nifas 1. Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan adalah urutan pengembalian keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir keluarga berencana. Berdasarkan penelitian Noveri Aisyaroh, 2011 menyatakan bahwa asuhan kebidanan didasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan. Materi asuhan kebidanan masa nifas terdiri dari pemantauan, pemeriksaan antara lain mengukur suhu tubuh dan denyut nadi wanita, mencatat tekanan darah, memeriksa payudara, mengkaji involusi uteri, memantau lokia dan jika perlu memeriksa perineum wanita tersebut. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dari pemantauan dan pemeriksaan kebidanan adalah mendeteksi masalah kesehatan postpartum. 2. Teori Masa Nifas Masa nifas ( postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat- alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini berkisar 6- 8 minggu. ( Sujiyatini, 2010) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ 8 kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009) Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saefuddin, 2009) Puerperium ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. 3. Macam-Macam nifas a. Puerperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan dan boleh bekerja setelah 40 hari b. Puerperium intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia lamanya 6 – 8 minggu c. Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan atau tahunan. ( Sujiyatini, 2010) 4. Tujuan Asuhan Masa Nifas a. Memulihkan dan mempertahankan kesehatan fisik ibu dengan : 1). Mobilisasi bertahap 2). Menjaga kebersihan 3). Mencegah terjadinya anemi b. Memulihkan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu dengan memberi dukungan dan memperkuat keyakinan ibu dalam menjalankan peran ibu. c. Mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas dan bila perlu melakukan pengobatan ataupun rujukan. 9 d. Memperlancar dalam pembentukan ASI. e. Memberikan konseling informasi dan edukasi / KIE pada ibu dan keluarganya tentang perubahan fisik dan tanda- tanda infeksi, pemberian ASI, asuhan pada diri sendiri, gizi seimbang, kehidupan seksual dan kontrasepsi sehingga ibu mampu merawat dirinya dan bayinya secara mandiri selama masa nifas. ( Sujiyatini, 2010) 5. Nifas Menurut Islam Nifas adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan atau setelah melahirkan selama masa nifas seorang perempuan dilarang untuk shalat, puasa dan berhubungan intim dengan suaminya. Hal tersebut berdasarkan QS. Al- Baqarah Ayat 222: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa bagaimana cara memperlakukan wanita disaat haid. Haid adalah suatu kotoran. Maka tidak diperbolehkan seorang suami menyetubuhi istrinya disaat sedang haid. Apabila mereka telah suci atau bersih dari haid, diperbolehkan untuk mendekatinya. Sesungguhnya Allah SWT memuliakan dan menerima orang- 10 orang yang bertaubat dari dosa dan menyukai orang orang yang mensucikan diri dari kotoran. Disisi lain nifas menurut Islam batasan maksimalnya para ulama berselisih pendapat. Menurut as Syafi’iyah biasanya nifas itu empat puluh hari, sedangkan menurut al Malikiyah dan juga as Syafi’iyah paling lama nifas itu adalah enam puluh hari, menurut al Hanafiyah an al Hanabilah paling lama empat puluh hari. Bila lebih dari empat puluh hari maka darah istihadhah. Hadist menurut riwayat Abdullah (2014) yaitu: “Dari Ummu Slamah r.a berkata: para wanita yang mendapat nifas, dimana Rasulullah duduk selama empat puluh hari empat puluh malam (HR. Khamsah kecuali Nasa’i) Selain itu, seorang ibu wajib menyusukan anaknya hingga 2 tahun. Hal i t u b e r d a s a r kan QS. Al-Baqarah ayat 233: 11 Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ketahuilah bahwa Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa ini adalah bimbingan dari Allah Ta’ala bagi para ibu supaya mereka menyusui anak-anaknya secara sempurna, yaitu dua tahun penuh. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf maksudnya seorang bapak berkewajiban memberikan nafkah dan pakaian kepada ibu bayi yang menyusui dengan cara ma’ruf yaitu yang sesuai dengan kebiasaan yang berlaku bagi mereka dinegeri mereka masing-masing dengan tidak berlebihan atau juga terlampau kurang, sesuai dengan kemampuan dan kemudahan yang diberikan bapak si bayi. Janganlah seorang ibu menderita karena kesengsaraannya karena anaknya yaitu ibu memberikan anaknya kepada bapaknya dengan maksud untuk menyusahkan bapaknya dalam mengasuhnya. Tetapi seorang ibu tadi tidak boleh menyerahkan bayinya itu ketika baru melahirkannya hingga dia menyusuinya karena sering kali bayi yang tidak bertahan hidup bila tidak menyusunya. Kemudian setelah masa penyusuan itu, dia boleh memberikan bayi tersebut, jika dia menghendaki. Tetapi jika hal itu menyusahkan bapaknya, maka dia tidak boleh menyerahkan bayi itu kepadanya, sebagaimana si bapak tidak boleh merebut bayinya tersebut dari ibunya dengan tujuan untuk membuatnya sengsara. Dan waris pun berkewajiban demikian ada yang mengatakan tidak boleh 12 menimpakan mudlarat kepada kerabatnya. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan maka tidak ada dosa keduanya maksudnya jika kedua orang tua itu, telah sepakat untuk menyapihnya sebelum masa dua tahun dan keduanya melihat adanya kebaikan dalam hal itu bagi bayi lalu keduanya mengambil kesepakatan makan tidak ada dosa bagi keduanya. Tetapi keputusan itu tidak cukup jika hanya berasal dari salah satu pihak (bapak atau ibu) dan salah satu pihak tidak boleh memaksakan hal itu tanpa adanya permusyawaratan dengan pihak lain. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan orang lain, maka tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran menurut apa yang patut, maksudnya bapak dan ibu bayi telah sepakat untuk menyusukan anaknya kepada orang lain karena suatu alasan baik dari pihak bapak atau pun ibu maka tidak ada dosa bagi keduanya atasa penyerahan bayi mereka. Dan bukan suatu kewajiban bagi pihak bapak untuk memenuhi permintaan penyerahan itu ( untuk disusui wanita lain) apabila dia telah menyerahkan upahnya yang terdahulu dengan cara yang paling baik, lalu bayi disusukan wanita dengan upah tersebut dengan cara yang ma’ruf. 6. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskuluskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Adapun perubahannya adalah sebagai berikut : a. Sistem Reproduksi 1). Involusi uterus Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua /metrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea. Ukuran uterus yaitu: a). Setelah bayi lahir sekitar 1000 gr. Tinggi fundus uterinya sepusat. 13 b). Pada akhir kala III ukuran uterus sebesar 750 gr. Tinggi fundus uterinya 2 jari dibawah pusat. c). Pada minggu pertama uterus berukuran 500 gr. Tinggi fundus uterinya ada di pertengahan sympisis. d). Pada minggu ke-2 uterus berukuran 350 gr. Tinggi fundus uterinya sudah tidak teraba. e). Pada minggu ke-6 ukuran uterus sebesar 50 gr. Tinggi fundus uterinya sudah tidak teraba sama sekali atau kembali normal seperti semula. 2). Involusi tempat plasenta Setelah plasenta , tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini akan mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. 3). Perubahan ligamen Ligamen- ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamila ndan partus, setelah janin lahir, berangsur- angsur menciut kembali seperti sedia kala. 4). Perubahan pada serviks Serviks mengalami involusi bersama- sama uterus. Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari 5). Lochea Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. a). Lochea rubra (cruenta) 14 Berisi darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa lanugo dan mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan b). Lochea sangunolenta Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Pada hari ke 3-7 pasca persalinan c). Lochea serosa Berwarna kuning. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan. d). Lochea alba Cairan putih setelah 2 minggu 6). Perubahan pada vulva, vagina dan perineum Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. b. Sistem Pencernaan 1). Nafsu makan Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan ringan. 2). Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan mortalitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. 3). Pengosongan usus Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. c. Sistem Perkemihan 1). Keseimbangan cairan dan elektrolit 15 a). Mencapai hemostasis internal b). Keseimbangan asam basa c). Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin 2). Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh a). Pengaturan tekanan darah b). Perangsangan produksi sel darah merah 3). Sistem urinarius Perubahan hormonal pada masa hamil ( kadar streroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa postpartum. 4). Komponen urin Glikosuria ginjal yang diinduksikan oleh kehamilan menghilang. 5). Diuresis postpartum Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. 6). Uretra dan kandung kemih Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. d. Sistem Muskuluskeletal Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa postpartum. Adaptasi ini mencakup hal- hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilitasi sensi lengkap pada minggu ke 6 sampai minggu ke- 8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal sebelum hamil, kaki wanita melahirkan. e. Sistem Endokrin 1). Hormon plasenta tidak menglami perubahan setelah 16 Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sampai hari ke- 7 postpartum dan sebagai pemenuhan mamae pada hari ke- 3 postpartum 2). Hormon pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke- 3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi 3). Hipotalamik pituitary ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi f. Sistem Kardiovaskular Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui seksio sesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hematokrit. Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4- 6 minggu. Setelah persalinan, volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 pospartum g. Sistem Hematologi Selama minggu- minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor- faktor pembekuan darah meningkat h. Perubahan Pada Tanda- Tanda Vital 1). Suhu badan Suhu badan setelah persalinan mungkin naik 0,5° C hingga 37,2° C- 37° C, tetapi tidak melebihi 38° C. 17 2). Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60- 80 kali permenit. Sehabis melahirkan bisa terjadi brakardia puerperial yang denyut nadinya mencapai 40-50 kali/ menit. 3). Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. 4). Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. ( Sujiyatini, 2010) 4. Aspek Psikososial yang Terjadi Pada Masa Nifas a. Fase taking in Yaitu terjadi fantasi, introspeksi, proyeksi dan penolakan perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya,mungkin pasif dan ketergantungan. b. Fase taking hold Yaitu tahap meniru dan role play. c. Fase letting go Yaitu ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayinya. ( Sujiyatini, 2010) 5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas a. Nutrisi dan Cairan Disamping perawatan pada bayi, yang juga sangat penting diperhatikan adalah merawat kesehatan ibu. Demikian pula dengan asupan makanannya terutama bagi ibu yang menyusui b. Ambulasi Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan bagi ibu pasca bersalin karena hal ini akan meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah resiko terjadi tromboplebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga dapat mencegah konstipasi dan retensi urine serta ibu akan merasa sehat. 18 c. Eliminasi BAB/ BAK Ibu pasca bersalin harus berkemih dalam 6-8 jam pertama minimal 200cc. d. Kebersihan diri Menjaga kebersihan bagi ibu nifas sangatlah penting karena ibu postpartum sangat rentan terhadap kejadian infwksi sehingga ibu perlu selalu menjaga kebersihan seluruh tubuhnya, pakaian yang dikenakannya serta kebersihan lingkungannya e. Perawatan Luka Perineum Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. f. Istirahat Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, hal ini penting karena jika ibu kurang istirahat akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara umum. g. Seksual Pada masa nifas sering terjadi penurunan libido pada ibu. Adanya ruptur perineum dan penurunan hormon steroid akan mempengaruhi keinginan ibu untuk berhubungan seksual. h. Keluarga berencana Pada periode postpartum, pemakaian kontrasepsi diperlukan karena dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin dengan memperpanjang masa interval diantara kehamilan, karena jarak kehamilan yang terlalu dekat (3 -18 bulan) akan meningkatkan kejadian BBLR, kelahiran prematur, bayi kecil, kematian neonatal, dan kematian janin. i. Senam nifas Senam nifas adalah senam yang terdiri atas sederetan gerakangerakan tubuh yang dilakukan ibu- ibu setelah melahirkan guna mempercepat pemulihan keadaan ibu ( Sujiyatini, 2010). 19 Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah: 1). Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat mengurangi sakit punggung. 2). Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap, misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan. 3). Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu. Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah: 1). Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu. 2). Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat alat kandungan. 3). Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut, dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. 4). Memperlancar pengeluaran lochea. 5). Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan. 6). Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan. 7). Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli, trombosia, dan lain-lain. Manfaat senam nifas adalah membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul, dan membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan. Senam nifas ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetrik atau penyakit masa nifas, misalnya pada 20 ibu dengan hipertensi, pasca kejang, demam selama / setelah melahirkan. Namun tidak menutup kemungkinan ibu melakukan sendiri gerakan senam nifas di rumah setelah kondisi ibu pulih. Sebaiknya senam nifas dilakukan di antara waktu makan. Bila setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Bila sebelum makan ibu akan merasa lemas. Senam bisa dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (continue). Setiap gerakan bisa dilakukan selama 8 (delapan) kali setiap harinya dan boleh ditingkatkan setiap hari menurut kondisi ibu. Sebelum melakukan senam nifas, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu : 1). Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga. 2). Persiapkan minum, sebaiknya air putih. 3). Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur. 4). Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya denyut nadi, kemudian hitung selama 1 (satu) menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60-90 kali per menit. 5). Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika menginginkan. 6). Petunjuk untuk bidan / tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk melakukan senam nifas : perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontraindikasi dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnnya kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan sebelum dan sesudah senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan. 21 Macam-macam gerakan senam nifas dimulai dari hari pertama setelah melahirkan sampai dengan gerakan hari kesepuluh setelah melahirkan, yaitu: HARI PERTAMA SETELAH MELAHIRKAN Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut sambil mengkontraksikan otot perut. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KEDUA SETELAH MELAHIRKAN Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus ke depan. Angkat kedua tangan lurus ke atas sampai kedua telapak tangan bertemu, kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI MELAHIRKAN KETIGA SETELAH 22 Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali. Ingat jangan menghentak ketika menurunkan pantat. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KEEMPAT SETELAH MELAHIRKAN Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan, tangan kanan di atas perut, dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar anus dan mengkontraksikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan ke posisi semula sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KELIMA SETELAH MELAHIRKAN Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan otot 23 sekitar anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KEENAM SETELAH MELAHIRKAN Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90 derajat secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KETUJUH SETELAH MELAHIRKAN Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil mengkontraksikan perut, kemudian turunkan perlahan. Atur pernafasan. Lakukan sesuai kemampuan, tidak usah Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KEDELAPAN SETELAH MELAHIRKAN memaksakan diri. 24 Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengendurkan anus. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KESEMBILAN SETELAH MELAHIRKAN Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan. Angkat kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan kembali pelan-pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki. Atur nafas saat mengangkat dan menurunkan kaki. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. HARI KESEPULUH SETELAH MELAHIRKAN Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala, kemudian bangun sampai posisi duduk, lalu perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit up). Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali. Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang ditekuk di belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksakan. 6. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas a. Kunjungan I Waktu 6- 8 jam setelah persalinan Tujuan : 25 1). Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2). Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut 3). Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4). Pemberian ASI awal 5). Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6). Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah terjadinya hipotermi 7). Mendampingi ibu dan bayi baru lahir bagi petugas kesehatan yang menolong persalinan ibu minimal 2 jam setelah lahir atau sampai kondisi ibu dan bayi stabil. b. Kunjungan II Waktu 6 hari setelah persalinan Tujuan : 1). Memastikan involusi uterus berlangsung normal yaitu kontraksi uterus baik, fundus uteri dibawah umbilicus dan tidak ada perdarahan maupun bau yang abnormal. 2). Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3). Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. 4). Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda- tanda peyulit. 5). Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi meliputi : perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. c. Kunjungan III Waktu 2 minggu setelah persalinan Tujuan sama dengan tujuan kunjungan 6 hari setelah bersalin. d. Kunjungan IV Waktu 6 minggu setelah persalinan Tujuan : 26 1). Mengidentifikasi tentang kemungkinan terjadinya penyulit pada ibu dan bayinya. 2). Memberikan konseling metode kontrasepsi/ KB secara dini. ( Sujiyatini, 2010). 7. Keuntungan dan keterbatasan kunjungan nifas Kunjungan rumah postpartum memiliki keuntungan yang sangat jelas karena membuat bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota keluarga di dalam lingkungan yang alami dan aman. Bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada di rumah, demikian pula keamanan di rumah dan di lingkungan sekitar. Kedua data tersebut bermanfaat untuk merencanakan pengajaran atau konseling kesehatan. Kunjungan rumah lebih mudah dilakukan untuk mengidentifikasi penyesuaian fisik dan psikologis yang rumit. Selain keuntungan, kunjungan rumah postpartum juga memiliki keterbatasan yang masih sering dijumpai, yaitu sebagai berikut: a. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh b. Terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan c. Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney 2007 Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berfikir atau bertindak secara sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak, baik klien maupun pemberi asuhan. Menurut Hellen Varney (1997), manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahap yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007). 27 Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun tenaga kesehatan. Manajemen kebidanan menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen kebidanan menurut Varney (1997) adalah: 1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. 2. Menginterpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah. 3. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. 4. Menetakan kebutuhan terhadapa tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien. 5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya. 6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman. 7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan mengulang kembali penatalaksanaan proses asuhan. Meskipun proses tersebut dipecah menjadi tujuh langkah, namun semuanya saling berhubungan dan berulang kembali. Untuk bisa mengevaluasi efektifitas rencana pengasuhan, diperlukan pengumpulan data, pengevaluasian, dan pembuatan rencana asuhan kembali. Berikut penjelasan secara terinci dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney: a. Langkah I (pertama) : Pengkajian data dasar. Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara: 1). Anamnesa. 2). Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital. 28 3). Pemeriksaan khusus. 4). Pemeriksaan penunjang. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/masukan klien yang sebenarnyadan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. b. Langkah Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkuppraktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. c. Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. 29 d. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus. Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. e. Langkah V : Merencana Asuhan Secara Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalahmasalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. f. Langkah VI : Implementasi 30 Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap betanggung jawab untuk mengarahkan pelakasanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalakasanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. g. Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan menjadi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik. Menurut Soepardan, (2008). C. Peran Bidan dalam Masa Nifas Bidan memiliki peran penting dalam pemberian asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas, antara lain: 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 31 4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. 5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang nyaman. 7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. 8. Memberikan asuhan secara profesional. D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas 1. Pendokumentasian SOAP Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Hidayat, 2009). Untuk pendokumentasian asuhan dapat menggunakan catatan SOAP. Catatan SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu: a). S : Subjektif 1). Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari klien melalui anamnesa baik secara langsung maupun tidak langsung. 2). Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup). 3). Catatan ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan 32 diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data dibelakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang dibuat. b). O : Objektif 1). Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, baik pemeriksaan fisik umum maupun khusus kebidanan dan pemeriksaan penunjang yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung diagnosa. 2). Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X). E. Standar dan Kewenangan Pelayanan Kebidanan Nifas Dalam pelayanan kebidanan terdapat beberapa standar dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan yang dikelompokkan, namun pada masa nifas ada 3 standar pelayanan, yaitu: 1. Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir a). Pernyataan standar Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia. Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik. 2. Standar 14 : Penanganan 2 jam setelah persalinan a). Pernyataan standar. Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan. 33 Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. 3. Standar 15 : a). Pernyataan standar. Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif. (Soepardan, 2007). Dalam kewenangan ibu nifas bidan memberikan asuhan pada ibu nifas yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. 8. Kemampuan Dasar. a). Fisiologis nifas. b). Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan atau abortus. c). Proses laktasi atau menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk. d). Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih. e). Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus. 34 f). Indikator subinvolusi; misalnya perdarahan yang terus menerus, inveksi. g). Indikator masalah-masalah laktasi. h). Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (shok) dan preeklampsia post partum. i). Kebutuhan asuhan dan konseling selama masa nifas. 9. Keterampilan dasar a). Mengumpulkan data ibu. b). Melakukan pemeriksaan fisik. c). Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan atau luka jahitan. d). Merumuskan diagnosa masa nifas. e). Menyusun perencanaan. f). Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif. g). Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi, kebersihan diri. h). Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan. i). Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan. (Mustika Sofyan, dkk 2008) DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 222 & 233 Abidin, Muhammad Zainal. (2011). Asuhan Postnatal Care. Tersedia dalam www.masbied.com/search/pembagian-umur-menurut-masa-reproduksi. (diakses pada tanggal 24 Maret 2016) Abdullah (2014) Tafsir Ibnu Katsir. Pustaka Imam As-Syafi’i. Ambarwati, K. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Media Depkes RI, (2010). Profil Kesehatan Indonesia (Internet). Tersedia dalam http://mediainfopinta.Blogspot.com (diakses 23 Maret 2016) Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta M, Elvina (2011) Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas Novery, Aisyaroh (2011) Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas Prawirohardjo, S (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pusaka Puspita, E dan Dwi K. (2014) Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta : CV Trans Info Media Rahardjo, Susilo & Gudnanto, (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise 51 Saefuddin. A.B (2010) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bima Pustaka Sarwono Prawihardjo Saleha, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Soepardan, 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC Sofyan, Mustika, dkk. 2008. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta:PP IBI muawwama.blogspot.com/2013/09/kompetensi-dan- wewenang-bidan.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016 Sujiyatini, (2010). Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Jakarta: Cyrillius Publisher WHO, 2012 Persalinan http://.wordpress.com/persalinan-WHO. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016 52