PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI ACEH DALAM KONSTRUKSI

advertisement
PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI ACEH DALAM KONSTRUKSI
PEMBERITAAN MEDIA NASIONAL
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online dan Okezone)
Al-juanda1), Hamdani M. Syam2), Muhammad Yunus3)
1)
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas ISIP, Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK - Penerapan syariat Islam di Aceh menjadi sorotan publik, tidak hanya
lokal dan nasional, bahkan juga dunia internasional. Sorotan itu datang dari
pemberitaan berbagai media tentang sisi positif dan negatif. Setiap media memiliki
ideologi yang berbeda, selain itu cara pandang antara satu media massa dengan
media massa lain terhadap suatu isu juga berbeda tergantung dengan kepentingan
masing-masing media. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi
pemberitaan media nasional dalam memberitakan penerapan syariat Islam di Aceh
dengan cara membandingkan isi pemberitaan dua portal media nasional yaitu
Republika Online dan Okezone untuk memberi gambaran pemberitaan media
massa nasional terhadap penerapan syariat Islam di Aceh. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian bersifat kualitatif deskriptif, yang
menggunakan metode analisis framing dengan pendekatan konstruksionis. Untuk
melihat konstruksi pemberitaan oleh kedua media tersebut digunakan teori
konstruksi realitas sebagai acuan dasar dan analisis framing model Robert N.
Etnman. Framing model ini didasarkan bagaimana cara untuk melihat penekanan
atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari suatu realitas. Berdasarkan hasil dari
penelitian ini diketahui bahwa pemberitaan terhadap penerapan syariat Islam di
Aceh yang dikonstruksikan oleh kedua media tersebut dimana Republika online
lebih berimbang, artinya berita yang disampaikan apa adanya atau tidak ada unsur
keberpihakan di dalamnya. Sedangkan, pemberitaan yang dikonstruksikan oleh
Okezone terkesan menyudutkan, maksudnya Okezone menganggap syariat Islam di
Aceh itu banyak bertentangan dengan subtansi dasar bangsa Indonesia.
Kata kunci: Konstruksi Berita, Syariat Islam, Republika Online, Okezone
ABSTRACT
Application of Islamic law in Aceh in the public eye, not only locality and nationality
but also internationality. Highlights came from the news media about the positive
and negative sides. Each medium has different ideologies, besides the perspective of
1
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
the mass media and other mass media on the issue are also difference that is
depended on the interests of each media. This study aims to determine the
construction of the national news media in reporting the application of Islamic law
in Aceh with comparing the content of the two national media portals, namely
Republika Online and Okezone to illustrate the national mass media to the
application of Islamic law in Aceh. The method used a qualitative descriptive
research method, which uses analytical methods framing the constructionist
approach. To see the construction of the news by the media is used theoretical
construction of reality as a basic reference and framing analysis model of Robert N.
Etnman. This framing model is based on how to see the emphasis or protrusion
certain aspects of reality. Based on the results of this research note that the preaching
of the application of Islamic law in Aceh constructed by both the media where the
Republika online more balanced, meaning that the message of what there is no
element of partisanship in it. Meanwhile, the news is constructed by Okezone
impressed cornering, meaning Okezone consider Islamic law in Aceh was a lot of
conflict with the basic substance of the Indonesian nation.
Keywords: Construction News, Islamic Law, Republika Online, Okezone
PENDAHULUAN
Provinsi Aceh dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah (Serambi Mekkah).
Agama Islam begitu menyatu dalam adat budaya orang Aceh sehingga aktifitas
budaya kerap berazaskan Islam. Hingga Syariat Islam secara kaffah dideklarasikan
dibumi Serambi Mekkah ini.
Usaha menerapkan syariat Islam terus dilakukan oleh berbagai pihak melalui
berbagai upaya. Ini menunjukkan bahwa terdapat desakan yang begitu kuat yang
muncul dari arus bawah (masyarakat) agar pemerintah memberikan keluasan bagi
masyarakat Aceh menjalankan Syariat Islam secara kaffah. Perjalanan Syariat Islam
di Aceh setelah kemerdekaan RI mengalami pasang surut. Perubahan dan
perkembangan kondisi sosial dan politik Negara Republik Indonesia turut menjadi
penentu tentang penyelenggaraan syariat Islam di Aceh.
Pemberitaan mengenai penerapan syariat Islam di Aceh ini sangat banyak
menarik perhatian media massa, khususnya media massa yang berbasis nasional.
Hal ini disebabkan karena Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki hak
keistimewaan di Indonesia, terlebilih lagi Aceh yang baru saja mencapai
kesepahaman damai setelah konflik berkepanjangan antara pemerintah RI dan
2
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Isu apapun yang berkenaan dengan Aceh akan
menjadi sorotan dan terlihat menarik bagi semua pihak.
Banyak isu-isu tentang penerapan syariat Islam di Aceh yang kembali
mengemuka di tahun 2014 ini, karena ada beberapa qanun-qanun yang disahkan
oleh DPRA. Diantaranya, Rancangan Qanun Aceh Tentang Pokok-Pokok Syariat
Islam Tahun 2014, Rancangan Qanun Aceh Tentang Hukum Jinayat Tahun 2014,
Rancangan Qanun Aceh Tentang Pembentukan Bank Aceh Syariah Tahun 2014
(dpra.acehprov.go.id). Sehingga kembali mengundang perhatian publik dalam
memberikan pendapatnya terhadap penerapan syariat Islam di Aceh.
Berdasarkan latar belakang fenomena di atas, penelitian ini lebih memberi
tumpuan mengenai frame atau konstruksi realitas yang dimiliki oleh kedua media
tersebut. Dalam hal ini, peneliti memilih analisis framing model Robert N. Entman
karena ingin melihat penekanan atau penonjolan dalam suatu penulisan teks berita.
Penggunaan analisis framing ini adalah berusaha untuk membongkar bagaimana
pengaruh faktor-faktor ekonomi, politik, dan ideologi dibalik pemberitaannya pada
kedua media tersebut.
STUDI KEPUSTAKAAN
Berawal dari istilah konstruktivisme, konstruksi realitas terkenal sejak
diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang
berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge
tahun 1966. Menurut mereka, realitas sosial dikonstruksi melalui proses
eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak berlangsung
dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. Menurut
Berger dan Luckman, realitas tidak dibentuk secara alamiah, tetapi dibentuk dan
dikonstruksikan. Dengan demikian, setiap orang mempunyai konstruksi yang
berbeda-beda atas suatu realitas. Substansi dari teori konstruksi sosial di media
massa adalah sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial
berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata, realitas sosial yang
terkonstruksi itu juga membentuk opini public (Burhan Bungin, 2008:192).
Proses pembingkaian di media massa melewati beberapa tahap penting
sehingga terbentuklah sebuah konstruksi realitas dimedia tersebut. Seperti yang
dijelaskan oleh Burhan Bungin (2006:207) bahwa konstruksi realitas di media massa
terbentuk melalui beberapa tahap. Tahap tersebut dimulai dari proses menyiapkan
materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan konstruksi, dan
3
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
tahap konfirmasi. Peran redaksional media massa terlihat ketika menyiapkan materi
yang akan dikonstruksikan. Masing-masing media massa memiliki cara yang
berbada-beda dalam mengolah dan mengklasifikasikan berita sesuai dengan
kebutuhan, visi misi serta ideologi media tersebut. Melalui konstruksi sosial pada
media, dapat dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang
realitas. Untuk itu, peneliti menggunakan paradigma ini sebagai pandangan dasar
untuk melihat bagaimana Okezone dan Republika Online memaknai, memahami
dan kemudian membingkai berita terhadap penerapan Syariat Islam di Aceh
kedalam bentuk teks berita.
Menurut Eriyanto (2002:3-11), pada dasarnya framing adalah metode untuk
melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu
tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. Cara melihat
ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Sedangkan, analisis
framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media
mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Dengan cara dan teknik apa peristiwa
ditekankan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan,
luput atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan.
Maka, dengan analisis framing ini dapat di ketahui bagaimana kebanyakan
media membingkai realitas yang didapatnya. Dari suatu peristiwa yang sama dapat
diberitakan dengan berbagai sudut pandang yang berbeda oleh media-media
tertentu sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Setiap media dengan lihai
memainkan perannya sebagai pihak yang mengkonstruksi realitas, ada yang
dianggap penting dan ada yang tidak dianggap sebagai berita. Ada media yang
menonjolkan suatu realitas dan menyembunyikan realitas lainnya, baik dengan
menekankan pada gaya bahasa, foto-foto pendukung, dan bahkan dengan kutipankutipan tertentu. Semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subjektifnya media
dalam membingkai berita.
4
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
KERANGKA PEMIKIRAN
Realitas atau Peristiwa
(Penerapan Syariat Islam di Aceh)
Republika Online
Okezone
Ekonomi dan Politik Media
Pada dasarnya tujuan dari berdiri suatu media ialah menggiring opini
masyarakat sesuai keinginan pemilik media untuk mendapatkan laba
secara finansial
Dikonstruksi oleh wartawan
Wartawan memilih dan menulis fakta
Penyuntingan berita dibagian redaksional
(dipengaruhi oleh faktor ekonomi, ideologi dan politik media)
Menghasilkan pembingkaian (framing) berita yang berbeda-beda disesuaikan
dengan kepentingan media tersebut
Mengetahui bentuk konstruksi pemberitaan media
Analisis berita menggunakan
perangkat framing model
Robert N. Entman
Konstruksi Republika Online
-
Define problems
Diagnose causess
Make moral judgement
Treatment
recomendation
Konstruksi Okezone
Persamaan dan Perbedaan Konstruksi Pemberitaan Media Republika Online dan
Okezone dalam Memberitakan Penerapan Syariat Islam di Aceh
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian bersifat kualitatif deskriptif, yang menggunakan metode analisis framing
dengan pendekatan konstruksionis. Pertanyaan utama dari pendekatan
5
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
konstruksionis adalah bagaimana peristiwa atau realitas dikonstruksi, dan dengan
cara apa konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2002:38).
Hasil penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu dengan memberikan gambaran
bagaimana bentuk pembingkaian berita terhadap penerapan Syariat Islam di Aceh
dalam konstruksi pemberitaan media Republika Online dan Okezone dan
menjelaskan bagaimana pengaruh ideologi media yang tercermin dalam berita
tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada dua portal media online nasional, yaitu Okezone
dan Republika Online. Sumber data dalam penelitian ini adalah semua kumpulan
berita, foto dan artikel apapun tentang penerapan syariat Islam di Aceh yang terbit
di Okezone dan Republika Online. Khususnya, berita-berita yang diterbitkan dalam
periode bulan September sampai dengan Desember 2014. Kemudian dipilih
beberapa berita secara sengaja dari kedua portal. Berita-berita yang dipilih, adalah
berita yang menggambarkan citra terhadap penerapan syariat Islam di Aceh, berita
ini menjadi data primer dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder dari
penelitian ini adalah literatur kepustakaan yang berasal dari dokumen, dan bukubuku referensi. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
perangkat framing model Robert N. Entman. Dalam Eriyanto (2002:221) menjelaskan,
ada dua hal penting yang dikemukakan oleh Entman dalam melihat framing,
pertama adalah seleksi isu dan yang kedua adanya penonjolan aspek-aspek tertentu
dalam mengemas realitas. Dalam konsepsi Entman (Eriyanto, 2002 : 222-227),
framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan
rokomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu
terhadap peristiwa yang diwacanakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap 5 berita dari
Republika Online dan 5 berita dari Okezone mengenai penerapan syariat Islam di
Aceh dalam periode bulan September hingga Desember tahun 2014 dengan
menggunakan perangkat framing model Robert N. Entman. Dari kesepuluh berita
tersebut penulis ingin membandingkan dimana terletak perbedaan dan persamaan
frame berita dengan melihat sisi-sisi manasaja yang ditonjolkan diantara kedua
media tersebut.
Media Republika dan Okezone memiliki ideologi atau perspektif tersendiri
dalam membingkai berita dan isu-isu. Seperti diketahui oleh kebanyakan orang,
6
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
Republika adalah media yang dibentuk oleh sejumlah tokoh Islam dari berbagai
latar profesi seperti: politikus, akademisi dan sastrawan, tercatat yang menjadi
pemilik besar sahamnya adalah Erick Thohir. Sedangkan Okezone adalah media
yang berada dibawah naungan MNC Group, dimana Hary Tanoesoedibjo sebagai
pimpinannya.
Dalam pemberitaan mengenai penerapan syariat Islam di Aceh, kedua media
ini memiliki sudut pandang tersendiri. Memang tidak bisa dipungkiri, penggunaan
diksi-diksi kata akan menjadi hal yang paling menentukan supaya setiap
pemberitaan itu punya nilai jual, terserah apa resiko dan dampaknya. Efek bisnis
kapitalis yang merenggut kewibawaan bangsa ini membuat banyak pebisnis tak lagi
melihat kebaikan sebagai tujuan bersama, melainkan pemuasan diri untuk
mengumpulkan pundi-pundi kekayaan pribadi.
Dalam pemberitaan tanggal 9 september 2014, Republika menurunkan berita
dengan judul “DPR Aceh: Qanun Jinayat berlaku bagi non-muslim, jika...”. Sebagai
seorang muslim yang melihat ada kebaikan dalam agama Islam pemberitaan ini
menyiratkan ada kemudahan dalam Islam, bahwa non-muslim tidak akan tertindas
dan terkesan dipaksakan untuk menerima hukum tertentu yang lahir dari
penerapan syariat Islam selama tidak melakukan kesalahan dalam batasan tertentu.
Dengan kata lain, ada sedikit perbedaan dan keringanan bagi mereka yang nonmuslim dalam menghadapi penerapan syariat Islam di Aceh. Namun, meski ini
hanya dalam asumsi penulis, masyarakat yang non-muslim akan melihat ini seolaholah kesannya memaksa. Secara logisnya, bagaimana seorang non-muslim harus
menjalankan syariat Islam, yang jelas-jelas tidak sesuai dengan kepercayaannya?
Begitu pula dengan pemberitaan tanggal 24 september 2014, Okezone
menurunkan berita “Syariat Islam akan berlaku bagi non-muslim.” Jika penulis
mengambil posisi sebagai seorang non-muslim, dengan penggunaan pernyataan
“Siapapun yang melanggar syariat di Aceh, wajib tunduk pada Qanun Jinayah,
termasuk non-muslim,” yang merupakan pernyataan Ketua Komisi G Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang membidangi agama dan kebudayaan, tentu
saja hal ini akan menunjukkan kesan memaksa. Penggunaan kata “Siapapun”,
secara tidak langsung bermakna tanpa pengecualian. Maka, akan timbul stigma
negatif terhadap penerapan syariat Islam di Aceh. Itu baru penerapan, belum lagi
wilayah yang paling sakral yang mengarah pada esensi Islam yang merupakan
ajaran yang dibawa Muhammad sebagai perintah Tuhan. Bisa saja gara-gara kesan
pemaksaan pada satu bagian, namun orang lain akan melihatnya secara
keseluruhan.
7
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
Di sini yang perlu dipahami adalah betapa rumitnya memahami sudut
pandang seorang manusia yang menjalankan ideologi atau konsepsi yang
mendasarkan diri atas agama yang dianut. Untuk pemberitaan Republika Selasa, 9
September 2014, “DPR Aceh: Qanun Jinayat berlaku bagi non-muslim, jika...”,
penulis mendapati diagnose course: Qanun jinayat akan diberlakukan tidak hanya
bagi muslim tetapi juga bagi non-muslim. Ini tak berbeda jauh dari diagnose couses
dalam berita Okezone Rabu, 24 September 2014, “Syariat Islam akan berlaku bagi
non-muslim” bahwa rancangan qanun jinayat yang akan disahkan oleh parlemen
Aceh juga akan berlaku bagi non-muslim. Namun yang membuat arah
pemberitaannya berbeda adalah pada define problem, Make moral judgement dan
treatment recommendation.
Di satu sisi, Okezone yang menyatakan bahwa meski persoalan qanun jinayat
menuai pro kontra, DPRA bersikeras tetap mengesahkannya, akan menunjukkan
seolah-olah DPRA sewenang-wenang dengan tugasnya yang seharusnya
memperdulikan kepentingan bersama. Hal ini akan menumbuhkan paradigma
buruk masyarakat non-muslim ataupun muslim yang anti-syariat bahwa roda
pemerintahan dijalankan secara otoriter dan ini bisa memancing kepanikan massal,
hingga penggugatan.
Selain itu, bila melihat pemberitaan, Republika tanggal 30 September 2014
yang berjudul, “Bila bertentangan, Pusat Bisa Cabut Hukum Jinayat,” lalu
dibandingkan dengan pemberitaan Okezone tanggal 25 September 2014 yang
berjudul, “Pemberlakuan Qanun Jinayah ke Non-Muslim Dipertanyakan,” bisa
didapati konsepsi yang diusung oleh kedua media itu sebagai bentuk pelabelan
media.
Versi Republika, dalam diagnose couses, qanun jinayat akan dievaluasi dan
bisa saja dibatalkan jika bertentangan dengan UUD 1945. Namun dalam diagnose
couses untuk Okezone, penulis menemukan bahwa beberapa pihak tidak setuju
dengan pemberlakuan qanun jinayat terhadap non-muslim, hal ini selaras bila
dilihat sepintas. Karena Republika dan Okezone sama-sama mempertanyakan isi
dan objek yang akan menjalankan qanun jinayat tersebut.
Akan tetapi, berubah pandangannya jika dilihat dari define problems-nya.
Republika menyatakan tidak boleh ada hukum yang lebih tinggi dari UUD 1945.
Secara tidak langsung, apa yang termaktub dalam UUD 1945 adalah hukum
nasional yang mesti dipatuhi semua agama yang diakui di Indonesia. Secara tidak
langsung, ingin dikatakan bahwa hukum nasional telah tepat. Dan ini bisa
8
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
memperburuk citra Djohermansyah Djohan sebagai orang yang mewakili
Kementrian Dalam Negeri dianggap tidak tahu menahu mengenai hukum Islam dan
sudah menautkannya dengan hukum nasional, seolah keduanya berpijak pada jalan
yang sama. Pihak pemerintah Aceh mesti bertanggung jawab, jika ternyata HAM
menjadi asas yang paling dijunjung, dan Islam dianggap agama yang penuh
kekerasan. Artinya, jika masyarakat muslim yang membacanya, barangkali akan ada
kesan, bahwa pihak pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak paham betul
ajaran Islam itu seperti apa, dan mereka yang memutuskan bukanlah orang yang
betul-betul paham.
Sedangkan Okezone, dengan define problem: Perberlakuan Qanun jinayat
terhadap non-muslim dianggap tidak tepat, terlebih mengangkat dua pendapat
aktivis yang beragama Islam, seolah-olah orang Islam menuding ajaran Islam yang
salah kaprah. persektif yang diserap akan berbeda. Jika itu orang awam, akan
menganggap kedua aktivis ini sudah melenceng dari khittah keyakinannya. Namun,
barangkali bagi orang yang kadar intelektual sudah tinggi, akan melihat kekritisan
itu sebagai cara untuk menguatkan, artinya hukum Islam harus milik orang Islam
dan orang Islam-lah yang mesti menjalankannya.
Pada berita Republika tanggal 30 September 2014 yang berjudul, “Pengamat:
Realisasi Qanun Jinayat Masih Banyak Kendala,” bisa dilihat pada bagian Make
moral judgement bahwa tujuan hukum Islam untuk kemaslahatan umat. Secara
tujuan, realisasi qanun jinayat yang sudah dimulai sejak masa silam pada zaman
Iskandar Muda, tidak pernah menjadikan hukuman itu untuk membuat seorang
individu menanggung malu, baik pribadi maupun keluarga. Bahkan pada masa itu,
jika ada yang menghujat orang yang pernah melanggar qanun jinayat akan diadili
seadil-adilnya. Di satu sisi, apa yang diutarakan dekan Fakultas Hukum Unsyiah itu
adalah sebuah jalan untuk meluruskan pandangan kita, apa arti sebuah hukuman
jika hukuman itu justru menjauh dari tujuan syariat yang sebenarnya. Namun, akan
terlihat berbeda rasanya jika ditilik dari sudut pandang negatif ketika seorang pakar
hukum yang berbasiskan hukum positif menyuarakan pendapatnya. Maka yang
dipahami pembaca awam, mungkin saja dosen bersangkutan dianggap orang yang
tidak tahu syariat Islam, orang yang tidak suka syariat Islam. Seolah sebuah kritikan
adalah sebentuk kesalahan. Bagi media, hal-hal semacam ini akan menambah tensi
dan membuat banyak berburu kabar. Meskipun di lain hal, seolah-olah media
tersebut memunculkan nama-nama orang yang tidak senang dengan pemberlakuan
syariat.
9
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
Dalam berita Okezone pada tanggal 26 September 2014 yang berjudul,
“Gubernur Aceh: Qanun Jinayat Perlu Dikaji Kembali,” persoalan yang mencuat
masih dengan redaksi bahasa dalam beberapa pasal yang dianggap tabu,
sebagaimana penulis kemukakan dalam Diagnose causes: Gubernur berpendapat
bahwa rancangan qanun jinayat tidak sejalan dengan undang-undang yang lebih
tinggi sehingga perlu dikaji kembali.
Penulis tidak memungkiri jika yang mengutip pernyataan Gubernur bisa saja
orang yang tidak paham betul apa itu syariat Islam dan apa itu qanun jinayat.
Redaksi bahasanya memang menunjukkan sisi fair tanpa berpihak, meski kemudian
yang dipahami tak berpihak lebih mengarah kepada hukum positif. Namun seolaholah, Gubernur Aceh sendiri adalah orang yang menganggap hukum positif atau
hukum nasional lebih tinggi dari hukum syariat.
Orang luar akan beranggapan, untuk apa gubernur menyetujui hukum yang
bahkan tidak melebihi hukum nasional. Seharusnya ia mengerti hal semacam itu
hanya buang-buang waktu dan materi secara sia-sia. Dari pernyataan tersebut,
komitmen menjadi hal yang sangat mungkin diragukan. Dari masa gubernur
sebelum Zaini hingga dirinya masih memiliki kendala secara prinsip dan azas yang
dianggap bertentangan dengan pandangan hukum dunia. Cara pemberitaan ini,
mengingatkan bahwa media terkadang cukup bisa membuat seseorang kelihatan
bodoh atau orang yang dipenuhi kebingungan dan logika yang pasang surut.
Harus diakui sedikit banyaknya pemberitaan Republika yang berjudul
“Pengamat: Realisasi Qanun Jinayat Masih Banyak Kendala,” dan pemberitaan
Okezone yang berjudul “Gubernur Aceh: Qanun Jinayat Perlu Dikaji Kembali,”
sebagai manifestasi toleransi yang dijunjung tinggi, meskipun dampak yang
mempengaruhi asumsi kebanyakan orang dari kedua pemberitaan itu memiliki
kecenderungan yang berbeda. Bila orang yang ekstream dan cenderung taklid buta,
akan membaca berita versi Republika dengan kemarahan pada narasumber karena
mengkritik pelaksanaan qanun jinayat, dan jika mereka membaca versi Okezone,
mereka akan mengecam gubernur dan Pemerintah Aceh yang dianggap bermainmain dengan perumusan qanun untuk pelaksanaan syariat Islam.
Dalam berita Republika yang diturunkan tanggal 21 November 2014 yang
berjudul, “16 Terpidana Judi Togel Dicambuk,” terdapat nama-nama yang
disebutkan secara lugas, bukannya inisial. Bila mencocokkan beberapa pendapat
tokoh di atas, maka dalam pemberitaan sebelumnya apa yang diasumsikan sebagai
tujuan hukum bukan untuk membuat malu, justru yang terjadi demikian. Orang10
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
orang yang tadinya tidak mengenal terpidana, karena disebutkan namanya kini
sudah mengenal, belum lagi foto-foto yang mungkin beredar secara illegal, tentu
akan menambah beban si terpidana, sudah dihukum secara fisik, dihukum lagi
secara sosial.
Namun dari perspektif lain, penyebutan itu mungkin saja dimaksudkan
untuk menimbulkan efek jera, ketakutan juga rasa malu bagi calon terpidana di
masa depan. Dari diagnose causess: Hukuman cambuk terhadap terpidana judi togel
dilaksanakan di depan umum, memberi kesan bahwa syariat Islam memang benarbenar sedang dijalankan di Aceh. Tanpa memalingkan asumsi yang mengikutinya
bahwa tega sekali para eksekutor menjadikan kesalahan mereka sebagai tontonan
publik.
Sedangkan Okezone menurunkan berita, “Eksekusi Cambuk di Banda Aceh
Bak Konser Musik,” pada tanggal 3 Oktober 2014, menjadikan orang yang tadinya
berniat cuma membaca judul, jadi ikutan membaca isinya. Dari judulnya saja sudah
menarik. Tapi hal tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan, semestinya
hukuman cambuk itu seperti apa.
Memang cukup memprovokasi, musik yang dimaksud mungkin saja
dipahami musik keras yang menghentak-hentak. Karena tidak ada musik yang
begitu menggiurkan untuk tontonan publik dengan perhelatan hukuman cambuk.
Apa mungkin pihak Okezone ingin mengatakan kepada seluruh masyarakat
Indonesia bahwa prosesi hukuman cambuk di Aceh sudah menjadi tontonan
hiburan dan lumrah bagi masyarakatnya. Walaupun maksud dari Okezone dengan
penggunaan judul yang seperti itu hanya untuk menarik minat pembaca tetapi
sebagian kalangan akan menganggap itu sebagai suatu sikap provokatif. Bagi para
aktivis HAM, tentu saja akan terpancing dengan cara pemberitaan, dikarenakan
hukuman jadi ajang hiburan dan mempermalukan di muka publik.
Dari berita Republika yang berjudul, “16 Terpidana Judi Togel Dicambuk,”
dan berita Okezone yang berjudul, “Eksekusi Cambuk di Banda Aceh Bak Konser
Musik,” dapat dipahami bahwa eksekusi cambuk itu masih tidak tersentuh dengan
pendapat pemerintah. Yang intinya, supaya tidak membuat si terpidana malu dan
menahan deraan sosial. Meskipun begitu, kedua berita mempunyai diagnose causess
yang berbeda. Yang satu, hukuman cambuk terhadap terpidana judi togel
dilaksanakan di depan umum, yang satu lagi proses eksekusi layaknya konser
musik dan dipertontonkan di depan anak-anak. Musik menjadi kata dengan tekanan
dan dampak yang luar biasa. Asumsinya seolah hukuman cambuk bagi orang Islam
11
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
adalah hiburan dan bagi realitas sosial dengan hukum positif yang masih
ditegakkan akan menganggap hukum Islam ternyata sangat kejam, karena
menjadikan aksi kekerasan sebagai tontonan juga hiburan.
Dalam edisi berita Republika tanggal 1 Oktober 2014 yang berjudul,
“Pemprov Aceh: Qanun Jinayat Belum Legal,” secara sekilas setidaknya mengusung
asumsi bahwa pemerintah seolah tidak berniat mengesahkan qanun jinayat atau
memberlakukan syariat Islam secara serius, meski itu dipahami hanya sebatas
membaca judul.
Secara negatif, penggunaan kalimat “Agar tidak bertentangan dengan
kepentingan umum”, seolah syariat Islam itu adalah produk manusia, padahal
syariat Islam adalah milik Tuhan. Sudah disesuaikan dengan ajaran, lalu ditimbangtimbang segala konsekuensi dan keselarasannya, agar diterapkan secara adil pada
manusia. Jika harus merunut kepentingan umum, jika semua orang menganggap
membunuh bukan suatu pelanggaran, apa jadinya hukum. Upaya semacam itu,
akan membuat sikap pemerintah Aceh yang dianggap bermain-main dengan
pemberlakuan syariat Islam.
Okezone juga menurunkan berita pada tanggal 7 November 2014 yang
berjudul, “Mendagri Undang DPRD Aceh Bahas Qanun Jinayat,” dan penulis
mendapati define problem-nya adalah kontroversi terkait pengesahan qanun jinayat di
Aceh. Berlanjut kepada diagnose causes-nya, adanya pro dan kontra pada pasal 5 ayat
b dan c terkait pelaksanaan qanun jinayat.
Mengulas berita Republika yang berjudul, “Pemprov Aceh: Qanun Jinayat
Belum Legal,” dan berita Okezone yang berjudul, “Mendagri Undang DPRD Aceh
Bahas Qanun Jinayat,” membawa poin-poin yang cukup mendasar, apa yang
menjadi komitmen sebuah pemerintah dalam menjalankan tugasnya, semisal
Pemerintah Aceh yang menyatakan qanun jinayat belum legal, ditambah lagi
dengan hukum positif yang masih menaungi republik ini, tentu saja kontroversi
menjadi hal yang sangat mungkin, tersebab berbeda substansi, meskipun ada di
antaranya yang sama.
Yang menjadi perbedaan dari kedua pemberitaan itu, versi Republika akan
meningkatkan tensi kebencian masyarakat yang peduli syariat, akibat
ketidakseriusan Aceh untuk merumuskan dan melegalkan qanun jinayat.
Sedangkan versi Okezone, menjadikan penerapan qanun jinayat sebagai bentuk
kesalahan, karena terkesan memaksa non-muslim menaati ajaran Islam dan karena
itulah mendagri mengundang DPRA untuk membahas qanun tersebut kembali.
12
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti jelaskan
pada bab sebelumnya, yaitu mengenai penerapan syariat Islam di Aceh dalam
konstruksi pemberitaan media Republika Online dan Okezone melalui analisis
framing model Robert N. Entman. Maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut ini:
Pertama, adanya pengaruh ideologi media dalam mengkonstruksi setiap
peristiwa kedalam berita oleh wartawan. Hal ini disebabkan oleh latar belakang
media yang berbeda, dimana Republika Online memiliki latar sebagai media yang
berbasiskan Islam, sedang Okezone berlatar ideologi nasionalis.
Kedua, pemberitaan terhadap penerapan syariat Islam di Aceh yang
dikonstruksikan oleh Republika Online lebih berimbang, artinya berita yang
disampaikan apa adanya atau tidak ada unsur keberpihakan di dalamnya.
Sedangkan, pemberitaan yang dikonstruksikan oleh Okezone terkesan tidak
berimbang, maksudnya Okezone menganggap syariat Islam di Aceh itu banyak
bertentangan dengan subtansi dasar bangsa Indonesia.
Secara keseluruhan pemberitaan dari kedua media ini mengkonstruksi stigma
masyarakat, mulai dari hal yang substansial yang menjadi pialang bahwa selamanya
yang substansial itu akan benar, meskipun itu adalah ketidaktahuan atau sisi negatif
yang diangkat. Dari sana semakin nyata, siapa yang mendukung penerapan syariat
Islam dan siapa yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur. 2001. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana Analisis
Semiotik Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Alexa.com.
Top
100
Situs
Berita
Online
Terpopuler
di
Indonesia.
http://www.alexa.com/topsites/category/World/BahasaIndonesia/Berita/Online.
diakses: 12 April 2015.
Anis Punto Utomo. 2010. Republika 17 Tahun Melintas Zaman. Jakarta: Republika.
Arifin Harahap. 2007. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. Bogor:
PT. Indeks.
Armia Ibrahim. 2009. Peraturan Perundang-undangan Tentang Pelaksanaan Syariat Islam
di Aceh. Banda Aceh: Dinas Syariat Provinsi Aceh.
13
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
Asep Syamsul M. Romli. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendekia.
Badrulzaman Ismail. 2006. Pengaruh Faktor Budaya Aceh Dalam Menjaga Perdamaian
Dan Rekonstruksi. Banda Aceh.
Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi
Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Dpra.acehprov.go.id.
Rancangan
Qanun
Aceh
Tentang
Syariat
Islam.
http://dpra.acehprov.go.id/index.php/hukum/.html. Diakses: 5 Maret 2015.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi Dan Politik Media. Yogyakarta:
Penerbit LKiS.
Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Hikmat Kusumaningrat & Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik: Teori dan
Praktik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Ibnu Hamad. 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Sebuah Media Massa : Sebuah Studi
Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta: Granit.
Kominfo.go.id. Edisi 8 Mei 2014. Kemkominfo: Pengguna Internet di Indonesia Capai 82
Juta. http://kominfo.go.id/index.php/content/.Vcx78bGVTnA. Diakses: 28
Februari 2015.
Masduki. 2006. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar.
Yogyakarta: Lkis.
Megafirmawanti Lasinta. 2014. Konstruksi Media Online Dalam Sengketa Verifikasi
Partai Politik (Analisis Framing Tempo.co.id dan Viva.co.id pada Pemberitaan
Partai Bulan Bintang Edisi 1 Januari – 31 Maret 2013). Skripsi. UIN Sunan
Kalijaga.
Okezone.com. Edisi 7November 2014. Mendagri Undang DPRD Aceh Bahas Qanun
Jinayat. http://news.okezone.com/ read/2014/11/07/337/1062422/ mendagriundang-dprd-aceh-bahas-qanun-jinayat. Diakses: 12 Februari 2015.
___________.
Management Okezone. http://management.Okezone/. Diakses: 12
Februari 2015.
Republika.co.id.
About us Republika.
Diakses: 16 Februari 2015.
http://www.republika.co.id/page/about.
Riduwan. 2004. Konsep Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
14
Penerapan Syariat Islam Di Aceh Dalam Konstruksi Pemberitaan Media Nasional
(Studi Komparatif Terhadap Pemberitaan Republika Online Dan Okezone) - Al-juanda1), Hamdani M.
Syam2), Muhammad Yunus3)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1, No. 1. Januari 2017 1-3
Download