1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu wujud dari kebudayaan merupakan hasil kreatifitas pengarang yang diperuntukkan bagi penikmat sastra. Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat dan pengarang sendiri sebagai anggota masyarakat, yang terikat oleh status sosial tertentu. Sastra merupakan lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri sebagai ciptaan sosial. Pengertian kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-orang, juga antarmanusia dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang itu merupakan pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat (Sapardi Djoko Damono, 1987 h:1). Menurut ragamnya karya sastra dibedakan atas prosa, puisi dan drama. Cerita rekaan merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa, berdasarkan panjang pendek cerita, cerita rekaan dibedakan menjadi cerita pendek (cerpen), cerita menengah (cermen), dan cerita panjang (cerpan) (Panuti Sudjiman, 1988 h:11). Cerita panjang dalam sastra Jawa modern dikenal sebagai cerita bersambung (cerbung). Cerbung merupakan salah satu bentuk cerita rekaan yang melukiskan peristiwa kehidupan yang lengkap dan menyeluruh dengan jelas dan penuh dengan liku-likunya. Cerbung menampilkan aspek-aspek kehidupan yang luas yang terjadi dalam masyarakat. 2 Keberadaan karya sastra tidak mungkin dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. Nuansa yang muncul dalam sebuah karya sastra adalah gambaran dari realitas yang bisa ditangkap oleh seorang pengarang kemudian dengan daya kreatif yang dimiliki oleh seorang pengarang dan dituangkan kedalam karyanya, dengan demikian sastra lahir dari kandungan masyarakat bahkan merupakan persoalan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu hubungan antara sastrawan, karya sastra dan masyarakat bukanlah hal yang dicari-cari (Sapardi Djoko Damono, 1983 h:16). Salah satu faktor yang dominan dalam karya sastra adalah persoalan manusia, manusia-manusia yang ditunjuk menjadi tokoh dalam cerita adalah objek yang sangat menarik untuk dikaji, sebab didalamnya akan terlihat sosok manusia yang berdialog dengan kehidupan. Pengarang menampilkan kehidupan sehari-hari manusia dengan segala kemungkinan yang terjadi dengan nasib dan masalahnya. Mulai dari persoalan individu yang tidak hanya terbatas pada masalah pribadi saja, tetapi menyangkut persoalan dalam kehidupan masyarakat sampai kepersoalan yang lebih luas lagi yaitu menyangkut masalah kemanusiaan. Seorang pengarang hidup dalam lingkungan masyarakat yang memiliki tata kemasyarakatan tertentu. Tata kemasyarakatan yang memuat nilai sosial dan nilai budaya yang bersifat formatif, artinya berfungsi mengatur anggota masyarakatnya, sehingga hubungan anggota masyarakat ditentukan atau minimal dipengaruhi oleh nilai sosial dan nilai budaya tertentu tersebut. Ketika seorang pengarang menulis karya sastra, maka secara langsung atau tidak langsung, nilai sosial budaya itu akan masuk di dalam karyanya. 3 Hubungan yang terjalin antara masyarakat dengan karya sastra akan melahirkan tema-tema yang berkaitan dengan permasalahan hidup, sikap hidup manusia dalam kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat. Pertentangan antara sikap baik dan buruk yang banyak sekali tercermin dalam karya sastra, terutama beberapa karya sastra Jawa modern bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi ada unsur-unsur penyebab dan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Bertolak dari pendapat bahwa sastra merupakan performance ‘penampilan’ dari budaya, bahasa, dan sastra itu sendiri, maka kajian terhadap tema-tema tersebut dapat melalui ilmu bantu sosiologi, terutama Sosiologi Sastra. Sosiologi merupakan ilmu tentang masyarakat atau kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang lepas dari masyarakat) dengan ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut dengan kebudayaan yang meliputi segala kehidupan (Hasan Sadily, 1984 h:2). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penciptaan karya sastra melalui media bahasa melingkupi banyak aspek, seperti apek sosial dan budaya yang melingkupinya. Berhubungan dengan ini pengarang juga mengajak para pembaca untuk menghayati apa yang ada di dalamnya. Tetapi pada sisi yang lain, pengarang juga memprotes apa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat lewat hasil karyanya secara langsung atau tidak langsung. Cerita bersambung atau cerbung dengan judul “Heri Heru, lan Hera” (selanjutnya HHLH) karya dari Ismoe Rianto mencoba mewakili aspirasi dari jiwa kehidupan yang ada di dalam masyarakat. Dalam cerbung HHLH, Ismoe 4 Rianto mengambil tema yang mengungkapkan sebagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Ismoe Rianto merupakan salah satu dari sekian banyak pengarang sastra Jawa yang megungkapkan kenyataan sosial, terutama menyangkut masalah moralitas dalam karya-karya yang diciptakan. Pandangan tentang nilai-nilai hidup, pertentangan batin antara perbuatan baik dan buruk, tercermin dalam cerbung yang dihasilkan oleh Ismoe Rianto. Salah satu cerbung karya Ismoe Rianto, terutama HHLH banyak mengungkapkan masalah moral yang digambarkan dalam kehidupan jalanan. Aspek moralitasnya dapat dilihat dari peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokohnya, Heri, Heru dan Hera dan juga pada tokoh pembantu lainnya. Tindakan-tindakan yang dipandang sebagai perbuatan amoral. Dalam cerbung HHLH diceritakan bahwa tokoh Heri dan Heru adalah sepasang pengamen yang tidak hanya mengamen dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga mengamen di dalam bus kota, bus antar kota dan di komplek perumahan. Masyarakat umum memandang pengamen hanya dengan sebelah mata. Masyarakat telah memberi penilaian negatif terhadap pengamen, bahwa seorang pengamen adalah pengangguran yang sering menyusahkan dan meresahkan masyarakat. Namun, masyarakat akan menilai lain apabila yang mengamen adalah Heri dan Heru karena mereka mengamen tidak hanya sekedar mengamen. Heri dan Heru tidak seperti pengamen pada umumnya, mereka berdua selalu kelihatan rapi tidak acak-acakan seperti pengamen atau anak jalanan yang berpenampilan seadanya atau berpakaian yang sangat tidak sedap dipandang. Selain dari segi penampilan Heri dan Heru juga menjadi MC dalam acara-acara tasyakuran, ini membuktikan walaupun Heri dan Heru hanya sekedar pengamen 5 jalanan tapi mereka mempunyai kemampuan yang dapat dibanggakan dari pengamen-pengamen yang lainnya. Kehidupan jalanan tidak hanya pengamen, akan tetapi masih banyak jenis lainnya. Dalam cerbung HHLH yang diangkat hanya dua gambaran tentang kehidupan jalanan, yaitu pengamen dan kehidupan wanita yang menjual diri atau pelacur. Dalam kehidupan sehari-hari sifat manusia tidak dapat ditebak, banyak orang yang berbuat baik tetapi perbuatan baik itu diiringi dengan rencana yang jahat dibalik perbuatan baik. Hal itu dialami oleh Hera, karena Hera yang masih lugu dan belum pernah merasakan kejamnya kehidupan metropolis. Ia sangat mudah ditipu dan dijerumuskan ke dalam dunia hitam. Sebenarnya batin Hera menolak untuk menjual dirinya akan tetapi dia terpaksa, karena dia memang benar-benar tidak tahu tujuan, sampai akhirnya Hera mengenal kedua pengamen yaitu Heri dan Heru, dan mereka bersedia membantu mengeluarkan Hera dari tempat lokalisasi. Gambaran sifat yang buruk digambarkan pada tokoh pembantu, yaitu Uni. Selain Uni sebagai wanita yang menjual diri, Uni juga mempunyai sifat iri dengki, sifat itu terlihat saat Hera sedang dicari langganannya akan tetapi saat Uni ditanya Uni mengatakan bahwa Hera tidak ada sedangkan pada saat itu Hera sedang ada dan berada di dalam kamar. Uni merasa tidak senang apabila ada teman yang didatangi oleh pelanggan mereka masing-masing. Cerbung HHLH merupakan cerita yang sangat realistis, suatu kehidupan jalanan yang dapat kita lihat setiap hari. Memang tidak banyak pengamen yang sopan dan kreatif seperti Heri dan Heru, dan juga wanita yang menjual diri seperti Hera, akan tetapi akan lebih baik kalau kita tidak memandang mereka dengan 6 sebelah mata. Dengan uraian di atas sesuai dengan latar belakang masalah maka penulis sangat tertarik mengambil salah satu dari cerbung karya Ismoe Rianto yang berjudul HHLH, dengan alasan sebagai berikut: 1. Pengarang Ismoe Rianto sudah lama menekuni dunia kepenulisan, sehingga karya yang dihasilkan banyak sekali baik berupa crita cekak, cerita bersambung maupun naskah sandiwara. 2. Tema dari cerbung HHLH sangat realistis yakni tentang kehidupan jalanan tidak selalu buruk, sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian mengenai struktur yang membangun dalam cerita bersambung HHLH karya Ismoe Rianto, meliputi alur, penokohan, latar, tema dan amanat. 2. Penelitian mengenai aspek sosiologi sastra atau aspek ekstrinsik untuk memahami pengaruh realitas sosial terhadap wujud sastra yang dalam hal ini cerbung HHLH. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka pada kesempatan ini penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur yang membangun karya sastra dan bagaimana keterkaitan antar unsur dalam cerbung HHLH karya Ismoe Rianto? 7 2. Bagaimanakah potret dinamika kehidupan jalanan yang tercermin dalam cerbung HHLH karya Ismoe Rianto? 3. Bagaimanakah sikap budaya pengarang dalam menyikapi Problem dinamika kehidupan jalanan dalam cerbung HHLH karya Ismoe Rianto? D. Tujuan Masalah Dasar dari tujuan masalah adalah mencari jawaban atas permasalahan yang diajukan sejalan dengan perumusan masalah yang ada, dapat dijelaskan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan struktur membangun karya sastra dan bagaimana keterkaitan antar unsur dalam cerbung HHLH karya Ismoe Rianto? 2. Mendeskripsikan potret dinamika kehidupan jalanan yang tercermin dalam cerbung HHLH karya Ismoe Rianto? 3. Mendeskripsikan sikap budaya pengarang dalam menyikapi Problem dinamika kehidupan jalanan dalam cerbung HHLH karya Ismoe Rianto? E. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Demikian pula dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pembaca dan dapat membantu penelitian untuk mengembangkan wawasan sastra di dalam khasanah penelitian sastra Jawa modern, 8 khususnya mengenai cerbung HHLH karya Ismoe Rianto yang ditujukan kepada penutur dan peminat sastra Jawa, serta masyarakat sastra pada umumnya. Hasil-hasil penelitian ini merupakan data yang dapat digunakan untuk penelitian sejenis lain, misalnya secara psikologi sastra. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, diharapkan akan dapat membantu memperkaya dalam penggunaan teori-teori sastra dan aplikasinya, khususnya teori Sosiologi Sastra dalam menganalisis sebuah karya sastra.