Makalah Analis Kesehatan, Tentang Bakteri Klebsiella, Klasifikasi

advertisement
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya
jualah sehingga kami selaku kelompok III dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Klebsiella” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun kami
sangat harapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................
i
Daftar Isi ...........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Manfaat .................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Klebsiella ...............................................................
3
B. Morfologi dan Sifat-Sifat .........................................................
7
C. Identifikasi ..............................................................................
7
D. Patogenetasi ..........................................................................
8
E. Epidemologi dan Jenis ...........................................................
9
F. Jenis Klebsiella ......................................................................
11
G. Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi klebsiella .................
12
H. Patologi Rhinosklekroma........................................................
15
I. Pengobatan ...........................................................................
16
iv
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
17
B. Saran......................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klebsiella
pneumonia
pertama
kali
ditemukan
oleh
Carl
Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari
Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada
tahun
1882.
Carl
Friedlander
adalah
orang
yang
pertama
kali
mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang
meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia
sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia adalah
bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia
tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil).
Berdasarkan
kebutuhannya
akan
merupakan bakteri fakultatif anaerob.
1
oksigen,
Klebsiella
pneumonia
B. Manfaat
Dengan berbagai referensi yang dibutuhkan semoga pembaca
dapat mengambil manfaat dan mengamalkannya dalam kehidupan seharihari
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Klebsiella
3
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Orde
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Klebsiella
Species
: K. pneumonia
Klebsiella
pneumonia
pertama
kali
ditemukan
oleh
Carl
Friedlander. Carl Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari
Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada
tahun
1882.
Carl
Friedlander
adalah
4
orang
yang
pertama
kali
mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang
meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella pneumonia
sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia adalah
bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia
tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil).
Berdasarkan
kebutuhannya
akan
oksigen,
Klebsiella
pneumonia
merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi
tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu
bakteri yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(hidung) yang kronis dan
endemik di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Bakteri ini diberi nama berdasarkan penemunya, yaitu Edwin
Klebs, seorang ahli mikrobiologi Jerman di abad ke-19. Bakteri genus
5
Klebsiella
termasuk
ke
dalam
suku
Klebsiellae,
anggota
famili
Enterobacteriaceae.
Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam
hidung, flora normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain
(penyakit paru-paru yang kronis).
1. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung
menjadi atrpopis progresif dan berlendir serta berbau amis
2. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu
penyakit menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan
hipertropi jaringan dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
3. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah,
sampah dan lain sebagainya.
Dibedakan pada tes IMVic
6
E. coli
: ++--
Klebsiella aerogenes
: --++
Masuk dalam tubuh per oral, infeksi pada saluran urine biasanya
setelah kateterisasi, maka perlu tes resistensi dahulu : Pada pasien usia
Lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, pneumonia tidak khas,
yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dan
penyakit yang sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi
napas bertambah cepat dan jarang ditemukan demam.
Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa. Pada test
dengan indol, lebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil negatif.
Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumonia
banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari
Klebsiella pneumonia adalah di tanah.
7
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella pneumonia dapat berupa
pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia
komuniti atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di
dapatkan dari masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat
menyebabkan pneumonia nosomikal atau hospitality acquired pneumonia,
yang berarti penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat pasien berada
di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
Klebsiella
pneumonia
umumnya
menyerang
orang
dengan
kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholis, orang dengan penyakit diabetes
dan orang dengan penyakit kronik paru-paru.
B. Morfologi dan sifat – sifat
1. Bentuk batang, Gram negatif
8
2. Ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 µ
3. Mempunyai selubung yang lebarnya 2 – 3 x ukuran kuman
4. Tidak berspora, tidak berflagela
5. Menguraikan laktosa
6. Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir
(mukoid)
7. Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O,
berdasarkan antigen ini ditemukan 70 tipe dan penentuan dengan
C. Identifikasi
1. Melihat selaput, maka diambil bahan pemeriksaan dari manusia,
binatang dan perbenihan.
2. Selaput ini terlihat seperti lendir, maka koloni – koloni terlihat basah
dan berlendir.
3. Pneumococcus karena ada atau tidak mempunyai selubung/kapsul
9
D. Patogenesitas
1. Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme
terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh serum normal.
2. Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul
(pada hewan coba)
3. Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi
oportunistik
4. Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin
(pernah diisolasi dari penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan
ST
(tahan
panas)
dan
LT
(heat-labile
enterotoksin)
dari
E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh plasmid
E. Epidemologi dan Jenis-jenis Klebsiella
Bakteri
Klebsiella
terdapat
di
mana-mana.
Koloninya
bisa
ditemukan di kulit, kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan,
10
bakteri ini juga bisa ada pada luka steril dan air kencing (urin).
Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja ada sebagai flora alami
‘penghuni” usus besar dan kecil. Adapun pergerakan bakteri ini ke organ
lain dikaitkan dengan lemahnya daya tahan penderita.
Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae
yang banyak menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang
ditemukan
pada
lapisan
mukosa
mamalia,
terutama
paru-paru.
Penyebarannya sangat cepat, terutama diantara orang-orang yang
sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan
penebalan lapisan mukosa organ. Bakteri ini juga merupakan salah satu
bakteri yang menyebabkan penyakit bronchitis.
Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri
Klebsiella penyebab penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah
11
penyakit peradangan serius yang terjadi pada rongga hidung. Sedangkan,
ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis atrofi.
Klebsiella
pneumonia
dapat
menyebabkan
penyakit
karena
mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya:
1. Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan
varietas.
2. Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan
lebih dari 80 varietas.
Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL
(Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja
12
berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan
menjadi sulit dilumpuhkan.
Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumonia pada pasien
rawat inap dapat melalui 3 cara, yaitu :
1. Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung koloni kuman
patogen.
2. Penyebaran kuman secara hematogen ke paru
3. Penyebaran
melalui
udara
oleh
aerosol
atau
droplet
yang
mengandung mikroba.
F. Daerah penyebaran
Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta
penyakitnya tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan
Klebsiella rhinoscleromatis. Bakteri penyebab penyakit rhinoschleroma ini
tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya ada di Eropa timur, Asia selatan,
13
Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella
pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak terdapat di negara-negara
miskin yang mempunyai lingkungan jelek.
G. Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh
bakteri golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit
berdasarkan jenis spesies Klebsiella-nya masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru
memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga
lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panasdingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding mukosa; dan dahak
berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae
yang menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala
pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di
14
rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta ingus hijau dan
berbau.
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia
adalah napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50
kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1
tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai
kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau
(juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding
dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2
bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga
Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas
disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk
anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi
15
pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai)
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk,
perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C. Gejala yang
lain, yaitu apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas
bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah,
gejala pneumonia tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti
pusing, perburukan dari penyakit yang sudah ada sebelumnya dan
pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang
ditemukan demam. Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati
dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang mengandung cincin betalaktam.
Contoh
antibiotik
tersebut
adalah
ampicillin,
carbenicillin,
amoxicilline, dll. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella
16
pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap meropenem, 98,2%
terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dari Klebsiella
pneumoniakebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang
masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat untuk
menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
H. Patologi rhinoskleroma
Rinoskleroma terbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan
III. Pada stadium I, gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas,
seperti rinitis biasa. Dimulai dengan keluarnya cairan hidung encer, sakit
kepala, sumbatan hidung yang berkepanjangan, kemudian diikuti dengan
pengeluaran
cairan
mukopurulen
mengakibatkan gangguan penciuman.
17
berbau
busuk
yang
dapat
Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium
ini terjadi pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di
mukosa hidung yang tampak sebagai bintil di permukaan hidung. Lamalama, bintil ini bergabung menjadi satu massa bintil yang sangat besar,
mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi padat
seperti tulang rawan. Kemudian membesar ke arah posterior (belakang)
maupun ke depan (anterior). Sedangkan pada stadium III, massa secara
perlahan-lahan membentuk struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa
menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti di hidung dapat
juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.
I. Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan
antibiotik, khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
18
Contoh
amoxiciline,
antibiotik
dll.
Dari
tersebut
hasil
adalah
penelitian
ampicillin,
diketahui
carbenicillin,
bahwa
Klebsiella
pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap meropenem, 98,2%
terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella
pneumonia kebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang
masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat untuk
menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi
tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu
bakteri yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(hidung) yang kronis dan
endemik di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena
mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya :
1. Antigen
2. Antegen K
B. Saran
20
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bahaya
dari Klebsiella dan dapat mengobati atau minimalkan terjadinya penyakit
yang ditimbulkan oleh Klebsiella sedini mungkin.
21
Download