BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas. Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003: 9). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan fenomenologi sebagai paradigma kajian. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yang berarti sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri (Praja, 2010: 179). Pada dasarnya Fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn (2008:37) bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut. Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan–kaitannya terhadap orang–orang yang berada dalam situasi– situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam yang merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Inilah yang disebut sebagai fase Ephoce, yang merupakan penundaan perkiraan dan asumsi, penilaian dan interpretasi. Setelah itu mulai berusaha masuk ke dalam dunia Universitas Sumatera Utara konseptual para subjek yang diteliti secara sedemikian rupa sehingga peneliti mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari – hari. Ini merupakan fase reduksi fenomenologi dan fase variasi imajinatif (Moleong, 2006:16). Teori atau preposisi yang dihasilkan dari studi fenomenologi adalah key learning atau pelajaran/hikmah penting apa yang muncul dari fenomena yang diteliti. Fenomenologi berbeda dengan etnometodologi atau cultural studies yang secara lebih serius menyorot peristiwa-peristiwa, sikap dan perilaku hingga makna simbol-simbol budaya yang berkembang di masyarakat. Fenomenologi umumnya berkaitan dengan fenomena perilaku manusia.Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah suatu tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan (Littlejohn, 2008:38). Metode fenomenologi memberikan peluang bagi peneliti untuk menggali pengalaman manusia. Dibanding metode lain, fenomenologi lebih memberikan fleksibilitas dan kemudahan untuk membangun konstruksi sosial realitas dan memberikan informasi yang kaya atas realita yang diteliti (Ninik Sri Rejeki, 2011:158). Fenomenologi pada prinsipnya mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau menganalisa dari pengalaman tersebut. Akan tetapi dalam pendeskripsian fenomenologi harus berdekatan dengan sifat kealamiahan (tekstur, kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari suatu gejala, sehingga deskripsi tersebut akan mampu mempertahankan fenemona seperti apa adanya. Dalam penelitian kualitatif yang menggunakan metode fenomenologi, peneliti harus bisa memasuki sudut pandang orang lain dan berupaya memahami mengapa gejala atau hal pada diri orang lain tersebut terjadi. Natanson menggunakan istilah fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya Universitas Sumatera Utara sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial (Kuswarno, 2009). Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala. Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme (Mix Methodology, 2011:138). Sesuai dengan asumsi ontologis yang ada dalam paradigma konstruktivisme, peneliti yang menggunakan metode ini akan memperlakukan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para aktor sosial. Secara epistemologi, ada interaksi antara peneliti dan subjek yang diteliti. Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti merupakan fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka merekonstruksi realitas sosial. Fenomenologi sebagai metode penelitian adalah cara membangun pemahaman tentang realitas. Pemahaman tersebut di bangun dari sudut pandang para aktor sosial yang mengalami peristiwa dalam kehidupannya. Pemahaman yang dicapai dalam tataran personal merupakan konstruksi personal realitas atau konstruksi subyektivitas. Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif yang memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju pemaknaan (Littlejohn, 2008:38). Universitas Sumatera Utara Fenomenologi menurut Husserl harus mampu menemukan makna dan hakikat dari pengalaman. Secara metodologis, fenomenologi bertugas untuk menjelaskan things in themselves, dengan mengetahui apa yang masuk sebelum kesadaran, dan memahami makna dari esensinya, dalam intuisi dan refleksi diri. Proses ini menggabungkan apa yang tampak, dan apa yang ada dalam gambaran orang yang mengalaminya. Bisa dikatakan ini merupakan penggabungan antara yang nyata dan yang ideal. Husserl juga mengemukakan beberapa tahapantahapan penelitian fenomenologi, antara lain (Kuswarno, 2009) : 1. Epoche Berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “menjauh dari” dan “tidak memberikan suara”. Husserl menggunakan epoche untuk term bebas dari prasangka. Dengan epoche kita mengesampingkan penilaian, bias dan pertimbangan awal yang kita miliki terhadap suatu objek. Epoche merupakan pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan, yang kita miliki sebelumnya. Epoche memberikan cara pandang baru terhadap objek. hal ini membuat kita dapat menggunakan epoche untuk menciptakan ide, perasaan, kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche memasukkan kita ke dalam dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk memahami diri dan orang lain. Tantangan besar dalam melakukan epoche ini adalah terbuka atau jujur dengan diri sendiri. Terutama ketika membiarkan objek yang ada di depan kesadaran memasuki area kesadaran kita, dan membuka dirinya sehingga kita dapat melihat kemurnian yang ada padanya. Hal ini harus dilakukan tanpa pengaruh dari segala hal yang ada di dalam diri kita dan orang lain di sekitar kita. Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain, seperti persepsi, pilihan, penilaian dan perasaan orang lain harus dikesampingkan juga dalam epoche ini. Hanya persepsi dan tindakan sadar kitalah yang menjadi titik untuk menemukan makna,pengetahuan Universitas Sumatera Utara dan kebenaran. Sehingga pada praktiknya, epoche memrlukan kehadiran, perhatian dan konsentrasi, demi mencapai cara pandang yang radikal. 2. Reduksi Fenomenologi Berbeda dengan epoche yang merupakan langkah awal untuk “memurnikan” objek dari pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi fenomenologi adalah membahasakan bagaimana objek tersebut terlihat. Tidak hanya dalam term objek secara eksternal, namun juga kesadaran dalam tindakan internal, pengalaman, ritme, dan hubungan antara fenomena dengan “aku”, sebagai subjek yang mengamati. Fokusnya terletak pada kualitas dari pengalaman, sedangkan tantangannya ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan makna dari pengalaman. Proses ini terjadi lebih dari satu kali. Reduksi akan membawa kita kembali pada bagaimana kita mengalami sesuatu. Memunculkan kembali penilaian/asuMGi awal, dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Reduksi fenomenologi tidak hanya sebagai cara untuk melihat, namun juga cara untuk mendengar suatu fenomena dengan kesadaran dan hati-hati. Reduksi adalah cara untuk melihat dan mendengar fenomena dalam tekstur dan makna aslinya. 3. Variasi Imajinasi Tahap ketiga dalam penelitian fenomenologi ini bertugas untuk mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, dan pendekatan terhadap fenomena dari perspektif, posisi, peranan, dan fungsi yang berbeda. Tujuannya tiada lain untuk mencapai deskripsi struktural dari sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara pada dirinya). Dengan kata lain menjelaskan struktur esensi dari fenomena. Universitas Sumatera Utara Target dari varisai ini adalah makna, dan bergantung dari intuisi sebagai jalan untuk mengintegrasikan struktur ke dalam esensi fenomena. Dalam berpikir imajinatif, kita dapat menemukan maknamakna potensial yang dapat membuat sesuatu yang asalnya tidak terlihat menjadi terlihat jelas. Membongkar hakekat fenomena dengan memfokuskannya pada kemungkinan-kemungkinan yang murni, adalah inti dari kegiatan variasi imajinasi. Pada tahap ini struktur dari pengalaman diungkapkan, dimana kondisi yang hakiki dimunculkan. Pada tahap ini, dunia dihilangkan, segala sesuatu menjadi mungkin. Segala pendukung dijauhkan dari fakta dan entitas yang dapat diukur dan diletakkan pada makna dan hakikatnya. Dalam kondisi seperti ini, intuisi tidak lagi empiris namun murni imajinatif. 4. Sintesis Makna dan Esensi Merupakan tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi. Tahap ini adalah penyatuan intiutif dasar-dasar deskripsi tekstural dan struktural ke dalam suatu pernyataan yang menggambarkan hakikat fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini adalah tahap penegakan pengetahuan mengenai hakikat. Husserl mendefinisikan esensi sebagai sesuatu yang umum dan berlaku universal, kondisi atau kualitas yang menjadikan sesutau. Esensi itu sendiri tidak pernah terungkap secara sempurna. Sintesis struktur tekstural yang fundamental akan mewakili esensi ini dalam waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi reflektif seseorang terhadap fenomena. Menurut Husserl, setiap sifat fisik akan menarik kita ke dalam pengalaman yang tidak terbatas. Universitas Sumatera Utara 2.2 Kajian Pustaka Kajian pustaka ialah daftar referensi atau rujukan dari semua jenis dokumen seperti buku, journal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand out, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan skripsi. Kajian pustaka yang terdapat dalam penelitian ini adalah : - Referensi pertama peneliti adalah jurnal yang berjudul “Self-Disclosure in Romantic Relationships and Friendships Among American and Japanese College Students”. Jurnal ini ditulis oleh Mie Kito pada tahun 2005. Adapun jurnal ini peneliti peroleh dari internet. Jurnal ini meneliti tentang pengungkapan diri yang terjadi pada mahasiswa Amerika dan Jepang dalam berteman dan menjalin hubungan romantis melalui Facebook. Peneliti dalam hal ini mengutip pendapat Boyd yang terdapat dalam jurnal ini yang menyatakan bahwa Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen Kualitas kedekatan suatu hubungan salah satunya ditentukan oleh pengungkapan diri. Dalam tulisan ini dikatakan bahwa tidak ada perbedaan pengungkapan diri yang dilakukan oleh pengguna Facebook dalam menjalin pertemanan ataupun hubungan romantis di Facebook. - Selanjutnya yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal yang berjudul “It’s Not Who You Know, but Who You Add:” Exploring Self-Disclosure and Friending on Facebook". Jurnal ini ditulis oleh Limperos, A. M., Woolley, J. K., Tamul, D.J., & Sundar, S.S., Sejalan dengan jurnal yang pertama, jurnal ini juga menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah Universitas Sumatera Utara hubungan yang kemudian diikuti dengan beberapa proses dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan terus berlanjut. - Jurnal yang ketiga yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal berjudul "I'll poke you. You'll poke me!" Self-disclosure, social attraction, predictability and trust as important predictors of Facebook relationships. Jurnal ini ditulis oleh Sheldon, P pada tahun 2009. Sheldon P melakukan sebuah penelitian, yang mengungkapkan bahwa ketika terdapat persepsi ketertarikan diantara dua orang, maka ketertarikan tersebut akan mendorong seseorang untuk terbuka dan melakukan pengungkapan diri di Facebook, khususnya meningkatnya jumlah topik pembicaraan yang didiskusikan dengan orang lain. - Jurnal dengan judul “A Study of Self-Presentation in Light of Facebook”. jurnal ini ditulis oleh Zarghooni, Sasan., (2007) Dalam jurnal ini dikatakan Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi yang dimilikinya. Sebagai sebuah situs jaringan sosial online yang berkembang pesat, Facebook telah menjadi tempat interaksi sosial diantara para remaja, muda-mudi dan orang dewasa dari seluruh negara di dunia - Referensi berikutnya berjudul Privasi Karakter Diri di Situs Jejaring Sosial Facebook. Referensi ini ditulis oleh Donny, B.U pada tahun 2010. Jurnal ini memuat sebuah hasil temuan yang diperoleh dari hasil survey lapangan terhadap para pengguna Facebook yang dilakukan oleh tim InternetSehat.org-ICT Watch yang bekerja sama dengan National University of Singapore. Survei ini dilakukan di kota Sukabumi dan Cilegon di sepanjang April 2010 dengan jumlah total responden adalah sebanyak 180 orang pengguna Facebook yang berusia diantara 14-25 tahun. Hasil survey menyatakan bahwa 64% dari total responden terkadang langsung melakukan penerimaan atau Universitas Sumatera Utara menyetujui permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal untuk menjadi temannya di Facebook, dan 28% dari responden sering melakukan hal tersebut. Selain itu dari hasil survey ditemukan bahwa sekitar 27% responden menyatakan memilih untuk pergi sendiri, tanpa ditemani oleh siapapun ketika hendak “kopi darat” dengan kenalan baru dari Facebook 2.3 Model Teoretik 2.3.1 Media Digital dan Facebook 2.3.1.1 Defenisi Media Digital Disebut media digital karena media tersebut berbasis pada sistem numerik dan kode-kode digital. Komputer merupakan bagian terpenting dari media digital. Komputer berjalan berdasarkan angka-angka dan kode-kode numerik yang terprogram. Apa yang membuat orang saat ini mulai berpaling mencari solusi informasi dari media konvensional menuju kepada media digital, dalam kasus ini internet, adalah kecepatan dan beragamnya arus informasi yang dimungkinkan untuk diperoleh. Sebuah keunikan internet adalah adanya interaktifitas penggunanya. Hal inilah yang menjadikan internet sebagai sebuah media interaktif yang menghubungkan sebuah sistem komunikasi antar perorangan maupun antara manusia dengan komputer (media) itu sendiri. Hal ini menjadikannya sebagai sebuah media yang “unik” dan membedakannya dengan media konvensional apapun. Media interaktif didefinisikan sebagai media yang memungkinkannya adanya partisipasi dari audience-nya, atau adanya interaktifitas. Terlepas dari teori-teori terdahulu dimana media interaktif tercipta hanya dari proses komunikasi dua arah, maka teori definisi diatas menyebutkan bahwa Human Computer Interaction sudah bisa diklasifikasikan sebagai media interaktif (http://ardianindro.wordpress.com/). Saat ini internet tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbagi informasi tetapi juga sebagai media tempat para penggunanya berinteraksi satu sama lain. Universitas Sumatera Utara Internet kini telah menghadirkan berbagai situs jejaring sosial. Jejaring sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah Facebook. 2.3.1.2 Facebook Facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia. Situs jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg ini mulai terbentuk sejak Februari 2004. Pada awalnya khusus diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua orang dan mengalami perkembangan pesat. Berdasarkan data yang dilansir dari www.compete.com pada Januari 2009, Facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial MySpace, yang berada pada peringkat ke dua. Berikut ini perkembangan Facebook mulai dari awal terbentuk (http://www.vivanews.com) : 2004 : Februari : Mark Zuckerberg dan beberapa Sahabatnya meluncurkan Facebook dari ruang asrama mereka. Maret : Facebook menyebar dari kampus Harvard ke kampus Stanford, Columbia, dan Yale. Juni : Markas Facebook pindah ke Palo Alto, California, Amerika Serikat. Desember : Facebook menjangkau sekitar 1 juta pengguna aktif. 2005 : Mei : Facebook meraih tambahan dana sebesar US$12.7 juta dari Accel Partners. Jejaring ini telah menjangkau hinggalebih dari 800 perguruan tinggi. Universitas Sumatera Utara Agustus : Nama asli jejaring sosial TheFacebook.com diganti menjadi Facebook.com. Oktober : Fitur foto ditambahkan sebagai salah satu aplikasi, Facebook mulai menjangkau jejaring sekolah di luar Amerika Serikat. Desember : Facebook menjangkau lebih dari 5,5 juta pengguna aktif. 2006 : April : Facebook mendapat tambahan dana sebesar US$27.5 juta dari Greylock Partners. Meritech Capital Partners dan investor lainnya. Facebook juga meluncurkan fitur mobile. Mei : Facebook mulai menjangkau jaringan pengguna kelas pekerja. Agustus : Facebook meluncurkan platform pengembangan terbuka, aplikasi notes diperkenalkan dan Facebook melakukan kerjasama strategis dengan Microsoft untuk sindikasi iklan banner. September : Fitur news feed dan mini feed diperkenalkan dengan tambahan kontrol data pribadi. Facebook juga membuka registrasi terbuka sehingga setiap orang dapat bergabung. November : Fitur share ditambahkan secara bersamaan juga diluncurkan pada lebih dari 20 situs mitra Facebook. Desember : Facebook mampu meraih lebih dari 12 juta pengguna aktif. 2007 : Februari : Fitur virtual gift shop diluncurkan. Maret : Facebook menjangkau lebih dari 2 juta pengguna aktif Kanada dan 1 juta pengguna aktif Inggris. Universitas Sumatera Utara April : Facebook menjangkau sekitar 20 juta pengguna aktif dan mengupdate desain situs serta menambahkan portal-portal jejaringnya. Mei : Facebook mengadakan acara untuk meluncurkan platform Facebook dengan 65 mitra pengembang serta lebih dari 85 aplikasi yang sudah ada. Juli : Facebook mengakuisisi perusahaan baru bernama Parakey. Oktober : Facebook menjangkau hingga lebih dari 50 juta pengguna aktif meluncurkan platform untuk mobile, serta memperluas kerja sama iklan dengan Microsoft menaruh bagian saham US$240 juta di Facebook. November : Facebook meluncurkan Facebook Ads. 2008 : Januari : Facebook ikut mensponsori debat presiden bersama ABC News. Februari : Facebook meluncurkan versi Bahasa Spanyol dan Prancis. Maret : Facebook memperbarui sistem privacy controls dengan menambahkan friend list. Privacy Facebook juga diluncurkan di Jerman. April : Facebook meluncurkan fitur Facebook chat, dan merilis aplikasi translation kepada 21 bahasa. Agustus : Facebook menjangkau lebih dari 100 juta pengguna aktif. 2009 : Januari : Facebook menjangkau lebih dari 150 juta pengguna aktif. Februari : Facebook menjangkau lebih dari 175 juta pengguna aktif. Universitas Sumatera Utara April : 200 juta pengguna aktif Mei : Digital Sky Technologies menanamkan investasi sebesar US$ 200 juta dengan nilai saham sebesar US$ 10 miliar valuasi. Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam Facebook memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan Facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya. Perkembangan Facebook yang sangat pesat tersebut juga melanda masyarakat Indonesia. “Indonesia saat ini telah menjadi “the Republic of the Facebook”. Itulah headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian Tempo yang dirilis oleh CNET Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan Januari 2009 lalu (Linkedin.com; 2009). Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada tahun 2008. “Prestasi” ini menjadikan Indonesia sebagai “the fastest growing country on Facebook in Southeast Asia”. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan pengguna Facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia. Perkembangan Facebook ini berkembang semakin pesat pada tahun-tahun berikutnya. Sebuah statistik yang dikeluarkan www.compete.com menyatakan akan ada banyak cara membuat Facebook menjadi bertambah besar, mereka juga memperkirakan negara-negara berkembang seperti India, Brazil dan Indonesia akan tetap menjadi salah satu pengguna Facebook terbesar setelah Amerika Serikat. Universitas Sumatera Utara Menurut statistik yang dikeluarkan oleh situs www.checkfacebook.com, perkembangan pengguna terbesar dimulai sejak tahun 2008 lalu, kemudian terus berlanjut hingga sekarang adalah setiap akun Facebook rata-rata memiliki 130 teman yang saling terhubung dan komunitas yang telah disediakan dalam layanan Facebook. Adapun fitur-fitur yang terdapat di dalam Facebook (Andi, 2008:44-48) ialah : a. Profil Halaman profil menyediakan tempat bagi kita untuk membagikan informasi yang ingin kita sampaikan tentang diri kita. Dalam perkembangannya, Facebook memberikan keleluasaan pada pemilik profil untuk menentukan siapa yang bisa melihat profilnya dan siapa yang tidak. Melalui profil, pengguna Facebook yang lain dapat melihat dan mengetahui informasi tentang diri kita. b. Wall/Dinding Fitur ini menyediakan ruang untuk para pengguna Facebook saling mengirimkan komentar, testimoni bahkan bisa menyukai komentar pengguna lain yang ada di akun Facebook yang sedang diakses. c. Friends/Pertemanan Pertemanan merupakan bagian yang dirancang untuk mencari akun Facebook lain yang terdaftar dalam situs jejaring sosial ini. Dengan mengetikkan nama dari sebuah akun Facebook maka dengan segera kita dapat menemukan akun tersebut. d. Inbox/Pesan Inbox atau pesan masuk, merupakan fitur yang menyediakan privasi penuh pada pemilik akun dengan orang yang berinteraksi dengannya. Dikatakan menyediakan privasi karena yang dapat melihat pesan yang saling ditukar melalui Inbox hanyalah pemilik akun yang saling berkirim pesan melalui fitur ini. e. Upload/Mengunduh Melalui fitur ini pemilik Facebook dapat berbagi foto, video dan lagu yang ia inginkan. Sama halnya dengan fitur lainnya dalam Facebook, Universitas Sumatera Utara pada fitur ini pun pemilik akun dapat menentukan siapa yang bisa melihat file yang ia unduh dan siapa yang tidak. f. Tag/Menandai File yang telah diunduh ke Facebook dapat ditandai. Melalui fitur ini file tersebut akan terbagi ke akun yang telah ditandai. 2.3.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya 2.3.2.1 Defenisi Pengungkapan Diri Menurut Wrightsman, pengungkapan diri merupakan suatu proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Dayakisni, 2009). Selain itu, Morton juga menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang disukai dan dibenci (Dayakisni, 2009) . Menurut Devito(1986) pengungkapan diri merupakan sebuah bentuk komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan kita beritahukan kepada orang lain. Devito (1985) juga menyatakan beberapa aspek yang terkandung dalam defenisi ini, yang mencakup : a. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk komunikasi b. Pengungkapan diri adalah informasi, dimana informasi yang dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh si pendengar, dengan kata lain informasi tersebut adalah pengetahuan baru. c. Pengungkapan diri adalah informasi mengenai seseorang, yang meliputi isi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau mengenai orang lain yang dekat dengan kita yang memiliki hubungan ketergantungan signifikan dengan kita. Universitas Sumatera Utara d. Pengungkapan diri mencakup informasi yang normalnya disembunyikan. Hal ini bukan hanya sekedar informasi yang belum diungkapkan sebelumnya, namun mengenai informasi yang sebelumnya tidak kita ungkapkan dan berusaha untuk menyimpan rahasia tersebut. e. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Dalam melakukan pengungkapan diri, komunikasi yang dilakukan sedikitnya diantara dua orang, karena pengungkapan diri bukan merupakan komunikasi intrapersonal. Dari beragamnya pendapat para ahli tentang pengungkapan diri, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah sebuah bentuk tindakan dimana kita memberitahukan mengenai informasi pribadi kita kepada orang lain,seperti keadaan pribadi, perasaan, pendapat, pengalaman masa lalu dan juga harapan di masa depan. 2.3.2.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya Beebe(2008) menyatakan pengungkapan diri dapat membangun keintiman dalam suatu hubungan yang kita bina dengan orang lain. Namun terdapat perbedaan antara komunikasi langsung dengan komunikasi secara online yaitu terdapat anonimitas dalam komunikasi online. Wang (2009) juga menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan secara online menekankan pada kurangnya petunjuk dalam sebuah interaksi komunikasi dan komunikasi yang terjadi bersifat anonim. Beebe (2008) menyatakan anonimitas merupakan suatu keadaan dimana kita tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal ini sejalan dengan Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut. Kedekatan atau keintiman merupakan elemen terpenting dalam suatu hubungan interpersonal (Dayakisni, 2009). Sheldon (2009) menyatakan bahwa pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah hubungan interpersonal. Sejalan dengan Dayakisni (2009) yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa pengungkapan diri dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan suatu hubungan, karena melalui proses mengungkapkan informasi mengenai diri kita, maka kemungkinan dapat membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih intim. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon (2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan interpersonal dengan orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita lakukan. Selain itu Altman juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat (Kito, 2005). Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk suatu hubungan yang berkualitas. Raven dan Rubin menyatakan bahwa proses pengungkapan diri pada individu juga memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok /timbal balik (Dayakisni, 2009). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang seimbang. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita memperlakukan mereka. Menurut Taylor (2009) menyatakan bahwa anonimitas yang terdapat dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat mereka melakukan interaksi secara online. 2.3.3 Technology Relationship/Hubungan Secara Online Universitas Sumatera Utara Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pada banyak hal, termasuk diantaranya pada hubungan interpersonal. Seiring dengan menjamurnya situs jejaring sosial di internet, pengguna internet bertambah semakin pesat dari waktu ke waktu. Hal ini mendukung pertumbuhan hubungan yang terjadi secara online. Bahkan banyak reality show di televisi membahas tentang pasangan yang menjalin hubungan secara online tanpa pernah bertemu di dunia nyata. Realitanya, banyak orang telah menggunakan internet untuk mencari teman ataupun pasangan romantis. Beberapa dari mereka menggunakan internet dengan tujuan interaksi semata, yang lain menggunakannnya sebagai jalan memulai sebuah hubungan dan kemudian bermaksud untuk menyertakan foto, bertelepon dan bertemu secara langsung. Sebuah studi yang dilakukan Parks & Floyd (1996) menunjukkan bahwa hampir dua per tiga dari pengguna newsgroup telah menjalin hubungan seperti aqcuintances, persahabatan dan hubungan pribadi lainnya dengan seseorang yang mereka temui di internet. Hampir sepertiga mengatakan bahwa mereka berkomunikasi dengan pasangannya paling sedikit tiga sampai empat kali seminggu, lebih dari setengah berkomunikasi sekali seminggu. Studi ini juga menyebutkan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih suka menjalin hubungan di internet. Sekitar 72 persen wanita dan 55 persen pria menjalin hubungan pribadi secara online. Hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat wanita lebih sering menggunakan internet untuk berkomunikasi dibandingkan kaum pria (Devito, 2008). Selayaknya hubungan yang terjadi di dunia nyata, hubungan yang berkembang di internet pun mengakibatkan terjadinya pertukaran jaringan antar sesama pasangan yang berhubungan. Mereka saling bertukar informasi, cerita bahkan saling memperkenalkan lingkungannya. Hubungan yang terjadi di internet ini menumbuhkan rasa saling memiliki, sama seperti yang terjadi pada pasangan yang membangun hubungan di dunia nyata. Hubungan yang tejadi secara online ini ternyata mendatangkan banyak keuntungan. Hubungan jenis ini dapat menghindarkan pasangan dari kekerasan fisik dan penularan penyakit secara seksual. Tak seperti hubungan yang dibangun dunia nyata secara tatap muka, hubungan yang terjadi secara online lebih Universitas Sumatera Utara mementingkan kualitas diri daripada penampilan fisik. Dalam menjalin kekariban, keterbukaan diri menjadi hal yang lebih penting dibandingkan ketertarikan secara fisik. Hubungan secara online meyakini tentang kepercayaan, kejujuran dan komitmen selayaknya hubungan yang terjadi secara tatap muka. Pertemanan dan hubungan romantis di internet menjadi keuntungan bagi orang yang sangat pemalu dan yang memiliki kekurangan secara fisik. Mereka yang dulunya kesulitan dalam menjalin hubungan secara tradisional karena harus bertemu secara tatap muka, kini dapat menjalin hubungan tanpa harus bertemu muka. Interaksi ini memungkinkan semua orang, tidak terkecuali yang pemalu atau memiliki kekurangan secara fisik, untuk dapat berinteraksi dan berekspresi sebebas-bebasnya. Secara online, semua orang bebas untuk mengungkapkan penampilan fisiknya sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai keinginannya dan sesuai waktu yang diharapkannya. Keuntungan lain yang tampak nyata dari hubungan secara online yaitu penggunanya dapat berteman dengan orang dalam jumlah besar. Hal ini mempermudah penggunanya untuk menemukan seseorang yang cocok dengannya, yang memang dicarinya. Ibaratnya mencari buku yang sesuai dengan yang kita butuhkan, kemungkinan untuk menemukannya di perpustakaan yang menyediakan jutaan buku dibanding jika kita mencarinya di koleksi yang menyediakan ribuan buku. Keuntungan terakhir dari menjalin hubungan secara online, yakni mengenai status sosial, ekonomi dan pendidikan pengguna di internet jauh lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang ditemui di grup kecil. Selain beberapa keuntungan tersebut, tentu saja menjalin hubungan secara online ini memiliki beberapa kekurangan. Orang-orang yang melaukan interaksi ini tidak bisa melihat lawan iteraksinya kecuali mereka akhirnya saling bertukar foto atu bahkan bertemu secara tatap muka. Foto yang diberikan tersebut juga tidak menjamin bahwa orang yang menjalin interaksi dengan kita adalah orang yang sama dengan orang yang ada di foto. Secara online, orang dapat memalsukan identitas dan penampilan dirinya tanpa terdeteksi. Contohnya saja, remaja menampilkan dirinya sebagai orang Universitas Sumatera Utara dewasa. Sebaliknya, orang dewasa juga bisa menampilkan dirinya sebagai anakanak untuk tujuan yang buruk dan seks ilegal. Sama halnya dengan orang kaya yang menampilkan dirinya sebagai orang miskin, remaja mengaku sebagai orang dewasa ketika mereka ingin menikmati pengalaman ini. Walaupun orang dapat menipu dalam hubungan secara tatap muka, faktanya lebih mudah untuk melakukannya secara online. Kekurangan lain dari hubungan secara online yang terkadang juga dianggap sebagai sebuah keuntungan yakni hubungan secara online ini dapat mengurangi frekuensi dan menggantikan hubungan pribadi secara tatap muka. Walther (1996) telah memberi nama “Komunikasi Hiperpersonal” untuk komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada komunikasi langsung. Dia memberikan tiga faktor yang cenderung menjadikan partner komunikasi via komputer lebih menarik (Nurudin,2004) yaitu : a. E-mail dan jenis komunikasi komputer lainnyamemungkinkan presentasi diri yang sangat selektif, dengan sedikit penampilan tau perilaku yang tidak diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan cara ini, pengguna tidak harus repot dalam melakukan komunikasi secara online. b. Orang yang terlibat dalam komunikasi via komputer kadang kala mengalami proses atribusi yang berlebihan yang didalamnya mereka membangun kesan stereotipe tentang partner mereka. Kesan-kesan ini sering mengabaikan informasi negatif, seperti kesalahan cetak, kesalahan ketik, dan sebagainya. c. Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang didalamnya pesan-pesan positif dari seorang partner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan satunya. 2.3.4 Jenis-Jenis Hubungan 2.3.4.1 Aquitance/Orang Asing yang Familiar Universitas Sumatera Utara Menurut Pogrebin (1987) aquitance adalah orang-orang yang kita kenali nama atau wajahnya, orang asing yang familiar (familiar stranger) yang kita temui dan saling bertukar senyum ketika bertemu di jalan, ataupun orang-orang yang berurusan dengan kita ketika kita berada di tempat-tempat umum: misalnya tukang pos, pengantar koran, dan lain-lain (Devito, 2008). Pada interaksi dengan orang-orang ini kita biasanya mulai merespon dengan lebih terbuka dan dengan lebih ekspresif dibandingkan dengan orangorang yang pertama kali baru kita temui, namun masih berhati-hati dalam melakukan interaksi. Komunikasi yang terbentuk masih bersifat tidak pribadi. Terdapat kecenderungan yang rendah untuk membicarakan masalah pribadi, fantasi, harapan yang tidak tercapai, masalah keluarga, ataupun kondisi keuangan. Empati dan rasa kebersamaan pun sulit untuk terbentuk, dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kita miliki mengenai orang tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa aquitance adalah orang-orang yang hanya kita kenali nama atau wajahnya saja yang merupakan orang asing yang familiar (familiar stranger) yang sering kita temui namun tidak ada komunikasi yang intens yang terjadi dan tidak saling mengenal lebih jauh. 2.3.4.2 Teman 2.3.4.2.1 Defenisi Teman Sejak masa kanak-kanak, sebagian besar orang mulai membangun hubungan pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan pertemanan ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang didasarkan pada afek positif. Secara umum, memiliki teman merupakan hal yang positif, sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga dapat memberikan efek negatif jika teman bersifat antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau tidak stabil. Menurut Kenney & Kashy, ketika suatu hubungan akrab sudah terbentuk, maka akan membuat individu menghabiskan waktu untuk bersama lebih banyak, berinteraksi satu sama lain pada situasi yang lebih bervariasi, menjadi self- Universitas Sumatera Utara disclosing, saling memberikan dukungan emosional, dan membedakan antara teman dekat dengan teman yang lain (Baron, 2005). Menurut Yager (2006) teman adalah seseorang yang kita sukai dan menyukai kita, dan orang tersebut memiliki hubungan yang hangat dengan kita. 2.3.4.2.2 Pertemanan Pertemanan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal diantara adua individu, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai. Menurut Ahmadi (2007) pertemanan merupakan suatu hubungan antarpribadi yang akrab atau intim yang melibatkan individu sebagai suatu kesatuan. 2.3.4.2.3 Tipe-tipe pertemanan John M. Reisman menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan, yaitu (Devito, 1986) : a. Reciprocity Reisman menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan. b. Receptivity Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer. Hal ini terjadi karena kedua belah pihak memiliki perbedaan kebutuhan. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memperoleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. Pertemanan seperti ini misalnya bisa terjadi antara guru dan murid. d. Association Universitas Sumatera Utara Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah sebuah hubungan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan tetapi tidak intens. 2.3.4.2.4 Karakteristik pertemanan Keith Davis menyatakan terdapat 8 karakteristik hal penting dalam sutau pertemanan (Devito, 1986) yaitu : 1. Enjoyment Teman menikmati kebersamaan yang terjalin 2. Acceptance Teman menerima satu sama lain apa adanya, seorang teman tidak memiliki kecenderungan untuk mengubah temannya menjadi orang lain. 3. Trust Teman saling percaya satu sama lain dalam melakukan hal yang disukainya. 4. Respect Teman saling menghargai satu sama lain. 5. Mutual assistance Teman dapat menjadi pendamping dan memberikan satu sama lain. 6. Confiding Teman saling membagi perasaan dan pengalaman. 7. Understanding Teman mengerti hal apa yang penting dan mengerti alasannya temannya berperilaku tertentu. Seorang teman merupakan prediktor yang baik dalam menentukan perilaku dan perasaan temannya. 8. Spontanity Universitas Sumatera Utara Seorang teman tidak melakukan dalam self-monitoring, seorang teman dapat mengekspresikan perasaannya secara spontan, tanpa khawatir bahwa hal tersebut akan menyebabkan hambatan dalam pertemanannya 2.3.4.2.5 Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi dua orang untuk memutuskan membina suatu pertemanan, yaitu : 1. Kedekatan mereka satu sama lain 2. Kesamaan akan kesukaan mereka terhadap sesuatu dan perilaku mereka 3. Penghargaan terhadap kepribadian yang mereka miliki 4. Daya tarik fisik diantara mereka 2.3.4.3 Hubungan Percintaan (Love) Kedekatan dan kecocokan yang terjadi antara dua orang terkadang berlanjut menjadi hubungan percintaan. Banyak orang yang memutuskan untuk menjalin hubungan cinta dengan orang yang selama ini berada di lingkungan sekitarnya, mungkin itu teman ataupun sahabatnya. Hubungan percintaan ini terkadang lebih sukses dibandingkan hubungan percintaan yang tidak diawali dengan pertemanan. Kenyataan tersebut terjadi karena biasanya pasangan tersebut sudah lebih mengenal dan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini juga didukung karena mereka sebelumnya telah memiliki kedekatan dan kecocokan satu sama lain. Meskipun demikian, beberapa hubungan percintaan seperti ini juga terkadang tidak sukses, karena ada saja pasangan yang merasa lebih cocok berteman daripada menjadi sepasang kekasih. Berikut ini adalah beberapa jenis cinta yang diungkapkan Devito (2008) dalam bukunya Essential Of Human Communication : a. Eros Love, yakni cinta yang mencari kecantikan dan sensualitas, seta berfokus pada ketertarikan secara fisik. Pencinta dalam jenis Eros Love ini terkadang memiliki idealisme yang tinggi dalam konsep kecantikan. Hal ini pada kenyataannya, jarang dan bahkan sangat tidak mungkin untuk dicapai. Konsekuensinya, pecinta jenis ini sering merasa tidak terpenuhi hasratnya. Universitas Sumatera Utara b. Ludic Love, yakni cinta yang mementingkan hiburan dan kegembiraan. Pecinta jenis cinta ini melihat cinta sebagai sesuatu menyenangkan, seperti sebuah permainan. Mereka tidak serius dalam menjalin hubungan. Ketika pasangannya dirasa tidak lagi menarik dan menyenangkan, mereka memutuskan untuk mengakhirinya. c. Storge Love, yakni cinta yang penuh kedamaian dan ketenangan. Pecinta jenis ini tidak mencari pasangan kekasih. Mereka membina hubungan yang bersahabat dengan seseorang yang mereka kenal, juga dengan orang yang bisa diajak untuk beraktivitas bersama dan berbagi ketertarikan. Mereka yang ada pada jenis percintaan seperti ini terkadang sulit untuk membedakan cinta dan persahabatan. d. Pragma Love, cinta jenis ini praktis dan bersifat tradisional. Pragma Love mencari kecocokan dan hubungan dimana kebutuhan dan keinginan yang penting dapat terpenuhi. Pecinta jenis ini lebih mengkuatirkan kualifikasi sosial daripada kualitas personal pasangannya. Keluarga dan latar belakang pasangan adalah sesuatu yang luar biasa penting bagi pecinta jenis ini. Mereka lebih percaya pada logika daripada perasaan. e. Manic Love, cinta jenis ini adalah cinta obsesif yang membutuhkan perhatian dan kasih yang bersifat konstan dalam memberi dan menerima. Ketika hal tersebut tidak diberi atau diterima, dan ketika tidak ada timbal balik dari pasangannya dalam meningkatkan komitmen, pecinta jenis ini sering merasa depresi, cemburu dan merasa ragu. f. Agapic Love, cinta yang tidak egois. Pecinta jenis ini mengasihi semua orang, baik itu orang asing yang tidak dikenal atau tetangga yang menjengkelkan. Yesus, Buddha, Gandhi mempraktekkan dan mengajarkan cinta spiritual yang tidak mengenal perbedaan. Cinta ditawarkan tanpa menginginkan imbalan atau keuntungan juga harapan adanya balasan dari orang yang dicintai. Universitas Sumatera Utara 2.3.5 Mahasiswa Menurut Salim dan Sukadji (2006) Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di Perguruan Tinggi. Tentunya sangat diharapkan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan agar kelak mampu menyumbangkan kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa Indonesia yang saat ini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada akhir abad ke20 (http://www.repository.usu.ac.id). Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan untuk menjadi generasi yang kritis dan kreatif. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang ada saat ini, mahasiswa semakin mudah dalam mendapatkan informasi, yakni melalui internet. Namun bukan berarti mahasiswa tinggal mencomot manfaat yang disediakan di depan dirinya melalui kemajuan era informasi. Sesungguhnya masyarakat kita mengalami information overload. Maka tantangannya adalah bagaimana mengolah dan memilah informasi apa yang berguna dan berfaedah bagi peningkatan kualitas diri mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya menggunakan internet sebagai alat untuk pencari informasi, namun juga memanfaatkannya sebagai tempat bersosialisasi. Hal ini tidak mengherankan bahkan Facebook yang saat ini dapat diakses oleh semua orang juga adalah hasil dari kreativitas mahasiswa. Universitas Sumatera Utara Gambar II Model teoretis Mahasiswa USU Facebook Pertemanan Melalui Facebook Universitas Sumatera Utara