MAKALAH ILMIAH PROSPEK MIGAS PADA CEKUNGAN JAWA TIMUR DENGAN PENGAMATAN METODE GAYABERAT Oleh: Saultan Panjaitan Pusat Survei Geologi Jalan Diponegoro 57 Bandung SARI Anomali Bouguer didaerah Cekungan Jawa Timur dapat di kelompokkan kedalam (3) tiga bagian yaitu: a. Anomali gayaberat tinggi dari kisaran 20 mGal hingga 60 mGal membentuk tinggian batugamping. b. Anomali gayaberat sedang dari kisaran 0 mGal hingga 20 mGal dibentuk oleh cekungan batuan sedimen. c. Anomali gayaberat rendah dari kisaran 0 mGal hingga – 50 mGal dibentuk oleh rendahan Zona Kendeng. Tinggian antiklin yang terkait dengan migas terbentuk pada dua jalur yaitu Zona Rembang di utara dan Zona Randublatung di selatan. Anomali 5 mGal hingga 37 mGal pada anomali sisa dianggap prospek sedangkan < dari 5 mGal kurang prospek. Batuan reservoir terbentuk pada rapat massa 2,7 gr/cm³ dari batugamping Formasi Kujung bagian atas, Formasi Ngimbang bagian atas dan batupasir Ngrayong bagian atas hingga Formasi Ledok dan Formasi Lidah. Ketebalan batuan reservoir terbentuk antara ± 800 hingga 1100 meter pada kedalaman ± 1500 hingga 2500 meter. Batuan induk terbentuk pada anomali 0 mGal hingga – 35 mGal di Cekungan Lamongan dan Rembang dari serpih terestrial Formasi Ngimbang Bawah, Kujung Bawah dan Formasi Tawun. Batuan alas diperkirakan disusun oleh Kompleks Melange terdiri atas batuan metamorf dan batuan beku mempunyai rapat massa 2,9 gr/cm³ dengan kedalaman yang bervariasi akibat pematahan bongkah pada batuan alas. Kata kunci: Gaya berat, migas, cekungan, antiklin, rapat massa, batuan induk. ABSTRACT Bouguer Anomalies in East Java basin can be divided into ( 3) three parts namely : a. High Gravity anomaly, from 20 to 60 mGal that formed by limestone high. b. Medium Gravity anomaly, from 0 to 20 mGal that formed by sedimentory rock basin, and. c. Low Gravity anomaly from 0 to – 50 mGal that formed by low Kendeng Zone. Anticline high that Correlated with oil and gas ocurrences can be found in (2) two zones, namely Kendeng Zone in the north and Randublatung Zone in the south . The Value of recidual anomaly between 5 mGal and 3+ mGal can be considered as prospect and value below 5 mGal is not prospect. . Reservoir rock that has density 2.7 gr / cm³ was formed by limestone of Upper Kujung , Upper Ngibang, sandstone of Upper Ngrayong, Lebak and Ledok Formation. The reservoir rock has Thickness from 800 to 1,100 m at depth of 1500 to 2500 mm. Host rock formed has anomaly between 0 to – 35 mGal at Lamongan and Rembang Basin and consisted of teresterial shale of lower Ngimbang, lower of Kujung, and Tawun Formation. Bedrock was considered as Melange complex, consisted of metamorphic and igneous rock with density 3 2,9 gram/cm in various depth due to faulted block of the bedrock. PENDAHULUAN Daerah penelitian di Cekungan Jawa Timur (Gambar 1) merupakan salah satu Cekungan sedimen yang pertama kali dieksplorasi di Indonesia yaitu sejak akhir abad ke-19. Penelitian dilakukan dengan metode Gayaberat dan sajian data berbentuk lintasan disepanjang jalan raya berjarak ± 2- 3 km dan acak ± 5 – 6 km hingga puluhan kilometer (Gambar 2). Eksplorasi migas di daerah ini telah berlangsung selama 125 tahun dan merupakan lapangan komersial pertama di Pulau Jawa yang ditemukan di Cekungan ini adalah Lapangan Kuti-Kuraka tahun 1887. Sampai saat ini kegiatan eksplorasi dan produksi masih berlangsung di wilayah darat maupun laut dan hingga akhir tahun 2009 sejumlah 33 kontrak karya telah diberikan ijin melakukan aktivitas eksplorasi didaerah ini. Beberapa penemuan ladang migas cukup Diterima tanggal 27 Agustus 2010 Revisi tanggal 11 Oktober 2010 168 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 MAKALAH ILMIAH signifikan setelah era 1980-an dan eksplorasi dalam lima tahun terakhir telah menemukan lapangan migas Mudi dan Sukowati dan mulai berproduksi pada tahun 2007 serta lapangan Banyu Urip tahun 2009. Eksplorasi yang dilakukan PERTAMINA didaerah ini melaporkan bahwa migas telah ditemukan hampir diseluruh satuan stratigrafi Cekungan Jawa Timur, mulai dari reservoir klastik Ngimbang umur Eosen Tengah sampai reservoir volkanoklastik Pucangan umur Plistosen (Gambar 3). Konfigurasi batuan dasar yang telah mengalami deformasi membentuk rendahan dan tinggian sehingga membuat cekungan ini kaya akan dapur migas. Batuan induk utama adalah serpih teristrial Ngimbang terbentuk didaerah rendahan membentuk cekungan dan perangkapperangkap terumbu terbentuk pada karbonat Kujung-1, dan Prupuh. Beberapa objek reservoir dilaporkan masih belum tereksplorasi dengan baik dan masih berpotensi dimasa depan adalah : Batupasir Ngimbang dan karbonat, karbonatsilisiklastik Kujung Bawah, batupasir laut dalam Ngrayong, karbonat globigerina. Mundu-Selerejo dan batupasir volkanoklastik Pucangan. Pengembangan kembali sumur-sumur tua berdasarkan kajian yang dilakukan oleh PERTAMINA mengindikasikan bahwa potensi lapangan migas masih banyak yang belum terungkap dan diduga masih terbuka lebar akan adanya penemuan lapangan-lapangan migas baru. Dengan adanya data yang komplit termasuk penyedian data gayaberat akan menarik minat investor melakukan eksplorasi lanjutan baik oleh PERTAMINA sendiri maupun perusahaan dalam negeri dan asing. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 169 MAKALAH ILMIAH 170 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 MAKALAH ILMIAH Tataan Geologi Cekungan sedimen penghasil minyak di wilayah Indonesia bagian barat yang berumur Tersier secara tektonik berada pada cekungan busur belakang (back arc basin) (Gambar 4). Dan salah satunya adalah Cekungan Jawa Timur Utara terbentuk akibat tumbukan Lempeng Hindia Australia bergerak ke arah utara terhadap lempeng Sunda yang dicirikan oleh anomali rendah didaerah tumbukan dan anomali tinggi didaerah pegunungan selatan Jawa. Pertemuan kedua lempeng tersebut yang bersifat tumbukan melibatkan kerak samudera lempeng Hindia dan kerak benua dari lempeng Sunda yang membentuk sistem busur kepulauan “Sunda Arc System”. Cekungan yang terbentuk di Jawa Timur terbagi menjadi 3 mandala struktur masingmasing dari utara ke selatan adalah: Paparan Utara (Northern Platform), Tinggian Tengah (Central High) dan Cekungan Selatan (Southern Basin). Paparan Utara tersusun oleh Busur Bawean ( Bawean Arc ) dan Paparan Madura/Kangean Utara. Tinggian Tengah terdiri dari Tinggian Kujung, Madura, Kangean dan Lombok, sedangkan di Selatan dibagi dalam beberapa Zona yaitu: Zona Rembang , Zona Randublatung dan Zona Kendeng. Di daratan Jawa Timur satuan stratigrafi tertua adalah batuan dasar yang langsung menumpang di atasnya yaitu: Pra-Ngimbang umur Eosen Bawah terdiri atas batupasir sisipan serpih, batulanau dan batubara tidak selaras dengan Formasi Ngimbang di atasnya. Formasi Ngimbang umur Eosen Tengah ditandai dengan sedimen klastik yang terdiri dari perselingan batupasir, serpih dan batugamping kadang-kadang dijumpai batubara yang menunjukkan lingkungan laut dangkal di atasnya diendapkan Formasi Ngimbang secara tidak selaras. Formasi Kujung tersusun oleh serpih dengan s i s i p a n b a t u g a m p i n g d a n b a t u p a s i r, batugamping bagian bawah merupakan batugamping Kranji, sisipan bagian atasnya serpih dan batugamping klastik disebut juga sebagai batugamping Prupuh. Pada daerah rendahan berkembang serpih Kujung dan pada daerah lebih tinggi berkembang terumbu karbonat dan Anggota Prupuh. Formasi Tuban terdiri atas perlapisan batulempung beberapa sisipan batugamping dan serpih terbentuk pada Awal Miosen dan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Formasi Tawun tersusun oleh perselingan antara serpih karbonat pasiran dengan batupasir dan batugamping umur Miosen Awal hingga Miosen Tengah lingkungan paparan yang agak dalam. Formasi Ngrayong terdiri atas batupasir, serpih, batulempung, batulanau dan sisipan batugamping umur Miosen Awal-Miosen Tengah tersingkap secara luas pada Lembar Rembang ketebalannya berkisar 950 meter. Formasi Bulu Mempunyai penyebaran yang luas di antiklin Rembang Utara tersusun oleh batugamping berwarna putih kadang-kadag berlapis kalkarenit dengan sisipan napal dan batupasir umur Miosen Tengah. Formasi Wonocolo tersusun oleh napal dan lempung tidak berlapis di bagian bawah tersusun oleh batugamping pasiran dengan pengendapan transgresif ketebalan berkisar 500 meter umur Miosen Tengah-Atas pada lingkungan paparan luar. Formasi Ledok mempunyai stratotype di antiklin Ledok Cepu tersusun oleh perselingan antara-batupasir glaukonitik dengan sisipan napal umur Akhir Miosen. Formasi Mundu tersusun oleh napal masif bagian atas formasi ini berubah menjadi batugamping pasiran umur Miosen AkhirPliosen dengan pengendapan laut dalam ketebalan berkisar 700 meter. Formasi Selorejo Tersusun oleh perselingan antara batugamping napalan hingga batugamping pasiran dianggap sebagai Anggota Formasi Mundu tersingkap bagus di Sungai Gadu umur Pliosen Tengah-Akhir. Formasi Lidah tersusun oleh batulempung hitam dan napal berlapis yang diselingi oleh batupasir umur Plio-Plistosen. Formasi Paciran tersusun oleh batugamping masif umumnya merupakan batugamping terumbu tersebar di utara Zona Rembang dari wilayah Tuban, Lamongan dan Gresik umur Pliosen hingga Awal Plistosen. Penelitian struktur telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Situmorang, B., dkk., (1976). Sesar normal memperlihatkan arah N30ºE dan N90º-100ºE sedangkan sesar mendatar arah N70ºE struktur perlipatan arah barat-timur membentuk Antiklinorium Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 171 MAKALAH ILMIAH Peta anomali Bouguer merupakan cerminan dari refleksi gabungan anomali regional dengan anomali lokal. Tampilan peta anomali Bouguer regional Jawa Timur (Gambar 5) oleh Untung M., Setio, Y., (1978) bila dibandingkan dengan peta anomali Bouguer Cekungan Jawa Timur (Gambar 6) daerah Zona Rembang, Zona Randublatung, Zona Kendeng daerahnya hampir sama. Di Pegunungan Selatan Jawa terdapat anomali tinggi mencapai 200 mGal, anomali tinggi tersebut pada peta geologi didominasi oleh batugamping serta andesit tua. Hasil penelitian gayaberat lokal di Cekungan Jawa Timur dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: 1. Anomali gayaberat tinggi dari kisaran 20 mGal hingga 60 mGal membentuk tinggian antiklin batugamping terkait dengan batuan reservoir. 2. Anomali gayaberat sedang dari kisaran 0 mGal hingga 20 mGal membentuk rendahan oleh cekungan batuan sedimen dari batuan induk migas. 3. Anomali gayaberat rendah dari kisaran 0 mGal hingga – 50 mGal dibentuk oleh rendahan Zona Kendeng tidak terkait dengan migas. 172 Tinggian anomali dari 20 mGal hingga 60 mGal terdapat didaerah utara arah barat-timur termasuk kedalam Zona Rembang dan di selatan termasuk Zona Randublatung. Tampilan anomali di utara membentuk tutupan ( closure ) memanjang yang terkait dengan tinggian batugamping sebagai batuan reservoir. Tinggian anomali tersebut memanjang dari daerah Rembang – Jatirogo – Tuban- Kujung hingga Prupuh. Sedangkan tinggian anomali didaerah selatan terbentuk memanjang kearah timur dari Purwodadi sebelah barat – Lapangan Banyu Urip – Banyuasih – Cepu – Bojonegoro – Ngimbang – Surabaya hingga ke Sidoarjo. Cekungan terbentuk pada rendahan anomali dari kisaran 0 mGal hingga 20 mGal (Warna kuning). Cekungan Rembang terputus-putus membentuk tutupan ( closure) antiklinorium disekat oleh tinggian-tinggian lokal. Kearah timur membentuk Cekungan Lamongan yang memisahkan tinggian Zona Rembang dengan tinggian Zona Randublatung. Kerapatan kontur dan kelurusan anomali yang memisahkan anomali tinggi dengan anomali rendah di utara dan di selatan merupakan kontak struktur berupa sesar naik sepanjang Zona Rembang dan Zona Randublatung Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 MAKALAH ILMIAH Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 173 MAKALAH ILMIAH Anomali Sisa Peta anomali sisa didapat setelah anomali Bouguer dikurangi anomali regional. Anomali sisa adalah lebih rinci dan mencerminkan anomali lokal lebih dangkal jika dibandingkan dengan anomali Bouguer. Tampilan anomali sisa (Gambar 7) hampir mirip dengan anomali Bouguer hanya saja nilai anomalinya lebih kecil. Anomali sisa yang terbentuk didaerah Kujung utara mencapai 37 mGal. Anomali tinggi tersebut membentuk punggungan gayaberat diakibatkan oleh rapat massa batuan yang lebih besar yaitu 2.7 gr/cm³ pada batugamping Formasi Kujung bagian atas. Didaerah Tuban tinggian anomali menurun tajam hingga 5 mGal dan kearah pantai nilainya terus menurun. Didaerah Jatirogo membentuk tinggian tutupan (closure) 13 mGal dan menurun kearah selatan Rembang berbatasan dengan sinklin Pati di barat. Tinggian-tinggian tersebut termasuk kedalam Zona Rembang yang terkait dengan perangkap struktur migas. Tinggian anomali sisa yang terbentuk didaerah selatan dimulai dari daerah Purwodadi hingga ke Cepu dicirikan oleh anomali 13 mGal yang membentuk tutupan (closure) memanjang. Didaerah Karanganyer anomali kembali menurun hingga 5 mGal menerus ke daerah Ngimbang, Surabaya dan Sidoarjo. Tinggian anomali di selatan ditafsirkan masih sama dengan kelompok batuan yang terbentuk di utara yaitu batugamping Formasi Kujung atau Formasi Ngimbang bagian atas. Tinggian anomali tersebut termasuk kedalam Zona Randublatung yang ditafsirkan terkait sebagai perangkap struktur. Rendahan anomali hingga 35 mGal membentuk cekungan Lamongan sedangkan kearah barat cekungan terputusputus hingga didaerah Pati membentuk Cekungan Rembang. Penampang Anomali A – B Panjang lintasan penampang ± 120 km arah utara-selatan (Gambar 8) dari Ngawi-CepuJatirogo tegak lurus struktur regional. Pemodelan penampang geologi bawah permukaan diturunkan dari pemodelan penampang geofisika berdasarkan rapat massa 174 batuan, kemudian dikorelasikan dengan datadata geologi setempat. Rapat massa batuan dari yang tinggi hingga rendah dari lapisan bawah sebagai berikut: -Rapat massa batuan 2,9 gr/cm³ terbentuk sebagai batuan alas dengan kedalaman yang bervariasi akibat tinggian. Batuan alas didaerah tinggian terbentuk pada kedalaman ± 2000 3000 meter bahkan pada sumur Kujung-1 terbentuk pada kedalaman ±1600 meter di bawah Formasi Ngimbang sedangkan pada penampang C-D berkisar 2000 meter. Di daerah rendahan Cekungan Lamongan batuan dasar mencapai kedalaman ± 3000-500 meter. -Rapat massa batuan 2,5 gr/cm³ terbentuk sebagai batuan beku granit yang sebarannya cukup luas dan memanjang arah barat-timur mungkin berbentuk batolit atau stok. - Rapat massa batuan 2,7 gr/cm³ dibentuk oleh batuan sedimen Eosen-Oligosen ditafsirkan sebagai batugamping Formasi Ngimbang dan Formasi Kujung bagian atas dengan ketebalan ± 800 hingga 1100 meter membentuk batuan reservoir. Kedalaman batuan reservoir terbentuk dari ± 1500-2000 meter, korelasi dengan penampang seismik batuan reservoir pada Formasi Kujung atas terbentuk di kedalaman ±1600 meter. Bahkan puncak batugamping Formasi Kujung bisa mencapai ketebalan ± 1000 meter seperti yang terlihat pada pemboran sumur migas Dermawa-1. - Rapat massa batuan 2,55 gr/cm³ dibentuk o l e h s e d i m e n M i o s e n d a ri b a t u p a s i r, batugamping Formasi Tuban dan batugamping Wonocolo serta anggota batupasir Ngrayong yang semuanya merupakan batuan reservoir ketebalannya berkisar ±1000 m terbentuk setempat-setempat pada lapisan atas hingga Formasi Ledok dan Formasi Lidah. - Rapat massa batuan 2,45 gr/cm³ dibentuk oleh sedimen Plio-Plistosen dari Formasi Ledok di daerah Mojokerto dan Formasi Lidah di daerah Surabaya merupakan batuan reservoir. Pada lintasan penampang punggungan anomali gayaberat 13 mGal membentuk antiklinorium sebagai lapangan produktif. Di daerah utara pada Zona Rembang bagian timur anomali gayaberat mencapai 37 mGal dan terdapat beberapa lokasi pemboran migas dari sumur Jatirogo-1. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 MAKALAH ILMIAH Gambar 7. Peta anomali sisa memperlihatkan titik pemboran migas terletak di daerah tinggian antiklin pada Zona Rembang dan Zona Randublatung antara 0 hingga -37 mGal dan Cekungan Lamongan dan Rembang dicirikan anomali dari 0 mGal hingga -35 mGal Cekungan Jawa Timur. Gambar 8. Penampang A-B yang memperlihatkan tinggian antiklin oleh sesar naik merupakan perangkap struktur dari lapangan migas Kawengan, Banyu Urip dan Jatirogo Cekungan Jawa Timur. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 175 MAKALAH ILMIAH Penampang Anomali C – D Panjang lintasan penampang berkisar 80 km arah utara-selatan (Gambar 9) tegak lurus struktur regional dari barat Mojokerto-NgimbangKujung memotong Cekungan Lamongan - Zona Kendeng - Zona Randublatung dan Zona Rembang. Kelompok batuan dan struktur yang terbentuk di lintasan ini tidak jauh berbeda dengan lintasan A – B. Pada lintasan penampang di Cekungan Lamongan, batuan yang terkait dengan migas terbentuk pada anomali -35 mGal lebih luas jika dibandingkan dengan Cekugan Rembang. Antiklinorium tidak terbentuk di lintasan ini, tinggian menyempit dari Cepu hingga Lembar Jatirogo, Mojokerto dan Surabaya. Batuan induk di daerah ini dilaporkan terdiri atas Formasi Tawun dan Formasi Ngimbang bagian bawah. Pada peta anomali sisa di daerah Tuban migas terdapat pada tinggian gayaberat batugamping Formasi Kujung dengan anomali 37 mGal. Demikian juga di Jatirogo daerah tinggian telah dilakukan pemboran migas pada sumur produksi Jatirogo-1 dan di Cilacap. Di Mojokerto migas terbentuk di lapisan atas pada Formasi Ledok dan di Surabaya terbentuk pada Formasi Lidah berumur Plio-Plistosen. Gambar 9. Penampang C-D yang memperlihatkan tinggian antiklin oleh sesar naik merupakan perangkap struktur didaerah sumur minyak Ngimbang-1, Kujung-1, Kujung-2, dan Kujung-3 kedalaman Cekungan Lamongan mencapai 5000 m Cekungan Jawa Timur. 176 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 MAKALAH ILMIAH Diskusi Cekungan Jawa Timur mulai terbentuk pada Eosen melalui peretakan dan pemekaran batuan dasar menjadi tinggian antiklin. Konfigurasi batuan dasar yang telah mengalami deformasi menjadi tinggian dan rendahan membuat cekungan di daerah ini kaya akan migas. Tinggian yang terkait dengan migas membentuk dua jalur yaitu Zona Rembang dan Zona Randublatung yang tercermin dari peta struktur (Gambar 10). Migas di Cekungan ini telah ditemukan hampir diseluruh satuan stratigrafi mulai dari reservoir silisiklastik Ngimbang umur Eosen Tengah sampai reservoir volkanoklastik umur Plistosen. Semua batuan reservoir yang terbentuk di daerah ini selalu berasosiasi dengan perangkap struktur terutama sesar naik (Mujahidin, N., 2010) seperti yang tergambarkan pada penampang anomali A-B dan C-D. Secara keseluruhan tinggian anomali dibentuk oleh rapat massa batuan 2,7 gr/cm³ dari batugamping Formasi Kujung atas, Batugamping Ngimbang atas, serta batupasir Ngrayong lapisan atas sebagai batuan reservoir yang prospek pada anomali 13 mGal hingga 37 mGal. Batuan reservoir tersebut berkembang sebagai terumbu karbonat di wilayah-wilayah pinggiran cekungan pada sekuen puncak transgresi. Batuan induk berkembang dengan baik di daerah rendahan yang membentuk cekungan pada anomali sisa 0 mGal hingga -35 mGal. Cekungan Lamongan dan Rembang merupakan tempat pengendapan lapisanlapisan serpih yang kaya organik dari lingkungan terestrial Formasi Ngimbang Bawah, Kujung Bawah dan Tawun (Satiana , A. H., 2010). Migas bermigrasi dari cekungan tersebut melalui patahan mensuplai daerah-daerah tinggian hingga ke lapisan atas pada jalur tinggian Zona Rembang dan Zona Randublatung. Zona Rembang merupakan jalur migas yang membentuk tinggian antiklin di utara arah barattimur merupakan daerah potensia yang ditinjau dari dimensi dan nilai kontur anomali sisa membentuk tinggian-tinggian antara 13 mGal 37 mGal. Puncak tutupan (closure) tinggian tersebut terbentuk lebih luas seperti di Antiklin Rembang – Antiklin Pakel - Blok Tuban di lapangan Mudi dan Sukowati hingga tinggian Kujung membentuk antiklinorium. Di daerah tinggian antiklin Pakel hingga ke Jatirogo pada Formasi Tawun merupakan lapangan minyak yang prospek, terdapat 66 sumur bor dan sebagian tidak berproduksi lagi. Di Blok Tuban tinggian anomali sisa melandai hingga 5 mGal seperti yang terdapat pada sumur produksi Kembang Baru-1, Kembang Baru-2 yang telah berproduksi mulai tahun 1990 dan sumur Mudi-1 tahun 1993. Didaerah Kujung anomali gayaberat meninggi hingga 37 mGal membentuk tutupan (closure ) memanjang cukup luas dengan beberapa titik pemboran di Kujung-1, Kujung-2, dan Kujung-3 daerah ini dianggap prospek karena tinggian anomalinya jauh lebih luas jika dibandingkan dengan anomali yang terbentuk sebelah barat. Pada penampang A – B migas terbentuk di batuan sedimen Eosen-Oligosen yaitu pada reservoir batugamping Formasi Kujung dan Formasi Ngimbang bagian atas pada rapat massa 2,5 hingga 2,7 gr/cm³ dengan kedalaman diatas 1500 hingga 2500 meter. Korelasi dengan penampang seismik model dua dimensi (Gambar 11) di daerah tinggian batugamping bagian atas sumur Kujung-1 pada Lapangan Sukowati migas terbentuk mulai dari kedalaman ±1600 meter. Sedangkan pada penampang seismik (Gambar 12) reservoir batuan karbonat terdapat pada kedalaman 2000-3000 meter dengan ketebalan antara ± 800 hingga 1100 meter. Di pemboran sumur migas Dermawa-1 reservoir batugamping Formasi Kujung terbentuk pada kedalaman 1800 meter (Gambar 13) dan didaerah sumur Kembang Baru-1 kedalamannya hanya 850 meter. Tinggian yang kurang prospek terdapat di selatan Rembang memanjang arah utara-selatan berdimensi kecil akibat sesar-sesar geser atau sesar normal membentuk sub cekungan -3 mGal. Reservoir batuan karbonat di atas ternyata lebih luas pada peta anomali magnet (Gambar 14 ) yang terkait dengan batuan reservoir. Batuan reservoir tersebut di daerah Zona Rembang membentuk rendahan anomali dari kisaran 0 nT hingga – 700 nT ditempati oleh batu gamping tersebar cukup luas hingga ke Pulau Madura. Anomali magnet tersebut hampir sama daerahnya dengan tampilan anomali gayaberat sedang dari 0 mGal hingga 60 mGal membentuk tinggian yang terkait dengan migas di daerah ini. Sedangkan anomali magnet yang terbentuk di Zona Randublatung lebih tinggi yaitu 0 nT hingga 150 nT yang mencerminkan sebaran batuan sedimen bersifat gampingan lebih sedikit jika dibandingkan dengan di daerah Randublatung. Anomali tersebut di duga didominasi oleh batupasir Formasi Ngrayong bagian atas sebagai batuan reservoir. Anomali magnet tertinggi terbentuk di Zona Kendeng mencapai 150 nT hingga 700 nT daerah sebarannya sama dengan rendahan dari anomali gayaberat -50 mGal. Tinggian anomali magnet tersebut diakibatkan material magnetik jauh lebih tinggi dan kemungkinan dibentuk oleh komponen batuan bersifat basa dari volkanik andesitik Kuarter Pegunungan Kendeng. Sedangkan Jawa bagian selatan ditandai oleh Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 177 MAKALAH ILMIAH anomali magnet terendah dari kisaran 0 nT hingga -700 nT membentang arah barat-timur dari batugamping Plistosen yang menindih batuan piroklastik secara tidak selaras. - Zona Randublatung merupakan jalur migas di daerah selatan membentuk tinggian antiklin arah barat-timur mulai dari Purwodadi Lapangan Banyu Urip - Lapangan Sukowati – Antiklin Cepu – Bojonegoro – Ngimbang – Surabaya – Sidoarjo. Jalur migas tersebut daerahnya sama dengan yang dikemukakan DITJEN MIGAS (Maryanto, W., 2010). Perangkap tinggian yang potensial terbentuk di lapangan Banyu Urip pada anomali sisa 5 mGal hingga 13 mGal dicirikan dengan tutupan (closure) memanjang cukup luas, lapangan baru ini mulai berproduksi tahun 2009. Tinggian di lapangan Banyu Urip menerus hingga ke daerah Blok Cepu dan direncanakan titik pemboran yang baru di daerah ini akan dilakukan PERTAMINA pada tahun 2010. Kedalaman batuan reservoir pada penampang C – D berkisar 1000-2500 meter dan di lapangan Kujung-1 berkisar 900 meter pada batugamping dan batupasir Formasi Ngimbang Atas. Di daerah antiklin Lidah Surabaya maupun di Sidoarjo pemboran migas telah dilakukan dan dianggap cukup prospek karena antiklinnya cukup luas dengan nilai kontur anomali 13 mGal. Sedangkan di daerah Ngimbang-1 dan Gondang-1 luas antiklinnya relatif kecil dan kontur anomali sisa juga hanya 5 mGal sehingga ditafsirkan kurang prospek. Lapisan penyekat batuan reservoir secara umum diwakili oleh batulempung laut dalam Formasi Ngimbang bawah umur Eosen dan serpih laut Formasi Kujung bawah umur Oligosen dan penyekat lainnya mungkin serpih Formasi Tuban dan Tawun (Bambang P., dkk., 2010). Semua titik pemboran diseluruh Cekungan Jawa Timur terletak pada daerah tinggian anomali gayaberat sebagai reservoir migas. Adanya titik pemboran di dua sumur yang dilakukan didaerah Cekungan Lamongan adalah guna mengetahui susunan stratigrafi terdalam hingga batuan alas. Batuan alas yang tercermin dari anomali gayaberat dan penampang seismik diduga Kompleks Melange batuan metamorf dan batuan beku mempunyai rapat massa 2,9 gr/cm³ dengan kedalaman yang bervariasi akibat pematahan bongkah pada batuan alas. Di daerah tinggian batuan alas terbentuk pada kedalaman ± 2000 - 3000 meter bahkan di sumur Kujung-1 kedalaman mencapai 1600 meter sedangkan di daerah rendahan di Cekungan Lamongan mencapai 5000 meter. Zona Kendeng dibentuk oleh rendahan anomali gayaberat sisa -35 mGal terbentuk paling selatan arah barat-timur. Cerminan anomali tersebut diduga dulunya merupakan cekungan turbidit yang cukup dalam dan sekarang merupakan deretan perbukitan volkanik Kuarter. Anomali rendah yang terbentuk di zona ini akibat adanya rapat massa batuan yang kecil 2,45 gr/cm³. Adanya material fraksi ringan berupa debu atau tuff volkanik serta batuan terobosan bersifat asam akan merefleksikan anomali yang rendah sepanjang Zona Kendeng. Pengangkatan yang terjadi pada volkanik Miosen di selatan Jawa Timur diikuti oleh penyesaran di jalur Zona Rembang dan Zona Randublatung yang mengakibatkan tenggelamnya jalur rendahan Zona Kendeng. Kemudian mengalami pengangkatan kembali pada tektonik Plio-Plistosen dan mendeformasi Cekungan Jawa Timur secara keseluruhan Gambar 10. Peta struktur memperlihatkan tinggian antiklin prospek berfungsi sebagai struktur perangkap migas dan Sumur produksi terbentuk di daerah tinggian. Daerah rendah membentuk cekungan kedaerah tinggian melalui bidang petahan dan nampak beberapa struktur antiklinorium, sesar naik, sesar geser dan sesar normal terbentuk didaerah cekungan Jawa Timur. 178 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 MAKALAH ILMIAH Gambar 13. Penampang bor yang memperlihatkan batuan reservoir dari batugamping tinggian Formasi Kujung kedalam 1000 m pada sumur Kembang Baru-1, dan Dermawa-1 kedalam 1800 m sedangkan Blimbing-1 kedalam 3500 m Cekungan Jawa Timur. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 179 MAKALAH ILMIAH Kesimpulan 1. Anomali Bouguer yang terbentuk di daerah C e ku ng an J a w a Ti m ur dapat di kelompokkan ke dalam (3) tiga bagian yaitu: a. Anomali gayaberat tinggi dari kisaran 20 mGal hingga 60 mGal membentuk tinggian batugamping terkait dengan batuan reservoir. b. Anomali gayaberat sedang dari kisaran 0 mGal hingga 20 mGal membentuk cekungan oleh batuan induk. c. Anomali gayaberat rendah dari kisaran 0 mGal hingga – 50 mGal dibentuk oleh rendahan Zona Kendeng tidak terkait dengan migas. 2. Daerah prospek yang terkait dengan migas ditafsirkan dari anomali sisa membentuk dua jalur tinggian antiklin yaitu Zona Rembang di utara dan Zona Randublatung di selatan arah barat-timur, terbentuk pada 5 mGal hingga 37 mGal sedangkan yang kurang prospek < 5 mGal. 3. Batuan reservoir terbentuk dari lapisan bawah hingga atas pada rapat massa batuan 2,7 gr/cm³ dari batugamping Formasi Kujung bagian atas, Formasi Ngimbang bagian atas dan batupasir Ngrayong bagian 180 atas hingga Formasi Ledok dan Formasi Lidah. 4. Ketebalan batuan reservoir terbentuk antara ± 800 hingga 1100 meter kedalaman berkisar 1500 hingga 2500 meter. 5. Batuan induk terdiri dari serpih lingkungan terestrial Formasi Ngimbang Bawah, Kujung Bawah dan Tawun pada anomali 0 mGal hingga – 35 mGal terbentuk di Cekungan Lamongan dan Rembang. 6. Batuan alas diperkirakan dari Kompleks Melange terdiri atas batuan metamorf dan batuan beku mempunyai rapat massa 2,9 gr/cm³ dengan kedalaman yang bervariasi akibat pematahan bongkah pada batuan alas. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada Pimpinan Pusat Sumber Daya Geologi Bandung, Tim Editor dan Dewan Redaksi serta semua pihak yang telah membantu hingga karya tulis ini dipublikasikan. Penulis menyadari atas kekurangannya, namun kedepan akan terus berusaha untuk membuatnya lebih baik. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 MAKALAH ILMIAH DAFTAR PUSTAKA Abdul, M., Irfan, M., Sopandi, T., 2005. Between Reality and Illusion, Hidrocarbon Hunting in East Java Basin. Proceedings Joint Convention Surabaya 2005 HAGI-IAGI PERHAPI The 30 th HAGI, The 34 th IAGI and The 14 th PERHAPI Annual Conference and Exhibition, pp 48-56. Conoco., 1983. Merpati-1 final well report (unpublished). Mujahidin, N., 2010. Analisis Petroleum System dan Potensi Eksplorasi Pengembangan Lapangan Migas Baru di Cekungan Jawa Timur, Lokakaria Badan Geologi-BP MIGAS –DINAS ESDM, Surabaya, 22-23 Juni 2010. Maryanto, W., (2010). Kebijakan dan Manajemen Eksplorasi di Indonesia, Lokakaria Badan Geologi-BPMIGAS –DINAS ESDM, Surabaya, 22-23 Juni 2010. Peter, L., (1991). The Neogene Geological History of East Java Some Unusual Aspects Of Stratigraphy. Proceedings Indonesian Assosiation of Geologists (IAGI), Twentieth Anmnual Convention , December 1991 pp. 26-36. Syarif, N., Suhariono., Subagio., 1994. Peta Anomali Bouguer Lembar Surabaya, Jawa Pusat Survei Geologi Bandung, Skala 1 : 100.000. Satiana , A. H., 2010. Optimalisasi Sumberdaya Hidrokarbon Di Cekungan Sedimen Jawa Timur. Lokakaria Badan Geologi-BP MIGAS –DINAS ESDM, Surabaya Juni 2223- 2010. Situmorang, B., Siswoyo, Thayib, S., 1976. Wrench Fault Tectonics and Aspects of Hydrocarbon Accumulation in Java. Proc. 5th. Ann. Conv. IPA, p. 53-67. Simon Hutubessy., 2005. Laporan Penelitian Konfigurasi Batuan Dasar Didaerah Cepu dan sekitarnya Jawa Tengah - Jawa Timur, Pusat Survei Geologi Bandung. Untung, M., Seto, Y., 1978. Gravity and geological study in Java, Indonesia. Geological Survey of Indonesia and Japan, Spec. Publ. 5. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 5 Nomor 3 - 2010 181