BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut maka jelas bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang teramat penting bagi setiap warga negara Indonesia dimana saja, kapan saja tanpa memandang suku, ras, budaya, status sosial, intelektual dan kondisi lainnya. Perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan berlaku untuk semua tanpa adanya diskriminasi. Penyataan tersebut sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 1 yang menyatakan “bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” dan pasal 5 ayat 2 yang menyatakan “warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.” Pendidikan khusus telah dimulai sejak era Renaissance ketika terjadi perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia pada masa itu termasuk budaya, yang pada akhirnya memunculkan model-model penanganan terhadap anak berkebutuhan khusus, Delphie (2006:8). Perlu diketahui, bahwa penyelenggaraan pendidikan khusus dan sistem pembelajarannya, tidak hanya dibatasi pada kegiatan-kegiatan yang terjadi di lingkungan sekolah, namun secara lebih khusus perlu memperhatikan manfaat pengalaman belajar yang diperoleh bersama keluarga di rumah dan di lingkungan dimana anak berkebutuhan khusus itu berada. Anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu anak-anak yang menyandang kecacatan tertentu (disable children) baik secara fisik, mental dan emosional maupun yang mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikannya (children with special educational needs). ABK terbagi menjadi beberapa ketunaan, antara lain: 1 2 tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, serta anak berbakat. Setiap anak membutuhkan penyesuaian yang berbeda, sesuai dengan hambatan yang dimilikinya. Anak tunagrahita merupakan salah satu contoh ABK dengan hambatan mental dan intelektual. Parwoto (2007:1) menyatakan bahwa “anak retardasi mental atau anak tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah normal yang diikuti dengan kurangnya penyesuaian tingkah laku, dan dimanivestasikan selama masa perkembangan”. Pendapat tersebut selaras dengan Delphie (2006:2) menyatakan bahwa “anak dengan gangguan perkembangan kemampuan (tunagrahita) memiliki problem belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan inteligensi, mental, emosi, sosial, dan fisik. Tunagrahita dalam taraf ringan memiliki hambatan dalam menerima pengetahuan yang bersifat abstrak menjadi suatu informasi. Sama halnya dengan kemampuan intelektual yang memiliki hambatan, anak tunagrahita ringan juga mengalami hambatan dalam kemampuan sosialnya. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang saling beriringan. Menurut Rick Herber dalam Wiyani (2014:100) “mengartikan retardasi mental sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial”. Hal tersebut berdampak terhadap kemampuan sosial anak tunagrahita ringan yang mengalami hambatan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka belum mengalami kematangan dalam membaca keadaan sosial jika dibandingkan dengan anak normal seusianya. Karakteristik mengenai intelektual dan sosial yang dimiliki anak tunagrahita ringan berdampak pada kemampuan menerima materi serta menerapkan materi pada kehidupan sosialnya. Hambatan yang mereka hadapi memiliki ruang lingkup yang sempit untuk menerima materi dan menerapkan pada kehidupan sosialnya termasuk didalamnya materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang berisi teori-teori yang mana nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir dari seluruh proses kegiatan manusia menerapkan apa yang ada dalam pelajaran IPS, sehingga pelajaran IPS penting untuk diajarkan kepada peserta didik. Pelajaran IPS menjadi 3 suatu mata pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalah-masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial, perubahan sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa dari waktu ke waktu. Mata pelajaran IPS yang berisi materi mengenai teori-teori menjadikan anak tunagrahita sulit memahami materi, terlebih mengenai arti, maksud dan tujuan mengapa materi tersebut diajarkan. Melihat kemampuan anak tunagrahita yang memiliki hambatan dalam akademik mengenai kemampuan berpikir anak tunagrahita ringan yang tergolong rendah, sulit untuk memusatkan perhatian, kurang kreatif dalam perbendaharaan kata, serta tidak mampu berpikir logis menjadikan anak tunagrahita sulit untuk menerima materi yang diberikan. Selain berisi teori-teori mata pelajaran IPS nantinya juga berfungsi sebagai pengantar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meninjau kemampuan anak tunagrahita ringan mengenai keterampilan sosialnya hal tersebut juga akan menjadi hambatan juga bagi mereka. Keterampilan sosial yang mereka miliki terkadang tidak sesuai antara yang mereka dapat dan yang mereka terapkan, karena pemahaman dan kematangan sosial mereka kurang. Salah satu materi yang ada dalam mata pelajaran IPS terkait dengan kehidupan sosial atau dalam lingkungan sekitar yakni materi kegiatan ekonomi. Materi kegiatan ekonomi yang pada umumnya diterapkan dan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dari kegiatan sederhana yang menjadikan peserta didik paham mengenai kegiatan ekonomi, setidaknya anak sudah memahami kegiatan ekonomi dalam bentuk atau lingkup yang sederhana. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi anak tunagrahita ringan mengingat anak tunagrahita ringan memiliki masalah dalam hal kognitif yang mempengaruhi daya ingat dan kemampuan berpikir abstrak serta kemampuan sosial anak yang belum mengalami kematangan. Keterbatasan baik dari segi intelektual maupun sosial yang dimiliki anak tunagrahita ringan menjadikan mereka kurang minat terhadap materi yang diberikan. Ketertarikan yang mereka miliki kurang, dikarenakan mereka tidak memahami sepenuhnya terkait materi yang diberikan. Penerapan materi pada kehidupan sehari-hari pun kurang sesuai dari apa yang didapatkan dari materi yang telah diberikan. Hal ini memerlukan rancangan metode belajar untuk 4 menunjang kemampuan peserta didik guna meningkatkan minat belajar pada pelajaran IPS serta kemudahan untuk mereka menerapkan dalam kesehariannya. Pembelajaran IPS akan lebih menarik perhatian siswa jika disajikan dengan modifikasi metode yang praktis dan inovatif. Salah satu upaya untuk menunjang kemampuan peserta didik guna meningkatkan minat belajar serta pemahaman untuk diterapkan dalam kehidupan dapat menggunakan metode pembelajaran edutainment. Edutainment berasal dari kata education yang artinya pendidikan dam entertainment yang artinya hiburan. Suyadi (2010:17) menerangkan bahwa edutainment didesain dengan memadukan antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis sehinggap pembelajaran berlangsung menyenangkan. Selaras dengan pendapat Suyadi, Fadillah, dkk (2013:2) juga menyatakan bahwa edutainment merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana dalam pelaksanaannya lebih mengedepankan kesenangan dan kebahagiaan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode edutainment ini dianggap menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Keefektivan Metode Edutainment Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Kegiatan Ekonomi untuk Siswa Tunagrahita Ringan Kelas IV di SLB Wiyata Dharma I Sleman Tahun Ajaran 2015/2016” 5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Anak tunagrahita diartikan sebagai individu yang mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan dalam berpikir sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. 2. Anak tunagrahita ringan secara nyata mengalami hambatan dalam kemampuan sosialnya 3. Anak tunagrahita ringan kesulitan menerima materi pelajaran termasuk dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 4. Mata pelajaran IPS berisi hafalan dan teori yang menjadikan anak tunagrahita sulit mengingat dan memahaminya. 5. Pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas IV SLB Wiyata Dharma I Sleman untuk mata pelajaran IPS materi kegiatan ekonomi memerlukan modifikasi sebab siswa belum dapat memahami materi secara abstrak. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dengan adanya keterbatasan dan kemampuan anak serta metode yang tersedia, serta supaya penelitian terarah dan mencapai sasaran yang diharapkan maka peneliti membatasi masalah dalam penilitian ini sebagai berikut: 1. Anak tunagrahita dalam taraf ringan memiliki hambatan untuk memahami hal yang abstrak dan materi hafalan sehingga perlu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk menyerap informasi yang ada di sekitarnya. 2. Subjek penelitian adalah seluruh siswa tunagrahita ringan kelas IV SLB Wiyata Dharma I Sleman tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 5 orang. 3. Kemampuan yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi kegiatan ekonomi dengan metode edutainment. 6 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah metode edutainment efektif terhadap peningkatan prestasi belajar IPS materi kegiatan ekonomi untuk siswa tunagrahita ringan kelas IV di SLB Wiyata Dharma I Sleman tahun ajaran 2015/2016?”. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui keefektivan metode edutainment terhadap peningkatan prestasi belajar IPS materi kegiatan ekonomi untuk siswa tunagrahita ringan kelas IV di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman tahun ajaran 2015/2016.” F. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan bagi pembaca tentang metode edutainment dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar IPS materi kegiatan ekonomi untuk siswa tunagrahita ringan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Memberikan pengalaman bagi siswa tungrahita ringan untuk belajar menggunakan metode pembelajaran baru yakni metode edutainment. b. Bagi guru Memberikan referensi dan gambaran secara singkat tentang penggunaan metode edutainment pada kegiatan belajar mengajar khususnya pada saat pelajaran IPS dengan materi kegiatan ekonomi untuk siswa tunagrahita ringan. 7 c. Bagi peneliti Memberikan pengalaman untuk meneliti keefektivan metode edutainment terhadap peningkatan prestasi belajar IPS materi kegiatan ekonomi untuk siswa tunagrahita ringan.