BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi Jika kita mendengar kata komunikasi, tentunya hal yang langsung terlintas dalam benak kita adalah sesuatu yang berhubungan dengan menyampaikan pesan. Artinya, banyak orang yang beranggapan bahwa komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi yang dilakukan orang secara sengaja dikarenakan maksud tertentu. Dalam pengetahuan yang lebih sederhana, seseorang berfikir ada pesan, ada tujuan pesan maka adanya komunikasi. Namun hakikatnya, pengertian komunikasi lebih luas dari itu. Komunikasi bahkan sering terjadi meskipun seseorang tidak memiliki pesan tertentu yang ingin disampaikan secara sengaja dengan orang lain atau ia merasa tidak sedang ingin berkomunikasi. Misalnya saja, seorang bawahan yang terus menerus melirik arloji ditangannya ketika ia tengah rapat dengan atasannya. Walaupun bawahan ini merasa ia sedang tidak berkomunikasi dengan atasannya, namun atasannya tersebut dapat menafsirkan berbagai definisi dari perilaku yang digambarkannya. Atasan tersebut dapat berfikir bahwa bawahannya tidak mendengarkan dia, atau sudah waktunya pulang, atau bahkan sedang terburu–buru pulang karena suatu hal. Atasan menerima pesan meskipun bawahannya tidak nyata-nyata bermaksud berkomunikasi. Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk tidak dilakukan. Lazimnya komunikasi diartikan sebagai kegiatan interaksi dan pertukaran pesan, namun berikut ini akan dijelaskan beberapa defenisi dari komunikasi. Universitas Sumatera Utara II.1.1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi begitu luas dan beragam. Banyak ahli yang menyumbangkan pemikiran mereka dalam mendefinisikan komunikasi. Hakikatnya komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai media perantaranya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (massage). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pesan disebut komunikan (communican). Dalam konteks lain, kita juga mengenal sumber (source) yang berarti asal muasal pesan, kemudian pendengar (audience) sebagai tujuan pesan. Sedangkan bahasa yang dijadikan pesan, dalam konteks tertentu dapat berupa lambang atau simbol, gambar, suara dan lain-lain. Jika dianalisis, komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan (the content of the massage) dan lambang (symbol). Konkretnya isi pesan yang merupakan hasil pikiran atau perasaan, serta lambang adalah bahasa. Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide, atau sikap (Suprapto, 2006:4). Ketika kita berkomunikasi maka hakekatnya kita mencari suatu kesamaan persepsi dengan lawan komunikasi kita, sehingga tercipta suatu kesamaan pandangan atau pemikiran, artinya apa yang kita maksudkan dalam komunikasi sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh komunikan kita. Dalam berbagi informasi, ide, atau sikap maka indikator yang terpenting bukan hanya Universitas Sumatera Utara kesamaan bahasa yang digunakan antara komunikator dengan komunikannya atau antara sumber (source) dengan penontonnya (audience). Karna kesamaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi belum bararti menimbulkan kesamaan pandangan, pemikiran atau makna. Hal ini menggambarkan bahwa kesamaan makna tidak bergantung terhadap kesamaan bahasa. Untuk menciptakan kebersamaan dalam komunikasi maka baik komunikan maupun komunikator harus komunikatif, tidak hanya mengerti bahasa yang digunakan namun juga mengerti makna dari bahan yang dibicarakan. Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “The Condition of Success in Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia Universitas Sumatera Utara digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Effendy,2003:41-42). Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektive adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness) kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audiencer). Di mana pesan harus menarik perhatian, dapat dimengerti, merupakan kebutuhan komunikan dan berupa saran untuk memperoleh kebutuhan. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektive apabila audience menerima pesan, mengerti isi pesan sama seperti yang dikehendaki oleh si pengirim pesan. II.2. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kehidupan manusia, hal ini mengingat betapa pentingnya peranan komunikasi dalam rangka menciptakan suatu hubungan baik antar sesama manusia. Johnson ( 1981 ) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan komunikasi antarpribadi dalam menciptakan kebahagiaan hidup manusia (Supratiknya, 2009; 9). Pertama, komunikasi atarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita semasa bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Hal ini dimulai dari ketergantungan terhadap hubungan yang intensif dengan keluarga, ibu ketika masih bayi dan lingkaran ketergantungan tersebut semakin meluas dengan bertambahnya usia seseorang. Bersamaan dengan proses tersebut, perkembangan intelektual dan sosial seseorang sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Dari hal tersebut kita mengetahui pandangan orang lain terhadap kita. Selanjutnya dari pandangan orang lain tersebut kita tertolong dalam menemukan siapa diri kita yang sebenarnya. Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita. Kita perlu membandingkan kesan yang kita miliki terhadap lingkungan sekitar dengan kesan yang dimiliki orang lain terhadap hal yang sama. Perbandingan seperti itu hanya akan kita dapati ketika melakukan komunikasi dengan orang lain. Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komuniksi atau hubungan dengan orang lain, terutama orang-orang yang memiliki pengaruh yang signifikan ( significan figure ) dalam hidup kita. Agar merasa bahagia kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfrmasi, yakni penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya hanya akan kita ketahui melalui komunikasi antarpribadi, yakni komunikasi dengan orang lain. Agar mampu berkomuniksi dengan orang lain, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, kita Universitas Sumatera Utara memerlukan sejumlah keterampilan dasar dalam berkomunikasi. Menurut Johnson keterampilan dasar tersebut meliputi : 1. Saling memahami, secara rinci kemampuan ini mencakup beberapa subkemampuan, yaitu sikap percaya diri, pembukaan diri, keinsafan diri dan menerima diri. Untuk saling memahami dibutuhkan kepercayaan, hal ini dibutuhkan dalam langkah selanjutnya yakni pembukaan diri yakni adanya kepercayaan untuk mengungkapkan tangggapan kita tentang situasi tertentu, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk membuka diri seperti itu, kita harus menyadari perasaan-perasaan atau tanggapan batin lainnya yang disebut keinsafan diri. Tetapi, dalam hal menginsafi diri kita membutuhkan penerimaan terhadap diri kita sendiri, menerima dan mengakui perasaan-perasaan kita dan tidak menyangkalnya. Selain itu kita harus mampu mendengarkan orang lain, membuka diri terhadap orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka dirinya terhadap kita. 2. Komunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas. Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap yang hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang akan menunjukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita. 3. Saling menerima dan saling memberikan dukungan dan saling menolong. Kita harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara – cara yang bersifat menolong, yakni dengan menunjukkan sikap memahami dan sikap kebersediaan untuk menolong, memberikan masukan-masukan yang Universitas Sumatera Utara bersifat membangun dan beberapa contoh yang diperlukan agar orang tersebut mampu menemukan pemecahan-pemecahan terhadap masalah yang dimilikinya. 4. Mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui cara-cara yang konstruktif. Ada beberapa sifat dari komunikasi antarpribadi diantaranya : a. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal maupun nonverbal.Jika kita amati, maka setiap saat orang mengirimkan pesan-pesan yang bersifat verbal dan nonverbal dalam komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antarpribadi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda nonverbal tertulis dalam expresi wajah, dan gerak. b. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrivied. Ketika berkomunikasi dengan sesama kita harus mempertimbangkan secara pasti setiap perilaku kita sendiri. Bisa saja kita mengatakan apa saja yang ada dalam benak kita, kemudian menunjukkan baik dalam perilaku yang disebut spontan, scripted dan contrivied. Bentuk perilaku yang pertama adalah yang bersifat spontan. Perilaku seperti ini dalam komunikasi antar pribadi dilakukan secara tiba-tiba, serta-merta untuk menjawab Universitas Sumatera Utara suatu rangsangan dari luar tanpa terpikir lebih dahulu. Sedang bentuk yang ke dua yang bersifat scripted. Reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus membangkitkan suatu kebiasaan untuk belajar, dan akhirnya perilaku ini dilakukan berdasarkan fator kebiasaan. sebagai suatu proses yang berkembang. c. Komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang berkembang . Sifat yang ketiga dari komunikasi antarpribadi adalah sifat yang terlihat sebagai suatu proses yang berkembang gambaran mana yang menunjukkan komunikasi antarpribadi sebenarnya tidaklah statis melainkan dinamis. d. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi, dan koherensi. Agar komunikasi antarpribadi dikatakan sukses maka para pesertanya harus berpartisipasi satu terhadap yang lain baik dengan pesan-pesan yang verbal maupun nonverbal. Suatu komunikasi antarpribadi harus ditandai dengan adanya suatu umpan balik. Seandainya kita berbicara dengan orang lain, dan yang diharapkan adalah jawabannya sehingga kita mengetahui pikirannya, perasaannya dan melaksanakan apa yang kita maksudkan, dan jika harapan-harapan itu terpenuhi ,maka Universitas Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi telah berhasil karena umpan baliknya membuat kita bersama menjadi mengerti. e. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan extrinsik. Adapun yang dimaksud dengan intrinsik adalah suatu standart dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi. Sedangkan yang bersifat ekstrinsik adalah adanya standart atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah dihentikan. f. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. Sifat keenam dari komunikasi antarpribadi adalah harus adanya sesuatu yang dibuat oleh mereka yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Jadi kedua pihak harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sebagai tanda bahwa mereka sedang berkomunikasi. Suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama-sama itu dianalogikan dalam permainan bola kaki dimana satu orang dengan orang yang lain saling mengumpan balik. Universitas Sumatera Utara g. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia. Persuasi merupakan tehnik untuk mempengaruhi manusia dengan menggunakan serta memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi dengan demikian persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap seseorang ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang lain. Pada saat sekarang ini para ahli komunikasi cenderung memandang persuasi sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang terhadap orang yang lain. Ketika akan melakukan komuniksi yang persuasif maka seorang komunikator harus merasa berbicara dengan orang lain. Dengan kata lain harus menunjukkan adanya hubungan dua pihak yang berkomunikasi secara bersamasama. II.2.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses yang bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antara manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Effendy mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan (2003;28). Komunikasi dengan jenis ini dianggap komunikasi yang efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis Universitas Sumatera Utara berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengehui pendapat komunikan ketika itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Sunarjo ( 1983 ) mengemukakan bahwa proses adalah suatu kegiatan atau pengolahan yang terus menerus. Ada pula yang mengatakan dan menjelaskan sebagai suatu fenomena yang menunjukkan perubahan dalam suatu waktu secara terus menerus. Dalam hubungannya dengan komunikasi yang dipandang sebagai suatu proses, maka menurut Sunarjo komunikasi sebagai proses dapat menggambarkan suatu peristiwa atau perubahan yang susul menyusul, terus menerus dan karenanya komunikasi itu tumbuh , berubah, berganti, bergerak sampai akhir zaman (Liliweri,1997:142). Proses komunikasi dalam hal ini dapat diuraikan dalam beberapa tahap yakni : 1. Pengiriman Ada beberapa sebutan yang diberikan untuk pengirim dalam proses komunikasi, nama ini berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang menyebut sebagai source, kamunikator, maupun encoder. Pengiriman dalam proses komunikasi dapat dikatakan sebagai seorang pencipta pesan, starting point, penginisiatif suatu proses kegiatan komunikasi. Istilah sender, encoder, sebenarnya dianalogikan dari kerja komputer di mana komputer mempunyai sejenis perangkat yang bertugas memilih dan merancang suatu perilaku sesuai bahasa dan aturan komputer demi peciptaan suatu pesan. Universitas Sumatera Utara Seorang pengirim adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Kebutuhan tersebut bisa berupa kebutuhan sosial untuk diakui sebagai individu atau kebutuhan akan informasi dengan orang lain atau bahkan dalam mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang atau sekelompok orang lainnya. 2. Latar Belakang Dalam melakukan suatu pengiriman maka seseorang pasti memiliki maksud atau latar belakang tertentu. Latar belakang merupakan sesuatu yang kita anggap mempengaruhi pengiriman dan penerimaan komunikasi antarpribadi. Dalam proses komunikasi antarpribadi, latar belakang telah dianggap sebagai suatu penopang, penyanggah komunikasi secara utuh. Dalam suatu proses komunikasi antarpribadi, maka faktor-faktor yang menentukan latar belakang pengirim juga penerima oleh Gamble ( 1986 ) ialah : field of experience (bidang pengalaman) dan frame raference (kerangka rujukan). Bidang pengalaman seseorang sangat menentukan pemaknaan pesan yang dikirim dan pemaknaan pesan yang diterima demikian juga kerangka rujukan seseorang menentukan hubungan antar pesan dengan kerangka rujukan yang dimiliki pengirim maupun penerima. Dalam kenyataanya gambaran latar belakang sangat beragam menimpa seorang penerima dan pengirim pesan. Artinya apapun dapat mempengaruhi latar belakang seseorang dan keberagaman itu sangat banyak faktornya termasuk di dalamnya karakteristik demografis (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan), geografis (tempat tinggal), maupun psikografik (kehidupannya, pola fikir maupun pandangan). Latar belakang yang dimiliki seseorang mempengaruhi Universitas Sumatera Utara cara-cara berpikir, perasaan dan tingkah laku termasuk dalam melakukan komunikasi antarpribadi. 3. Pesan Dalam konteks komunikasi stimulus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari model umum stimulus respon. Berarti setiap stimulus/rangsangan yang diberikan dari suatu sumber akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak yang menerimanya. Stimulus sebenarnya ibarat suatu informasi/ isi pernyataan dalam bentuk bahasa, kode, maupun sistem tanda yang masuk akal. Komunikasi manusia dapat dibedakan dari komunikasi binatang berdasarkan fleksibilitasnya, sifat mudah menyesuaikan dan kemampuannya berhubungan dengan gagasan-gagasan seperti ruang dan waktu. Rangsangan atau stimulus dalam komunikasi berupa tanda, bahasa, kode, atau sistem tanda yang nalar. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan penggunaan tandatanda yang dapat membina hubungan sosial. Dalam komunikasi antarpribadi, menurut Kretch ( 1984 ) pesan dapat disampaikan dalam beberapa hal : 1. suatu frekuensi tertentu misalnya pesan yang disampaikan secara berulang-ulang sehingga menarik perhatian. 2. Suatu intensitas tertentu, yakni daya tarik yang aneh, lain dari kebiasaan – kebiasaan yang normal. 3. Suatu gerak dan perubahan, di mana pesan yang hidup dan dinamis yang seolah-olah mengajak orang lain untuk memperhatikannya. 4. suatu jumlah yang lain dari biasanya . ( Liliweri,1991;156 ) 4. Saluran Universitas Sumatera Utara Saluran dapat diartikan dengan tempat terbaik yang terpilih di mana suatu stimulus (pesan) menggunakan melewatinya. perasaan, Dalam penglihatan, komunikasi suara dan antarpribadi, peradaban kita untuk mengkomunikasikan pesan. 5. Penerima Penerima adalah seseorang atau sesuatu yang menerima pesan. Sebagaimana halnya pengirim, maka penerima juga akan menerima, menerjemahkan, mengerti pesan yang dikomunikasikan dengan pengaruh latar belakang yang dimilikinya. Faktor itu bisa berupa karakteristik demografis, karakteristik geografis dan karakteristik psikogfrafis. 6. Umpan Balik Dalam setiap proses komunikasi terdapat unsur yang tetap yakni umpan balik. Fungsi umpan balik adalah untuk mengontrol keefektivan pesan yang disampaikan oleh penerima. Umpan balik merupakan reaksi terhadap pesan bahwa penerima sudah menerima pesan serta memahaminya. Pengiriman kembali pesan dari seorang penerima dalam proses balik komunikasipun berbentuk stimulus pesan yang beraturan dan tidak beraturan. Umpan balik yang diterjemahkan penerima itu kemudian diterjemahkan lagi oleh pengirimnya, kemudian proses tersebut berlangsung secara terus-menerus hingga membentuk suatu lingkaran yang tiada akhirnya. Menurut Santoso (1980) feedback dalam suatu proses komunikasi dikemukakan dalam beberapa jenis : 1. External feedback, umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan. Universitas Sumatera Utara 2. Internal feedback, umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan secara langsung melainkan datang dari pesan komunikator itu sendiri. Misalnya ketika seorang komunikator menyadari kesalahannya sendiri dalam mengucapkan kalimat. 3. Direct feedbak, yakni umpan balik langsung, misalnya dalam komunikasi tersebut komunikan langsung mengisyaratkan pesan nonverbal seperti menganggukkan atau menggelengkan kepalanya. 4. Indirect feedback, umpan balik tidak sampai pada saat komunikasi berlangsung, namun sesudah hal itu terjadi. Misalnya seorang pembaca mengirimkan surat sebagai reaksi terhadap tulisan yang dimuat dalam surat kabar. 5. Inferential feedback, umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh komunikatornya berdasarkan gejala-gejala yang dapat diamati oleh komunikator meskipun secara tidak langsung, tetapi cukup relevan dengan pesan yang disampaikan. 6. Zero feedback, hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, meskipun umpan balik diberikan oleh komunikan, akan tetapi komunikator tidak memahaminya. 7. Neutral feedback, umpan balik yang netral ini berarti bahwa informasi yang diterima kembali oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang disampaikannya. 8. Positive feedback, pesan yang disampaikan oleh komunikator mendapat tanggapan yang positif dari komunikan. Universitas Sumatera Utara 9. Negative feedback, kebalikan dari positive feedback maka umpan balik yang diberikan komunikan tidak begitu baik, dan komunikator mendapat tantangan karnanya. 7. Gangguan atau Entropi Entropi merupakan gangguan-gangguan yang terjadi dalam proses komunikasi. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses mekanik yang kompleks dari awal hingga akhirnya sehingga sangat rentan terkena gangguan. Gangguan dalam proses komunikasi ini dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya kontruksi pesan yang dibangun oleh komunikator, daya maju suatu komunikasi, penerjemahan pesan oleh komunikan, dan reaksi yang ditimbulkan. 8. Suasana Setting atau suasan membantu menerangkan apa dan bagaimana variasi unsur-unsur komunikasi mengambil suatu posisi. Dengan mengetahui suasana maka proses komunikasi akan lebih efektive dan pemilihan pesan sesuai dengan sasaran komunikator. II.2.2. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sesuai dengan maksud pengirim (komunikator). Sumber kesalahan dari komunikasi antarpribadi adalah ketika penerima tidak menangkap pesan yang disampaiakan pengirim sesuai dengan maksudnya, penerima menangkap makna yang berbeda, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat. Universitas Sumatera Utara Menurut Johnson (1981) kegagalan komunikasi yang diakibatkan dari adanya kesenjangan dalam memaknai pesan yang disampaiakan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : 1. Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional maupun kultural. Misalnya, perasaan tidak suka terhadap seseorang mengakibatkan semua pesan yang disampaikannya berarti negatif. 2. Ketika mendengar suatu pesan, maka orientasi kita hanya untuk menilai dan menghakimi isi pembicaraan, akibatnya komunikator menjadi orang yang benar-benar berhati-hati dalam berbicara dan cenderung menutup diri. 3. Adanya kegagalan dalam menangkap makna konotatif di balik ucapan komunikator meskipun kita sepenuhnya memahami arti denotatifnya. 4. Distorsi atau kesalahpahaman dalam komunikasi sering terjadi karena kita tidak saling mempercayai. Dalam mengirim pesan secara efektif, menurut Johnson ada tiga syarat yang harus dipenuhi : 1. komunikator harus mengusahakan agar pesan-pesan yang dikirimkan mudah dipahami. 2. Komunikator harus memiliki kredibilitas di mata komunikannya. 3. Komunikator berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan dalam diri penerima, artinya komunikator harus terampil dalam mengirimkan pesan. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita kirimkan benar-benar telah diterima secara tepat sebagaimana kita maksudkan adalah Universitas Sumatera Utara dengan mendapatkan umpan balik mengenai akibat maupun pengaruh yang ditimbulkan oleh penerima sesuai dengan harapan komunikator. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan komunikator mengetahui bagaimana pesan yang dikomunikasikannya, dikodefikasikan dan ditangkap oleh si penerima. Tanggapan si penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat menyebabkan pengirim memodifikasikan atau mengubah bentuk pengiriman pesannya agar lebih efektif dan tepat. Jika pengirim tidak menerima umpan balik seperti yang ia kehendaki, maka tentu saja kesenjangan dalam penafsiran pesan telah terjadi. Kesalahpahaman ini juga dapat dipicu dari adanya komunikasi satu arah, di mana komunikator tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima telah mendekodefikasikan pesannya. Sebaliknya, komunikasi dua arah berlangsung apabila pengirim cukup leluasa dalam menerima umpan balik tentang bagaimana tanggapan penerima terhadap pesan yang disampaikannya. Komunikasi dua arah yang terbuka seperti ini akan memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang memuaskan pihakpihak yang berkomunikasi dan efektif. Ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan baik pengirim maupun penerima pesan dalam komunikasi. Kesalahan-kesalahan inilah yang memicu terjadinya kegagalan dalam penyampaian pesan dalam komunikasi antarpribadi. Adapun kesalahan tersebut yakni : 1. Sebagai pengirim pesan a. Berbicara terlalu cepat tanpa menyesuaikan pikiran kita terlebih dahulu. Universitas Sumatera Utara b. Menyisipkan terlalu banyak gagasan dalam pesan kita, terutama jika gagasan tersebut tidak saling berhubungan. c. Merumuskan pernyataan-pernyataan yang terlalu pendek, sehingga tidak memuat cukup informasi dan pengulangan agar mudah difahami. d. Mengabaikan jumlah informasi tentang pokok pesan yang sudah dimiliki oleh penerima. e. Tidak menyesuaikan rumusan pesan kita dengan sudut pandangan penerima. 2. Sebagai Penerima a. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim b. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak dikatakan oleh pengirim. c. Cenderung mendengarkan detail-detail seperti kata, intonasi dan sebagainya, bukan mencermati isi pesan. d. Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami sepenuhnya pesan yang dikirimkan. Salah satu cara untuk menghindari kecenderungan di atas menurut Jhonson adalah dengan belajar memberikan parafrase atau tanggapan penuh pemahaman dalam mendengarkan (Supratiknya, 2009: 43) . Cara ini tidak hanya bermanfaat mengkomunikasikan kesediaan penerima untuk memahami pengirim tanpa memberikan penilaian atas pernyataan – pernyataannya, tetapi juga akan sangat menolongnya menangkap gagasan dan perasaan yang diungkapkan dari sudut pandang pengirim. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya adalah pemahaman empatik, di mana komunikator berusaha mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diungkapkan orang lain serta memahaminya dari sudut pandang orang itu. Dalam praktik konseling, pemahaman empatik ini terbukti menjadi cara efektif untuk menciptakan komunikasi yang intim antar konselor dan konseling, sehingga mampu menimbulkan perubahan-perubahan penting yang bersifat positif-konstruktif dalam diri komunikan. Kemampuan memahami sudut pandang orang lain memang sangat penting agar kita dapat berkomunikasi secara efektif. Agar pesan-pesan tersebut tersampaikan secara efektif, kita perlu memperhatikan sudut pandang lawan komunikasi kita. Secara lebih spesifik, sebelum mengutarakan sesuatu kita harus memperhatikan : 1. Sudut pandang lawan komunikasi kita. 2. Apa yang telah diketahui oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang akan kita ungkapkan. 3. Informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang kita utarakan tersebut. Begitu pula, agar mampu menerima pesan secara tepat, kita perlu mengetahui sudut pandang pengirim. Maka sebelum menetapkan makna suatu pesan sebagai penerima kita harus memperhatikan : 1. Sudut pandang si pengirim. 2. Makna pesan tersebut menurut sudut pandang si pengirim. Universitas Sumatera Utara II.2.3. Self Disclosure Pembukaan diri atau self disclousure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memenuhi tanggapan kita di masa kini. Tanggapan terhadap orang lain atau cara tertentu lebih melibatkan terhadap faktor perasaan. Membuka diri berarti membagi perasaan kita kepada orang lain tentang sesuatu yang telah dilakukan atau dikatakan , atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang menimpa kita. Membuka diri dalam hal ini bukan berarti menceritakan semua hal yang detail dalam diri kita. Tidak juga dengan menceritakan semua kisah yang kita alami di masa lalu. Inti dari saling membuka diri adalah bukan saling mengetahui rahasia masing-masing lawan bicara, namun untuk mengetahui reaksi-reaksi kita terhadap aneka kejadian yang kita alami bersama atau terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Orang lain akan mengenal kita tidak dari rahasia ataupun cerita kisah hidup kita di masa lalu, melainkan dengan mengetahui reaksi apa yang kita timbulkan atas suatu cerita atau peristiwa selama berkomunikasi dengan lawan bicara. Menurut Johnson ( 1981), beberapa manfaat dari pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut : 1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. 2. Semakin kita bersikap terbuka terhadap orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnnya ia akan semakin membuka diri kepada kita. Universitas Sumatera Utara 3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memilki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif, dan intelegen, yakni sebagian dari sifat orang yang bahagia. 4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain. 5. Membuka diri berarti bersikap realistik, maka pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik. Terbuka bagi orang lain berarti menunjukkan bahwa kita menaruh perhatian pada perasaannya terhadap kata-kata atau perbuatan kita. Kita tidak mungkin mengungkapkan perasaan-perasaan dan reaksi-reaksi lainnya bila kita tidak mengenal semuanya itu. Menginsafi bagaimana kita bereaksi terhadap aneka situasi dan terhadap apa saja yang kita sukai dan tidak kita sukai, merupakan langkah pertama ke arah bersikap terbuka terhadap orang lain serta menjalin relasi yang dalam dengan mereka. Selain itu, kesadaran diri untuk merubah pola perilaku kita merupakan langkah awal yang sangat baik dalam rangka memahami diri dan pembuatan keputusan sehingga pola perilaku kita lebih efektif. Ada dua cara untuk lebih memahami diri sendiri yakni : 1. Mendengarkan diri kita sendiri agar mengenal bagaimana reaksi dan perasaan kita, serta apa yang menyebabkan perasaan dan reaksi-reaksi kita tersebut. Dengan cara menceritakan apa yang kita rasakan tersebut kepada Universitas Sumatera Utara orang yang kita percaya. Pembukaan diri ini mampu menghasilkan pemahaman diri yang lebih mendalam. 2. Dengan meminta umpan balik dari orang lain tentang pandangan mereka terhadap diri kita dan bagaimana reaksi mereka terhadap perilaku kita. Memahami diri dari umpan balik yang diberikan orang lain yang kita percaya merupakan satu hal yang cukup efektif. Umpan balik yang diberikan orang lain membuat kita sadar pada aspek-aspek diri serta konsekuensikonsekuensi perilaku kita yang belum pernah kita sadari sebelumnya. Kita menerima umpan balik dari orang lain manakala orang tersebut mau mengungkapkan cara ia menanggapi perilaku kita. Tujuan dari umpan balik adalah memberikan informasi konstruktif untuk menolong kita menyadari bagaimana perilaku kita dipersepsikan oleh orang lain yang mempengaruhinya. Umpan balik yang paling bermanfaat adalah yang mampu menunjukkan kepada kita bahwa perilaku kita tidak atau belum seefektif sebagaimana kita harapkan, sehingga kita dapat mengubahnnya agar lebih efektif. II.3. Kompetensi Belajar Seseorang dikatakan memiliki kompetensi dalam belajar apabila ia bukan hanya sekedar tahu mengenai suatu hal, tetapi bagaimana implikasi dan implementasi pengetahuan itu dalam pola perilaku atau tindakan yang ia lakukan. Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Sanjaya,2005: 7). Universitas Sumatera Utara Dalam pembelajaran yang mengedepankan kompetensi maka hasil akhir yang ingin dicapai adalah bagaimana siswa memiliki kecakapan hidup (life skill) yang bertujuan : Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi. Memberi kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat. Dalam pengembangan kompetensi belajar siswa, maka pendidik memilki prinsip yakni : a. Kesamaan memperoleh kesempatan Dengan adanya perhatian dalam pengembangan kemampuan peserta didik, maka setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok, termasuk didalamnya yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemamapuan dan kecepatannya. b. Berpusat pada anak didik Upaya mendirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama dan menilai diri sendiri diutamakan agar peserta didik mampu membangun kemauan, pemahaman dan pengetahuan. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik perlu terus-menerus diupayakan. Universitas Sumatera Utara Penilaian berkelanjutan dan komperhensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian usaha tersebut. Penyajianya disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. c. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus kepada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Hal ini menuntut kerjasama antar semua pihak dan tanggung jawab bersama peserta didik, guru, sekolah, orang tua, dan masyarakat. d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan Standart kompetensi yang ditetapkan pemerintah (UU No 20 Tahun 2003) dan cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing sekolah. Standart kompetensi dapat dijadikan acuan penyusunan kurikulum berdiversifikasi berdasarkan pada satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, serta taraf internasional. Hal yang menjadi dasar kompetensi siswa di dalam belajar adalah terutama terletak pada motivasi belajar siswa. Menurut Dr.Clark hal yang menjadi motivasi yang baik dari orang-orang yang meraih pretasi tinggi di SMA dan tingkat-tingkat sekolah dasar yang berasal dari keluarga-keluarga yang berpendapatan rendah. Penelitiannya membimbing pada kesimpulan bahwa yang membuat perbedaan bagi murid-murid seperti itu adalah bahwa mereka berasal dari keluarga yang efektif. Universitas Sumatera Utara “Keluarga yang efektif memperlihatkan sejumlah sikap dan kebiasaan yang positif terhadap anak-anak yang membantu keberhasilan mereka di sekolah dan dikehidupannyaa” (Wlodkowski,2004:28) Adapun ciri-ciri keluarga efektif di antaranya : 1. Perasaan kontrol akan kehidupan Orang tua yang efektif percaya bahwa mereka bisa membuat sebuah perbedaan dalam perkembangan akademis dan pribadi anak-anaknya. Mereka tidak kewalahan dengan keadaan mereka. Bahkan ketika mereka hidup dalam kemiskinan, mereka tetap menjaga suatu harapan. Mereka mendengarkan impian anak mereka dan memilki waktu berbagi dengan mereka. 2. Sering mengkomunikasikan harapan yang tinggi kepada anak-anak Artinya bukan menggantungan harapan kosong yang setinggi-tingginya. Tapi kerap mengkomunikasikan kehidupan yang lebih baik dengan ilmu dan pengetahuan. Anak-anak tahu bahwa keinginan berhasil di sekolah adalah alasan dan sikap yang tepat untuk dimilikinya. 3. Impian keluarga untuk berhasil di masa depan Mereka memiliki pandangan untuk keberhasilan pribadi bagi tiap anak dan suatu rencana untuk mewujudkan impian tersebut. Anak-anak diberitahu bahwa pendidikan yang baik adalah bagian utama dari rencana ini. 4. Pandangan bahwa kerja keras merupakan kunci keberhasilan Orang tua menegaskan bahwa yang utama membuat perbedaan bukanlah faktor nasib atau keturunan atau penampilan melainkan kerja keras. Anak mereka percaya keberhasilan akan datang dari motivasi dan komitmen dalam diri mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara 5. Sebuah gaya hidup yang aktif Mereka menyingkirkan kemalasan dan membantu mengarahkan waktu anak-anak mereka ke dalam aktifitas yang bermanfaat. Mereka mendorong anakanak untuk memanfaatkan sekolah dan sumber-sumber masyarakat ; mereka mendorong anak-anak mereka untuk bergaul dengan anak-anak yang memiliki nilai-nilai penghargaan yang sama terhadap kerja dan sekolah. 6. Menetapkan 25 sampai 35 jam untuk belajar di rumah setiap minggu Termasuk di dalamnya waktu untuk membersihkan rumah dan membaca di waktu luang. 7. Memandang keluarga sebagai unit sistem pendukung dan pemecahan masalah Anak-anak menyadari bahwa mereka dibutuhkan dan bisa memberikan kontribusi bagi keluarganya. 8. Memahami aturan-aturan rumah tangga dengan jelas dan Melaksanakannya Secara Konsisten Orang tua yang efektif pembatasan-pembatasan dan sanksi yang mereka tetapkan dengan standar yang pantas. Dalam perselisihan atau konflik, mereka biasanya memberikan kesempatan pada anak-anak untuk mencari pemecahannya, serta biasanya dilaksanakan dengan suasana adil dan kasih sayang. 9. Sering berhubungan dengan para guru Mereka terlibat dalam kelompok-kelompok orang tua dan guru serta dalam aktivitas-aktivitas sekolah. Mereka bekerja sama dengan para guru memerikasa kemajuan anak-anaknya. Mereka mencari tahu hal-hal yang dapat mendukung pelajaran di sekolah melalui aktivitas-aktivitas di rumah. Anak-anak akan melihat Universitas Sumatera Utara orang tua dan guru sebagai kekuatan yang bersatu untuk membantu keberhasilan mereka. 10. Memberi Penekanan pada Pertumbuhan Spiritual Mereka mendorong dan mengilhami anak-anak untuk berjuang demi kedamaian dan cinta dari dalam dirinya. Anak-anak percaya mereka bisa meraih kekuatan untuk mengatasi rasa takutnya serta menangani konflik-konflik dan stress. II.4. Proses Belajar Selama melakukan proses belajar, guru senantiasa memberikan minat atau ketertarikan siswa untuk mengikuti proses belajar. Guru juga dapat membantu menciptakan suasana emosi yang positif. Untuk menciptakan proses belajar yang efektif, maka terlebih dahulu guru harus mengetahui bagaimana minat dan motivasi siswa, dan bagaimana merangsang keingintahuan siswa serta menggunakan teknik – teknik kerjasama di dalam kelas. II.4.1. Belajar Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan, pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. Hilgrad mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah (Mulyati, 2005; 5). Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan Universitas Sumatera Utara munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu dikarenakan adanya interaksi individu dengan lingkungan. Ada beberapa kriteria dalam belajar : a. Belajar adalah aktivitas yang dirancang dan bertujuan Belajar adalah peristiwa yang dilakukan dengan sadar, dirancang dan disengaja. Oleh karena itu, belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang memiliki manfaat dan kegunaan oleh setiap individu yang belajar. Oleh karena itu, dalam belajar kita harus melihat keterkaitan antara tujuan yang ingin dicapai dengan manfaat untuk kehidupan. b. Tujuan belajar adalah perubahan perilaku secara utuh Belajar bukan hanya menghapal dan mengembangkan kemampuan intelektual, akan tetapi mengembangkan setiap aspek, baik kemampuan kognitif, sikap, emosi, kebiasaan dan lain sebagainya. Konsep ini merupakan sistem yang bekerja secara satu kesatuan, ketika perkembangan intelektual terjadi, maka aspek psikologis lainnya juga mengikuti. c. Belajar bukan hanya sebagai hasil, tetapi juga bagian dari proses Belajar mengembangkan sisi hasil dan sisi proses. Oleh karena itu, keberhasilan belajar tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai pelajaran, tetapi bagaimana proses penguasaan itu terjadi. Hal ini ditujukan untuk menentukan perubahan perilaku yang nonkognitif. d. Belajar adalah proses pemecahan masalah Belajar bukan menghafal informasi, akan tetapi proses berfikir untuk memecahkan masalah. Melalui proses ini diharapkan terjadi pola perubahan secara utuh, bukan hanya perkembangan intelektual, tetapi sikap dan keterampilan. Universitas Sumatera Utara II.4.2 Psikologi Belajar Dalam kegiatan belajar ada beberapa faktor yang terkait dalam proses belajar. Morgan (1961) memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi bahwa belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia yang menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitasi, kebiasaan, kepekaan, pencetakan, dan hambatan ( Mulyati, 2005: 3). Asosiasi. Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di dalam otak, antara hal satu dengan lainnya. Motivasi. Belajar akan terjadi bila individu memiliki dorongan dalam diri. Variabilitasi. Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu masalah, tergantung pada stimulus belajar. Kebiasaan. Belajar akan membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi berebeda dan memerlukan pertimbangan. Kepekaan. Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh dan merupakan penentu keberhasilan belajar. Pencetakan (imprinting). Dalam hal ini, pencetakan berarti memperlihatkan hasil belajar yang telah direkam melalui otak. Hambatan. Dalam proses belajar hambatan bisa terjadi disebabkan berbagai faktor. Universitas Sumatera Utara II.5. Pengertian Pendidikan dan Proses Komunikasi Pendidikan Pendidikan dan pengajaran berisikan interaksi antara pendidik dengan terdidik atau antara guru dengan siswa. Interaksi pendidikan atau pengajaran hampir seluruhnya menggunakan media bahasa, lisan maupun tulisan serta gerak dan isyarat. Interaksi yang menggunakan bahasa disebut komunikasi. Dengan demikian, komunikasi memegang peranan yang menentukan dalam proses pendidikan. II.5.1. Pendidikan Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik. Interaksi ini disebut dengan interasksi pendidikan, yakni saling mempengaruhi antara peserta didik dengan para pendidik. Dalam mempengaruhi ini, peran pendidik sangat besar, karena memiliki kedudukan sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan peserta didik lebih banyak menerima pengaruh. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai mendidik yang berarti memberikan dan menanamkan nilai pada peserta didik. Pada perkembanganya para pendidik diharapkan menumbuhkan nilai dalam diri peserta didik, yang menempatkan peserta didik dalam posisi yang lebih aktif dan memiliki peranan sendiri. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensial, kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkunganya. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik (Sukmadinata,2005:4) Universitas Sumatera Utara Bimbingan merupakan upaya atau tindakan pendidikan yang lebih terfokus pada membantu pengembangan dominan afektif, seperti pengembangan nilai, sikap, minat, motivasi, emosi, apresiasi dan lain-lain. Pengajaran lebih terfokus pada pengembangan domain intelektual atau kognitif. Sedangkan latihan lebih domain pada psikomotorik atau keterampilan. Dalam bimbingan pendekatan atau metode yang dilakukan bersifat konsultatif dan individual. Pendidikan berlangsung di sekolah, lingkungan dan keluarga. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Kemampuan profesional guru, mutu kurikulum, sarana dan fasilitas pendidikan, biaya, iklim dan pengolahan sekolah sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan di sekolah. Keutuhan keluarga, kondisi sosial-ekonomi, kepedulian orang tua serta kelakuan mereka terhadap anaknya mendasari keberhasilan anak-anak dalam pendidikan di sekolah II.5.2. Proses Komuniksi Pendidikan Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi di mana dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas pengajara sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Perbedaan antara komunikasi dengan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan pendidikan memiliki tujuan khusus seperti penerangan, propaganda, indoktrinisasi, agitasi dan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah murni untuk meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya (Effendy,2005;101). Tujuan tersebut akan tercapai jika prosesnya berlangsung secara komunikatif. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka. Karena kelompoknya relatif kecil, meskipun komunikasi yang terjalin antara pengajar dan peserta didik termasuk dalam komunikasi kelompok (group communication), namun sewaktu-waktu bisa berubah menjadi komunikasi antarpersona. Terjadilah komuniksi dua arah atau dialog di mana si pelajar menjadi komunikan dan komunikator, demikian pula sebaliknya pengajar. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Komunikasi dalam bentuk diskusi saat proses belajar mengajar sangat efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun di antara pelajar sendiri sebab mekanismenya menyebabkan si pelajar terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya. II.6. Guru Guru sangat diharapkan menjadi bimbingan dan membantu para siswa, bukan hanya ketika berada di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Pada dasarnya peranan guru dalam belajar mengajar diharapkan untuk mengarahkan siswa. Guru sebagai pendidik menurut jabatan dan menerima tanggung jawab mendidik dari tiga pihak yakni orang tua, masyarakat dan Negara. Guru dalam implementasi pengembangan kompetensi siswa memilki beberapa peranan yakni : 1. Sebagai perencana pembelajaran Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat memahami kondisi lingkungan sekolah, kondisi daerah dan karakteristik siswa. Melalui pemahaman itu Universitas Sumatera Utara selanjutnya guru mendesain pembelarajan yang sesuai dengan kondisi lapangan dan kebutuhan. 2. Sebagai pengelola pembelajaran Terciptanya kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak merasa terpaksa bahkan tertekan. Oleh karena itu, guru menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, baik iklim sosial maupun psikologis. 3. Sebagai fasilitator Guru membantu mempermudah siswa dalam belajar. Sehingga guru perlu memahami karakteristik siswa serta gaya belajar, kebutuhan dan daya kemampuan siswa. Guru harus menempatkan diri sebagai orang yang memberikan pengarahan dan petunjuk agar siswa dapat belajar secara optimal. Guru tidak berperan sebagai sumber belajar tetapi siswa yang menjadi sentral kegiatan pembelajaran. 4. Sebagai evaluator Guru berperan dalam melihat keberhasilannya dalam mengajar dan menetukan ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi. Penelitian maupun pengalaman klinis memberikan kesaksian bahwa guruguru yang bisa meningkatkan motivasi murid adalah mereka yang memberikan perilaku profesional yang bisa dipelajari dan memiliki karakteristik yang sebagian besar berada di bawah kontrol diri mereka sendiri ( Wlodkowski, 2004:33) II.6.1. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) Guru BK (Bimbingan Konseling) merupakan suatu perangkat lain di lingkungan pendidikan yang membantu memenuhi kebutuhan siswa di luar Universitas Sumatera Utara lingkungan belajar di kelas. Dalam dunia pendidikan, ada beberapa macam definisi dari kata bimbingan maupun konseling. Bimbingan dapat diartiakn sebagai berikut : Bimbingan ialah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan. Bimbingan ialah pendidikan yang berorientasi kebutuhan individu. Bimbingan ialah pendidikan yang memakai pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Bimbingan ialah pertolongan yang berusaha membebaskan individu dari hambatan-hambatan, hingga individu itu dimungkinkan mengikuti proses pendidikan dengan baik dan berhasil. Sedangkan kata konseling yang secara etimologi berasal dari bahasa latin consilium dan berarti dengan atau bersama yang diartikan sebagai kegiatan di mana semua faktor dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh individu yang bersangkutan di mana ia deberi bantuan pribadi secara langsung untuk memecahkan masalah tersebut (Sembiring, 2004: 6). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Bimbingan Konseling merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam membantu seseorang memecahkan masalah yang dihadapinya yang disesuaikan dengan kebutuhan individu tersebut. Dikaitkan dengan pelayanan bimbingan di sekolah, dapat dikemukakan beberapa fungsi dari Bimbingan dan Penyuluhan, yakni : 1. Fungsi Pemahaman Tugas pembimbing adalah mengetahui siapa dan bagaiman individu yang dibimbing itu. Sehingga guru berusaha memahami dan mengungkapkan apa Universitas Sumatera Utara masalah dan kesulitan yang dihadapi siswa serta bagaimana kekuatan-kekuatan dan kelemahannya. 2. Fungsi Pencegahan Pelayanan bimbingan dan Konseling merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam hal ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang menghambat. 3. Fungsi Penyaluran Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, para siswa perlu dibantu agar memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini bimbingan konseling membantu siswa mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing. Bentuk kegiatannya antara lain : memperoleh jurusan yang tepat, penyusunan program belajar, pengembangan bakat dan minat, perencanaan karir. 4. Fungsi Penyesuaian Fungsi penyesuaian adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang berfungsi untuk membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya. Fungsi ini memiliki dua arah yakni ; arah pertama, adalah bantuan kepada para siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah. Kedua , adalah bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. 5. Fungsi Perbaikan Merupakan fungsi lanjutan dari fungsi-fungsi pemahaman, penyaluran maupun penyesuaian. Pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan itu dapat bersifat perorangan atau kelompok langsung berhadapan dengan siswa yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan atau melalui orang lain, misalnya orang tua melalui pengubahan lingkungan. 6. Fungsi Pengembangan Funsi pengembangan berarti layanan yang diberikan kepada siswa untuk membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara lebih terarah dan mantap. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik, sehingga siswa dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal. Guru Bimbingan dan Konseling memilik kedudukan dan peranan yang sama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada lingkup operasi serta titik berat pendekatan metodenya. (Sembiring, 2004:17) Universitas Sumatera Utara