BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi Jika

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi
Jika kita mendengar kata komunikasi, tentunya hal yang langsung terlintas
dalam benak kita adalah sesuatu yang berhubungan dengan menyampaikan pesan.
Artinya, banyak orang yang beranggapan bahwa komunikasi merupakan suatu
bentuk interaksi yang dilakukan orang secara sengaja dikarenakan maksud
tertentu. Dalam pengetahuan yang lebih sederhana, seseorang berfikir ada pesan,
ada tujuan pesan maka adanya komunikasi. Namun hakikatnya, pengertian
komunikasi lebih luas dari itu. Komunikasi bahkan sering terjadi meskipun
seseorang tidak memiliki pesan tertentu yang ingin disampaikan secara sengaja
dengan orang lain atau ia merasa tidak sedang ingin berkomunikasi. Misalnya
saja, seorang bawahan yang terus menerus melirik arloji ditangannya ketika ia
tengah rapat dengan atasannya. Walaupun bawahan ini merasa ia sedang tidak
berkomunikasi dengan atasannya, namun atasannya tersebut dapat menafsirkan
berbagai definisi dari perilaku yang digambarkannya. Atasan tersebut dapat
berfikir bahwa bawahannya tidak mendengarkan dia, atau sudah waktunya pulang,
atau bahkan sedang terburu–buru pulang karena suatu hal. Atasan menerima pesan
meskipun bawahannya tidak nyata-nyata bermaksud berkomunikasi.
Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari dan
merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk tidak dilakukan. Lazimnya
komunikasi diartikan sebagai kegiatan interaksi dan pertukaran pesan, namun
berikut ini akan dijelaskan beberapa defenisi dari komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
II.1.1. Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi begitu luas dan beragam. Banyak ahli yang
menyumbangkan
pemikiran
mereka
dalam
mendefinisikan
komunikasi.
Hakikatnya komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai media
perantaranya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan
(massage).
Orang
yang
menyampaikan
pesan
disebut
komunikator
(communicator) sedangkan orang yang menerima pesan disebut komunikan
(communican). Dalam konteks lain, kita juga mengenal sumber (source) yang
berarti asal muasal pesan, kemudian pendengar (audience) sebagai tujuan pesan.
Sedangkan bahasa yang dijadikan pesan, dalam konteks tertentu dapat berupa
lambang atau simbol, gambar, suara dan lain-lain. Jika dianalisis, komunikasi
terdiri dari dua aspek yakni isi pesan (the content of the massage) dan lambang
(symbol). Konkretnya isi pesan yang merupakan hasil pikiran atau perasaan, serta
lambang adalah bahasa.
Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti
umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita
sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan
seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide, atau sikap (Suprapto,
2006:4). Ketika kita berkomunikasi maka hakekatnya kita mencari suatu
kesamaan persepsi dengan lawan komunikasi kita, sehingga tercipta suatu
kesamaan pandangan atau pemikiran, artinya apa yang kita maksudkan dalam
komunikasi sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh komunikan kita. Dalam
berbagi informasi, ide, atau sikap maka indikator yang terpenting bukan hanya
Universitas Sumatera Utara
kesamaan bahasa yang digunakan antara komunikator dengan komunikannya atau
antara sumber (source) dengan penontonnya (audience). Karna kesamaan bahasa
yang digunakan dalam berkomunikasi belum bararti menimbulkan kesamaan
pandangan, pemikiran atau makna. Hal ini menggambarkan bahwa kesamaan
makna tidak bergantung terhadap kesamaan bahasa. Untuk menciptakan
kebersamaan dalam komunikasi maka baik komunikan maupun komunikator
harus komunikatif, tidak hanya mengerti bahasa yang digunakan namun juga
mengerti makna dari bahan yang dibicarakan.
Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “The Condition of
Success in Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita
menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.
Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.
3. Pesan
harus
membangkitkan
kebutuhan
pribadi
komunikan
dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia
Universitas Sumatera Utara
digerakkan
untuk
memberikan
tanggapan
yang
dikehendaki
(Effendy,2003:41-42).
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi
yang efektive adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan
(commonness)
kesepahaman
antara
sumber
(source)
dengan
penerima
(audiencer). Di mana pesan harus menarik perhatian, dapat dimengerti,
merupakan kebutuhan komunikan dan berupa saran untuk memperoleh kebutuhan.
Sebuah komunikasi akan benar-benar efektive apabila audience menerima pesan,
mengerti isi pesan sama seperti yang dikehendaki oleh si pengirim pesan.
II.2. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kehidupan manusia, hal ini
mengingat betapa pentingnya peranan komunikasi dalam rangka menciptakan
suatu hubungan baik antar sesama manusia. Johnson ( 1981 ) menunjukkan
beberapa
peranan
yang
disumbangkan
komunikasi
antarpribadi
dalam
menciptakan kebahagiaan hidup manusia (Supratiknya, 2009; 9). Pertama,
komunikasi atarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita.
Perkembangan kita semasa bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin
meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Hal ini dimulai dari
ketergantungan terhadap hubungan yang intensif dengan keluarga, ibu ketika
masih bayi dan lingkaran ketergantungan tersebut semakin meluas dengan
bertambahnya usia seseorang. Bersamaan dengan proses tersebut, perkembangan
intelektual dan sosial seseorang sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi
dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi
dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun
tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua
tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Dari hal tersebut kita
mengetahui pandangan orang lain terhadap kita. Selanjutnya dari pandangan
orang lain tersebut kita
tertolong dalam menemukan siapa diri kita yang
sebenarnya.
Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji
kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar
kita. Kita perlu membandingkan kesan yang kita miliki terhadap lingkungan
sekitar dengan kesan yang dimiliki orang lain terhadap hal yang sama.
Perbandingan seperti itu hanya akan kita dapati ketika melakukan komunikasi
dengan orang lain.
Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh
kualitas komuniksi atau hubungan dengan orang lain, terutama orang-orang yang
memiliki pengaruh yang signifikan ( significan figure ) dalam hidup kita.
Agar merasa bahagia kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni
pengakuan berupa tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita
normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfrmasi, yakni
penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita
abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya hanya akan kita ketahui
melalui komunikasi antarpribadi, yakni komunikasi dengan orang lain.
Agar mampu berkomuniksi dengan orang lain, mengembangkan dan
memelihara komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, kita
Universitas Sumatera Utara
memerlukan sejumlah keterampilan dasar dalam berkomunikasi. Menurut Johnson
keterampilan dasar tersebut meliputi :
1. Saling memahami, secara rinci kemampuan ini mencakup beberapa
subkemampuan, yaitu sikap percaya diri, pembukaan diri, keinsafan diri
dan menerima diri. Untuk saling memahami dibutuhkan kepercayaan, hal
ini dibutuhkan dalam langkah selanjutnya yakni pembukaan diri yakni
adanya kepercayaan untuk mengungkapkan tangggapan kita tentang
situasi tertentu, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang
dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk membuka diri seperti itu,
kita harus menyadari perasaan-perasaan atau tanggapan batin lainnya yang
disebut keinsafan diri. Tetapi, dalam hal menginsafi diri kita
membutuhkan penerimaan terhadap diri kita sendiri, menerima dan
mengakui perasaan-perasaan kita dan tidak menyangkalnya. Selain itu kita
harus mampu mendengarkan orang lain, membuka diri terhadap orang lain
dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang
membuka dirinya terhadap kita.
2. Komunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas.
Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap yang
hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang
akan menunjukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita.
3. Saling menerima dan saling memberikan dukungan dan saling menolong.
Kita harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara – cara
yang bersifat menolong, yakni dengan menunjukkan sikap memahami dan
sikap kebersediaan untuk menolong, memberikan masukan-masukan yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat membangun dan beberapa contoh yang diperlukan agar orang
tersebut mampu menemukan pemecahan-pemecahan terhadap masalah
yang dimilikinya.
4. Mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain
yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain, melalui
cara-cara yang konstruktif.
Ada beberapa sifat dari komunikasi antarpribadi diantaranya :
a. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal
maupun nonverbal.Jika kita amati, maka setiap saat orang
mengirimkan pesan-pesan yang bersifat verbal dan nonverbal
dalam komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antarpribadi
tanda-tanda
verbal
diwakili
dalam
penyebutan
kata-kata,
pengungkapannya baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan
tanda-tanda nonverbal tertulis dalam expresi wajah, dan gerak.
b. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan,
scripted dan contrivied. Ketika berkomunikasi dengan sesama kita
harus mempertimbangkan secara pasti setiap perilaku kita sendiri.
Bisa saja kita mengatakan apa saja yang ada dalam benak kita,
kemudian menunjukkan baik dalam perilaku yang disebut spontan,
scripted dan contrivied. Bentuk perilaku yang pertama adalah yang
bersifat spontan. Perilaku seperti ini dalam komunikasi antar
pribadi dilakukan secara tiba-tiba, serta-merta untuk menjawab
Universitas Sumatera Utara
suatu rangsangan dari luar tanpa terpikir lebih dahulu. Sedang
bentuk yang ke dua yang bersifat scripted. Reaksi dari emosi
terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus
membangkitkan suatu kebiasaan untuk belajar, dan akhirnya
perilaku ini dilakukan berdasarkan fator kebiasaan. sebagai suatu
proses yang berkembang.
c. Komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang berkembang .
Sifat yang ketiga dari komunikasi antarpribadi adalah sifat yang
terlihat sebagai suatu proses yang berkembang gambaran mana
yang menunjukkan komunikasi antarpribadi sebenarnya tidaklah
statis melainkan dinamis.
d. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik,
mempunyai interaksi, dan koherensi. Agar komunikasi antarpribadi
dikatakan sukses maka para pesertanya harus berpartisipasi satu
terhadap yang lain baik dengan pesan-pesan yang verbal maupun
nonverbal. Suatu komunikasi antarpribadi harus ditandai dengan
adanya suatu umpan balik. Seandainya kita berbicara dengan orang
lain, dan yang diharapkan adalah jawabannya sehingga kita
mengetahui pikirannya, perasaannya dan melaksanakan apa yang
kita maksudkan, dan jika harapan-harapan itu terpenuhi ,maka
Universitas Sumatera Utara
dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi telah berhasil
karena umpan baliknya membuat kita bersama menjadi mengerti.
e. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang
bersifat intrinsik dan extrinsik. Adapun yang dimaksud dengan
intrinsik adalah suatu standart dari perilaku yang dikembangkan
oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan
komunikasi. Sedangkan yang bersifat ekstrinsik adalah adanya
standart atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya
pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga
komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah dihentikan.
f. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.
Sifat keenam dari komunikasi antarpribadi adalah harus adanya
sesuatu yang dibuat oleh mereka yang terlibat dalam proses
komunikasi
tersebut.
Jadi
kedua
pihak
harus
sama-sama
mempunyai kegiatan, aksi tertentu sebagai tanda bahwa mereka
sedang berkomunikasi. Suatu hubungan sebab akibat yang
dilandasi adanya tindakan bersama-sama itu dianalogikan dalam
permainan bola kaki dimana satu orang dengan orang yang lain
saling mengumpan balik.
Universitas Sumatera Utara
g. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia.
Persuasi merupakan tehnik untuk mempengaruhi manusia dengan
menggunakan serta memanfaatkan data dan fakta psikologis
maupun sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi
dengan demikian persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap
seseorang ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang
lain.
Pada saat sekarang ini para ahli komunikasi cenderung
memandang persuasi sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang
terhadap orang yang lain. Ketika akan melakukan komuniksi yang
persuasif maka seorang komunikator harus merasa berbicara
dengan orang lain. Dengan kata lain harus menunjukkan adanya
hubungan dua pihak yang berkomunikasi secara bersamasama.
II.2.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan proses sosial di mana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh
mempengaruhi ini merupakan suatu proses yang bersifat psikologis dan karenanya
juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antara manusia yang memiliki
suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan
dalam kelompok tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial.
Effendy mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan (2003;28).
Komunikasi dengan jenis ini dianggap komunikasi yang efektif dalam upaya
mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis
Universitas Sumatera Utara
berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengehui pendapat
komunikan ketika itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator
mengetahui pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidak.
Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya
seluas-luasnya.
Sunarjo ( 1983 ) mengemukakan bahwa proses adalah suatu kegiatan atau
pengolahan yang terus menerus. Ada pula yang mengatakan dan menjelaskan
sebagai suatu fenomena yang menunjukkan perubahan dalam suatu waktu secara
terus menerus. Dalam hubungannya dengan komunikasi yang dipandang sebagai
suatu proses, maka menurut Sunarjo komunikasi sebagai proses dapat
menggambarkan suatu peristiwa atau perubahan yang susul menyusul, terus
menerus dan karenanya komunikasi itu tumbuh , berubah, berganti, bergerak
sampai akhir zaman (Liliweri,1997:142).
Proses komunikasi dalam hal ini dapat diuraikan dalam beberapa tahap
yakni :
1. Pengiriman
Ada beberapa sebutan yang diberikan untuk pengirim dalam proses
komunikasi, nama ini berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang menyebut
sebagai source, kamunikator, maupun encoder.
Pengiriman dalam proses
komunikasi dapat dikatakan sebagai seorang pencipta pesan, starting point,
penginisiatif suatu proses kegiatan komunikasi. Istilah sender, encoder,
sebenarnya dianalogikan dari kerja komputer di mana komputer mempunyai
sejenis perangkat yang bertugas memilih dan merancang suatu perilaku sesuai
bahasa dan aturan komputer demi peciptaan suatu pesan.
Universitas Sumatera Utara
Seorang pengirim adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk
berkomunikasi. Kebutuhan tersebut bisa berupa kebutuhan sosial untuk diakui
sebagai individu atau kebutuhan akan informasi dengan orang lain atau bahkan
dalam mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang atau sekelompok orang
lainnya.
2. Latar Belakang
Dalam melakukan suatu pengiriman maka seseorang pasti memiliki
maksud atau latar belakang tertentu. Latar belakang merupakan sesuatu yang kita
anggap mempengaruhi pengiriman dan penerimaan komunikasi antarpribadi.
Dalam proses komunikasi antarpribadi, latar belakang telah dianggap sebagai
suatu penopang, penyanggah komunikasi secara utuh.
Dalam suatu proses komunikasi antarpribadi, maka faktor-faktor yang
menentukan latar belakang pengirim juga penerima oleh Gamble ( 1986 ) ialah :
field of experience (bidang pengalaman) dan frame raference (kerangka rujukan).
Bidang pengalaman seseorang sangat menentukan pemaknaan pesan yang dikirim
dan pemaknaan pesan yang diterima demikian juga kerangka rujukan seseorang
menentukan hubungan antar pesan dengan kerangka rujukan yang dimiliki
pengirim maupun penerima.
Dalam kenyataanya gambaran latar belakang sangat beragam menimpa
seorang penerima dan pengirim pesan. Artinya apapun dapat mempengaruhi latar
belakang seseorang dan keberagaman itu sangat banyak faktornya termasuk di
dalamnya karakteristik demografis (usia, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan), geografis (tempat tinggal), maupun psikografik (kehidupannya, pola
fikir maupun pandangan). Latar belakang yang dimiliki seseorang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
cara-cara berpikir, perasaan dan tingkah laku termasuk dalam melakukan
komunikasi antarpribadi.
3. Pesan
Dalam konteks komunikasi stimulus merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari model umum stimulus respon. Berarti setiap stimulus/rangsangan
yang diberikan dari suatu sumber akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak
yang menerimanya. Stimulus sebenarnya ibarat suatu informasi/ isi pernyataan
dalam bentuk bahasa, kode, maupun sistem tanda yang masuk akal.
Komunikasi manusia dapat dibedakan dari komunikasi binatang
berdasarkan fleksibilitasnya, sifat mudah menyesuaikan dan kemampuannya
berhubungan dengan gagasan-gagasan seperti ruang dan waktu. Rangsangan atau
stimulus dalam komunikasi berupa tanda, bahasa, kode, atau sistem tanda yang
nalar. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan penggunaan tandatanda yang dapat membina hubungan sosial.
Dalam komunikasi antarpribadi, menurut Kretch ( 1984 ) pesan dapat
disampaikan dalam beberapa hal :
1. suatu frekuensi tertentu misalnya pesan yang disampaikan secara
berulang-ulang sehingga menarik perhatian.
2. Suatu intensitas tertentu, yakni daya tarik yang aneh, lain dari kebiasaan –
kebiasaan yang normal.
3. Suatu gerak dan perubahan, di mana pesan yang hidup dan dinamis yang
seolah-olah mengajak orang lain untuk memperhatikannya.
4. suatu jumlah yang lain dari biasanya . ( Liliweri,1991;156 )
4. Saluran
Universitas Sumatera Utara
Saluran dapat diartikan dengan tempat terbaik yang terpilih di mana suatu
stimulus
(pesan)
menggunakan
melewatinya.
perasaan,
Dalam
penglihatan,
komunikasi
suara
dan
antarpribadi,
peradaban
kita
untuk
mengkomunikasikan pesan.
5. Penerima
Penerima adalah seseorang atau sesuatu yang menerima pesan.
Sebagaimana
halnya
pengirim,
maka
penerima
juga
akan
menerima,
menerjemahkan, mengerti pesan yang dikomunikasikan dengan pengaruh latar
belakang yang dimilikinya. Faktor itu bisa berupa karakteristik demografis,
karakteristik geografis dan karakteristik psikogfrafis.
6. Umpan Balik
Dalam setiap proses komunikasi terdapat unsur yang tetap yakni umpan
balik. Fungsi umpan balik adalah untuk mengontrol keefektivan pesan yang
disampaikan oleh penerima. Umpan balik merupakan reaksi terhadap pesan
bahwa penerima sudah menerima pesan serta memahaminya.
Pengiriman kembali pesan dari seorang penerima dalam proses balik
komunikasipun berbentuk stimulus pesan yang beraturan dan tidak beraturan.
Umpan balik yang diterjemahkan penerima itu kemudian diterjemahkan lagi oleh
pengirimnya, kemudian proses tersebut berlangsung secara terus-menerus hingga
membentuk suatu lingkaran yang tiada akhirnya.
Menurut Santoso (1980) feedback dalam suatu proses komunikasi
dikemukakan dalam beberapa jenis :
1. External feedback, umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator
dari komunikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Internal feedback, umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan
dari komunikan secara langsung melainkan datang dari pesan komunikator
itu sendiri. Misalnya ketika seorang komunikator menyadari kesalahannya
sendiri dalam mengucapkan kalimat.
3. Direct feedbak, yakni umpan balik langsung, misalnya dalam komunikasi
tersebut komunikan langsung mengisyaratkan pesan nonverbal seperti
menganggukkan atau menggelengkan kepalanya.
4. Indirect feedback, umpan balik tidak sampai pada saat komunikasi
berlangsung, namun sesudah hal itu terjadi. Misalnya seorang pembaca
mengirimkan surat sebagai reaksi terhadap tulisan yang dimuat dalam
surat kabar.
5. Inferential feedback, umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa
yang disimpulkan sendiri oleh komunikatornya berdasarkan gejala-gejala
yang dapat diamati oleh komunikator meskipun secara tidak langsung,
tetapi cukup relevan dengan pesan yang disampaikan.
6. Zero feedback, hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan, meskipun umpan balik diberikan oleh
komunikan, akan tetapi komunikator tidak memahaminya.
7. Neutral feedback, umpan balik yang netral ini berarti bahwa informasi
yang diterima kembali oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang
disampaikannya.
8. Positive feedback, pesan yang disampaikan oleh komunikator mendapat
tanggapan yang positif dari komunikan.
Universitas Sumatera Utara
9. Negative feedback, kebalikan dari positive feedback maka umpan balik
yang diberikan komunikan tidak begitu baik, dan komunikator mendapat
tantangan karnanya.
7. Gangguan atau Entropi
Entropi merupakan gangguan-gangguan yang terjadi dalam proses
komunikasi. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses mekanik yang kompleks
dari awal hingga akhirnya sehingga sangat rentan terkena gangguan. Gangguan
dalam proses komunikasi ini dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya
kontruksi pesan yang dibangun oleh komunikator, daya maju suatu komunikasi,
penerjemahan pesan oleh komunikan, dan reaksi yang ditimbulkan.
8. Suasana
Setting atau suasan membantu menerangkan apa dan bagaimana variasi
unsur-unsur komunikasi mengambil suatu posisi. Dengan mengetahui suasana
maka proses komunikasi akan lebih efektive dan pemilihan pesan sesuai dengan
sasaran komunikator.
II.2.2. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan
yang diterimanya sesuai dengan maksud
pengirim (komunikator). Sumber
kesalahan dari komunikasi antarpribadi adalah ketika penerima tidak menangkap
pesan yang disampaiakan pengirim sesuai dengan maksudnya, penerima
menangkap makna yang berbeda, karena pengirim gagal mengkomunikasikan
maksudnya dengan tepat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Johnson (1981) kegagalan komunikasi yang diakibatkan dari
adanya kesenjangan dalam memaknai pesan yang disampaiakan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya :
1. Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional maupun kultural.
Misalnya, perasaan tidak suka terhadap seseorang mengakibatkan semua
pesan yang disampaikannya berarti negatif.
2. Ketika mendengar suatu pesan, maka orientasi kita hanya untuk menilai
dan menghakimi isi pembicaraan, akibatnya komunikator menjadi orang
yang benar-benar berhati-hati dalam berbicara dan cenderung menutup
diri.
3. Adanya kegagalan dalam menangkap makna konotatif di balik ucapan
komunikator meskipun kita sepenuhnya memahami arti denotatifnya.
4. Distorsi atau kesalahpahaman dalam komunikasi sering terjadi karena kita
tidak saling mempercayai.
Dalam mengirim pesan secara efektif, menurut Johnson ada tiga syarat yang
harus dipenuhi :
1. komunikator harus mengusahakan agar pesan-pesan yang dikirimkan
mudah dipahami.
2. Komunikator harus memiliki kredibilitas di mata komunikannya.
3. Komunikator berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang
pengaruh pesan dalam diri penerima, artinya komunikator harus terampil
dalam mengirimkan pesan.
Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita kirimkan
benar-benar telah diterima secara tepat sebagaimana kita maksudkan adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan mendapatkan umpan balik mengenai akibat maupun pengaruh yang
ditimbulkan oleh penerima sesuai dengan harapan komunikator. Umpan balik
adalah proses yang memungkinkan komunikator mengetahui bagaimana pesan
yang dikomunikasikannya, dikodefikasikan dan ditangkap oleh si penerima.
Tanggapan si penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat
menyebabkan pengirim memodifikasikan atau mengubah bentuk pengiriman
pesannya agar lebih efektif dan tepat. Jika pengirim tidak menerima umpan balik
seperti yang ia kehendaki, maka tentu saja kesenjangan dalam penafsiran pesan
telah terjadi. Kesalahpahaman ini juga dapat dipicu dari adanya komunikasi satu
arah, di mana komunikator tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui
bagaimana
penerima
telah
mendekodefikasikan
pesannya.
Sebaliknya,
komunikasi dua arah berlangsung apabila pengirim cukup leluasa dalam
menerima umpan balik tentang bagaimana tanggapan penerima terhadap pesan
yang disampaikannya. Komunikasi dua arah yang terbuka seperti ini akan
memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan selanjutnya
sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang memuaskan pihakpihak yang berkomunikasi dan efektif.
Ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan baik pengirim
maupun penerima pesan dalam komunikasi. Kesalahan-kesalahan inilah yang
memicu terjadinya kegagalan dalam penyampaian pesan dalam komunikasi
antarpribadi. Adapun kesalahan tersebut yakni :
1. Sebagai pengirim pesan
a. Berbicara terlalu cepat tanpa menyesuaikan pikiran kita terlebih
dahulu.
Universitas Sumatera Utara
b. Menyisipkan terlalu banyak gagasan dalam pesan kita, terutama
jika gagasan tersebut tidak saling berhubungan.
c. Merumuskan pernyataan-pernyataan yang terlalu pendek, sehingga
tidak memuat cukup informasi dan pengulangan agar mudah
difahami.
d. Mengabaikan jumlah informasi tentang pokok pesan yang sudah
dimiliki oleh penerima.
e. Tidak menyesuaikan rumusan pesan kita dengan sudut pandangan
penerima.
2. Sebagai Penerima
a. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim
b. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang
hendak dikatakan oleh pengirim.
c. Cenderung mendengarkan detail-detail seperti kata, intonasi dan
sebagainya, bukan mencermati isi pesan.
d. Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami
sepenuhnya pesan yang dikirimkan.
Salah satu cara untuk menghindari kecenderungan di atas menurut Jhonson
adalah dengan belajar memberikan parafrase atau tanggapan penuh pemahaman
dalam mendengarkan (Supratiknya, 2009: 43) . Cara ini tidak hanya bermanfaat
mengkomunikasikan kesediaan penerima untuk
memahami pengirim tanpa
memberikan penilaian atas pernyataan – pernyataannya, tetapi juga akan sangat
menolongnya menangkap gagasan dan perasaan yang diungkapkan dari sudut
pandang pengirim.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya adalah pemahaman empatik, di mana komunikator berusaha
mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diungkapkan orang lain serta
memahaminya dari sudut pandang orang itu. Dalam praktik konseling,
pemahaman empatik ini terbukti menjadi cara efektif untuk menciptakan
komunikasi yang intim antar konselor dan konseling, sehingga mampu
menimbulkan perubahan-perubahan penting yang bersifat positif-konstruktif
dalam diri komunikan.
Kemampuan memahami sudut pandang orang lain memang sangat penting
agar kita dapat berkomunikasi secara efektif. Agar pesan-pesan tersebut
tersampaikan secara efektif, kita perlu memperhatikan sudut pandang lawan
komunikasi kita. Secara lebih spesifik, sebelum mengutarakan sesuatu kita harus
memperhatikan :
1. Sudut pandang lawan komunikasi kita.
2. Apa yang telah diketahui oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang
akan kita ungkapkan.
3. Informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh lawan
komunikasi kita tentang hal yang kita utarakan tersebut.
Begitu pula, agar mampu menerima pesan secara tepat, kita perlu
mengetahui sudut pandang pengirim. Maka sebelum menetapkan makna suatu
pesan sebagai penerima kita harus memperhatikan :
1. Sudut pandang si pengirim.
2. Makna pesan tersebut menurut sudut pandang si pengirim.
Universitas Sumatera Utara
II.2.3. Self Disclosure
Pembukaan diri atau self disclousure adalah mengungkapkan reaksi atau
tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan
informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memenuhi
tanggapan kita di masa kini. Tanggapan terhadap orang lain atau cara tertentu
lebih melibatkan terhadap faktor perasaan. Membuka diri berarti membagi
perasaan kita kepada orang lain tentang sesuatu yang telah dilakukan atau
dikatakan , atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang menimpa kita.
Membuka diri dalam hal ini bukan berarti menceritakan semua hal yang
detail dalam diri kita. Tidak juga dengan menceritakan semua kisah yang kita
alami di masa lalu. Inti dari saling membuka diri adalah bukan saling mengetahui
rahasia masing-masing lawan bicara, namun untuk mengetahui reaksi-reaksi kita
terhadap aneka kejadian yang kita alami bersama atau terhadap apa yang
dikatakan atau dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Orang lain akan mengenal
kita tidak dari rahasia ataupun cerita kisah hidup kita di masa lalu, melainkan
dengan mengetahui reaksi apa yang kita timbulkan atas suatu cerita atau peristiwa
selama berkomunikasi dengan lawan bicara.
Menurut Johnson ( 1981), beberapa manfaat dari pembukaan diri terhadap
hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua
orang.
2. Semakin kita bersikap terbuka terhadap orang lain, semakin orang lain
tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnnya ia akan semakin membuka
diri kepada kita.
Universitas Sumatera Utara
3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung
memilki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel,
adaptif, dan intelegen, yakni sebagian dari sifat orang yang bahagia.
4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasasi yang
memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun
dengan orang lain.
5. Membuka diri berarti bersikap realistik, maka pembukaan diri kita
haruslah jujur, tulus dan autentik.
Terbuka bagi orang lain berarti menunjukkan bahwa kita menaruh
perhatian pada perasaannya terhadap kata-kata atau perbuatan kita. Kita tidak
mungkin mengungkapkan perasaan-perasaan dan reaksi-reaksi lainnya bila kita
tidak mengenal semuanya itu. Menginsafi bagaimana kita bereaksi terhadap aneka
situasi dan terhadap apa saja yang kita sukai dan tidak kita sukai, merupakan
langkah pertama ke arah bersikap terbuka terhadap orang lain serta menjalin relasi
yang dalam dengan mereka. Selain itu, kesadaran diri untuk merubah
pola
perilaku kita merupakan langkah awal yang sangat baik dalam rangka memahami
diri dan pembuatan keputusan sehingga pola perilaku kita lebih efektif.
Ada dua cara untuk lebih memahami diri sendiri yakni :
1. Mendengarkan diri kita sendiri agar mengenal bagaimana reaksi dan
perasaan kita, serta apa yang menyebabkan perasaan dan reaksi-reaksi kita
tersebut. Dengan cara menceritakan apa yang kita rasakan tersebut kepada
Universitas Sumatera Utara
orang yang kita percaya. Pembukaan diri ini mampu menghasilkan
pemahaman diri yang lebih mendalam.
2. Dengan meminta umpan balik dari orang lain tentang pandangan mereka
terhadap diri kita dan bagaimana reaksi mereka terhadap perilaku kita.
Memahami diri dari umpan balik yang diberikan orang lain yang kita
percaya merupakan satu hal yang cukup efektif. Umpan balik yang diberikan
orang lain membuat kita sadar pada aspek-aspek diri serta konsekuensikonsekuensi perilaku kita yang belum pernah kita sadari sebelumnya.
Kita menerima umpan balik dari orang lain manakala orang tersebut mau
mengungkapkan cara ia menanggapi perilaku kita. Tujuan dari umpan balik
adalah memberikan informasi konstruktif untuk menolong kita menyadari
bagaimana perilaku kita dipersepsikan oleh orang lain yang mempengaruhinya.
Umpan balik yang paling bermanfaat adalah yang mampu menunjukkan kepada
kita bahwa perilaku kita tidak atau belum seefektif sebagaimana kita harapkan,
sehingga kita dapat mengubahnnya agar lebih efektif.
II.3. Kompetensi Belajar
Seseorang dikatakan memiliki kompetensi dalam belajar apabila ia bukan
hanya sekedar tahu mengenai suatu hal, tetapi bagaimana implikasi dan
implementasi pengetahuan itu dalam pola perilaku atau tindakan yang ia lakukan.
Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Sanjaya,2005:
7).
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembelajaran yang mengedepankan kompetensi maka hasil akhir
yang ingin dicapai adalah bagaimana siswa memiliki kecakapan hidup (life skill)
yang bertujuan :

Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problema yang dihadapi.

Memberi
kesempatan
kepada
sekolah
untuk
mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel.

Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan
memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat.
Dalam pengembangan kompetensi belajar siswa, maka pendidik memilki
prinsip yakni :
a. Kesamaan memperoleh kesempatan
Dengan adanya perhatian dalam pengembangan kemampuan
peserta didik, maka setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama
dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Seluruh peserta
didik dari berbagai kelompok, termasuk didalamnya yang kurang
beruntung secara ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan
khusus, berbakat dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat
sesuai dengan kemamapuan dan kecepatannya.
b. Berpusat pada anak didik
Upaya mendirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama dan
menilai diri sendiri diutamakan agar peserta didik mampu membangun
kemauan,
pemahaman
dan
pengetahuan.
Peningkatan
potensi,
kecerdasan, dan minat peserta didik perlu terus-menerus diupayakan.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian berkelanjutan dan komperhensif menjadi sangat penting
dalam rangka pencapaian usaha tersebut. Penyajianya disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
c. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar berfokus kepada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Hal ini menuntut kerjasama
antar semua pihak dan tanggung jawab bersama peserta didik, guru,
sekolah, orang tua, dan masyarakat.
d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan
Standart kompetensi yang ditetapkan pemerintah (UU No 20
Tahun 2003) dan cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan masing-masing sekolah. Standart kompetensi dapat
dijadikan acuan penyusunan kurikulum berdiversifikasi berdasarkan
pada satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, serta taraf
internasional.
Hal yang menjadi dasar kompetensi siswa di dalam belajar adalah
terutama terletak pada motivasi belajar siswa. Menurut Dr.Clark hal yang menjadi
motivasi yang baik dari orang-orang yang meraih pretasi tinggi di SMA dan
tingkat-tingkat sekolah dasar yang berasal dari keluarga-keluarga yang
berpendapatan rendah. Penelitiannya membimbing pada kesimpulan bahwa yang
membuat perbedaan bagi murid-murid seperti itu adalah bahwa mereka berasal
dari keluarga yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
“Keluarga yang efektif memperlihatkan sejumlah sikap dan kebiasaan yang positif
terhadap anak-anak yang membantu keberhasilan mereka di sekolah dan
dikehidupannyaa” (Wlodkowski,2004:28)
Adapun ciri-ciri keluarga efektif di antaranya :
1. Perasaan kontrol akan kehidupan
Orang tua yang efektif percaya bahwa mereka bisa membuat sebuah
perbedaan dalam perkembangan akademis dan pribadi anak-anaknya. Mereka
tidak kewalahan dengan keadaan mereka. Bahkan ketika mereka hidup dalam
kemiskinan, mereka tetap menjaga suatu harapan. Mereka mendengarkan impian
anak mereka dan memilki waktu berbagi dengan mereka.
2. Sering mengkomunikasikan harapan yang tinggi kepada anak-anak
Artinya bukan menggantungan harapan kosong yang setinggi-tingginya.
Tapi kerap mengkomunikasikan kehidupan yang lebih baik dengan ilmu dan
pengetahuan. Anak-anak tahu bahwa keinginan berhasil di sekolah adalah alasan
dan sikap yang tepat untuk dimilikinya.
3. Impian keluarga untuk berhasil di masa depan
Mereka memiliki pandangan untuk keberhasilan pribadi bagi tiap anak dan
suatu rencana untuk mewujudkan impian tersebut. Anak-anak diberitahu bahwa
pendidikan yang baik adalah bagian utama dari rencana ini.
4. Pandangan bahwa kerja keras merupakan kunci keberhasilan
Orang tua menegaskan bahwa yang utama membuat perbedaan bukanlah
faktor nasib atau keturunan atau penampilan melainkan kerja keras. Anak mereka
percaya keberhasilan akan datang dari motivasi dan komitmen dalam diri mereka
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
5. Sebuah gaya hidup yang aktif
Mereka menyingkirkan kemalasan dan membantu mengarahkan waktu
anak-anak mereka ke dalam aktifitas yang bermanfaat. Mereka mendorong anakanak untuk memanfaatkan sekolah dan sumber-sumber masyarakat ; mereka
mendorong anak-anak mereka untuk bergaul dengan anak-anak yang memiliki
nilai-nilai penghargaan yang sama terhadap kerja dan sekolah.
6. Menetapkan 25 sampai 35 jam untuk belajar di rumah setiap minggu
Termasuk di dalamnya waktu untuk membersihkan rumah dan
membaca di waktu luang.
7. Memandang keluarga sebagai unit sistem pendukung dan pemecahan
masalah
Anak-anak menyadari bahwa mereka dibutuhkan dan bisa memberikan
kontribusi bagi keluarganya.
8.
Memahami
aturan-aturan
rumah
tangga
dengan
jelas
dan
Melaksanakannya Secara Konsisten
Orang tua yang efektif pembatasan-pembatasan dan sanksi yang mereka
tetapkan dengan standar yang pantas. Dalam perselisihan atau konflik, mereka
biasanya memberikan kesempatan pada anak-anak untuk mencari pemecahannya,
serta biasanya dilaksanakan dengan suasana adil dan kasih sayang.
9. Sering berhubungan dengan para guru
Mereka terlibat dalam kelompok-kelompok orang tua dan guru serta dalam
aktivitas-aktivitas sekolah. Mereka bekerja sama dengan para guru memerikasa
kemajuan anak-anaknya. Mereka mencari tahu hal-hal yang dapat mendukung
pelajaran di sekolah melalui aktivitas-aktivitas di rumah. Anak-anak akan melihat
Universitas Sumatera Utara
orang tua dan guru sebagai kekuatan yang bersatu untuk membantu keberhasilan
mereka.
10. Memberi Penekanan pada Pertumbuhan Spiritual
Mereka mendorong dan mengilhami
anak-anak untuk berjuang demi
kedamaian dan cinta dari dalam dirinya. Anak-anak percaya mereka bisa meraih
kekuatan untuk mengatasi rasa takutnya serta menangani konflik-konflik dan
stress.
II.4. Proses Belajar
Selama melakukan proses belajar, guru senantiasa memberikan minat atau
ketertarikan siswa untuk mengikuti proses belajar. Guru juga dapat membantu
menciptakan suasana emosi yang positif. Untuk menciptakan proses belajar yang
efektif, maka terlebih dahulu guru harus mengetahui bagaimana minat dan
motivasi siswa, dan bagaimana merangsang keingintahuan siswa serta
menggunakan teknik – teknik kerjasama di dalam kelas.
II.4.1. Belajar
Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan
peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan, pengulangan dan
perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. Hilgrad mengemukakan
bahwa belajar merupakan proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan
baik di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah (Mulyati, 2005; 5).
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan. Belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu dikarenakan adanya interaksi
individu dengan lingkungan. Ada beberapa kriteria dalam belajar :
a. Belajar adalah aktivitas yang dirancang dan bertujuan
Belajar adalah peristiwa yang dilakukan dengan sadar, dirancang dan
disengaja. Oleh karena itu, belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang
memiliki manfaat dan kegunaan oleh setiap individu yang belajar. Oleh karena itu,
dalam belajar kita harus melihat keterkaitan antara tujuan yang ingin dicapai
dengan manfaat untuk kehidupan.
b. Tujuan belajar adalah perubahan perilaku secara utuh
Belajar bukan hanya menghapal dan mengembangkan kemampuan
intelektual, akan tetapi mengembangkan setiap aspek, baik kemampuan kognitif,
sikap, emosi, kebiasaan dan lain sebagainya. Konsep ini merupakan sistem yang
bekerja secara satu kesatuan, ketika perkembangan intelektual terjadi, maka aspek
psikologis lainnya juga mengikuti.
c. Belajar bukan hanya sebagai hasil, tetapi juga bagian dari proses
Belajar mengembangkan sisi hasil dan sisi proses. Oleh karena itu,
keberhasilan belajar tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai
pelajaran, tetapi bagaimana proses penguasaan itu terjadi. Hal ini ditujukan untuk
menentukan perubahan perilaku yang nonkognitif.
d. Belajar adalah proses pemecahan masalah
Belajar bukan menghafal informasi, akan tetapi proses berfikir untuk
memecahkan masalah. Melalui proses ini diharapkan terjadi pola perubahan
secara utuh, bukan hanya
perkembangan intelektual, tetapi sikap dan
keterampilan.
Universitas Sumatera Utara
II.4.2 Psikologi Belajar
Dalam kegiatan belajar ada beberapa faktor yang terkait dalam proses
belajar. Morgan (1961) memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi
bahwa belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia
yang menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitasi,
kebiasaan, kepekaan, pencetakan, dan hambatan ( Mulyati, 2005: 3).

Asosiasi. Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di
dalam otak, antara hal satu dengan lainnya.

Motivasi. Belajar akan terjadi bila individu memiliki dorongan
dalam diri.

Variabilitasi. Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku
yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu masalah,
tergantung pada stimulus belajar.

Kebiasaan. Belajar akan membentuk suatu kebiasaan yang dapat
digunakan untuk menghadapi situasi berebeda dan memerlukan
pertimbangan.

Kepekaan. Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang
mudah tersentuh dan merupakan penentu keberhasilan belajar.

Pencetakan (imprinting). Dalam hal ini, pencetakan berarti
memperlihatkan hasil belajar yang telah direkam melalui otak.

Hambatan. Dalam proses belajar hambatan bisa terjadi disebabkan
berbagai faktor.
Universitas Sumatera Utara
II.5. Pengertian Pendidikan dan Proses Komunikasi Pendidikan
Pendidikan dan pengajaran berisikan interaksi antara pendidik dengan
terdidik atau antara guru dengan siswa. Interaksi pendidikan atau pengajaran
hampir seluruhnya menggunakan media bahasa, lisan maupun tulisan serta gerak
dan isyarat. Interaksi yang menggunakan bahasa disebut komunikasi. Dengan
demikian, komunikasi memegang peranan yang menentukan dalam proses
pendidikan.
II.5.1. Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik dengan
para pendidik. Interaksi ini disebut dengan interasksi pendidikan, yakni saling
mempengaruhi antara peserta didik dengan para pendidik. Dalam mempengaruhi
ini, peran pendidik sangat besar, karena memiliki kedudukan sebagai orang yang
lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan
keterampilan. Peranan peserta didik lebih banyak menerima pengaruh.
Pendidikan terkait dengan nilai-nilai mendidik yang berarti memberikan
dan menanamkan nilai pada peserta didik. Pada perkembanganya para pendidik
diharapkan menumbuhkan nilai dalam diri peserta didik, yang menempatkan
peserta didik dalam posisi yang lebih aktif dan memiliki peranan sendiri.
Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan
dirinya, yaitu pengembangan semua potensial, kecakapan serta karakteristik
pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkunganya.
Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual telah
dimiliki peserta didik (Sukmadinata,2005:4)
Universitas Sumatera Utara
Bimbingan merupakan upaya atau tindakan pendidikan yang lebih terfokus
pada membantu pengembangan dominan afektif, seperti pengembangan nilai,
sikap, minat, motivasi, emosi, apresiasi dan lain-lain. Pengajaran lebih terfokus
pada pengembangan domain intelektual atau kognitif. Sedangkan latihan lebih
domain pada psikomotorik atau keterampilan. Dalam bimbingan pendekatan atau
metode yang dilakukan bersifat konsultatif dan individual.
Pendidikan berlangsung di sekolah, lingkungan dan keluarga. Ketiga
faktor tersebut sangat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Kemampuan
profesional guru, mutu kurikulum, sarana dan fasilitas pendidikan, biaya, iklim
dan pengolahan sekolah sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan di
sekolah. Keutuhan keluarga, kondisi sosial-ekonomi, kepedulian orang tua serta
kelakuan mereka terhadap anaknya mendasari keberhasilan anak-anak dalam
pendidikan di sekolah
II.5.2. Proses Komuniksi Pendidikan
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi di mana dalam
proses tersebut terlibat
dua komponen yang terdiri atas pengajara sebagai
komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Perbedaan antara komunikasi
dengan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari
efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan
pendidikan
memiliki
tujuan
khusus
seperti
penerangan,
propaganda,
indoktrinisasi, agitasi dan pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah murni untuk meningkatkan pengetahuan
seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya (Effendy,2005;101).
Tujuan tersebut akan tercapai jika prosesnya berlangsung secara komunikatif.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas secara
tatap muka. Karena kelompoknya relatif kecil, meskipun komunikasi yang terjalin
antara pengajar dan peserta didik termasuk dalam komunikasi kelompok (group
communication), namun sewaktu-waktu bisa berubah menjadi komunikasi
antarpersona. Terjadilah komuniksi dua arah atau dialog di mana si pelajar
menjadi komunikan dan komunikator, demikian pula sebaliknya pengajar.
Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap
responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau
tidak diminta. Komunikasi dalam bentuk diskusi saat proses belajar mengajar
sangat efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun di antara pelajar
sendiri sebab mekanismenya menyebabkan si pelajar terbiasa mengemukakan
pendapat secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya.
II.6. Guru
Guru sangat diharapkan menjadi bimbingan dan membantu para siswa,
bukan hanya ketika berada di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Pada dasarnya
peranan guru dalam belajar mengajar diharapkan untuk mengarahkan siswa. Guru
sebagai pendidik menurut jabatan dan menerima tanggung jawab mendidik dari
tiga pihak yakni orang tua, masyarakat dan Negara.
Guru dalam implementasi pengembangan kompetensi siswa memilki
beberapa peranan yakni :
1. Sebagai perencana pembelajaran
Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat memahami kondisi lingkungan
sekolah, kondisi daerah dan karakteristik siswa. Melalui pemahaman itu
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya guru mendesain pembelarajan yang sesuai dengan kondisi lapangan
dan kebutuhan.
2. Sebagai pengelola pembelajaran
Terciptanya kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa,
sehingga siswa tidak merasa terpaksa bahkan tertekan. Oleh karena itu, guru
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, baik iklim sosial maupun
psikologis.
3. Sebagai fasilitator
Guru membantu mempermudah siswa dalam belajar. Sehingga guru perlu
memahami karakteristik siswa serta gaya belajar, kebutuhan dan daya kemampuan
siswa. Guru harus menempatkan diri sebagai orang yang memberikan pengarahan
dan petunjuk agar siswa dapat belajar secara optimal. Guru tidak berperan sebagai
sumber belajar tetapi siswa yang menjadi sentral kegiatan pembelajaran.
4. Sebagai evaluator
Guru berperan dalam melihat keberhasilannya dalam mengajar dan
menetukan ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi.
Penelitian maupun pengalaman klinis memberikan kesaksian bahwa guruguru yang bisa meningkatkan motivasi murid adalah mereka yang memberikan
perilaku profesional yang bisa dipelajari dan memiliki karakteristik yang sebagian
besar berada di bawah kontrol diri mereka sendiri ( Wlodkowski, 2004:33)
II.6.1. Guru Bimbingan dan Konseling (BK)
Guru BK (Bimbingan Konseling) merupakan suatu perangkat lain di
lingkungan pendidikan yang membantu memenuhi kebutuhan siswa di luar
Universitas Sumatera Utara
lingkungan belajar di kelas. Dalam dunia pendidikan, ada beberapa macam
definisi dari kata bimbingan maupun konseling.
Bimbingan dapat diartiakn sebagai berikut :

Bimbingan ialah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan.

Bimbingan ialah pendidikan yang berorientasi kebutuhan individu.

Bimbingan ialah pendidikan yang memakai pendekatan dan metode yang
disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Bimbingan ialah pertolongan yang berusaha membebaskan individu dari
hambatan-hambatan, hingga individu itu dimungkinkan mengikuti proses
pendidikan dengan baik dan berhasil.
Sedangkan kata konseling yang secara etimologi berasal dari bahasa latin
consilium dan berarti dengan atau bersama yang diartikan sebagai kegiatan di
mana semua faktor dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada
masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh individu yang bersangkutan di mana ia
deberi bantuan pribadi secara langsung untuk memecahkan masalah tersebut
(Sembiring, 2004: 6). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa
Bimbingan Konseling merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam
membantu seseorang memecahkan masalah yang dihadapinya yang disesuaikan
dengan kebutuhan individu tersebut.
Dikaitkan dengan pelayanan bimbingan di sekolah, dapat dikemukakan
beberapa fungsi dari Bimbingan dan Penyuluhan, yakni :
1. Fungsi Pemahaman
Tugas pembimbing adalah mengetahui siapa dan bagaiman individu yang
dibimbing itu. Sehingga guru berusaha memahami dan mengungkapkan apa
Universitas Sumatera Utara
masalah dan kesulitan yang dihadapi siswa serta bagaimana kekuatan-kekuatan
dan kelemahannya.
2. Fungsi Pencegahan
Pelayanan bimbingan dan Konseling merupakan usaha pencegahan terhadap
timbulnya masalah. Dalam hal ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi
para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang menghambat.
3. Fungsi Penyaluran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, para siswa perlu dibantu
agar memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini bimbingan
konseling membantu siswa mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya
masing-masing. Bentuk kegiatannya antara lain : memperoleh jurusan yang tepat,
penyusunan program belajar, pengembangan bakat dan minat, perencanaan karir.
4. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang
berfungsi
untuk
membantu
terciptanya
penyesuaian
antara
siswa
dan
lingkungannya. Fungsi ini memiliki dua arah yakni ; arah pertama, adalah bantuan
kepada para siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah.
Kedua , adalah bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai
dengan keadaan masing-masing siswa.
5. Fungsi Perbaikan
Merupakan fungsi lanjutan dari fungsi-fungsi pemahaman, penyaluran
maupun penyesuaian. Pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan itu
dapat bersifat perorangan atau kelompok langsung berhadapan dengan siswa yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan atau melalui orang lain, misalnya orang tua melalui pengubahan
lingkungan.
6. Fungsi Pengembangan
Funsi pengembangan berarti layanan yang diberikan kepada siswa untuk
membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
lebih terarah dan mantap. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah
bersifat positif dijaga agar tetap baik, sehingga siswa dapat mencapai
perkembangan kepribadian secara optimal.
Guru Bimbingan dan Konseling memilik kedudukan dan peranan yang
sama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada
lingkup operasi serta titik berat pendekatan metodenya. (Sembiring, 2004:17)
Universitas Sumatera Utara
Download