BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan juga tawar menawar harga. Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu pasar modal sangat tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk mengkoordinasikan modal, dukungan teknis, dan sumber daya manusia dalam pengembangan Pasar Modal, diperlukan suatu kepemimpinan yang efektif. Perusahaan-perusahaan harus menjalin kerja sama yang erat untuk menciptakan pasar yang mampu menyediakan berbagai jenis produk dan alternatif investasi bagi masyarakat. Di pasar modal terdapat berbagai macam informasi, seperti laporan keuangan, kebijakan manajemen, prospektus, saran dari broker, dan informasi lainnya. Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995 adalah, ”Pasar modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. 8 Menurut Husnan (2009:1), “Pasar modal adalah pasar bagi instrument financial misal obligasi dan saham jangka panjang (lebih dari satu tahun jatuh temponya)”. Terdapat dua macam pasar modal yaitu, pasar modal perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar perdana adalah tempat penjualan surat berharga baru dari perusahaan (emiten) kepada masyarakat melalui sindikasi penjaminan, sebelum surat berharga tersebut diperdagangkan di Bursa Efek. Sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi efek yang telah dicatatkan di bursa, yang merupakan kelanjutan dari pasar perdana. Menurut Hariyani dan Serfianto (2010:8), “Pasar modal adalah pasar tempat memperdagangkan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, misalnya saham (ekuiti/ penyertaan), obligasi (surat utang), reksadana, produk derivatif, maupun instrumen lainnya”. Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2009:1), “Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bias diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, maupun instrument lainnya”. Menurut Syahyunan (2011:2), “Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, surat berharga/ klaim jangka pendek maupun jangka panjang, baik yang langsung maupun yang tidak langsung”. Berdasarkan pendapat diatas, dapat dirangkai bahwa pasar modal adalah pasar tempat mempertemukan antara penjual dan pembeli efek. Dimana yang diperdagangkan adalah saham, obligasi, reksadana, produk derivatif, maupun instrumen lainnya. 9 2.1.1 Efek Menurut Husnan (2009:4), “Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya surat pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue), waran (warrant), unit penyertaan kontrak, kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap turunan (derivatif) dari efek. Pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum disebut Emiten”. 2.1.2 Efek Yang Diperdagangkan di Pasar Modal Efek yang diperdagangkan di pasar modal adalah: 1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. 2. Saham Preferen Yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa , karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 3. Obligasi Obligasi adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. 10 4. Obligasi Konversi Obligasi konversi adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut, akan tetapi obligasi konversi memiliki keunikan yaitu obligasi ini dapat dikonversi atau ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. 5. Right Right atau hak untuk memesan efek terlebih dahulu (HMETD) merupakan surat berharga yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menukarnya menjadi saham biasa. HMETD diberikan kepada pemegang saham sehubungan dengan proses pengeluaran saham baru atau yang dikenal dengan istilah right issue. Ketika terjadi right issue maka pemegang saham lama memiliki hak lebih utama atas saham baru yang dikeluarkan perusahaan. 6. Waran Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanaya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun, setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham maupun waran diperdagangkan secara terpisah. 11 7. Reksa Dana Dilihat dari asal katanya, reksa dana berasal dari kata reksa yang berarti jaga atau pelihara dan kata dana yang berarti kumpulan uang, sehingga reksa dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan). Umumnya reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestsikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. 8. Kontrak Opsi Saham Opsi adalah bentuk surat berharga derivative (turunan). Opsi merupakan sebuah kontrak antara dua pihak dimana pihak yang membeli kontrak disebut taker mempunnyai hak, namum bukan kewajiban, untuk menjual atau membeli instrument yang menjadi dasar dari kontrak tersebut, misalnya saham. Dengan demikian, opsi tersebut disebut dengan opsi saham (stock option) untuk mendapatkan hak tersebut, maka pihak taker membayar sebuah premi kepada penjual kontrak (writer). 9. Surat Utang Negara Surat Negara yang berupa surat pengakuan hutang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Reublik Indonesia sesuai masa berlakunya 10. Surat Berharga Syariah Negara Surat Berharga Syariah Negara atau sukuk ritel adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar 12 pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/ fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. 2.1.3 Manfaat Pasar Modal Manfaat dari pasar modal antara lain: 1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkingnkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana bagi investor untuk berinvestasi sekaligus memungkinkan usaha untuk diversivikasi. 3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi trend ekonomi negara. 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai ke lapisan masyarakat menengah. 5. Menciptakaan lapangan kerja/ profesi yang menarik. 6. Memberi kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik. 7. Alternativ investasi yang meberikan keuntungan dengan resiko yang bias diperhitungkan melalui keterbukaan, liquiditas dan diversivikasi. 8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial. 9. Mendorong iklim pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaaan manajemen professional dan penciptaan iklim usaha yang sehat. 13 2.2 Pemahaman Mengenai Saham Definisi saham menurut Basir (2008) adalah, “merupakan surat berharga yang menunjukan kepemilikan seorang investor di dalam satu perusahaan”, artinya jika seorang investor membeli suatu saham, berarti ia menyertakan modal pada perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. Menurut Bandi (2009:96), “Saham adalah tanda penyertaan, andil, atau kepemilikan seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan”. Menurut Listriani, Mahardika dan Situmorang (2010:1), “Saham adalah surat berharga (efek) yang berbentuk sertifikat guna menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan”. Menurut Hariyani dan Serfianto (2010:198), “ Saham (share/ stock/ andeel / andil) adalah tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas”. Sedangkan menurut Suwandi (2010:31), “saham adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan”. Menurut Husnan (2009:29) sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Menurut PSAK No. 42, saham/efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, obligasi, tanda bukti utang, dan unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Menurut Darmadji & Fakhrudin (2009), “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas”. 14 Menurut Muchlisin (2009), “Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas, dalam bentuk selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut”. Menurut Riadi (2010), “Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis saham (efek ekuitas) - dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary market) atau pasar sekunder (secondary market)”. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dirangkai bahwa saham adalah surat berharga (efek) yang berbentuk sertifikat yang berfungsi sebagai tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas. 2.2.1 Jenis Saham Menurut Bandi (2009:93), saham dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, saham bonus (bonus shares), saham preferen (preferred stock), saham biasa (common stock). 1. Saham Bonus (Bonus Shares) Saham bonus adalah saham yang berasal dari kapitalisasi agio saham. Agio saham itu sendiri adalah selisih antara harga saham saat penawaran umum dengan harga nominal saham. Dengan kata lain, saham bonus merupakan agio saham yang dikembalikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus. 15 2. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen adalah produk hybrid alias saham campuran antara saham biasa dengan efek pendapatan karena pemilik saham akan mendapat pendapatan tetap yang dibagikan secara rutin dalam bentuk deviden. Karena saham ini menjanjikan deviden tetap, maka dalam emisi saham ada penyisihan sebagian keuntungan atau provosi yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk pemegang saham. 3. Saham Biasa (CommonStock) Saham biasa (biasa disebut saham) adalah saham dimana pemegang saham yang memilikinya mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal yang ditanamkan. 2.2.2 Ditinjau dari Kinerja Perdagangan Menurut Darmadji & Fakhrudin (2009), ditinjau dari keinerja perdagangan saham dapat dibedakan menjadi lima yaitu: 1. Saham Unggulan (Blue chip stock) Saham ini dikenal sebagi kategori saham unggulan dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. Saham blue chips memang senantiasa menjadi barang dagangan yang favorit di bursa efek.Banyak orang yang menyukai saham ini karena dirasa memiliki kualitas yang prima, oleh karena itu saham jenis ini mudah untuk dilempar ke pasaran. 2. Saham Pendapatan (income stock) Saham jenis ini adalah saham yang memberikan divden relatif tinggi. Hal ini biasanya terjadi karena perusahaan yang mengeluarkan jenis saham ini berada pada tingakatan mature sehingga tidak membutuhkan biaya ekspansi yang besar. 16 3. Saham Pertumbuhan (Growth Stock) Secara umum saham jenis ini memilikipertumbuhan laba dan pendapatan yang secara rata-rata lebih tinggi dari pada pertumbuhan industrinya. Biasanya perusahaan yang mengeluarkan saham golongan ini mempunyai PER yang relatif tinggi dan DPR (Dividend Payout Ratio) yang kecil. 4. Saham Spekulatif (Speculative Stock) Saham jenis ini adalah saham yang secara umum tidak terus menerus dalam memberikan deviden. Hal ini karena perusahaan juga secara tidak konsisten membukukan perbaikan laba dan pendapatan. Saham jenis ini memiliki resiko yang tinggi namun juga memiliki return yang besar. Ketidak konsistenan kinerja saham ini karena perseroan yang masih mengembangkan produk baru.\ 5. Saham Siklikal (Cyclical Stock) Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum, perusahaan yang memiliki saham jenis ini umumnya menikmati kemakmuran hanya pada musim-musim tertentu. Contohnya perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan mengalami penjualan pesat menjelang tahunajaran baru. 2.2.3 Keuntungan Berinvestasi Saham Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh seorang investor dengan menginvestasikan modalnya dalam investasi saham, antara lain: 1. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal 17 ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. 2. Capital gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. 2.2.4 Resiko Berinvestasi Saham Saham dikenal dengan karakteristik high risk-return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian dalam waktu singkat. 2.2.4.1 Resiko Investor yang Memiliki Saham Ada beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh seorang investor dalam berinvestasi di pasar modal, yaitu: 1. Tidak mendapat dividen, perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan dan mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk membagikan dividen. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan 18 demikian pula, potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital Loss, dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian pemodal mengalami capital loss. 3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan atau di delist. 4. Saham didelist dari bursa (Delisting), seperti yang sudah dibahas, risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek. Suatu saham perusahaan didelist dari Bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa. 5. Saham disuspend, risiko lain yang juga mengganggu para pemodal untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di suspend alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. 19 2.3 Aksi Korporasi (Corporate Action) Menurut Darmadji & Fakhrudin (2009:47), “Aksi korporasi adalah merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun terhadap haga saham di pasar”. Menurut Darmaji memberikan difinisi: Corporate Action merupakan aktivitas emiten yang signifikan dan mempengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang bergerak dipasar. Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) ataupun RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa), hal ini penting karena kebijakan yang akan diambil disamping akan mempengaruhi jumlah dan harga yang ada dipasar juga akan mempengaruhi para pemegang sahamnya, sehingga persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk efektifnya suatu action 2.3.1 Aksi Korporasi dan Kepentingan Pemegang Saham Aksi korporasi merupakan istilah di pasar modal yang menunjukan aktifitasstrategi emiten atau perusahaan tercatat (listed company) yang berpengaruh terhadap kepentingan pemegang saham. Pengaruh tersebut dalam wujud jumlah saham yangberedar maupun harga saham. Beberapa bentuk aksi korporasi yang biasa dilakukanemiten antar lain: pembagian dividen, pemecahan saham, penyatuan saham, saham bonus, penawaran umum terbatas, private placement dan pembelian kembali saham. 20 Selain itu aksi korporasi juga mencakup aksi strategi emiten lainnya seperti: merger, akuisisi, spin off, penawaran umum perdana (IPO), secondary offering maupun additional listing seperti konversi saham baik dari waran, right, ataupun obligasi. Kebijakan itu dapat dilakukan terpisah ataupun terikat antara satu dengan yang lainnya tergantung dari keputusan pemegang saham tersebut. Aksi korporasi merupakan aktivitas emiten yang menarik perhatian pelaku pasar seperti analis saham, manager investasi, manajer dana (fund manager), investor, atau pemegang saham. Umumnya pihak-pihak yang barkepentingan akan mencermati dengan seksama setiap langkah yang dilakukan manajemen emiten dalam proses aksi korporasi baik sejak rencana hingga proses pelaksanaanya. Pemegang saham berkepentingan dengan aksi korporasi karena beberapa hal seperti: 1. Perubahan komposisi kepemilikan dan dilusi saham. Sebuah aksi korporasi dapat mengakibatkan berubahnya komposisi pemegang saham serta dapat menurunnya persentase kepemilikan (dilusi saham), sebagai contoh, jika pemegang saham/ investor tidak mengambil bagian dalam rangkaian right issue. 2. Dana tambahan. Pemegang saham tidak selalu memiliki dana tambahan untuk turut serta dalam sebuah aksi korporasi, misalnya pada right issue 3. Perubahan permodalan perusahaan. Aksi korporasi yang menyangkut perubahan saham dapat berakibat pada perubahan pada sisi modal sendiri (ekuitas), dan dapat berdampak pada perubahan indikator yang berkaitan dengan permodalan. 4. Jumlah saham beredar. Jumlah saham beredar dapat berubah, bertambah atau berkurang secara cukup signifikan di pasar. Hal tersebut tentu saja dapat 21 berpengaruh terhadap kinerja saham atau likuiditas perdagangan saham. Faktorlain yang terpengaruh atas perubahan jumlah saham beredar adalah perubahan laba per saham (earning per share). 5. Harga saham. Aksi korporasi dapat berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham di pasar; dimana harga saham merupakan perhatian utama bagi pemegang saham khususnya investor yang aktif memperdagangkan sahamnya terlebih bagi investor dengan horizon waktu yang pendek atau lebih ekstrem lagi bagi investor yang memperdagangkan sahamnya dalam kurun waktu harian (day-trader). 6. Dividend. Bagi pemegang saham atau lebih khusus lagi pemegang saham dengan kurun waktu jangka panjang (long term investmen) atau investor institusi makasuatu aksi korporasi yang dilakukan emiten misalnya merger atau peningkatan modal dapat berakibat pada peningkatan profitabilitas yang berarti peluang dividen yang lebih besar. 7. Likuiditas. Hal ini mencerminkan laju perdagangan saham atau sejauh mana suatu saham aktif atau tidaknya diperdagangkan. Pada titik ekstrim terdapat beberapa saham yang tidak aktif diperdagangkan dalam kurun waktu tertentu atau dikenal sebagai saham tidur. Penyebab tidak likuidnya suatu saham dapat disebabkan oleh kinerja emiten tersebut, namun dapat pula disebabkan harga saham yang terlalu tinggi. Pada titik lainnya terdapat beberapa saham yang selalu aktif diperdagangkan sehingga memudahkan investor dalam melakukan jual danbeli. Investor khususnya jangka pendek berkepentingan dengan likuiditas suatu saham, karena hal tersebut memungkinkan terciptanya peluang capital gain bagi investor. Aksi korporasi misalnya pemecahan saham dapat berakibat pada 22 meningkatnya likuiditas perdagangan saham, yang tentunya merupakan hal positif bagi investor. 8. Strategi investasi. Setiap investor baik institusi maupun peorangan memiliki preferensi berbeda baik peluang keuntungan (return) maupun potensi kerugian atau resiko (risk). Preferensi tersebut tercermin dalam strategi yang dijalankan investor. Ada investor yang memegang saham untuk kurun waktu yang lama dimana fokusnya adalah dividen, sementara investor lainnya dengan horizon waktu jangka pendek daimana yang menjadi fokusnya adalah capital gain. Bahkan ada investor yang keputusan atau perputaran investasinya di dasarkan pada kurun waktu tertentu. Misalnya ada investor yang memutar investasinya setiap tiga bulanan, maka apaun kondisinya dia akan melakukan rotasi atas saham-sahamnya dalam kurun waktu tersebut. Strategi investasi yang berbeda tentuakan memandang aksi korporasi dalam sudut pandang dan kepentingan berbeda. Sebagai contoh, pada day trader tidak berkepentingan dengan rencana emiten untuk membagikan dividen. 9. Portofolio investasi. Manager investasi suatu portofolio berkepentingan bagaimana meningkatkan nilai portofolio investasi yang dikelolanya. Nilai atau kinerja potofolio sangat ditentukan sumbangan nilai yang diberikan salah satu komponen portofolio tersebut, misalnya sebagian saham dalam portofolio tersebut merupakan saham sector perbankan. Manager investasi tersebut tentu berkepentingan jika salah satu saham yang dikelola akan melaukan right issue terlebih dalam kurun waktu yang sama, manager investasi dihadapkan dengan beberapa rencana aksi korporasi atas saham-saham yang dikelolanya. 23 2.4 Dividen Menurut Darmadji & Fakhrudin (2009:31), “Dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan RUPS. Dividen dapat berbentuk tunai (cash dividend) atau saham (stock dividend)” Ukuran yang menentukan proporsi laba yang diinvestasikan kembali biasa adalah retention ratio. Retention ratio diproleh dari = 1 – dividend payout ratio. 2.4.1 Jenis-jenis Dividen Menurut Bandi (2009:98), dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis: 1. Cash Dividen ialah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang saham perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividen. Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang saham yang nama tercatat dalam daftar pemegang saham. Pembayaran dividendapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau melalui pihak lain umpama bank. 2. Script Dividen adalah suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut kepada yang berhak. Script dividen seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba dimana 24 perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang cash yang cukup untuk membayar dividen cash. 3. Property Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk barang-barang (tak berupa uang tunai ataupun (modal) saham perusahaan). 4. Liquidating Dividen adalah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham dimana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran bagian laba (Cash Dividen) sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut. 5. Stock Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang jenis sama maupun yang jenis berbeda. Dari beberapa jenis dividen tersebut, jenis dividen yang sering dibagikan adalah dividen tunai dan dividen saham. Dari keduanya dividen tunai merupakan yang lebih sering dibagikan perusahaan, dan merupakan dividen yang di sukai pemegang saham. 2.4.1.1 Dividen Tunai Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. 689/BL/2011, syarat-syarat dilakukannya dividen tunai, antara lain: 25 1. Memiliki dana kas yang cukup, sebelum merencanakan membagi dividen dalambentuk kas, emiten harus memiliki dana kas yang cukup. Jika dividen yang dibagikan cukup besar dan emiten tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar dividen dalam satu kali pembayaran, emiten dapat mempertimbangkan untuk melakukan pembayaran secara bertahap. Yang perlu diperhatikan bahwa ketentuan yang ada saat ini, dividen wajib dibayarkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari bursa setelah tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai (peraturan perdagangan efek PTBursa Efek Jakarta Nomor II-A.1 tentang ketentuan umum perdagangan efek dibursa efek jakata huruf C.7.e) 2. Memiliki saldo laba ditahan yang cukup, sumber dividen tunai adalah laba ditahan. Untuk dapat membagi dividen tunai, tentunya perusahaan harus memiliki saldo laba ditahan yang cukup. 3. Telah disetujui RUPS, rencana pembagian dividen hanya dapat dilakukan jika telah disetujui RUPS. Jika RUPS telah menyetujui untuk membagikan dividen tunai, maka perusahaan sudah harus mengakui adanya kewajiban dividen tersebut. 2.4.1.2 Dividen Saham Jika emiten ingin membagikan dividen tetapi tidak memiliki dana kas yang cukup, emiten dapat mempertimbangkan untuk membagi dividen saham. Dengan membagi dividen saham, perusahaan mendapat manfaat berupa saving kas sehingga dana kas tersebut dapat dipakai untuk tujuan lain, namun disisi lain pemegang saham juga dapat menikmati berupa tambahan saham walaupun secara real nilai investasinya 26 tidak berubah. Disamping itu ada beberapa tujuan yang melatarbelakangi dibagikannya dividen saham: 1. Meningkatkan jumlah modal disetor perusahaan, dengan dibagikannya dividen saham, berarti perusahaan mengurangi saldo akun laba ditahan dan ditransfer keakun modal saham biasa. Dengan demikian, perusahaan dapat memiliki struktur modal yang lebih kuat. 2. Meningkatkan likuiditas perdagangan saham, dibagikannya dividen saham berakibat jumlah saham yang beredar akan bertambah. Bertambahnya jumlah saham ini, secara teoritis akan menurunkan harga pasar saham setelah dibagikan dividen saham. Semakin banyak saham beredar akan membuat harga saham semakin murah dan mendorong peningkatan likuiditas perdagangan saham. Syarat-syarat pembagian dividen saham: 1. Memiliki saldo laba ditahan yang cukup. Sebagai mana dividen tunai, dividen saham juga berasal dari pembagian laba di tahan. Perbedaan pengaruh dividen saham dengan dividen tunai adalah pada dividen saham tidak ada arus kas yang keluar dari perusahaan dan hanya pemindahan dari akun laba ditahan menjadi modal saham, sedangkan pada dividen kas perusahaan harus mengeluarkan kasuntuk dibagikan pada pemegang saham. Dengan demikian apabila perusahaan ingin membagikan dividen saham, saldo laba ditahan harus mencukupi untuk pembagian dividen saham dimaksud. 2. Telah disetujui oleh RUPS, sebagaimana dividen tunai, pembagian dividen saham juga harus disetujui oleh pemegang saham dalam RUPS. 27 3. Harga teoritis saham memenuhi ketentuan bursa. Dalam peraturan pencatatan PT Bursa Efek Jakarta Nomor I-A tahun 2004 tentang pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan, huruf V.3.2. dinyatakan “harga teoritis saham hasil tindakan penerbitan saham baru sekurang-kurangnya Rp.100 (seratus rupiah). Selanjutnya pada huruf V.3.3. dinyatakan “harga teoritis dihitung bersarkan rata-rata harga penutupan saham perusahaan yang bersangkutan selama 25 (dua puluh lima) hari bursa berturut-turut di pasar regular sebelum mengenaiakan perusahaan dilakukannya tercatat Rapat melakukan Umumm iklan Pemegang pengumuman Saham yang mengagendakan pembagian dividen.” 2.4.2 Dividen Interim dan Final Mengacu pada pendapat basir et al. dividen interim atau dividen sementara adalah dividen yang dibayarkan pada tahun berjalan sebelum pembukuan perusahaan ditutup. Dividen interim ini akan diperhitungkan sebagai bagian dari dividen final, sementara dividen final adalah dividen yang dibagiakan setelah pembukuan perusahaan ditutup dan merupakan dividen akhir untuk tahun buku yang bersangkutan. 2.4.3 Jadwal yang Berkaitan dengan Pembagian Dividen Salah satu faktor yang perlu di perhatikan khususnya para investor, adalah mengenai jadwal yang berkaitan dengan pembagian dividen serta jadwal lainnya yang berkaitan dengan dividen, misalnya kapan sebaiknya membeli suatu saham sehigga mendapat kesempatan untuk mendapatkan saham yang tercatat sebagai pemegang saham 28 yang berhak mendapatkan dividen. Berkaitan dengan jadwal pembagian dividen, terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui,yaitu: 1. Tanggal pengumuman (declaration date), merupakan tanggal pengumuman pembagian dividen yang disampaikan emiten 2. Cum-dividens date, merupakan tanggal terkait perdagangan saham yangmasih mengandung hak untuk mendapatkan dividen (baik tunai maupun saham) 3. Ex-dividend date merupakan tanggal dimana perdagangan saham sudah tidak mengandung hak untuk mendapatkan dividen. Jadi jika membeli pada tanggal ini atau sesudahnya, maka saham tersebut sudah tidak membagikan dividen. Sebaliknya, jika seseorang ingin menjual saham dan masih ingin mendapatkan hak dividen, maka harus menjual pada ex-dividend date atau sesudahnya. 4. Tanggal pencatatan (recording date), merupakan tanggal pencatatan atau tanggal penentuan para pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. 5. Tanggal pembayaran (dividend payment), merupakan tanggal pembayaran dividen kepada pemegang saham yang berhak. 2.4.4 Pengaruh Cum dan Ex-dividend pada Harga Saham Secara umum pembagian dividend tunai direspon positif oleh investor, apalagi jika dividen yang dibagikan cukup besar. Harga saham perusahaan yang membagikan dividen umumnya jika dianggap tidak ada faktor lain yang berpengaruh akan naik sesuai ke tingkat wajarnya sesuai dengan besarnya dividen yang dibagikan sampai dengan tanggal cum-dividend namun diperhitungkan juga pajak atas dividen sebesar 10% sesuai Pasal 1 Undang- Undang No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Namun jika telah 29 memasuki tanggal ex-dividend, maka harga saham umumnya akan terkoreksi kembali (karena pembelian saham pada tanggal ex-dividend tidak lagi berhak menerima dividen). 2.4.5 Pengaruh Dividen terhadap Harga Saham Jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh suatu perusahaan akan diperhitungkan oleh investor (khususnya investor jangka panjang) dalam memilih saham yang akan dibeli. Hal ini karena jumlah dividen diperhitungkan sebagai salah satu dalam penentuan imbal hasil yang disaratkan (required rate of return). 2.4.6 Dividen Payout Ratio dan Dividen Yield Rasio pembayaran dividen dividend payout ratio – (DPR) merupakan rasio yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan. Jika rasio pembayaran dividen dihitung dalam basis per lembar saham, maka rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: DPR = Sedangkan imbal hasil dividen (dividend yield – DY) digunakan untuk mengukur jumlah dividen per saham relatif terhadap harga pasar yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin besar dividend yield, maka akan semakin menarik bagi investor. Dividend yield dihitung dengan rumus sebagai berikut: DY = 30 2.5 Penilaian Harga Saham Penilaian atas saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, aset perusahaan, variabilitas laba dan sebagainya. Secara umum ada dua analisis yang sering digunakan dalam melakukan analisis saham, yaitu analisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental (fundamental analysis). 1. Analisis teknikal Menurut Bandi (2009:129), ”Analisis teknikal adalah suatu studi dan seni yang dipakai untuk memahami kecenderungan harga yang akan datang dengan menggunakan chart maupun perhitungan matematis”. Menurut Listriarni, Mahardika dan Situmorang (2010:45), “Analisis teknikal adalah analisis yang mengacu pada pola pergerakan harga saham berdasarkan historis dan data statistik”. Menurut Vibby (2010:37), “Analisis teknikal adalah analisis yang melakukan penelitian yang medasari kombinasi antara studi nilai harga (nilai harga pembukaan, nilai harga tertinggi/terendah, dan nilai harga penutupan) dengan menggunakan grafik-grafik /chart yang terbentuk sebagai peta utama untuk menentukan langkah-langkah berikutnya”. Menurut Husnan (2009:29), “Analisis teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan indeks harga saham gabungan”. Menurut Tryfino (2010:18), “Analisis teknikal adalah metode analisis yang berdasarkan pergerakan harga saham sesuai dengan kemungkinan teknis dari historikal data statistik 31 pergerakannya pada jangka waktu tertentu”. Menurut Veter (2010:146), “Analisis teknikal adalah analisis yang tanpa perlu melihat laporan keuangan perusahaan, cukup tampilan dan grafik harga pada layar”. Menurut Pring (2008:2), “Technical analysis is to identify a trend reversal at a relatively early stage and ride on that trend until the weight of the evidence shows or proves that the trend has reserved”. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dirangkum bahwa analisis teknikal adalah suatu metode analisis yang meramalkan pergerakan harga saham dengan menggunakan garfik /chart maupun perhitungan matematis. Analisis teknikal pertama kali dipopulerkan oleh Charles Dow dan dikenal dengan prinsip Teori Dow / dow theory pada akhir abad 19 dan sumbangan Charles Dow dalam analisis teknikal yang digunakan pada saat ini sungguh tidak dapat diabaikan. Dalam teori dow disebutkan bahwa pergerakan suatu bursa saham/ indeks, bergerak secara parallel bersamaan dengan mayoritas saham-saham uang terdapat didalamnya. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, dari pada apa yang seharusnya terjadi. 2. Analisis Fundamental Widoatmodjo (2009:263) menyatakan bahwa “Analisis fundamental sebenarnya merupakan metode analisis saham dengan melakukan penilaian atas laporan keuangan”. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2009:189), “Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan”. Dengan demikian analisis fundamental 32 merupakan analisis yang berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai suatu saham. Analisis fundamental mencoba memperhitungkan harga saham di masa yang akan dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah : pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian ekuitas, margin laba, dan data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Dalam analisis fundamental terdapat dua model penilaian terhadap nilai saham yang sering digunakan para analisis sekuritas menurut Kamaruddin (2008:81), yaitu: • Pendekatan nilai sekarang Pendekatan nilai sekarang atau disebut juga dengan kapitalisasi laba (capitalization of income method), melibatkan proses kapitalisasi nilainilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya bahwa nilai perusahaan bergantung pada prospek perusahaan di masa datang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masa depan, maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskotokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang. 33 • Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Alternatif lain selain menggunakan arus kas atau dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang populer adalah dengan menggunakan nilai pendapatan untuk memperkirakan nilai intrinsik, yaitu dengan pendekatan Price Earnings Ratio (PER), atau disebut juga dengan earnings multiplier. 2.5.1 Pendekatan CAPM Satu pendekatan untuk mengestimasi biaya ekuitas biasa adalah dengan menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Pengertian Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah merupakan teori hubungan antara resiko dan pengembalian yang menyatakan bahwa ekspetasi premi resiko segala sekuritas sama dengan betanya dikali premi resiko pasar. CAPM memiliki interpretasi sederhana: ekspetasi diminta oleh investor tergantung pada dua hal: (1) Kompensasi nilai waktu uang (tingkat bebas resiko) dan (2) premi resiko, yang bergantung pada beta dan premi resiko pasar (Brealey et al. 2008:333). Menurut Bandi (2009:147) langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan CAPM adalah: 1. Mengestimasi tingkat bebas resiko (Rf). Tingkat bebas resiko biasanya diambildari tingkat suku bunga bank Indonesia (BI rate) 2. Mengestimasi koefisien beta saham. dan menggunakan sebagai indeks resikosaham. 3. Mengestimasikan tingkat pengembalian yang di syaratkan dari pasar. 34 4. Mengestimasi nilai-nilai di atas ke dalam persamaan CAPM untuk mengestimasitingkat pengembalian yang diminta dari saham yand dipertanyakan Ks = Rf+[(Rm-Rf) x beta) 2.5.2 Analisis Rasio Keuangan Salah satu cara untuk menilai harga wajar dari suatu perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Dengan menggunakan analisis ini kita dapat mengetahui kinerja dari suatu perusahaan. Rasio yang dapat digunakan dalam menganalisis nilai wajar saham dari suatu perusahaan, antara lain: 1. Erning Per Share (EPS) Rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profaitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja mengakibatkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. EPS dapat dihitung dengan rumus: EPS = 2. Price Erning Ratio (PER) PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Sebagai contoh, jika suatu saham memiliki PER sebesar 10 kali, berarti pasar menghargai sepuluh kali atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Bagi investor semakin kecil 35 PER suatu saham, semakin bagus karena saham tersebut termasuk dalam katagori murah. PER dihitung dengan rumus berikut: PER = 3. Price Book Value (PBV) PBV menurut wetson et al adalah “rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini memberikan indikasi lain bagaimana investor memandang suatu perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas ekuitasnya tinggi biasanya dengan penggandaan nilai buku yang lebih tinggi dari pada perusahaan lain yang tingkat pengembaliannya rendah” (h.306). PBV dihitungdengan rumus: PBV = 4. Return on Equty (ROE) Menurut Weygandt et al. ROE adalah “show how many dollars of net incomewere erned for each dollar invested by the owners” (p.780). Jadi ROA mengukur tingkat pengembalian yang diperoleh para pemegang saham dari tiap dolar/ rupiah yang diinvestasikan , sehingga makin tinggi rasio ini minat investor untuk membeli saha perusahaan semakin tinggi. 2.5.3 Dividend Discount Model (DDM) Shape (1990) mengenalkan suatu teori untuk menentukan nilai intrinsik dari suatu saham didasarkan atas pendapatan perusahaan yang dibayarkan dalam bentuk 36 dividend. Ia juga memperkenalkan konsep discounting dalam teorinya yang pada dasarnya merupakan proses menilai aliran pendapatan dimasa yang akan datang (dividen) pada saat sekarang. Teori ini kemudian terwujud dalam rumusan DDM. Dividend discount model (DDM) adalah suatu rumusan valuasi yang banyak diterima dan digunakan oleh buku teks keuangan dan investasi saat ini. Berdasarkan DDM harga saham adalah nilai saat ini dari keseluruhan dividen yang akan diterima pemegang saham secara perpetuity. Perhitungan nilai intristik dengan rumusan DDM tidak hanya berfokus pada dividen saja melaikan juga memperhitungkan capital gain. Capital gain ini direfleksikan pada harga terminal value saat saat saham tersebut dijual. Terminal value ditentukan dengan mempertimbangkan perkiraan dividen dimasa yang akan datang secara perpetuity. Dividen Discount Model (DDM) kemudian dikembangkan menjadi tiga model, yaitu model pertumbuham tetap, model tanpa pertumbuhan dan model dengan beberapa pertumbuhan. 1. Model Pertumbuhan Tetap Stable model merupakan variasi DDM yang biasa diterapkan pada perusahaan yang diprediksi mengalami pertumbuhan yang stabil dalam jangka panjang. Biasanya penggunaan model ini disertai dengan asumsi bahwa perusahaan tumbuh sesuai nominal growth dari perekonomian suatu Negara (tingkat inflasiditambah real growth dari perekonomian). Stable model lebih dikenal dengannama Gordon growth model karena variasi DDM ini ditemukan oleh Myron Godon, seorang professor dari university of Toronto. Perhitungan nilai interinsik perusahaan dengan stable model menggunakan rumus berikut: 37 V= Dengan Do = dividen yang diterima g = tingkat pertumbuhan dividen perusahaan k = tingkat pengembalian yang di syaratkan 2. Model Tanpa Pertumbuhan Model ini mengasumsikan bahwa laba perusahaan tiap tahun menghasilkan jumlah laba yang sama. Dengan kata lain tidak ada pertumbuhan laba perusahaan, hal tersbut akan mengakibatkan deviden yang diberikan perusahaan selalu tetap setiap tahunnya atau tidak ada pertumbuhan dividen. Mdoel DDM tanpa pertumbuhan dapat dihitung dengan rumus: V= Dengan V= nilai intrinsik saham Do=dividen Ks=tingkat pengembalian yang di syaratkan 3. Model Pertumbuhan Tidak Tetap Model pertumbuhan tidak tetap merupakan bentuk DDM yang dianggap paling rasional untuk dapat diterapkan dalam dunia nyata. Dikatakan paling rasional karena penggunaan model pertumbuhan tidak tetap disertai dengan asumsi bahwa perusahaan akan mengalami pertumbuhan tinggi yang kemudian akan diikuti 38 dengan penurunan pertumbuhan yang mengarah pada pertumbuhan yang stabil setelahnya. Penggunaan model ini harus disertai dengan perhitungan matang mengenai berapa lama perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi, apakah lima tahun, sepuluh tahun atau lebih lama. Meskipun selama ini variasi two stage model yang banyak digunakan mengasumsikan bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi yang kemudian diikuti dengan penurunan pertumbuhan yang stabil, variasi lain juga bisa digunakan, misalnya saja perusahaan mengalami pertumbuhan yang rendah yang kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan yang tinggi (hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan growth yang tinggi pada perusahaan tidak selalu diikuti pertumbuhan growth dari dividen). Perhitungan nilai interisik perusahaan dengan metode pertumbuhan tidak tetap dapat dihitung dengan rumus: V= + + Dengan: V=nilai intrinsik saham Do=dividen yang diterima sekarang Dn=dividen pada akhir periode tingkat pertumbuhan abnormal G= pertumbuhan Ks=tingkat pengembalian yang di syaratkan =pertumbuhan dividen normal =pertumbuhan dividen di atas normal n= periode pertumbuhan dividen di atas normal 39