Pengaruh Gaya Pada Elastisitas Bahan Sifat sebuah benda yang dapat kembali ke bentuk semula disebut sifat elastic. Sifat elastic ini biasa disebut dengan elastisitas. Lawannya adalah plastis. Benda elastic dapat menjadi benda plastis apabila direntangkan melebihi batas elastisitasnya. a. Tegangan dan regangan Perubahan bentuk benda terjadi karena gaya yang bekerja pada benda disebut tegangan. Tegangan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. π= πΉ π΄ Dengan ο³ : tegangan (Pa), F : gaya (N), dan A : luas penampang (m2). Jika benda diberi gaya, akan mengalami perubahan panjang. Perbandingan perubahan panjang mula-mula dengan panjang benda disebut regangan, yang dilambangkan dengan huruf e. π= βπ π Dengan e : strains/ regangan, οl : perubahan panjang (m), dan l : panjang mula-mula (m). Ketika tegangan dan regangan cukup kecil, sering ditemukan bahwa kedua besaran tersebut sebanding dan biasa disebut konstanta perbandingannya sebagai modulus elastisitas E. Modulus (E) merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan. Pada benda elastic, dikenal sebagai modulus Young. πΉ π πΈ= = π΄ π βπ π πΈ= πΉ. π π΄. βπ Dengan E = modulus Young (N/m2), F = gaya (N), l = panjang mula-mula (m), οl = pertambahan panjang (m), dan A = luas penampang (m2). Nilai modulus Young hanya bergantung pada jenis benda (komposisi benda), tidak bergantung pada ukuran atau bentuk benda. Nilai modulus Young beberapa bahan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2.1. Nilai modulus Young beberapa jenis bahan Bahan Modulus Young (N/m2) Aluminium 70 x 109 Tulang Tarik 16 x 109 Tulang Tekan 9 x 109 Baja 200 x 109 Besi (tempa) 190 x 109 Beton 23 x 109 Kuningan 90 x 109 Timah hitam 16 x 109 Sumber: Tipler, Paul A. (1998: 387) b. Hukum Hooke Gambar 2.8. Gaya yang Bekerja pada Pegas Sebanding dengan Pertambahan Panjang Pegas. Hukum Hooke dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran. Hukum Hooke menyatakan jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya. Pada saat ditarik, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama dengan gaya tarikan tetapi arahnya berlawanan. Jika gaya ini disebut gaya pegas FP maka gaya ini pun sebanding dengan pertambahan panjang pegas. πΉπ = −πΉ πΉπ = −π. π₯ Dengan FP adalah gaya berdasarkan Hukum Hooke, k adalah konstanta elastisitas, dan x adalah pertambahan panjang yang dialami suatu bahan akibat gaya FP. Tanda negatif (-) menyatakan bahwa pegas yang terjadi berlawanan dengan arah simpangan yang terjadi pada pegas atau bahan elastis tersebut. c. Analisis gerakan pegas 1) Periode dan frekuensi. Periode didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk satu siklus gerak harmonik. Sementara itu, frekuensi adalah jumlah siklus gerak harmonic yang terjadi tiap satuan waktu. Gerak harmonik pegas pada dasarnya merupakan proyeksi gerak melingkar pada salah satu sumbu utamanya, sehingga periode dan frekuensi dapat ditentukan dengan menyamakan gaya pemulih dengan gaya sentripetal. ∑ πΉ = π. ππ π. π₯ = π. π2 . π₯ π = π. π2 , π= 2π π π4π 2 π2 π , π π = 2π√ π= π= π= 1 π 1 π √ 2π π Dengan T : periode (sekon), m : massa beban (kg), k : konstanta pegas (N/m), dan f : frekuensi (Hz) 2) Susunan pegas. Gambar 2.9. Rangkaian Pegas yang Disusun Secara Seri Apabila pegas disusun secara seri seperti Gambar 2.9, maka masingmasing pegas mendapat gaya yang sama besar yaitu F. Berdasarkan Hukum Hooke, pertambahan panjang masing-masing pegas adalah: πΉ = π1 . π₯1 → π₯1 = πΉ π1 πΉ = π2 . π₯2 → π₯2 = πΉ π2 πΉ = π3 . π₯3 → π₯3 = πΉ π3 Pertambahan panjang total susunan pegas: π₯ = π₯1 + π₯2 + π₯3 πΉ πΉ πΉ πΉ πΉ = + + +β―+ π π1 π2 π3 ππ 1 1 1 1 1 = + + + β―+ ππ π1 π2 π3 ππ Dengan ks : konstanta gaya total susunan pegas seri. Gambar 2.10. Rangakaian Pegas yang Disusun Secara Paralel Pada Gambar 2.10, ujung ketiga pegas bekerja gaya F. Selama gaya F bekerja, pertambahan panjang masing-masing pegas besarnya sama, yaitu: π₯1 = π₯2 = π₯3 = π₯, karena πΉ = πΉ1 + πΉ2 + πΉ3 , maka ππ π₯ = π1 π₯1 + π2 π₯2 + π3 π₯3 ππ = π1 + π2 + π3 + β― + ππ Dengan kp : konstanta gaya total susunan pegas paralel. 3) Simpangan, kecepatan, dan percepatan. Gambar 2.11. Gerak Harmonik Sederhana Merupakan Proyeksi Titik P pada Sumbu x. Simpangan gerak harmonik sederhana dapat dianggap proyeksi titik P pada salah satu sumbu utamanya y, maka: y=A.sin ο± = A.sin ο·t = A. sin 2ο°t/T dengan y : simpangan gerak harmonik sederhana (m), A : amplitude (m), T : periode (s), ο· : kecepatan sudut (rad/s), dan t : waktu (s) 4) Kecepatan. Kecepatan gerak harmonik sederhana dapat ditentukan dari turunan persamaan simpangan. π¦ = π΄. sin(ππ‘ + π0 ) π£= ππ¦ π = [π΄ sin(ππ‘ + π0 )] ππ‘ ππ‘ π£π¦ = π. π΄. cos(ππ‘ + π0 ) π£ = π√π΄2 − π¦ 2 5) Percepatan. Percepatan pada gerak harmonik sederhana dapat ditentukan dari turunan pertama persamaan kecepatan atau turunan kedua dari persamaan simpangan. ππ¦ = ππ£π¦ π = [π. π΄. cos(ππ‘ + π0 )] ππ‘ ππ‘ ππ¦ = −π2 . π΄. sin(ππ‘ + π0 ) ππ¦ = −π2 π¦ 6) Energi gerak harmonik sederhana. Benda yang melakukan gerak harmonik sederhana memiliki energi potensial dan energi kinetik. Jumlah energi potensial dan energi kinetik disebut energi mekanik. Besarnya energi potensial adalah energi yang dimiliki gerak harmonik sederhana karena simpangannya. Secara matematis dituliskan: 1 πΈπ = ππ¦ 2 2 1 πΈπ = π. π΄2 . sin 2ππ‘ 2 Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang melakukan gerak harmonik sederhana karena kecepatannya. Secara matematis dituliskan: πΈπ = 1 π. π£ 2 2 πΈπ = 1 π. π2 . π΄2 . cos 2ππ‘ , π. π2 = π 2 πΈπ = 1 π. π΄2 . cos 2ππ‘ 2 Energi potensial elastis pegas Untuk meregangkan pegas sepanjang x diperlukan gaya sebesar F. Energi potensial pegas adalah besarnya gaya pegas untuk meregangkan sepanjang x. Besarnya usaha yang diperlukan adalah luasan daerah di bawah grafik hubungan F dan x. πΈπ = 1 π. π₯ 2 2 Dengan Ep : energi potensial pegas (J), k : konstanta gaya pegas (N/m), dan x : pertambahan panjang pegas (m).