[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN Gmelina arborea Roxb DAN Paraserianthes falcataria L. Nielsen DENGAN PENGGUNAAN Thiobacillus thioparus dan KOMPOS DALAM UPAYA BIODEGRADASI SIANIDA YANG TERKANDUNG DALAM TAILING EMAS Ina Rosdiana Lesmanawati ABSTRAK Tailing merupakan bahan sisa (residu) tambang berupa batuan yang telah digerus dan telah diambil mineral emas, perak dan logam lainnya. Limbah tailing mengandung unsur logam mikro dan logam berat (sianida) yang dapat meracuni baik terhadap tanaman, hewan, maupun manusia. Karenanya perlu upaya pengelolaan limbah B3 ini sehingga sesuai fungsinya kembali.Salah satu upaya pengelolaan limbah B3 pada unit pertambangan emas ini adalah dengan pemanfaatan bahan organik (kompos) dan mikroorganisme yang memiliki kemampuan dalam mendegradasi kandungan senyawa B3 (sianida) yang terdapat dalam limbah tailing. Pada percobaan ini dilakukan penanaman jenis tanaman Gmellina arborea Roxb dan Paraserianthes falcataria L. Nielsen (Sengon) yang merupakan tanaman cepat tumbuh (fast growing species). Tanaman-tanaman ini diharapkan dapat mengurangi kandungan senyawa B3 yang terdapat dalam tailing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara inokulan bakteri (Thiobacillus thioparus) dengan kompos berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot kering tanaman Gmelina dan Sengon.Pada akhir pengamatan (8 MST) tanaman Gmelina tertinggi dihasilkan pada perlakuan kompos 20% dengan pemberian inokulan bakteri 10 ml. Sedangkan tanaman sengon tertinggi pada perlakuan kompos 20% dengan pemberian inokulan bakteri 5 ml. Diameter batang tanaman Gmelina dan Sengon terbesar juga dihasilkan pada kompos 20% dengan penambahan inokulan bakteri 10 ml. Bobot kering terbesar dihasilkan pada perlakuan kompos 20% dengan penambahan inokulan bakteri 10 ml untuk tanaman Gmelina dan bobot kering sengon terbesar dihasilkan pada perlakuan kompos 20% dengan penambahan inokulan bakteri 5 ml.Hasil pengukuran konsentrasi sianida selama 8 MST menunjukkan adanya penurunan konsentrasi sianida dalam media tanam, baik tanpa penanaman tanaman contoh ataupun dengan penanaman tanaman contoh (Gmelina dan Sengon), walaupun dari hasil sidik ragam tidak menunjukkan perbedaan nyata. Pada awal pengamatan konsentrasi sianida mencapai 7.92 ppm dan pada 8 MST konsentrasi sianida sudah tidak terdeteksi (ttd). A. PENDAHULUAN lain, oleh karena itu diperlukan Emas merupakan logam mulia beberapa tahapan untuk mendapatkan yang telah dikenal manusia sejak dahulu emas murni. Salah satunya adalah yang dipergunakan sebagai mata uang proses dan emas. perhiasan. Berdasarkan sifat kimianya, emas bersifat inert dan sukar pengolahan Proses bereaksi dengan logam lain. Di alam selain emas dapat berasosiasi dengan logam menghasilkan dan pemurnian pengolahan menghasilkan limbah. emas emas ini juga Limbah [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA] April 1, 2012 merupakan komponen penting yang memiliki izin selama 30 tahun untuk harus diperhatikan kalangan industri. melakukan Limbah yang dihasilkan oleh industri peleburan, pemurnian, dan pemasaran. pertambangan Kegiatan pertambangan dan pengolahan emas dapat berupa kegiatan limbah padat,cair, dan gas, yang dapat bijih merupakan menghasilkan limbah B3. Limbah B3 kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). bijih No. 18/1999, limbah B3 adalah setiap yang ini memiliki potensi yang dihasilkan dari proses pengolahan Menurut Peraturan Pemerintah limbah (ore) penambangan, ini berupa limbah tailing(Siregar, 1999). bahan Tailing merupakan bahan sisa yang (residu) tambang berupa batuan yang dan/atau telah digerus dan telah diambil mineral jumlahnya, emas, perak dan logam lainnya. Limbah baik secara langsung maupun tidak tailing mengandung unsur logam mikro langsung dan logam berat serta senyawa beracun berbahaya mengandung (ore) dan/atau karena beracun sifatnya konsentrasinya dan/atau dapat merusak mencemarkan dan/atau dan/atau lingkungan membahayakan hidup sianida yang dapat meracuni kesehatan terhadap manusia. Apabila limbah B3 ini dibuang manusia. langsung pengelolaan ke lingkungan menimbulkan dapat tanaman, hewan, Karenanya limbah maupun perlu B3 baik upaya ini bahaya/kerusakan melakukan terhadap lingkungan dan kesehatan lingkungan lingkungan serta makhluk hidup lainnya. sehingga Kerusakan (Kusnoto dan Kusumodidjo, 1995). lingkungan menjadi perhatian di seluruh dunia. Hal ini pemulihan serta yang sesuai kualitas sudah tercemar fungsinya kembali Pengelolaan limbah B3 PT. menjadi isu lingkungan serius yang ANTAM ini dilakukan untuk mencegah berakibat terancamnya kelangsungan kerusakan lingkungan akibat kegiatan makhluk hidup. pertambangan PT. Aneka Tambang (ANTAM) di pertama yang menerapkan tambang bawah tanah. rangka pembangunan berwawasan lingkungan. (UBPE) Pongkor merupakan industri emas dalam melaksanakan Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas pertambangan dan Salah satu upaya pengelolaan Indonesia limbah B3 pada unit pertambangan metode emas ini adalah dengan pemanfaatan Perusahaan bahan 27 organik (kompos) dan [April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 mikroorganisme kemampuan yang dalam memiliki dalam limbah tailing sehingga dapat mendegradasi memperbaiki ekosistem yang rusak kandungan senyawa B3 (khususnya terdegradasi sianida) yang terdapat dalam limbah penambangan (untuk kegiatan pasca tailing. Pencampuran tailing dengan penambangan). bahan organik ini dapat memperbaiki oleh aktivitas Tujuan : 1). mengukur respon sifat tailing sebagai media pertumbuhan pertumbuhan tanaman (Suryanto,Susetyo 1997). perlakuan campuran tailing dengan Pada percobaan ini dilakukan penanaman jenis merupakan spesies tanaman dengan kompos dan bakteri. 2). Mengukur tanaman yang penurunan/degradasi sianida karena alami lokasi pengaruh bakteri, kompos dan tanaman. pertambangan emas ini. Jenis tanaman Hipotesis:1). Pertumbuhan yang digunakan adalah Gmellina arborea Tanaman dipengaruhi oleh komposisi Roxb Paraserianthes media (tailing, bakteri, dan kompos). 2). falcataria L. Nielsen (Sengon) yang Terjadi penurunan/degradasi sianida merupakan tanaman cepat tumbuh (fast oleh growing species). Tanaman-tanaman ini penambahan kompos, dan pertumbuhan diharapkan tanaman. (Gmelina) dan dapat mengurangi aktivitas bakteri, peningkatan kandungan senyawa B3 yang terdapat isolasi dari areal tailing PT Antam( B. METODE PENELITIAN Handayani, 2004). Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan di rumah kaca Program Studi Analisis Lingkungan, Departemen Biologi. FMIPA - IPB. Metode 1. Persiapan Media Tanam Pada awal percobaan dilakukan penyemaian bibit tanaman contoh, yaitu Gmelina dan Sengon selama Bahan kurang lebih tiga bulan. Media tanan Limbah tailing berasal dari PT. dalam penelitian ini merupakan Aneka Tambang (ANTAM) Tbk. Unit perlakuan-perlakuan dimana Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. komposisi media terdiri dari Bakteri Thiobacillus thioparus hasil 1. T100% 5. T90%K10% 9. T85%K15% 2. T100%B1 6. T90%K10%B1 10. T85%K15%B1 14. T80%K20%B1 3. T100%B5 7. T90%K10%B5 11. T85%K15%B5 15. T80%K20%B5 12. T85%K15%B10 16. T80%K20%B10 4. T100%B10 8.T90%K10%B10 13. T80%K20 Keterangan : T: Tailing K: Kompos (10%,15%,20%) B: Bakteri (1ml, 5 ml, 10ml) inokulan bakteri (Thiobacillus Setiap polibag ditanami dengan bibit thioparus) selama 8 minggu setelah tanaman contoh yang berumur tiga tanam (8 MST) bulan selama kurang lebih dua bulan. Peubah tinggi 2. Analisis limbah tailing yang tanaman diamati (TT), adalah diameter batang (DB), dan bobot kering (BK) Analisis limbah tailing ini dilakukan tanaman serta konsentrasi sianida. pada awal dan akhir penelitian Pengukuran tinggi tanaman dan meliputi pH, KTK, KB, kandungan diameter batang tanaman dilakukan C,N,P,K, Ca, Mg, Al, Fe, Zn di pada 2MST, 4MST, 6 MST,dan 8 MST. Laboratorium tanah, Faperta IPB. Sedangkan Sianida dan logam berat Pb, dan As kering di dan akhir penelitian (8MST) Pengukuran Panen konsentrasi sianida yang terdapat Balai Besar Pengembangan Penelitian Pasca Pertanian, Bogor. pengukuran tanaman dilakukan bobot pada dalam tailing dilakukan pada 2MST, 4MST, 6 MST, dan 8 MST untuk 3. Penanaman Berbagai Jenis Tanaman dan pengamatan tanaman Tanaman contoh hasil melihat tingkat degradasi sianida oleh mikroorganisme. Rancangan percobaan yang digunakan adalah persemaian tersebut dipindahkan ke Rancangan dalam polibag yang sudah diisi dengan media (Factorial in Time) menggunakan tanam (tailing) dengan kombinasi perlakuan kompos dan Percobaan Pengamatan paket program SAS. Faktorial Berulang C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan tanaman mengalami kerontokkan pada daunnya, pertumbuhan Gmelina arborea Roxb mulai menunjukkan gejala pertumbuhan kembali, dimana mulai terlihat daun- (Gmelina) dan Paraserianthes falcataria daun baru kembali L. Nielsen (Sengon) dilakukan selama menggantikan daun-daun delapan minggu setelah tanam (8 MST). batangnya Pada minggu ke-2 setelah tanam (2 (muncul tunas baru), kecuali pada MST), keadaan kedua jenis tanaman perlakuan tailing 100% kedua jenis menunjukkan yang tanaman semakin mengering sehingga seragam dengan warna daun hijau hampir semua tanaman dalam polibag normal. Namun pada tailing 100% ini tampak seperti tanaman yang akan (T100%) tampak pertumbuhan kedua mati. Pada 8 MST, tanaman pada jenis tanaman lambat dan daun mulai perlakuan tailing 100% baik Gmelina berwarna hijau pucat dibandingkan arborea Roxb maupun Paraserianthes dengan pada media yang mengandung falcataria L. Nielsen mati, sedangkan kompos. pada beberapa perlakuan yang lain penampakkan walaupun tumbuh tua tidak pada banyak Sedangkan pada 4 MST terlihat tanaman secara umum memperlihatkan ada perubahan warna daun pada kedua pertumbuhan yang lebih baik setelah jenis tanaman, dimana warna daun yang mengalami kerontokkan daun pada 4 semula hijau normal menjadi hijau MST. kekuning-kuningan. Pada beberapa perlakuan terutama pada tailing 100% terlihat daun pada kedua jenis tanaman menunjukkan warna gejala menjadi mengering dan daun beberapa Berdasarkan analisis sidik ragam, berubah menunjukkan bahwa interaksi antara (klorosis), inokulan bakteri (Thiobacillus thioparus) berguguran/rontok dengan kompos berpengaruh nyata kuning (absisi daun). Namun 1). Tinggi Tanaman terhadap tinggi tanaman Gmelina dan pada perlakuan 6 MST, pada tanaman yang Sengon pada umur 2 – 8 MST . April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA] Gambar 1. Respon Pertumbuhan Tinggi Tanaman Gmelina arborea Roxb dan Paraserianthes falcataria L. Nielsen dg kombinasi perlakuan pd 2&4 MST Respon Pertumbuhan pada 2 MST Respon Pertumbuhan pada 4 MST 60 60 TT (cm) 50 50 TT (cm) 40 gmelina sengon 40 Gmelina 30 30 Sengon 20 20 10 10 0 0 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kombinasi Perlakuan Kombinasi Perlakuan Keterangan : 1. T100% 2. T100%B1 3. T100%B5 4. T100%B10 5. T90%K10% 6. T90%K10%B1 7. T90%K10%B5 8. T90%K10%B10 Berdasarkan rataan 9. T85%K15% 13. T80%K20 10. T85%K15%B1 14. T80%K20%B1 11. T85%K15%B5 15. T80%K20%B5 12. T85%K15%B10 16. T80%K20%B10 tinggi tanpa pemberian bakteri inokulan Tanaman Sengon tanaman pada 2 MST tanaman Gmelina (T85%K15%). tertinggi dihasilkan pada perlakuan tertinggi dihasilkan pada perlakuan kompos 15% tanpa pemberian bakteri kompos 20% dengan inokulan bakteri 5 inokulan ml (T80%K20 %B5) (Gambar 1). (T85%K15%). Sedangkan tanaman Sengon tertinggi dihasilkan Pada 6 MST Gmelina dan Sengon pada kombinasi perlakuan kompos 20% tertinggi dihasilkan pada perlakuan dengan kompos inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5)(Gambar 1). 20% dengan pemberian inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5) Pada 4 MST Gmelina tertinggi (Gambar 2). dihasilkan pada perlakuan kompos 15% 31 [April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 Gambar 2. Respon Pertumbuhan Tinggi Tanaman Gmelina arborea Roxb dan Paraserianthes falcataria L. Nielsen dg kombinasi perlakuan pd 6&8 MST Respon Pertumbuhan 8 MST Respon Pertumbuhan pada 6 MST 60 60 50 50 TT(cm) TT (cm) 40 Gmelina Gmelina sengon 30 40 30 20 Sengon 20 10 10 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 9 10 11 12 13 14 15 16 Kombinasi Perlakuan Kombinasi Perlakuan Pada akhir pengamatan (8 MST) batang Gmelina arborea Roxb dan tanaman Gmelina tertinggi dihasilkan Paraserianthes falcataria L. Nielsen pada pada perlakuan kompos 20% dengan 2 – 8 MST . pemberian ml(T80%K20 inokulan %B bakteri 10). 10 Sedangkan Berdasarkan rataan diameter batang, pada tanaman umur 2 MST tanaman Sengon tertinggi dihasilkan diameter pada kombinasi perlakuan kompos 20% terbesar dihasilkan pada perlakuan dengan pemberian inokulan bakteri 5 ml kompos 15% tanpa pemberian inokulan (T80%K20%B5) (Gambar 2). bakteri (T85%K15%). diameter batang 2. Diameter Batang Seperti halnya batang tanaman Gmelina Sedangkan tanaman Sengon terbesar dihasilkan pada kombinasi pada tinggi kompos 20% dengan penambahan tanaman, menunjukkan bahwa interaksi inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5) antara inokulan bakteri dengan kompos (Gambar 3). berpengaruh nyata terhadap diameter April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA] Gambar3. Respon pertumbuhan diameter batang Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria dengan berbagai kombinasi perlakuan pd 2 & 4 MST. Respon Pertumbuhan pada 4 MST Respon Pertumbuhan pada 2 MST 4,5 4 3,5 (DB) (mm) 3 2,5 2 gmelina sengon 1,5 1 0,5 0 4,5 4 DB (mm) Gmelina Sengon 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kombinasi Perlakuan Kombinasi Perlakuan Pada tanaman umur 4 MST diameter batang Gmelina batang Sengon terbesar dihasilkan pada terbesar kombinasi kompos 20% dengan dihasilkan pada perlakuan kompos 15% inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5) tanpa (Gambar 3). pemberian (T85%K15%). inokulan Sedangkan bakteri diameter Gambar 4. Respon Pertumbuhan Diameter Batang Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria dg kombinasi perlakuan pd 6 & 8 MST. Respon Pertumbuhan pada 6 MST 4,5 4 3,5 DB (mm) 3 Gmelina 2,5 2 Sengon 1,5 1 0,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Respon Pertumbuhan pada 8 MST 4,5 4 3,5 DB (mm) 3 2,5 Gmelina 2 Sengon 1,5 1 0,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kombinasi Perlakuan Kombinasi Perlakuan Pada 6 MST diameter batang (Gambar 4). Pada akhir pengamatan (8 Gmelina dan Sengon terbesar dihasilkan MST) diameter batang Gmelina dan pada kompos 20% dengan penambahan Sengon terbesar juga dihasilkan pada bakteri kompos 10 ml (T80%K20%B10) 33 20% dengan penambahan [April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 inokulan bakteri 10 ml (T80%K20% setelah pertumbuhan 8 MST. Bobot B10) (Gambar 4). kering tanaman Gmelina terbesar dihasilkan pada perlakuan kompos 20% 3. Bobot Kering Hasil dengan penambahan inokulan bakteri analisis ragam 10 ml (T80%K20%B10). Pada Sengon menunjukkan bahwa interaksi antara bobot kering terbesar dihasilkan pada inokulan perlakuan bakteri berpengaruh sidik dengan nyata kompos terhadap bobot kompos penambahan kering tanaman Gmelina dan Sengon 20% bakteri dengan 5 ml (T80%K20%B5) (Gambar 5.) Gambar 5 Bobot Kering Tanaman Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria dengan berbagai kombinasi perlakuan pada 8 MST. Bobot Kering pada 8 MST 10 9 8 7 6 BK (g) 5 Gmelina 4 Sengon 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kombinasi Perlakuan 5. Degradasi sianida Hasil pengukuran konsentrasi Laju degradasi sianida dapat sianida selama 8 MST menunjukkan diketahui dengan mengukur konsentrasi adanya penurunan konsentrasi sianida sianida dalam dari media tanam tanpa media tanam, baik tanpa penanaman tanaman contoh (sebagai penanaman tanaman contoh ataupun kontrol) dengan penanaman tanaman contoh dan dengan penanaman tanaman contoh (Gmelina dan Sengon). (Gmelina dan Sengon). [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA] April 1, 2012 Gambar 6. Degradasi Sianida pada perlakuan tanpa tanaman, Gmelina dan Sengon dengan berbagai perlakuan pada 2 dan 4 MST Degradasi CN pada 4 MST Degradasi CN Pada 2 MST [CN] (ppm) Tanpa Tanaman Gmelina Sengon 3 3 2,5 2,5 2 2 [CN] (ppm) 1,5 1,5 Tanpa Tanaman Gmelina Sengon 1 0,5 1 0,5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kombinasi Perlakuan Kombinasi Perlakuan Pada gambar 6, dapat dilihat konsentrasi sianida tertinggi menjadi dimana pada 2 MST pada media tanam 1.188 ppm. tanpa tanaman contoh, pada media yang ditanami Sengon pada media tanam tanpa tanaman konsentrasi sianida masih tinggi dengan contoh dan dengan ditanami Sengon konsentrasi ppm, konsentrasi sianida tertinggi menjadi sedangkan pada 4 MST pada media 0.396 ppm, sedangkan pada media yang tanam contoh ditanami Gmelina konsentrasi sianida konsentrasi sianida tertinggi menjadi tertinggi menjadi 0.792 ppm. (Gambar 1.584 ppm, sedangkan pada media yang 7). ditanami Gmelina tertinggi tanpa dan Konsentrasi sianida pada 6 MST 2.772 tanaman Gmelina dan Sengon Gambar 7. Degradasi Sianida pada perlakuan tanpa tanaman, Gmelina dan Sengon dengan berbagai perlakuan pada 6 MST Degradasi Cn pada 6 MST 3 2,5 2 [CN] (ppm) 1,5 Tanpa Tanaman 1 Gmelina Sengon 0,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kombinasi Perlakuan 35 [April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 Hasil analisis awal kandungan terdeteksi (ttd). Penurunan kandungan sianida dalam tailing sebesar 7.92 mg/l, sianida termasuk tanaman dalam kategori tinggi kemungkinan serta terserap terdegradasi oleh oleh berdasarkan PP RI No 18 tahun 1999 inokulan bakteri dan bakteri indigenous tentang Pengelolaan Limbah B3 dan PP yang terdapat dalam media tanam. RI No 82 Pengelolaan tahun 2001 Kualitas Air tentang Pada percobaan ini juga dapat dan dilihat bahwa penggunaan tanaman Pengendalian Pencemaran Air. Pada contoh media tailing juga terdapat logam berat konsentrasi walaupun konsentrasinya rendah jauh dibandingkan dibawah ambang batas, misalnya adalah penanaman. Dapat dilihat pada 4 MST Pb dan As. Logam Pb dan As merupakan (Gambar 6), konsentrasi sianida pada logam yang biasa terdapat dalam tailing. beberapa Hasil analisis awal konsentrasi Pb dalam terdeteksi (ttd) pada media dengan tailing adalah 8.5 ppb dan As sebesar penanaman tanaman contoh, sedangkan 10.5 ppb. Pada akhir penelitian (8 MST) pada konsentrasi logam Pb menjadi 1.50 ppb konsentrasi sianida masih ada pada dan logam As tidak terdeteksi (ttd). semua perlakuan walaupun menurun Adanya sianida dapat menghambat kerja konsentrasinya. Sesuai dengan pendapat enzim sitokrom oksidase dalam proses Chaney et al, 1997 bahwa tumbuhan pengambilan oksigen untuk pernapasan memiliki (Jordan TS et al, 2001). menstimulasi Grafik penurunan sianida (Gambar 6 dan 7) menunjukkan bahwa mampu sianida dengan perlakuan media menurunkan lebih cepat media tanpa sudah tanpa penanaman kemampuan aktivitas tidak dalam biodegradasi senyawa beracun oleh mikroba dan menyerapnya dari dalam tanah. isolat bakteri (Thiobacillus thioparus) Hasil analisis awal sifat fisik dan bakteri indigenous (yang terdapat kimia tailing dari pertambangan emas dalam media tanam) mampu Pongkor menunjukkan bahwa tailing konsentrasi sianida memiliki pH tanah tinggi (8.18) dengan dimana pada akhir minggu ke-8 didapat tekstur 81.85% pasir, 13.08% debu dan konsentrasi 5.07% liat. Sampel memiliki kandungan menurunkan sianida sudah tidak [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA] April 1, 2012 C,N.P-Bray yang sangat rendah. Selain Sengon serta membantu dalam proses itu kandungan basa yang dapat ditukar degradasi seperti Mg, K, dan Na tergolong pada dalam kisaran rendah juga. Kandungan Ca pertumbuhan tanaman Sengon lebih (38.50 me/g) sangat tinggi. Tingginya baik bila dibandingkan pada tanaman kandungan Ca mungkin disebabkan Gmelina. Hal ini kemungkinan karena penambahan CaO (kapur) pada unit adanya bakteri Rhizobium indigenous milling dalam proses pengolahan emas. dalam media tanam. Keberadaan bakteri Dari hasil media yang terkandung tailing. Tingkat dapat ini menghasilkan simbiosis yang efektif media dengan inangnya (Sengon), sehingga mempengaruhi membantu dalam memfiksasi N bebas pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang diperlukan bagi tanaman untuk tanaman pada media tailing tanpa pertumbuhannya penambahan bahan organik (kompos) Sebagai indikator adanya simbiosis (T100%) umumnya rendah antara Rhizobium dengan tanaman dibandingkan pada dengan Sengon adalah terbentuknya bintil akar. dikemukakan penelitian sianida bahwa pertumbuhan sangat media penambahan bahan organik (kompos). Penambahan media bahan tanam organik dapat (Ermawati,1994). Tanaman yang mati pada media dalam tailing memenuhi 100% Gmelina baik maupun pada tanaman tanaman Sengon kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan disebabkan karena pengaruh media untuk tanaman, tanam sendiri. Media tailing menjadi memperbaiki struktur media tanam mengeras apabila ditambah air (pada sehingga dapat terbentuk pori-pori yang saat penyiraman). Hal ini menyebabkan mudah ketersediaan air dalam media tidak pertumbuhan untuk pertumbuhan akar. (Leiwakabessy, 1998). Dalam dapat mencukupi kebutuhan tanaman. percobaan ini, dapat Menurut Fitter dan Hay (1991) keadaan dikatakan dengan pemberian kombinasi demikian inokulasi bakteri dan bakteri indigenous turgor pada sel tanaman dan berakibat yang terdapat dalam media tanam menurunnya proses fisiologis tanaman. sangat membantu dalam proses pertumbuhan tanaman Gmelina dan D. SIMPULAN DAN SARAN 37 menyebabkan penurunan [April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1 Hasil penelitian menunjukkan menurun dan tidak terdeteksi pada bahwa interaksi antara konsentrasi minggu ke-8 (8 MST), baik pada inokulan bakteri (Thiobacillus thioparus) perlakuan dengan kompos pada media tanam maupun dengan ditanami Gmelina dan berpengaruh Sengon. Dengan penanaman nyata terhadap tinggi tanpa tanaman contoh tanaman tanaman, diameter batang dan bobot contoh dapat menurunkan [sianida] kering tanaman Gmelina dan Sengon. lebih cepat bila dibandingkan dengan Kombinasi dan inokulan perlakuan bakteri kompos menghasilkan membiarkan penanaman media tanam (kontrol). tanpa Adanya tinggi tanaman Gmelina tertinggi pada penambahan bakteri dan kompos dapat perlakuan menurunkan kompos 20% dengan [sianida] lebih cepat penambahan inokulan bakteri 10 ml dibandingkan dengan kontrol (tailing (T80%K20%B10) dan tinggi tanaman 100% tanpa penambahan bakteri dan Sengon tertinggi kompos). kompos 20% pada penambahan Berdasarkan hasil penelitian ini inokulan bakteri 5 ml (T80%K20%B5). dapat disarankan pada petugas yang Diameter batang terbesar pada tanaman bekerja di sekitar areal tailing untuk Gmelina dan Sengon dihasilkan pada menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) kombinasi 20% karena sianida diduga dapat menguap dengan penambahan inokulan bakteri ke udara pada dua minggu pertama. 10 ml (T80%K20%B10). Kemudian Cukup dengan 10% bahan organik bobot kering tanaman Gmelina terbesar (kompos) tanaman dapat tumbuh pada dihasilkan pada perlakuan kompos 20% media dengan penambahan inokulan bakteri mengeras seperti semen apabila terkena 10 air. Disarankan juga perlu penelitian ml dengan perlakukan perlakuan kompos (T80%K20%10), sedangkan tailing memiliki lebih dihasilkan pada perlakuan kompos 20% sianida dan unsur berbahaya lainnya dengan penambahan inokulan bakteri 5 yang ml (T80%K20%5). tailing dengan menggunakan tanaman dapat dilihat konsentrasi sianida mengenai sifat bobot kering tanaman Sengon terbesar Dari hasil penelitian ini juga lanjut yang kemungkinan pangan. kandungan terdapat dalam April 1, 2012 [JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA] DAFTAR PUSTAKA pengembangan Pertambangan Bandung. Chaney RL Brown, SL, Angle JS .1997. Phytoremediation of soils metals. Opini Biotechnol 8 : 279-284 Tenaga Leiwakabessy, 1998. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah.Faperta. IPB. Bogor Ermawati, 1994. Pengaruh pemberian mulsa dan inokulasi Rhizobium terhadap nodulasi pada tanaman kedelai di lahan kering, Jurnal. Penelitian Pengembangan Wilayah. Lahan Kering 109-115 Handayani,DM. 2004.Isolasi bakteri pendegradasi sianida tailing Pongkor. Jurusan Teknologi Industri . Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Fitter, AH dan RKM Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman Terjemahan Andani, S & ED Purbayanti. Gajah Mada University, Yogyakarta Siregar, A.D. 1999. Tambang Emas Pongkor sebagai pertambangan Emas berwawasan Lingkungan . Seminar Teknologi pengolahan Limbah II. Badan Tenaga Atom Nasional. Jakarta. Jordan TS, Young CA. 2001. Cyanide Remediation: Current and Past Technologies. Proceeding of the 10 th Annual Conference on Hazardous Waste Research. Suryanto, Susetyo W. 1997. Perlakuan bahan organic dan tanah mineral pada bahan tailing terhadap ketersediaan unsure hara makro dan unsure logam mikro.Jurnal Ilmu Tanah Ling. Kusnoto dan Kusumodidjo.1995. Dampak Penambangan dan Reklamasi. Ditjen Tambun. Pusat 39