eJournal Administrasi Bisnis, 2015, 3 (1): 138-148 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2015 ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT PADA PT BALIKPAPAN WANA LESTARI DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Riyo Wijiyantoro1 Abstrak Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit Pada PT Balikpapan Wana Lestari di kabupaten Penjam Paser Utara. di bawah bimbingan bapak Dr. La Ode Hasiara, SE., MM., M.Pd., Ak., CA dan bapak Eko A. Widyanto, SE., M.SA. Penjualan kredit merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam transakasi jual beli, penjualan kredit yang dilakukan oleh PT BalikpapanWana Lestari adalah dengan menerima pembayaran di muka sebesar 25% setelah ditandatangani MOU (Memorandum Of Understanding) pada saat barang diangkut ke kapal atau lepas dari log pond pembayaran dilakukan 25% kemudian pada saat kapal berangkat dilakukan pembayaran 25% dan pada saat barang sampai di tempat pembeli dilakukan pembayaran 25% dari harga jualHasil anilisis diketahui bahwa penjualan kredit yang dilakukan PT Balikpapan Wana Lestari tidak sepenuhnya sesuai dengan sistem pengendalian intern menurut Mulyadi. Tidak adanya bagian kredit dalam melakukan penjualan kredit, sehingga yang menganalisa kelayakan pemberian calon pembeli adalah bagian penjualan dan dalam pelaksanaan praktik yang sehat perusahaan masih memiliki kelemahan yaitu perusahaan tidak pernah melakukan pemeriksaan secara mendadak. Kata Kunci : pengendalian intern dan penjualan kredit. Pendahuluan Bagi setiap perusahaan, baik dagang, jasa maupun manufaktur, penjualan merupakan aktivitas yang utama. Hal ini dikarenakan dari hasil penjualan, perusahaan memperoleh (cash inflow) yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dari penjualan pula perusahaan dapat memperoleh laba. Secara garis besar, penjualan dapat dibagi dua kategori, yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Untuk penjualan tunai perusahaan tidak menghadapi masalah yang cukup berarti karena ketika barang terjual maka penerimaan kas langsung diperoleh. Namun untuk penjualan kredit, perusahaan menghadapi masalah yang cukup berarti. Karena kas Mahasiswa Program S1 Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:[email protected] Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo) tidak langsung diperoleh pada saat penjualan dagangan. Namun perlu menunggu beberapa waktu untuk memperoleh kas tersebut. Bahkan perusahaan dapat mengalami kehilangan uang kas, karena pembeli lalai dalam memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, sehingga perlu dilakukan Pengendalian Intern atas Penjualan Kredit yang dilakukan PT Balikpapan Wana Lestari di kabupaten Penajam Paser Utara. Sistem penjualan yang dilakukan adalah penjualan kredit, penjualan kredit tersebut menimbulkan piutang bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan sistem pengendalian intern yang lebih ketat, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Pengendalian intern yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi jumlah piutang tak tertagih dan menghindari kesalahan dan kecurangan yang mungkin terjadi. Agar tercipta sistem pengendalian intern yang baik, maka diperlukan pengendalian akuntansi dan pengendalian administrasi yang baik. Tujuan sistem pengendalian intern adalah, (a). Menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan, berupa penjualan kredit yang memerlukan ketelitian dan kebenaran data akuntansi, (b). Memiliki struktur organisasi sehingga yang menunjukan adanya pembagian tugas yang jelas, (c). Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan menimbulkan efisiensi dalam operasi yang menunjukan akuntansi yang baik, (d). Perusahaan harus melaksanakan praktek yang sehat, adanya memisahkan tugas dan tanggung jawab secara tegas dalam organisasi dan, (e). Perusahaan harus mengambil langkah-langkah yang tepat dalam perekrutan dan penempatan karyawan yang sesuai dengan keahlian masing-masing dalam perusahaan dan sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Melihat pentingnya Pengendalian Intern dalam sistem penjualan kredit tersebut seperti penjelasan di atas dan setelah mengadakan pengamatan terhadap kegiatan operasi perusahaan terutama kegiatan penjualan kredit dan penagihan piutang penulis tertarik untuk membahas masalah pengendalian intern terhadap penjualan kredit. Maka penulis menulis skripsi ini dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit Pada PT Balikpapan Wana Lestari di kabupaten Penajam Paser Utara”. Kerangka Dasar Teori Pengendalian intern Mulyadi (2001:164) membagi unsur-unsur pengendalian intern pada sistem akuntansi penjualan kredit sebagai berikut. 1) Organisasi dan penjualan kredit 2) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan 3) Praktik yang sehat 4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Penjualan kredit Mulyadi (2001:3) penjualan kredit adalah penjualan yang dilaksanakan perusahaan dengan cara mengirimkan harga sesuai order yang diterima dari 139 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148 pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Definisi Konsepsional Sistem pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objek tertentu. Pengendalian intern merupakan cara untuk mengarahkan, mengawasi dan mengukur suatu sumber daya manusia. Pengendalian intern berperan penting mencegah dan mendeteksi penggelapan dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan atas dasar perjanjian antara penjual dengan pembeli dan pembayarannya dilakukan dikemudian hari sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh perusahaan. Metode Penelitian Jenis Penelitian Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode analisis data secara deskriptif kualitatif, yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Rincian Data yang Diperlukan 1. Sejarah singkat berdirinya PT Balikpapan Wana Lestari di Penajam 2. Struktur organisasi PT Balikpapan Wana Lestari di Penajam. 3. Sistem dan prosedur akuntansi penjualan yang diterapkan oleh PT Balikpapan Wana Lestari di kabupaten Pena. 4. Bagan alur (flow chart) sistem penjualan kredit. 5. Catatan akuntansi yang diperlukan. 6. Data-data lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Teknik Pengumpulan Data Adapun langkah dan cara untuk mengumpulkan data tersebut adalah sebagai berikut. 1. Studi Pustaka (Library Research) 2. Studi Lapangan (Field Work Research) a. Observasi b. Wawancara Hasil Penelitian 140 Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo) Sistem pengendalian intern berdasarkan refrensi dengan kenyataan dalam perusahaan Tabel. Sistem Pengendalian Intern Berdasarkan Refrensi Dengan Kenyataan Dalam Perusahaan NO Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern 1 Organisasi Berdasarkan Refrensi Kenyataan Dalam Perusahaan 1. Fungsi penjualan merangkap sebagai pemberi kredit. 2. Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi penjualan yang sekaligus sebagai fungsi kredit. 3. Fungsi akuntansi 3. Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi harus terpisah dari kas. fungsi kas. 4. Transaksi penjualan 4. Transaksi penjualan kredit dilaksanakan kredit harus oleh fungsi penjualan, dilaksanakan oleh fungsi log pond, lebih dari satu fungsi. fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi. 1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit. 2. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan. 2 141 Sistem Otorisasi 1. Penerimaan order dari 1. Penerimaan inquiry Dan Prosedur pembeli diotorisasi pembeli diotorisasi Pencatatan oleh fungsi penjualan oleh Kepala Bagian dengan menggunakan Penjualan dengan formulir Surat Order menggunakan PO. Pengiriman. Sesuai/ Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148 NO Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern Berdasarkan Refrensi Kenyataan Dalam perusahaan Sesuai/ Tidak Sesuai 2. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada credit copy. 3. Pengiriman barang ke pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengirim. 4. Penetapan harga jual, syarat penjualan dan potongan penjualan berada ditangan Direktur Pemasaran dengan penerbitan surat keputusan tersebut. 5. Pencatatan piutang, jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi akuntansi. 6. Pencatatan terjadi piutang didasarkan pada faktur penjualan didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat. 2. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada credit copy. 3. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh bagian pengiriman 4. Penetapan harga jual, syarat penjualan dan potongan penjualan berada di tangan Manager Pemasaran. Sesuai 5. Pencatatan piutang jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi akuntansi. 6. Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada order note, invoice dan packing list. Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai 142 Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo) 3 Praktik Yang Sehat 1. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dari pemakaiannya tanggung jawab oleh fungsi penjualan. 1. Order note bernomor urut tercetak dan pemakainnya tanggung jawab oleh fungsi penjualan. Sesuai NO Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern Berdasarkan Refrensi Kenyataan Dalam perusahaan Sesuai/ Tidak Sesuai 2. Faktur penjualan bernomor urut bercetak dan pemakaiannya tanggung jawab oleh fungsi penagihan. 3. Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang kepada debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang oleh fungsi tersebut. 4. Secera periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol piutang dalam buku besar. 2. Invoice bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggung jawabkan oleh fungsi penerimaan. Sesuai/ 3. Fungsi akuntansi tidak pernah mengirim pernyataan piutang kepada debitur karena pelunasan pembayaran piutang langsung dengan pihak bank. 4. Secara periodik tidak ada rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol dengan buku besar. Sesuai/ Tidak Sesuai 143 Sesuai/ Tidak Sesuai eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148 4 Karyawan Yang Mutunya Sesuai Dengan Tanggung Jawab 1. Seleksi karyawan berdasarkan persyratan yang dituntut oleh pekerjaannya. 2. Karyawan yang melaksanakan fungsi yang terkait dalam penjualan kredit memiliki latar belakang pendidikan (formal) yang cukup dalam menangani tugasnya. NO Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern Berdasarkan Refrensi 3. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan. 4. Karyawan yang melaksanakan fungsi yang terkait dalam penjualan kredit memiliki loyalitas dan disiplin yang tinggi dalam pekerjaannya. 1. Adanya seleksi calon karyawan yang dianggap mampu dan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaannya. 2. Karyawan yang melaksanakan fungsi yang terkait dalam penjualan kredit memiliki latar belakang pendidikan (formal) yang berbeda dengan pekerjaannya yang mereka tangani. Kenyataan Dalam perusahaan Sesuai 3. Adanya pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan seperti diadakannya pelatihan kerja dan pelatihn khusus bagi karyawan baru. 4. Karyawan yang melaksanakan fungsi yang terkait dalam penjualan kredit memiliki loyalitas dan disiplin yang tingi dalam pekerjaanya. Sesuai Sesuai/ Tidak Sesuai Sesuai/ Tidak Sesuai Sesuai Sumber: PT Balikpapan Wana Lestari di Penajam Analisis 144 Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo) Analisis dengan menggunakan metode komparatif yaitu membandingkan antara sistem dan penjualan kredit yang diterapkan oleh PT Balikpapan Wana Lestari dengan sistem akuntansi penjualan kredit yang seharusnya menurut teori, ditinjau dari unsur-unsur pengendalian intern yang meliputi. 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan dan tanggung jawabnya. Sistem akuntansi penjualan kredit yang diterapakan oleh PT Balikpapan Wana Lestari ditinjau dari unsur pengendalian intern yaitu. 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas PT Balikpapan Wana Lestari memiliki struktur organisasi yang jelas dalam pemisahaan tanggung jawab pada setiap bagian, di mana transaksi penjualan kredit yang diterapakan oleh PT Balikpapan Wana Lestari dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi gudang, fungsi pengiriman (ekspor) dan fungsi akuntansi. Bila memperhatikan struktur organisasi perusahaan ada suatu fungsi yang hilang yaitu fungsi kredit. Dimana fungsi kredit ini dalam prakteknya dirangkap oleh fungsi penjualan, adanya penganalisaan pemberian kredit di bagian penjualan, yang tentunya kurang berhati-hati dalam pemberian kredit. Bila dilihat dari tujuan kedua bagian ini jelas sangat berbeda dan saling berlawanan, fungsi penjualan berusaha bagaimana dapat menjual barang sebanyak mungkin tanpa memperhatikan akibat dari transaksi penjualan tersebut. Sedangkan fungsi kredit berusaha untuk menyeleksi terhadap kelayakan kredit yang akan diberikan kepada calon pembeli. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya Sistem otorisasi dan prosedur penjualan kredit yang diterapkan oleh PT Balikpapan Wana Lestari telah berjalan dengan baik. Tetapi terdapat kelemahan di antaranya: a. ditinjau dari prosedur persetujuan kredit di mana otorisasi pemberian kredit berada kepala bagian penjualan yang juga merangkap sebagai fungsi penjualan sehingga dapat terjadi persekongkolan antara kepala bagian penjualan dan pelanggan. b. terdapat ketidakefisienan pemberian otorisasi dalam penerimaan inquiry yang mana inquiry (order) dari pelanggan harus dikirimkan dahulu kebagian produksi untuk mengetahui apakah stok barang yang dipesan tersebut tersedia atau tidak. Sehingga dapat memakan waktu, yang mana seharusnya bagian penjualan mempunyai daftar stok barang sendiri dari bagian produksi. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi 145 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148 Dalam sistem dan prosedur penjualan kredit yang diterapkan oleh PT Balikpapan Wana Lestari di mana praktik yang sehat masih terdapat kelemahan yaitu: a. tidak adanya pemeriksaan secara mendadak yang dilakukan atas kinerja karyawan yang berkaitan dengan penjualan kredit, sehingga dapat menimbulkan ketidaktelitian dan kecurangan di antara karyawan. Adapun pemeriksaan hanya ada pada bagian akuntansi dengan pemberitahuan terlebih dahulu. b. secara umum perusahaan tidak pernah melakukan rotasi karyawan (perputaran jabatan) sehingga terjadi persekongkolan di antara karyawan c. apabila ada karyawan yang mengambil cuti maka jabatan yang bersangkutan tidak digantikan oleh karyawan yang lain untuk sementara sehingga apabila terjadi kesalahan tidak dapat diketahui segera d. minimnya staf pada bagian penjualan yang mengakibatkan semua transaksi penjualan dan masalah-masalah yang timbul ditangani langsung pleh Kepala Bagian Penjualan. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Karyawan yang berkompetan dan jujur mampu menghasilkan pertanggung jawaban keuangan yang handal. Di samping itu karyawan yang jujur dan ahli dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya melaksanakan pekerjaanya dangan efektif dan efisien. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia perusahaan melakukan pelatihan kerja, pelatihan khusus bagi karyawan baru walaupun terjadi ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan (formal) dengan jabatan karyawan yang berkaitan dengan penjualan kredit, dan karyawan yang melaksanakan fungsi-fungsi yang terkait dalam penjualan kredit memiliki loyalitas dan disiplin yang tinggi dalam pekerjaan. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti, maka secara keseluruhan pembahasan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas Alasan kebijakan perusahaan yang tidak memisahkan tanggung jawab fungsional antara bagian penjualan dan pemberi kredit ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi anggaran biaya tenaga kerja. Sehingga anggaran tersebut bisa dialihkan untuk kebutuhan operasional lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Mulyadi (2001) yang menyatakan fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan dibentuknya bagian kredit yang berdiri sendiri dengan diberi wewenang untuk menyeleksi pemberian kredit kepada seorang pembeli yang didasarkan atas analisis terhadap calon pembeli tersebut. Akan tetapi bila dilihat dari sistem dan akuntansi penjualan kredit yang diterapkan oleh perusahaan di mana tujuan penjualan adalah untuk ekspor, di mana calon pembeli (buyer) yang mayoritas dari Jepang, Taiwan dan sebagian lagi dari Amerika tentu saja memiliki akreditas yang cukup baik bagi perusahaan. 146 Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo) Akan tetapi dapat terjadi keterlambatan dalam pelunasan pembayaran untuk diperpanjangaman dengan menyediakan satpam di tempat kerja. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya Untuk penetapan harga jual produk dan potongan penjualan dilakukan oleh seorang Manajer Pemasaran, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mulyadi (2001:221-471) yang menyatakan bahwa harus dilakukan oleh Direktur Pemasaran, kebijakan perusahaan dilakukan oleh seorang Manajer Pemasaran karena seorang Manajer Pemasaran yang lebih mengetahui semua strategi yang berhubungan dengan penjualan produk, biaya-biaya yang timbul dalam kegiatan pemasaran serta kondisi pasar dan apa yang diinginkan oleh konsumen. kebijakan ini diambil oleh perusahaan untuk mengurangi resiko kerugian serta efisiensi kegiatan pemasaran. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit oganisasi Di perusahaan, fungsi akuntansi tidak mengirim pernyataan piutang kepada debitur, karena perusahaan telah menggunakan cara-cara yang efektif dalam proses pembayaran piutang seperti melalui pihak Bank. Solusi ini digunakan perusahaan untuk penghematan/efisiensi biaya. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mulyadi (2001) yang menyatakan bahwa secara periodik fungsi akuntansi harus mengirim pernyataan piutang Kepada Debitur untuk menguji ketelitian pada catatan piutang. Perusahaan juga tidak mengadakan rekonsiliasi antara kartu piutang dengan rekening kontrol dalam buku besar secara periodik alasannya karena sistem pembayaran atau pelunasan piutang langsung melalui Bank, sehingga rekonsiliasi hanya diadakan antara rekening kontrol dalam buku besar perusahaan dengan rekening kontrol yang ada pada pihak Bank. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Mulyadi (2001) yang menyatakan bahwa secara periodik harus diadakan rekonsiliasi antara kartu piutang dengan rekening kontrol yang ada di buku besar. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Perusahaan memperkerjakan karyawan yang memiliki latar belakng pendidikan formal namun tidak sesuai dengan bidang pekerjaannya di bagian kredit. Namun melalui training-training atau pelatihan khusus bagi karyawan tersebut maka ketidaksesuaian anatara latar belakang pendidikan (formal) dengan jabatan yang berkaitan dapat tertutupi dengan pelatihan-pelatihan tersebut. Dan karyawan yang melaksanakan fungsi-fungsi terkait dalam penjualan kredit memiliki loyalitas dan disiplin yang tinggi dalam pekerjaan sehingga apabila ada unsur yang belum terpenuhi maka diperlukan karyawan yang bekerja sesuai mutu dan tanggung jawabnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Mulyadi (2001) yang menyatakan bahwa karyawan yang melaksanakan fungsi yang terkait dengan penjualan kredit memiliki latar belakang pendidikan formal yang cukup dalam menangani tugasnya atau the right man on the right place. 147 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148 Penutup Bahwa sistem dan akuntansi penjualan kredit Kayu Log pada PT Balikpapan Wana Lestari tidak sepenuhnya sesuai dengan unsur-unsur pengendalian intern diterim. PT Balikpapan Wana Lestari sebenarnya telah memiliki struktur organisasi yang memberikan pembagaian tugas dan tanggung jawab ke setiap bagian dengan jelas, tetapi pada kenyataannya terdapat bagian tertentu yang hilang. Bagian itu merupakan bagian yang penting dalam penjualan kredit yaitu bagian kredit sehingga yang menganalisis kelayakan pemberian kredit calon pembeli adalah bagian penjualan. Hal ini tidak sesuai dengan unsur pengendalian intern. Dalam sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan telah berjalan dengan baik di mana semua dokumen-dokumen pendukung dalam penjualan kredit diotorisasi oleh pihak yang berwenang atau karyawan yang sesuai dengan tugasnya. Tetapi karena perusahaan tidak memiliki fungsi kredit sehingga yang memeriksa dan mengotorisasi kredit dari pelanggan adalah kepala bagian penjualan. Hal ini juga, belum sesuai dengan unsur pengendalian intern. Untuk mendukung terciptanya penegendalian intern yang baik di perusahaan, maka pimpinan harus memisahkan fungsi penjualan dan fungsi kredit sehingga mudah dilakukan analisis kelayakan kredit calon pembeli dan yang mengotorisasinya adalah fungsi kredit Untuk mengurangi ketidakefisienan pemberi otorisasi dalam penerimaan inquiry, sebaiknya bagian produksi dalam memproduksi kayu log harus membuat daftar stok kayu log serta mengirimnya kebagian penjualan agar bagian penjualan langsung mengambil keputusan inquiry tersebut sehingga sistem otorisasi dan prosedur pencatatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. .Sebaiknya lebih ditingkatkan lagi suasana kerja yang baik dan komunikasi yang lancar terhadap atasan dengan bawahan maupun karyawan dengan karyawan serta kepada pelanggan. Daftar Pustaka Baridwan, Zaki. 1999. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: BPFE. Hopwood, S, William, H, George, Bodnar. dan Amir Abadi Jusuf, 2000, Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba empat. Kroenka, David dan Richard Hatch. 2001. Management information Sistem. Sixth Editon. North Amerika: Mc. Grow- Hill. Inc. Narko. 2004. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. Niswonger, C. Rollin. Philip E. Fess dan Carl S. Warren. 1997. Prinsip-prinsip Akuntansi. Jilid 1. Edisi Keenambelas. Jakarta: Penerbit Erlangga. 148 Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo) Mulyadi. 2001. Sitem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Setio, Dewo Anggoro. Dkk. 1999. Akuntansi (Horngren & Harison). Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba 4. Sumarni, R Murti dan John soeprihanto. 2002. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan). Edisi Ke-3. Cetakan 1. Yogyakarta: Liberty. Sutjono. 1997. Kamus Tata Laksana Produksi dan Pemasaran. Surabaya: PT Bina Ilmu. Swasta, Bagus. 2000. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kesebelas. Yogyakarta: Liberty. Warrant, Carl S. Philip E. Fess and James M. Reeve. 1996. Accounting. 18 Edition. Cincinnati Ohio: South Western College Publishing. Widjajanto, Nugraha. 2003. Kamus Akuntansi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Wilkinson, Joseph W. Alih Bahasa oleh Ir. Agus waulana. 1997. Sistem Akunting dan Informasi. Edisi Keenam. Jakarta: Binarupa Aksara. 149