JURNAL RYO (03-02-15-06-22-24)

advertisement
eJournal Administrasi Bisnis, 2015, 3 (1): 138-148
ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2015
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KREDIT
PADA PT BALIKPAPAN WANA LESTARI DI KABUPATEN PENAJAM
PASER UTARA
Riyo Wijiyantoro1
Abstrak
Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit Pada PT
Balikpapan Wana Lestari di kabupaten Penjam Paser Utara. di bawah bimbingan
bapak Dr. La Ode Hasiara, SE., MM., M.Pd., Ak., CA dan bapak Eko A.
Widyanto, SE., M.SA. Penjualan kredit merupakan kegiatan yang biasa dilakukan
dalam transakasi jual beli, penjualan kredit yang dilakukan oleh PT
BalikpapanWana Lestari adalah dengan menerima pembayaran di muka sebesar
25% setelah ditandatangani MOU (Memorandum Of Understanding) pada saat
barang diangkut ke kapal atau lepas dari log pond pembayaran dilakukan 25%
kemudian pada saat kapal berangkat dilakukan pembayaran 25% dan pada saat
barang sampai di tempat pembeli dilakukan pembayaran 25% dari harga
jualHasil anilisis diketahui bahwa penjualan kredit yang dilakukan PT
Balikpapan Wana Lestari tidak sepenuhnya sesuai dengan sistem pengendalian
intern menurut Mulyadi. Tidak adanya bagian kredit dalam melakukan penjualan
kredit, sehingga yang menganalisa kelayakan pemberian calon pembeli adalah
bagian penjualan dan dalam pelaksanaan praktik yang sehat perusahaan masih
memiliki kelemahan yaitu perusahaan tidak pernah melakukan pemeriksaan
secara mendadak.
Kata Kunci : pengendalian intern dan penjualan kredit.
Pendahuluan
Bagi setiap perusahaan, baik dagang, jasa maupun manufaktur,
penjualan merupakan aktivitas yang utama. Hal ini dikarenakan dari hasil
penjualan, perusahaan memperoleh (cash inflow) yang akan digunakan untuk
menunjang kegiatan operasi perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dari
penjualan pula perusahaan dapat memperoleh laba. Secara garis besar, penjualan
dapat dibagi dua kategori, yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Untuk
penjualan tunai perusahaan tidak menghadapi masalah yang cukup berarti karena
ketika barang terjual maka penerimaan kas langsung diperoleh. Namun untuk
penjualan kredit, perusahaan menghadapi masalah yang cukup berarti. Karena kas
Mahasiswa Program S1 Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Mulawarman. Email:[email protected]
Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo)
tidak langsung diperoleh pada saat penjualan dagangan. Namun perlu menunggu
beberapa waktu untuk memperoleh kas tersebut.
Bahkan perusahaan dapat mengalami kehilangan uang kas, karena
pembeli lalai dalam memenuhi kewajiban. Oleh karena itu, sehingga perlu
dilakukan Pengendalian Intern atas Penjualan Kredit yang dilakukan PT
Balikpapan Wana Lestari di kabupaten Penajam Paser Utara. Sistem penjualan
yang dilakukan adalah penjualan kredit, penjualan kredit tersebut menimbulkan
piutang bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan sistem
pengendalian intern yang lebih ketat, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Pengendalian intern yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi
jumlah piutang tak tertagih dan menghindari kesalahan dan kecurangan yang
mungkin terjadi.
Agar tercipta sistem pengendalian intern yang baik, maka diperlukan
pengendalian akuntansi dan pengendalian administrasi yang baik. Tujuan sistem
pengendalian intern adalah, (a). Menjaga keamanan harta kekayaan milik
perusahaan, berupa penjualan kredit yang memerlukan ketelitian dan kebenaran
data akuntansi, (b). Memiliki struktur organisasi sehingga yang menunjukan
adanya pembagian tugas yang jelas, (c). Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
menimbulkan efisiensi dalam operasi yang menunjukan akuntansi yang baik, (d).
Perusahaan harus melaksanakan praktek yang sehat, adanya memisahkan tugas
dan tanggung jawab secara tegas dalam organisasi dan, (e). Perusahaan harus
mengambil langkah-langkah yang tepat dalam perekrutan dan penempatan
karyawan yang sesuai dengan keahlian masing-masing dalam perusahaan dan
sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Melihat pentingnya
Pengendalian Intern dalam sistem penjualan kredit tersebut seperti penjelasan di
atas dan setelah mengadakan pengamatan terhadap kegiatan operasi perusahaan
terutama kegiatan penjualan kredit dan penagihan piutang penulis tertarik untuk
membahas masalah pengendalian intern terhadap penjualan kredit. Maka penulis
menulis skripsi ini dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan
Kredit Pada PT Balikpapan Wana Lestari di kabupaten Penajam Paser Utara”.
Kerangka Dasar Teori
Pengendalian intern
Mulyadi (2001:164) membagi unsur-unsur pengendalian intern pada
sistem akuntansi penjualan kredit sebagai berikut.
1) Organisasi dan penjualan kredit
2) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
3) Praktik yang sehat
4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya
Penjualan kredit
Mulyadi (2001:3) penjualan kredit adalah penjualan yang dilaksanakan
perusahaan dengan cara mengirimkan harga sesuai order yang diterima dari
139
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148
pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada
pembeli tersebut.
Definisi Konsepsional
Sistem pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh
sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi yang dirancang untuk
membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objek tertentu. Pengendalian
intern merupakan cara untuk mengarahkan, mengawasi dan mengukur suatu
sumber daya manusia. Pengendalian intern berperan penting mencegah dan
mendeteksi penggelapan dan melindungi sumber daya organisasi baik yang
berwujud maupun tidak berwujud.
Penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan atas dasar perjanjian
antara penjual dengan pembeli dan pembayarannya dilakukan dikemudian hari
sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh perusahaan.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
metode analisis data secara deskriptif kualitatif, yaitu penelitian tentang data yang
dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata
disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan
informan.
Rincian Data yang Diperlukan
1. Sejarah singkat berdirinya PT Balikpapan Wana Lestari di Penajam
2. Struktur organisasi PT Balikpapan Wana Lestari di Penajam.
3. Sistem dan prosedur akuntansi penjualan yang diterapkan oleh PT Balikpapan
Wana Lestari di kabupaten Pena.
4. Bagan alur (flow chart) sistem penjualan kredit.
5. Catatan akuntansi yang diperlukan.
6. Data-data lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun langkah dan cara untuk mengumpulkan data tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Studi Pustaka (Library Research)
2. Studi Lapangan (Field Work Research)
a. Observasi
b. Wawancara
Hasil Penelitian
140
Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo)
Sistem pengendalian intern berdasarkan refrensi dengan kenyataan
dalam perusahaan
Tabel. Sistem Pengendalian Intern Berdasarkan Refrensi Dengan Kenyataan
Dalam Perusahaan
NO Unsur-Unsur
Sistem
Pengendalian
Intern
1
Organisasi
Berdasarkan Refrensi
Kenyataan Dalam
Perusahaan
1. Fungsi penjualan
merangkap sebagai
pemberi kredit.
2. Fungsi akuntansi
terpisah dari fungsi
penjualan yang
sekaligus sebagai
fungsi kredit.
3.
Fungsi akuntansi
3. Fungsi akuntansi
terpisah dari fungsi
harus terpisah dari
kas.
fungsi kas.
4.
Transaksi penjualan
4. Transaksi penjualan
kredit dilaksanakan
kredit harus
oleh fungsi penjualan,
dilaksanakan oleh
fungsi log pond,
lebih dari satu fungsi.
fungsi pengiriman,
dan fungsi akuntansi.
1. Fungsi penjualan
harus terpisah dari
fungsi kredit.
2. Fungsi akuntansi
harus terpisah dari
fungsi penjualan.
2
141
Sistem Otorisasi 1. Penerimaan order dari 1. Penerimaan inquiry
Dan Prosedur
pembeli diotorisasi
pembeli diotorisasi
Pencatatan
oleh fungsi penjualan
oleh Kepala Bagian
dengan menggunakan
Penjualan dengan
formulir Surat Order
menggunakan PO.
Pengiriman.
Sesuai/
Tidak
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148
NO
Unsur-Unsur
Sistem
Pengendalian
Intern
Berdasarkan Refrensi
Kenyataan Dalam
perusahaan
Sesuai/
Tidak
Sesuai
2. Persetujuan
pemberian kredit
diberikan oleh
fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda
tangan pada credit
copy.
3. Pengiriman barang
ke pelanggan
diotorisasi oleh
fungsi pengirim.
4. Penetapan harga
jual, syarat
penjualan dan
potongan penjualan
berada ditangan
Direktur Pemasaran
dengan penerbitan
surat keputusan
tersebut.
5. Pencatatan piutang,
jurnal penjualan dan
jurnal penerimaan
kas diotorisasi oleh
fungsi akuntansi.
6. Pencatatan terjadi
piutang didasarkan
pada faktur
penjualan didukung
dengan surat order
pengiriman dan
surat muat.
2. Persetujuan
pemberian kredit
diberikan oleh
fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda
tangan pada credit
copy.
3. Pengiriman barang
kepada pelanggan
diotorisasi oleh
bagian pengiriman
4. Penetapan harga
jual, syarat
penjualan dan
potongan penjualan
berada di tangan
Manager Pemasaran.
Sesuai
5. Pencatatan piutang
jurnal penjualan dan
jurnal penerimaan
kas diotorisasi oleh
fungsi akuntansi.
6. Pencatatan
terjadinya piutang
didasarkan pada
order note, invoice
dan packing list.
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sesuai
142
Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo)
3
Praktik Yang
Sehat
1. Surat order
pengiriman
bernomor urut
tercetak dari
pemakaiannya
tanggung jawab oleh
fungsi penjualan.
1. Order note
bernomor urut
tercetak dan
pemakainnya
tanggung jawab oleh
fungsi penjualan.
Sesuai
NO
Unsur-Unsur
Sistem
Pengendalian
Intern
Berdasarkan Refrensi
Kenyataan Dalam
perusahaan
Sesuai/
Tidak
Sesuai
2. Faktur penjualan
bernomor urut
bercetak dan
pemakaiannya
tanggung jawab
oleh fungsi
penagihan.
3. Secara periodik
fungsi akuntansi
mengirim
pernyataan piutang
kepada debitur
untuk menguji
ketelitian catatan
piutang oleh fungsi
tersebut.
4. Secera periodik
diadakan
rekonsiliasi kartu
piutang dengan
rekening kontrol
piutang dalam buku
besar.
2. Invoice bernomor
urut tercetak dan
pemakaiannya
dipertanggung
jawabkan oleh
fungsi penerimaan.
Sesuai/
3. Fungsi akuntansi
tidak pernah
mengirim
pernyataan piutang
kepada debitur
karena pelunasan
pembayaran piutang
langsung dengan
pihak bank.
4. Secara periodik
tidak ada
rekonsiliasi kartu
piutang dengan
rekening kontrol
dengan buku besar.
Sesuai/
Tidak
Sesuai
143
Sesuai/
Tidak
Sesuai
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148
4
Karyawan Yang
Mutunya Sesuai
Dengan
Tanggung Jawab
1. Seleksi karyawan
berdasarkan
persyratan yang
dituntut oleh
pekerjaannya.
2. Karyawan yang
melaksanakan
fungsi yang terkait
dalam penjualan
kredit memiliki
latar belakang
pendidikan (formal)
yang cukup dalam
menangani
tugasnya.
NO
Unsur-Unsur
Sistem
Pengendalian
Intern
Berdasarkan Refrensi
3. Pengembangan
pendidikan
karyawan selama
menjadi karyawan
perusahaan.
4. Karyawan yang
melaksanakan
fungsi yang terkait
dalam penjualan
kredit memiliki
loyalitas dan
disiplin yang tinggi
dalam
pekerjaannya.
1. Adanya seleksi
calon karyawan
yang dianggap
mampu dan
memiliki tanggung
jawab dalam
melaksanakan
pekerjaannya.
2. Karyawan yang
melaksanakan
fungsi yang terkait
dalam penjualan
kredit memiliki
latar belakang
pendidikan (formal)
yang berbeda
dengan
pekerjaannya yang
mereka tangani.
Kenyataan Dalam
perusahaan
Sesuai
3. Adanya
pengembangan
pendidikan
karyawan selama
menjadi karyawan
perusahaan seperti
diadakannya
pelatihan kerja dan
pelatihn khusus
bagi karyawan
baru.
4. Karyawan yang
melaksanakan
fungsi yang terkait
dalam penjualan
kredit memiliki
loyalitas dan
disiplin yang tingi
dalam pekerjaanya.
Sesuai
Sesuai/
Tidak
Sesuai
Sesuai/
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sumber: PT Balikpapan Wana Lestari di Penajam
Analisis
144
Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo)
Analisis dengan menggunakan metode komparatif yaitu membandingkan
antara sistem dan penjualan kredit yang diterapkan oleh PT Balikpapan Wana
Lestari dengan sistem akuntansi penjualan kredit yang seharusnya menurut teori,
ditinjau dari unsur-unsur pengendalian intern yang meliputi.
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan dan tanggung jawabnya.
Sistem akuntansi penjualan kredit yang diterapakan oleh PT Balikpapan
Wana Lestari ditinjau dari unsur pengendalian intern yaitu.
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
PT Balikpapan Wana Lestari memiliki struktur organisasi yang jelas
dalam pemisahaan tanggung jawab pada setiap bagian, di mana transaksi
penjualan kredit yang diterapakan oleh PT Balikpapan Wana Lestari dilaksanakan
oleh fungsi penjualan, fungsi gudang, fungsi pengiriman (ekspor) dan fungsi
akuntansi. Bila memperhatikan struktur organisasi perusahaan ada suatu fungsi
yang hilang yaitu fungsi kredit. Dimana fungsi kredit ini dalam prakteknya
dirangkap oleh fungsi penjualan, adanya penganalisaan pemberian kredit di
bagian penjualan, yang tentunya kurang berhati-hati dalam pemberian kredit. Bila
dilihat dari tujuan kedua bagian ini jelas sangat berbeda dan saling berlawanan,
fungsi penjualan berusaha bagaimana dapat menjual barang sebanyak mungkin
tanpa memperhatikan akibat dari transaksi penjualan tersebut. Sedangkan fungsi
kredit berusaha untuk menyeleksi terhadap kelayakan kredit yang akan diberikan
kepada calon pembeli.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya
Sistem otorisasi dan prosedur penjualan kredit yang diterapkan oleh PT
Balikpapan Wana Lestari telah berjalan dengan baik. Tetapi terdapat kelemahan
di antaranya:
a. ditinjau dari prosedur persetujuan kredit di mana otorisasi pemberian kredit
berada kepala bagian penjualan yang juga merangkap sebagai fungsi
penjualan sehingga dapat terjadi persekongkolan antara kepala bagian
penjualan dan pelanggan.
b. terdapat ketidakefisienan pemberian otorisasi dalam penerimaan inquiry
yang mana inquiry (order) dari pelanggan harus dikirimkan dahulu
kebagian produksi untuk mengetahui apakah stok barang yang dipesan
tersebut tersedia atau tidak. Sehingga dapat memakan waktu, yang mana
seharusnya bagian penjualan mempunyai daftar stok barang sendiri dari
bagian produksi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi
145
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148
Dalam sistem dan prosedur penjualan kredit yang diterapkan oleh PT
Balikpapan Wana Lestari di mana praktik yang sehat masih terdapat kelemahan
yaitu:
a. tidak adanya pemeriksaan secara mendadak yang dilakukan atas kinerja
karyawan yang berkaitan dengan penjualan kredit, sehingga dapat
menimbulkan ketidaktelitian dan kecurangan di antara karyawan. Adapun
pemeriksaan hanya ada pada bagian akuntansi dengan pemberitahuan
terlebih dahulu.
b. secara umum perusahaan tidak pernah melakukan rotasi karyawan
(perputaran jabatan) sehingga terjadi persekongkolan di antara karyawan
c. apabila ada karyawan yang mengambil cuti maka jabatan yang
bersangkutan tidak digantikan oleh karyawan yang lain untuk sementara
sehingga apabila terjadi kesalahan tidak dapat diketahui segera
d. minimnya staf pada bagian penjualan yang mengakibatkan semua transaksi
penjualan dan masalah-masalah yang timbul ditangani langsung pleh
Kepala Bagian Penjualan.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Karyawan yang berkompetan dan jujur mampu menghasilkan
pertanggung jawaban keuangan yang handal. Di samping itu karyawan yang jujur
dan ahli dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya melaksanakan
pekerjaanya dangan efektif dan efisien. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia perusahaan melakukan pelatihan kerja, pelatihan khusus bagi
karyawan baru walaupun terjadi ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan
(formal) dengan jabatan karyawan yang berkaitan dengan penjualan kredit, dan
karyawan yang melaksanakan fungsi-fungsi yang terkait dalam penjualan kredit
memiliki loyalitas dan disiplin yang tinggi dalam pekerjaan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan
peneliti, maka secara keseluruhan pembahasan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
Alasan kebijakan perusahaan yang tidak memisahkan tanggung jawab
fungsional antara bagian penjualan dan pemberi kredit ini dilakukan sebagai
upaya untuk mengurangi anggaran biaya tenaga kerja. Sehingga anggaran tersebut
bisa dialihkan untuk kebutuhan operasional lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan
pendapat Mulyadi (2001) yang menyatakan fungsi penjualan harus terpisah dari
fungsi kredit. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan dibentuknya bagian kredit
yang berdiri sendiri dengan diberi wewenang untuk menyeleksi pemberian kredit
kepada seorang pembeli yang didasarkan atas analisis terhadap calon pembeli
tersebut. Akan tetapi bila dilihat dari sistem dan akuntansi penjualan kredit yang
diterapkan oleh perusahaan di mana tujuan penjualan adalah untuk ekspor, di
mana calon pembeli (buyer) yang mayoritas dari Jepang, Taiwan dan sebagian
lagi dari Amerika tentu saja memiliki akreditas yang cukup baik bagi perusahaan.
146
Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo)
Akan tetapi dapat terjadi keterlambatan dalam pelunasan pembayaran untuk
diperpanjangaman dengan menyediakan satpam di tempat kerja.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya
Untuk penetapan harga jual produk dan potongan penjualan dilakukan
oleh seorang Manajer Pemasaran, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mulyadi
(2001:221-471) yang menyatakan bahwa harus dilakukan oleh Direktur
Pemasaran, kebijakan perusahaan dilakukan oleh seorang Manajer Pemasaran
karena seorang Manajer Pemasaran yang lebih mengetahui semua strategi yang
berhubungan dengan penjualan produk, biaya-biaya yang timbul dalam kegiatan
pemasaran serta kondisi pasar dan apa yang diinginkan oleh konsumen. kebijakan
ini diambil oleh perusahaan untuk mengurangi resiko kerugian serta efisiensi
kegiatan pemasaran.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit oganisasi
Di perusahaan, fungsi akuntansi tidak mengirim pernyataan piutang
kepada debitur, karena perusahaan telah menggunakan cara-cara yang efektif
dalam proses pembayaran piutang seperti melalui pihak Bank. Solusi ini
digunakan perusahaan untuk penghematan/efisiensi biaya. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Mulyadi (2001) yang menyatakan bahwa secara periodik fungsi
akuntansi harus mengirim pernyataan piutang Kepada Debitur untuk menguji
ketelitian pada catatan piutang.
Perusahaan juga tidak mengadakan rekonsiliasi antara kartu piutang
dengan rekening kontrol dalam buku besar secara periodik alasannya karena
sistem pembayaran atau pelunasan piutang langsung melalui Bank, sehingga
rekonsiliasi hanya diadakan antara rekening kontrol dalam buku besar perusahaan
dengan rekening kontrol yang ada pada pihak Bank. Hal tersebut tidak sesuai
dengan pendapat Mulyadi (2001) yang menyatakan bahwa secara periodik harus
diadakan rekonsiliasi antara kartu piutang dengan rekening kontrol yang ada di
buku besar.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya
Perusahaan memperkerjakan karyawan yang memiliki latar belakng
pendidikan formal namun tidak sesuai dengan bidang pekerjaannya di bagian
kredit. Namun melalui training-training atau pelatihan khusus bagi karyawan
tersebut maka ketidaksesuaian anatara latar belakang pendidikan (formal) dengan
jabatan yang berkaitan dapat tertutupi dengan pelatihan-pelatihan tersebut. Dan
karyawan yang melaksanakan fungsi-fungsi terkait dalam penjualan kredit
memiliki loyalitas dan disiplin yang tinggi dalam pekerjaan sehingga apabila ada
unsur yang belum terpenuhi maka diperlukan karyawan yang bekerja sesuai mutu
dan tanggung jawabnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Mulyadi
(2001) yang menyatakan bahwa karyawan yang melaksanakan fungsi yang terkait
dengan penjualan kredit memiliki latar belakang pendidikan formal yang cukup
dalam menangani tugasnya atau the right man on the right place.
147
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 138-148
Penutup
Bahwa sistem dan akuntansi penjualan kredit Kayu Log pada PT
Balikpapan Wana Lestari tidak sepenuhnya sesuai dengan unsur-unsur
pengendalian intern diterim.
PT Balikpapan Wana Lestari sebenarnya telah memiliki struktur
organisasi yang memberikan pembagaian tugas dan tanggung jawab ke setiap
bagian dengan jelas, tetapi pada kenyataannya terdapat bagian tertentu yang
hilang. Bagian itu merupakan bagian yang penting dalam penjualan kredit yaitu
bagian kredit sehingga yang menganalisis kelayakan pemberian kredit calon
pembeli adalah bagian penjualan. Hal ini tidak sesuai dengan unsur pengendalian
intern.
Dalam sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang dilakukan oleh
perusahaan telah berjalan dengan baik di mana semua dokumen-dokumen
pendukung dalam penjualan kredit diotorisasi oleh pihak yang berwenang atau
karyawan yang sesuai dengan tugasnya. Tetapi karena perusahaan tidak memiliki
fungsi kredit sehingga yang memeriksa dan mengotorisasi kredit dari pelanggan
adalah kepala bagian penjualan. Hal ini juga, belum sesuai dengan unsur
pengendalian intern.
Untuk mendukung terciptanya penegendalian intern yang baik di
perusahaan, maka pimpinan harus memisahkan fungsi penjualan dan fungsi kredit
sehingga mudah dilakukan analisis kelayakan kredit calon pembeli dan yang
mengotorisasinya adalah fungsi kredit
Untuk mengurangi ketidakefisienan pemberi otorisasi dalam penerimaan
inquiry, sebaiknya bagian produksi dalam memproduksi kayu log harus membuat
daftar stok kayu log serta mengirimnya kebagian penjualan agar bagian penjualan
langsung mengambil keputusan inquiry tersebut sehingga sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
.Sebaiknya lebih ditingkatkan lagi suasana kerja yang baik dan
komunikasi yang lancar terhadap atasan dengan bawahan maupun karyawan
dengan karyawan serta kepada pelanggan.
Daftar Pustaka
Baridwan, Zaki. 1999. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Cetakan
Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Hopwood, S, William, H, George, Bodnar. dan Amir Abadi Jusuf, 2000, Sistem
Informasi
Akuntansi. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba empat.
Kroenka, David dan Richard Hatch. 2001. Management information Sistem. Sixth
Editon. North Amerika: Mc. Grow- Hill. Inc.
Narko. 2004. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusantara.
Niswonger, C. Rollin. Philip E. Fess dan Carl S. Warren. 1997. Prinsip-prinsip
Akuntansi. Jilid 1. Edisi Keenambelas. Jakarta: Penerbit Erlangga.
148
Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit (Riyo)
Mulyadi. 2001. Sitem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba
Empat.
Setio, Dewo Anggoro. Dkk. 1999. Akuntansi (Horngren & Harison). Edisi
Indonesia. Jakarta: Salemba 4.
Sumarni, R Murti dan John soeprihanto. 2002. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar
Ekonomi
Perusahaan). Edisi
Ke-3. Cetakan 1. Yogyakarta:
Liberty.
Sutjono. 1997. Kamus Tata Laksana Produksi dan Pemasaran. Surabaya: PT Bina
Ilmu.
Swasta, Bagus. 2000. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kesebelas.
Yogyakarta: Liberty.
Warrant, Carl S. Philip E. Fess and James M. Reeve. 1996. Accounting. 18
Edition. Cincinnati Ohio: South Western College Publishing.
Widjajanto, Nugraha. 2003. Kamus Akuntansi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Wilkinson, Joseph W. Alih Bahasa oleh Ir. Agus waulana. 1997. Sistem Akunting
dan
Informasi. Edisi Keenam. Jakarta: Binarupa Aksara.
149
Download