Masalah-masalah Manajemen dan

advertisement
MASALAH-MASALAH MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN
DAN PEMECAHAANNYA
Oleh : YODI M. WAHYUNADI
I. PENDAHULUAN
Pengadilan sebagai suatu organisasi tidak terlepas dari masalah-masalah manajemen dan
kepemimpinan. Untuk itu sebelum membahas mengenai masalah yang timbul dalam
manajemen dan kepemimpinan di pengadilan, terlebih dahulu menguraikan apa pengertian
manajemen dan kepemimpinan.
Dua kata itu, manajemen dan kepemimpinan sangat sering kita dengar. Kadang kata itu
sering kita persamakan artinya. Ketika kita makin berakrab-akrab dengan berbagai istilah itu,
agar “membumi” kita ganti istilah itu menjadi bahasa Indonesia. Management kita
terjemahkan
menjadi
manajemen,
dan
leadership
menjadi
kepemimpinan.
Berbagai pakar mempunyai pendapat yang bermacam-macam tentang manajemen dan
kepemimpinan itu. Satu penjelasan yang mudah dipahami adalah dari Stephen Covey.
Andaikata kita ini sedang akan membuka hutan untuk eksplorasi hasil hutan, maka seorang
pemimpin akan mengatakan, “Baik, dari berbagai informasi dan pertimbangan, saya putuskan
hutan di lereng bukit itu yang harus kita tebang dulu.” Sebagai pemimpin ia menjelaskan
bagian mana yang harus dieksplorasi.
Begitu pemimpin itu menjelaskan bagian hutan mana yang harus dibuka, maka saatnya peran
manajemen berlaku. Para manajer akan memikirkan cara-cara, alat-alat, metoda yang paling
efektif untuk membuka hutan itu. Mungkin mereka akan memakai gergaji listrik, mungkin
memakai gergaji panjang karena medannya sulit, atau bahkan mereka akan melingkar untuk
mencari celah agar mudah membuka bagian hutan itu.
Dengan demikian dapat kita bedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan? Kepemimpinan
adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah
tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan
itu bisa tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan dari
Covey. Sedangakan, Warren Bennis pakar kepemimpinan dan manajemen menyebutkan,
“Manajemen berfokus pada sistem dan struktur sedangkan kepemimpinan berfokus pada
orang-orang”
II. MASALAH SERTA PEMECAHAANNYA : MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DI
PENGADILAN
Pengadilan sebagai lembaga yang mempunyai tugas pokok mengadili perkara mempunyai
tugas spesifik berupa tugas teknis peradilan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
petunjuk-petunjuk secara intern seperti Surat Edaran MA, SK Ketua Tingkat Banding atau
SK Ketua tingkat pertama itu sendiri. Sehingga mempunyai manjemen dan kepemimpinan
yang menyangkut perkara. Sedangkan di bagian administrasi umum (kesekratariatan)
mempunyai karakter yang sama dengan instansi pemerintah lainnya menyangkut men
(orang), money (uang) dan material (bahan). Dikelola Sekretaris/Wakil Sekretaris/Sub Bag
Keuangan, Personalia dan Umum. Untuk itu ada masalah-masalah yang khusus manajemen
dan kepemimpinan hanya ada di pengadilan tidak terdapat di instansi lain (di luar
pengadilan). Antara lain menyangkut Ketua/Wakil Ketua/Hakim, Panitera/Wakil Panitera,
Panitera Muda, dan Juru Sita. Dari pengalaman praktek di pengadilan ada masalah-masalah
manajemen dan kepemimpinan yang muncul, namun yang akan dibahas dalam makalah ini
hanyalah beberapa.
A. Masalah manajemen :
1. Para pejabat struktural masih belum secara penuh menerapkan fungsi manajemen
(Planing, Organizing, Actuating, Controling) di dalam tugasnya.
Pemecahannya :
perlu adanya pelatihan dan pendidikan terhadap seluruh pejabat pengadilan dan
sebaiknya dilakukan sebelum mereka menjabat.
2. Belum dilaksanakannya koordinasi antara tiap-tiap sub secara rutin.
Diprogramkan secara rutin adanya rapat koordinasi yang dilakukan oleh Wakil
sekeretaris terhadap Bagian Umum, Bagian Keuangan dan Kepegawaian khususnya
mengenai tugas-tugas di kesekretariatan. Wakil Panitera terhadap Bagian hukum dan
bagian perkara khususnya tugas-tugas kepaniteraan.
3. Masih
lemahnya
fungsi
pengawasan
dari
pimpinan
pengadilan.
Antara lain kelemahan yang sering terjadi belum secara tertib untuk mengisi bukubuku register perkara. Masih adanya kolom-kolom yang kosong dalam Register
Perkara. Penataan arsip perkara yang aktif dan in-aktif karena keterbatasan ruangan
menyebabkan kesulitan mengontrol penempatan arsip tersebut.
Panmud Perkara setiap minggu mengadakan pengawasan dan arahan terhadap stafnya
untuk secara konsisten dan tertib mengisi register perkara dan mengisi kolom-kolom
yang kosong.
Panmud hukum setiap minggu sekali mengontrol berkas perkara yang in-aktif dan
memberikan arahan untuk mengelola arsip perkara tersebut.
Bagi ketua/wakil ketua/ hakim pengawas/pejabat struktural mempedomani buku IV
(Keputusan Ketua MA-RI Nomor : KMA/080/SK/VIII/2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan di Lingkungan Lembaga Peradilan).
4. Masih adanya pimpinan yang belum menguasai secara baik tugas pokok dan
fungsinya.
Bagi Panitera : Oleh kerena jabatan panitera berasal dari lingkungan tekhnis (wapan)
bukan dari kesekretariatan maka bagi calon Panitera perlu adanya
pendidikan/pelatihan mengenai tugas-tugas kesekretariatan (meliputi bidang
keuangan, kepegawaian dan umum) disamping manajemen kepaniteraan itu sendiri.
Perlu adanya pola pembinaan sebelum seseorang menduduki jabatan diadakan
pendidikan manajemen dan kepemimpinan terlebih dahulu.
5. Belum terukurnya hasil kinerja pengadilan
Perlu adanya rencana kerja mingguan berdasarkan job discreption dari setiap sub yang
ditugaskan kepada stafnya dan setiap staf melaporkan kerja mingguan. Kalau
dimungkinkan membuat laporan kerja harian (LKH).
Menentukan secara tegas dari unsur pimpinan pengadilan dalam memberikan
perintah (instruksi) kepada yang diperintahnya (staf) untuk menentukan batas waktu
penyelesaian tugasnya.
Bagi unsur tehnis pengadilan dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan
waktu yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya :
Penyelesaian perkara harus sudah selesai dalam 6 bulan. Panitera Pengganti harus
sudah selesai membuat Berita Acara paling lambat pada sidang berikutnya. Membuat
laporan kerja mingguan : berupa apa saja yang dikerjakan oleh hakim dan unsur
kepaniteraan.
B. Masalah kepemimpinan :
1. Belum secara rutin minimal tiap bulan sekali dari seluruh unsur pimpinan pengadilan
melakukan pembinaan terhadap bawahan atau stafnya.
Pemecahannya :
Digiatkan pelaksanaan pembinaan dari Ketua dan wakil ketua pengadilan terhadap
seluruh hakim dan pegawai.
- Panitera/sekretaris
terhadap
jajaran
kepaniteraan
dan
kesekretariatan
- Wakil Panitera terhadap jajaran kepaniteraan dan wakil sekretaris terhadap jajaran
kesekretariatan.
- Kapala bagian kepegawaian, keuangan, umum, panitera muda perkara dan hukum
kepada stafnya masing-masing.
2. Masih adanya kekurangan pengetahuan tentang kepemimpinan pada pimpinan
pengadilan.
Diadakan pendidikan dan pelatihan tentang kepemimpinan.
3. Belum tingginya kesadaran untuk mewujudkan visi dan misi pengadilan.
Memberikan motivasi kepada seluruh pegawai akan tugas dan tanggung jawab
kinerja pengadilan. Apalagi saat sekarang Mahkamah Agung telah dijadikan
percontohan dalam reformasi birokrasi.
4. Belum secara tegas penjatuhan sanksi terhadap staf atau bawahan.
Dengan keluarnya Keputusan Ketua Mahkamah Agung No. 071/KMA/SK/V/2008
tanggal 14 Mei 2008 tentang Ketentuan Penegakan Disiplin Kerja Dalam Pelaksanaan
Pemberian Tunjangan Khusus Kinerja Hakim dan Pegawai Negeri pada Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya, dapat dijadikan dasar untuk
meningkatkan disiplin kerja sekaligus penjatuhan sanksi.
5. Masih terjadinya perselisihan antara unsur pimpinan pengadilan
Perlu adanya komunikasi antara unsur pimpinan.
Menempatkan gaya kepemimpinan (1. Visionary, kepemimpinan yang memiliki Visi
sehingga mampu membawa staf ketujuan bersama 2. Coaching, kepemimpinan yang
memberikan kesempatan pengasuhan ataupun pembelajaran 3. Affiliate,
kepemimpinan yang mengedepankan keharmonisan ataupun kerja sama antar fungsi
4. Democratic, kepemimpinan yang menghargai pendapat ataupun sudut pandang
orang lain, sekalipun berbeda 5. Pacesetting, kepemimpinan yang mampu
memberikan model pencapaian sehingga lebih membumi 6. Commanding,
kepemimpinan yang dapat bersikap tegas serta berani mengambil resiko, jika
diperlukan) sesuai dengan situasi dan kondisi.
6. Masih adanya pimpinan yang tidak mau untuk mengikuti perkembangan teknologi.
Mengadakan pelatihan bagi unsur pimpinan pengadilan tentang teknologi informasi.
Minimal sudah dapat mengoperasikan program Ms-Word, program aplikasi :
Keuangan, kepegawaian, barang milik negara, Sistem Akuntasi Instansi (SAI), Sistem
Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA), Sistem Akuntasi Barang Milik
Negara (SABMN) yang sekarang diubah menjadi Sistem Informasi Manajen dan
Akuntasi Keuangan Barang Milik Negara (SIMAKBMN), penyusunan RKA-KL
(Rencana Kerja Anggaran-Kementrian Lembaga).
Membuat desk-service, web-site, e-mail untuk mempermudah akses publik sebagai
wujud transparansi pengadilan.
III. PENUTUP
Apa yang diuraikan dalam makalah ini hanya beberapa masalah yang dibahas
mengenai manajemen dan kepemimpinan di Pengadilan. Alternatif pemecahan
disampaikan penulis dapat kiranya dijadikan bahan dalam diskusi. Semoga dalam diskusi
dapat melahirkan bahan untuk membuat kebijakan bagi pimpinan pengadilan dalam
meningkatkan kualitas kinerja. Dengan demikian, harapan masyarakat kepada pengadilan
sebagai tempat mencari keadilan dapat terwujud.
Makalah disampaikan dalam Orientasi Peningkatan Wawasan Kepemimpinan yang
diselenggarakan oleh Dirjen Badilmiltun MARI di Batam tanggal 8 - 10 Juli 2008.
Download