I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat gangguan sel pankreas (kelenjar getah perut) yang berakibat kelenjar tersebut tidak cukup mengeluarkan fermen pencernaan (insulin), maka glukosa pada makanan dan minuman yang dikonsumsi sebagian besar terbuang keluar karena tidak dapat diubah menjadi glikogen. Diabetes melitus ini menjadi ancaman serius bagi umat manusia di dunia. Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular (PTM). Diabetes melitus merupakan salah satu PTM yang menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persen meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang diabetes melitus (diabetisi) sebanyak 21,3 juta jiwa (Anonim, 2013) Menurut data dari International Diabetes Federation, di tahun 2014 ada 382 juta penderita diabetes di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 5,1 juta orang artinya setiap enam detik, ada satu penderita diabetes yang meninggal. Diperkirakan pada tahun 2035, angka tersebut mencapai dua kali lipat, hingga 592 juta jiwa. Indonesia berada di nomor tujuh dengan jumlah penderita sebanyak 8,5 juta orang. Di posisi teratas, ada Cina (98,4 juta jiwa), India (65,1 juta jiwa), dan 1 2 Amerika (24,4 juta jiwa) (Anonim, 2014). Infeksi pada diabetes melitus khususnya pada mereka dengan kendali glikemik yang buruk, dan pada penderita usia lanjut sering mempunyai perlangsungan klinik yang berat, misalnya infeksi saluran nafas dan saluran kemih, sehingga membutuhkan perawatan rumah sakit dan penggunaan antibiotik yang spektrum luas (Johnston, 1997). Meningkatnya kepekaan terhadap infeksi pada diabetes melitus disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial), baik yang disebabkan oleh hiperglikemi maupun gangguan immunitas. Salah satu bukti bahwa hiperglikemi sebagai salah satu penyebab rentannya infeksi pada diabetes melitus ialah pada penderita dengan ketoasidosis dimana ditemukan hiperglikemi berat sering ditemukan komplikasi infeksi (Wilson, 1994). Pengobatan penyakit diabetes melitus selama ini banyak menggunakan obat-obat sintetik yang sudah diproduksi, namun biaya yang dibutuhkan relatif tinggi (Evy, 2008). Pengobatan tersebut menimbulkan kontraindikasi dan beberapa di antaranya mungkin menimbulkan efek toksik. Hingga saat ini penelitian mengenai agen anti diabetik baru menghadirkan sebuah perubahan ke pengobatan profesional (Oraby et al., 2008). Beberapa tahun ini banyak produk herbal dan tanaman yang memiliki aksi hipoglikemik (Oraby et al., 2008). Saat ini telah dikenal banyak jenis tanaman yang mengandung bahan aktif yang berkhasiat sebagai obat anti-diabetik, salah satunya adalah tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) (Nirmala, 2006). 3 Tanaman Sarang Semut bukanlah sarang yang dibuat oleh semut-semut, melainkan tanaman dari famili Rubiaceae yang mempunyai umbi berduri tajam. Di dalam umbinya tersebut, terdapat lorong-lorong labirin yang dihuni oleh semut. Tanaman epifit (menumpang pada tanaman lain tanpa merugikan induk semangnya) ini banyak ditemui di kawasan Asia Tenggara. Di Papua tanaman Sarang Semut tumbuh di pegunungan Jaya Wijaya pada ketinggian 1.100-2.500 m (Syamsir, 2006) Tanaman Sarang Semut telah lama dipercaya oleh masyarakat papua sebagai obat penyakit dalam seperti penyakit kanker dan tumor, penyakit gangguan jantung, stroke berat dan ringan, rheumatik, asam urat, gangguan ginjal, usus buntu, hernia, hipertensi, ambeien, dan diabetes melitus (Anonim, 2005). Pengolahan tanaman Sarang Semut secara tradisional cukup mudah, hanya dengan merebus daging umbi yang sudah dikeringkan sampai mendidih kemudian disaring dan diminum airnya (Anonim, 2006). Pada penelitian ini akan diuji pengaruh anti-hiperglikemik pada tanaman Sarang Semut sediaan serbuk melalui kajian hematologik, imunologik dan histopatologik organ tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang timbul adalah 1. Apakah umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) dalam sediaan serbuk memiliki potensi dalam menurunkan kadar gula dalam 4 darah pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? 2. Apakah umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) dalam sediaan serbuk dapat memperbaiki berat badan dan gambaran darah pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? 3. Apakah umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) dalam sediaan serbuk dapat meningkatkan imunitas terhadap infeksi bakteri pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? 4. Apakah umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) dalam sediaan serbuk dapat memperbaiki kerusakan organ pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? 5. Berapakah dosis umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) dalam sediaan serbuk yang efektif dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah dan memperbaiki kerusakan organ pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui potensi umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) sediaan serbuk dalam menurunkan kadar gula dalam darah pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin. 5 2. Mengetahui potensi umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) sediaan serbuk dalam memperbaiki berat badan dan gambaran darah pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? 3. Mengetahui potensi umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) sediaan serbuk dalam meningkatkan imunitas terhadap infeksi bakteri pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? 4. Mengetahui potensi umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) sediaan serbuk dalam memperbaiki kerusakan organ pada tikus Wistar yang diinduksi diabetes melitus dengan streptozotocin? 5. Mengetahui dosis serbuk umbi tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) yang efektif dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah dan memperbaiki kerusakan organ pada tikus Wistar yang diinduksi streptozotocin. Manfaat Penelitian 1. Efek kesembuhan dari pengaruh tanaman Sarang Semut terhadap tikus percobaan normal maupun yang telah dibuat menderita diabetes melitus akan dapat diketahui sehingga akan menunjang data potensi dan pengaruh tanaman Sarang Semut pada tikus percobaan. 2. Tahapan proses penyembuhan pada serbuk umbi tanaman Sarang Semut yang dimonitor melalui pengamatan/analisis parameter gambaran hematologik rutin, kadar gula darah dan gambaran histopatologik pankreas, hati dan ginjal akan menjadi referensi bagi peneliti, baik dari 6 bidang ilmu medis veteriner, biologi, maupun bidang ilmu lain untuk memanfaatkan umbi tanaman Sarang Semut sebagai obat herbal diabetes melitus. 3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang daya kerja dan khasiat atau potensi tanaman herbal Sarang Semut. Keaslian Penelitian Penelitian induksi diabetes melitus pada hewan coba tikus Wistar yang diterapi dengan menggunakan obat herbal sudah banyak dilakukan, namun terapi dengan obat herbal serbuk umbi tanaman Sarang Semut guna melihat potensi anti diabetes melitus melalui kajian hematologik, imunitas dan histopatologi organ hati, ginjal dan pankreas belum pernah dilaporkan. Berikut perbedaan dan persamaan dengan penelitian lain disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Persamaan dan perbedaan penelitian tanaman Sarang Semut saat ini dengan penelitian terdahulu No Peneliti/Tahun/Judul Persamaan 1 Mutiana Puspita Jeli (2011) Pengaruh pemberian infusa tanaman Sarang Semut (Hydnophytum formicarum) terhadap gambaran histologi pankreas pada tikus (Rattus norvegicus) diabetes terinduksi aloksan Gambaran histologi pankreas pengukuran pulau Langerhans dan sel β 2 Burhanudin Taebe (2012) Uji efek hipoglikemik kombinasi ekstrak etanol propolis dan ekstrak etanol tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans Merr & Perry) pada mencit (Mus musculus) Perbedaan Umbi tanaman Sarang Semut, histologi pankreas tidak dengan immunihistokimia namun dengan teknik Gomori, induksi diabetes dengan aloksan Pengukuran kadar Mencit, induksi glukosa darah, dengan hewan perlakuan dengan dipuasakan, per oral kombinasi dengan ekstrak propolis 7 No Peneliti/Tahun/Judul Persamaan Perbedaan 3 Adam et al., (2012) Extraction, identification and quantitative HPLC analysis of flavonoids from Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Menggunakan Tidak tanaman Sarang menggunakan Semut hewan coba, (Myrmecodia pendans) 4 Triana et al., (2013) Ant Plant (Myrmecodia tuberosa) hypocotyl extract modulates tcd4+ and tcd8+ cell profile of doxorubicin-induced immune-suppressed Sprague dawley rats In vivo Menggunakan tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose) 5 Adam et al., (2014) Analysis of major antioxidants from extracts of Myrmecodia pendans by UV/visible spectrophotometer, liquid chromatography/tandem mass spectrometry, and highperformance liquid chromatography 6 Rebecca et al. (2014) Investigation on supercritical co2 extraction of phenolic- phytochemicals from an epiphytic plant tuber (Myrmecodia pendans) Menggunakan tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) 7 Djuna/2014/Mekanisme antioksidan tanaman sarang semut (Myrmecodia pendans) menurunkan gangguan spermatogenesis tikus putih (Rattus novergicus) yang terpapar Plumbum Menggunakan Induksi plumbum, tikus putih, gangguan tanaman Sarang spermatozoa Semut (Myrmecodia pendans) Tikus Sprague Dawley, Induksi Doxorubicin, melihat aktivitas imunomodulator dalam tanaman Sarang Semut Menggunakan Tidak tanaman Sarang menggunakan Semut hewan coba (Myrmecodia pendans) Pengujian aktivitas kelator tanaman Sarang Semut terhadap radikal bebas 2,2diphenyl-1picrylhydrazyl (DPPH)