HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI: Kolaborasi Aspek Belajar

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI:
Kolaborasi Aspek Belajar, Bermain, Dan Olahraga
Untuk Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)
Oleh:
Agus Kristiyanto
Dosen Pada Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FKIP Universitas Sebelas Maret
Pendahuluan
Hakikat Pendidikan Jasmani memiliki berbagai titik pandang dalam
rumusannya. Salah satu benang merah yang dapat dirumuskan dari pendidikan
melalui media aktivitas fisik tersebut adalah terkait dengan pengembangan
kecerdasan. Kecerdasan dalam pengertian yang luas sebenarnya tercipta dari
sebuah rancangan pembelajaran yang berorientasi pada gerak, permainan, dan
olahraga. Gerak, permainan dan olahraga merupakan pilar penyangga dari
sebuah bangunan penting yang disebut pendidikan jasmani. Kebutuhan akan
gerak, permainan, dan olahraga merupakan sebuah “naluri” yang dimiliki oleh
manusia dalam setiap taraf perkembangan. Artinya, Pendidikan Jasmani
sebenarnya tidak hanya diperlukan untuk membentuk kecerdasan anak-anak
yang sedang tumbuh, melainkan diperlukan juga untuk “memperbaiki”
kecerdasan orang dewasa, bahkan bagi lansia. Dengan demikian, Pendidikan
jasmani itu memiliki konsep sepanjang hayat, Life Long Physical Education.
Dalam tataran budaya kita sebagian besar masyarakat masih menganut
pemahaman kecerdasan dalam dimensi yang sempit. Kecerdasan dipahami
dengan berfokus pada pengetahuan dan kecakapan relatif yang berguna di
lingkungan sekolah semata. Kriteria dangkal kecerdasan dibangun dengan
memaknai kecerdasan anak berdasarkan hasil tes standar dan tes bakat. Tes
tersebut didasarkan pada kefasihan berbicara, keluasan penguasaan kosa kata,
atau kecakapan dalam berhitung. Kriteria kecerdasan tersebut memang masih
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
relevan, tetapi kurang komprehensif terutama bila dikaitkan dengan situasi
kontemporer yang menuntut life skills hasil belajar
lebih dari sekadar
kecerdasan hasil tes IQ (Intelligence Quotient).
Bagaimanakah dengan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk?
Adalah Howard Gardner yang mula pertama menemukan dan mengembangkan
Teori Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk (KM). Teori KM
mengembangkan suatu kriteria yang pragmatis tentang suatu kecerdasan, yaitu
bahwa cerdas itu adalah” kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau
menciptakan suatu produk yang bernilai dalam masyarakat”, artinya bahwa
fokus penggunaan kecerdasan berada pada tataran situasi kehidupan nyata.
Dengan demikian, kecerdasan yang sebenarnya tentu jauh lebih banyak
kriterianya dibandingkan hanya sekedar kecerdasan hasil tes IQ. Gardner
mengembangkan Multiple Intelligences ke dalam 8 (delapan) jenis kecerdasan
yang meliputi: (1) bahasa, (2) logika mathematika, (3) musikal, (4) kinestesis
tubuh, (5) spasial, (6) naturalis, (7) interpersonal, dan (8) intrapersonal. (Thomas
R Hoerr, 2007).
Rancangan belajar di sekolah seharusnya dikembangkan dengan
diilhami oleh pemahaman tentang Multiple Intelligences atau Kecerdasan
Majemuk (KM) ini. Artinya bahwa setiap anak atau siswa pada dasarnya
memiliki kecerdasan masing-masing. Sekolah tidak boleh hanya menggunakan
indikator kemampuan bahasa dan mathematik untuk memilih dan memilah
antara siswa yang cerdas dan tidak cerdas. Kecerdasan yang sebenarnya
adalah kemampuan untuk menciptakan produk dan menciptakan solusi untuk
memecahkan masalah di masyarakat. Dengan demikian rancangan kurikulum
mata pelajaran di sekolah sudah seharusnya berorientasi pada tujuan-tujuan
memfasilitasi anak agar potensi produksi dan kemampuan solusi terbentuk.
Pembelajaran di sekolah harus dirancang bagi terkembangkannya kecerdasan
majemuk pada para siswa.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Potensi untuk mengembangkan kecerdasan majemuk atau Multiple
Intelligences sebenarnya dimiliki oleh semua mata pelajaran yang diberikan
secara formal di sekolah untuk semua jenjang yang ada. Namun demikian,
sepertinya Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan mata pelajaran yang
memiliki potensi terbesar untuk mengembangkan kecerdasan majemuk pada
anak untuk setiap jejang pendidikan. Tujuan Pendidikan Jasmani adalah untuk
mencapai tujuan pendidikan secara umum melalui medium aktivitas jasmani.
Rumusan yang demikian memberikan konsekuensi bahwa pembelajaran
Pendidikan Jasmani dapat mencapai multiaspek tujuan belajar, yang meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara simultan.
Kajian ilmiah tentang potensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi
pengembangan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk berguna
sebagai dasar berfikir bagi diselenggarakannya riset penyusunan model
pembelajaran pendidikan jasmani. Kajian ilmiah diperlukan sebagai embrio bagi
riset penyusunan model atau prototipe pembelajaran pendidikan jasmani untuk
mengembangkan Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk.
Kajian Pustaka
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) menurut Gardner meliputi
8 (delapan) jenis, yakni kecerdasan: Bahasa, Logika Matematika, Musikal,
Kinestesis Tubuh, Spasial, Naturalis, Interpersonal, Intrapersonal (Thomas R
Hoerr, 2007). Definisi Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) model
Gardner sebagaimana dirinci dalam tabel berikut ini:
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Jenis Kecerdasan dan Definisinya (Gardner dalam Thomas R
Hoerr, 2007)
Kecerdasan
Definisi
Bahasa
Kepekaan pada makna dan susunan kata
Logika Matematika
Kemampuan untuk menangani relevansi/argumentasi serta
mengenali pola dan urutan
Kepekaan terhadap pola titinada, melodi, irama, dan nada.
Musikal
Kinestesis Tubuh
Spasial
Naturalis
Interpersonal
Intrapersonal
Kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil
dan memegang atau mengendalikan obyek dengan cakap.
Kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan
menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia
tersebut.
Kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi aneka
spesies, flora dan fauna dalam lingkungan.
Kemampuan untuk memahami orang dan membina
hubungan
Akses pada kehidupan emosional diri sebagai sarana untuk
memahami diri sendiri dan orang lain.
Kerangka fikir Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) adalah
”bahwa semua anak sebenarnya memiliki kecerdasan”. Kecerdasan yang
dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda. Sistem sekolah selama ini hanya
menggunakan sebagian kecil indikator kecerdasan untuk menentukan cerdas
dan tidaknya anak. Indikator yang digunakan sebatas pada kecerdasan bahasa
dan kecerdasan logika mathematika. Kecerdasan yang lain, seperti kecerdasan
musikal, kinestesis tubuh, spasial, naturalis, interpersonal, dan intrapersonal
belum terakomodasi secara proporsional dalam sistem persekolahan kita.
Sekadar penjelasan tambahan, banyak tokoh-tokoh dunia yang sukses
sebagai icon dunia berdasarkan kecerdasan masing-masing,
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2. Tokoh Dunia dengan Kecerdasan yang berbeda (Gardner
dalam Thomas R Hoerr, 2007)
Kecerdasan
Tokoh Dunia
Musikal
Winston Churchil, Barbara Jordan, Doris K
Goodwin
Bill Gates, Stephen Hawking, Benjamin
Banneker.
Ray Charles, Harry Connick Jr., Carly Simon.
Kinestesis Tubuh
Michael Jordan, Michelle Kwan, Mia Hamm.
Spasial
Maya Lin, Mary Angelbreit, Frank Lloyd
Wright.
Charles Darwin, Jane Goodall, George Lewis.
Bahasa
Logika Matematika
Naturalis
Collin Powel, Martin Luther King Jr., Deborah
Tannen.
Eleanor Roosevelt, Anne Frank, Bill Moyers.
Interpersonal
Intrapersonal
Joyful Learning Pendidikan Jasmani Untuk Kecerdasan Majemuk
Dewasa ini, para praktisi pendidikan banyak yang berkonsentrasi
mengupayakan
proses
pembelajaran
yang
berpihak
pada
kebutuhan
pengembangan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) siswa. Terdapat
banyak model pembelajaran yang mungkin dapat diadopsi oleh para guru
penjas agar pembelajaran yang dikelola lebih menarik dan bermakna bagi
siswa. Salah satu bentuk pembelajaran tersebut berkonsep pada Joyful
Learning
atau
belajar
yang
menyenangkan.
Disain
atau
rancangan
pembelajaran tersebut kemudian dielaborasi konsepnya menjadi konsep
PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Konsep pembelajaran Penjas yang mengandung unsur PAIKEM merupakan
prasarat dasar bagi pembelajaran yang membentuk kecerdasan majemuk
(Multiple Intelligences) siswa.
Konsep PAIKEM dalam pembelajaran penjas sebenarnya merupakan
pemaknaan tiap guru dalam mengembangkan suatu pembelajaran yang inovatif.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setiap guru memiliki semacam ”hak prerogratif” agar pembelajaran yang
dikelolanya menjadi sebuah pengalaman yang menarik dan bermakna bagi
siswa-siswanya. Artinya, bahwa PAIKEM dalam pembelajaran penjas bukan
merupakan persoalan mengatur bentuk pembelajaran, melainkan sebuah ruh
atau nafas pembelajaran penjas. Bentuknya boleh bervariasi yang bergantung
pada daya kreasi guru, yang penting ruh pembelajaran hasil kreasi guru
tersebut mengandung unsur Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Unsur Aktif terkait dengan rancangan pembelajaran yang lebih
mengedepankan pada proporsi aktivitas yang lebih banyak kepada siswa.
Pemahaman tentang sebuah makna dan pengalaman belajar ditempuh oleh
siswa melalui aktivitas dengan waktu berpartisipasi secara optimal.
Unsur Inovatif sebenarnya bukan berkonotasi sebagai sesuatu yang
luar biasa, tetapi dipahami sebagai: ”sesuatu pekerjaan yang biasa, tetapi
dilakukan dengan cara yang tidak biasa”. Guru melakukan sesuatu yang
biasa dilakukan, namun dengan cara yang tidak biasa dilakukan. Inovasi
pembelajaran Penjas bukan merupakan sesuatu yang revolusioner, tetapi
pembelajaran yang selalu terbuka secara fleksibel untuk menerima perubahanperubahan pada komponen-komponen inti pembelajaran, seperti: komponen
siswa, guru, serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Unsur Kreatif lebih mengarah pada persoalan ide-ide original guru
dalam mengembangkan solusi menghadapi keterbatasan dan kendala di
lapangan. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran,
walau dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kreativitas guru
juga tampak dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi peralatan,
lapangan, atau aturan-aturan permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan keterbatasan para siswanya.
Unsur Efektif terkait dengan persoalan kemampuan rancangan proses
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran apa
pun bukan merupakan sesuatu yang berguna jika tidak efektif untuk mencapai
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tujuan pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran penjas yang efektif mengandung
aktivitas yang bermakna untuk mengantarkan seluruh siswa menjadi insan yang
terdidik secara penjas.
Unsur Menyenangkan sebagaimana telah dijelaskan di depan, lebih
tergantung pada merancang cara mengajar guru. Guru adalah manager, leader,
dan decision maker atau pengambil keputusan. Guru yang bijaksana akan
mengambil
keputusan
untuk
mengembangkan
cara
mengajar
yang
menyenangkan bagi para siswanya. Iklim atau suasana pembelajaran yang
menyenangkan akan meningkatkan partisipasi dan hasil pembelajaran penjas.
Selanjutnya, PAIKEM dalam pembelajaran penjas tersebut harus juga
mensertakan berbagai komponen yang bervariasi yang meliputi : (1) multimedia,
(2) multimetode, (3) praktik dan bekerja dalam tim, (4) memanfaatkan sumbersumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, (5) kombinasi di dalam dan di
luar kelas, dan (6) pengembangan multiaspek dalam belajar yang meliputi:
logika, etika, dan sebagainya.
Gambar 1. Pendidikan Jasmani Sepanjang Hayat (Life Long Physical
Education)
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Inovasi Pembelajaran dan Pencapaian Tujuan Penjas
Inovasi pembelajaran Pendidikan Jasmani kendatipun merupakan
sebuah keharusan, namun dalam aplikasinya harus tetap mengarah pada upaya
pencapaian tujuan Pendidikan Jasmani. Jika inovasi merupakan sebuah cara,
maka cara tersebut tetap berorientasi pada pencapaian tujuan Pendidikan
Jasmani. Antara upaya inovatif dan pencapaian tujuan terjadi sebuah ikatan
yang kuat dan jelas. Inovasi dalam pembelajaran Penjas justru diharapkan
mempertegas dan memperkuat arah menuju pencapaian tujuan Pendidikan
Jasmani tersebut. Formulasi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang relevan perlu
lebih digali dan dipahami oleh guru,
untuk mempertegas pengembangan
inovasi pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Berbagai
definisi dan tujuan Pendidikan Jasmani yang masih relevan dengan situasi
kekinian, dapat disajikan sebagai berikut.
Nixon dan Jewett (1990) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani
adalah satu fase dari
proses pendidikan keseluruhan yang menggunakan
kemampuan gerak individu secara sukarela, tetapi bermakna langsung terhadap
perkembangan mental, emosional, dan sosial. Konsekwensinya, pendidikan
jasmani harus dirancang secara khusus untuk memberikan pengaruh yang baik
terhadap jasmani, emosi, sosial, dan intelektual.
Frost (1995) berpendapat bahwa Pendidikan Jasmani adalah bagian
integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memberikan sumbangan
terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak
siswa. Semua urutan pengalaman belajarnya dirancang dengan hati-hati untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku setiap siswa.
Masih banyak ahli memberikan definisi dan formulasi tujuan Pendidikan
Jasmani, namun semuanya mengarah pada sebuah pengertian bahwa perilaku
fisik dan gerak yang ditunjukkan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani
sebenarnya sekadar merupakan “alat” untuk mengembangkan potensi siswa
secara keseluruhan yang meliputi fisik, mental-kognitif, dan sosial. Sudahkah
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran Penjas yang selama ini kita rancang telah mengarah pada
pencapaian tujuan tersebut ? Jika jawabnya belum, maka inovasi pembelajaran
merupakan pilihan untuk lebih memperbaiki keadaan, yakni memfasilitasi para
siswa agar menjadi seorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani.
Karakteristik seseorang yang terdidik dalam Pendidikan Jasmani
diuraikan oleh Physical Education Outcomes Committee of The National
Association of Physical Education and Sport (NASPE) sebagaimana telah
dikutip Arma Abdullah dalam Harsuki (2003), memiliki ciri-ciri: (1) Telah
mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
berbagai aktivitas jasmani, (2) segar atau bugar secara jasmaniah, (3)
berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani, (4) mengetahui implikasi
dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan (5) menghargai
aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat.
Pembahasan
Membedah
potensi
pembelajaran
Pendidikan
Jasmani
untuk
pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences), dibangun oleh
berbagai pertimbangan logis, antara lain: (1)
kebutuhan akan tahap-tahap
perkembangan berdasarkan usia kronologis anak, dan (2) konsep joyful
learning, yakni belajar yang menyenangkan dan mengandung unsur interaktif
antar siswa atau siswa dengan lingkungan belajarnya.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2. Perkembangan Usia Kronologis dan Rancangan untuk
Pengkondisian
Kecerdasan
Majemuk
(Multiple
Intelligences)
Latihan-latihan (train and exercise) yang dirancang dalam aktivitas
pendidikan jasmani berorientasi pada tahap perkembangan usia kronologis
(Chronological Age), karakteristik keterampilan (Skills) untuk membentuk
perkembangan kemampuan-kemampuan yang mengarah pada kecerdasan
majemuk (Multiple Intelligences). Seperti disajikan pada Gambar 2.
Identifikasi dan mendorong penggunaan Kecerdasan Majemuk (Multiple
Intelligences) di sekolah memang bukan perkara yang mudah dilakukan. Namun
hal tersebut harus tetap diupayakan oleh setiap guru pendidikan jasmani mulai
dari hal-hal yang sederhana. Penggunaan Kecerdasan Majemuk (Multiple
Intelligences) di sekolah oleh guru telah diformulasikan dan dipraktekkan di New
City School di St Louis, Missouri, Amerika Serikat. Guru Pendidikan Jasmani
dapat membantu siswa untuk mengembangkan kecerdasan tertentu secara
sendiri-sendiri atau simultan dengan cara memodifikasi kegiatan. Contoh
modifikasi sebagaimana diilustrasikan dalam tabel 3 berikut:
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3. Mendorong Penggunaan Kecerdasan Majemuk (Multiple
Intelligences) di Sekolah
Kecerdasan
Yang dapat dilakukan Guru
(Model New City School)
Bahasa
Mendorong penggunaan katakata yang tak lazim,
melibatkan siswa dalam debat
dan presentasi lisan,
menunjukkan puisi untuk
menyampaikan emosi.
Logika
Menggunakan diagram venn
untuk membandingkan,
menggunakan grafik, tabel
dan bagan waktu,
mendemonstrasikan dengan
benda-benda nyata, meminta
siswa untuk menunjukkan
urutan.
Matematika
Musikal
Mengubah lirik lagu untuk
mengajarkan konsep.
Mendorong siswa
menambahkan musik dalam
drama, menciptakan rumus
atau hafalan berirama.
Yang dapat dilakukan Guru
di kelas Penjas
(Model Ilustrasi Agus
Kristiyanto)
Mendorong siswa dalam
- penggunaan istilah teknis
olahraga dalam bahasa
Inggris sejak dini, seperti:
Start, Finish, In, Out,
Double, Single, dll.
- Penggunaan umpan balik
secara
verbal
atas
penampilan sendiri atau
penampilan teman sekelas.
Mendorong siswa:
- Mampu mengkomparasikan
besaran
waktu,
jarak,
kecepatan, sudut pantulan,
sudut tolakan, dsb dalam
aktivitas
jasmani
yang
dilakukan.
- Mendemonstrasikan tugas
gerak
dengan
menggunakan
bendabenda nyata (media) yang
sesuai.
- Menunjukkan kemampuan
menghitung pola, urutan,
jumlah regu, dan jumlah
anggota regu.
Mendorong siswa:
- Melakukan aktivitas individu
atau kelompok dengan
menggunakan instruksi lirik
dan lagu melalui ekspresi
gerakan
tubuh
secara
keseluruhan atau bagianbagian tubuh.
- Memilih iringan musik yang
sesuai
untuk
gerakan
senam dan tari.
- Mampu berkreasi tentang
rumus gerakan ritmik dan
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai-nilai ketukan.
Kinestesis Tubuh
Mendorong siswa agar
melakukan kegiatan bergerak
dengan menggunakan tangan
(manipulatif), kesempatan
berakting, berekspresi gerak
secara bebas.
Spasial
Menggambarkan peta,
memimpin kegiatan
visualisasi, menyediakan
kesempatan untuk
memperlihatkan pemahaman
melalui gambar, merancang
bangunan dan pakaian
Naturalis
Menggunakan alam terbuka
sebagai kelas, mengadakan
percobaan-percobaan,
memelihara tanaman dan
binatang di kelas dan siswa
bertanggung jawab
terhadapnya.
Interpersonal
Menggunakan pembelajran
kerjasama, menugaskan kerja
kelompok, menciptakan situasi
yang membuat siswa saling
mengamati dan memberi
masukan.
Intrapersonal
Membiarkan siswa bekerja
dengan iramanya sendiri,
membantu siswa menyusun
dan memonitor target-target
pribadi.
Mendorong siswa:
- Melakukan
aktivitas
manipulatif lengan-tangan,
maupun
manipulatif
tungkai-kaki dengan media
atau alat belajar yang
sesuai.
- Melakukan
aktivitas
lokomotor melalui berbagai
aktivitas atletik maupun
bentuk-bentuk permainan
Mendorong siswa:
- Mampu menirukan gerakan
dan mengembangkannya
dengan cara mengamati
foto atau gambar ilustrasi.
- Mampu memilih kostum
olahraga dengan pilihan
model dan warna yang
sesuai (matching)
Mendorong siswa:
- Untuk gemar
menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar
yang efektif, seperti sungai,
ladang, tebing, hutan.
- Melakukan outbond activity
dengan memanfaatkan
ternak dan tumbuhtumbuhan sebagai media
belajar.
Mendorong siswa:
- Senang melakukan
kompetisi olahraga beregu.
- Terbiasa bersikap terbuka
dalam memberikan dan
menerima umpan balik
dalam akativitas olahraga
yang dilakukan dalam
suatu kelompok
Mendorong siswa:
- Terbiasa dengan bentuk
pembelajaran inklusi, yakni
sebuah
pembelajaran
Penjas yang memfasilitasi
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setiap
anak
memulai
dengan kemampuan awal
masing-masing
(Entry
Behavior).
- Secara periodik melakukan
battery test, yakni tes
performansi olahraga yang
terdiri dari beberapa item,
setiap anak diberi bekal
kemampuan
untuk
menskor sendiri untuk
setiap itemnya.
Kesimpulan dan Saran
Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang memiliki potensi besar
untuk mencerdaskan anak secara simultan. Kecerdasan simultan mengarah
pada
terbentuknya
kecerdasan
majemuk
atau
Multiple
Intelligences
.
Kecerdasan majemuk (KM) merupakan indikator yang didasari oleh kerangka
berfikir bahwa setiap anak sebenarnya tumbuh dan berkembang dengan
kecerdasan yang berbeda-beda. Cerdas bukan sekadar bermakna dangkal
yang terkait dengan hasil tes IQ semata, cerdas juga bukan hanya menyangkut
kemampuan bahasa dan logika matematika. Cerdas dalam pandangan Multiple
Intelligences model Gardner mencakup 8 (delapan) bidang kecerdasan yaitu: (1)
bahasa, (2) logika mathematika, (3) musikal, (4) kinestesis tubuh, (5) spasial, (6)
naturalis, (7) interpersonal, dan (8) intrapersonal.
Guru Pendidikan Jasmani sudah seharusnya memiliki kompetensi
mengajar yang mendorong para siswa mengembangkan kecerdasan majemuk.
Pendidikan Jasmani adalah pendidikan melalui medium aktivitas fisik yang
memfokus pada pencapaian seluruh ranah tujuan belajar. Ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor, secara simultan dikembangkan dalam sebuah
rancangan belajar yang standar. Namun demikian, guru masih memerlukan
langkah tambahan untuk dapat menerapkan inovasi pembelajaran
yang
mengarah pada pengembangan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences).
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengembangan kecerdasan majemuk ini sangat mungkin dilakukan
melalui pembelajaran pendidikan jasmani, karena pendidikan jasmani memiliki
nilai : (1) pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa sesuai tahap
perkembangannya, (2) pendidikan yang mengembangkan potensi fisik, kognitif,
dan sosio emosional secara simultan, dan (3) pendidikan jasmani berisi
aktivitas: Pengembangan, Permainan dan Olahraga, Aktivitas Uji Diri, Aktivitas
Ritmik, Akuatik, dan Outdoor Education.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka
Agus Kristiyanto, (1997). “Spektrum Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani”.
Jurnal Dwijawarta. Edisi April-Juni: hal. 40-44.
______________, dkk, (1998). Akuntabilitas PPL
Penelitian Kelompok – Surakarta: FKIP UNS.
Pendidikan
Jasmani.
______________, (2000). Kompetensi Umpan Balik Mahasiswa Praktikan PPL
Pendidikan Jasmani. Penelitian Kelompok. Surakarta: FKIP UNS.
______________, (2008). “Merancang Model Pembelajaran Paikem Pendidikan
Jasmani”. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pembaharuan
Pendidikan Jasmani di Sekolah, Banjarmasin Kalsel 27 Nopember
2008.
Frost, R.B. (1995). Physical Education: Foundations, Practices and Principles.
Reading: Addison Wesley Publishing Company.
Harsuki, (2003). Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Hoerr, Thomas R., (2007). Buku Kerja Multiple Intelligences: Pengalaman New
City School di St. Louis Missouri dalam Menghargai Aneka Kecerdasan
Anak. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung: Penerbit Kaifa.
Metzler, Michael W., (2000). Instructional Models for Physical Education.
Boston: Allyn and Bacon.
Mosston, Muska, (1991). Teaching Physical Education. Columbus L Bell and
Howell Companies.
Nixon, J.E. & Jewett, A.E., (1990). An Introduction to Physical Education.
Philadelphia: Saunders College Publishers.
Santrock, John W., (2002). Life-Span Development. Dubuque: W.Mc. Brown
Communications, Inc.
Siedentop, D., (1990). Physical Education: Introductory Analysis. Dubuque:
W.Mc. Brown Communications, Inc.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran Power Point Presentasi
HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI:
Kolaborasi Aspek Belajar, Bermain, Dan
Olahraga
Untuk Pengembangan Kecerdasan Majemuk
(Multiple Intelligences)
Oleh:
Agus Kristiyanto
Jurusan POK FKIP UNS
PERTANYAAN BESAR YG
HARUS KITA JAWAB HARI INI
• Pendidikan Jasmani itu
sebuah aktivitas BELAJAR,
BERMAIN, atau
BEROLAHRAGA ? (Hakikat
1)
• Dapatkah Pendidikan
Jasmani Mengembangkan
Kecerdasan Majemuk
(Multiple Intelegences) ?
(Hakikat 2)
ONTOLOGI PENDIDIKAN
JASMANI
• Nixon dan Jewett berpendapat bahwa
Pendidikan Jasmani adalah satu fase dari
proses pendidikan keseluruhan yang
menggunakan kemampuan gerak individu
secara sukarela, tetapi bermakna langsung
terhadap perkembangan mental, emosional,
dan sosial.
• Frost berpendapat bahwa Pendidikan
Jasmani adalah bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan yang
memberikan sumbangan terhadap
perkembangan individu melalui media
aktivitas jasmani dan gerak siswa.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KARAKTERISTIK SESEORANG
YANG TERDIDIK DALAM
PENDIDIKAN JASMANI
•
•
•
•
•
Telah
mempelajari
berbagai
macam
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
berbagai aktivitas jasmani
Segar atau bugar secara jasmaniah,
Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas
jasmani,
Mengetahui
implikasi
dan
manfaat
dari
keterlibatannya dalam aktivitas jasmani, dan
Menghargai
aktivitas
jasmani
dan
sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat.
(The National Association of Physical Education
and Sport (NASPE)
DIMENSI BELAJAR
• Membentuk, Merubah, dan Meningkatkan
Kemampuan (Dalam Ranah: Kognitif,
Afektif, Psikomotor, dan Fisik),
Kemampuan yang terbentuk relatif
permanen.
• Mengoreksi (Intervensi) Kemampuan.
• Mengoptimalkan Potensi Bawaan.
DIMENSI BERMAIN
• Manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk yang multi-interpretatif: suka
menggunakan alat (Homo Faber), suka
bermain (Homo Ludens). Menggunakan
alat dan bermain merupakan manifestasi
dorongan untuk hidup.
• Bermain itu merupakan dasar (instingtif)
manusia dalam mengapresiasikan waktu
luang yang dimilikinya.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DIMENSI OLAHRAGA
• Olahraga adalah pengorganisasian
dimensi BERMAIN (Play) sehingga
menjadi bentuk PERMAINAN (Games)
yang memiliki sifat KOMPETITIF
(Contest) dan diwujudkan dalam ekspresi
secara JASMANIAH (Physical).
• Penonjolan Dimensi Olahraga adalah
terletak pada Kompetitif, yakni : citius,
altius, fortius.
RELASI ANTARA PLAY, GAMES, DAN
SPORTS (Model Allen Guttmann)
PLAY
Spontaneous
(GAMES)
Organized
Non Competitive
Competitive (Contest)
Intellectual
Physical (SPORTS)
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KOLABORASI DIMENSI BELAJAR,
BERMAIN, DAN BEROLAHRAGA
BELAJAR
PENDIDIKAN JASMANI
BERMAIN
BEROLAHRAGA
PENJAS, Play, Learning,
Sport
• PENJAS – BERMAIN (PLAY): Isi Penjas bukan
bentuk permainan spontan, tetapi bermain yang
di-organized menjadi permainan yang
bermakna.
• PENJAS – BELAJAR (LEARNING): Penjas
mengkondisikan siswa untuk belajar dalam multi
ranah, bahkan didesain menuju pengembangan
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)
• PENJAS – OLAHRAGA (SPORT): Jika cabang
olahraga Bolavoli dipilih sebagai isi kegiatan
Penjas, maka bukan berarti pembelajaran
penjas itu mengajar tentang bolavoli, tetapi
pembelajaran penjas melalui permainan
(Games) bolavoli.
BAGAIMANA MULTIPLE INTELLIGENCES
DAPAT DIKEMBANGKAN MELALUI
PENJAS?
• Hasil proses peramuan dimensi
BELAJAR, BERMAIN, DAN OLAHRAGA
memberikan konsekwensi besar bagai
terbentuknya 8 (delapan) komponen
kecardasan majemuk (Multiple
Intellegences).
• Penjas itu pada prinsipnya memilih
kandungan OLAHRAGA, kandungan
BERMAIN, dan kandungan BELAJAR
secara selektif.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ONTOLOGI KECERDASAN MAJEMUK
(MULTIPLE INTELLIGENCE)
• Adalah Howard Gardner yang mula pertama
menemukan dan mengembangkan Teori
Multiple Intelligence atau Kecerdasan Majemuk
(KM). Teori KM mengembangkan suatu kriteria
yang pragmatis tentang suatu kecerdasan, yaitu
bahwa cerdas itu adalah” kemampuan untuk
menyelesaikan masalah atau menciptakan
suatu produk yang bernilai dalam
masyarakat”, artinya bahwa fokus penggunaan
kecerdasan berada pada tataran situasi
kehidupan nyata. Dengan demikian, kecerdasan
yang sebenarnya tentu jauh lebih banyak
kriterianya dibandingkan hanya sekedar
kecerdasan hasil tes IQ.
KERANGKA FIKIR KECERDASAN
MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCES)
• ”Bahwa semua anak sebenarnya memiliki
kecerdasan”. Kecerdasan yang dimiliki oleh
setiap anak berbeda-beda. Sistem sekolah
selama ini hanya menggunakan sebagian kecil
indikator kecerdasan untuk menentukan cerdas
dan tidaknya anak. Indikator yang digunakan
sebatas pada kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika mathematika. Kecerdasan
yang lain, seperti kecerdasan musikal, kinestesis
tubuh, spasial, naturalis, interpersonal, dan
intrapersonal belum terakomodasi secara
proporsional dalam sistem persekolahan kita.
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
JENIS KECERDASAN MAJEMUK
(MULTIPLE INTELLIGENCE)
• Gardner mengembangkan Multiple Intelligences
ke dalam 8 (delapan) jenis kecerdasan yang
meliputi:
o Bahasa
o Logika mathematika
o Musikal
o Kinestesis tubuh
o Spasial
o Naturalis,
o Interpersonal
o intrapersonal.
KESIMPULAN
• Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan
melalui aktivitas gerak (Physical Activity),
rancangan bermain (Play) yang dikemas dalam
bentuk permainan (Games) yang bersifat
Physical kemudian memiliki makna belajar
(Learning) di dalamnya.
• Hasil dari aktivitas tersebut adalah untuk
mengembangkan Kecerdasan Majemuk
(Multiple Intellegences) yang merupakan
manifestasi pencapaian insan yang terdidik
secara Penjas / Melek Penjas (Physical
Education Literacy)
commit to user
Disajikan dalam Seminar Nasional Mahasiswa Olahraga di Solo, 6 Juni 2009
21
Download