Penatalaksanaan chronic atrophic candidiasis pada pasien

advertisement
Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis
Penatalaksanaan chronic atrophic candidiasis pada pasien gigitiruan lepasan
Maharani Laillyza Apriasari*, Bagus Soebadi**
*
Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
**
Bagian Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya, Indonesia
ABSTRACT
Chronic atrophic candidiasis is the pathologic changes on the oral mucous of the
denture wearers, accompanied with erythematous under the denture, usually
asymptomatic and relates to the yeast of Candida. The irritation factors of chronic
atrophic candidiasis are ill fitting denture, using the denture at night and bad oral
hygiene. This is a case report of chronic atrophic candidiasis on patient using
removable denture without systemic disease. The trigger factors were using denture at
night, mistaken of cleaning the denture and dental calculus surround the artificial
teeth of denture. Final diagnosis is based on anamnesis, clinical examination and
microbiology examination. Therapy given was a topical antifungal applied
continuously for 7 days after the clinical signs dissapear. The patient was suggested to
not using the denture at night, maintain the cleanliness of the denture regularly and
scaling the teeth. It can be concluded that management of chronic atrophic
candidiasis is based on the oral lesion condition, oral hygiene, wearing denture at
night, and the systemic condition.
Keywords: management, chronic atrophic candidiasis, removable denture
ABSTRAK
Chronic atrophic candidiasis merupakan perubahan patologik pada mukosa
penyangga gigitiruan disertai gambaran kemerahan di bawah gigitiruan, hampir tidak
menimbulkan rasa nyeri dan berhubungan dengan yeast candida. Faktor penyebab
iritasi kronis pada chronic atrophic candidiasis adalah gigitiruan ill fitting, gigitiruan
yang tidak dilepas pada waktu malam hari dan kebersihan rongga mulut yang buruk.
Dilaporkan kasus chronic atrophic candidiasis pada pasien pemakai gigitiruan lepasan
tanpa penyakit sistemik. Faktor pencetusnya adalah gigitiruan lepasan jarang dilepas
saat tidur malam hari, terjadi kesalahan cara pembersihkan gigitiruan, dan terdapat
karang gigi di sekitar geligi tempat gigitiruan menempel. Diagnosis akhir ditentukan
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang
mikrobiologi. Pasien tidak memiliki kelainan sistemik, sehingga terapi yang diberikan
adalah antijamur topikal yang dilanjutkan selama 7 hari setelah tanda klinis hilang.
Pasien diinstruksikan untuk melepas gigitiruan saat tidur malam hari, menjaga
kebersihan gigitiruan, dan melakukan skeling. Simpulan dari kasus ini adalah terapi
chronic athropic candidiasis diberi berdasarkan keadaan lesi dalam mulut, kebersihan
rongga mulut, pemakaian gigitiruan pada malam hari dan kondisi sistemik pasien.
Kata kunci: Penatalaksanaan, chronic atrophic candidiasis, gigitiruan lepasan
Korespondensi: Maharani Laillyza Apriasari, Peserta Program Pendidikan Dokter
Gigi Spesialis Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga,
Jl Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya, Indonesia, email: [email protected], HP:
081703521321
95
Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103
96
PENDAHULUAN
Makalah ini melaporkan tentang kasus
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang paling
1
terjadinya chronic atrophic candidiasis pada
sering terjadi di dalam rongga mulut. Manifestasi
pasien
klinis dari kandidiasis dalam rongga mulut dibagi
menggunakan gigitiruan lepasan yang jarang
menjadi
pseudomembrane
dilepas pada malam hari serta didukung kesalahan
candidiasis (thrush), acute atrophic candidiasis,
pasien dalam membersihkan gigitiruannya. Selain
chronic
chronic
itu pada gigi-gigi tempat gigitiruan menempel
terjadi
terdapat faktor lokal karang gigi yang memicu
karena didukung adanya faktor predisposisi,
inflamasi. Diagnosis didapatkan berdasar pada
antara lain adanya perubahan flora normal rongga
hasil
mulut akibat pemakaian antibiotik spektrum luas,
pemeriksaan
penggunaan
dan
jamur. Terapi yang diberikan disesuaikan dengan
serostomia, iritasi lokal yang kronis akibat
kondisi pasien. Pada kasus ini pasien tidak
pemakaian gigitiruan dan piranti ortodontik,
memiliki
pemakaian
rongga
lesinya terlokalisasi, maka terapi yang diberikan
penurunan
hanya antijamur topikal, peningkatan kebersihan
kekebalan tubuh akibat AIDS, diabetes melitus,
gigitiruan dan melepasnya pada malam hari, serta
leukemia, limfoma, kemoterapi dan radiasi, serta
dilakukan scaling untuk meningkatkan kesehatan
4,
yaitu
atrophic
candidiasis
2
hyperplastic
mulut
acute
candidiasis.
obat
kumur
kortikosteroid,
yang
buruk,
dan
Kandidiasis
berlebihan
kebersihan
kehamilan,
3
malapsorbsi dan malnutrisi.
wanita
berusia
anamnesis,
23
tahun
pemeriksaan
penunjang
penyakit
klinis
mikrobiologi
yang
dan
kultur
immunocompromised
dan
rongga mulutnya.
Chronic atrophic candidiasis atau denture
stomatitis merupakan perubahan patologik pada
KASUS
mukosa penyangga gigitiruan disertai gambaran
Pada tanggal 1 Desember 2008, pasien
kemerahan dan hampir tidak menimbulkan rasa
perempuan berusia 23 tahun datang ke Kamar
nyeri serta berhubungan dengan adanya yeast dari
Terima dengan keluhan gusi pada langit-langit
Candida. Denture stomatitis sering terjadi pada
kanan di bawah gigi palsunya tidak nyaman,
kandidiasis rongga mulut pada rahang atas atau
kemeng dan sedikit sakit sejak 2 bulan lalu. Pada
rahang bawah tempat menempelnya gigitiruan
anamnesis,
lepasan.
4
pasien
tidak
memiliki
penyakit
sistemik dan telah memakai gigitiruan lepasan
Faktor penyebab terjadinya chronic atrophic
sejak
2
tahun
lalu.
Selama
menggunakan
candidiasis adalah gigitiruan yang ill fitting dan
gigitiruan lepasan pasien merasa tidak ada
menyebabkan iritasi kronis. Gigitiruan lepasan
masalah, tetapi sejak 2 bulan ini baru terasa
yang tidak dilepas pada waktu malam hari, serta
kemeng dan sedikit sakit (dull pain) saat
pembersihan gigitiruan yang tidak adekuat dapat
memakainya.
menyebabkan multiplikasi jamur Candida.
3-6
Selama
ini
pasien
hanya
membersihkan bagian luar gigitiruan lepasan
Insiden chronic atrophic candidiasis sering
(yang tidak menempel pada palatum dan gingiva)
terjadi pada daerah palatum di bawah gigitiruan
dan jarang melepas gigitiruannya saat tidur malam
rahang atas dan jarang terjadi pada gigitiruan
hari. Keadaan umum pasien baik dan tidak sedang
rahang bawah. Denture Stomatitis mengenai 65%
menjalani pengobatan. Gambaran intra oral pasien
penderita geriatrik yang memakai gigitiruan
menggunakan gigitiruan tampak pada gambar 1A
lepasan rahang atas.
3,5,7
dan B.
Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis
97
Tata laksana kasus
mikrobiolgi jamur dengan hapusan dari palatum
Kunjungan I (hari pertama)
dan bagian tissue surface gigitiruan lepasan
Pemeriksaan ekstraoral tidak menunjukkan
(Gambar 3).
kelainan. Pada pemeriksaan intraoral, tampak
Sementara
menunggu
hasil
pemeriksaan
mukosa yang berkontak dengan gigitiruan lepasan,
mikrobiologi jamur, pasien mendapat terapi obat
yaitu mukosa bukal dan palatum kanan pada regio
kumur klorheksidin glukonat 0,2% dikumur 3x1
gigi 13,15,16 serta gingiva 14 yang edentulus
selama sehari. Pasien diberikan instruksi untuk
tampak makula, halus, merah terang dengan batas
melepas gigitiruan lepasan saat tidur malam hari
jelas, sedikit nyeri (dull pain) dan kemeng
dan menjaga kebersihan gigitiruannya dengan
(gambar 2).
menyikat gigitiruan lepasan dengan sabun cair
Dari hasil pemeriksaan klinis didapatkan
antiseptik serta merendamnya dengan klorheksidin
diagnosis sementara chronic atrophic candidiasis.
glukonat 0,2% selama 5 menit. Pasien selanjutnya
Selanjutnya
diminta kontrol 3 hari lagi saat hasil kultur jamur
sementara
untuk
tersebut,
memastikan
dilakukan
diagnosis
pemeriksaan
sudah didapatkan.
A
B
Gambar 1. Tampak keadaan intra oral pasien di daerah yang dikeluhkan saat
memakai gigitiruan lepasan. A. Tampak bukal. B. Tampak palatal.
A
B
Gambar 2. Gambaran mukosa yang berkontak dengan basis gigitiruan. A. Mukosa
bukal di bawah gigitiruan tampak makula merah terang berbatas jelas, nyeri
sedikit, dan kemeng. B. Mukosa palatal di bawah gigitiruan tampak makula
merah terang berbatas jelas, nyeri sedikit, dan kemeng.
Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103
98
gusi dan langit-langit berkurang, tetapi masih
terasa kemeng. Obat kumur dikumur 3x1 sehari.
Gigitiruannya sudah dilepas tiap tidur saat malam
hari dan dibersihkan dengan sabun cair antiseptik
tiap kali menyikat gigi serta gigitiruannya
direndam dengan klorheksidin glukonat 0,2%
(Gambar 4).
Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan
Gambar 3. Bagian permukaan dalam
gigitiruan lepasan yang
menempel pada mukosa
tampak debris
adanya kelainan, sedangkan pada pemeriksaan
intraoral menunjukkan pada bukal dan palatum
regio gigi 13, 15, 16, gingiva 14 yang edentulus
terlihat makula, halus, kemerahan, berbatas jelas,
tidak sakit dan masih kemeng (Gambar 5A dan B).
Hasil
pemeriksaan
Laboratorium
Mikrobiologi (gambar 6) menunjukkan jamur
dengan kultur Sabouraud’s Dextrose Agar dan
pemeriksaan dengan pengecatan Gram didapatkan
hifa dan yeast. Hal ini menunjukkan pasien
menderita kandidiasis. Berdasarkan diagnosis
tersebut, pasien mendapatkan terapi topikal
Gambar 4. Bagian
tissue
surface
gigitiruan lepasan. Tampak
lebih
bersih
setelah
dibersihkan secara rutin.
Nistatin oles mulut yang diulaskan 4x1 sehari
pada bagian mukosa yang tertutup oleh basis
gigitiruan
klorheksidin
lepasan,
glukonat
menghentikan
0,2%
dan
kumur
menyikat
gigitiruannya dengan sabun cair antiseptik serta
Kunjungan II (hari kesepuluh)
Saat kontrol pertama, pasien menjelaskan
bahwa saat memakai gigitiruan, rasa sakit pada
A
merendam
gigitiruan
dengan
klorheksidin
glukonat 0,2% selama 5 menit. Selanjutnya pasien
diminta kontrol 7 hari kemudian.
B
Gambar 5. Gambaran mukosa di bawah basis gigitiruan lepasan pada saat kontrol hari
kesepuluh. A. mukosa bukal tampak makula, merah, batas difus, dan tidak
sakit. B. mukosa palatal tampak makula, merah, batas difus, dan tidak sakit.
Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis
A
99
C
B
Gambar 6. Bukti pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi. A.Pemeriksaan kultur jamur dengan
saboroud agar. B. Pengecatan Gram. C. Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
menyatakan ada pertumbuhan yeast dan hyphae
A
B
Gambar 7. Gambaran mukosa di bawah basis gigitiruan. A. mukosa bukal
tampak makula merah terang, batas jelas dan kemeng. B mukosa
palatal tampak makula merah terang, batas jelas, dan kemeng.
Kunjungan III (hari ketiga puluh lima)
Pada kontrol kedua, pasien tidak dapat datang
tepat waktu karena sedang keluar kota. Nistatin
kemeng pada mukosa bukal dan palatum kanan
pada gigi 13,15,16 dan gingiva 14 yang edentulus
(gambar 7).
oles mulut sudah dioleskan 4x1 sehari tetapi hanya
Terapi yang diberikan adalah menghentikan
selama 5 hari, karena kemudian pasien pergi
kumur
selama 10 hari tanpa membawa Nistatin. Pasien
melanjutkan pengobatan dengan Nistatin oles
hanya berkumur dengan klorheksidin glukonat
mulut 4x1 sehari, serta dianjurkan tetap menjaga
0,2%. Sejak tidak diolesi Nistatin, langit-langitnya
kebersihan
kembali terasa kemeng seperti saat pertama kali
diminta kontrol 7 hari kemudian.
datang.
Pasien
rutin
menjaga
dengan
sabun
cair
glukonat
gigitiruannya.
0,2%,
Kemudian
dan
pasien
kebersihan
gigitiruannya dengan melepas saat tidur malam,
menyikat
klorheksidin
Kunjungan IV (hari keempat puluh dua)
antiseptik,
merendamnya dalam klorheksidin glukonat 0,2%.
Pada kontrol ketiga, pasien tidak lagi merasa
sakit
dan
kemeng
pada
langit-langit
yang
Pemeriksaan ektraoral menunjukkan tidak
berkontak dengan gigitiruan (gambar 8). Nistatin
ada kelainan. Pada pemeriksaan intraoral terdapat
topikal dioleskan 4x1 tiap hari dan kebersihan
makula, halus, merah terang, berbatas jelas, dan
gigitiruan lepasannya tetap dijaga.
Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103
100
A
B
Gambar 8. Gambaran mukosa di bawah gigitiruan A. Mukosa bukal tampak
berwarna normal dan tidak sakit. B. Mukosa palatal tampak berwarna
normal dan tidak sakit
pasien dirujuk ke Klinik Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga untuk
dilakukan skeling. Terapi tetap diteruskan, yaitu
pemakaian
topikal
Nistatin
4x1
sehari.
Selanjutnya pasien diminta kontrol 7 hari setelah
skeling dilakukan.
Kunjungan V (hari keenam puluh)
Pasien tidak bisa kontrol tepat waktu karena
adanya
Gambar 9. Karang gigi pada gigi 15 dan 16
dan kemerahan di sekitar gigi
tersebut.
kesibukan.
Anamnesis
menunjukkan
pasien tidak ada keluhan lagi. Gigitiruan selalu
dilepas setiap tidur malam hari dan dibersihkan
dengan sabun cair antiseptik serta direndam
Hasil pemeriksaan ekstraoral menunjukkan
dengan klorheksidin glukonat 0,2% selama 5
tidak ada kelainan, sedangkan pada intraoral
menit. Nistatin dioleskan 4x1 tiap hari. Pasien
tampak makula berwarna kemerahan di sekitar
juga sudah melakukan skeling 2 minggu yang lalu.
gigi 13,15,16 (gambar 9). Pada gingiva bagian
Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral tidak
bukal, daerah edentulus dan palatum yang
menunjukkan adanya kelainan (gambar 10).
berkontak dengan gigitiruan lepasan berwarna
Pasien dinyatakan sembuh dan terapi dihentikan.
normal dan tidak sakit atau kemeng. Tampak
Pasien tetap dianjurkan agar menjaga kebersihan
kalkulus pada gigi 13,15,16, sehingga kemudian
gigitiruan dan melepasnya saat tidur malam hari.
Gambar 10. Mukosa di bawah gigitiruan tampak berwarna
normal dan tidak sakit. A. bukal B. palatal
Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis
PEMBAHASAN
101
pasien tidak mengalami reaksi kontak alergi.
Chronic atrophic candidiasis atau denture
Selain itu terdapat rasa tidak nyaman, sedikit nyeri
stomatitis pada umumnya sering terjadi di
dan kemeng ketika gigitiruan sudah dipakai 2
palatum. Diagnosis akhir dipastikan dari hasil
tahun. Rasa nyeri tidak tajam dan bukan pada saat
pemeriksaan mikrobiologi jamur melalui hapusan
awal pemakaian gigitiruan atau saat mengunyah
pada lesi dan gigitiruan. Manifestasi inflamasi
makanan yang menunjukkan bahwa pasien tidak
berupa
mengalami trauma karena gigitiruan ill fitting.
kemerahan
pada
chronic
atrophic
candidiasis yang memiliki gambaran hampir sama
Hasil pemeriksaan intra oral menunjukkan
dengan stomatitis kontak alergika dan lesi
adanya lesi makula merah terang, halus, batas
traumatik
jelas serta sedikit nyeri dan kemeng pada mukosa
yang
merupakan
diagnosis
1,5,7,8
bandingnya.
palatum gigi 13, 15 dan bukal daerah edentulus 14
Pemakaian gigitiruan membentuk lingkungan
yang terlokalisasi di bawah gigitiruan lepasan.
yang menunjang pertumbuhan Candida. Hal ini
Pada kasus ini didukung predisposisi bahwa
disebabkan karena oksigen yang rendah, pH
gigitiruan jarang dilepas saat tidur malam hari dan
rendah, kondisi anaerob serta didukung faktor
terjadi
predisposisi adanya kebersihan rongga mulut yang
sehingga didapatkan diagnosis sementara bahwa
buruk dan pemakaian gigitiruan saat tidur malam
pasien menderita chronic atrophic candidiasis.
hari.
1,8
kesalahan
Diagnosis
akhir
pembersihkan
didapatkan
gigitiruan,
dari
hasil
Kasus ini terjadi pada pasien pemakai
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi jamur dari
gigitiruan lepasan yang mengeluh tidak nyaman,
hapusan mukosa palatum yang menempel pada
sedikit nyeri dan kemeng pada daerah di bawah
basis gigitiruan dan permukaan gigitiruan yang
basis gigitiruan lepasannya. Gigitiruan hanya
berkontak pada mukosa menunjukkan hasil positif
dibersihkan pada permukaan luarnya saja (yang
kandidiasis, yaitu pada kultur dengan Sabouraud’s
tidak menempel pada mukosa) dan jarang dilepas
Dextrose
saat tidur malam hari. Secara klinis tampak bukal
pengecatan Gram didapatkan yeast dan hifa.
dan palatum kanan
pada gigi 13,15,16 serta
Adanya bentukan hifa menunjukkan terjadi infeksi
gingiva 14 yang edentulus tampak makula merah
dari Candida, sehingga didapat diagnosis akhir
terang, batas jelas dan sedikit sakit serta kemeng
chronic atrophic candidiasis.9,10
yang terlokalisir di bawah gigitiruan lepasan. Hal
Agar
Pasien
dan
pemeriksaan
diinstruksikan
untuk
dengan
melepas
ini baru terjadi 2 bulan lalu, sedangkan pasien
gigitiruan saat tidur malam hari serta menjaga
sudah memakai gigitiruannya selama 2 tahun.
kebersihan gigitiruan dengan menyikat dengan
Dari hasil anmnesis dan pemeriksaan klinis
didapat
diagnosis
sementara
bahwa
sabun cair antiseptik agar permukaan gigitiruan
pasien
tidak porus dan menghilangkan debris dan plak
menderita chronic atrophic candidiasis. Diagnosis
sebagai sumber bakteri. Pasien juga dianjurkan
bandingnya adalah stomatitis kontak alergika atau
untuk merendamnya dengan klorheksidin glukonat
denture stomatitis karena gigitiruan yang ill
0,2 % selama 5 menit. Perendaman gigitiruan
fitting. Berdasarkan hasil anamnesis keluhan baru
lepasan tidak boleh terlalu lama, karena dapat
terjadi 2 bulan ini dan bukan awal pemakaian
menyebabkan
gigitiruan. Selain itu tidak ada riwayat anggota
Perlunya dilakukan penyikatan pada permukaan
keluarganya memiliki alergi. Hal ini membuktikan
gigitiruan yang menempel pada mukosa untuk
terjadinya
perubahan
warna.
Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103
102
menghilangkan Candida yang menempel pada
permukaan
gigitiruan
dan
mempunyai keluhan lagi. Pada pemeriksaan
cenderung porus, selain itu perlu dilakukan
intraoral tidak ada kelainan dan dinyatakan
perendaman dengan desinfektan antijamur karena
sembuh. Skeling sudah dilakukan 2 minggu
Candida tidak akan hilang jika hanya disikat saja.
sebelumnya. Munculnya kandidiasis pada kasus
4,6,8
Menurut Scully,
yang
tidak
rata
Pada kontrol terakhir, pasien sudah tidak
perawatan gigitiruan dapat
ini diduga juga dipicu bakteri yang berasal dari
dilakukan dengan perendaman gigitiruan dengan
karang gigi, karena setelah dilakukan skeling
larutan hipoklorit atau klorheksidin 0,2%, selain
pasien benar-benar sembuh. Pemakai gigitiruan
itu perlu
lepasan
malam
pelepasan gigitiruan pada saat tidur
hari
meningkatkan
karena
suplai
bermanfaat
darah
dan
untuk
keratinisasi
mukosa.
Pada
awal
sebelum
mendapatkan
bermacam-macam
mikroba.
infeksi
Bakteri
dari
dapat
meningkatkan virulensi Candida. Beberapa studi
banyak
terapi
sering
membahas
adanya
interaksi
antara
didapatkan
Candida dan bakteri, yaitu bakteri memodulasi
diagnosis akhir, pasien diberikan klorheksidin
perlekatan dan kolonisasi Candida. Pada kasus ini,
glukonat 0,2% karena mengandung antimikroba
mukosa di bawah gigitiruan mendapat inflamasi
yang juga memiliki efek antijamur sehingga
kronis
mampu menekan pertumbuhan kolonisasi jamur.
2
karena
merespon
protein
berupa
phospholipase dan proteinases dari Candida, serta
Setelah pasien diketahui positif kandidiasis,
didukung bakteri yang berasal dari karang gigi
maka pasien dianjurkan menghentikan kumur
yang memodulasi Candida makin bertambah
klorheksidin glukonat 0,2% dan diganti dengan
virulensinya.10,11
topikal Nistatin oles mulut 4x1 sehari dioleskan
pada mukosa yang berkontak dengan gigitiruan.
SIMPULAN
Hal ini disebabkan penggunaan obat kumur
Dari perawatan kasus ini dapat disimpulkan
klorheksidin glukonat dan Nistatin tidak dapat
bahwa terapi chronic athropic candidiasis pada
dilakukan bersamaan, karena akan berakibat
pasien pemakai gigitiruan lepasan diberikan
hilangnya kedua efektivitas obat.
1,4
Pemakaian antijamur topikal cukup efektif
berdasar pada keadaan lesi di dalam mulut serta
keadaan sistemik dari pasien.
untuk kandidiasis pada rongga mulut dengan lesi
terlokalisasi pada mukosa di bawah gigitiruan dan
DAFTAR PUSTAKA
tanpa riwayat penyakit sistemik. Pemakaian
1. Laskaris G. Treatment of oral disease: A
concise textbook. Thieme; 2005. p.30-2.
2. Silverman E, Truelove. Essentals of oral
medicine. London: BC Decker Inc, Hamilton;
2001. p.170-7.
3. Lynch B, Greenberg. Burket: ilmu penyakit
mulut, diagnosa dan terapi, Edisi Sembilan.
Jakarta: Binarupa Aksara; 2003. p.268-86.
4. Wray D, Felix, Scully, Lowe. Textbook of
general oral medicine. London: Churcil
Livingstone; 2003. p. 268-9.
5. Sciuba JJ. Denture stomatitis 2007. Available
at
antijamur sistemik lebih tepat diberikan pada
pasien dengan intoleransi dan sukar sembuh
dengan terapi topikal atau memiliki penyakit
sistemik yang mempersulit kesembuhan.4 Menurut
Regezi6 pemakaian Nistatin oles mulut seharusnya
diaplikasikan sampai seminggu setelah gejala
benar-benar hilang, sedangkan menurut Laskaris1
pemakaiannya antara 1-2 minggu. Pasien juga
dirujuk untuk skeling, karena geligi di sekitar
gigitiruan menempel terdapat karang gigi.
Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis
http://www.emedicine.com/derm/topic.642.ht
m. Diakses pada Desember 2007.
6. Scully C. Candidiasis: Mucosal 2007.
Available
at
http://www.emedicine.com/derm/topic68.htm.
Diakses pada Desember 2007.
7. Regezi, Sciubba, Jordan. Oral pathology:
clinical pathologic correlations, 4th Ed.
Philadelphia: Saunders; 2003. p. 100-4.
8. Kauffman AC. Fungal infections. University
of Michigan Medical School and infectious
diseases section. Proc Am Thorac Soc, Vol 3,
103
Veterans Affairs Ann Arbor Healthcare
System, Ann Arbor, Michigan 2006: 35-40.
Available
at
http://www.atsjournals.org.
Diakses pada 8 Januari 2009.
9. Field A, Longman L. Tyldesley’s oral
medicine, 5th Ed. Oxford; 2004. p. 87-8.
10. Cawson RA, Odell EW. Cawson’s essentials
of oral pathology and oral medicine, 7th Ed .
Churchill Livingstone; 2002. p.35-8.
11. Cenci C, Crielaard C. Development of
Candida – associated denture stomatitis: new
insights. J Appl Oral Sci 2008; 16 (2).
Download