Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis Penatalaksanaan chronic atrophic candidiasis pada pasien gigitiruan lepasan Maharani Laillyza Apriasari*, Bagus Soebadi** * Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis ** Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia ABSTRACT Chronic atrophic candidiasis is the pathologic changes on the oral mucous of the denture wearers, accompanied with erythematous under the denture, usually asymptomatic and relates to the yeast of Candida. The irritation factors of chronic atrophic candidiasis are ill fitting denture, using the denture at night and bad oral hygiene. This is a case report of chronic atrophic candidiasis on patient using removable denture without systemic disease. The trigger factors were using denture at night, mistaken of cleaning the denture and dental calculus surround the artificial teeth of denture. Final diagnosis is based on anamnesis, clinical examination and microbiology examination. Therapy given was a topical antifungal applied continuously for 7 days after the clinical signs dissapear. The patient was suggested to not using the denture at night, maintain the cleanliness of the denture regularly and scaling the teeth. It can be concluded that management of chronic atrophic candidiasis is based on the oral lesion condition, oral hygiene, wearing denture at night, and the systemic condition. Keywords: management, chronic atrophic candidiasis, removable denture ABSTRAK Chronic atrophic candidiasis merupakan perubahan patologik pada mukosa penyangga gigitiruan disertai gambaran kemerahan di bawah gigitiruan, hampir tidak menimbulkan rasa nyeri dan berhubungan dengan yeast candida. Faktor penyebab iritasi kronis pada chronic atrophic candidiasis adalah gigitiruan ill fitting, gigitiruan yang tidak dilepas pada waktu malam hari dan kebersihan rongga mulut yang buruk. Dilaporkan kasus chronic atrophic candidiasis pada pasien pemakai gigitiruan lepasan tanpa penyakit sistemik. Faktor pencetusnya adalah gigitiruan lepasan jarang dilepas saat tidur malam hari, terjadi kesalahan cara pembersihkan gigitiruan, dan terdapat karang gigi di sekitar geligi tempat gigitiruan menempel. Diagnosis akhir ditentukan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang mikrobiologi. Pasien tidak memiliki kelainan sistemik, sehingga terapi yang diberikan adalah antijamur topikal yang dilanjutkan selama 7 hari setelah tanda klinis hilang. Pasien diinstruksikan untuk melepas gigitiruan saat tidur malam hari, menjaga kebersihan gigitiruan, dan melakukan skeling. Simpulan dari kasus ini adalah terapi chronic athropic candidiasis diberi berdasarkan keadaan lesi dalam mulut, kebersihan rongga mulut, pemakaian gigitiruan pada malam hari dan kondisi sistemik pasien. Kata kunci: Penatalaksanaan, chronic atrophic candidiasis, gigitiruan lepasan Korespondensi: Maharani Laillyza Apriasari, Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jl Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya, Indonesia, email: [email protected], HP: 081703521321 95 Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103 96 PENDAHULUAN Makalah ini melaporkan tentang kasus Kandidiasis adalah infeksi jamur yang paling 1 terjadinya chronic atrophic candidiasis pada sering terjadi di dalam rongga mulut. Manifestasi pasien klinis dari kandidiasis dalam rongga mulut dibagi menggunakan gigitiruan lepasan yang jarang menjadi pseudomembrane dilepas pada malam hari serta didukung kesalahan candidiasis (thrush), acute atrophic candidiasis, pasien dalam membersihkan gigitiruannya. Selain chronic chronic itu pada gigi-gigi tempat gigitiruan menempel terjadi terdapat faktor lokal karang gigi yang memicu karena didukung adanya faktor predisposisi, inflamasi. Diagnosis didapatkan berdasar pada antara lain adanya perubahan flora normal rongga hasil mulut akibat pemakaian antibiotik spektrum luas, pemeriksaan penggunaan dan jamur. Terapi yang diberikan disesuaikan dengan serostomia, iritasi lokal yang kronis akibat kondisi pasien. Pada kasus ini pasien tidak pemakaian gigitiruan dan piranti ortodontik, memiliki pemakaian rongga lesinya terlokalisasi, maka terapi yang diberikan penurunan hanya antijamur topikal, peningkatan kebersihan kekebalan tubuh akibat AIDS, diabetes melitus, gigitiruan dan melepasnya pada malam hari, serta leukemia, limfoma, kemoterapi dan radiasi, serta dilakukan scaling untuk meningkatkan kesehatan 4, yaitu atrophic candidiasis 2 hyperplastic mulut acute candidiasis. obat kumur kortikosteroid, yang buruk, dan Kandidiasis berlebihan kebersihan kehamilan, 3 malapsorbsi dan malnutrisi. wanita berusia anamnesis, 23 tahun pemeriksaan penunjang penyakit klinis mikrobiologi yang dan kultur immunocompromised dan rongga mulutnya. Chronic atrophic candidiasis atau denture stomatitis merupakan perubahan patologik pada KASUS mukosa penyangga gigitiruan disertai gambaran Pada tanggal 1 Desember 2008, pasien kemerahan dan hampir tidak menimbulkan rasa perempuan berusia 23 tahun datang ke Kamar nyeri serta berhubungan dengan adanya yeast dari Terima dengan keluhan gusi pada langit-langit Candida. Denture stomatitis sering terjadi pada kanan di bawah gigi palsunya tidak nyaman, kandidiasis rongga mulut pada rahang atas atau kemeng dan sedikit sakit sejak 2 bulan lalu. Pada rahang bawah tempat menempelnya gigitiruan anamnesis, lepasan. 4 pasien tidak memiliki penyakit sistemik dan telah memakai gigitiruan lepasan Faktor penyebab terjadinya chronic atrophic sejak 2 tahun lalu. Selama menggunakan candidiasis adalah gigitiruan yang ill fitting dan gigitiruan lepasan pasien merasa tidak ada menyebabkan iritasi kronis. Gigitiruan lepasan masalah, tetapi sejak 2 bulan ini baru terasa yang tidak dilepas pada waktu malam hari, serta kemeng dan sedikit sakit (dull pain) saat pembersihan gigitiruan yang tidak adekuat dapat memakainya. menyebabkan multiplikasi jamur Candida. 3-6 Selama ini pasien hanya membersihkan bagian luar gigitiruan lepasan Insiden chronic atrophic candidiasis sering (yang tidak menempel pada palatum dan gingiva) terjadi pada daerah palatum di bawah gigitiruan dan jarang melepas gigitiruannya saat tidur malam rahang atas dan jarang terjadi pada gigitiruan hari. Keadaan umum pasien baik dan tidak sedang rahang bawah. Denture Stomatitis mengenai 65% menjalani pengobatan. Gambaran intra oral pasien penderita geriatrik yang memakai gigitiruan menggunakan gigitiruan tampak pada gambar 1A lepasan rahang atas. 3,5,7 dan B. Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis 97 Tata laksana kasus mikrobiolgi jamur dengan hapusan dari palatum Kunjungan I (hari pertama) dan bagian tissue surface gigitiruan lepasan Pemeriksaan ekstraoral tidak menunjukkan (Gambar 3). kelainan. Pada pemeriksaan intraoral, tampak Sementara menunggu hasil pemeriksaan mukosa yang berkontak dengan gigitiruan lepasan, mikrobiologi jamur, pasien mendapat terapi obat yaitu mukosa bukal dan palatum kanan pada regio kumur klorheksidin glukonat 0,2% dikumur 3x1 gigi 13,15,16 serta gingiva 14 yang edentulus selama sehari. Pasien diberikan instruksi untuk tampak makula, halus, merah terang dengan batas melepas gigitiruan lepasan saat tidur malam hari jelas, sedikit nyeri (dull pain) dan kemeng dan menjaga kebersihan gigitiruannya dengan (gambar 2). menyikat gigitiruan lepasan dengan sabun cair Dari hasil pemeriksaan klinis didapatkan antiseptik serta merendamnya dengan klorheksidin diagnosis sementara chronic atrophic candidiasis. glukonat 0,2% selama 5 menit. Pasien selanjutnya Selanjutnya diminta kontrol 3 hari lagi saat hasil kultur jamur sementara untuk tersebut, memastikan dilakukan diagnosis pemeriksaan sudah didapatkan. A B Gambar 1. Tampak keadaan intra oral pasien di daerah yang dikeluhkan saat memakai gigitiruan lepasan. A. Tampak bukal. B. Tampak palatal. A B Gambar 2. Gambaran mukosa yang berkontak dengan basis gigitiruan. A. Mukosa bukal di bawah gigitiruan tampak makula merah terang berbatas jelas, nyeri sedikit, dan kemeng. B. Mukosa palatal di bawah gigitiruan tampak makula merah terang berbatas jelas, nyeri sedikit, dan kemeng. Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103 98 gusi dan langit-langit berkurang, tetapi masih terasa kemeng. Obat kumur dikumur 3x1 sehari. Gigitiruannya sudah dilepas tiap tidur saat malam hari dan dibersihkan dengan sabun cair antiseptik tiap kali menyikat gigi serta gigitiruannya direndam dengan klorheksidin glukonat 0,2% (Gambar 4). Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan Gambar 3. Bagian permukaan dalam gigitiruan lepasan yang menempel pada mukosa tampak debris adanya kelainan, sedangkan pada pemeriksaan intraoral menunjukkan pada bukal dan palatum regio gigi 13, 15, 16, gingiva 14 yang edentulus terlihat makula, halus, kemerahan, berbatas jelas, tidak sakit dan masih kemeng (Gambar 5A dan B). Hasil pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi (gambar 6) menunjukkan jamur dengan kultur Sabouraud’s Dextrose Agar dan pemeriksaan dengan pengecatan Gram didapatkan hifa dan yeast. Hal ini menunjukkan pasien menderita kandidiasis. Berdasarkan diagnosis tersebut, pasien mendapatkan terapi topikal Gambar 4. Bagian tissue surface gigitiruan lepasan. Tampak lebih bersih setelah dibersihkan secara rutin. Nistatin oles mulut yang diulaskan 4x1 sehari pada bagian mukosa yang tertutup oleh basis gigitiruan klorheksidin lepasan, glukonat menghentikan 0,2% dan kumur menyikat gigitiruannya dengan sabun cair antiseptik serta Kunjungan II (hari kesepuluh) Saat kontrol pertama, pasien menjelaskan bahwa saat memakai gigitiruan, rasa sakit pada A merendam gigitiruan dengan klorheksidin glukonat 0,2% selama 5 menit. Selanjutnya pasien diminta kontrol 7 hari kemudian. B Gambar 5. Gambaran mukosa di bawah basis gigitiruan lepasan pada saat kontrol hari kesepuluh. A. mukosa bukal tampak makula, merah, batas difus, dan tidak sakit. B. mukosa palatal tampak makula, merah, batas difus, dan tidak sakit. Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis A 99 C B Gambar 6. Bukti pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi. A.Pemeriksaan kultur jamur dengan saboroud agar. B. Pengecatan Gram. C. Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi menyatakan ada pertumbuhan yeast dan hyphae A B Gambar 7. Gambaran mukosa di bawah basis gigitiruan. A. mukosa bukal tampak makula merah terang, batas jelas dan kemeng. B mukosa palatal tampak makula merah terang, batas jelas, dan kemeng. Kunjungan III (hari ketiga puluh lima) Pada kontrol kedua, pasien tidak dapat datang tepat waktu karena sedang keluar kota. Nistatin kemeng pada mukosa bukal dan palatum kanan pada gigi 13,15,16 dan gingiva 14 yang edentulus (gambar 7). oles mulut sudah dioleskan 4x1 sehari tetapi hanya Terapi yang diberikan adalah menghentikan selama 5 hari, karena kemudian pasien pergi kumur selama 10 hari tanpa membawa Nistatin. Pasien melanjutkan pengobatan dengan Nistatin oles hanya berkumur dengan klorheksidin glukonat mulut 4x1 sehari, serta dianjurkan tetap menjaga 0,2%. Sejak tidak diolesi Nistatin, langit-langitnya kebersihan kembali terasa kemeng seperti saat pertama kali diminta kontrol 7 hari kemudian. datang. Pasien rutin menjaga dengan sabun cair glukonat gigitiruannya. 0,2%, Kemudian dan pasien kebersihan gigitiruannya dengan melepas saat tidur malam, menyikat klorheksidin Kunjungan IV (hari keempat puluh dua) antiseptik, merendamnya dalam klorheksidin glukonat 0,2%. Pada kontrol ketiga, pasien tidak lagi merasa sakit dan kemeng pada langit-langit yang Pemeriksaan ektraoral menunjukkan tidak berkontak dengan gigitiruan (gambar 8). Nistatin ada kelainan. Pada pemeriksaan intraoral terdapat topikal dioleskan 4x1 tiap hari dan kebersihan makula, halus, merah terang, berbatas jelas, dan gigitiruan lepasannya tetap dijaga. Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103 100 A B Gambar 8. Gambaran mukosa di bawah gigitiruan A. Mukosa bukal tampak berwarna normal dan tidak sakit. B. Mukosa palatal tampak berwarna normal dan tidak sakit pasien dirujuk ke Klinik Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga untuk dilakukan skeling. Terapi tetap diteruskan, yaitu pemakaian topikal Nistatin 4x1 sehari. Selanjutnya pasien diminta kontrol 7 hari setelah skeling dilakukan. Kunjungan V (hari keenam puluh) Pasien tidak bisa kontrol tepat waktu karena adanya Gambar 9. Karang gigi pada gigi 15 dan 16 dan kemerahan di sekitar gigi tersebut. kesibukan. Anamnesis menunjukkan pasien tidak ada keluhan lagi. Gigitiruan selalu dilepas setiap tidur malam hari dan dibersihkan dengan sabun cair antiseptik serta direndam Hasil pemeriksaan ekstraoral menunjukkan dengan klorheksidin glukonat 0,2% selama 5 tidak ada kelainan, sedangkan pada intraoral menit. Nistatin dioleskan 4x1 tiap hari. Pasien tampak makula berwarna kemerahan di sekitar juga sudah melakukan skeling 2 minggu yang lalu. gigi 13,15,16 (gambar 9). Pada gingiva bagian Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral tidak bukal, daerah edentulus dan palatum yang menunjukkan adanya kelainan (gambar 10). berkontak dengan gigitiruan lepasan berwarna Pasien dinyatakan sembuh dan terapi dihentikan. normal dan tidak sakit atau kemeng. Tampak Pasien tetap dianjurkan agar menjaga kebersihan kalkulus pada gigi 13,15,16, sehingga kemudian gigitiruan dan melepasnya saat tidur malam hari. Gambar 10. Mukosa di bawah gigitiruan tampak berwarna normal dan tidak sakit. A. bukal B. palatal Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis PEMBAHASAN 101 pasien tidak mengalami reaksi kontak alergi. Chronic atrophic candidiasis atau denture Selain itu terdapat rasa tidak nyaman, sedikit nyeri stomatitis pada umumnya sering terjadi di dan kemeng ketika gigitiruan sudah dipakai 2 palatum. Diagnosis akhir dipastikan dari hasil tahun. Rasa nyeri tidak tajam dan bukan pada saat pemeriksaan mikrobiologi jamur melalui hapusan awal pemakaian gigitiruan atau saat mengunyah pada lesi dan gigitiruan. Manifestasi inflamasi makanan yang menunjukkan bahwa pasien tidak berupa mengalami trauma karena gigitiruan ill fitting. kemerahan pada chronic atrophic candidiasis yang memiliki gambaran hampir sama Hasil pemeriksaan intra oral menunjukkan dengan stomatitis kontak alergika dan lesi adanya lesi makula merah terang, halus, batas traumatik jelas serta sedikit nyeri dan kemeng pada mukosa yang merupakan diagnosis 1,5,7,8 bandingnya. palatum gigi 13, 15 dan bukal daerah edentulus 14 Pemakaian gigitiruan membentuk lingkungan yang terlokalisasi di bawah gigitiruan lepasan. yang menunjang pertumbuhan Candida. Hal ini Pada kasus ini didukung predisposisi bahwa disebabkan karena oksigen yang rendah, pH gigitiruan jarang dilepas saat tidur malam hari dan rendah, kondisi anaerob serta didukung faktor terjadi predisposisi adanya kebersihan rongga mulut yang sehingga didapatkan diagnosis sementara bahwa buruk dan pemakaian gigitiruan saat tidur malam pasien menderita chronic atrophic candidiasis. hari. 1,8 kesalahan Diagnosis akhir pembersihkan didapatkan gigitiruan, dari hasil Kasus ini terjadi pada pasien pemakai pemeriksaan laboratorium mikrobiologi jamur dari gigitiruan lepasan yang mengeluh tidak nyaman, hapusan mukosa palatum yang menempel pada sedikit nyeri dan kemeng pada daerah di bawah basis gigitiruan dan permukaan gigitiruan yang basis gigitiruan lepasannya. Gigitiruan hanya berkontak pada mukosa menunjukkan hasil positif dibersihkan pada permukaan luarnya saja (yang kandidiasis, yaitu pada kultur dengan Sabouraud’s tidak menempel pada mukosa) dan jarang dilepas Dextrose saat tidur malam hari. Secara klinis tampak bukal pengecatan Gram didapatkan yeast dan hifa. dan palatum kanan pada gigi 13,15,16 serta Adanya bentukan hifa menunjukkan terjadi infeksi gingiva 14 yang edentulus tampak makula merah dari Candida, sehingga didapat diagnosis akhir terang, batas jelas dan sedikit sakit serta kemeng chronic atrophic candidiasis.9,10 yang terlokalisir di bawah gigitiruan lepasan. Hal Agar Pasien dan pemeriksaan diinstruksikan untuk dengan melepas ini baru terjadi 2 bulan lalu, sedangkan pasien gigitiruan saat tidur malam hari serta menjaga sudah memakai gigitiruannya selama 2 tahun. kebersihan gigitiruan dengan menyikat dengan Dari hasil anmnesis dan pemeriksaan klinis didapat diagnosis sementara bahwa sabun cair antiseptik agar permukaan gigitiruan pasien tidak porus dan menghilangkan debris dan plak menderita chronic atrophic candidiasis. Diagnosis sebagai sumber bakteri. Pasien juga dianjurkan bandingnya adalah stomatitis kontak alergika atau untuk merendamnya dengan klorheksidin glukonat denture stomatitis karena gigitiruan yang ill 0,2 % selama 5 menit. Perendaman gigitiruan fitting. Berdasarkan hasil anamnesis keluhan baru lepasan tidak boleh terlalu lama, karena dapat terjadi 2 bulan ini dan bukan awal pemakaian menyebabkan gigitiruan. Selain itu tidak ada riwayat anggota Perlunya dilakukan penyikatan pada permukaan keluarganya memiliki alergi. Hal ini membuktikan gigitiruan yang menempel pada mukosa untuk terjadinya perubahan warna. Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:95-103 102 menghilangkan Candida yang menempel pada permukaan gigitiruan dan mempunyai keluhan lagi. Pada pemeriksaan cenderung porus, selain itu perlu dilakukan intraoral tidak ada kelainan dan dinyatakan perendaman dengan desinfektan antijamur karena sembuh. Skeling sudah dilakukan 2 minggu Candida tidak akan hilang jika hanya disikat saja. sebelumnya. Munculnya kandidiasis pada kasus 4,6,8 Menurut Scully, yang tidak rata Pada kontrol terakhir, pasien sudah tidak perawatan gigitiruan dapat ini diduga juga dipicu bakteri yang berasal dari dilakukan dengan perendaman gigitiruan dengan karang gigi, karena setelah dilakukan skeling larutan hipoklorit atau klorheksidin 0,2%, selain pasien benar-benar sembuh. Pemakai gigitiruan itu perlu lepasan malam pelepasan gigitiruan pada saat tidur hari meningkatkan karena suplai bermanfaat darah dan untuk keratinisasi mukosa. Pada awal sebelum mendapatkan bermacam-macam mikroba. infeksi Bakteri dari dapat meningkatkan virulensi Candida. Beberapa studi banyak terapi sering membahas adanya interaksi antara didapatkan Candida dan bakteri, yaitu bakteri memodulasi diagnosis akhir, pasien diberikan klorheksidin perlekatan dan kolonisasi Candida. Pada kasus ini, glukonat 0,2% karena mengandung antimikroba mukosa di bawah gigitiruan mendapat inflamasi yang juga memiliki efek antijamur sehingga kronis mampu menekan pertumbuhan kolonisasi jamur. 2 karena merespon protein berupa phospholipase dan proteinases dari Candida, serta Setelah pasien diketahui positif kandidiasis, didukung bakteri yang berasal dari karang gigi maka pasien dianjurkan menghentikan kumur yang memodulasi Candida makin bertambah klorheksidin glukonat 0,2% dan diganti dengan virulensinya.10,11 topikal Nistatin oles mulut 4x1 sehari dioleskan pada mukosa yang berkontak dengan gigitiruan. SIMPULAN Hal ini disebabkan penggunaan obat kumur Dari perawatan kasus ini dapat disimpulkan klorheksidin glukonat dan Nistatin tidak dapat bahwa terapi chronic athropic candidiasis pada dilakukan bersamaan, karena akan berakibat pasien pemakai gigitiruan lepasan diberikan hilangnya kedua efektivitas obat. 1,4 Pemakaian antijamur topikal cukup efektif berdasar pada keadaan lesi di dalam mulut serta keadaan sistemik dari pasien. untuk kandidiasis pada rongga mulut dengan lesi terlokalisasi pada mukosa di bawah gigitiruan dan DAFTAR PUSTAKA tanpa riwayat penyakit sistemik. Pemakaian 1. Laskaris G. Treatment of oral disease: A concise textbook. Thieme; 2005. p.30-2. 2. Silverman E, Truelove. Essentals of oral medicine. London: BC Decker Inc, Hamilton; 2001. p.170-7. 3. Lynch B, Greenberg. Burket: ilmu penyakit mulut, diagnosa dan terapi, Edisi Sembilan. Jakarta: Binarupa Aksara; 2003. p.268-86. 4. Wray D, Felix, Scully, Lowe. Textbook of general oral medicine. London: Churcil Livingstone; 2003. p. 268-9. 5. Sciuba JJ. Denture stomatitis 2007. Available at antijamur sistemik lebih tepat diberikan pada pasien dengan intoleransi dan sukar sembuh dengan terapi topikal atau memiliki penyakit sistemik yang mempersulit kesembuhan.4 Menurut Regezi6 pemakaian Nistatin oles mulut seharusnya diaplikasikan sampai seminggu setelah gejala benar-benar hilang, sedangkan menurut Laskaris1 pemakaiannya antara 1-2 minggu. Pasien juga dirujuk untuk skeling, karena geligi di sekitar gigitiruan menempel terdapat karang gigi. Maharani L. Apriasari & Bagus Soebadi: Penatalaksanaan chronics atrophic candidiasis http://www.emedicine.com/derm/topic.642.ht m. Diakses pada Desember 2007. 6. Scully C. Candidiasis: Mucosal 2007. Available at http://www.emedicine.com/derm/topic68.htm. Diakses pada Desember 2007. 7. Regezi, Sciubba, Jordan. Oral pathology: clinical pathologic correlations, 4th Ed. Philadelphia: Saunders; 2003. p. 100-4. 8. Kauffman AC. Fungal infections. University of Michigan Medical School and infectious diseases section. Proc Am Thorac Soc, Vol 3, 103 Veterans Affairs Ann Arbor Healthcare System, Ann Arbor, Michigan 2006: 35-40. Available at http://www.atsjournals.org. Diakses pada 8 Januari 2009. 9. Field A, Longman L. Tyldesley’s oral medicine, 5th Ed. Oxford; 2004. p. 87-8. 10. Cawson RA, Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine, 7th Ed . Churchill Livingstone; 2002. p.35-8. 11. Cenci C, Crielaard C. Development of Candida – associated denture stomatitis: new insights. J Appl Oral Sci 2008; 16 (2).