Seleksi bakteri probiotik dari saluran pencernaan untuk

advertisement
SELEKSI BAKTERI PROBIOTIK
DARI SALURAN PENCERNAAN UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN JELAWAT
Leptobarbus hoeveni Blkr
SABARIAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
SELEKSI BAKTERI PROBIOTIK
DARI SALURAN PENCERNAAN UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA PERTUMBUHAN IKAN JELAWAT
Leptobarbus hoeveni Blkr
SABARIAH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Tesis
:
Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk
Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Ikan Jelawat Leptobarbus
hoeveni Blkr
Nama
:
Sabariah
NIM
:
C151070151
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Dedi Jusadi
Ketua
Dr. Widanarni
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Akuakuktur
Prof. Dr. Enang Harris
Tanggal Ujian: 29 Maret 2010
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
Tanggal Lulus:
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Nu Bambang Priyo Utomo
ABSTRACT
SABARIAH. Probiotic Selection from Gut to Increased Growth Performance of
Jelawat Fish Leptobarbus hoeveni Blkr. Under supervision of DEDI JUSADI and
WIDANARNI.
The effect of probiotics isolated from jelawat fish gut Leptobarbus hoeveni
supplemented into the diet on enzym activities, growth performance of jelawat
fish and digestibility was investigated. A triplicate experiment was conducted
using 6-7 g jelawat fish. Each fish was fed on the diet supplemented with either
probiotics produce amylase (U4), produce lypase (S1), produce protease (U12),
produce protease, lypase and amylase (U7) or control (no supplementation of
probiotics). Regardless of the strain, the application of probiotics significantly
increased the bacteria population in the fish gut, thereby digestibility and protein
retention, food conversion ratio and growth of fish significantly improved. On the
other hand, fish fed on the diet supplemented with U4 probiotics had the best
growth performance. Therefore, U4 is the best probiotics isolated from the
jelawat fish gut to use as a supplementary diet for jelawat fish.
Keywords:
Probiotics, growth performance,
Leptobarbus hoeveni Blkr
digestibility,
jelawat
fish,
RINGKASAN
SABARIAH.
Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk
Meningkatkan Kecernaan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Jelawat Leptobarbus
hoeveni Blkr. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan WIDANARNI.
Kualitas pakan sangat menentukan laju pertumbuhan ikan. Pakan yang
dikonsumsi oleh ikan tidak semuanya dapat dicerna namun ada yang dikeluarkan
dalam bentuk limbah berupa feses dan sisa metabolisme lain seperti urin dan
amoniak. Besarnya pakan yang dikeluarkan menjadi feses tergantung dari
kesesuaian komponen pakan dengan kemampuan enzimatik di saluran pencernaan
ikan atau daya cerna. Pakan yang berkualitas selain dihasilkan dari sumber bahan
pakan juga dapat dihasilkan dengan penambahan enzim dalam pakan. Peningkatan
enzim pencernaan dengan memanfaatkan bakteri saluran pencernaan pada ikan
telah banyak dilaporkan. Adanya informasi tentang peranan bakteri dalam saluran
pencernaan yang memiliki kemampuan enzimatis atau mampu menyumbangkan
enzim kecernaan sehingga membantu proses penyerapan makanan. Berdasarkan
informasi tersebut dibuat suatu rancangan penelitian untuk menyeleksi bakteri dari
saluran pencernaan ikan jelawat sebagai probiotik untuk meningkatkan kinerja
pertumbuhan ikan jelawat.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap secara in vitro dan in vivo.
Penelitian in vitro meliputi isolasi bakteri kandidat probiotik, seleksi bakteri
kandidat probiotik yang terdiri dari 1) uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan
amilolitik, 2) uji pertumbuhan bakteri, 3) uji ketahanan terhadap asam lambung
dan garam empedu, 4) uji penempelan, 5) uji aktivitas antagonistik terhadap
bakteri patogen. Uji in vivo meliputi: 1) Uji patogenitas bakteri kandidat probiotik
serta 2) uji pakan percobaan pada kinerja pertmbuhan. 3) Uji daya cerna pakan
dan uji aktivitas enzim saluran pencernaan. Penelitian kinerja pertumbuhan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.
Pakan yang diujikan terdiri dari A) pakan komersial yang tidak ditambahkan
probiotik, B) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease
(isolat U12), C) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil lipase
(isolat S1), dan D) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil
amilase (isolat U4), E) pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil
protease, lipase dan amilase (U7).
Dari uji in vitro didapatkan beberapa isolat yang mampu menghidrolisis
substrat. Adanya kemampuan menghidrolisis protease, lipase dan amilase ini
menunjukkan bahwa makromolekul yang menjadi sumber karbon mampu
dimanfaatkan oleh bakteri probiotik tersebut. Bakteri kandidat probiotik ini juga
mampu menempel pada substrat yang ditunjukkan dengan tingginya populasi
bakteri yang menempel per mm2 serta memiliki ketahanan terhadap asam
lambung dan garam empedu. Sedangkan hasil uji in vivo berupa uji patagenitas
menunjukkan bahwa kandidat probiotik yang diujikan tidak bersifat patogen,
sehingga diharapkan mampu bertahan pada saluran pencernaan. Bakteri probiotik
yang terpilih yaitu U12, S1, U4 dan U7 karena memenuhi persyaratan untuk
dijadikan sebagai probiotik.
Pemberian pakan yang ditambahkan bakteri probiotik yang memiliki
aktivitas enzim memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kinerja
pertumbuhan ikan jelawat. Hasil terbaik pertumbuhan ikan jelawat ditunjukkan
oleh perlakuan U4 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang memiliki
aktivitas enzim amilase tertinggi. Kecernaan yang tinggi menyebabkan protein
dan energi nutrien pakan yang dapat diserap ikan akan lebih tinggi sehingga
energi akan lebih banyak tersimpan untuk pertumbuhan. Perlakuan U4 juga
menunjukkan hasil konversi pakan yang paling baik dibandingkan lainnya. Enzim
amilase lebih efektif pada ikan jelawat untuk mencerna pakan. Penambahan
probiotik pada pakan komersial terhadap ikan uji juga memberikan pengaruh yang
nyata pada populasi bakteri di saluran pencernaan ikan uji dibandingkan kontrol.
Hal ini memacu peningkatan aktivitas enzim endogenous yang diproduksi oleh
bakteri dalam saluran pencernaan. Enzim amilase yang disekresikan oleh isolat
U4 mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan jelawat.
Kelangsungan hidup ikan uji memberikan hasil yang tidak berbeda nyata
antar perlakuan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh kuantitas serta kualitas pakan
yang diberikan cukup untuk mempertahankan kebutuhan pokok ikan serta
lingkungan yang terjaga dengan baik selama pemeliharaan.
Kata kunci : probiotik, kinerja pertumbuhan,
Leptobarbus hoeveni Blkr
kecernaan,
ikan
jelawat,
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Seleksi Bakteri Probiotik dari
Saluran Pencernaan untuk Meningkatkan Kecernaan Pakan dan Pertumbuhan
Ikan Jelawat Leptobarbus hoeveni Blkr. adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2010
Sabariah
C151070151
PRAKATA
Puji yukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah
probiotik dengan judul Seleksi Bakteri Probiotik dari Saluran Pencernaan untuk
Meningkatkan Kecernaan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Jelawat Leptobarbus hoeveni
Blkr.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Dedi Jusadi dan Dr. Widanarni selaku
pembimbing, serta Dr. Bambang Priyo Utomo selaku dosen penguji yang telah banyak
membantu serta memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Ranta. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua, suami
dan putra tersayang Dimas Sakti Maulana, Dino Prasetyo dan Darnas Seto Mulyo serta
kakak dan abang atas doa, cinta dan kasih sayang, pengertian serta dorongan yang selalu
diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman AKU (Mulyati, Suryati,
Mulyasari, Suryansyah, Dominggas, Ratnawati, Dian Retnosari, Denny S, Tita N,
Swastika Dita, Indra L, Alias R, Deisi H, Didik A, Limin S, Ellen S, Ujang D, Darmi,
Mirna F, Dasu R, Afrizal H, Adang S, Purnamawati, ibu Yulintin, ibu Indira, ibu Ayu,
mbak Hesti, Pak Otik, pak Gufron, Pak Andi dan teman-teman AKU lainnya (S2 dan S3
angkatan 2007, 2008 dan 2009). Terima kasih kepada teman-teman di SUPM Negeri
Pontianak. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran
dan kritik yang bermanfaat akan penulis terima dengan lapang dada. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat. Amin.
Bogor, Maret 2010 Sabariah RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai (Kalimantan Barat) pada tanggal
10 Juni 1975 dari Ayah H. Ambo' Dallek (Almarhum) dan Ibu Hj.
Rahmah. Penulis merupakan putra ke lima dari tujuh bersaudara.
Pada tahun 1994 penulis lulus dari SUPM Negeri Pontianak dan
diterima sebagai tenaga honorer pada SUPM Negeri Bone Sulawesi
Selatan. Pada tahun 1999 melanjutkan studi S1 di Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Univ. Muhammadiyah Pontianak dan lulus pada
tahun 2003. Tahun 2003 diterima menjadi PNS menjadi guru di
SUPM Negeri Pontianak. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studi pada Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana IPB. i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
v
PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………….................
1
Perumusan Masalah ……………………………….................
2
Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………….................
3
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan Hidup dan Kebiasaan Makan Ikan Jelawat ...........
4
Pencernaan Ikan Jelawat....……………………………….........
5
Jenis-jenis Probiotik ..................................................................
7
Mekanisme Kerja Bakteri Probiotik ..........................................
9
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................
11
Tahapan Penelitian.......................................................................
11
Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik ................
11
Seleksi Bakteri ........................................................................
12
Pengujian Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik....
12
Penentuan Fase Pertumbuhan Bakteri ................................
12
Uji Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam
Empedu ..............................................................................
13
Uji Penempelan ...................................................................
13
Uji Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen ........
14
Uji Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat..
14
Pakan Percobaan pada Ikan Jelawat..........................................
15
Uji Pertumbuhan pada Ikan Jelawat...........................................
16
Uji Daya Cerna Pakan...............................................................
18
Uji Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan …………………….
19
ii
Analisis Data .............................................................................
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..............................................................................................
20
Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik .................
20
Seleksi Bakteri .......................................................................
20
Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik....................
20
Fase Pertumbuhan Bakteri ................................................
21
Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam
Empedu ..............................................................................
23
Penempelan Bakteri ...........................................................
24
Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen ..............
24
Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat ..
25
Pertumbuhan Ikan Jelawat.......................................................
26
Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan ......................................
27
Pembahasan ……………………………………………….........
28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................
32
Saran ...........................................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
33
LAMPIRAN ...............................................................................................
38
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Hasil analisa proksimat pakan komersil yang digunakan....................
15
2.
Laju pertumbuhan harian (LPH ), jumlah konsumsi pakan (JKP),
ekonversi pakan (FCR), retensi protein (RP), kecernaan pakan (KP)
dan kelangsungan hidup (SR) pada ikan jelawa.................................
26
Log populasi bakteri (PB), aktivitas enzim protease (AEP),
aktivitas enzim lipase (AEL) dan aktivitas enzim amilase (AEA)
pada ikan jelawat ................................................................................
28
3.
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema tata letak akuarium ...................................................................... 16
2. Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik .................................. 20
3. Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan amilolitik. 21
4. Kurva nilai kerapatan optik (Optical Density) .......................................... 22
5. Selisih log (cfu/ml) jumlah bakteri pada pH 2.5 dengan pH normal ....... 23
6. Selisih log (cfu/ml) jumlah bakteri pada pH 7.5 dengan pH normal ...... 23
7. Hasil uji penempelan isolat bakteri pada lempeng baja .......................... 24
8. Aktivitas antagonistik isolat kandidat probiotik terhadap A. hydrophila.. 25
9. Perubahan bobot rata-rata individu ikan jelawat (g) perlakuan kontrol
(tanpa probiotik), U12 (protease), S1 (lipase), U4 (amilase) dan
U7 (protease, lipase dan amilase) ............................................................ 26
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Uji hidrolisis kasein, lemak dan pati .................................................... 38
2.
Prosedur penambahan bakteri kandidat probiotik pada pakan
komersil yang digunakan……………………………………............... 39
3.
Hasil analisa proksimat pakan penelitian (% bobot kering) ................ 39
4.
Prosedur analisis nilai kecernaan pakan (Takeuchi. 1988).................... 40
5.
Prosedur memperoleh ekstrak enzim usus ikan jelawat ......................
41
6.
Uji aktivitas enzim amilase, protease dan lipase ……………………..
42
7.
Nilai kerapatan Optik (Optical density) …..
44
8.
Hasil pengujian ketahanan isolat mikrab amilolitik, proteolitik dan
lipolitik terhadap asam lambung dan garam empedu ........................... 45
9.
Hasil uji penempelan isolat bakteri amilolitik, proteolitik dan lipolitik
pada lempeng baja ................................................................................. 46
10. Aktivitas antagonistik terhadap bakteri patogen ……………………..
46
11. Perhitungan laju konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian,
efisiensi pakan, kelangsungan hidup dan kecernaan pakan ikan
jelawat...................................................................................................
47
12. Perhitungan retensi protein ...................................................................
48
13. Analisis ragam laju konsumsi harian ikan jelawat selama
pemeliharaan ........................................................................................
49
14. Analisis ragam dan uji Duncan laju pertumbuhan harian ikan
jelawat selama pemeliharaan ................................................................
49
15. Analisis ragam dan uji Duncan retensi protein (%) ikan jelawat
selama pemeliharaan ............................................................................ 50
16. Analisis ragam dan uji Duncan konversi pakan (%) ikan jelawat
selama pemeliharaan ............................................................................ 50
17. Analisis ragam dan uji Duncan kecernaan protein (%) ikan jelawat
selama pemeliharaan ............................................................................ 51
18. Analisis ragam dan uji Duncan kecernaan total (%) ikan jelawat
selama pemeliharaan ............................................................................ 51
19. Perhitungan populasi bakteri, aktivitas enzim protease, lipase dan
amilase.................................................................................................... 52
vi
20. Analisis ragam dan uji Duncan populasi bakteri probioik pada
ikan jelawat diakhir pemeliharaan ......................................................... 53
21. Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim protease ikan jelawat
selama pemeliharaan ............................................................................ 53
22. Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim lipase ikan jelawat
selama pemeliharaan ...........................................................................
54
23. Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim amilase ikan jelawat
selama pemeliharaan ............................................................................ 54
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan jelawat Leptobarbus hoeveni Blkr adalah jenis ikan air tawar lokal
yang digemari oleh masyarakat Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Barat (Said 1999).
Namun kemungkinan diduga
karena kecernaan pakan ikan jelawat rendah, sehingga pertumbuhan ikan
jelawat menjadi lambat. Hasil penelitian Truong et al. (2003) dengan lama
pemeliharan 60 hari pada fase fingerling dari berat 1,39 g dan panjang 5,10 cm
menghasilkan berat 2,54 g dan panjang rata-rata 6,26 cm.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan
adalah dengan meningkatkan kecernaan pakan melalui penambahan bakteri
probiotik. Macey dan Coyne (2005) mengemukakan bahwa probiotik yang
mempunyai pengaruh positif bagi inangnya mempunyai beberapa kriteria,
antara lain tidak bersifat patogen; sebaiknya merupakan mikroflora normal
usus agar lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan usus; toleran
terhadap asam lambung dan garam empedu; memiliki kemampuan untuk
menempel dan mengkoloni sel usus; dan memiliki pengaruh yang
menguntungkan terhadap kesehatan. Produk probiotik diharapkan mempunyai
sel hidup yang besar yakni berkisar antara 107 sampai 109 cfu/ml. Berdasarkan
hasil penelitian Murni (2004) penambahan bakteri probiotik Bacillus sp. dalam
pakan buatan mampu meningkatkan laju pertumbuhan ikan gurami, karena
aktivitas enzim pencernaan meningkat, yaitu aktivitas enzim protease
meningkat dari 0,55 menjadi 0,86 unit/menit/ml dan aktivitas enzim amilase
meningkat dari 663,7 menjadi 851,8 unit/menit/ml. Menurut Fardiaz (1992)
sebagian dari Bacillus sp. mempunyai sifat proteolitik yang dapat
mensekresikan enzim protease, sebagian mempunyai sifat lipolitik yang dapat
mensekresikan enzim lipase dan bersifat amilolitik yang dapat mensekresikan
enzim amilase. Keberadaan enzim-enzim ini dapat membantu meningkatkan
daya cerna ikan, sehingga penggunaan pakan lebih efesien.
2
Beberapa jenis bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan hewan
memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan pemanfaatan pakan,
kesehatan ikan, dan perbaikan mutu lingkungan dan mikroorganisme
(Kesarcodi-Watson et al. 2008). Selain itu, beberapa bakteri flora pada saluran
pencernaan memainkan peran yang cukup penting dan menghasilkan beberapa
jenis
enzim dalam saluran pencernaan yang kemungkinan turut berperan
dalam metabolisme inang. Karena itu perlu pengkajian bakteri yang terdapat
dalam saluran pencernaan ikan jelawat untuk mengetahui potensi enzimnya
dalam memacu pertumbuhan ikan jelawat.
Perumusan Masalah
Ikan jelawat
dikelompokkan dalam ikan pemakan tumbuhan
(herbivora). Hasil identifikasi pakan di dalam saluran pencernaannya, pakan
yang ditemukan adalah biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air (Balitkanwar
1996). Jenis pakan ini mempunyai kandungan serat yang tinggi, sehingga sulit
dicerna dan menyebabkan pertumbuhan ikan jelawat lambat.
Penambahan bakteri probiotik dalam pakan buatan akan mempengaruhi
kinerja atau aktivitas enzim pencernaan, sehingga proses pencernaan dan
penyerapan nutrien pakan oleh tubuh ikan akan lebih baik, yang pada akhirnya
pertumbuhan ikan jelawat menjadi lebih cepat. Namun tidak setiap probiotik
sesuai untuk semua spesies ikan, hal ini berhubungan dengan aktivitas enzim
yang bervariasi.
Secara alami aktivitas enzim pencernaan pada ikan berhubungan
dengan jenis ikannya. Helver (2002) dan Krogdahl et al. (2005) menyatakan
bahwa pada ikan herbivora aktivitas enzim amilase lebih tinggi daripada
aktivitas enzim protease dan lipase. Demikian juga aktivitas enzim protease
dan lipase ikan omnivora dan karnivora lebih tinggi daripada enzim amilase.
Pada ikan jelawat diharapkan probiotik yang diberikan dapat meningkatkan
aktivitas enzim sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu perlu penelitian
bakteri probiotik yang sesuai dan dapat meningkatkan aktivitas enzim
percernaan untuk dicampur dalam pakan buatan ikan jelawat, sehingga dapat
memberikan pertumbuhan yang maksimal.
3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bakteri dari saluran
pencernaan ikan jelawat yang dapat meningkatkan aktivitas enzim pencernaan
yang menghasilkan kecernaan pakan tinggi sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ikan jelawat.
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi jenis-jenis bakteri probiotik dari saluran pencernaan yang mampu
digunakan sebagai probiotik pada budidaya ikan jelawat.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan Hidup dan Kebiasaan Makan Ikan Jelawat
Menurut Said (1999) ikan jelawat merupakan ikan asli perairan umum
yang penyebarannya hampir di seluruh Sumatera, Kalimantan, sebagian Jawa
dan Sulawesi Utara. Sunarno (1989), mengatakan bahwa ikan jelawat tersebar
di perairan-perairan sungai dan daerah genangan atau rawa di Kalimantan dan
Sumatera serta kawasan Asia Tenggara dan lainnya seperti Malaysia, Thailand,
Vietnam, dan Kamboja. Selanjutnya Asyari dan Gaffar (1993) menyatakan
bahwa ikan jelawat banyak di temui di sungai-sungai dan daerah genangan
kawasan tengah hingga hilir, bahkan di bagian muara sungai, dan pada saat air
menyusut benih ikan jelawat beruaya ke arah bagian hulu sungai. Said (1999)
menambahkan bahwa habitat yang di sukai ikan jelawat adalah anak-anak
sungai yang berlubuk dan berhutan di bagian pinggirnya.
Ikan jelawat memerlukan kondisi fisika dan kimia air yang optimal.
Pada umumnya ikan jelawat hidup di perairan yang bersuhu 25–27oC, oksigen
terlarut 4–9 ppm dan pH air 6,3–7,5 (Arifin et al. 1992). Namun untuk hidup
normal dan tumbuh baik, ikan ini memerlukan suhu 26–28,5oC (Ondara dan
Sunarno 1987a), oksigen terlarut 5–7 ppm (Arifin et al. 1992) dan pH air 7,0–
7,5 (Ondara dan Sunarno 1987b). Walaupun diperlukan pH air yang relatif
normal untuk hidup dan tumbuh baik, ikan jelawat juga ditemukan hidup pada
perairan yang sedikit asam (Arifin et al. 1992).
Ikan jelawat yang berukuran besar bersifat omnivora yang cenderung
herbivora (Sunarno 1991). Hasil pemeriksaan usus ikan jelawat pada beberapa
perairan yang dilakukan oleh Said (1999), menunjukkan bahwa makanan ikan
jelawat terdiri dari biji-bijian, buah-buahan dan tumbuhan air. Ikan jelawat
yang di pelihara dalam kolam dapat memakan singkong, daun singkong, daun
pepaya, ampas dan bungkil kelapa, cincangan daging ikan, ikan rucah, usus
ayam dan pakan buatan berbentuk pelet (Sunarno dan Reksalegora 1982).
Berdasarkan bentuk mulutnya, ikan jelawat lebih menyukai makanan
yang melayang dengan cara menyambar makanan, tetapi ikan jelawat dapat
memakan makanan yang berada di dasar perairan. Hasil penelitian Soenarno
5
dan Reksolegora (1982) menyatakan bahwa ikan jelawat yang diberi pakan
berbentuk pelet cenderung tumbuh lebih cepat dari pada yang diberi pakan
berbentuk gumpalan. Ikan jelawat yang berukuran fingerling dapat mencapai
berat 0,6-0,9 kg/ekor selama delapan bulan, lama pemeliharaan ikan konsumsi
4-6 bulan dengan ukuran benih pada saat penebaran antara 12-15 cm.
Sedangkan lama pemeliharaan untuk mencapai induk ± 12 bulan (Sunarno
1989).
Pencernaan Ikan Jelawat
Pencernaan merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus.
Pada umumnya pencernaan makanan adalah proses hidrolisa protein menjadi
asam amino atau polipeptida sederhana dan karbohidrat menjadi gula
sederhana serta dari lipid menjadi gliserol dan asam lemak (Mohanta et al.
2007).
Produksi sari makanan dan hidrolisa nutrien makro pada sistem
pencernaan ikan dimungkinkan dengan adanya enzim pencernaan, seperti
protease, amilase, karbohidrase dan lipase serta asam lambung. KesarcodiWatson et al. (2008) menyatakan bahwa dalam saluran pencernaan ikan,
makanan dicerna dan kemudian diserap melalui dinding usus dan masuk ke
dalam sistem peredaran darah.
Enzim merupakan katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel
makhluk hidup untuk membantu proses biokimia. Fungsi katalisator menurut
Winarno (1991) adalah untuk mempercepat reaksi kimia dengan membebaskan
energi pengaktifan. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu dan pH. Aslamyah
(2006) mengatakan bahwa enzim pencernaan yang dihasilkan oleh lambung
ikan aktif pada pH 2–4.
Kehadiran enzim dalam saluran pencernaan sangat
mempengaruhi daya cerna ikan terhadap makanan.
Selain enzim dalam saluran pencernaan, kecernaan pakan juga dapat
dibantu oleh adanya bakteri dalam usus.
Bakteri penghasil enzim akan
membantu ikan mencerna pakan dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut yaitu protease, lipase dan amilase.
Pakan dicerna secara
optimal dengan bantuan enzim dalam pakan dan saluran pencernaan ikan,
6
sehingga energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan
ikan (Wirawati 2002).
Daya cerna ikan terhadap suatu jenis makanan bergantung kepada
faktor fisik dan kimia makanan, jenis makanan, umur ikan, sifat fisik dan kimia
air serta jumlah enzim pencernaan pada sistem gastrointestinal (Aslamyah
2006).
Enzim protease, lipase dan amilase mempengaruhi pencernaan
makanan di usus (Murni 2004). Proteolitik merupakan enzim yang berperan
dalam hidrolisis protein. Menurut Mohanta et al. (2007) enzim yang paling
banyak berperan dalam hidrolisis karbohidrat yaitu amilase seperti yang
ditunjukkan oleh ikan mas.
Proses kerja enzim dalam pencernaan ikan hampir semuanya sama.
Enzim amilase dan lipase tidak hanya terdapat pada ikan herbivora saja, tetapi
juga pada ikan karnivora. Keberadaan enzim-enzim pencernaan berhubungan
dengan makanan.
Helver (2002) menyatakan bahwa pada ikan herbivora
aktivitas enzim amilase lebih tinggi daripada protease dan lipase, demikian
halnya ikan omnivora dan karnivora aktivitas enzim protease dan lipase lebih
tinggi daripada enzim amilase.
Daya cerna ikan terhadap suatu makanan
bervariasi dari spesies satu ke spesies yang lain. Secara umum daya cerna
untuk protein berkisar antara 70 – 90 % dan untuk karbohidrat bervariasi dari
5–15 % untuk tepung selulosa dan glukosa 1 %. Menurut Mohanta et al.
(2007) daya cerna ikan terhadap karbohidrat sangat rendah dan tergantung pada
spesies ikannya.
Keberadaan enzim dalam makanan akan meningkatkan daya cerna ikan
terhadap bahan makanan. Helver (2002) menyatakan bahwa enzim eksogenik
(berasal dari makanan) sangat berarti bagi pertumbuhan larva atau benih ikan
yang mekanisme sekresinya belum berkembang. Menurut Gatesoupe (1999) di
dalam saluran pencernaan ikan terdapat bakteri yang menghasilkan enzim
pencernaan yang dapat merombak nutrien makro yang masuk melalui pakan
untuk kebutuhan bakteri itu sendiri dan memudahkan makanan diserap oleh
ikan.
7
Menurut Murni (2004) enzim berperan dalam mengubah laju reaksi,
sehingga kecepatan reaksi yang diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktifan
enzim.
Affandi et al. (1992) menyatakan bahwa aktivitas enzim dapat
dinyatakan antara lain dalam bentuk unit enzim. Aktivitas enzim bergantung
pada konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH dan inhibitor.
Enzim
pencernaan yang disekresikan ke dalam rongga saluran pencernaan berasal dari
mukosa lambung, pankreas dan mukosa usus.
Enzim-enzim ini berperan
sebagai katalisator dalam hidrolis protein, lemak dan karbohidrat menjadi
bahan-bahan yang sederhana. Mukosa lambung menghasilkan enzim protease
dengan suatu aktivitas proteolitik optimalnya pada pH rendah.
Cairan
pankreatik kaya akan tripsin, yaitu suatu protease yang aktivitas optimalnya
sedikit di bawah pH biasa, disamping itu juga mengandung amilase, maltase
dan lipase (Murni 2004).
Penelitian Truong et al. (2003) menunjukkan bahwa kecernaan bahan
kering, protein, lemak, karbohidrat dan energi pada ikan jelawat 48 g masingmasing sebesar 70,15%; 85,79%; 95,18%; 58,59% dan 76,21%. Law (1986)
yang melakukan pengamatan kecernaan pakan ikan jelawat pada berbagai
faktor memberikan informasi bahwa kecernaan nutrien, terutama karbohidrat,
mempunyai korelasi positif dengan ukuran ikan. Selanjutnya dikatakan bahwa
sebagian besar nutrien tepung ikan dapat dicerna oleh ikan jelawat, dan bungkil
kelapa lebih mudah dicerna daripada kacang kedele dan jagung.
Materi pakan yang telah dicerna selanjutnya akan diserap oleh tubuh.
Adanya penyerapan materi ini akan merubah komposisi tubuh ikan yang dapat
menunjukkan adanya pertumbuhan. Menurut Gatesoupe (1999) bahwa faktor
yang mempengaruhi komposisi tubuh ikan adalah ukuran, umur, jenis pakan
dan tingkat kehidupan tertentu.
Jenis-jenis Probiotik
Kesarcodi-Watson et al. (2008) menyatakan bahwa probiotik
merupakan makanan tambahan dalam bentuk mikrob hidup, yang memberi
pengaruh menguntungkan bagi inang dengan meningkatkan keseimbangan
mikrob dalam saluran pencernaan.
8
Menurut Gatesoupe (1999) pada hewan akuatik, tidak hanya saluran
pencernaan yang penting, tetapi juga air yang menjadi habitatnya. Pendapat di
atas didukung oleh Kesarcodi-Watson et al. (2008) bahwa pada hewan akuatik
selain saluran pencernaan, air disekeliling organisme tersebut juga memegang
peranan penting. Oleh karena itu probiotik untuk hewan akuatik adalah agen
mikrob hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang dengan
memodifikasi komunitas mikrob atau berasosiasi dengan inang, menjamin
perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nilai nutrisinya,
memperbaiki respon inang terhadap penyakit atau memperbaiki kualitas
lingkungannya.
Pemanfaatan beberapa bakteri yang berada dalam wadah budidaya dan
tubuh organisme akuatik seperti ikan dan udang sebagai probiotik telah
dilakukan dan mampu menunjukkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan
dan kesehatan melalui peningkatan keseimbangan bakteri dalam tubuh
(Nikoskelainen et al. 2003; Villamil et al. 2003; Vine et al. 2004). Beberapa
jenis bakteri yang mampu berperan sebagai probiotik pada organisme akuatik
yaitu V. alginolyticus, V. harveyi, Pseudomonas sp. Nitrobacter sp. untuk
udang, Nitrosomonas sp. dan Bacillus sp. untuk kepiting, V. pelagis, Bacillus
toyoi,. Lactobacillus plantarum, L. helveticus dan Streptococcus lactis untuk
ikan turbot, Alteromonas sp. untuk Oyster, Rodobacter sp. Vibrio sp. untuk
scalop (Gatesoupe 1999)).
Bakteri yang dominan terdapat pada air tawar
antara lain Aeromonas sp. Plesiomonas, Clostridium sp. Penelitian dengan
kultur Lactobacillus sp. 0,2% dan Bacillus subtilis 0,1% yang masing-masing
ditambahkan ke dalam pakan menunjukkan adanya peningkatan bobot dan
efisiensi pakan pada ikan Rainbow trout. Kultur Bacillus subtilis dalam pakan
ayam membantu meningkatkan jumlah Lactobacillus sp. di dinding usus yang
pada gilirannya dapat menekan mikroorganisme yang tidak diinginkan seperti
E. coli (Balca´zar et al. 2006).
Nur dan Fatah (2000) melaporkan bahwa pengkayaan rotifer dengan
bakteri probiotik Bacillus sp. pada pakan larva udang menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata terhadap penambahan panjang larva udang yang diberi
probiotik, tetapi memberikan respon pakan yang cukup baik. Rengpipat et al.
9
(2003) mengemukakan bahwa penambahan probiotik Bacillus sp. melalui
naupli Artemia memberikan pengaruh nyata dan signifikan terhadap
perkembangan larva udang windu.
Percobaan serupa telah dibuktikan oleh
Hariyati et al. (1998) dengan mengaplikasikan bakteri probiotik melalui media
pemeliharaan, yang menunjukkan bahwa penggunaan jasad renik (probion)
dapat difungsikan langsung sebagai makanan. Gatesoupe (1999) melaporkan
bahwa probiotik merupakan sumber vitamin dan asam amino esensial bagi
larva. Selanjutnya Gullian et al. (2004) menyatakan bahwa manfaat probiotik
adalah meningkatkan resistensi terhadap infeksi penyakit, meningkatkan laju
pertumbuhan, memperbaiki konversi pakan, memperbaiki sistem pencernaan,
penyerapan makanan yang lebih baik dan melengkapi nutrien esensial.
Mekanisme Kerja Bakteri Probiotik
Menurut Verschuere et al. (2000) mekanisme kerja bakteri probiotik
dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu (1) produksi senyawa inhibitor; (2)
kompetisi terhadap senyawa kimia atau sumber energi (nutrisi); (3) kompetisi
terhadap tempat pelekatan; (4) peningkatan respon imun (kekebalan); (5)
perbaikan kualitas air; (6) interaksi dengan fitoplankton.
Substansi antibakterial telah dihasilkan oleh beberapa bakteri yang
diisolasi dari saluran pencernaan ikan budidaya air tawar terhadap beberapa
strain patogen antara lain A. hydrophila (Sugita et al. 1996).
Probiotik untuk akuakultur umumnya hanya diseleksi berdasarkan
kemampuannya menghasilkan senyawa antibakteri, walaupun demikian
pelekatan pada mukosa usus juga penting agar mereka tetap berada pada usus
inang. Kompetisi terhadap tempat pelekatan terjadi antara kandidat probiotik
(API-AP5) yang diisolasi dari ikan badut (Amphiprion percula L) terhadap
bakteri patogen A. hydrophila dan V. Alginolyticus.
Kandidat probiotik
tersebut mempunyai kemampuan untuk melekat pada mukosa usus ikan dan
berkompetisi dengan bakteri patogen, sehingga dengan penambahan bakteri
probiotik akan mengurangi pelekatan bakteri patogen (Vine et al. 2004).
Perbaikan kualitas air dengan penggunaan bakteri probiotik seperti
Bacillus sp. dan Nitrobacter sp. telah dilaporkan Gatesoupe (1999), yaitu
10
dengan meningkatnya perombakan bahan organik dalam wadah pemeliharaan
ikan.
Interaksi bakteri probiotik-fitoplankton secara tidak langsung dapat
meningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme budidaya. Hasil
penelitian Douillet dan Langdon (1994) menunjukkan bahwa penambahan
bakteri galur CA2 (belum diketahui spesiesnya) ke dalam kultur alga dapat
meningkatkan nilai nutrisi dari alga tersebut dan selanjutnya dapat
meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva kerang.
11
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan tahap isolasi dan seleksi bakteri kandidat
probiotik yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dengan
menggunakan ikan jelawat yang berasal dari Unit Pembenihan Ikan Sentral
Anjongan Kalimantan Barat.
Tahap isolasi dan seleksi bakteri kandidat
probiotik ini dilakukan mulai bulan Desember 2008 sampai Februari 2009.
Tahap selanjutnya yaitu percobaan pemeliharaan ikan jelawat yang dilakukan
di Laboratorium Lapangan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB dari
bulan April sampai Juni 2009.
Tahapan Penelitian
Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik
Bakteri diisolasi dari saluran pencernaan (usus) 10 ekor ikan jelawat
berukuran 15 g/ekor yang dipelihara di Laboratorium Lapangan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Usus ditimbang dan diukur panjangnya,
kemudian digerus dan setiap 1 g diencerkan dengan 9 ml larutan fisiologis
(NaCl 0,85%) steril. Pengenceran berseri dilakukan dari 10-2 sampai 10-10
dengan cara mengambil 0,1 ml dari tempat penggerusan dan dimasukkan pada
eppendorf sebagai pengenceran pertama, selanjutnya dari eppendorf pertama
diambil sebanyak 0,1 ml untuk pengenceran kedua dan seterusnya hingga
pengenceran terakhir yaitu pengenceran ke sepuluh. Inokulum yang dikultur
dengan metode cawan sebar pada media TSA adalah pengenceran ke sembilan
dan ke sepuluh. Kultur ini kemudian diinkubasi pada suhu 29oC selama 24 jam
agar bakteri tumbuh.
Isolat yang digunakan adalah isolat yang tumbuh secara terpisah. Isolat
diambil dengan jarum ose yang digoreskan di media TSA pada cawan petri,
kemudian diinkubasi pada suhu 29oC selama 24 jam. Dari media TSA pada
cawan petri, isolat dimurnikan lagi pada media TSA di agar miring pada
12
tabung reaksi. Metode purifikasi dilakukan berulang-ulang dengan teknik dan
media yang sama sampai didapatkan koloni bakteri tunggal dan seragam.
Seleksi Bakteri
Percobaan ini bertujuan untuk menemukan bakteri yang berpotensi
tinggi untuk dipilih sebagai probiotik. Seleksi bakteri dilakukan melalui
tahapan 1) pengujian aktivitas amilolitik, proteolitik, dan lipolitik; 2) fase
pertumbuhan bakteri; 3) ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu;
4) uji penempelan dan 5) pengujian aktivitas antagonistik dengan bakteri
patogen.
Pengujian Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur besarnya kemampuan aktivitas
proteolitik, lipolitik dan amilolitik dari masing masing isolat yang diuji melalui
uji hidrolisis kasein, lemak dan pati (Lampiran 1). Hidrolisis protein ditandai
dengan adanya zona bening di sekeliling isolat yang ditumbuhkan pada media
agar dengan penambahan kasein.
Hasil hidrolisis lemak ditandai dengan
adanya warna kehijauan pada isolat yang ditumbuhkan pada media agar dengan
penambahan lemak (minyak zaitun) dan hidrolisis pati (amilum) ditandai
dengan perubahan warna zona isolat menjadi kuning cerah pada media agar
dengan penambahan pati.
Penentuan Fase Pertumbuhan Bakteri
Pencapaian fase ekponensial bakteri dapat ditentukan dengan fase
pertumbuhan
bakteri.
Persiapan
kultur
dilakukan
dengan
cara
menginokulasikan 0,1 ml isolat bakteri ke dalam 10 ml media kultur cair dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29°C. Sediaan ini disebut kultur segar
yang kemudian diambil 1 ml dan diinokulasikan ke dalam media kultur steril
100 ml dan diinkubasi kembali pada suhu 29°C. Pertumbuhan bakteri diamati
setiap 2 jam dengan mengukur nilai kerapatan atau optical density (OD)
dengan menggunakan alat spektrofotometer, dengan panjang gelombang 620
nm (Hadioetomo 1990).
13
Uji Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu
Untuk bertahan dalam lambung dan saluran pencernaan yang ber-pH
rendah diuji dengan ketahanan asam lambung dan garam empedu. Metode ini
mengacu pada Ngatirah et al. (2000) yaitu dengan menginokulasikan 1 ml
isolat bakteri ke dalam satu seri tabung yang berisi 9 ml larutan media steril
dengan pH 2,5 (diatur dengan penambahan HCL) dan pH 7,5 (diatur dengan
penambahan NaOH) dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 29°C. Selanjutnya
sel bakteri yang tumbuh dihitung dengan metode hitungan cawan setiap 2, 4, 6
dan 8 jam. Ketahanan terhadap asam lambung dan garam empedu ditentukan
oleh selisih jumlah koloni antara kontrol (pH 7,0) dan perlakuan (pH 2,5 dan
pH 7,5).
Semakin kecil selisihnya maka semakin tahan terhadap asam
larnbung dan garam empedu.
Uji Penempelan
Uji ini mengacu pada metode berdasarkan Dewanti dan Wong (1993)
yang menggunakan lempeng baja. Terlebih dahulu lempeng baja disterilkan
dengan cara direndam dalam larutan deterjen yang dipanaskan sampai
mencapai suhu 40-45°C selama 24 jam, kemudian lempeng baja dibilas dengan
air panas 40-50°C sampai bersih lalu dikeringanginkan, selanjutnya diautoklaf
pada suhu 1210C selama 20 menit.
Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan lempeng baja di dalam
erlenmeyer 1 L dengan posisi berdiri. Erlenmeyer sebelumnya telah diisi
dengan 250 ml TSB steril dan telah diinokulasi 1 ml kultur segar bakteri.
Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan ditempatkan dalam shaker
selama 24 jam pada suhu 29°C. Setelah 24 jam lempeng baja dibilas dengan
larutan buffer fosfat (BF). Kemudian permukaan lempeng diseka secara merata
dengan menggunakan swab. Swab dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi 10 ml BF dan divortex selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan
pengenceran serial dan dihitung populasi bakteri dengan metode hitungan
cawan.
Jumlah bakteri yang tumbuh pada media dalam erlenmeyer juga
dihitung dengan cara mengambil 1 ml cairan dari media tumbuh dan
14
diencerkan dengan 9 ml buffer fosfat. Selanjutnya dilakukan penghitungan
populasi bakteri yang tumbuh dengan metode hitung cawan. Bakteri yang
mampu membentuk biofilm dengan baik akan mampu menempel pada substrat
yaitu usus.
Uji Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen
Bakteri hasil isolasi diuji kemampuannya dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila dengan metode Kirby-Bauer (Lay,
1994). Biakan cair bakteri kandidat probiotik dan bakteri A. hydrophila yang
diinkubasi pada suhu 29OC dan berumur 24 jam diencerkan hingga memiliki
konsentrasi yang sama (107 cfu/ml).
Bakteri A. hydrophila dalam media cair diambil sebanyak 0,1 ml, lalu
disebarkan dengan batang penyebar pada media TSA pada cawan petri.
Selanjutnya masing-masing bakteri kandidat probiotik diambil dan dimasukkan
dalam eppendorf dan kertas cakram (diameter 6 mm) direndam dalam
eppendorf berisi suspensi bakteri kandidat probiotik tersebut selama beberapa
saat. Kertas cakram kemudian diambil dengan menggunakan pinset steril dan
ditempatkan pada cawan petri yang telah disebari bakteri A. hydrophila. Setiap
cawan petri ditempatkan 3 kertas cakram yang berasal dari satu bakteri
kandidat probiotik dan ditambah dengan satu kertas cakram yang telah
direndam dengan larutan fisiologis sebagai kontrol.
Masing-masing isolat
bakteri kandidat probiotik diuji daya hambatnya dengan bakteri A. hydrophila
yang digunakan dengan tiga kali ulangan. Isolat yang menghasilkan zona
bening berarti menunjukkan kemampuan menghambat bakteri A. hydrophila.
Uji Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat
Uji patogenisitas dilakukan untuk melihat apakah bakteri yang
diberikan bersifat patogen atau tidak terhadap ikan jelawat. Uji ini dilakukan
dengan cara menyuntikkan bakteri kandidat probiotik secara intramuskular
dengan konsentrasi 107 cfu/ml. Ikan dipelihara selama 7 hari dan diamati setiap
hari. Pada akhir pemeliharaan tingkat kelangsungan hidup ikan jelawat
dihitung dan dibandingkan dengan kontrol yakni ikan yang disuntik dengan
15
larutan fisiologis. Kandidat probiotik yang akan digunakan adalah bakteri yang
tidak bersifat patogen yakni bakteri yang tidak menyebabkan ikan jelawat sakit
dan mati pada saat uji patogenisitas ini.
Pakan Percobaan pada Ikan Jelawat
Pakan yang digunakan yaitu pakan komersial (Tabel 1) dan
ditambahkan kandidat probiotik. Sebelum dicampurkan ke dalam pakan
dilakukan kultur cair yang ditempatkan dalam shaker dengan suhu 29°C
dengan kecepatan 180 rpm dan dilakukan pemanenan sesuai waktu pencapaian
fase eksponensial. Hasil kultur bakteri yang didapat dipindahkan ke dalam
tabung ulir dan disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Hasil
endapan bakteri probiotik inilah yang dicampurkan ke dalam pakan (Lampiran
2). Probiotik sebanyak 10 g/kg (Wang 2007) ditambahkan ke dalam pakan
dengan cara disemprotkan secara merata menggunakan spuit dengan
menambahkan 2% kuning telur. Kemudian pakan dianalisa proksimat kembali
dengan hasil seperti terlihat pada Lampiran 3.
Tabel 1 Hasil analisa proksimat pakan komersil yang digunakan
Komposisi
Kandungan (%)
Protein
Lemak
Serat kasar
Kadar Abu
Kadar Air
36,96
3,50
1,37
11,67
7,80
Pakan yang diberikan pada percobaan ini terdiri dari
1. Pakan komersial yang tidak ditambahkan probiotik.
2. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease (isolat
U12).
3. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil lipase (isolat S1).
4. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil amilase (isolat
U4).
5. Pakan komersial yang ditambah isolat terbaik penghasil protease, lipase
dan amilase (U7).
16
Selanjutnya pakan ini diberikan pada ikan jelawat selama percobaan
pemeliharaan untuk selanjutnya dilakukan uji pertumbuhan, uji daya cerna dan
uji aktivitas enzim saluran pencernaan.
Uji Pertumbuhan pada Ikan Jelawat
Pemeliharaan ikan dilakukan pada wadah akuarium yang berukuran 50
x 50 x 40 cm sebanyak 15 buah. Sisi bagian luar akuarium ditutup dengan
plastik hitam untuk memberikan rasa aman ikan dari gangguan luar. Sebelum
digunakan, semua peralatan diberi desinfektan dengan kaporit. Akuarium diisi
air yang berasal dari tandon dengan ketinggian 70%. Air dari tandon disaring
terlebih dahulu dan diaerasi tinggi. Air disterilkan selama 3 hari dan pada hari
ke empat ikan dimasukkan ke dalam akuarium.
1
2
C2
6
3
A2
7
E2
11
8
D1
12
A3
4
B1
9
B3
13
C1
5
E1
10
C3
14
E3
B2
D3
15
D2
A1
Keterangan : A : Kontrol
D : Amilase
B : Protease
E : Gabungan (Protease, lipase dan amilase)
C : Lipase
Gambar 1 Skema tata letak akuarium.
Ikan jelawat dengan bobot rata-rata 5,69 ± 0,04 g ditebar dengan
kepadatan 10 ekor per wadah. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 60 hari dan
diberi pakan satiation sebanyak tiga kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00 dan
17.00. Penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 10% dan penyiponan
dilakukan setiap pagi hari untuk membersihkan sisa pakan dan feses. Jumlah
pakan yang diberikan selama pemeliharaan ditimbang dan dicatat untuk
menghitung konversi pakan dan Untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan
dilakukan sampling setiap 10 hari sekali.
Untuk menghitung retensi protein,
tubuh ikan jelawat pada akhir penelitian dianalisa proksimat.
Pengukuran
17
kualitas air dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan meliputi pH
(6,94-7,42), suhu (29-310C), dissolve oksigen (DO) (4,1-5,65 mg/l) dan
amoniak (0,017-0,107 mg/l).
Pada uji pertumbuhan ini dianalisis beberapa
parameter yaitu :
1. Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Huisman (1976) :
α
=
⎡
⎢
⎣
Wt
Wo
t
⎤
− 1 ⎥ × 100
⎦
Keterangan: α
=
Wt =
W0 =
t
=
2. Jumlah Konsumsi Pakan
%
Laju pertumbuhan harian (%)
Bobot akhir (g)
Bobot awal (g)
Waktu
Jumlah konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh
ikan selama pemeliharaan. Jumlah konsumsi pakan dapat dihitung dengan
cara menimbang jumlah pakan yang dikonsumsi ikan setiap harinya selama
masa pemeliharaan.
3. Konversi Pakan
Konversi pakan dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan NRC
(1983)
FCR =
F
((Wt + D ) − Wo )
Keterangan : FCR
F
Wt
Wo
D
4. Retensi Protein
=
=
=
=
=
Konversi pakan
Bobot pakan yang diberikan selama percobaan (g)
Bobot ikan pada akhir penelitian (g)
Bobot ikan pada awal penelitian (g)
Jumlah bobot ikan yang mati selama penelitian (g)
Retensi protein dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Takeuchi
(1988):
RP =
Keterangan :
Pu
× 100 %
Pe
RP = Retensi protein
Pu = Bobot protein yang disimpan dalam tubuh (g)
Pe = Bobot protein yang dikonsumsi oleh ikan (g)
18
5. Kelangsungan Hidup
Perhitungan kelangsungan hidup berdasarkan rumus (Effendi, 2002).
SR =
Nt
× 100 %
No
Keterangan : SR
Nt
(ekor)
No
= Kelangsungan hidup ikan (%)
= Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian
= Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian
(ekor)
6. Populasi Bakteri Probiotik
Pengamatan populasi bakteri dalam saluran pencernaan ikan dilakukan
pada akhir penelitian. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan kontrol
secara deskriptif.
Uji Daya Cerna Pakan
Pengujian daya cerna pakan dilakukan secara terpisah dari uji
pertumbuhan. Pakan yang akan digunakan dihaluskan menjadi serbuk dan
ditambahkan 0,6 % Cr2O3 sebagai indikator kecernaan dan CMC sebesar 20
g/kg pakan sebagai perekat (Watanabe 1988). Selanjutnya pakan serbuk dibuat
pelet lagi dan dikeringkan. Pakan diberikan pada ikan selama seminggu dan
pada hari ketujuh dilakukan pengumpulan feses ikan dengan cara menyipon
akuarium dengan selang kecil dan ditampung dalam ember. Selanjutnya
disaring dan feses yang terkumpul ditempatkan pada botol film untuk
selanjutnya dianalisa. Feses yang terkumpul dikeringkan dalam oven bersuhu
110°C selama 4-6 jam.
Selanjutnya dilakukan analisa kandungan Cr2O3
terhadap feses yang sudah dikeringkan (Lampiran 4).
Nilai kecernaan dihitung berdasarkan Takeuchi (1988) :
Kecernaan protein (%)
= 1-(a'/a )/(b'/b) x 100
Kecernaan Total (%)
= 1-(a'/a ) x 100
Keterangan :
a
= % Cr2O3 dalam pakan
a" = % Cr2O3 dalam feses
b'
= % protein dalam feses
b
= % protein dalam pakan
19
Uji Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan
Uji aktivitas enzim dilakukan pada saluran pencernaan ikan di akhir
penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari
penambahan probiotik pada pakan yang diberikan dibandingkan kontrol. Ikan
diambil sebanyak 2 ekor dari setiap akuarium kemudian dibedah untuk diambil
saluran pencernaannya. Preparasi ekstrak enzim saluran pencernaan ikan ini
dilakukan pada suhu 4°C (Lampiran 5). Saluran pencernaan ikan kemudian
dicuci dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas penghisap. Selanjutnya
usus ditimbang dan dihomogenkan dengan menambahkan larutan buffer 10 ml.
Setelah homogen lalu disentrifuse selama 20 menit pada 1200 rpm untuk
mendapatkan supernatan yang akan digunakan pada pengujian selanjutnya
yaitu aktivitas enzim (Lampiran 6).
Analisis Data
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri dari empat perlakuan dan tiga ulangan.
Data yang diperoleh
dianalisa dengan menggunakan analisis sidik ragam pada tingkat kepercayaan
95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat pengaruh antar
perlakuan terhadap masing-masing peubah yang diamati (Mattjik dan
Sumertajaya 2000).
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Isolasi dan Pemurnian Bakteri Kandidat Probiotik
Bakteri yang berhasil diisolasi dari saluran pencernaan ikan jelawat
sebanyak 40 isolat. Morfologi koloni isolat tersebut pada media TSA berwarna
putih, krem, transparan, kuning dan kuning krem dengan bentuk bundar, tak
beraturan, menyebar, membulat dan menyebar tidak rata.
Seleksi Bakteri
Aktivitas Proteolitik, Lipolitik dan Amilolitik
Hasil uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik terhadap bakteri
kandidat probiotik disajikan pada Gambar 2. Hasil uji aktivitas proteolitik
ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling koloni isolat, aktivitas
lipolitik ditunjukkan dengan adanya warna hijau di sekeliling koloni isolat dan
aktivitas amilolitik ditandai zona kuning bening di daerah isolat yang
ditumbuhkan.
aktivitas proteolitik
amilolitik
aktivitas lipolitik
aktivitas
Gambar 2 Hasil aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik.
Hasil uji aktivitas proteolitik, lipolitik dan amilolitik memperlihatkan
bahwa hampir semua isolat positif menghidrolisis sumber karbonnya, yang
ditandai dengan adanya zona bening dan warna hijau di sekitar koloni. Hal
tersebut menunjukkan bahwa makromolekul yang menjadi sumber karbon
sudah dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh bakteri. Aktivitas proteolitik
terbesar diperlihatkan oleh isolat U12 dengan diameter 18 mm, aktivitas
lipolitik terbesar ditunjukkan oleh isolat S1 dengan diameter 17 mm pada
21
koloni yang berwarna hijau terang, aktivitas amilolitik terbesar diperlihatkan
oleh isolat U4 dengan diameter 22 mm, sedangkan isolat yang mampu
menghasilkan gabungan protease, lipase dan amilase terbesar diperlihatkan
oleh isolat U7 (Gambar 3).
berdasarkan
tahapan
Isolat-isolat tersebut selanjutnya diuji lanjut
seleksi
bakteri
probiotik.
Adanya
kemampuan
menghidrolisi protein, lemak dan pati ini menunjukkan bahwa isolat-isolat
tersebut mampu memanfaatkan sumber energi yaitu kasein, lemak dan pati
yang ditambahkan pada media menjadi sumber karbon.
U12
Diameter hidrolisis (mm)
25
U8
U16
20
M9
S1
15
S6
U5
10
U4
5
P10
U7
0
Protease
Lipase
Amilase
U6
U9
Aktivitas Enzim
Gambar 3 Diameter hidrolisis enzim oleh isolat proteolitik, lipolitik dan
amilolitik.
Fase Pertumbuhan Bakteri
Pengamatan fase pertumbuhan bakteri dilakukan dengan mengamati
perubahan populasi dan nilai kerapatan optik (Optical Density = OD)
(Lampiran 7). Hal ini berhubungan dengan panen sel yang tepat untuk
memproduksi suatu produk atau senyawa metabolit, antara lain enzim,
antibakterial, vitamin, asam organik, asam lemak, asam amino dan peptida.
Menurut Irianto (2003) fase exsponensial tercepat merupakan bakteri yang
cukup baik digunakan sebagai probiotik.
Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa isolat U4, U12, S1 dan U7 memiliki fase pertumbuhan tercepat yakni
masing-masing mencapai akhir fase eksponensial pada jam ke-12 dan mulai
menurun pada jam ke-14 (Gambar 4).
22
U8
U12
1.0
0.5
O ptic al dens ity
O p tic al d en s ity
1.5
1.0
0.5
0.0
0
4
8
12
16
20
M9
4
8
O p tic al d en s ity
1.0
0
16
20
2.0
1.5
1.0
1.0
0.5
0.0
24
0
4
8
0
12 16 20 24
2
1.0
0.5
Optic al dens ity
O p tic al d en s ity
1.5
1.5
1.0
0.5
1.5
1
0.5
0.0
0.0
0
0
12 16 20 24
4
8
12 16 20 24
U7
1.5
1.0
0.5
0.0
8
12
16
20
24
12 16 20 24
U9
1.0
0.5
1.5
1.0
0.5
0.0
0.0
P e riode pe ng a m a ta n (ja m )
8
2.0
O p tic al d en s ity
1.5
O p tic al d en s ity
2.0
4
4
P e riode pe ng a m a ta n (ja m )
U6
2.0
0
0
P e riode pe ng a m a ta n (ja m )
P eriode peng a ma ta n (ja m)
12 16 20 24
P 10
2.0
8
8
U4
U5
4
4
P eriode peng a ma ta n (ja m)
P e riode pe ng a m a ta n (ja m )
2.0
12 16 20 24
1.5
P e riode pe ng a m a ta n (ja m)
0
8
S6
0.0
12
4
P e riode pe ng a m a ta n (ja m )
0.5
0.5
0.0
O p tic al d en s ity
12 16 20 24
S1
2.0
1.5
8
0.5
P e riode peng a m a ta n (ja m )
2.0
4
1.0
0.0
0
24
P e riode pe ng a m a ta n (ja m )
0
1.5
O p tic al d en s ity
O p tic al d en s ity
1.5
0.0
O p tic al d en s ity
2.0
2.0
2.0
Optic al dens ity
U16
0
4
8
12 16 20 24
P eriode pe ng a m a ta n (ja m)
0
4
8
12 16 20 24
P e riode pe ng a m a ta n (ja m )
Gambar 4 Kurva nilai kerapatan Optik (Optical Density).
23
Ketahanan terhadap Asam Lambung dan Garam Empedu
Toleransi terhadap asam merupakan salah satu syarat penting suatu
isolat untuk dijadikan kandidat probiotik. Hasil dari pengujian ketahanan asam
lambung dan garam empedu masing-masing disajikan pada Gambar 5, Gambar
6 dan Lampiran 8.
2 jam
Populasi bakteri (Log cfu/ml)
pH 2.5
4 jam
6 jam
8 jam
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
U12
U8
U16
M9
S1
S6
U5
U4
P10
U7
U6
U9
Isolat
Gambar 5 Selisih log (cfu/ml) jumlah bakteri pada pH 2.5 dengan pH normal.
2 jam
pH 7.5
4 jam
6 jam
8 jam
Populasi bakteri (Log cfu/ml)
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
U12
U8
U16
M9
S1
S6
U5
U4
P10
U7
U6
U9
Isolat
Gambar 6 Selisih log (cfu/ml) jumlah bakteri pada pH 7,5 dengan pH normal.
Hasil pengujian terhadap asam lambung menunjukkan bahwa isolat
U12, S1, U4 dan U7 memiliki selisih terkecil yang berarti lebih tahan terhadap
pH asam lambung dibandingkan isolat lainnya. Isolat harus tahan terhadap pH
asam lambung untuk mampu bertahan hidup dalam saluran pencernaan.
Apabila sel bakteri terpapar pada kondisi yang sangat asam maka membran sel
dapat mengalami kerusakan dan berakibat pada hilangnya komponen-
24
komponen intraseluler seperti Mg, K dan lemak dari sel tersebut, dan pada
akhirnya kerusakan ini dapat mengakibatkan kematian sel. Hasil pengujian
terhadap garam empedu menunjukkan bahwa isolat U4 merupakan isolat yang
paling mampu beradaptasi karena selisih log populasinya paling kecil diantara
semua isolat.
Penempelan Bakteri
Faktor penempelan atau adherence factor merupakan faktor yang
dimiliki oleh bakteri untuk menempel dan membentuk biofilm pada permukaan
padat. Ha1 yang mempengaruhi sifat penempelan bakteri pada permukaan
padat adalah sifat hidrofobisitas antar sel bakteri, jarak antar sel dan adanya
reseptor pada sel inang. Uji penempelan terhadap kandidat probiotik
memberikan hasil yang berbeda pada setiap kandidat probiotik seperti
ditunjukkan pada Gambar 7 dan Lampiran 9. Untuk kandidat probiotik terpilih
(U12, S1, U4 dan U7) menunjukkan adanya kemampuan menempel pada
substrat. Isolat U4 memiliki jumlah koloni 2,9 x 108 koloni /mm2 yang artinya
isolat ini mampu menempel dengan baik.
8
Jumlah populasi bakteri/mm (x 10 )
4
3
2.87
2.78
2.64
2
2.49
3
2.21
2.16
2
1.69
1.57
2
1.16
2.32
1.27
1.10
1
1
0
U12
U8
U16
M9
S1
S6
U5
U4
P10
U7
U6
U9
Isolat Bakteri
Gambar 7 Hasil uji penempelan isolat bakteri pada lempeng baja.
Aktivitas Antagonistik terhadap Bakteri Patogen
Hasil uji aktivitas antagonistik membuktikan bahwa isolat bakteri
kandidat probiotik rata-rata memiliki daya hambat terhadap bakteri patogen
25
yaitu A. hydrophila dimana aktivitas ini ditandai dengan adanya zona hambat
di sekeliling isolat yang ditanam.
Hasil pengukuran zona hambat isolat kandidat probiotik disajikan
pada Gambar 8 dan Lampiran 10. Zona hambat terbaik dihasilkan oleh isolat
bakteri proteolitik yaitu U12 dengan diameter 11 mm, isolat bakteri lipolitik
yaitu S1 dengan diameter 12 mm dan isolat amilolitik yaitu isolat U4 dengan
diameter 12 mm serta isolat bakteri gabungan proteolitik, lipolitik dan
amilolitik yaitu isolat U7 dengan diameter 10 mm.
Kandidat probiotik
diharapkan mampu menekan atau memiliki aktivitas antagonistik terhadap
bakteri patogen dalam saluran pencernaan. Aktivitas antagonistik tersebut
dapat terjadi karena kandidat probiotik mampu menghasilkan senyawa
antibakteri. Pada penelitian ini aktivitas antagonistik bakteri kandidat probiotik
ditujukan untuk bakteri patogen ikan jelawat yaitu A. hydrophila.
14
Diameter zona hambat (mm)
12
12
12
11
10
10
9
8
8
7
7
7
6
7
6
6
4
2
0
U12
U8
U16
M9
S1
S6
U5
U4
P10
U7
U6
U9
Isolat Bakteri
Gambar 8 Aktivitas antagonistik isolat kandidat probiotik terhadap A. hydrophila.
Patogenisitas Bakteri Kandidat Probiotik pada Ikan Jelawat
Hasil yang didapat dari uji patogenisitas membuktikan bahwa kandidat
probiotik yang terpilih (U12, S1, U4 dan U7) tidak bersifat patogen. Hal ini
dibuktikan dari hasil kelangsungan hidup ikan jelawat 100 %. Ikan jelawat
yang disuntik dengan isolat bakteri kandidat probiotik mampu bertahan hidup
selama masa uji dan kondisi tubuhnya tidak ada perbedaan dengan ikan kontrol
atau yang disuntik dengan larutan fisiologis. Dengan hasil ini maka kandidat
probiotik dapat diaplikasikan sebagai probiotik melalui penambahan pada
pakan yang akan diberikan pada ikan jelawat.
26
Kinerja Pertumbuhan Ikan Jelawat
Hasil penelitian menunjukkan adanya pertumbuhan pada ikan jelawat.
35
27,75
27,00
27,43
25,50
26,66
30
25
ikan (g)
Perubahan bobot rata-rata individu
Perubahan bobot biomassa ikan jelawat setelah 60 hari terlihat pada Gambar 9.
20
Awal
15
Akhir
10
5,69
5,69
5,69
5,66
5,68
5
0
Kontrol
U12
S1
U4
U7
Perlakuan
Gambar 9 Perubahan bobot rata-rata individu ikan jelawat (g) perlakuan
kontrol (tanpa probiotik), U12 (protease), S1 (lipase), U4 (amilase)
dan U7 (protease, lipase dan amilase).
Hasil uji kinerja pertumbuhan disajikan pada Tabel 2, Lampiran 11
dan 12 yang meliputi beberapa parameter yang dianalisis. Pemberian pakan
yang ditambah bakteri kandidat probiotik yang memiliki aktivitas enzim
memberikan pengaruh yang nyata (P≤0.05) terhadap pertumbuhan ikan jelawat
dibandingkan dengan pertumbuhan ikan jelawat yang diberikan pakan kontrol
atau tanpa penambahan probiotik.
Tabel 2 Laju pertumbuhan harian (LPH), jumlah konsumsi pakan (JKP),
konversi pakan (FCR), retensi protein (RP), kecernaan protein (KP),
kecernaan total (KT) dan kelangsungan hidup (SR) pada ikan jelawat
Perlakuan
Parameter
kontrol
U12
a
S1
c
U4
U7
2,68 ± 0,01
2,60 ± 0,03b
413,18 ± 3,66a
419,14 ± 4,68a
418,71 ± 24,55a
1,94 ± 0,09b
1,94 ± 0,02b
1,90 ±0,04b
2,00 ± 0,07b
18,62± 0,04a
18,42 ± 0,76a
18,86 ± 0,59a
22,30±1,18b
20,99 ± 1,24c
KP (%)
88,62±0,84a
91,31±0,56b
90,40±0,88b
92,70±0,35c
91,44±0,63b
KT (%)
a
77,97±0,91
81,42±1,24
b
b
c
82,57±0,83
82,14±0,45bc
SR (%)
100
100
100
100
LPH (%)
2,53 ± 0,02
2,66 ± 0,02
JKP (%)
419,13 ± 3,57a
420,7 ± 21,16a
FCR (%)
2,12 ± 0,03a
RP (%)
2,63 ± 0,01
81,13±0,71
100
b
c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan antar perlakuan (p≤0,05).
27
Hasil terbaik laju pertumbuhan ikan jelawat ditunjukkan oleh perlakuan
U4 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang memiliki aktivitas enzim
amilase dan perlakuan U12 yaitu pemberian pakan yang ditambah isolat yang
memiliki aktivitas enzim protease. Laju pertumbuhan ikan jelawat pada kedua
perlakuan ini relatif sama dan lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal
ini juga didukung dengan nilai kecernaan protein yang lebih tinggi
(92,70±0,35).
Semua
perlakuan
dengan
penambahan
probiotik
juga
menunjukkan hasil konversi pakan yang lebih baik dibandingkan kontrol.
Kelangsungan hidup selama pemeliharaan ikan jelawat menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata antara perlakuan dengan kontrol (Lampiran 13, 14, 15,
16, 17 dan 18).
Aktivitas Enzim Saluran Pencernaan
Berdasarkan hasil analisis aktivitas enzim pada saluran pencernaan ikan
jelawat menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease, lipase dan amilase
(Lampiran 19) bakteri mampu menghidrolisis protein, lemak dan karbohidrot
pada uji in vitro. Sehingga pada saat uji in vivo dengan ditambahkan dalam
pakan mampu meningkatkan kecernaan pakan pada ikan jelawat.
Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antar
perlakuan jumlah populasi bakteri pada saluran pencernaan ikan jelawat, yaitu
aktivitas enzim protease, aktivitas enzim lipase dan aktivitas enzim amilase.
Populasi bakteri disaluran pencernaan ikan jelawat pada akhir penelitian
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan penambahan
probiotik dengan kontrol (Lampiran 20, 21, 22 dan 23). Hal ini memicu
peningkatan aktivitas enzim endogenous yang diproduksi oleh bakteri dalam
saluran pencernaan. Ini membuktikan bahwa populasi bakteri yang lebih tinggi
pada saluran pencernaan ikan uji pada perlakuan U12, S1, U4 dan U7 dapat
meningkatkan aktivitas enzim protease, lipase dan amilase pada saluran
pencernaan ikan jelawat.
28
Tabel 3 Log populasi bakteri (PB), aktivitas enzim protease (AEP), aktivitas
enzim lipase (AEL) dan aktivitas enzim amilase (AEA) pada ikan
jelawat
Perlakuan
Parameter
kontrol
U12
a
0,2679 ±
0,2879 ±
0,2755 ±
0,7800 ± 0.02a
0,7500± 0.05a
1,5533 ± 0.04b
0,9533 ± 0.03c
0,2854 ±
0,2867 ±
0,2918 ±
0,2763 ±
8,8664 ± 0,01
AEP (U/menit)
0,2615 ±
0,2737 ±
AEL (µmol
AL/menit)
0,7300 ± 0,01a
AEA (U/menit)
0,2669 ±
0.0014b
0.002b
8,8594 ±0 ,01
b
U7
8,8647 ± 0,01b
7,1133 ± 0,43
0,001a
U4
8,8753 ± 0,01
PB (Log cfu/g)
0,0006a
S1
b
0.0003a
0.001b
b
0.0036c
0.002c
0.0015b
0.001d
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan antar perlakuan (p≤0,05).
Pembahasan
Seleksi bakteri probiotik dari saluran pencernaan ikan jelawat
menghasilkan bakteri kandidat probiotik yang mampu menghasilkan enzim
sebagai katalisator dalam hidrolisis nutrien pakan ikan yaitu enzim protease
(U12), enzim lipase (S1) dan enzim amilase (U4) ataupun ketiga enzim baik
protease, lipase dan amilase (U7). Isolat U12 adalah bakteri yang mampu
mensekresikan enzim protease yang akan merombak protein menjadi asam
amino. Isolat S1 yaitu bakteri yang mampu mensekresikan enzim lipase yang
akan mencerna trigliserida dan menghasilkan asam lemak rantai panjang dan
gliserol. Sedangkan isolat U4 adalah bakteri yang mampu mensekresikan
enzim amilase yang akan mendegradasi pati menjadi maltosa dan glukosa yang
kemudian diangkut ke dalam sitoplasma sel dan digunakan sebagai sumber
karbon dan energi (Atlas et al. 1984).
Syarat lain suatu bakteri dapat dijadikan kandidat probiotik adalah
mampu bertahan pada paparan pH asam dan basa dengan selisih populasi yang
kecil antara pH normal dengan pH asam dan pH basa. Hal ini sangat penting
karena bakteri probiotik harus mampu bertahan pada pH asam lambung dan
setelah itu probiotik akan berhadapan dengan garam empedu yang ber pH basa.
Bakteri yang mampu bertahan pada pH rendah atau asam dinyatakan bersifat
asam atau resisten terhadap asam lambung dan yang berhasil bertahan pada pH
basa dinyatakan resisten terhadap garam empedu (Kimono et al. 1999 dan
29
Jacobsen et al. 1999). Keempat bakteri kandidat probiotik yang terpilih ratarata memiliki ketahanan terhadap pH asam dan basa dan tetap hidup sampai
akhir pengamatan 8 jam. Hal ini diduga karena isolat diseleksi dari saluran
pencernaan yang sudah beradaptasi dengan kondisi asam lambung dan garam
empedu pada saluran pencernaan.
Peran lainnya yang harus dimiliki suatu bakteri untuk dapat dijadikan
kandidat bakteri probiotik yaitu mampu menghasilkan senyawa antibakteri
sehingga dapat menghambat perkembangan bakteri patogen pada ikan jelawat
dan mampu menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan.
Selain itu, supaya mampu hidup dan bertahan dengan baik pada
saluran pencernaan maka kandidat probiotik harus mempunyai kemampuan
menempel sehingga mampu mengkolonisasi substrat dengan baik. Apabila
tidak mampu mengkolonisasi maka akan terlepas oleh konstraksi usus
(Havenaar et al. 1992). Kandidat probiotik yang terpilih memiliki jumlah
koloni yang relatif tinggi menempel pada substrat.
Penambahan probiotik pada pakan komersial terhadap ikan uji juga
memberikan pengaruh yang nyata pada populasi bakteri di saluran pencernaan
ikan uji. Hal ini memicu peningkatan aktivitas enzim endogenous yang
diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan (Ziaei-Nejad et al. 2006). Ini
dibuktikan dengan populasi bakteri yang lebih tinggi pada saluran pencernaan
ikan uji pada perlakuan U12, S1, U4 dan U7 dibandingkan kontrol.
Peningkatan populasi bakteri sejalan dengan aktivitas enzim protease, lipase
dan amilase pada saluran pencernaan ikan jelawat.
Isolat U4 memiliki nilai laju pertumbuhan, Konsumsi pakan dan FCR
yang tidak berbeda nyata dengan isolat U12. Namun nilai kecernaan protein,
kecernaan total dan retensi protein pada isolat U4 lebih tinggi dibandingkan
dengan isolat U12.
Nilai kecernaan total yang tinggi pada isolat U4
menunjukkan bahwa isolat ini mampu menghasilkan enzim-enzim yang dapat
membantu ikan untuk mencerna pakan. Pakan yang telah dicerna akan dengan
mudah diserap dan digunakan oleh ikan untuk sumber energi dan
pertumbuhannya sehingga hanya sedikit sisa pakan yang terbuang dalam
bentuk feces. Seperti kita ketahui bahwa feces merupakan limbah yang akan
30
mengotori lingkungan perairan sebagai media budidaya ikan, sehingga semakin
sedikit feces yang dihasilkan akan mempertahankan kualitas lingkungan
budidaya ikan yang tetap baik. Oleh karena itu penggunaan probiotik ini selain
dapat meningkatkan kecernaan ikan juga dapat menjaga kondisi lingkungan
perairan yang lebih baik
sehingga dapat menjaga kesehatan ikan dan
menyebabkan pertumbuhan ikan yang lebih optimal.
Menurut Handayani et al. (2000) bahwa bakteri pengurai yang ikut
termakan akan membantu proses pencernaan dalam saluran pencernaan udang
karena bakteri ini mampu memproduksi enzim protease, amilase serta lipase
dan meningkatkan keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan. Kecernaan
pakan meningkat dengan adanya penambahan probiotik dalam pakan
dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan probiotik. Enzim-enzim khusus
yang dimiliki oleh bakteri ini sangat membantu dalam pemecahan molekul
kompleks
menjadi
molekul
sederhana
sehingga
akan
mempermudah
pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran pencernaan ikan. Perlakuan
U4 memiliki aktivitas enzim protease, lipase dan amilase lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya, namun pada aktivitas enzim protease hasil
yang diperoleh tidak menunjukkan berbedaan yang signifikan dengan
perlakuan U12.
Hal ini membuktikan bahwa ikan jelawat selain dapat
mencerna karbohidrat dengan baik, sesuai sifat ikan pada umumnya juga dapat
mencerna protein, karena ikan membutuhkan protein untuk pertumbuhannya.
Ikan jelawat termasuk ikan yang bersifat pemakan tumbuhan
(herbivora). Menurut Krogdahl et al. (2005) ikan herbivora cenderung
memiliki aktivitas enzim amilase lebih tinggi daripada aktivitas enzim protease
dan lipase. Pada perlakuan U4 dimana aktivitas enzim protease, lipase dan
amilase pada saluran pencernaan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya menunjukkan bahwa aktivitas amilase yang tinggi sesuai dengan sifat
ikan jelawat yang herbivora sedangkan aktivitas protease tidak dipengaruhi
oleh pola makan ikan jelawat tersebut. Tingginya aktivitas enzim amilase pada
saluran pencernaan ikan jelawat didukung oleh tingginya enzim amilase yang
disekresikan oleh isolat U4 pada saat uji in vitro. Oleh karena itu enzim
amilase lebih efektif pada ikan jelawat dibandingkan enzim protease dan
31
lipase. Tingginya aktivitas enzim amilase ini dipengaruhi oleh jumlah enzim
yang dihasilkan oleh bakteri amilase dan substrat yang sesuai, sehingga
populasi bakteri tumbuh lebih tinggi dibanding bakteri pada perlakuan yang
lain.
Dari hasil penelitian ini kelangsungan hidup ikan uji memberikan hasil
yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh
kuantitas serta kualitas pakan yang diberikan cukup untuk mempertahankan
kebutuhan pokok ikan serta lingkungan yang terjaga dengan baik selama
pemeliharaan.
32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari saluran pencernaan ikan jelawat diperoleh bakteri kandidat
probiotik yang mampu mensekresikan enzim protease (U12), lipase (S1),
amilase (U4) dan ketiganya (U7).
Penambahan probiotik U4 pada pakan
mampu meningkatkan kecernaan total, kecernaan protein dan retensi protein
dan kinerja pertumbuhan, sehingga probiotik U4 berpotensi untuk dijadikan
probiotik pada ikan jelawat.
Saran
Isolat U4 dapat dijadikan sebagai probiotik yang ditambahkan pada
pakan ikan jelawat, namun perlu penelitian lanjutan tentang preparasi probiotik
agar sampai ke pembudidaya ikan dengan jumlah inokulum yang stabil atau
sesuai dengan yang direkomendasikan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Syafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono. 1992. Fisiologi pencernaan
ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Ilmu Hayati. Institut
Pertanian Bogor.
Arifin Z, Samuel dan Yosmaniar. 1992. Polikultur ikan jelawat dengan patin
di kolam rawa, Kertamulia. Bull. Penel. Perik. Darat Vol. 11 No. 2,
138-145.
Aslamyah S. 2006. Penggunaan mikroflora saluran pencernaan sebagai
probiotik untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan Bandeng. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Asyari, Gaffar AK. 1993. Pengaruh perbedaan padat tebar dan ransum pakan
terhadap pertumbuhan benih ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni). Bull.
Penel. Perik. Darat Vol. 12 No. 1, 37-41.
Atlas RM, Brown AE, Dobra KW, Miller L. 1984. Experimental Microbiology.
Fundamental and Applications. New York: Macmillan Publishing
Company.
Balca´zar JL, Ignacio DB, Imanol RZ, David C, Daniel V, Jose LM. 2006. The
role of probiotics in aquaculture. Veterinary Microbiology 114 : 173–
186
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. 1996. Penentuan kebutuhan kadar
protein pakan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan
jelawat (Leptobarbus hoeveni). Puslitbang Perikanan, Badan Litbang
Pertanian: 35-37.
Brunt JA, Newaj F, Austin B. 2007. The development of probiotics for the
control of multiple bacterial diseases of rainbow trout, Oncorhynchus
mykiss (Walbaum). Journal of Fish Diseases 30; 573–579
Dewanti R. Wong ACL. 1993. Influence of culture conditions on biofilm
formation by E.coli 157:H7. Food microbiology 67:456-456
Douillet PA, Langdon CJ. 1994. Use of a probiotic the culture of larvae of the
pasific oyster (Crassostrea gigas Thunberg). Aquaculture 119 :25-40.
Effendi MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
163 hal.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Kerjasama PAU Pangan dan
Gizi IPB dengan Penerbit Gramedia Utama.
34
Gatesoupe FJ. 1999. The Use of Probiotics in Aquaculture. Aquaculture
180:147-165.
Gullian M, Thompson F, Rodriguez J. 2004. Selection of probiotic bacteria and
study of their immunostimulatory effect in Penaeus vannamei.
Aquaculture 233: 1-14.
Hadioetomo RS. 1990. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan I Bogor.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Handayani R, Kokarkin C, Astuti SM. 2000. Pemanfaatan enzim bakteri
remedian pada pemeliharaan larva udang windu. (Laporan Penelitian).
Jepara : Balai Budidaya Air Payau.
Hariyati, Lante S. and Tsumura S. 1998. Use of By-9 as a Probiotic Agent in
the Larva Rearing of Penaeus monodon. In : Advance in Shrimp
Biotechnology (Flegel, ed.). The Genetic Engineering, Biotechnology,
Thailand
Havenaar R, Brink BT, Veld JHJHI. 1992. Selection of strains for probiotic
use. In Fuller R. editor. Probiotic The Scientific Basis. Ed. Ke-1.
London: Champman and Hall. hlm 209-224.
Helver JE. 2002. Fish Nutrition. School of Fisheries University Washington.
Seattle. Academia Press, INC. P 798.
Huisman EA.1976. Food Conversión Efficiencies Maintenance and Production
Level for Carp (Cyprinus carpio L.) and Rainbow trout (Salmo
gairdneri R.). Aquaculture 9:259-273.
Irianto A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press. 125
hal
Jacobsen CN, Nelsen VR, Hayford AE, Moller PL, Michaelsen KF, Erregaard
AP, Sandstrom B, Tvede M, Jacobsen M, 1999. Screening of probiotic
activities of forty-seven strains of Lactobacillus spp. by in vitro
techniques and evaluation of the colonization ability of five selected
strains in humans. Applied and Environmental 65:4949-4956.
Kesarcodi-Watson A, Kaspar H, Lategan MJ, Gibson L. 2008. Probiotics in
aquaculture: The need, principles and mechanisms of action and
screening processes. Aquaculture 274: 1–14
Kimono H, Kurisari J, Tsuji NM, Ohmomo S, Okamoto T, 1999. Lactococci as
probiotic strains adhedion to human enterocyte-lke caco-2 cells and
tolerance to low pH and bile. Lett. In Applied Microbiology 29:313316.
35
Krogdahl A, Hemre GI, Mommse TP. 2005. Carbohydrates in fish nutrition:
digestion and absorption in postlarval stages. Aquaculture Nutrition 11;
103–122
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Manajemen PT.
Raja Grafindo Persada.
Macey B.M. dan V.E. Coyne. 2005. Improved growth rate and disease
resistance in farmed Haliotis midae through probiotic treatment.
Aquaculture 245 : 249– 261
Mattji AA, Sumertajaya M. 2000. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS
dan Minitab Jilid I. IPB Press, Bogor. 326 hal.
Mohanta KN, SN. Mohanty dan JK. Jena. 2007. Protein-sparing effect of
carbohydrate in silver barb, Puntius gonionotus fry. Aquaculture
Nutrition 13; 311–317
Murni 2004. Pengaruh penambahan bakteri probiotik Bacillus sp. Dalam
pakan buatan terhadap aktivitas enzim pencernaan, efisiensi pakan dan
pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) [Tesis].
Pascasarjana. IPB. Bogor. 47 halaman.
Ngatirah, Harmayanti E, Rahayu ES, Utami T. 2000. Seleksi bakteri asam
laktat sebagai agensia probiotik yang berpotensi menurunkan
kolesterol. Di dalam : Pemberdayaan industri pangan dalam rangka
peningkatan daya saing menghadapi era perdagangan bebas. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Pangan (Volume II); Surabaya,l0-11
Oktober 2000. Surabaya : Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan
Indonesia.hlm 63-70.
Nikoskelainen S, Ouwehand AC and Bylund G. 2003. Immune enhancement in
rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) by potential probiotic bacteria
(Lactobacillus rhamnosus). Fish & Shellfish Immunology IS : 443-452.
NRC. 1983.
Nutrient Requirements of Domestic Animals. Nutrient
Requirements of Warm Water Fishes and Shellfishes. National
Research Council, National Academic Press, Washington, DC, 102 pp.
Nur A, dan Fatah S. 2000. Aplikasi Probiotik pada Pemeliharaan Larva udang
Windu dan Ikan Bandeng. Laporan BBAP. Jepara.
Ondara dan MTD. Sunarno. 1987a. Percobaan pendahuluan pembesaran benih
ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni) dan ringo (Thynnycthys thynnoides)
dalam sangkar jaring terapung di Danau Teluk Jambi. Bulletin
Penelitian Perikanan Darat, 1(6): 10-15.
36
Ondara dan MTD. Sunarno. 1987b. Pemijahan ikan jelawat (Leptobarbus
hoeveni) dengan suntikan hormon dalam sangkar jaring terapung di
Danau Teluk Jambi. Bulletin Penelitian Perikanan Darat, 1(6): 21-28.
Rengpipat S, Aroon T, Arlo WF, Somkiat P, Piamsak M. 2003. Diseases of
Aquatic Organisms. Vol. 55: 169–173
Said A. 1999. Budidaya ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr) di perairan
umum. Jurnal Litbang Pertanian. 18 (1).
Sugita H, Shibuya K, Shimooka H, Deguchi Y. 1996. Antibacterial abilities of
intestinal bacteria in freshwater cultured fish. Aquaculture 145:195203.
Sugita H, Kawasaki J, Kumazawa J, Deguchi Y. 1996b. Production of amylase
by intestinal bacteria of Japanese coastal animals. Letters in Applied
Microbiology 23 : 174-178.
Sunarno MTD. 1989. Pengamatan fekunditas ikan jelawat (Leptoberbus
hoeveni Blkr). Bull. Penel. Perik. Darat Vol. 8 No. 1, 26-32.
Sunarno MTD. dan O. Reksalegora. 1982: Respon ikan jelawat (Leptobarbus
hoeveni) terhadap bentuk makanan yang diberikan. Pewarta BPPT, I :
35-36.
Sunarno MTD., 1991. Pemeliharaan ikan jelawat Leptoberbus hoeveni)
dengan frekuensi pemberian pakan yang berbeda. Bull. Penel. Perik.
Darat Vol. 10 No. 2, 76-80.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work-chemical eveluation of dietary nutriens, p.
179-233. In T. Watanabe (Ed). Fish nutrition and mariculture, RCA
textbook, the general aquaculture course. Department of Aquatic
Bioscience, Tokyo University of Fisheries.
Truong DV, Nguyen MT, Hoang QB, Thi TV, Pham DK, Nguyen THV and
Trinh QT, 2003. Artificial propagation of Hoevens slender carp
(Leptobarbus hoevenii). Aquaculture of Indigenous Mekong Fish
Species Component, MRC Fisheries Programme. Proceedings of the
6th Technical Symposium on Mekong Fisheries.
Verschuere L, Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic bacteria
as biological control agents in aquaculture. Journal Microbiology and
Molecular Biology Review. Dec. 64:655-671.
Villamil L, Figueras A, Planas M, Novoa B. 2003. Control
of
Vibrio
alginolyticus in Artemia culture by treatment with bacterial probiotics.
Aquaculture 219:43-56.
37
Vine NG, Leukes WD, Kaiser H, Daya S, Baxter J, Hecht T. 2004.
Competition for attachement of aquaculture candidate probiotic and
pathogenic bacteria on fish intestinal mucus. Fish Diseases 27 : 319326.
Wang YB. 2007. Effect of probiotics on growth performance and digestive
enzyme activity of the shrimp Penaeus vannamei. Aquaculture
269:259-264.
Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Martculttrre. JICA textbook the
general aquaculture course. Tokyo: Departement of Aquatic
Biosciences, Tokyo University of Fisheries.
Winarno FG. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta. 35 hlm
Wirawati CU. 2002. Potensi bakteri asam laktat yang diisolasi dari tempoyak
sebagai probiotik [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Ziaei SN .2006. The effect of Bacillus spp. bacteria used as probiotics on
digestive enzyme activity, survival and growth in the indian white
shrimp Fenneropenaeus indicus. Aquaculture 252, 516524.
38
Lampiran 1 Uji hidrolisis kasein, lemak dan pati.
Hidrolisis Kasein
1. Media TSA steril yang telah dicampur susu skim dituang pada cawan petri
2. Inokulasikan bakteri yang akan diuji dengan metode gores pada permukaan
agar yang telah memadat, disebarluaskan seluas 0,5 cm
3. Cawan petri tersebut diinkubasi dalam inkubator pada suhu 29°C selama 2448 jam
4. Hasil hidrolisis kasein diamati, yaitu daerah jernih pada agar, sebaliknya
apabila daerah koloni tetap keruh berarti tidak terjadi hidrolisis
5. Ukur diameter wilayah yang dihidrolisis
Hidrolisis Lemak
1. Media TSA steril yang telah dicampur dengan minyak zaitun dituang pada
cawan steril
2. Inokulasikan bakteri yang akan diuji dengan metode gores pada permukaan
agar yang telah memadat
3. Inkubasikan pada inkubator pada suhu 29°C selama 24 -48 jam
4. Amati hasil hidrolisis lemak tersebut, dengan menuangkan CuSO4 jenuh pada
permukaan agar cawan, Bakteri yang mampu menghidrolisis lemak, di sekitar
pertumbuhan koloninya terdapat warna hijau mengkilat, sedang di daerah lain
tidak,
5. Ukur diameter wilayah yang dihidrolisis
Hidrolisis Pati
1. Media TSA steril yang telah dicampur dengan kanji dituang pada cawan steril
2. Inokulasikan bakteri yang akan diuji dengan metode gores pada permukaan
agar yang telah memadat
3. Inkubasikan pada inkubator pada suhu 29 °C selama 24 - 48 jam
4. Amati hasil hidrolisis pati tersebut, dengan menuangkan reagen Kl pada
permukaan agar cawan, Bakteri yang mampu menghidrolisis pati, di sekitar
pertumbuhan koloninya terdapat daerah jernih atau terang, sedang di daerah
lain terdapat warna biru gelap,
5. Ukur diameter wilayah yang dihidrolisis
39
Lampiran 2
Prosedur penambahan bakteri kandidat probiotik pada pakan
komersil yang digunakan.
a. Dilakukan analisa proksimat terhadap pakan komersil yang akan digunakan
selama penelitian
b. Pakan ditimbang, untuk masing-masing, perlakuan
c. Produk probiotik disiapkan sesuai dengan perlakuan
d. Pencampuran produk probiotik tersebut dilakukan secara merata pada pakan
sesuai dengan perlakuan,
e. Pakan siap untuk diberikan kepada ikan,
Lampiran 3 Hasil analisa Proksimat pakan penelitian (% bobot kering).
Perlakuan
Kontrol
U12
S1
U4
U7
Protein Lemak
36,96
3,50
43,28
4,73
43,53
5,04
41,26
4,94
40,17
5,27
Serat kasar
1,37
2,26
0,93
1,45
1,10
Kadar Abu
11,67
11,05
10,96
10,77
10,76
BETN
38,72
38,68
39,54
41,58
42,70
Kadar Air
7,80
9,63
9,84
9,48
9,84
40
Lampiran 4 Prosedur analisis nilai kecernaan pakan (Takeuchi, 1988).
a. Penambahan cromium oksida (Cr2O3) dalam pakan
ƒ Pakan dalam bentuk tepung dicampur merata dengan Cr2O3 sebanyak
0,5-1% dari jumlah pakan,
ƒ CMC sebanyak 20 g/kg pakan disiram dengan air panas dan diaduk
sampai kental, lalu ditambahkan dalam pakan sambil diaduk sampai
merata,
ƒ Kemudian pakan dicetak menjadi bentuk pellet dan dikeringkan,
ƒ Pemberian pakan + Cr2O3 dilakukan selama 15 hari dan koleksi feces
dimulai pada hari ke 7,
b. Prosedur analisis cromium oksida (Cr2O3)
ƒ Feses ditimbang sebanyak 0,1-0,2 g dalam berat kering dan ditambahkan
5,0 ml larutan asam nitrat (specific gravity 1,42), kemudian dipanaskan
perlahan-lahan selama 30 menit sampai volume larutan 1,0 ml,
ƒ Larutan didinginkan, setelah dingin larutan diaduk untuk
menghancurkan feses, kemudian tambahkan 3,0 ml asam perklorit
(70%),
ƒ Selanjutnya larutan didestruksi (untuk menghancurkan logam-logam)
dengan cara memanaskan larutan dengan suhu tidak terlalu panas ± 80
O
C selama 10 menit sampai kelihatan uap putih dan larutan berganti
warna dari hijau menjadi kuning atau orange,
ƒ Larutan didinginkan dan diencerkan dengan akuades sampai 100 ml,
kemudian didiamkan selama beberapa menit pada suhu ruang,
ƒ Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 350 nm,
Y = 0,2089X + 0,0032
Dimana : Y = Absorbsi
X = Cr2O3 mg/100 ml
41
Lampran 5 Prosedur memperoleh ekstrak enzim usus ikan jelawat.
Ekstrak enzim diambil dari usus ikan jelawat, Adapun prosedur kerja untuk
mendapatkan enzim tersebut adalah sebagai berikut:
1. Semua prosedur penyiapan ekstrak enzim dikerjakan pada suhu 0-4°C dengan
tujuan enzim dalam kondisi tidak aktif,
2. Usus diambil secara hati-hati, kemudian dicuci dengan aquades, Selanjutnya
dikeringkan dengan kertas pengisap dan kemudian ditimbang bobotnya,
3. Usus sample ditimbang sebanyak 1 g; kemudian dihancurkan sampai halus
dan dihomogenkan, Kemudian ditambahkan 10 ml larutan buffer (pH 7),
Selanjutnya disentrifus selama 20 menit pada suhu 4°C dart 1200 rpm,
Supernatannva diambil sebagai ekstrak enzim kasar, Selanjutnya dilakukan
pengujian aktivitas enzim,
Sumber : Subhakti (2000)
42
Lampiran 6 Uji aktivitas enzim amilase, protease dan lipase
a. Prosedur analisis aktivitas enzim amilase (Bergmeyer dan Grassi, 1983)
Perlakuan
Blanko (ml) Estándar (ml) Sampel (ml)
Soluble starch dalam buffer
1,0
1,0
1,0
sitrat (pH 5,7)
- Maltosa estándar
1,0
- Ekstrak enzim
1,0
1,0
- Akuades
Dikocok dan diinkubasi dalam shaker water bath pada suhu 32OC selama 30 menit
DNS
3,0
3,0
3,0
Panaskan pada suhu 100OC selama 10 menit
Diencerkan dengan akuades sampai volume tertentu atau tergantung kepekatan
warna
Didiamkan selama beberapa menit pada suhu ruang, kemudian ukur
absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm
-
b. Prosedur analisis aktivitas enzim protease (Bergmeyer dan Grassi, 1983)
Perlakuan
Blanko (ml) Estándar (ml) Sampel (ml)
Buffer borat (0,01 M, pH 8,0)
Substrat kasein (20 mg/ml pH
8,0)
- HCl (0,05 mg/ml)
- Enzim dalam CaCl2 (10
mmol/l)
- Tirosin estándar (5 mmol/l)
- Akuades
Diinkubasi dalam shaker water bath pada suhu 37OC selama 10 menit
- TCA (0,1 M)
3,0
3,0
3,0
- Akuades
0,2
- Enzim dalam CaCl2 (10
0,2
0,2
mmol/l)
Didiamkan pada suhu 37OC selama 10 menit, selanjutnya sentrifius dengan
kecepatan 3500 rpm selama 10 menit
1,5
1,5
1,5
- Filtrat
5,0
5,0
5,0
- Na2CO3 (0,4 M)
- Folin ciocalteau
1,0
1,0
1,0
O
Didiamkan pada suhu 37 C selama 20 menit, kemudian ukur absorbansinya pada
panjang gelombang 578 nm
-
Aktivitas enzim dihitung dengan humus :
U / ml =
ODSampel − ODBlanko
× Faktor . pengencera n × T 1
OD.S tan dar − ODBlanko
43
Dimana :
U = Aktivitas anzim dalam internacional Unit per menit
OD = Absorbansi
T = Waktu (menit)
c. Analisis aktivitas enzim lipase (Tietz dan Friedreck dalam Aslamiah, 2006)
-
Substrat lipase stabil (minyak zaitun) 1,5 ml ditambah 1 mL Tris-HCl 0,1 M
sebagai buffer dengan pH 8,0
Kemudian tambahkan 1,0 mL ekstrak enzim
Campuran dihomogenkan dan inkubasi selama 6 jam pada suhu 37OC
Reaksi dihentikan dengan menambahkan 3 ml etil alcohol 95%
Titrasi sampel dengan NaOH 0,01 N dengan menggunakan thymophthalein
0,9% (w/v) dalam ethanol sebagai indikator
Prosedur yang sama dilakukan juga terhadap blanko
Satu unit aktivitas lipase didifinisikan sebagai volume NaOH 0,05 N yang
dibutuhkan untuk menetralisir asam lemak yang dilepaskan selama 6 jam
inkubasi dengan substrat, setelah dikoreksi dengan blanko,
44
45
Lampiran 8
Isolat
Hasil pengujian ketahanan isolat mikrab amilolitik, proteolitik dan
lipolitik terhadap asam lambung dan garam empedu.
pH 2,5
Periode Pengamatan (jam)
4
6
2
12
11
8
U12
2,21 x 10
1,60 x 10
8,20 x 10
7,10 x 1011
M9
7,10 x 1011
1,42 x 1012
2,10 x 1012
9,30 x 1011
U5
2,94 x 1012
6,00 x 1011
1,25 x 1012
1,05 x 1012
U7
7,80 x 1011
1,96 x 1012
6,50 x 1011
5,60 x 1011
S1
4,30 x 1011
1,01 x 1012
1,36 x 1012
1,44 x 1012
S6
7,00 x 1011
1,27 x 1012
9,50 x 1011
7,60 x 1011
U8
1,32 x 1012
1,00 x 1012
4,70 x 1011
3,10 x 1011
U4
1,06 x 1012
7,60 x 1011
6,40 x 1011
1,27 x 1012
U16
1,13 x 1012
5,50 x 1011
8,30 x 1011
4,00 x 1011
P10
1,85 x 1012
5,50 x 1011
5,60 x 1011
5,90 x 1011
U6
1,91 x 1012
7,60 x 1011
4,80 x 1011
4,50 x 1011
U9
6,10 x 1011
5,00 x 1011
1,07 x 1012
4,80 x 1011
Isolat
12
pH 7,5
Periode Pengamatan (jam)
4
6
2
12
12
12
8
U12
1,60 x 10
1,45 x 10
1,25 x 10
2,42 x 1012
M9
1,28 x 1012
4,10 x 1011
8,30 x 1011
1,69 x 1012
U5
8,7 x 1011
1,27 x 1012
1,07 x 1012
1,22 x 1012
U7
1,81 x 1012
6,50 x 1011
5,60 x 1011
1,26 x 1012
S1
2,05 x 1012
1,13 x 1012
6,70 x 1011
8,80 x 1011
S6
9,70 x 1011
1,21 x 1012
6,40 x 1011
1,18 x 1012
U8
2,11 x 1012
1,47 x 1012
4,00 x 1011
3,10 x 1011
U4
1,52 x 1012
1,18 x 1012
1,13 x 1012
7,60 x 1011
U16
1,56 x 1012
8,90 x 1011
1,40 x 1012
5,40 x 1011
P10
1,11 x 1012
5,60 x 1011
1,34 x 1012
6,70 x 1011
U6
7,40 x 1011
1,10 x 1012
3,90 x 1011
3,50 x 1011
U9
1,08 x 1012
5,80 x 1011
6,10 x 1011
1,31 x 1012
46
Lampiran 9 Hasil uji penempelan isolate mikrob amilolitik, proteolitik dan
lipolitik pada lempeng stainless steel.
Isolat
Jumlah koloni yang menempel/mm2 (x 108)
U12
M9
U5
U7
S1
S6
U8
U4
U16
P10
U6
U9
2,78
1,57
1,10
2,64
2,49
1,69
1,16
2,87
1,27
2,16
2,21
2,32
Lampran 10 Aktivitas antagonistik terhadap bakteri patogen
No.
Kode Isolat
Diameter zona hambat (mm)
1
2
3
U12
U8
U16
M9
S1
S6
U5
U4
P10
U7
U6
U9
11
7
6
4
5
6
7
8
9
10
11
12
7
12
6
7
12
7
10
8
9
47
Lampiran 11 Perhitungan laju konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian,
efisiensi pakan, kelangsungan hidup dan kecernaan pakan ikan
jelawat.
Parameter
Bobot ikan awal (g)
Rata-rata
Standar deviasi
Bobot ikan akhir (g)
Rata-rata
Standar deviasi
Pakan ikan
Konsumsi pakan (g)
Rata-rata
Standar deviasi
Jumlah ikan mati
(jumlah awal 10
ekor/akuarium)
Konversi Pakan (FCR)
Rata-rata
Standar deviasi
Laju Pertumbuhan
harian (%) (LPH)
Rata-rata
Standar deviasi
Kecernaan Protein
(%)(Kp)
Rata-rata
Standar deviasi
Kecernaan Total
(%)(Kp)
Rata-rata
Standar deviasi
U
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Perlakuan
Kontrol
U12
S1
U4
U7
57,3
57,1
56,4
56,93
0,47
258,7
256,4
249,8
254,97
4,62
56,5
56,9
57,3
56,9
0,4
273,2
271,1
278,5
274,27
3,81
57,1
56,5
57
56,87
0,32
272
269,6
268,3
269,97
1,88
56,4
56,7
57,2
56,77
0,4
276,8
275,3
280,5
277,53
2,68
57,1
57,2
57,3
57,2
0,1
271,5
265,7
262,6
266,6
4,52
419,70
422,38
415,31
419,13
3,57
0
0
0
441,24
398,97
421,90
420,7
21,16
0
0
0
413,05
416,91
409,59
413,18
3,66
0
0
0
420,33
423,10
413,98
419,14
4,68
0
0
0
445,56
413,18
397,40
418,71
24,55
0
0
0
2,08
2,12
2,15
2,04
1,86
1,91
1,92
1,96
1,94
1,91
1,94
1,85
2,08
1,98
1,94
2,12
0,03
1,94
0,09
1,94
0,02
1,90
0,04
2,00
0,07
2,54
2,53
2,51
2,53
0,02
87,76
88,65
89,44
88,62
0,84
76,92
78,57
78,42
77,97
0,91
2,66
2,64
2,67
2,66
0,02
90,68
91,48
91,76
91,31
0,56
80,65
80,77
82,86
81,42
1,24
2,64
2,64
2,62
2,63
0,01
89,72
90,08
91,39
90,4
0,88
80,46
81,07
81,87
81,13
0,71
2,69
2,67
2,69
2,68
0,01
92,84
92,3
92,95
92,7
0,35
82,14
82,04
83,52
82,57
0,83
2,63
2,59
2,57
2,6
0,03
92,08
90,82
91,42
91,44
0,63
81,71
82,61
82,09
82,14
0,45
48
Lampiran 12 Perhitungan retensi protein.
Parameter
Bobot ikan awal (g)
Rata-rata
Standar deviasi
Bobot ikan akhir (g)
Rata-rata
Standar deviasi
Protein ikan
Protein tubuh awal (g)
Protein tubuh akhir (g)
Jumlah protein yang
disimpan dalam tubuh
Pakan ikan
Konsumsi pakan (g)
Kadar protein pakan (%)
Jumlah Protein pakan
yang dikonsumsi ikan (g)
Retensi protein (%)
Rata-rata
Standar deviasi
1
2
3
1
2
3
Perlakuan
Kontrol U12
S1
57,30
56,50 57,10
57,10
56,90 56,50
56,40
57,30 57,00
56,93
56,90 56,87
0,47
0,40
0,32
258,70 273,20 272,00
256,40 271,10 269,60
249,80 278,50 268,30
254,97 274,27 269,97
4,62
3,81
1,88
U4
56,40
56,70
57,20
56,77
0,40
276,80
275,30
280,50
277,53
2,68
U7
57,10
57,20
57,30
57,20
0,10
271,50
265,70
262,60
266,60
4,52
1
2
3
1
2
3
1
2
3
7,47
7,45
7,35
36,27
36,56
35,95
28,80
29,11
28,60
7,35
7,39
7,46
38,84
39,26
40,84
31,49
31,87
33,38
7,45
7,36
7,43
42,57
41,11
40,33
35,12
33,75
32,90
7,37
7,42
7,47
47,35
47,23
49,29
39,98
39,81
41,82
7,45
7,46
7,47
42,57
42,88
42,62
35,12
35,42
35,15
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
419,70
422,38
415,31
36,96
36,96
36,96
155,12
156,11
153,50
18,57
18,65
18,63
18,62
0,04
420,33
423,10
413,98
41,78
41,78
41,78
175,61
176,77
172,96
17,93
18,03
19,30
18,42
0,76
413,05
416,91
409,59
43,53
43,53
43,53
179,80
181,48
178,29
19,53
18,60
18,45
18,86
0,59
441,24
398,97
421,90
43,28
43,28
43,28
190,97
172,67
182,60
20,94
23,06
22,90
22,30
1,18
445,56
413,18
397,40
40,17
40,17
40,17
178,98
165,97
159,64
19,62
21,34
22,02
20,99
1,24
49
Lampiran 13 Analisis ragam jumlah konsumsi pakan ikan jelawat selama
pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
db
4
10
14
JK
100,31
2197,16
KT
25,08
219,72
F,hitung
0,11
F. Tabel 5%
3,48
Lampiran 14 Analisis ragam dan uji Duncan laju pertumbuhan harian ikan
jelawat selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
JK
KT
F,hitung
F. Tabel 5%
4
10
14
0,0444
0,0033
0,0111
0,0003
33,27
3,48
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
u12
S1
2,53
2,66
2,63
U4
U7
P 0,05 (P, 10)
2,68
2,60
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
2
Beda Dengan
3
4
5
0,13
0,03
0,10
0,05
0,08
3,15
0,02
0,03
3,30
0,15
0,06
3,37
0,07
3,43
0,03
0,04
0,04
0,04
BJND
0,05
a
c
b
c
b
50
Lampiran 15 Analisis ragam dan uji Duncan retensi protein (%) ikan jelawat
selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
db
JK
KT
F,hitung
F. Tabel 5%
4
35,5653
8,8913
11,54
3,48
10
7,7021
0,7702
Total
14
43,2674
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
18,62
18,86
u12
18,42
S1
22,30
U4
20,99
U7
P 0,05 (P, 10)
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
2
0,20
0,44
3,44
1,31
3,15
1,60
Beda Dengan
3
4
0,24
3,88
2,13
3,30
1,67
3,68
2,57
3,37
1,71
5
2,38
3,43
1,74
BJND
0,05
a
a
a
b
c
Lampiran 16 Analisis ragam dan uji Duncan konversi pakan ikan jelawat
selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
db
4
10
14
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
2,12
u12
S1
U4
U7
P 0,05 (P, 10)
1,94
1,94
1,90
2,00
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
JK
0,0868
0,0351
2
KT
0,0217
0,0035
Beda Dengan
3
4
F,hitung
6,18
5
0,18
0,00
0,04
0,10
3,15
0,18
0,04
0,06
3,30
0,22
0,06
3,37
0,12
3,43
0,10
0,11
0,11
0,11
F. Tabel 5%
3,48
BJND
0,05
a
b
b
b
b
51
Lampiran 17 Analisis ragam dan uji Duncan kecernaan protein (%) ikan jelawat
selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
db
4
10
14
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
u12
88,62
91,31
JK
27,44
4,64
2
KT
6,86
0,46
F,hitung
14,80
Beda Dengan
3
4
5
2,69
90,40
S1
92,70
U4
91,44
U7
P 0,05 (P, 10)
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
0,91
2,30
1,26
3,15
0,71
1,78
1,39
1,04
3,30
0,75
4,08
0,13
3,37
0,76
2,82
3,43
0,78
F. Tabel 5%
3,48
BJND
0,05
a
b
a
c
b
Lampiran 18 Analisis ragam dan uji Duncan kecernaan total (%) ikan jelawat
selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
db
4
10
14
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
u12
S1
77,97
81,42
81,13
U4
U7
P 0,05 (P, 10)
82,57
82,14
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
JK
39,32
7,54
2
KT
9,83
0,75
F.hitung
13,04
Beda Dengan
3
4
5
3,45
0,29
3,16
1,43
0,43
3,15
1,14
1,00
3,30
4,60
0,71
3,37
4,17
3,43
0,91
0,95
0,98
0,99
F. Tabel 5%
3,48
BJND
0,05
a
b
b
c
bc
52
Lampiran 19 Perhitungan populasi bakteri, aktivitas enzim protease, lipase dan
amilase.
Perlakuan
Parameter
Kontrol
U12
S1
U4
U7
Populasi bakteri
1
7,11 x 106
7,58 x 108
7,28 x 108
7,70 x 108
7,53 x 108
probiotik (cfu/g)
2
7,50 x 106
7,20 x 108
7,10 x 108
7,38 x 108
7,27 x 108
3
4,10 x 107
7,01 x 108
7,22 x 108
7,22 x 108
7,15 x 108
7,24 x 106
7,27 x 108
7,20 x 108
7,50 x 108
7,32 x 108
Rata-rata
Populasi bakteri
1
6,8520
8,8800
8,8620
8,8870
8,8770
probiotik (Log cfu/g)
2
6,8750
8,8580
8,8510
8,8800
8,8620
3
7,6130
8,8460
8,8590
8,8590
8,8550
7,1133
8,8613
8,8573
8,8753
8,8647
0,4329
0,0172
0,0057
0,0146
0,0112
Rata-rata
Standar deviasi
1
0,2616
0,2728
0,2676
0,2846
0,2760
2
0,2620
0,2730
0,2680
0,2917
0,2739
3
0,2608
0,2754
0,2682
0,2875
0,2767
Rata-rata
0,2615
0,2737
0,2679
0,2879
0,2755
Standar deviasi
0,0006
0,0014
0,0003
0,0036
0,0015
1
0,7400
0,8000
0,7900
1,5200
0,9800
2
0,7200
0,7600
0,7000
1,6000
0,9300
3
0,7300
0,7800
0,7600
1,5400
0,9500
0,7300
0,7800
0,7500
1,5533
0,9533
0,0100
0,0200
0,0500
0,0400
0,0300
0,2676
0,2870
0,2870
0,2932
0,2764
Enzim protease
Enzim lipase
Rata-rata
Standar deviasi
Enzim amilase
1
2
0,2657
0,2854
0,2854
0,2896
0,2752
3
0,2675
0,2838
0,2876
0,2927
0,2773
Rata-rata
0,2669
0,2854
0,2867
0,2918
0,2763
Standar deviasi
0,0011
0,0016
0,0011
0,0020
0,0011
53
Lampiran 20 Analisis ragam dan uji Duncan populasi bakteri probioik pada ikan
jelawat diakhir pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
db
4
10
14
Rata-rata
7,1133
Kontrol
8,8613
u12
8,8573
S1
8,8753
U4
8,8647
U7
P 0,05 (P, 10)
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
JK
7,3617403
0,3761013
7,7378416
2
1,7480
0,0040
0,0180
0,0107
3,1500
0,3527
KT
1,8404351
0,0376101
F,hitung
48,93
Beda Dengan
3
4
1,7440
0,0140
0,0073
3,3000
0,3695
F. Tabel 5%
3,48
5
1,7620
0,0033
3,3700
0,3773
1,7513
3,4300
0,3840
BJND
0,05
a
b
b
b
b
Lampiran 21 Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim protease ikan
jelawat selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
db
JK
KT
F,hitung
F. Tabel 5%
4
10
0,001164
0,000035
0,000291
0,000003
83,52
3,48
Total
14
0,001199
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
u12
S1
U4
0,2615
0,2737
0,2679
0,2879
0,2755
U7
P 0,05 (P, 10)
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
2
Beda Dengan
3
4
0,0123
0,0058
0,0200
0,0065
0,0142
0,0265
0,0124
3,1500
0,0034
0,0076
3,3000
0,0036
0,0018
3,3700
0,0036
5
0,0141
3,4300
0,0037
BJND
0,05
a
b
c
d
b
54
Lampiran 22 Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim lipase ikan jelawat
selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
JK
1,4438
KT
0,3610
10
14
0,0099
1,4537
0,0010
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
u12
0,73
S1
U4
U7
P 0,05 (P, 10)
0,78
0,75
1,55
0,95
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
F.hitung
363,37
Beda Dengan
3
4
2
5
0,05
0,03
0,80
0,60
3,15
0,02
0,77
0,20
3,30
0,82
0,17
3,37
0,22
3,43
0,06
0,06
0,06
0,06
F. Tabel 5%
3,48
BJND
0,05
a
a
a
b
c
Lampiran 23 Analisis ragam dan uji Duncan aktivitas enzim amilase ikan jelawat
selama pemeliharaan.
Sumber keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
Perlakuan
Rata-rata
Kontrol
u12
S1
U4
U7
P 0,05 (P, 10)
0,2669
0,2854
0,2867
0,2918
0,2763
BJND 0,05 (P, 10) (P,SЎ)
JK
0,0011627
0,0000196
0,0011823
2
0,0185
0,0013
0,0052
0,0155
3,1500
KT
0,0002907
0,0000020
Beda Dengan
3
4
F.hitung
148,02
5
0,0197
0,0064 0,0249
0,0104 0,0091 0,0094
3,3000 3,3700 3,4300
0,0025 0,0027
0,0027 0,0028
F. Tabel 5%
3,48
BJND
0,05
a
b
b
c
d
55
Lampiran 19 Kualitas air.
No
Perlakuan
1
2
3
4
5
Kontrol
u12
S1
U4
U7
No
Perlakuan
1
2
3
4
5
Kontrol
u12
S1
U4
U7
No
Perlakuan
1
2
3
4
5
Kontrol
u12
S1
U4
U7
DO
5,65
5,10
4,89
4,35
4,60
pH
7,42
7,16
7,12
7,06
6,94
Parameter Pengamatan
NH3
NO2
0,107
0,408
0,017
0,826
0,021
0,885
0,019
0,225
0,096
0,757
NO3
1,942
1,487
1,429
1,013
0,779
DO
5,17
5,32
4,62
5,65
4,15
pH
7,11
7,37
7,27
7,42
7,10
Parameter Pengamatan
NH3
NO2
0,024
0,837
0,036
0,814
0,036
0,871
0,107
0,408
0,085
0,783
NO3
1,441
1,452
1,448
1,942
0,758
pH
7,17
7,10
7,14
7,16
7,21
Parameter Pengamatan
NH3
NO2
0,015
0,412
0,021
0,831
0,033
0,825
0,025
0,215
0,062
0,727
NO3
1,946
1,483
1,434
1,035
0,763
DO
5,65
5,53
4,98
4,75
4,10
44
Lampiran 7 Nilai kerapatan Optik (Optical Density)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kode
Isolat
U12
M9
U5
U7
S1
S6
U8
U4
U16
P10
U6
U9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0,480
0,758
0,956
0,501
0,604
0,739
0,391
0,769
0,656
0,517
0,559
0,468
4
1,089
0,980
1,235
0,829
1,187
0,995
0,779
1,187
1,146
1,124
1,106
0,900
6
1,256
1,228
1,436
1,220
1,325
1,287
1,211
1,433
1,202
1,290
1,298
1,291
8
1,314
1,342
1,519
1,423
1,399
1,347
1,358
1,624
1,329
1,302
1,448
1,478
JUMLAH BAKTERI (jam ke-)
10
12
14
16
1,395 1,426 1,465
1,508
1,424 1,454 1,512
1,617
1,586 1,613 1,648
1,706
1,523 1,566 1,624
1,671
1,480 1,489 1,566
1,580
1,404 1,499 1,546
1,608
1,564 1,591 1,715
1,746
1,696 1,705 1,719
1,725
1,345 1,454 1,487
1,545
1,359 1,390 1,445
1,569
1,494 1,555 1,674
1,688
1,578 1,695 1,799
1,805
18
1,598
1,631
1,750
1,763
1,653
1,659
1,763
1,766
1,585
1,626
1,743
1,857
20
1,698
1,722
1,799
1,787
1,715
1,752
1,845
1,775
1,681
1,681
1,627
1,840
22
1,763
1,751
1,813
1,819
1,757
1,789
1,868
1,799
1,725
1,745
1,619
1,875
24
1,890
1,797
1,749
1,865
1,808
1,825
1,897
1,805
1,746
1,786
1,604
1,900
Download