1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karbon merupakan salah satu unsur yang dapat berbentuk padat, cair, maupun gas, yang terdapat di dalam perut bumi, di dalam batang pohon, ataupun di udara (atmosfer). Sumber karbon yang berada di udara dapat berasal dari pembakaran minyak dan gas dari kendaraan industri, pembakaran hutan, asap yang keluar dari letusan gunung berapi, kayu yang dibakar, ataupun proses pelapukan tumbuhtumbuhan (wikipedia.com). Karbondioksida (CO2) dihasilkan oleh makhluk hidup pada proses respirasi, dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, CO2 merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Namun, konsentrasi karbon yang berlebihan di udara bukanlah merupakan suatu hal yang baik bagi kondisi lingkungan kita, karena peningkatan CO2 yang terlepas ke udara secara berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan suhu bumi atau yang dikenal dengan istilah global warming dan dapat menyebabkan perubahan iklim (Kanjupur 2010). Banyak aktivitas manusia yang dapat menyebabkan peningkatan suhu bumi, salah satunya adalah kegiatan industri yang banyak menggunakan bahan bakar fosil. Jeong et al. (2003) menyebutkan bahwa kegiatan industri umumnya menghasilkan 10-12% komposisi karbondioksida (CO2) dari penggunaan bahan bakar gas. Penggunaan bahan bakar fossil atau batu bara akan dapat menghasilkan pembuangan karbondioksida (CO2) sampai 20% atau lebih. Tumbuhan mampu mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer dengan melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon. Proses tersebut menggunakan energi cahaya untuk memproduksi materi organik melalui kombinasi karbondioksida dengan air. Fotosintesis juga menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari udara diikat (difiksasi) menjadi glukosa (gula) sebagai molekul penyimpan energi (Puspaningrum 2009). Salah satu tumbuhan yang potensial dalam menyerap karbondioksida (CO2) 2 adalah ganggang atau alga. Alga merupakan tumbuhan yang tidak memiiki akar, batang, dan daun yang sebenarnya, namun sudah memiliki klorofil sehingga dapat melakukan forosintesis. Dalam prosesnya, alga akan menambat CO2 dan menghasilkan oksigen. Alga merupakan produsen primer bahan organik sekaligus dasar dari rantai makanan akuatik karena aktivitas fotosintesisnya tersebut (Pelczar dan Chan 2007). Sebagai produsen primer, alga dalam pertumbuhannya memerlukan cahaya sebagai sumber energinya dan bahan anorganik yaitu karbondioksida dan mineral (nitrat, fosfat, sulfat, dsb) (Pruvost 2009). Alga merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh cepat. Produktivitas alga dalam menghasilkan bahan organik dapat lebih tinggi dari tumbuhan darat (Grognard 2010). Alga efektif dalam mengubah nutrisi dan CO2 dari air dengan bantuan sinar matahari hingga menjadi energi. Penyerapan nutrisi CO2 dan sinar matahari pada alga berlangsung lebih mudah dan cepat daripada proses serupa yang terjadi pada tanaman tingkat tinggi. Mikroalga dapat diaplikasikan dalam penyerapan CO2 karena alga memerlukan karbondioksida untuk pertumbuhan. Di Indonesia, teknologi kultur mikroalga dengan fotobioreaktor sudah dikembangkan sejak 2008 untuk mengurangi konsentrasi karbondioksida (CO2) yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi (BPPT) (Mardiani 2010). Dengan teknologi fotobioreaktor ini, tingkat produktifitas alga dapat ditingkatkan menjadi 2 hingga 5 kali lebih tinggi dari kondisi normalnya (Setiawan et al. 2008). Mikroalga berperan untuk menangkap CO2 apabila gas yang mengandung CO2 dialirkan ke dalam tabung fotobioreaktor. CO2 yang dimasukkan ke dalam tabung fotobioreaktor akan diserap dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga tersebut. Apabila biomassa fitoplankton dapat ditingkatkan (scale up), maka dapat diasumsikan bahwa jumlah CO2 yang dapat diserap juga akan meningkat dan hasil biomassa alga juga akan meningkat. Dengan demikian alga dapat digunakan dalam upaya untuk menyerap karbondioksida dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bahan bakar nabati yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai upaya diversifikasi bahan penghasil biodiesel. 3 1.2. Perumusan Masalah Karbondioksida (CO2) merupakan komponen yang penting dalam kehidupan karena karbondioksida merupakan bahan dasar untuk pembentukan bahan makanan. Pada saat ini, karbondioksida merupakan masalah besar karena telah mengakibatkan peningkatan suhu bumi atau yang dikenal dengan istilah global warming. Sumber utama peningkatan kadar karbondioksida ini dapat berasal dari kegiatan industri. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah ini yaitu dengan mengurangi pengeluaran CO2 dan menyerap CO2 hasil buangan kegiatan industri dengan menggunakan teknologi fotobioreaktor yaitu wadah untuk kultur fitoplankton. Salah satu fitoplankton yang potensial untuk penyerapan karbon dan menghasilkan biomassa adalah Chlorella sp. Chlorella sp. yang merupakan produsen primer memerlukan karbondioksida dan mampu mengurangi kadar karbondioksida dengan melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan energi cahaya untuk memproduksi bahan organik. Chlorella sp. berperan untuk menangkap CO2 apabila gas buang industri yang mengandung CO2 dialirkan ke dalam tabung fotobioreaktor. CO2 yang dimasukkan ke dalam tabung fotobioreaktor akan diserap dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan Chlorella sp. tersebut. Dengan perlakuan tertentu, bahan organik yang terkandung pada biomassa alga tersebut terutama minyak alga, dapat diekstrak dan dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai biodisel. Oleh sebab itu perlu diketahui tingkat penyerapan karbon dan kandungan minyak alga dari hasil fotosintesis yang dilakukan oleh Chlorella sp. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tingkat penyerapan karbon oleh Chlorella sp. dan kandungan minyak alga dari hasil fotosintesis yang dilakukan oleh Chlorella sp. pada fotobioreaktor. 4 1.4. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai potensi Chlorella sp. dalam menyerap karbon dalam upaya asimilasi karbon dan menghasilkan minyak alga serta dapat menjadi informasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.