SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERKEMBANGAN ILMU SOSIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATURIDI 2013920028 ABSTRAKSI Tujuan utama kajian ini adalah untuk menganalisis tentang sejarah sosiologi, sosiologi diartikan sebagai ilmu tentang kemasyarakatan yang artinya sebagai proses pergaulan hidup di masyarakat, dan sejarah adalah kejadian yang telah berlalu di masa lampau, yang mempunyai beberapa fakta diantaranya pelaku, sejarah, tahun kejadian , dan tempat kejadian. Di dalam Ilmu sosiologi mempunyai kajian tentang metodologinya sebagai usaha analis yang memakai metode kajian ilmiah, sosiologi ialah suatu komunikasi yang dapat dipahami sebagi suatu proses penyampaian informasi timbal balik antara dua atau lebih. Sosiologi pertama kali di ciptakan oleh Auguste Comte oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi, dan teori-teori sosiologi di bagi dalam beberapa mazhab diantaranya mazhab geografi dan lingkungan, mazhab formal, mazhab psikologi,mazhab ekonomi, sosiologi pendidikan sangat membawa pengaruh sangat baik untuk keberhasilan pendidikan di mana anak-anak saling adanya komunikasi dan saling mengenal satu sama lain dan pendidikan agama untuk bisa mengarahkan anak agar beretika baik dan menjadi anak yang berguna untuk bahagia di dunia dan acherat. Kata kunci : Sejarah dan perkembangan ilmu sosiologi. BAB I PENDAHULUAN Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari Sosiologi, sebenarnya secara tidak sadar sudah mengetahui sedikit banyak tentang Sosiologi. Sejak kecil dia adalah anggota masyarakat yang telah berpengalaman dalam hubungan masyarakat atau hubungan antarmanusia. Semenjak kecil, dia sudah menjalin hubungan dengan kedua orang tuanya misalnya semakin meningkat usianya, bertambah luas pulalah pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat. Ia tahu bahwasannya peradaban dan kebudayaan akhir-akhir ini merupakan hasil perkembangan masa lalu. Secara sepintas lalu dia pun mengetahui bahwa di dalam pelbagai hal dia mempunyai persamaan - persamaan dengan orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sifat-sifat yang hkas berlaku bagi dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang lain.Semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologi karena ikut sertanya dia di dalam hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain memberikan gambaran tentang objek yang dipelajarinya yaitu sosiologi. Akan tetapi, semuanya itu belum berarti bahwa dia merupakan seorang ahli sosiologi. Pasti dia belum mengetahui dengan sesungguhnya apakah ilmu itu. Oleh karena itu, akan ditinjau terlebih dahulu apakah sosiologi tersebut. Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup setelah menarik perhatian. Awal mulanya, orang-orang yang meninjau masyarakat hanya tertarik pada masalah-masalah yang menarik perhatian umum, seperti kejahatan, perang, kekuasaan golongan yang berkuasa, keagamaan, dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang demikin itu, orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarkatan, di mana orang menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diingini atau yang ideal. Dengan demikian, timbullah perumusan niali-nilai dan kaidah-kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia yang lain dalam suatu masyarakat. Yang dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai bagi semua manusia selama hidup di duni ini. Hal tersebut merupakan idaman manusia di kala itu yang pada umumnya bersifat utopis. Artinya, orang harus mengakui bahwa nilai –nilai dan kaidah-kaidah masyarakat yang diidam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam masyarakat pada suatu waktu yang tetentu. Perbedaan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan antara harapan dengan kenyataan memaksa para ahli pikir untuk mencari penyebab-penyebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan—kenyataan di dalam masyarakat, sehingga timbul berbagai macam teori tentang masyarakat. Lambat laun teori-teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara sistematis dan netral, terlepas dari harapan-harapan pribadi para sarjana yang mempelajarinya dan juga dari penilaian baik atau buruk mengenai gejala-gejala atau unsur yang dijumpai di dalam tubuh masyarakat itu sehingga timbullah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat Dalam abad ke-19, seorang ahli filsafat bangsa Prancis bernama Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutanurutan tertentu berdasarkan logika, dan setiap penilitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk kemudian mencapai tahap terahir, yaitu tahap ilmiah. Dia mempunyai anggapan saatnya telah tiba bahwa semua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terahir, yaitu tahap ilmiah. Oleh sebab itu, dia menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Nama yang diberikannya tatkala itu adalah “Sosiologi” (1839) yang berasal dari kata Latin Lation socius yang berarti “kawan”dan kata Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara” Jadi sosiologi berarti” berbicara tentang masyarakat”. Bagi Auguste Comte, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Selanjutnya Comte berkata bahwa sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan masyarakat. Hasil-hasil observasi tersebut harus disusun secara sistematis dan metodologis, tetapi sayang sekali Comte tidak menjelaskan bagaimana caranya menilai hasil-hasil pengamatan kemasyarakatan tersebut. Lahirnya sosiolog, tercatat pada 1842, tatkala Comte menerbitkan jilid terahkir dari bukunya yang berjudul Positive-Philosopy yang tersohor itu. .Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan perkembangan cukup lama. Sejak manusia mengenai kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Awal mulanya, orang-orang yang meninjau masyarakat hanya tertarik pada masalah – masalah yang menarik perhataian umum.seperti kejahatan, perang, kekuasaan golongan yang berkuasa, keagamaan, dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang demikian itu, orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan, di mana orang menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diingini yang ideal. Dengan demikian, timbullah perumusan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu masyarakat. Yang dimaksud untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai bagi semua manusia selama hidup di dunia ini BAB II 1. Sejarah dan perkembangan Ilmu Sosiologi Sejarah adalah hal yang terjadi di masa lalu (ovrithing in the past). Kuntorowijoyo menyebutkan, “rekonstruksi masa lalu.” Dengan demikian, peristiwa sejarah itu mencakup segala hal yang dipikirkan. Dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh manusia. Sejarah meliputi segala pengalaman manusia sehingga lukisan sejarah manusia merupakan pengungkapan fakta mengenai apa , siapa, kapan di mana, dan bagaimana sesuatu telah terjadi. Sartono Kartodirjo membagi sejarah dalam dua pengertian, yakni sejarah dalam arti subyektif dan obyektif “ Sejarah dalam arti subyektif adalah suatu konstruk, yaitu suatu bangunan yng disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun sturuktur. Kedua, sejarah dalam arti obyektip menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu proses sejarah dalam aktualitasnya1. Dalam penelitian sejarah, seseorang akan berhadapan dengan fakta, data, interprestasi, dan penulisan sejarah. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari fakta. Sejarah tanpa pakta adalah dongeng. Fakta adalah hasil seleksi data yang dipilih. Menurut Sartono, Fakta sejarah artinya sumber sejarah. Data atau sumber sejarah dapat berupa sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Dari sudut urutan penyampainnya sumber dapat berupa sumber primer dan sumber sekunder. Sumber tertulis dapat berupa dokumen-dokumen, surat pribadi, otobiografi, surat kabar, cerita. Sumber tidak tertulis dapat berupa artefak seperti bangunan .foto-foto, alatalat, candi-candi, dan makam-makam. Sumber primer adalah sumber sejarah yang ditulis oleh orang yang hidup semasa dengan obyek sejarah. Dalam sejarah Islam, misalnya, Tarikh at thabari dapat digolongkan sebagai sumber primer karena penulisannya hidup dimasa sejarah yang ditulisnya, yakni era Khilafah Abbasiyah. Ia mengalami dan menyaksikan langsung peristiwa sejarah yang ditulisnya. Selain artefact, data sejarah dapat berbentuk sosiofact dan mentifact.. Sosiafact adalah fakta berdimensi sosial,. Misalnya, jaringan interaksi antarmanusia. Sedangkan 1 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metadologi Sejarah,( Jakarta: Raja Wali Pers,2012) hlm 14. mentifact adalah fakta yang yang bersipat abstrak,misalnya keyakinan-keyakinan dan kepercyaan-kepercayaan . Interprestasi sejarah adalah penafsiran sejarawan atas fakta sejarah. Penafsiran sejarawan atas fakta sejarah, penapsiran bersipat subyektif. Artinya, sangat bergantung kepada si penapsir sejarah itu.Tidak heran, kalau dalam sejarah muncul berbagai versi pendapat yang berbeda-beda. Misalnya peristiwa peperangan antara pasukan Ali bin Abi Thalib dan Aisyah dalam Perang Jamal. Bagaimana mungkin seorang janda Nabi yang begitu disayang bisa bertempur melawan anak pamannya yang juga amat di sayang. Atau sosok Muawiyah yang menimbulkan kontroversi di kalangan sejarawan. Di satu pihak, Mu’awiyah adalah seorang sahabat yang juga ikut dalam poses penulisan wahyu saat Nabi masih hidup, tetapi juga pada waktu Usman bin Affan memimpin khalifah disebutkan ia banyak memanfaatkan kelemahan Usman untuk memperoleh keuntungankeuntungan politis dan pribadi. Di sinilah muncul berbagai analisis dan interperestasi terhadap fakta sejarah tersebut. Oleh karena itu, interperestasi sering disebut pula berbagai biang subyektivitas. 2. Metodologi Dalam Sosiologis Sosiologi adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat manusia. Sosiologi (ahli sosiologi) berusaha mengadakan penilitian yang mendalam tentang hakikat dan sebab-sebab dari berbagai keterarutan pola pikir dan tindakan manusia secara berulang-ulang. Berbeda dengan psikologi, yang memfokuskan sasaran penelitiannya kepada berbagai karakteristik pikiran dan tindakan peroarangan, sosiolog hanya tertarik pada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu kelompok atau masyarakat. Sebagai usaha analis yang memakai metode kajian ilmiah, sosiolog dituntut yang bersifat empiris. Para ilmuwan sosial sepakat agar semua pernyataan yang diklaim sebagai kebenaran ilmiah tunduk kepada pengujian yang cermat dan didukung oleh fakta yang diperoleh melalui pengamatan terhadap alam fisikal. Kebenaran itu dikatakan sahih dalam arti ilmiah bukan karena ia mempunyai alasan yang secara intuitif masuk akal (rasional), atau karena disampaikan oleh seorang atau kelompok orang yang terhormat atau memiliki otoritas (berkharisma dan berkuasa). Kebenaran dikatakan valid jika sesuai dengan fakta-fakta yang valid juga2 Dalam penelitian sosiologi, biasanya digunakan tiga bentuk metode penelitian, yaitu deskriptif, komparatif, eksperimental. Motode penelitian mana yang dipakai dalam suatu penelitian, oleh sosiolog. Oleh karena itu, metode penelitian identik dengan desain penelitian karena penentuan metode yang digunakan sangat dipengaruhi oleh desain dari penelitian yang bersangkutan. Pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengguanakan cara atau memakai variabel-variabel. Dimana variabel satu dan dua tidak hubungkan, dibandingkan atau dicari sebab akibat antarvaiabel. 2 DR. H. Dadang Kahmad, M.Si. Sosiologi Agama, (Bandung PT RemajaRosdakarya, 2002). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang menggunakan cara memakai alat bantu contoh dari penelitian eksperiment penelitian yang dilakukan dilaboratorium, dalam penelitian kebanyakan dalam penelitian obat-obatan dan lain sebagainya. Pengertian metode kompratif ini biasanya digunakan dalam penelitian yang ada hubungannya pendidikan untuk dicari perbedaannya dan kesamaannya. 3. Pengertian sosiologi Batasan suatu kajian ilmu sangat perlu untuk dipahami. Karena melalui batasan ini kita dapat menentukan ruang kajian suatu bidang keilmuan dengan bidang keilmuan lainnya. Namun pekerjaan tersebut tidaklah gampang, termasuk membuat batasan sosiologi. Karena sudut pandang dalam membuat batasan suatu kajian ilmu dapat berbeda-beda. Oleh sebab itu, dapat dipahami mengapa misalnya, para ilmuan meberikan pengertian atau membuat definisi berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Karena membuat batasan ini diperlukan, meskipun dipahami bahwa membuatnya tidak mudah. a. David B. Brinkerkhoft dan Lyinn K. White Brinkerhoft dan White (1989) berpendapat bahwa sosiologi adalah studi sistematik tentang interaksi sosial manusia. Penekanannya pada hubungan dan pola interaksi, yaitu bagaimana pola-pola ini tumbuh kembang, bagaimana mereka dipertahankan , dan juga mereka berubah Untuk memahami batasan Brinkerhoft dan White tersebut, sebaiknya kita mengerti dahulu tentang definisi interaksi sosial. Konsep interaksi sosial diartikan di sini sebagai suatu tindakan timbal balik antara dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan komunikasi. Suatu tindakan timbal balik tidak akan terjadi bila tidak dilakukan oleh dua orang atau lebih. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika hanya ada kontak tanpa diikuti dengan komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah banyak melakukan kontak dengan orang lain diikuti dengan komunikasi. Pada saat perjalanan menuju tempat kerja, misalnya, kita mengalami banyak kontak dengan orang lain seperti berpapasan dengan banyak orang dari perbagai latar belakang seperti pedagang asongan, sopir taksi, dan lainya. Dalam saat berpapasan, kita saling menatap dengan orang-orang ini, tetapi selalu dilanjutkan dengan komunikasi. Sekarang mari kita coba pahami apa itu komunikasi? Kata komunikasi yang diserap dari bahasa Inggris, Communication, berakar dari perkataan bahasa latin, yaitu communicare yang artinya berunding atau bermusyawarah, atau communication yang maknanya pemberitahuan, penyampaian, atau pemberian.Dari pengertian kata ini, komunikasi dapat dipahami sebagai suatu peroses penyampaian informasi timbal balik antara dua orang atau lebih. Informasi yang disampaikan dapat berupa kata-kata, gerak tubuh,atau symbol lainnya yang memiliki makna.Makna dari suatu kata, gerak tubuh atau symbol lainya, meurut Herbert Blumer, berasal dari interaksi sosial sesorang dengan orang lain3. Dengan penjelasan komunikasi maka menyangkut tentang bahasa yang samasama dapat dimengerti, karena bahasa dapat dijadikan suatu komunikasi bila satu sama lain dari para anggota dapat memahamiya, maka terjadilah komunikasi dua arah tapi bila ada ketidak samaan dalam bahasa maka sukar dapat dimengerti dan terjadilah kebuntuhan dalam berkomunikasi. 4. Perkembangan ilmu sosiologi. Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, Sosiologi masih berumur relative muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah Sosiologi untuk pertama kali di ciptakan oleh Auguste Comte, dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosilogi, Istilah sosiologi ia dituliskan dalam karya utamanya yang berjudul pertama , berjudul The Course of positive Phillosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Oleh sebab itu, dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Suatu variabel merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda, atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, seperti misalnya, usia, jenis kelamin,dan lain sebagainya. Di bawah ini akan diberikan suatu gambaran atau deskripsi tentang perkembangan teori-teori sosiologi dari sudut teoretis akan dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana mengendalikan perkembangan sosiologi pada masa-masa mendatang. Gambaran tersebut lebih tepat apabila diberikan di dalam suatu buku, yang secara khusus membahas perkembangan teori-teori sosiologi. Selanjutnya diuraikan secara garis besar dan secara kronologis, beberapa teori sosiologi yang menonjol, yang pada umumnya berasal dari cendikiawan Barat. Sosiologi merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan kemasyarakatan, di dalam masyarakat tentunya ada masyarakat kota dan ada masyarakat desa , masyarakat kota biasanya komunikasi jarang dapat kita temui antar sesama tetangga karena adanya jurang pemisah baik dari ekonomi maupun dari lingkungan. Sedangkan masyarakat desa lebih menonjol kesamaannya dan komunikasi bisa dikatakan lebih aktif dan ada kesamaan dalam suatu ide yang berlambangkan dengan adanya kegiatan kerja gotong royong. Ini yang membedakan dari masyarakat kota dan masyarakat desa. a.Perhatian terhadap Masyarakat sebelum Comte 3 Abdullah, T dan A.C. Van der Leeden,(eds) 1986 Pengantar Sosiologi Moralitas. (Jakarta: Yayasan obor Indonesia,). Auguste Comte dipakai Masa sebagai patokan karena sebagaimana dinyatakan di muka Comte yang pertama kali memakai istilah atau pengertian sosiologi. Sosiologi dapatlah dikatakan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang relative muda usianya karena baru mengalami perkembangan sejak masanya Comte tersebut. Akan tetapi, di lain pihak, perhatian-perhatian serta pikiran-pikiran terhadap masyarakat manusia telah dimulai jauh sebelum masa Comte. Seorang Filusuf Barat yang pertama kalinya menelaah masyarakat secara sistematis adalah Plato (429-347), seorang filsuf Romawi. Sebetulnya Plato bermaksud untuk merumuskan suatu teori tentang bentuk Negara yang dicita-citakan, Plato menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan, sebagai mana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu napsu, semangat dan intelegensia. Intelegesia merupakan unsur pengendali Dengan jalan menganalisa lembaga-lembaga di dalam masyarakat, Plato berhasil menunjukan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut yang pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang mayarakat, yang mencakup bidang-bidang kehidupan ekonomis dan sosial. Suatu unsur yang menyebabkan masyarakat berdinamika adalah adanya hukum yang yang identik dengan moral karena didasarkan pada keadilan Aris Toteles (384-322SM ) mngikuti system analis secara organis dari Plato. Di dalam bukunya Poitics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam arti luas mencakup juga berbagai masalah ekonomi dan sosial. Disamping itu, Aristoteles yang sempit. Pada akhir abad pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang mengemukakan beberapa perinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku ,negara, dan sebagainya adalah rasa solidaritas. Faktor itulah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antara mananusia. Di dalam masyarakat terjadilah aturan –aturan dan norma-norma selain agama karena dengan adanya aturan maka individu-individu dapat mematuhi aturan dan norma maka akan terjadilah suatu keadaan yang dapat merasa kenyamanan di masyarakat, tapi bila aturan dan norma tidak dipatuhi dan dijalankan maka akan terjadi benturan-benturan yang berdampak pada terganggunya kenyaman. Pada Zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama seperti Thomas More dengan Utopia-nya dan Campenella yang menulis City of the sun. Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang edeal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli (terkenal dengan bukunya II Principe ) yang menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan. Untuk pertama kalinya politik dipisahkan dari moral sehingga menjadi suatu pertama kalinya politik dipisahkan dari moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Abad 17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679 ) yang berjudul The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oleh hukum alam, fisika, dan matematika. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia selalu saling berkelahi. Akan tetapi mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tenteram adalah jauh lebih baik. Keadaan semacam itu baru dapat dicapai apabila mereka mengadakan perjanjian atau kontrak dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang, yaitu pihak yang akan dapat memelihara ketentraman. Supaya keadaan damai tadi terplihara. Pada abad 17 pemikir - pemikir sudah bisa memahami bahwa kehidupan harus didukung dengan adanya kerja sama dan saling menjungjung tinggi perdamaian, tidak saling bermusuhan antara satu dengan yang lainnya maka hal semacam ini sangat membawa suhu perdamaian yang sangat diharapkan oleh setiap masyarakat. Dapatlah dikatakan bahwa alam pikiran pada abad ke-17 tadi masih ditandai oleh anggapan-anggapan bahwa lembaga – lembaga kemasyarakatan terikat pada hubungan – hubungan yang tetap. Walaupun ajaran-ajaran pada abad ke-18 masih bersifat rasionalistik, sifatnya yang dogmatis sudah agak berkurang. Pada abad ini muncullah antara lain ajaran Jonh Locke (1632-1704) masih berpegang pada konsep kontrak sosial dari Hobbes. Menurut Locke, manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang mempunyai wewenang sifatnya atas dasar faktor pamrih. Pada awal abad ke-19, muncul ajaran-ajaran lain diantaranya Saint Simon ( 17601825) yang terutama menyatakan bahwa manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok. Di dalam bukunya yang berjudul Memoirs sur la Science de I’Home, dia menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu yang positif. Artinya, masalah masalah dalam ilmu politik hendaknya dianalisis dengan metode-metode yang lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain. Dia memikirkan sejarah sebagai suatu fisika sosial. Filsiologi sangat memengaruhi ajaran-ajarannya mengenai masyarakat. Masyarakat bukanlah semata-semata suatu kumpulan orang belaka yang tindakan-tindakannya tidak mempunyai sebab, kecuali kemauan masing-masing. Kumpulan tersebut hidup karena didorong oleh organ-organ tertentu yang menggerakan manusia untuk melakukan fungsifungsi tersebut. b. Sosiologi Auguste Comte (1798-1583). Auguste Comte yang pertama-tama memakai istilah “sosiologi” adalah orang yang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Comte ada tiga tahapan perkembangan Intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.4 Tahap pertama dinamakannya tahap teologis atau fiktif, yaitu suatu tahap di mana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Penapsiran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya dan untuk melindungi dirinya dari factor-faktor yang tidak terduga timbulnya. Tahap kedua yang merupakan perkembangan dari tahap pertama adalah tahap metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapakan, Pada tahap ini manusia masih terikat cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada 4 Auguste Comte, The Positive Philisopy, diterjemahakan dan diringkas oleh H. Martineau,(London: George Bell & Sons, 1896 ) usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam. Hal yang terahir inilah yang merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan tahap ketiga atau tahap terahir dari perkembangan manusi Gagasan tentang adanya ketiga tahap tersebut, walaupun merupakan suatu fiksi memberikan penerangan terhadap pikiran manusia, serta secara pisikologis merupakan suatu perkembangan yang penting. Ketiga tahap tadi dapat memenuhi pikiran manusia pada saat yang bersamaan, di mana kadang-kadang timbul pertentangan-pertentangan, pertentangan – pertentangan tersebut sering kali tidak disadari manusia sehingga timbul ketidak serasian. Selanjutnya mengaitkan industrialisasi dengan tahap ketiga dari perkembangan pikiran manusia. Secara logis, maka dalam masa industri tersebut akan terjadi perdamaian yang kekal. Itulah asumsi Comte, karena tahap-tahap sebelumnya ditandai dengan adanya masa perbudakan dan militerisme yang penuh dengan pertikaian. Industrialisasi nampaknya membawa angin segar untuk kelangsungan kehidupan masyarakat, dengan industri tenaga penganggur dan kebutuhan hajat manusia akan terpenuhi dan tidak ada lagi adanya perbudakan, dan militerisme. Apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh Comte dengan ilmu pengetahuan positif, dan di manakah letak sosiologinya?. Menurut Comte, suatu ilmu pengetahuan bersifat positif, apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejalagejala yang nyata dan kongkret,tanda adanya halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dengan demikian, ada kemungkinan untuk memberikan penilaian terhadap pelbagai cabang ilmu pengetahun dengan jalan mengukur isinya yang positif, serta sampai jauh mana ilmu tadi dapat mengungkapkan kebenaran yang positif. Herarki atau tingkatan ilmu-ilmu pengetahuan menurut tingkat pengurangan generalitas dan penambahan kompleksitasnya adalah: a. matematika b. astronomi, c. fisika, d. ilmu kimia, e. biologi, dan f. sosiologi. Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang merupakan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Sosiologi merupakan studi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala sosial. Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dengan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Studi ini merupakan semacam anatomi sosial yang mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system – system sosial. Cita-cita dasar yang menjadi latar belakang sosiologi statis adalah bahwa semua gejala sosial secara tersendiri. Unit sosial yang penting bukanlah individu, tetapi keluarga yang bagianbagiannya terikat oleh simpati. Agar suatu masyarakat berkembang simpati harus dengan kooperasi, yang hanya mungkin ada apabila terdapat pembagian kerja. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti pembangunan, ilmu. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana perkembangan manusia terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, dinamika menyangkut masyarakat-masyarakat untuk menunjukkan adanya perkembangan. Comte yakin bahwa masyarakat akan berkembang menuju suatu kesempurnaan. 5 Biasanya ukuran kemampuan cara berpikir seseorang tidak lepas adanya intelegensi, semakin tinggi intelegensi seseorang maka semakin mampuh ia memecahkan persoalan kehidupan yang ia alami, dan seseorang intelegensi kurang maka seseorang akan mengalmi kesukaran dalam memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan. Walaupun demikian Comte sebenarnya lebih mementingkan perubahan-perubahan atau perkembangan dalam cita-cita dari pada bentuk. namun, dia tidak menyadari bahwa perubahan cita-cita akan mengakibatkan perubahan-perubahan bentuk pula. 5. Teori-teori Sosiologi Sesudah Comte Suatu gambaran menyeluruh dan lengkap tentang teori-teori sosiologi sesudah masa Comte tak akan mungkin diberikan dalam bagian ini. Oleh karena itu, dipilihkan beberapa teori saja, yang dikelompokkan ke dalam beberapa mazhab untuk memudahkan penyusunan. Teori-teori tersebut banyak yang dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain, maupun data yang diperoleh dari penggunaan ilmu-ilmu tersebut. Pengaruh yang mencolok akan terlihat, misalnya, dari geofrafi, biologi, antropologi, ilmu hukum, dan lain sebagainya. Pengelompokan ke dalam mazhab-mazhab akan didasarkan pada factor-fakor tersebut sehingga akan dapat diperoleh suatu gambaran yang minimal. a. Mazhab Geografi dan Lingkungan. Ajaran-ajaran atau teori-teori yang masuk dalam mazhab ini telah lama berkembang. Dengan kata lain, jarang sekali terjadi bahwa para ahli pemikir menguraikan masyarakat manusia terlepas dari tanah atau lingkungan di mana masyarakat tadi berada. Masyarakat hanya mungkin timbul dan berkembang apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup bagi masyarakat tersebut. Teori-teori tersebut sangat logis dan sederhana karena dapat mencakup sejarah perkembangan masyarakat-masyarakat tersebut Diantara sekian banyaknya teori-teori yang dapat digolongkan ke dalam mazhab ini dipilihkan ajaran-ajaran dari Edward Buckle dari inggris (1821-1862) dan Le Play dari Perancis (1806-1888). Di dalam hasil karyanya yang berjudul History of Civilization in England (yang tidak selesai), Bukcle meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat, di dalam analisis, dia telah menemukan beberapa keteraturan hubungan antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia, misalnya, terjadi bunuh diri sebagai akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya penghasilan tergantung dari keadaan alam. Dalam keadaan seperti ini masyarakat sangat tergantung dengan alam baik dari keadaan tanah dan iklim, sumber penghasilannya tak lepas dari bercocok tanam atau mecari hasil bumi yang ada di hutan-hutan. Pentingnya mazhab ini adalah bahwa ajaran – ajaran atau teori-teori menghubungkan faktor keadaan alam dengan faktor-faktor sturuktur serta organisasi 5 J.H. Abraham , Sociologi, The Study of Human Society, (London The English University Press, Ltd.1973) hlm 18,19. sosial. Ajaran dan teorinya mengungkapkan adanya korelasi antara tempat tinggal dengan adanya aneka ragam karakteristik kehidupan sosial suatu masyarakat tertentu. b. Mazhab Organis dan Evolusioner. Ajaran –ajaran serta teori-teori bidan biologi, dalam arti luas, banyak mempengaruhi teori-teori sosioilogi. Memang perlu diakui bahwa sejak abad pertegahan banyak ahli pikir masyarakat yang mengadakan analogi antara masyarakat manusia dengan organisasi manusia. Beberapa abad kemudian pengaruh tersebut muncul kembali dan salah seorang terkemuka dari ajaran Herbert Spencer (1820-1903). Herbert Spencer adalah orang yang pertama – tama menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang kongkeret. Dalam hal ini dia telah memberikan suatu model kongkeret yang secara sadar maupun tidak sadar diikuti oleh para sosiologi sesudah dia. Suatu organisasi menurut Spencer , akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Pengaruh ajaran Spencer besar sekali terutama di Amerika Serikat. Seorang sosiologi Amerika yang sangat terpengaruh oleh metode analisis Spencer adalah WG Summer (1840-1910). Salah satu hasil karyanya adalah Folkways yang merupakan karya kelasik dalam kepustakaan sosilogi, hampir semua aturan-aturan kehidupan sosial, upacara sopan santun, kesusilaan, dan sebagainya. Aturan-aturan tersebut merupakan kaidah kelompok yang masing-masing mempunyai tingkat atau derajat kekuatan yang berbeda-beda. Apabila kaidah-kaidah tadi dianggap sedemikan pentingnya, kaidahkaidah dinamakan tata kelakuan.6 c. Mazhab Formal Ahli-ahli pikir yang menonjol dari mazhab ini, kebanyakan dari Jerman, sangat terpengaruh oleh ajaran-ajaran dan filsafat Immanuel. Kant. Salah seorang di antaranya ialah Georg Simmel (1858-1918). Mnurut Simmel, elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut.Selanjutnya Simmel berpendapat bahwa pelbagai di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superiorita, subordinasi, dan konplik. Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas dapat diberi karakteristik menurut salah satu bentuk di atas atau tiga-tiganya. Menurut Simmel, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin sesorang mengalami proses ineraksi antara individu dengan kelompok. Dengan perkataan lain, apa yang memungkinkan masyarakat berperoses adalah bahwa setiap orang mempunyai peranan yang harus dijalankanya. Maka, interaksi individu dengan kelompok hanya dapat dimengerti dalam kerangka peranan yang dilakukan oleh invidu. d. Mazhab Psikologi. Di antara soiologi-sosiologi yang mendasar teorinya pada psiokologi adalah Gabriel Tarde (1843-1904) dari Perancis. Dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis.yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu –individu adalah imitasi, oposisi, dan adaptasi atau penemuan baru. Imitasi sering kali berhadapan dengan oposisi yang menuju adaptasi yang baru. Dengan 6 Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, ( Jakarta Rajawali Pers 2012) . demikian, mungkin terjadi perubahan sosial yang disebabkan oleh penemuan-penemuan baru. Hal ini menimbulkan imitasi, oposisi penemuan – penemuan baru, perubahanperubahan dan seterusnya. Salah seorang sosiologi Amerika termuka lainnya adalah Richard Horton Cooly (1864-1924) Bagi Cooly, individu dan masyarakat saling melengkapi, di mana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat . Di dalam karyanya yang berjudul Sosial Organization, Cooly mengembangkan konsep kelompok utama, yang ditandai dengan hubungan antarperibadi yang dekat sekali. Dalam kelompok-kelompok tadi perasaan manusia akan dapat berkembang dengan leluasa. e. Mazhab Ekonomi Dari Mazhab ini, akan ditemukan ajaran-ajaran dari Karl Mark(1818-1883) dan Max Weber (1864-1920) dengan catatan bahwa ajaran-ajaran Max Weber sebenarnya mengandung aneka macam segi sebagai mana halnya dengan Durkhem. Memang. Durkhem dan Weber merupakan dua orang tokoh sosiologi yang paling terkemuka dalam sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Marx adalah mempergunakan metode-metode sejarah dan falsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan di mana ada kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan. Menurut Weber mengembangkan metode tipetipe ideal, yang akan dapat menggambarkan dan memperbandingkan gejala-gejala sosial secara lebih tepat. Dengan demikian, suatu gejala sosial akan dapat dianalisis dengan mempergunakan kreteria tertentu yang terdapat dalam tipe-tipe ideal tersebut. f. Mazhab Hukum. Di dalam sorotannya terhadap masyarakat. Durkheim menaruh perhatian yang besar terhadap hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di dalam masyarakat.7 Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat-ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan, serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan. Di dalam masyarakat dapat ditemukan dua macam sanksi kaidah-kaidah hukum, yaitu sanksi yang represif dan sanksi restitutif. Kaiadah hukum dengan sanksi represif biasanya mendatangkan penderitaan bagi pelanggarnya. Sanksi tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan seorang warga masyarakat, atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan hidupnya.Kaidahkaidah hukum dengan sanksi adalah hukum pidana. Tujuan utama sanksi tersebut tidaklah perlu semata-mata untuk mendatangkan penderitaan. Tujuan utama kaidahkaidah hukum ini adalah untuk mengembalikan kedaan pada situasi semula. Dengan kiadah hukum ini masyarakat akan berhadapan dengan sanksi, bila terkena sangsi sesorang maka ia mempertanggung jawabkan segala hasil perbuatannya melalui hukum pidana yang ia alami. 6. Sosilogi Dalam Pendidikan 7 Ibid hal 38.39. A. Agen Sosialisasi. Dalam sosialisasi, terdapat beberapa agen yang dipandang memegang peranan penting antra lain keluarga, sekolah, kelompok, teman sebaya,media masa,agama, lingkungan tempat tinggal. a. Kelurga. Dalam pendidikan peranan kelurga sangat dibutuhkan karena adanya saling berkomunikasi antara ayah, ibu dan anak, saling berkomunikasi timbullah rasa kasih mengasihi secara fisik ini merupakan pembelajaran yang pertama yang diterima oleh anak Kelurga luas ialah seperti nenek tante, dan aggaota dewasa laiinya dalam keluarga luas turut serta dalam melakukan sosialisasi terhadap kelurga muda8 Dalam sosalisainya perlu adanya peranan baik seorang ibu ,seorang ayah dan seorang anak, semua itu harus membuat komitmen yang sama-sama mengarah kepada tujuan pendidikan b. Sekolah Sekolah, dalam arti yang luas didalamnya mencakup murid, guru, dan Kepala sekolah, sekolah perlahan-perlahan menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan oleh kelurga, seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang sekolah. Pada suatu titik dari intensitas ini, tidak jarang sang anak sangat percaya kepada gurunya dibandingkan dengan kedua orang tuanya, terutama pada anak usia kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar disini peranan seorang guru sangat penting dan sangat diteladani sikap dan pembicaraanya, karena pada masa ini anak sangat cepat meniru tentang apa yang guru ajarkan kepadanya,dan disekolah anak banyak mengenal teman dan menambah wawasan dibidang pergaulan dan bisa mengartikan mana teman yang bisa dijadikan teman yang sejati dan teman biasa, pada masa ini anak-anak mulai pentingnya mempunyai sahabat. c. Kelompok teman sebaya Kelompok teman sebaya (peer group) merupakan suatu kelompok dari orangorang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul (Horton dan Hunt, 1987;115). Dalam kehidupan sesorang, kelompok yang pertama kali sebagai kelompok rujukannya adalah keluarga. Keluarga seperti disebut di atas memberikan ciri-ciri dasar kepribadian sesorang. Seiring dengan berjalannya waktu, aktor sekolah, khususnya guru, menjadi kelompok rujukan berikutnya bagi peserta didik. Kemudia seiring dengan perkembangan waktu,kelompok teman sebaya menjadi kelompok rujukan (referensi group) dalam mengembangkan sikap dan perilaku.Sosialisasi melalui kelompok teman sebaya terhadap kehidupan kita. Teman sebaya biasanya selalu mencontoh yang dia sukai atau dia gemari, contoh bila ada lagu yang enak ia rasakan lagu rok maupun lagu dangdut biasanya mereka selalu menggemari dan bersama-sama ia menyanyikan bersama-sama. Dalam hubungan belajar sesusia ini tentu banyak yang dia harapkan dan bersama-sama mempunyai cita-cita atau tujuan masa depan, dan disinilah peranan orang tua dan guru harus bisa benar-benar 8 Prof. Dr.Damsar. Pengantar sosiologi pendidkan,( Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 70. memberi tuntunan yang baik dan searah untuk menjadi anak yang berguna dikemudian hari. 7. Pengertian pendidikan Islam Pendidikan mempunyai pengertian yang luas, yang mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka, agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani maupun ruhani Banyak para ahli membahas pengertian pendidikan, tetapi dalam pembahasanya mengalami kesulitan, karena antara satu pengertian dengan pengertian yang lain sering terjadi perbedaan. Ahmad D Marimba merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun ruhani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pengertian ini sangat sederhana meskipun secara subtansi telah mencerminkan pemahaman tentang proses pendidikan pengetian ini, pendidikan hanya terbatas pada pengembangan pribadi anak didik oleh pendidikk.9 Dari pengertian-pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh para ahli di atas, secara umum dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu, (1) pengertian secara sempit yang menghususkan pendidikan hanya untuk anak dan hanya dilakukan oleh lembaga atau intitusi khusus dalam kerangka mengantarkan kepada masa kedewasaan; dan (2) pengertian secara luas, yang mana pendidikan berlaku untuk semua orang dan dapat dilakukan oleh semua orang bahkan lingkungan. Tapi, dari perbedaan tersebut juga ada kesamaan tujuan, yaitu” untuk mencapai kebahagian yang tinggi. Pendidikan Islam sebagai wadah pengembangan akal dan pikiran, pengarah tatalaku dan perasaan tentu saja berdasarkan nilai ajaran Islam, agar nilai tersebut dapat diserap dalam kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan harus sesuai dengan alur pikiran sehat dalam memandang realitas kehidupan sehingga sisi kehidupan yang akan diraih dapat berwujud. Islam memberikan kesempatan yang luas kesempatan yang luas kepada akal untuk berkreasi dan berpikir. Keimanan yang secara sepintas harus diterima secara pasrah, bukan berarti mematahkan dan mematikan kreativitas akal, melainkan agar perasaan dan naluri manusia dapat berjalan untuk mengimbangi tindakan yang dilakukan agar sesuai dengan yang digariskan oleh syara.10 Akal di dalam Islam sangat mempunyai peranan selain keimanan, akal telah diciptakan oleh yang Maha Esa agar segala yang diciptakannya harus diambil pembelajaran untuk kemaslahatan hidup agar lebih sempurna, dan setiap ciptaannya membutuhkan pemikiran yang membawa kepada rasa bahwa Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang tidak berguna. BAB III KESIMPULAN 9 Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan. Studi Pendidikan Islam, Ar Ruz Media, Depok, Sleman, Jogyakarta, 2012. 10 Ibid , hlm 35. Semakin banyak teman, hidup ini akan merasa bahagia di tengah-tengah masyarakat, ini adalah sebuah kesimpulan yang saya tulis dalam buku ini, sosiologi diartikan sebagai ilmu kemasyarakatan Di dalam kehidupan ini tentunya kita tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain, semakin seseorang membutuhkan sesuatu maka semakin dia memerlukan bantuan dari orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang harus bisa menempatkan diri untuk bermasyarakat, karena masyarakat itu adalah sekumpulan manusia yang bertmpat tinggal di lingkungan yang sama, dalam lingkungan di tandai dengan adanya komunikasi, komunikasi yang baik maka akan terasa apa yang dirasakannya, dan satu sama lain akan memerlukan suasana yang harmonis damai dan saling mengenal satu dengan lainnya seperti ini semua ini ingin mendambakannya. Daftar Pusaka 1. Sartono kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosiologi dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta, Raja Wali Pers, 2012). 2. DR. H. Dadang Kahmad,M.Si. Sosiologi Agama ( Bandung PT Remaja Rosdakarya) 3. Abdullah, T dan A.C.Vander Leeden (eds) 1986, Pengantar Sosiologi Moralitas (Jakarta,Yayasan Obor Indonesia). 4. Auguste Comte, The Pasitive Philisopy, di terjemahkan dan diringkas oleh H. Martineau London, George Bell & Sons 1896. 5. J.H. Abraham Sosiologi, The Study of Human Society, ( Lndon The English University Press, Lt d 1973 ) hlm. 18-19. 6. Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta, Rajawali Pers 2012). 7. Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan ( Jakarta, Kencana Pranada Media Group, 2011) hlm 70. 8. Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan, Studi Pendidikan Islam, Ar Ruz Media, Depok, Sleman, Yogyakarta, 2012.