Monyet Ekor Babi Terancam Punah Hewan ini diyakini hanya satu

advertisement
Monyet Ekor Babi Terancam Punah
Hewan ini diyakini hanya satu jenis pada tingkat genus.
Sabtu, 21 Juli 2012, 05:01Ita Lismawati F. Malau, Eri Naldi (Padang)
Simakobu atau monyet ekor babi (SCBEri Naldi (Padang))(SCBEri Naldi (Padang))
BERITA TERKAIT
Ikan Koi 115 Centimeter Terbesar di Indonesia




Hewan Anoa Nyaris Punah
Kesempatan Kedua Siamang di Pulau Marak
Macaca Nigra, Monyet Lucu yang Terancam Punah
Populasi Terus Turun, Koala Terancam Punah
VIVAnews - Populasi Simakobu atau monyet ekor babi terancam punah. Primata endemik Mentawai, Sumatera Barat ini kian
terpinggirkan akibat perambahan hutan dan perburuan tradisional.
Survei bersama Balai Taman Nasional Siberut (TNS) dan UNESCO tahun 2011 menunjukkan populasi binatang dengan nama
latin Simias concolor itu di taman nasional tersebut mencapai 8.739 ekor. Diperkirakan, dalam 10 tahun terakhir populasi Simakobu
mengalami penurunan hingga 80 persen.
International Union for Conservation Nature (IUCN) menetapkan Simakobu sebagai 25 primata yang paling terancam di dunia dengan
status kritis (endangered). Tahun 2006 lalu, jumlah Simakobu dirilis mencapai 6.700 hingga 17.300 ekor.
Tidak hanya monyet ekor babi, survei yang dilakukan balai taman nasional tahun 2011 lalu juga menata primate endemik Mentawai
lainnya, yaitu: Bokkoi atau Beruk Mentawai/Macaca siberu (11.365 ekor), Joja atau Lutung/ Presbytis potenziani(14.094 ekor), dan
Bilou atau Siamang Mentawai/Hylobates klosii (7.991 ekor).
Angka ini diperoleh dari total survei di 18 titik dengan metode transek jalur tertutup (closed circuit line transek) secara acak dengan
ukuran per petak mencapai 925 x 925 meter. Total panjang wilayah yang masuk dalam cakupan survei ini mencapai 2.823 kilometer—
dari 190.500 hektare luas TNS.
Hasil ini dinilai masih terhitung baik oleh pengelola TNS. Data ini akan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian pada tahun 2014.
“Pelaksanaan survei dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali per masing-masing petak contoh,” kata Kepala Balai TNS, Jusman
kepadaVIVAnews.
Status primata endemik ini nyaris sama. Bokkoi berstatus Criticcally Endangered; Joja berstatus Endangered dan dalam daftar CITES,
Joja termasuk ke dalam Appendix I atau species hidupan liar yang tidak boleh diperdagangkan. Hal serupa juga dialami Bilou: berada
dalam kondisi genting (Endangered Species) dan tidak boleh diperdagangkan.
Sejumlah peneliti percaya empat species endemik ini masih menghuni empat pulau besar di Kepulauan Mentawai—Pagai Utara, Pagai
Selatan, Siberut, Sipora. Namun, berapa populasinya hingga kini masih misteri. “Belum ada yang melaporkan primata ini hilang dari
empat pulau besar itu, jumlahnya yang diyakini terus menurun sesuai status," kata dosen biologi Universitas Andalas Padang Rizaldi
pada VIVAnews.
Spesies Tunggal
Simakobu yang sering disebut sebagai monyet ekor babi mempunyai ciri unik yang diyakini sebagai spesies tunggal (monoleptik).
Hewan ini diyakini hanya satu jenis pada tingkat genus. Dari sisi morofologi, hidung pesek dan ekor pendek melingkar menjadi ciri khas
hewan yang mengagumkan ini.
Hanya saja, keyakinan Simakobu sebagai spesies tanpa saudara masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Ada juga ahli yang
menilai bahwa Bekantan (Nasalis larvatus) --primata eksotis berhidung mancung di Kalimantan-- sebagai saudara terdekat Simakobu.
“Dari sisi morfologi, dan pola makannya nyaris sama. Kedua primata ini sama-sama mengonsumi daun-daunan dan tidak bisa mencerna
buah yang telah masak,” kata Rizaldi.
Data taman nasional, Simakobu merupakan primata yang paling banyak diburu. Sebagai spesies tunggal di tingkat genus, Simakobu
menempati posisi penting sebagai hewan yang paling terancam statusnya. Kerusakan hutan disepakati sebagai penyebab utama
berkurangnya jumlah spesies ini di bumi.
Sedangkan perburuan tradisional dianggap hanya bersifat insidentil dan tidak menyumbang kematian Simakobu dalam jumlah besar.
Susilo Hadi dan Thomas Zieglera dalam tulisannya: Group structure and physical Characteristics of Simakobu monkeys yang dimuat
lama SCP (Siberut Conservation Programme), menyatakan bahwa perburuan tradisional menyumbang tekanan relatif rendah bagi
populasi Simakobu. Primata ini sesekali dibunuh dalam perburuan tradisional sebagai sumber protein hewani.
“Perburuan tradisional ini hanya begitu-begitu saja, kita yang mengenalkan alat lebih baik untuk berburu sehingga hasilnya bisa lebih
maksimal,” ujar Rizaldi. Hasil penelitiannya dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa perburuan tradisional hanya bersifat
insidentil.
Menurut Rizaldi, illegal logging dan legal logging yang menyebabkan habitat primata endemik Mentawai ini kian terpinggirkan. Alih
fungsi lahan ini diyakininya menjadi penyebab utama menipisnya populasi primata endemik tersebut.
Terancam Punah
Dengan statusnya yang kritis, Simakobu bisa saja hilang dari muka bumi. Menurut Rizaldi, primata ini mempunyai peran ekologi dan
kontroler terhadap habitatnya. “Peran sebagai penyebar biji untuk regenerasi hutan pasti akan terganggu, khususnya bagi spesifik
tumbuhan tertentu,” ujar Rizal.
Hal ini, menurutnya, perlu mendapat kajian serius untuk menentukan peran apa yang dimainkan keempat primata endemik Mentawai
tersebut dalam menjaga keseimbangan alam setempat. Kepunahan salah satu hewan, diyakini akan meningkatkan populasi kompetitor
satwa tersebut sehingga merusak keseimbangan alam. (umi)
Download