KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN BERKARAKTER (UNTUK

advertisement
KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
BAHAN CERAMAH SESPIMDAGRI
DISUSUN OLEH :
PROF. DR. SADU WASISTIONO, MSI (DOSEN IPDN)
JAKARTA, JULI, 2010
A. PENDAHULUAN
• Pada awal lahirnya peradaban , manusia merupakan mahluk pemburu
yang solitair (penyendiri), yang kemudian berkembang menjadi
“mahkluk pembuat api” (man as a fire making).
• Dalam perkembangan selanjutnya , manusia kemudian menjadi
mahkluk sosial (homo socious) yang lebih lanjut berkembang menjadi
manusia modern yang dikategorikan sebagai mahkluk organisasi
(HOMO ORGANISMUS).
• Ukuran modernitas manusia modern adalah keterlibatannya dalam
organisasi. Semakin modern seseorang, dia akan semakin banyak
terlibat dalam berbagai bentuk organisasi. Terlebih lagi pada era
revolusi informatika dan komunikasi seperti saat ini.
• Pada masyarakat modern seperti sekarang ini, keanggotaan dalam
suatu organisasi sudah bersifat lintas negara, sehingga mengarah
sebagai warga dunia (world citizen), yang terikat pada
kewarganegaraan dunia (world citizenship), melalui jaringan internet
(netcitizen).
• Secara naluriah, pada setiap kelompok akan selalu ada pemimpinnya,
yang muncul secara alamiah maupun melalui proses pengisian yang
modelnya disepakati bersama oleh para anggota kelompok.
• Pada kelompok yang dibentuk secara sengaja dalam bentuk organisasi,
dapat dibedakan antara organisasi yang berorientasi pada pemimpin
(leader orientation), dan organisasi yang berorientasi pada sistem
(system orientation).
• Pada organisasi berorientasi pada pemimpin, pemimpin memegang
peran utama dalam kelompoknya. Pada masa lalu, raja, kepala desa,
kepala suku merupakan PRIMUS INTERPARES ( yang terutama dari yang
utama), karena dia memegang semua posisi penting dalam masyarakat,
yakni sebagai kepala pemerintahan, hakim perdamaian, ketua adat dlsb.
• Seiring dengan semakin luasnya pergaulan antar kelompok, terjadi
proses pemencaran fungsi-fungsi, yang kemudian ditangani oleh
beberapa orang. (lihat teori Fred W. Riggs tentang hal ini ataupun
sejarah perkembangan pembagian kekuasaan yang semula absolut di
tangan satu orang menjadi terbagi tiga – eskekutif, legislatif dan
yudikatif, seperti pandangan Trias Politica- nya Montesqieu).
• Pada masyarakat modern, organisasinya cenderung berorientasi pada
sistem. Sistem dalam suatu organisasi disusun sedemikian rupa sehingga
orang yang berada didalamnya dapat bekerja berdasarkan nilai-nilai
yang disepakati. Mereka yang tidak sepakat dengan sistem akan
terpental ke luar atau berupaya mengubah sistem. Masyarakat modern
mengarah pada terbentuknya “Open social system”.
• Pada organisasi modern peran pemimpin menjadi semakin terbatas, dia
lebih diposisikan sebagai “conductor” dalam sebuah orkestra, yang
bekerja dengan orang-orang profesional. Setiap anggota organisasi
sudah tahu apa yang akan dikerjakan berdasarkan sistem yang sudah
dipahaminya. Anggota organisasi lebih banyak diawasi oleh dirinya
sendiri, bukan diawasi atau dimata-matai oleh atasannya.
• Gejala kepemimpinan muncul dalam kelompok.
• Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain, agar mau melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin secara sukarela.
DAMPAK REVOLUSI TEKNOLOGI INFORMATIKA
DAN KOMUNIKASI
REVOLUSI
TEKNOLOGI
INFORMATIKA DAN
KOMUNIASI
OPEN SOCIETY
(GEORGE SOROS)
OPEN GOVERNMENT
(LATHROP: NOVECK)
SIKLUS “OPEN SOCIAL SYSTEM”
OPEN
SOCIETY
OPEN
GOVERN
MENT
OPEN CITIZEN
OPEN
ORGANIZATION
Open Society
• George Soros (2000) dalam bukunya berjudul “ Open Society – Reforming
Global Capitalism”, mengemukakan perlunya dibangun sistem
masyarakat kapitalis yang lebih terbuka. Pemikirannya dilatarbelakangi
oleh adanya krisis keuangan global pada tahun 1997-1999.
• Melalui sistem masyarakat terbuka perlu disusun arsitektur keuangan
global serta arsitektur politik global yang baru.
• Soros menyarankan adanya aliansi sistem masyarakat terbuka yang
terdiri dari berbagai komponen antara lain komponen kerjasama
pertahanan antar negara seperti NATO, komponen perdagangan yang
diwadahi dalam WTO dibawah koordinasi oleh PBB untuk membangun
masyarakat yang lebih egalitarian, menghargai hak asasi manusia serta
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Open Government
• Revolusi teknologi informatika dan komunikasi telah mendorong
lahirnya pemerintahan yang terbuka (Open Government) dengan ciri
utama penggunaan teknologi informatika dan komunikasi untuk
menjalankan sebagian kegiatan pemerintahan, sehingga terbangun
electronic-government. (e-govt).
• Nixon et all dalam bukunya “Understanding E-Government in EuropeIssues and Challenges (2010) mengemukakan berkembangnya “ The Fifth
Estate”, yakni kekuatan masyarakat yang berbasis pada IT, di luar press
sebagai Fourth Estate, dan Parlemen sebagai Third Estate.
• Buku lain tulisan DANIEL LATHROP & LAUREL RUMA (AUTHOR), berjudul
“ Open Government : Collaboration, Transparency, and Participation in
Practice”, O’ Relly Media Inc. USA, (2010), mengemukakan karakteristik
“open government” antara lain sangat intensif menggunakan teknologi
informatika (e-govt), memberi perhatian pada kepentingan publik,
transparan dalam merencanakan dan menggunakan dana publik, serta
transparan dalam proses perumusan kebijakan publik yang ditujukan
untuk kepentingan publik.
*
BETH SIMONE NOVECK (author), 2009 dalam bukunya berjudul “WIKI
GOVERNMENT : How Technology Can Make Government Better,
Democracy Stronger, and Citizens More Powerful”, menggunakan
istilah Wiki Government untuk menggambarkan karakteristik
keterbukaan pemerintah seperti terbukanya kamus digital
“Wikipedia”.
• Douglas Holmes, dalam bukunya yang diterbitkan Tahun 1960
kemudian diperbaharui lagi tahun 2001 yang berjudul “ E-Gov –
eBusiness Strategies for Government”, telah memperkirakan
berkembangnya smart communities akibat adanya teknologi
informatika dan komunikasi, yang kemudian akan menciptakan model
demokrasi baru yang dinamakan “cyberdemocracy”.
Open Organization
• Organisasi sebagai wadah dan sistem kerjasama antarmanusia
mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
• Organisasi pemerintah yang terbuka (open organization) merupakan
salah satu prasyarat untuk menjadi “High Performance Government
Organizations”, sebagaimana dikemukakan Mark. G. Popovich (1998)
(editor), dalam bukunya berjudul : “ Creating High Performance
Government Organizations” (John Wiley & Sons, Inc, USA).
• Karakteristik “ High Performance Organizations” yaitu sbb:
- are clear on their mission;
- define outcomes an focus on results;
- empower employees;
- motivate and inspire people to succed;
- are flexible and adjust nimbly to new conditions;
- are competitive in terms of performance;
- restructure work processes to meet customer needs.
- maintain communication with stakeholders. (Popovich, 1998 : 16).
DESIGN COMPONENTS OF HIGH PERFORMANCE ORGANIZATIONS
Traditional Organizations
High Performance
Organizations
People
Narrow expertise
Rugged individuals
Multiskilled
Team Players
Decisions Systems
Centralized
Closed
Standarized selections
Routine training
Job-based pay
Narrow, repetitive jobs
Dispersed
OPEN
Realistic job interview
Continuous training
Performance-based pay
Enriched jobs
Self-regulating teams
Flat, flexible hierarchies
Self-contained business
Promote involvement
Innovation, and
cooperatives
Human Resource
Systems
Structure
Values and Culture
Tall, rigid hierarchies
Functional departments
Promote compliance
Routine behaviors
Source : Popovich, 1998, p 22, citation from Resnick-West, 1994, p 34.
Open Citizen
•
ANDREW KAKABADSE, NADA KAKABADSE, KALU KALU (EDITORS), 2009,
dalam bukunya “CITIZENSHIP : A REALITY FAR FROM IDEAL”,
menggambarkan adanya CITIZENSHIP CONCEPTS yang mencakup :
1) Political Citizenship
2) Civil Citizenship
3) Social Citizenship
4) Economic Citizenship
5) World Citizenship
6) Virtual Citizenship
* Melalui konsep kewarganegaraan (citizenship concept) dibangun
masyarakat yang terbuka dan yang memiliki kesadaran akan hak dan
kewajibannya sebagai warganegara secara seimbang.
B. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
• Pemerintah adalah sebuah organisasi formal yang kompleks.
• Selain memiliki ciri-ciri umum seperti organisasi lainnya, organisasi
pemerintah memiliki ciri-ciri khusus antara lain dominannya pertimbangan
politik serta hubungan hierarkhis yang sangat kental.
• Pada organisasi pemerintah, pimpinannya tidak hanya menjalankan satu
jenis melainkan dua jenis kepemimpinan, yakni :
a. Kepemimpinan Organisasional;
b. Kepemimpinan Sosial
Ad.a. Kepemimpinan organisasional
1) Kepemimpinan ini muncul karena pimpinan pemerintah daerah
maupun SKPD memimpin sebuah unit organisasi.
2) Pengikutnya merupakan bawahan yang patuh karena adanya
ikatan norma-norma organisasi formal.
3) Dalam menjalankan kepemimpinannya, pimpinan organisasi
formal biasanya mengggunakan berbagai fasilitas manajerial seperti
kewenangan, anggaran, personil dan logistik.
4) Teori yang digunakan untuk menganalisis berasal dari ilmu
manajemen dan administrasi publik.
Ad.b. Kepemimpinan Sosial
1) Timbul karena seseorang memimpin masyarakat luas yang tidak
dalam kedudukan sebagai bawahan. Pengikut berposisi sebagai
pendukung yang terikat pada kharisma seseorang
2) Pada kepemimpinan sosial, kapasitas & kualitas pribadi si pemimpin
yang mampu menggerakkan pengikutnya. Naik atau turunnya
dukungan akan bergerak sangat cepat, tergantung pada konsistensi
perilaku pemimpin bersangkutan. Contoh : Kasus Aa Gym.
3) Dimensi sosial & politik lebih dominan dari pada dimensi
administratif;
4)Teori yang digunakan untuk menganalisis gejala kepemimpinan sosial
berasal dari Sosiologi, yang menekankan pada kharisma, gezag, serta
sumber-sumber otoritasnya.
 Kepala Daerah termasuk pimpinan SKPD seharusnya mempunyai kedua
bentuk kepemimpinan organisasional maupun kepemimpinan sosial karena
pengikutnya memang berasal dari dua kelompok yang berbeda.
PERBANDINGAN ANTARA KEPEMIMPINAN ORGANISASIONAL
DENGAN KEPEMIMPINAN SOSIAL
Nomor
Unsur
Pembanding
Kepemimpinan
Organisasional
Kepemimpinan Sosial
1.
Pemimpin
Terbuka
Terbuka terbatas
2.
Pengikut
Merupakan bawahan
(subordinate)
Ada dua macam
pengikut yakni bawahan
dan para pendukung
3.
Alat untuk
menggerakkan
pengikut
Instrumen
manajemen seperti
kewenangan, dana,
logistik dlsb.
Selain instrumen
manajemen, mutlak
diperlukan kapabilitas
pribadi pemimpin
4.
Hubungan
Ketat dan hierarkhis
pemimpin dengan
pengikut
Pada satu sisi ketat dan
hierarkhis, pada sisi lain
bersifat longgar dan
heterarkhis.
TIGA SUMBER OTORITAS
(MENURUT MAX WEBER) :
1. TRADISIONAL
2. KARISMATIK
3. LEGAL-RASIONAL
• Kepemimpinan organisasional menggunakan sumber otoritas rasional,
sedangkan kepemimpinan sosial lebih banyak menggunakan sumber
otoritas tradisional dan karismatik.
 Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota termasuk pimpinan SKPD
seharusnya mempunyai kedua bentuk kepemimpinan tersebut
(kepemimpinan organisasional dan kepemimpinan sosial) karena
pengikutnya memang berasal dari dua kelompok yang berbeda.
KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN “DUA KAKI”
PEMIMPIN PEMERINTAHAN
KEPEMIMPINAN
ORGANISASIONAL
DASARNYA :
OTORITAS RASIONAL
MENGGUNAKAN
FASILITAS MANAJERIAL
KEPEMIMPINAN SOSIAL
DASARNYA :
OTORITAS TRADISIONAL
DAN KARISMATIK
MENGUTAMAKAN
“GEZAG”
• Authority is the right to perform or command. It allows its holder to act
in certain designated ways and to directly influence the actions of others
through orders.
• Ada tiga tipe otoritas yakni :
a) line authority;
b) staff authority;
c) functional authority
(Sumber : managementinnovations.wordpress.com).
THE 5 TYPES OF POWER IN LEADERSHIP
(By Gina Abudi)
• The Five bases of power in leadership are divided in two categories :
A) FORMAL POWER :
1) Coercive
2) Reward
3) Legitimate
B) PERSONAL POWER :
4) Expert
5) Referent
(Sumber : quickbase.intuit.com/blog).
TINGKATAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
• Dilihat dari ruang lingkup tugas, wewenang, serta tanggung jawabnya,
kepemimpinan pemerintahan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori yakni :
1) Kepemimpinan bersinergi (Sinergic leadership);
2) Kepemimpinan berkarakter (Characteriscally leadership);
3) Kepemimpinan bervisi (Visioner leadership).
• Kepemimpinan bersinergi terutama dijalankan pada organisasi
pemerintah tingkat bawah (tingkat pratama) bagi mereka yang sedang
belajar memahami dan menjalankan kepemimpinan. Pemimpin pada
tingkatan ini sedang membangun sinergi antara atasan dengan
bawahan, antara pemimpin dengan pengikut
• Kepemimpinan bersinergi terutama dijalanan oleh pejabat pemerintah
pada tingkatan kepala desa, lurah, kepala-kepala unit yang melayani
langsung masyarakat. Ini adalah tahap awal proses pembangunan
kepemimpinan bagi orang yang bekerja di sektor pemerintahan, dan
disiapkan untuk memimpin unit atau entitas yang lebih besar.
• Kepemimpinan berkarakter adalah kepemimpinan pemerintahan pada
tingkat madya. Setelah mampu menjalankan kepemimpinan bersinergi,
seorang pemimpin harus mulai menunjukkan karakter
kepemimpinannya yang khas, sehingga dapat dengan mudah dibedakan
dengan model-model kepemimpinan lainnya.
• Kepemimpinan berkarater seharusnya sudah dijalankan oleh para
kepala unit pemerintahan lapangan seperti camat, ataupun pimpinan
SKPD setingkat eselon III.
• Ciri utama kepemimpinan berkarakter adalah kemampuannya membuat
keputusan dengan ciri khas tertentu.
• Kepemimpinan bervisi adalah kepemimpinan pemerintahan pada
tingkatan utama. Pemimpin yang menjalankan kepemimpinan bervisi
sudah seharusnya memahami kepemimpinan bersinergi dan
kepemimpinan berkarater, artinya yang bersangkutan sudah memiliki
kemampuan mensinergikan berbagai kekuatan – baik yang mendukung
maupun yang menolak, serta memiliki karakter yang menjadi ciri
khasnya.
• Para pimpinan pemerintahan yang dipilih sudah seharusnya
menjalankan kepemimpinan bervisi, karena sebelumnya yang
bersangkutan sudah menawarkan program-program pada waktu
kampanye yang berisi visi dan misi yang akan dijalankan apabila terpilih.
PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH PEMIMPIN PEMERINTAHAN
Ada tiga variabel yang digunakan untuk memilih Pimpinan
Pemerintahan sehingga mampu menjalankan kepemimpinan dengan
baik, yakni :
1. Kapabilitas
2. Akseptabilitas
3. Kompatibilitas
ad. 1. Kapabilitas
Adalah gambaran kemampuan diri si pemimpin baik intelektual
maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan jejak (track record)
pendidikannya maupun jejak sikap dan perilakunya selama ini.
 Pemimpin yang baik tidak akan muncul secara tiba-tiba,
tetapi melalui proses perjalanan yang panjang.
ad. 2. Akseptabilitas
Adalah gambaran tingkat penerimaan pengikut terhadap kehadiran
pemimpin, yang terlihat dari dukungan waktu pemilihan (untuk pejabat
yang dipilih) serta dukungan program-program yang ditawarkan (untuk
pejabat yang diangkat).
ad. 3. Kompatibilitas
Adalah gambaran kemampuan pemimpin pemerintahan untuk
menyesuaikan diri dengan kebijakan yang datang dari sistem
pemerintah tingkat atasnya dan kemampuan mengakomodasikan
tuntutan dari subsistem pemerintah tingkat bawahnya maupun
dari para pengikutnya.
Derajat urgensi ketiga aspek tsb sangat tergantung pada tingkatan dari
wilayah pengaruh dari pimpinan pemerintahan.
 Urutan pentingnya Aspek Kepemimpinan
dikaitkan dengan Tingkatan pada Posisi Pemerintahan
NO
Tingkatan
Posisi
Pemerintahan
1.
Presiden
2.
Kepala Daerah
Propinsi
3.
Kepala Daerah
K/K
4.
Kepala Desa
Urutan Derajat Urgensi
Aspek Kepemimpinan
1. Kapabilitas
2. Akseptabilitas
3. Kompatibilitas
1. Kompatibilitas
2. Kapabilitas
3. Akseptabilitas
1. Akseptabilitas
2. Kapabilitas
3. Kompatibilitas
1. Akseptabilitas
2. Kompatibilitas
3. Kapabilitas
C. DEFINISI KEPEMIMPINAN
• Gejala kepemimpinan muncul dalam kelompok.
• Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain, agar mau melakukan atau tidak melakukan
sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin secara sukarela.
• Secara substantif, dari waktu ke waktu definisi tentang kepemimpinan
tidak mengalami perubahan yang berarti.
• Perubahan terpenting justru terletak pada konteks kepemimpinan.
• Bennis dan Nanus (2003 : 6) mengemukakan ada 3 konteks
kepemimpinan yaitu :
COMMITMENT, COMPLEXITY, and CREDIBILITY (3C)
D. VARIABEL KEPEMIMPINAN
Ada empat variabel yang mempengaruhi kepemimpinan visioner dalam
pemerintahan yakni :
1. Pemimpin
2. Pengikut
3. Situasi dan kondisi
4. Visi dan misi yang diembannya
Keterkaitan Antar
Variabel Kepemimpinan
PEMIMPIN
Visi & misi
organisasi
Situasi &
Kondisi
Pengikut
EMPAT HAL PENTING MENGENAI PEMIMPIN
1.
2.
3.
4.
Bahwa definisi satu-satunya tentang seorang pemimpin adalah orang
yang mempunyai pengikut.
Bahwa seorang pemimpin efektif bukanlah orang yang dicintai atau
dikagumi, tetapi ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk
melakukan hal-hal yang besar.
Bahwa pemimpin itu nyata. Mereka adalah orang-orang yang nyata
memberikan teladan.
Bahwa kepemimpinan bukanlah jabatan, hak istimewa, gelar atau
uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab. ( Sumber : Peter F.
Drucker, 1997).
Delapan Perbedaan Pemimpin dengan Manajer
•
•
•
•
•
•
•
•
Manajer mengadiministrasikan, pemimpin melakukan inovasi-inovasi.
Manajer tiruan, pemimpin adalah asli.
Manajer memelihara, pemimpin mengembangkan.
Manajer memfokuskan pada sistem dan struktur, pemimpin
memfokuskan pada orang.
Manajer menitikberatkan pada pengendalian, pemimpin mendasarkan
pada rasa percaya.
Manajer memiliki pandangan jangka pendek, pemimpin memiliki
pandangan jangka panjang
Manajer menanyakan “mengapa” dan “bagaimana”, sedangkan
pemimpin menanyakan “apa” dan “mengapa”.
Manajer memiliki pandangan pada garis dasar, pemimpin memiliki
pandangan pada horison. (Bennis & Townsend, 1995).
• Inti kepemimpinan adalah pengambilan keputusan. Sedangkan inti
pengambilan keputusan adalah keberanian mengambil resiko, karena
setiap keputusan yang diambil ataupun tidak diambil tetap ada
resikonya.
• Kesalahan pengambilan keputusan yang salah pada dunia usaha paling
jauh akan membuat perusahaan bangkrut, sedangkan pengambilan
keputusan yang salah pada pemerintahan akan berdampak sangat luas –
dari mulai konflik pada skala kecil sampai perang, yang pada ujungnya
dapat membuat sebuah negara mengalami kemunduran atau bahkan
kebangkrutan.
• Pengambilan keputusan di bidang pemerintahan harus dilakukan
“dengan kepala dingin”, dengan memperhatikan lingkungan internal dan
eksternal secara komprehensif dan berkesinambungan.
21 HUKUM KEPEMIMPINAN DARI JOHN C.MAXWELL
1.
HUKUM KATUP (Kemampuan Memimpin Menentukan Tingkat
Keefektifan Seseorang)
2. HUKUM PENGARUH ( Ukuran sejati dari kepemimpinan adalah
pengaruh- Tidak lebih, tidak kurang)
3. HUKUM PROSES (Kepemimpinan berkembang setiap hari, bukan hanya
dalam satu hari)
4. HUKUM NAVIGASI ( Siapapun dapat mengemudikan kapalnya, namun
hanya pemimpinlah yang dapat menentukan arahnya)
5. HUKUM E.F. HUTTON (Jika pemimpin sejati berbicara, orang akan
mendengarkan).
6. HUKUM LANDASAN YANG MANTAP ( Kepercayaan adalah landasan dari
kepemimpinan)
7. HUKUM KEHORMATAN (Orang dengan sendirinya mengikuti pemimpinpemimpin yang lebih kuat daripada dirinya)
8. HUKUM INTUISI (Para pemimpin mengevaluasi segalanya dengan intuisi
seorang pemimpin)
9.HUKUM DAYA TARIK (Siapa anda sesungguhnya menentukan siapa yang
tertarik kepada anda)
10. HUKUM HUBUNGAN YANG BAIK (Seorang pemimpin akan terlebih
dahulu menyentuh hati baru minta tolong)
11. HUKUM LINGKUNGAN SEPERGAULAN (Potensi seorang pemimpin
ditentukan oleh mereka yang paling dekat dengannya)
12. HUKUM PEMBERDAYAAN (Hanya pemimpin yang mapanlah yang
memberikan kekuatan kepada orang lain)
13. HUKUM REPRODUKSI ( Dibutuhkan seorang pemimpin untuk
mengangkat seorang pemimpin)
14. HUKUM KEPERCAYAAN ( Orang percaya dulu kepada Sang pemimpin,
baru visinya)
15. HUKUM KEMENANGAN ( Para pemimpin mencari jalan agar timnya
menang)
16. HUKUM MOMENTUM BESAR ( Momentum adalah sahabat terbaik
seorang pemimpin)
17. HUKUM PRIORITAS (Para pemimpin memahami bahwa kegiatan belum
tentu berarti prestasi)
18. HUKUM PENGORBANAN ( Seorang pemimpin harus rela berkorban demi
peningkatan)
19. HUKUM WAKTU YANG TEPAT ( Kapan harus memimpin adalah sama
pentingnya dengan apa yang harus diperbuat dan harus menuju ke mana)
20. HUKUM PERTUMBUHAN YANG EKSPLOSIF (Untuk menambah
pertumbuhan, pimpinlah para pengikut- untuk melipatgandakan,
pimpinlah pemimpin-pemimpin)
21. HUKUM WARISAN (Nilai langgeng seorang pemimpin diukur dari
suksesinya).
(Sumber : John C. Maxwell, 2001. The 21 Irrefutable Laws of Leadership,
Interkasara Jakarta).
Variabel Pemimpin
•
PEMIMPIN = Fungsi dari (BAKAT, KEMAMPUAN,
KESEMPATAN).
* Bakat dapat dilihat melalui psikotest
* Kemampuan dapat dikembangkan melalui pendidikan
dan atau pelatihan
* Kesempatan diberikan dan diperoleh melalui perjuangan
baik secara sosiologis maupun secara politis. Pada saat
sekarang kesempatan secara politis terbuka lebar.
Seseorang dapat melakukan mobilitas vertikal secara cepat.
Contoh: Walikota Cilegon yang semula adalah Kepala Desa.
MUNCULNYA PEMIMPIN
 Secara teoretis, munculnya seorang pemimpin, dapat dibedakan menjadi
tiga macam yakni :
a. Teori Genetis, yang berpandangan bahwa seorang pemimpin muncul
karena dilahirkan oleh kelompok tertentu, dan sejak lahir sudah
membawa talenta sebagai seorang pemimpin. (Leader is born not
made).
b. Teori Sosial, yang berpandangan bahwa seorang pemimpin muncul
karena disiapkan oleh masyarakat. (Leader is made not born).
c. Teori Eklektik, yang berpandangan bahwa seorang pemimpin muncul
karena sudah memiliki bakat-bakat kepemimpinan yang dibawanya
sejak lahir dan kemudian berkembang karena secara sosiologis diberi
kesempatan oleh masyarakatnya. Teori eklektik sebenarnya
perpaduan antara teori genetis dengan teori sosial. ***)
***) Lihat Konsep Buku Kepemimpinan Pemerintahan Bab III
E. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN BERKARAKTER
• Berdasarkan karakteristik pemimpin pemerintahan, maka
kepemimpinan pemerintahan yang berkarakter akan ditentukan oleh
tiga hal yakni :
1) The most effective leaders are always investing in strengths;
2) The most effective leaders surround themselves with the right people
and then maximize their team;
3) The most effective leaders understand their follower’s needs”
(Sumber : Tom Rath and Barry Conchie; 2008. Strengths Based
Leadership – Great Leaders, Teams, and Why People Follow; Gallup
Press, New York. USA. Page 2-3).
KARAKTER SEORANG PEMIMPIN
• Pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi memiliki beberapa
karakteristik umum sebagai berikut :
1) memiliki daya inovasi yang tinggi, karena ciri utama seorang
pemimpin adalah inovasinya;
2) memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dan menanggung
resiko dari keputusan yang diambilnya;
3) memiliki sifat konsisten antara ucapan dan perbuatannya;
4) memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi;
5) memiliki rasa dan daya untuk melindungi bawahannya ataupun
pengikutnya;
6) memiliki rasa dan daya untuk mengembangkan bawahannya ataupun
pengikutnya;
KARAKTER PEMIMPIN PEMERINTAHAN
• Selain harus memiliki keenam karakter kepemimpinan yang berlaku
secara umum, kepemimpinan dalam bidang pemerintahan perlu
ditambah dengan beberapa karakter lainnya yakni :
7) memiliki ketaatan yang tinggi dalam melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
8) memiliki semangat nasionalisme yang luas;
9) memiliki loyalitas terhadap atasan secara positif;
10) memiliki semangat memelihara jiwa korsa (esprit de’corps) dalam
arti yang positif;
• Selain karakteristik kepemimpinan secara umum sebagaimana
dikemukakan di atas, kepemimpinan pemerintahan memiliki tambahan
karakteristik :
1) menjunjung tinggi filosofi bangsa dan negara;
2) memperhatikan karakteristik pengikut serta situasi dan kondisi
lingkungan internal maupun internalnya, sehingga lebih banyak
menjalankan kepemimpinan situasional. (lihat pandangan Hersey
dan Blanchard).
3) memperhatikan visi dan misi organisasi yang dipimpinnya, sehingga
menggambarkan kepemimpinan yang visioner (lihat pandangan Burt
Nanus).
F. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
BERBASIS KEPAMONGPRAJAAN
• Di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, seringkali disebutkan
mengenai kepamongprajaan dan kepemimpinan pemerintahan berbasis
kepamongprajaan. Tetapi masih banyak pihak yang meragukan
pengertian dan makna dari kepamongprajaan.
• Dari waktu ke waktu persepsi orang tentang kepamongprajaan semakin
menurun, terlebih lagi apabila nama tersebut dikaitkan dengan Satpol
PP yang sekarang sedang dalam keadaan terpuruk, karena terjadinya
banyak kasus di berbagai wilayah di Indonesia.
• Pertanyaannya adalah, apakah ada kepemimpinan pemerintahan
berbasis kepamongprajaan?
REDEFINSI KORPS PAMONG PRAJA
• Keberadaan Korps Pamong Praja mencapai titik nadir setelah berlakunya
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang bersifat
sangat desentralistik, sehingga pelaksanaan asas dekonsentrasi sangat
dibatasi di daerah. Fungsi dekonsentrasi dibatasi hanya pada tingkat
provinsi saja.
• Konsekuensi logis dari perubahan kebijakan desentralisasi tersebut,
maka definisi tentang Pamong Praja perlu disusun ulang. Pada UU
Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian dilanjutkan oleh UU Nomor 32
Tahun 2004, tidak ada lagi pengertian Tugas Pemerintahan Umum, yang
ada istilah baru yakni TUGAS UMUM PEMERINTAHAN (TUP), yang isinya
berbeda dengan pengertian TUGAS PEMERINTAHAN UMUM (TPU) yang
selama ini digunakan.
• Dalam pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2004, terdapat dua pengertian
TUP, yakni yang tertuang dalam PP Nomor 3 Tahun 2007 dan PP Nomor
19 Tahun 2008.
• TUP menurut PP Nomor 3 Tahun 2007 adalah tugas kepala daerah
provinsi, kabupaten dan kota, diluar pelaksanaan asas desentralisasi dan
asas tugas pembantuan. Sedangkan menurut PP Nomor 19 Tahun 2008,
Camat juga melaksanakan TUP dengan isi yang berbeda dibandingkan
TUP yang diatur pada PP Nomor 3 Tahun 2007.
• Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang dimaksud dengan Pamong
Praja dan siapakah yang termasuk ke dalam Korps Pamong Praja itu?
Apakah mereka yang menjalankan Tugas Umum Pemerintahan?
• Dilihat secara etimologis, Pamong Praja adalah mereka yang bertugas
“mengemong” negara atau bangsa Tugas mengemong artinya mencakup
aktivitas melayani, mengayomi, mendampingi, memberdayakan.
• Apabila cakupan itu yang akan digunakan, maka yang masuk ke dalam
Korps Pamong Praja menjadi sangat luas, karena dapat mencakup
pejabat pusat yang ada di pusat, pejabat pusat yang ada di daerah
maupun pejabat daerah yang ada di daerah.
• Siapa yang masuk kategori Korps Pamong Praja? Jawabannya adalah
mereka yang dididik secara khusus untuk melayani masyarakat serta
konsisten menjaga keutuhan bangsa dan negara, dengan bidang
keahliannya sebagai generalis yang mengkoordinasikan cabang-cabang
pemerintahan lainnya.
• Masuk dalam kategori ini adalah para Lurah, Camat, Polisi Pamong
Praja, Asisten Sekda, serta Sekretaris Daerah, ditambah dengan SKPG
(Satuan Kerja Perangkat Gubernur) sebagai tindak lanjut dari PP Nomor
19 Tahun 2010.
TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
(1)
Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf c meliputi :
a. Kerjasama antar daerah;
b. Kerjasama daerah dengan pihak ketiga;
c. Koordinasi dengan instansi vertikal di daerah;
d. Pembinaan batas wilayah;
e. Pencegahan dan penanggulangan bencana;
f.
Pengelolaan kawasan khusus yang menjadi kewenangan daerah;
g. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, dan
h. Tugas-tugas umum pemerintahan lainnya yang dilaksanakan oleh
daerah. (Pasal 6 PP Nomor 3 Tahun 2007.
Camat menyelenggarakan Tugas Umum Pemerintahan yang meliputi :
a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. mengordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum;
c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan;
d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum;
e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
di tingkat kecamatan;
f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau
kelurahan; dan
g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang
lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan
pemerintahan desa atau kelurahan. (Pasal 15 ayat 1 PP Nomor 19 Tahun
2008).
KODE ETIK KEPAMONGPRAJAAN
• Sebagai korps yang sudah berusia lama serta sudah mengalami pasang
surutnya politik pemerintahan daerah, Pamong Praja telah memiliki
kode etik (code of conduct) yang dinamakan Hasta Budi Bhakti, yang
artinya Delapan Nilai Pegangan Untuk Berbakti.
• Kode Etik ini sebenarnya merupakan pegangan moral bagi siapapun yang
masuk kategori Korps Pamong Praja.
• Kode etik ini juga merupakan sebuah komitmen moral. Tetapi
kelemahan bangsa Indonesia, banyak membuat komitmen tetapi
seringkali tidak konsisten.
HASTA BUDI BHAKTI
(KODE KEHORMATAN KORPS PAMONG PRAJA)
1. Korps Pamong Praja sebagai pengamal Pancasila dan pembela Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjadi pengayom dari seluruh rakyat tanpa membedakan
golongan, aliran dan agama.
2. Korps Pamong Praja berkewajiban memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
rakyat dalam pergaulan hidup bersama menuju ketertiban dan ketentraman
umum.
3. Korps Pamong Praja merupakan penyuluh dalam gelap dan penolong di dalam
penderitaan bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga tercapai ketenangan dan
ketentraman lahir dan batin.
4. Korps Pamong Praja membina semangat kehidupan masyarakat sehingga
terjelma sifat dan sikap dinamis, konstruktif, korektif.
5. Korps Pamong Praja bertugas menumbuhkan dan memupuk daya cipta rakyat
menuju ke arah kesejahteraan masyarakat.
6. Korps Pamong Praja bertugas menampung dan mencarikan penyelesaian segala
persoalan hidup dan kehidupan rakyat sehari- hari sehingga diperlukan sifat
sabar, tekun, ulet dan bijaksana.
7. Korps Pamong Praja menjadi penggerak segala kegiatan dalam masyarakat
menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa.
8. Korps Pamong Praja harus bertindak tegas, adil dan jujur dalam memberantas
kejahatan dan kemaksiatan tanpa pandang bulu, sebaliknya harus menjadi
teladan dalam kebaikan dan kemaslahatan.
G. KEPENGIKUTAN (FOLLOWERSHIP)
• Sesuai perkembangan jaman seiring dengan revolusi teknologi dan
komunikasi, hubungan antar manusia termasuk yang berada di dalam
organisasi juga mengalami pergeseran. Hubungan atasan dengan
bawahan yang semula sangat hierarkhis dengan pola patron-klien secara
bertahap mencair menjadi lebih egaliter.
• Perubahan manajemen dan organisasi yang bergerak menuju generasi
kelima telah mendorong pula perubahan pandangan mengenai
kepemimpinan. Pada pandangan klasik, manajemen mempunyai satu inti
yakni kepemimpinan (leadership). Sedangkan pada pandangan terbaru,
manajemen mempunyai dua inti yakni kepemimpinan (leadership) dan
kepengikutan (followership).
• Salah satu buku teks mengenai kepengikutanadalah tulisan Barbara
Kellerman (2008) berjudul “ Followership – How Followers are Creating
Change and Changing Leaders”. (Harvard Business Press Boston,
Massachusetts). ***) Lihat Konsep Buku Kepemimpinan Bab IV
MANAJEMEN DENGAN SATU INTI (M1I)
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)
MANAJEMEN DENGAN DUA INTI (M2I)
KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)
KEPENGIKUTAN
(FOLLOWERSHIP)
MANAJEMEN
• Kellerman (2008 : 85) membagi pengikut menjadi lima tipe yakni :
* Isolate
* Bystander
* Participant
* Activist
* Diehard
Powerless
Doing absolutely nothing
powerfull
Going full tilt
BAD LEADERSHIP
• Barbara Kellerman dalam bukunya yang lain berjudul “ Bad Leadership –
What it is, How it Happens, Why it Matters” (2004) menggambarkan
adanya tujuh macam kepemimpinan yang jelek yakni sbb:
1) Incompetent;
2) Rigid;
3) Intemperate;
4) Callous;
5) Corrupt;
6) Insular;
7) Evil.
• “cyberdemocracy”. Cyberdemocracy is a democracy as
facilitated by the internet or cyberspace. Dikutip dari :
www.wordnik.com/words/cyberdemocracy.
• Dalam cyberdemocracy muncul hal-hal baru yang relevan
seperti e-participation, demokrasi elektronik, digital
democracy, electronic democracy dan lain sebagainya. Melalui
cyberdemocracy, maka prinsip egalitarian menjadi semakin
nyata, menghilangkan sekat-sekat kedudukan, jabatan, ras,
golongan, bangsa dan suku bangsa, dan lain sebagainya.
• Melalui cyberdemocracy pula, muncul konsep baru yang
dinamakan “citizenship” yakni : 1) the state of being vested
with the rights, privileges, and duties of a citizen; 2) the
character of an individual viewed as a member of society;
behavior in terms of the duties, obligations, and functions of
citizen. Kakabadse, Andres, Nada Kakabadse, Kalu Kalu
(EDITORS), 2009 Dikutip dari :
dictionary.reference.com/browse/citizenship.
• Kakabadse, Andrew, Nada Kakabadse, Kalu Kalu (editors),
2009. Citizenship : A Reality Far From Ideal.
CITIZENSHIP CONCEPTS mencakup :
1) Political Citizenship;
2) Civil Citizenship;
3) Social Citizenship;
4) Economic Citizenship;
5) World Citizenship;
6) Virtual Citizenship.
• Menurut Wikipedia, “ Followership refers to a role held by certain
individuals in an organization, team, or group. Specifically, it is the
capacity of an individual to actively follow a leader”. Digital
ensiklopedia lainnya yakni Merriam-Webster hanya memberi
definisi yang sangat sederhana mengenai followership yakni 1)
following; 2) the capacity or willingness to follow a leader.
•
Kamus digital lainnya yakni Dictionary.com memberikan
definisi mengenai followership sebagai : 1) the ability or willingnesss
to follow a leader; 2) a group of followers or supporters; following.
• Lihat en.wikipedia.org/wiki/Followership.
• Lihat www.merriam-webster.com/dictionary/followership.
• Lihat dictionary.reference.com/browse/Followership.
• tentang Followership dari buku “Organizational
Communication : Theory, Reserach, and Practice”
dikemukakan konsep dasar sebagai berikut : “followership is
the act or condition under which an individual helps or
supports a leader in the accomplishment of organizational
goals”. Diunduh dari
http://2012books.lardbucket.org/books/organizationalcommunication-theory-research-andpractice/section_09_02.html. Halaman 2.
• Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat ditarik esensi mengenai
pengertian kepengikutan yakni :
• kepengikutan adalah sebuah peran individu yang dijalankan secara aktif (
a active role);
• kepengikutan adalah sebuah kapasitas individu (capacity of an individual);
• kepengikutan adalah sebuah kemampuan atau keinginan dari individu;
• peran, kapasitas, kemampuan, maupun keinginan individu dalam
kepengikutan berkaitan dengan kepemimpinan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan organisasi secara lebih efektif dan efisien.
SITUASI DAN KONDISI
• Situasi dan kondisi yang mempengaruhi pemimpin mencakup
IPOLEKSOSBUDAG-HANKAM.
• Idealnya pemimpinan pemerintahan memahami dan menjalankan
secara konsisten ideologi negara. Apakah Pancasila masih menjadi
ideologinya negara?
• Pada masa orde baru pernah dinyatakan bahwa Pancasila adalah
ideologi negara dan sumber dari segala sumber hukum. Pancasila adalah
asas tunggal dalam berpartai politik.
• Pada masa demokrasi liberal saat ini, Panacasila sedang mengalami
ujian, karena partai politik bebas membawa ideologinya masing-masing.
Seringkali Pancasila hanya dijadikan tameng bagi bekerjanya ideologi
lain. (*** Lihat Bahan Seminar di Unigal 2012).
POLITIK
VISI DAN MISI ORGANISASI
CULTURESHIP (KEKEBUDAYAAN)
• JASON E. BINGHAM (2013) dalam bukunya “Cultureship – The ACB’s of
Business Leadership” mengemukakan bahwa hubungan antara
kepemimpinan dan kepengikutan terjadi dalam suatu kebudayaan
tertentu, yang kemudian menciptakan istilah cultureship atau
kekebudayaan.
• Culture is best defined as “how things get done around here”.
• Culture is the reason behind the results.
• Culture becomes a team’s belief system that guides their actions and
decisions.
• Binghams mengemukakan ada 10 kepercayaan (belief) yang menjadi
panduan dalam membuat keputusan dengan memadukan antara
kepemimpinan dengan kepengikutan, yaitu sbb:
1) Integrity leads to profit (untuk sektor publik dibaca benefit and
support);
2) Trusting others expands profit;
3) Associates own the culture;
4) Leaders don’t direct, they lead;
5) Everyone wants to grow, serve, and perform.
6) Enlightened teams achieve superhuman success;
7) Purposeful associates create loyal customers Who maximize business
results (the ACBs); Associates-Customers-Business results;
8) Exellence is driven from the ground up;
9) Changing culture can change results quickly;
10) Strong leaders follow culture.
CULTURE DEVELOPMENT PROCESS
DIKUTIP DARI FIGURE 9.3. HALAMAN 142 BUKU JASON E. BINGHAM
Download