Daftar isi Seminar TallUnan Pengawasan Pemanfaatan Tenag~ Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902 KAJIAN TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERT ANIAN BERDASARKAN DATA RADIOAKTIVIT AS ALAM Pande Made Udiyani, Muhammad Budi Setiawan Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset (P2TRR) - BATAN ABSTRAK KAJIAN TERHADAp· PENCEMARAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERTANIAN BERDASARKAN DATA RADIOAKTIVITAS ALAM. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis program intensifikasi pertanian, khususnya dalam penggunaan pupuk, dengan penekanan pada sudut pandang ekologi (fisik) di dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan di daerah-daerah pertanian. Kajian juga dilakukan guna memberikan informasi kepada mayarakat tentang pencemaran yang dihasilkan akibat penggunaan pupuk kimia dan daerah-daerah pertanian yang sudah jenuh dengan pupuk buatan. Kajian dilakukan terhadap d~_(agl~ivitas alam di daerah pertanian di Pulau Jawa yang diambil dengan metode carborne surveidan data perilaku petani dalam penggunaan pupuk kimia. Dari kajian"'diperoleh-perITaku petani dalam penggunaan pupuk kimia mempengaruhi tingkat pencemaran dan kejenuhan lingkungan terhadap pupuk kimia di daerah pertanian. Kenaikan pencemaran akibat penggunaan pupuk kimia mempunyai korelasi yang besar dengan tingkat radioaktivitas alam di daerah tersebut. Radioaktivitas alam bisa digunakan sebagai indikator pencemaran pupuk kimia di daerah pertanian, terutama pupuk dari batuan fosfat dan kalium (TSP ,NPK, SP-26). Selain itu dapat digunakan juga untuk mengukur tingkat kejenuhan penggunaan pupuk kimia di daerah pertanian. Kata kunci : Daerah pertanian, pencemaran, radioaktivitas alamo ABSTRACT STUDY OF CONTAMINATION IN AGRICULTURAL ENVIRONMENT BASED ON NATURAL RADIOACTIVITY DATA. This study is aimed to analyze the agricultural intensification program, particularly in the use of chemical fertilizer, from the view of ecology in the sustainable natural resources management in the agricultural areas. This study is also aimed to provide information to the public about the contamination caused by the use of chemical fertilizers; as well as to provide a view of agricultural are as which has saturated with chemically fertilizers._SJudy was done over natural radioactivity data in Java island obtained usin~arborne su~ method, and the data of farmers tradition and habit on chemical fertilizer~-usage. It is obtained that farmers habit in the use of chemical fertilizers affects the level of contamination and saturation of the environment of the agricultural areas to the chemical fertilizers. The increase of contamination caused by the use of chemical fertilizers has a significant correlation to the natural radioactivity in those areas. Natural radioactivity data can be used as an indicator of contamination caused by chemical fertilizer in the agricultural areas, particularly those fertilizers from phosphate and potassium (TSP, NPK, KCI, SP26). It can also be used to measure saturation level of chemical fertilizer usage in the agricultural area. Keywords: Agricultural area, Contaminant, Natural radioactivity. 172 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir -Jakarta, II Desember 2003 ISSN1693- 7902 PENDAHULUAN Bagian terbesar zat radioaktif yang mencemari ekosistem berasal dari sumber alami, yaitu sinar kosmik dan bahan radioaktif yang dikandung kerak bumi.(\) Zat radioaktif primordial (zat radioaktif yang telah ada dalam kerak bumi antara lain kalium, torium dan uranium), terdapat pada semua jenis batuan yang membentuk bumi seperti batuan andesit, basalt, pasir, batuan serpih dan lainnya.(2,3) Pemakaian deposit fosfat alam biasanya mengandung zat radioaktif dari deret uranium yang relatif tinggi kadarnya (± 150 Bq/kg). Sebagian batuan fosfat yang ditambang kemudian dijadikan pupuk, bagian lainnya digunakan untuk menghasilkan komoditi lain seperti asam fosfat. Selain uranium di dalam pupuk terkandung unsur radioaktif torium dan kalium.(I) Pupuk mengandung bahan-bahan kimia dan sebagian zat radioaktif program intensifikasi dilaksanakan pada masa revolusi dalam bentuk intensifikasi hijau. dan pestisida yang banyak digunakan untuk Indonesia, pertanian dan dilaksanakan melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas).(4) mencakup penggunaan pup uk kimia Di fosfat juga revolusi hijau secara massal Program intensifikasi pertanian yang diperkenalkan melalui penyuluhan. Sejak Pel ita I (Tahun 1967), pemerintah Indonesia menanamkan modal dalam berbagai usaha, diantaranya pabrik-pabrik bahan kimia untuk menghasilkan pupuk, sebagai bagian dari upaya untuk mendorong terus produksi beras.(5) Penggunaan pupuk kimia yang berjalan lama, dilakukan secara intensif, dan cenderung dalam jumlah yang berlebihan, mengakibatkan terdapat pada pupuk kimia tersebar dan menimbulkan bahan-bahan kimia yang dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak yang timbul antara lain adalah adanya pencemaran tanah dan air, menurunkan tingkat kesuburan tanah, dan ketergantungan petani secara ekonomi dan sosial. Kandungan zat radioaktif alam pada batuan fosfat dan kalium yang digunakan sebagai bahan dasar pupuk kimia dapat digunakan sebagai indikator banyaknya pupuk kimia dan rentang waktu proses akumulasi pencemaran pupuk di lingkungan. Karena umumnya waktu paruh zat radioaktif tersebut sangat panjang, antara lain Torium 232 (1,41 x 1010 tahun), Uranium 238 (4,51 x 109 tahun), dan K-40 (1,3 x 109 tahun), tidak akan ada batasan penentuan pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk berhubungan dengan sejarah waktu penggunaannya. 173 yang ISSN 1693 - 7902 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 Berdasarkan penelitian dari peneliti terdahulu (6), diketahui bahwa (1) terdapat perbedaan nyata antara paparan radiasi alam yang berasal dari batuan yang ada di kerak bumi dengan sebaran radiasi alam karena adanya perpindahan radiasi akibat kegiatan manusia yang membantu menyebarkan radiasi alam ke lingkungan yang lebih luas; (2) terdapat hubungan antara paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif dengan daerahdaerah pertanian; (3) terdapat hubungan antara penyebaran zat radioaktif di daerah pertanian dengan perilaku petani yaitu rentang waktu menggunakan pupuk, banyaknya pupuk yang digunakan, dan pola tanam dalam penggunaan pupuk. Tulisan ini bermaksud menganalisis program intensifikasi pertanian khususnya dalam penggunaan pupuk dengan ditinjau sudut pandang ekologi (fisik) di dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan khususnya daerah-daerah pertanian. Kajian juga dilakukan terhadap paparan radiasi alam yang terdapat di daerah-daerah pertanian, guna memberikan informasi kepada mayarakat tentang pencemaran yang dihasilkan akibat penggunaan pupuk kimia dan daerah-daerah pertanian yang sudah jenuh dengan pupuk buatan, yang diukur dari kandungan radioaktif alam dan paparan radiasi alam yang ada di lingkungan terse but. Metode pengkajian dilakukan sebagai berikut : Data-data pemetaan radioaktivitas di daerah pertanian menggunakan yang diambil dengan cara menyapu area daerah pertanian metode car borne survey, dikorelasikan dengan data perilaku petani dalam penggunaan pupuk pupuk kimia, mencakup banyaknya penggunaan pupuk yang digunakan per area daerah pertanian, rentang waktu penggunaan pupuk kimia, dan tradisi serta kebiasaan setempat dalam penggunaan pupuk kimia. Data radioaktivitas dan perilaku petani diambil dari daerah pertanian di Pulau Jawa, karena intensifikasi pertanian dalam budidaya padi sawah di Pulau Jawa sudah berjalan dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Manfaat kajian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi oleh para peneliti di BA TAN dalam mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, terutama dalam hal pertanian. Diharapkan dengan data dan analisis yang diperoleh bisa membantu instansi terkait untuk meningkatkan produksi pertanian dengan penggunaan pupuk yang optimal sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. 174 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan ISSN 1693 - 7902 Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 DesemblK.2003 CARA PENGAMBILAN DATA Lokasi Pengambilan Data Lokasi pengambilan data dilakukan di Pulau Jawa. Pengambilan data pemetaan paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif dilakukan di seluruh Pulau Jawa, dan survai data sosial dilaksanakan setelah memperoleh data tentang peta radiasi Pulau Jawa. Pengambilan data di laboratorium untuk mengetahui konsentrasi zat radioaktif di berbagai jenis pupuk. Berdasarkan data ini dipilih 6 lokasi penelitian untuk mendapatkan data tentang perilaku petani dalam penggunaan pupuk, dengan 100 orang responden petani setiap lokasi. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposif (metode penentuan lokasi yang dipilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan peneliti dan sesuai dengan kaidah statistika), sedangkan pemilihan individu petani dilakukan secara acak. Lokasi penelitian sosial dipilih daerah pertanian yang mempunyai konsentrasi zat radioaktif tertinggi dan terendah dari provinsi di Pulau Jawa yang mempunyai perbedaan budaya. Cara Pengumpulan Data Pengukuran zat radioaktif pada berbagai jenis pupuk yang digunakan petani dilakukan dengan alat MCA (lvfulti Channel Analyzer). Pemetaan paparan radiasi dan jenis zat radioaktif khususnya di daerah-daerah pertanian di Pulau Jawa dilakukan dengan cara : Lokasi penelitian dibagi dalam petak luasan dengan ukuran 20 krn x 20 km. Setiap petak mewakili pengukuran dengan melintasi luasan 400 km2• Masing-masing luasan dilakukan jalan yang mewakili daerah contoh (Metode Carborne Survey). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrometer gama NaI(Tl), dengan be saran yang dapat dihitung dan diukur adalah: paparan radiasi total, konsentrasi kalium, uranium, dan torium. Analisis data menggunakan paket program NAGABAT. Pengambilan data sosial (perilaku petani dalam penggunaan pupuk) berdasarkan data dari peta paparan radiasi yang diperoleh dari survai I, dipilih daerah pertanian yang mempunyai paparan tinggi dan rendah dari masing-masing propinsi di Pulau Jawa. Pemilihan kecamatan, desa, kelompok tani dari masing-masing kabupaten yang dipilih, dilakukan secara purposif. Untuk masing-masing daerah contoh diambil secara acak 100 orang responden individu petani. Pengambilan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan 175 ISSN 1693 - 7902 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tellilga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 dengan wawancara berdasarkan panduan isian kuesioner dan data informal lainnya. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data diolah melalui proses pemindahan, editing, tabulasi, analisis statistika (non parametrik), dan interpretasi data. Data kualitatif dilakukan dengan interpretasi dari hasil wawancara yang mendalam terhadap responden petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di daerah daerah pertanian di Pulau Jawa ditampilkan pada Tabel 1. - Tabel 4. Tabell. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Banten Paparan 1,2558 3,3533 1,0947 3,1445 2,5519 0,9009 0,4349 2,7495 2,6388 2,4393 1,9548 1,6666 0,3668 1,6135 3,7889 2,3955 1,2287 3,7196 2,8423 0,9826 1,2868 4,2568 3,3408 4,1702 2,7217 2,7479 00,4816 0,5860 ,5684 ,5772 1,0026 K 3,3620 2,4829 (%) 0,5402 ,6145 0,8715 0,7092 2,5222 2,4183 2,0731 2,1005 0,4344 ,4605 ,4649 ,7215 ,6659 U-238 Th (ppm) (ppm) 0,6455 2,0873 Daerah (j..tR/jam) Radioaktivitas alam di daerah pertanian di Propinsi Banten masih berada pada rentang rata-rata radioaktivitas alam di lingkungan di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian di propinsi ini dalam penggunaan pupuk bisa dianggap masih wajar (sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh Dinas Pertanian setempat), disamping itu juga lahan pertanian di Propinsi Banten sudah banyak yang telah beralih fungsi menjadi daerah peruntukan perumahan dan industri. Karena itu, bisa dikatakan bahwa pencemaran akibat penggunaan pupuk kimia di Propinsi Banten masih dalam batasan. 176 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, ISSN 1693 -7902 ,II Desembe.r2003 Tabel 2. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Jawa Barat Daerah (IlWiam) Paparan 0.5592 0,9905 0,5049 0,8936 1,3982 4,1543 ,6302 3,2019 2,8391 0,3754 0,9867 1,6113 1,1837 2,6115 0,2396 1,2004 1,2638 4,3181 2,7262 2,9628 2,1842 5,0445 2,4378 2,0656 2,5106 4,014 ,3977 ,4343 0,8733 0,5264 0,9715 0,7362 1,2676 1,0089 3,3411 4,9978 2,6934 1,3834 3,6201 3,6956 3,2391 3,2043 3,3336 3,9401 5,6048 1,2846 2,0349 2,9267 0,9346 2,1107 2,8794 1,1649 0,7411 ,2373 ,6098 ,4243 ,6654 ,6393 ,5807 00,6235 ,3621 ,5261 3,1957 ,4171 K(%) U-238 Th (ppm) (ppm) Radioaktivitas alam di daerah pertanian wilayah Karawang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Propinsi Jawa Barat. Karena daerah Karawang merupakan lumbung beras di daerah Jabar dan bahkan di Pulau Jawa. Sebagai salah satu cara untuk menaikkan produksi beras maka pilihan penggunaan bibit unggul dan pupuk kimia secara intensif adalah cara yang paling mudah. Hal ini berbeda dengan daerah pertanian lainnya di Jawa Barat seperti daerah Cianjur yang menggunakan bibit lokal dengan tidak memerlukan konsumsi pupuk kimia yang banyak dibanding bibit unggul. Sedangkan untuk daerah Ciamis, keadaan radioaktivitas alam di daerah pertanian menunjukkan besaran yang berarti dibandingkan daerah pertanian lainnya di Jawa Barat, selain karena banyak menggunakan bibit unggul, juga batuan tanah pembentuk daerah pertaniannya termasuk batuan yang mengandung besamya lebih dari rata-rata radioaktivitas alam di Pulau Jawa. 177 radioaktivitas alam yang ISSN 1693 - 7902 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 Tabel 3. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Jawa Timur Paparan 2,0265 1,54220,3956 1,66481,0269 1,89990,3925 4,57750,8949 0,4675 0,4661 1,2008 0,7064 3,2444 1,2772 3,22570,5435 3,3626 0,7578 1,0509 2,6524 1,8307 2,28880,8816 4,1174 0,6346 3,02880,5696 3,04360,5759 0,9395 2,7502 0,7615 2,95370,3189 0,6869 1,7642 0,5688 2,19040,3718 2,03450,4105 1,90410,3548 0,7110 0,5167 0,6025 0,5113 1,4043 1,1321 1,1344 1,2717 1,6138 1,1849 0,9667 3,8715 0,9931 2,4028 2,7367 1,6958 0,8457 3,31550,6266 0,8798 0,8544 2,1735 2,5629 1,6583 1,8671 U-238 K(%) Th (ppm) (ppm) 0,5071 0,3657 0,7160 Oaerah (~R/jam) Data radioaktivitas menunjukkan alam daerah pertanian di Propinsi Jatim rata-rata tidak perbedaan yang berarti antar satu daerah pertanian dengan daerah lainnya. Model pertanian di Jawa Timur umumnya diselingi dengan pertanian bukan sawah yang menggunakan pupuk kimia tidak sebanyak penggunaan pertanian sawah. Data radioaktivitas alam daerah pertanian di Jateng paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Dari laporan Departemen Pertanian (Sejarah Bimas, 1995), Propinsi penggunaan Jawa Tengah mempunyai pupuk kimia. Beberapa sejarah daerah pertanian yang panjang dalam tradisi di Jateng sudah mengenal penggunaan pupuk kimia sejak awal abad ke-19. Perilaku petani dalam penggunaan pupuk kimia di daerah ini mengakibatkan adanya kecenderungan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, sehingga pencemaran lingkungan dari penggunaan penyubur ini tidak bisa dihindari. Dari data radioaktivitas alam dan perilaku petani dalam penggunaan pupuk dapat disimpulkan bahwa ada korelasi pencemaran lingkungan di daerah pertanian dengan data radioaktivitas alam dan perilaku petani dalam penggunaan pupuk (tradisi atau kebiasaan penggunaan pupuk, jangka waktu dan jumlah penggunaan pupuk kimia). 178 Seminar Tahunan Pengawasan ISSN 1693 - 7902 Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 Kenaikan radioaktivitas di daerah pertanian berkorelasi dengan kenaikan pencemaran pupuk kimia di daerah terse but. Radioaktivitas alam bisa digunakan sebagai indikator pencemaran pupuk kimia di daerah pertanian, terutama pup uk dari batuan fosfat dan kalium (TSP,NPK, SP-26). Selain itu data-data terse but dapat digunakan juga untuk mengukur tingkat kejenuhan penggunaan pupuk kimia di daerah pertanian, sebagai masukan bagi Dinas Pertanian didalam pengelolaan ekonomi, produksi pangan, dan pembangunan berkelanjutan. Proses pembuatan pupuk kimia dari batuan fosfat dan kalium yang mengandung unsurunsur radionuklida alam (U-238, Th-232, dan K-40) yang bertujuan untuk meningkatkan kadar fosfat dan kalium akan menambah pula kadar radioaktivitas alam di dalam pupuk terse but. Tabel 4. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Jawa Tengah Oaerah (IlR/jam) Paparan 2,8647 2,9604 3,5544 ],8]42 0,53 0,8] ]8 ]9 2,684 0,9649 0,5807 2,6557 3,7956 8,3341],7] 7,9060],3825 K(%) 7,6662 8,3 ]27 ],3530 3,7931 ,6787 3,4926 2,9742 4,3875 3,9907 4,0346 2,5344 3,6615 2,9154 2,404 3,40980,7845 2,32470,5402 0,9] 0,6724 0,65] 3,5454],0496 0,5547 9,5870 3,0524 ]10,3018 2,3522 7,4969],363 6,0468],2909 12,5632 11,9694 2,4354 13,7627 ],3935 ],4]68 3,8078 ],4967 3,6247 2,806 ]2,6979 ]2,1995 6,8254 2,0374 2, ,2 ],7176 ]26 ]295 48 0,4 0,3385 0,3936 0,782 0,3699 ],6306 ],34] ],5534 1,7084 1,6494 ],4807 ]25 2, 2,7159],0560 9,0248 7,0810 9,3447 6,3287 ]906 ],3543 U-238 13,132 ]3,9121 2,6824 Th (ppm) ],6]59 (ppm) ],0438 2,2772 8,9693 15,2283 12,2736 4,2] 10,2612 ]3,5644 14,3094 13,5877 11,8326 3,3 2,6924 2,7368 ],7232 2,] 7,3999 8,9470 7,5476 ],7739 ],7602 ]1,7673 ,5306 199 306 ]9]00,6954 0,7798 0,7252 ],5229 1,2648 8],5839 3]3] 179 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902 Karena sifat radioaktivitas alam yang umumnya mempunyai waktu paruh yang sang at panjang, maka pembahasan dan kajian yang me libatkan sifat-sifat ini di dalam kajian lingkungan yang berkelanjutan akan banyak membantu. Kendala rentang waktu yang lama, yang selama ini membatasi kajian lingkungan hidup yang berkelanjutan bisa teratasi. Tidak hanya lingkungan fisik yang dapat dikaji, tetapi lingkungan non-fisik yaitu budaya, sosial, dan ekonomi yang berhubungan dengan pertanian atau lingkungan alam bisa ditelusuri. Kerjasama dengan instansi lain di luar BAT AN dan masyarakat nuklir seperti ini diharapkan akan menghilangkan salah persepsi tentang nuklir di masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat tidak anti nuklir. KESIMPULAN Radioaktivitas alam rata-rata di daerah pertanian di daerah Banten (K:0,5402 % U-238: 1,0026 ppm; Th-232: 2,4829 ppm; Paparan radiasi 3,1445 ~RJjam), daerah Jawa Barat (K: 0,5049 %; U-238: 0,9905 ppm; Th-232: 2,8391 ppm; Paparan radiasi 3,2019 ~R/jam), Jawa Timur (K: 0,5759 %; U-238: 0,7615 ppm; Th-232: 1,8671 ppm; Paparan radiasi: 2,7502 ~R/jam), dan Jawa Tengah (K: 1,0560 %;U-238 2,1906 ppm; Th-232 6,3287 ppm; Paparan radiasi 7,0810 ~RJjam). Terdapat korelasi antara pencemaran lingkungan di daerah pertanian dengan data radioaktivitas alam dan perilaku petani dalam penggunaan pupuk (tradisi atau kebiasaan penggunaan pupuk, jangka waktu dan jumlah penggunaan pupuk kimia). Kenaikan radioaktivitas di daerah pertanian berkorelasi dengan kenaikan pencemaran pupuk kimia di daerah tersebut. Radioaktivitas alam dapat digunakan sebagai indikator pencemaran pupuk kimia di daerah pertanian, terutama pupuk dari batuan fosfat dan kalium (TSP,NPK, SP-26), disamping itu dapat juga digunakan untuk mengukur tingkat kejenuhan penggunaan pupuk kimia di daerah pertanian. Data ini dapat dipergunakan sebagai bagian sistem informasi manajemen bagi Pemerintah (Departemen Pertanian) dalam perancangan berkelanjutan. 180 sistem pembangunan yang Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakart~, 11 Desembtr 2003 ISSN 1693 -7902 DAFTARACUAN 1. THA YIB, M.H., "Radioeko1ogi", Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta 1992. 2. UNSCEAR, "Sources and Effect of Ionizing Radiation", New York: United Nation,1988. 3. BOWEN, H.J.M., "Environmental Chemistry of The Elements", Academic Press, Sydney, 1979. 4. DEPT AN, "Sejarah Bimas (Perkembangan Intensifikasi Pertanian dan Peranannya dalam pembangunan pertanian)", Sekretariat Badan Pengendali Bimas, Jakarta. 1997. 5. TJONDRONEGORO, S.M.P., Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial di Pedesaan di Pulau Jawa, Majalah Prisma 2: 21. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta, 1990. 6. UDIY ANI, P.M., "Sebaran zat radioaktif ke lingkungan dan hubungannya dengan perilaku penggunaan pupuk o1eh· petani, 2002. Disertasi, Institut Pertanian Bogor, DISKUSI Pertanyaan (Dartion, S.Korn) : Sumber Th, U, K selain pupuk buatan? Daerah Th, U, K hingga se1ain dari pupuk pertanian, apa mungkin sumber lain? Jawaban (Pande Made Udiyani, P2TRR - BATAN): Sumber Th, U, K selain dari pupuk buatan, juga berasal dari batuan. Berdasarkan variabe1 yang sarna Genis batuan yang sarna) di pilih daerah pertanian, diperkirakan daerah pertanian terse but hanya berasal dari pupuk kimia. 181 sehingga Seminar Tahunan Pengawasan Pcmanfaatan Tcnaga Nuklir - jJkarta, II Dcscmbcr 2003 ISSN 1693 - 7902 Pertanyaan (Djarwani - Universitas Indonesia) : Apakah sudah ada kurva hubungan antara kondisi tanah dengan pemberian pupuk kimia? Kurva kalibrasi dapat dipakai untuk mengetahui kejenuhan, per hitung an dapat dilakukan di LAK. Jawaban (Pande Made Udiyani, P2TRR - BATAN): Kurva dimaksud belum dibuat. Penelitian kami barn difokuskan untuk penelitian awal. Tapi, ide untuk mendapatkan kurva tersebut mudah-mudahan menjadi inspirasi untuk penelitian berikutnya dan penelitian lain. Pertanyaan (Karnoyo, P2RR - BATAN): Aplikasi penggunaan pupuk kenapa tidak penggunaan pupuk yang tidak menyebabkan dihitung, sehingga akan diketahui pencemaran lingkungan tetapi produksi meningkat? Jawaban (Pande Made Udiyani, P2TRR - BATAN): Penggunaan pupuk didaerah pertanian sudah diatur oleh dinas pertanian. Kecenderungan penggunaan pupuk yang berlebihan tergantung dari perilaku dan sosial budaya dari petani. Penggunaan pupuk yang berlebihan merupakan salah satu ekses negatif dari revolusi hijau yang diterapkan secara represif oleh pemerintah secara sentralistik. 182