Gambar. 1. Skema representasi dari teori elektroda berpori kami menunjukkan tiga skala panjang yang relevan: meninggalkan struktur elektroda lengkap (ketebalan yang khas adalah 100 pm-1 mm), tengah tingkat pori makro dan partikel (biasanya beberapa mikron) dan kanan micropores dimensi nanoscopic. Home » Materi SMP , Pelajaran IPA » Macam-macam Elemen Fisika Macam-macam Elemen Fisika Written By Maulana Affan on Selasa, 03 Desember 2013 | 14.10 Sumber Arus Searah dari Proses Kimiawi Sumber arus searah disebut juga sebagai sumber tegangan searah sebab arus yamng ditimbulkan oleh suatu tegangan. Sumber arus berfungsi sebagai sumber energi untuk mengalirkan muatan melalui peralatan listrik. Energi diperoleh dari berbagai macam bentuk energi asal yang kemudian diubah menjadi energi listrik. A. Elemen Primer Pada elemen primer, reaksi kimia yang menyebabkan electron mengalir dari elektroda negatif (katoda) ke elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik arahnya. Dengan demikian elemen ini tidak dapat dimuati kembali jika muatannya habis. Elemen primer ialah elemen elektrokimia yang memerlukan pergantian bahan-bahan pereaksi setelah memberikan sejumlah energi listrik kepada rangkaian luar. 1. Elmen Volta Elemen Volta dikembangkan pertama kali oleh Fisikawan Italia bernama Allesandro Volta (1790-1800) dengan menggunakan sebuah bejana yang diisi larutan asam sulfat (H2SO4) dan dua logam tembaga (Cu) dan seng (Zn). Bagian utama elemen Volta, yaitu 1. kutub positif (anode) terbuat dari tembaga (Cu), 2. kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn), 3. larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4). Lempeng tembaga memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah. Jika kedua lempeng logam itu dihubungkan melalui lampu, lampu akan menyala. Hal ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan logam tembaga maupun seng sehingga menghasilkan sejumlah elektron yang mengalir dari seng menuju tembaga. Adapun, reaksi kimia pada elemen Volta adalah sebagai berikut. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi H2SO4 → 2H+ + SO42Pada kutub positif terjadi reaksi Cu + 2H+ → polarisasi H2 Pada kutub negatif terjadi reaksi Zn + SO4 → ZnSO4+ 2e Reaksi kimia pada elemen Volta akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen tidak dapat bereaksi dengan tembaga, sehingga gas hidrogen hanya menempel dan menutupi lempeng tembaga yang bersifat isolator listrik. Hal ini menyebabkan terhalangnya aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun arus listrik dari tembaga menuju seng. Peristiwa tertutupnya lempeng tembaga oleh gelembung-gelembung gas hidrogen disebut polarisasi. Adanya polarisasi gas hidrogen pada lempeng tembaga menyebabkan elemen Volta mampu mengalirkan arus listrik hanya sebentar. Tegangan yang dihasilkan setiap elemen Volta sekitar 1,1 volt. Penggunaan larutan elektrolit yang berupa cairan merupakan kelemahan elemen Volta karena dapat membasahi peralatan lainnya. 2. Elemen Kering Elemen kering disebut juga baterai. Elemen kering pertama kali dibuat oleh Leclance. Bagian utama elemen kering adalah: 1. kutub positif (anode) terbuat dari batang karbon (C), 2. kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn), 3. larutan elektrolit terbuat dari amonium klorida (NH4Cl), 4. dispolarisator terbuat dari mangan dioksida (MnO2). Baterai disebut elemen kering, karena elektrolitnya merupakan campuran antara serbuk karbon, batu kawi, dan salmiak yang berwujud pasta (kering). Batang karbon (batang arang) memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah. Jika kedua elektrode itu dihubungkan dengan lampu maka lampu akan menyala. Hal ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan seng. Adapun, reaksi kimia pada batu baterai adalah sebagai berikut. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi Zn + 2NH4Cl → Zn2+ + 2Cl + 2NH3 + H2 (ditangkap dispolarisasi) Pada dispolarisator terjadi reaksi H2 + 2MnO2 → Mn2O3 + H2O Reaksi kimia pada batu baterai akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen akan ditangkap dan bereaksi dengan dispolarisator yang berupa mangan dioksida (MnO2) menghasilkan air (H2O), sehingga pada batu baterai tidak terjadi polarisasi gas hidrogen yang mengganggu jalannya arus listrik. Bahan yang dapat menghilangkan polarisasi gas hidrogen disebut dispolarisator. Adanya bahan dispolarisator pada batu baterai, menyebabkan arus listrik yang mengalir lebih lama. Setiap batu baterai menghasilkan tegangan 1,5 volt. Elemen kering (batu baterai) banyak dijual di toko karena memiliki keunggulan antara lain tahan lama (awet), praktis karena bentuk sesuai kebutuhan, dan tidak membasahi peralatan karena elektrolitnya berupa pasta (kering). 3. Elemen Leclanche Elemen Lechlance ditemukan oleh seorang ilmuwan Prancis, George Lechlance (1838 – 1882). Prinsip kerja elemen Lechlance hampir sama dengan elemen Daniell. Elemen ini juga disebut cikal bakal baterai. Larutan elektrolit yang digunakan dalam elemen Lechlance merupakan campuran dari salamoniak dan seng klorida yang berbentuk pasta. Elemen ini terdiri dari Elektrode positif (anode) yaitu batang carbon (C) yang diselubungi oleh campuran bubuk karbon dan mangan dioksida, juga Elektrode negatif (katode) yang memuat batang seng (Zn) pembungkus elemen. Di elemen ini juga terdapat elektrolit berupa zat yang berjenis garam yaitu Ammonium Klorida (NH4Cl) yang berfungsi untuk menghasilkan listrik. Cara Kerja: Ketika ion-ion seng masuk ke dalam larutan ammonium klorida, batang seng akan mejadi negatif terhadap larutan logam. Ammonium klorida memberikan ion NH4+ menembus bejana berpori menuju batang karbon dan memberikan muatan positifnya pada batang karbon. Pada perkembangannya, elemen Leclanche berubah menjadi elemen kering (baterai) yang lebih mudah dipakai. Sebenarnya elemen kering diperoleh hanya dengan mengganti elektrolit larutan ammonium klorida menjadi campuran pasta ammonium klorida dengan serbuk kayu, tepung atau getah. Elemen Lechlance dapat menghasilkan arus listrik sekitar 1,5 V. Elemen ini tidak menghasilkan asam yang berbahaya. 4. Elemen Daniell Elemen ini dibuat oleh John Daniell pada tahun 1835. untuk mencegah terjadinya polarisasi, elektroda dilindungi oleh suatu bahan kimia yang disebut depolarisator. Pada elemen Daniell yang digunakan adalah tembaga sulfat (CuSO4) yang dipisahkan dengan elektrolit asam sulfat encer oleh bejana berpori. Jadi, ion-ion masih dapat pergi dari elektroda ke elektroda lain melalui depolarisator. 5. Generator Generator dibedakan menjadi dua, yaitu generator arus searah (DC) dan generator arus bolakbalik (AC). Baik generator AC dan generator DC memutar kumparan di dalam medan magnet tetap. Generator AC sering disebut alternator. Arus listrik yang dihasilkan berupa arus bolak-balik. Ciri generator AC menggunakan cincin ganda. Generator arus DC, arus yang dihasilkan berupa arus searah. Ciri generator DC menggunakan cincin belah (komutator). Jadi, generator AC dapat diubah menjadi generator DC dengan cara mengganti cincin ganda dengan sebuah komutator. Sebuah generator AC kumparan berputar di antara kutub- kutub yang tak sejenis dari dua magnet yang saling berhadapan. Kedua kutub magnet akan menimbulkan medan magnet. Kedua ujung kumparan dihubungkan dengan sikat karbon yang terdapat pada setiap cincin. Kumparan merupakan bagian generator yang berputar (bergerak) disebut rotor. Magnet tetap merupakan bagian generator yang tidak bergerak disebut stator. Bagaimanakah generator bekerja? Ketika kumparan sejajar dengan arah medan magnet (membentuk sudut 0 derajat), belum terjadi arus listrik dan tidak terjadi GGL induksi (perhatikan Gambar 12.2). Pada saat kumparan berputar perlahan-lahan, arus dan GGL beranjak naik sampai kumparan membentuk sudut 90 derajat. Saat itu posisi kumparan tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan ini kuat arus dan GGL induksi menunjukkan nilai maksimum. Selanjutnya, putaran kumparan terus berputar, arus dan GGL makin berkurang. Ketika kumparan mem bentuk sudut 180 derajat kedudukan kumparan sejajar dengan arah medan magnet, maka Putaran kumparan berikutnya arus dan tegangan mulai naik lagi dengan arah yang berlawanan. Pada saat membentuk sudut 270 derajat, terjadi lagi kumparan berarus tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan kuat arus dan GGL induksi menunjukkan nilai maksimum lagi, namun arahnya berbeda. Putaran kumparan selanjutnya, arus dan tegangan turun perlahanlahan hingga mencapai nol dan kumparan kembali ke posisi semula hingga memb entuk sudut 360 derajat. B. Elemen Sekunder Tidak seperti elemen primer, elemen sekunder bersifat dapat diperbaharui. Artinya tegangan yang berasal dari elemen sekunder suatu saat akan habis, tetapi kamu masih dapat mengisi elemen tersebut. Contoh elemen sekunder adalah akumulator. Akumulator banyak digunakan dalam kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil. 1. Accumulator Accumulator sering disebut aki. Elektrode accumulator baik anode dan katode terbuat dari timbal (Cu) berpori. Bagian utama akumulator, yaitu 1. kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2), 2. kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb), 3.larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%. Lempeng timbal dioksida dan timbal murni disusun saling bersisipan akan membentuk satu pasang sel akumulator yang saling berdekatan dan dipisahkan oleh bahan penyekat berupa isolator. Beda potensial yang dihasilkan setiap satu sel akumulator 2 volt. Dalam kehidupan sehari-hari, ada akumulator 12 volt yang digunakan untuk menghidupkan starter mobil atau untuk menghidupkan lampu sein depan dan belakang mobil. Akumulator 12 volt tersusun dari 6 pasang sel akumulator yang disusun seri. Kemampuan akumulator dalam mengalirkan arus listrik disebut kapasitas akumulator yang dinyatakan dengan satuan Ampere Hour (AH). Kapasitas akumulator 50 AH artinya akumulator mampu mengalirkan arus listrik 1 ampere yang dapat bertahan selama 50 jam tanpa pengisian kembali. Proses Pengosongan Accumulator Pada saat accumulator digunakan, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik dan terjadi perubahan anode, katode dan elektrolitnya. Pada anode terjadi perubahan yaitu timbal dioksida (PbO2) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Perubahan yang terjadi pada katode adalah timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Adapun pada larutan elektrolit terjadi perubahan, yaitu asam sulfat pekat menjadi encer, karena pada pengosongan accumulator terbentuk air (H2O). Susunan akumulator adalah sebagai berikut. Kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2). Kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb). Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%. Ketika accumulator digunakan, terjadi reaksi antara larutan elektrolit dengan timbal dioksida dan timbal murni sehingga menghasilkan elektron dan air. Reaksi kimia pada accumulator yang dikosongkan adalah sebagai berikut. Pada elektrolit : H2SO4→2H+ + SO42– Pada anode: PbO2 + 2H+ + 2e + H2SO4 →PbSO4+2H2O Pada katode : Pb + SO42–→ PbSO4 Pada saat accumulator digunakan, baik anode maupun katode perlahan-lahan akan berubah menjadi timbal sulfat (PbSO4). Jika hal itu terjadi, maka kedua kutubnya memiliki potensial sama dan arus listrik berhenti mengalir. Terbentuknya air pada reaksi kimia menyebabkan kepekatan asam sulfat berkurang, sehingga mengurangi massa jenisnya. Keadaan ini dikatakan accumulator kosong (habis). Proses Pengisian Accumulator Accumulator termasuk elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat diisi kembali. Pengisian accumulator sering disebut penyetruman accumulator. Pada saat penyetruman accumulator terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Perubahan yang terjadi pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal dioksida (PbO2). Perubahan pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal murni (Pb). Kepekatan asam sulfat akan berubah dari encer menjadi pekat, karena ketika akumulator disetrum terjadi penguapan air. Untuk menyetrum accumulator diperlukan sumber tegangan DC lain yang memiliki beda potensial yang lebih besar. Misalnya akumulator 6 volt kosong harus disetrum dengan sumber arus yang tegangannya lebih dari 6 volt. Kutub-kutub akumulator dihubungkan dengan kutub sumber tegangan. Kutub positif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub positif akumulator. Adapun, kutub negatif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub negatif akumulator. Rangkaian ini menyebabkan aliran elektron sumber tegangan DC berlawanan dengan arah aliran elektron accumulator. Elektron-elektron pada accumulator dipaksa kembali ke elektrode accumulator semula, sehingga dapat membalik reaksi kimia pada kedua elektrodenya. Agar hasil penyetruman accumulator lebih baik, maka arus yang digunakan untuk mengisi kecil dan waktu pengisian lama. Besarnya arus listrik diatur dengan rheostat. Pada saat pengisian terjadi penguapan asam sulfat, sehingga menambah kepekatan asam sulfat dan permukaan asam sulfat turun. Oleh sebab itu, perlu ditambah air accumulator kembali. Susunan accumulator yang akan disetrum (diisi) dalam keadaan masih kosong, yaitu Kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbSO4), Kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (PbSO4), Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) encer. Reaksi kimia saat accumulator diisi, yaitu Pada elektrolit : H2SO4 →2H+ + SO42– Pada anode : PbSO4 + SO42– + 2H2O→ PbO2 + 2H2SO4 Pada katode: PbSO4 + 2H+ → Pb + H2SO4 Jadi, saat penyetruman accumulator pada prinsipnya mengubah anode dan katode yang berupa timbal sulfat (PbSO4) menjadi timbal dioksida (PbO2) dan timbal murni (Pb) Teori Dasar Sel Listrik Baterai merupakan sistem elektrokimia. Tiap sel baterai terdiri atas 2 elektroda yang berbeda, dipisahkan satu sama lain dalam cairan penghantar yang disebut elektrolit. Masing-masing elektroda memiliki sistem sendiri dan menghasilkan potensial yang berbeda. Perbedaan potensial di antara keduanya disebut elektromotive force. Energi kimia yang dihasilkan dari reaksi sel merupakan sumber listrik yang disuplai baterai ketika digunakan (discharge). Zat-zat pereaksi dalam sel sekunder secara lengkap dan efisien dapat dikembalikan ke keadaan asalnya dengan memberikan arus listrik (charging) dengan arah yang berlawanan, tetapi dalam sel primer hal ini tidak mungkin atau hanya sebagian saja. Hanya jenis tertentu saja dari baterai primer yang dapat diperbaharui, yaitu dengan cara mengganti elektroda dan elektrolitnya. Ketika dua terminal sel dihubungkan dengan sirkuit luar dengan kabel, arus yang mengalir proporsional dengan besarnya emf dan berbanding terbalik dengan besarnya hambatan baterai dan sirkuit luar. Arus mengalir melewati elektrolit oleh partikel bermuatan, yang disebut ion dan melewati bagian logam dari sirkuit oleh elektron. Reaksi kimia terjadi pada permukaan elektroda di mana terjadi perubahan dari konduksi elektronik menjadi konduksi ionik dan sebaliknya. Material katodik biasanya terbuat dari senyawa kimia seperti, PbO 2, MnO2, NiO2, CuCl, atau AgCl. Mereka adalah agens depolarisasi. Dicirikan dengan mudahnya menerima elektron, akibatnya tingkat oksidasinya turun. Di lain pihak material anodik, biasanya logam seperti Pb, Fe, Cd, Mg atau Zn. Sifatnya mudah melepaskan elektron membentuk ion positif dalam elektrolit. Reaksinya disebut oksidasi. Reaksi reduksi dan oksidasi disertai dengan perubahan kimia. Mungkin juga terdapat perubahan di dalam elektrolit. Perubahan tersebut mengikuti hukum Faraday tentang elektrolisis. Ketika baterai mensuplai arus listrik dikatakan baterai tersebut sedang di-discharge. Perubahan dari energi kimia ke energi listrik berlangsung menurut hukum termodinamika. Elektrolit yang menyediakan konduksi ionik antar elektroda harus disesuaikan dengan bahan katoda dan anoda. Dalam elektrolit perlu adanya jumlah asam yang berlebih dibandingkan jumlah yang diperlukan secara teoritis. Kalau tidak ia akan terlalu larut dan terlalu resisten terhadap aliran arus listrik. Perubahan yang tidak diinginkan juga bisa terjadi. Laju reaksi akan sebanding dengan pertukaran elektron antar elektroda, hal ini tergantung pada difusi, suhu, permukaan efektif, dan kondisi dari sirkuit listrik. Reaksi dalam sel kering Pada prinsipnya reaksi dalam baterai dapat dituliskan sebagai berikut: Zn + 2MnO2 → ZnO.Mn2O3 Grafit atau karbon yang dicampur dengan mangan dioksida tidak mempunyai pengaruh dalam reaksi, meskipun demikian peranannya sangat penting. Mangan dioksida adalah penghantar listrik yang buruk, grafit atau karbon ditambahkan untuk meningkatkan daya campuran. Asetilen black lebih baik karena mempunyai sifat adsorptif yang sesuai. Ketika baterai mengantarkan arus listrik, mangan dioksida kehilangan oksigen sementara itu seng yang bertindak sebagai elektroda positif teroksidasi. Mangan dioksida umumnya bersifat tidak larut, tetapi Mn2+ yang larut ditemukan dalam larutan asam. Ternyata terjadi kesetimbangan antara kedua jenis mangan tersebut yang tergantung pada pH larutan. Reaksi dalam asam menghasilkan garam yang larut, sedangkan dalam basa oksida yang tidak larut diperoleh. Dalam larutan asam Mn2+ berada dalam keadaan setimbang dengan MnO2 dan perubahan potensial 0,12 V per unit perubahan pH. Dalam larutan basa konsentrasi Mn2+ sangat rendah dan hasil reaksi utamanya adalah oksida Mn3+. Dalam hal ini terjadi perubahan potensial 0,06 V per unit pH. Mangan diklorida dapat terdapat dalam sel kering namun jumlahnya sangat kecil karena pH elektrolit lebih tinggi dari keadaan yang sesuai dengan MnCl2 tersebut. Dalam pH yang tinggi reaksi sel yang terjadi adalah: 2e- + 2MnO2 + 2H+ → Mn2O3.H2O dan Zn + 2OH- →Zn(OH)2 + 2e- yang akan memberikan : Zn + 2H2O + 2MnO2 → ZnO + H2O + Mn2O3.H2O Kemudian akan menjadi : Zn + 2MnO2 → ZnO.Mn2O3 Hetaerolit adalah bentuk kristal tanpa air, oleh karenanya dimungkinkan untuk menghilangkan air di kedua sisi reaksi di atas. Persamaan reaksi di atas merupakan persamaan reaksi dasar dalam sel kering yang memperlihatkan transfer oksigen dari elektroda yang satu ke lainnya, namun tidak menjelaskan tentang elektrolit atau kondisi dinamis yang terjadi selama proses discharge. Beberapa elektrolit selain amonium klorida telah digunakan, di antarnya adalah magnesium klorida, kalsium klorida, metilamin hidroklorida dan garam-garam yang lain dengan gugus alkil berupa metil dan etil. Nilai emf dari berbagai elektrolit ini tidak terlalu berbeda, tetapi shelf life dan hambatan internalnya yang berbeda. Zinc klorida yang ditambahkan ke dalam elektrolit mempunyai peranan yang penting ditambah lagi zinc klorida yang terbentuk selama proses discharge. Zat ini membantu mempertahankan tegangan kerja sel dengan jalan hidrolisis untuk menghasilkan reaksi asam. Ketika ion Zn dalam campuran sedikit, akan terbentuk manganit (Mn2O3.H2O), bukannya hetaerolit. Di bawah kondisi yang dinamis, yaitu ketika sel secara aktif di-discharge, beberapa reaksi mungkin terjadi. Terjadi perubahan pH yang tergantung pada lama dan besarnya beban selama discharge. Kekurangan ion Zn tidak akan menimbulkan pembentukan hetaerolit, reaksi yang terjadi adalah: 2MnO2 + 2NH4+ + 2e- → Mn2O3.H2O + 2NH3 Amonia terbentuk di bawah kondisi demikian. Dalam jumlah yang sedikit H2 akan keluar dari sel. Ketika jumlah NH3 meningkat, senyawa ini akan bereaksi dengan ZnCl2 membentuk zinc klorida diamina (ZnCl2.2NH3). Mungkin tak satupun reaksi yang dapat digambarkan selama proses discharge sel kering. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan keadaan transisi masing-masing reaksi yang terlihat saling bergabung satu dengan lainnya. Gabungan beberapa sel membentuk baterai Bahan dasar untuk membuat baterai kering terdiri atas 5 bahan utama, yaitu: black mix, paste, carbon rod, Zn can, dan top seal. Black mix Black mix terdiri atas mangan dioksida dengan karbon atau asetilen black dan grafit yang sesuai sebagai katoda dan depolarizer. Mangan dioksida dihancurkan dulu hingga mencapai 80% atau lebih butirannya dapat melewati saringan 200 mesh. Natural mangan maupun artifisial dapat digunakan bersama-sama, namun biasanya proporsi mangan artifisial tidak lebih dari 30% karena harganya yang mahal. Penggunaan mangan artifisial meningkatkan output listrik dari sel. Ratio antara mangan dioksida dengan karbon dalam black mix bervariasi antara 3:1 hingga 8:1 berdasarkan beratnya. Nilai ini biasanya disebut nilai M/C. Sejumlah kecil amonia ditambahkan ke dalam campuran karena kelarutan amonia dalam elektrolit masih kurang mencukupi. Bahan-bahan ini pertama dicampurkan dalam keadaan kering, lalu dibasahi dengan sejumlah elektrolit yang diaplikasikan dengan cara spraying. Proses mixing ini dilanjutkan hingga diperoleh campuran yang seragam dan bebas dari kotoran serta partikel yang tidak rata. Biasanya 2-5 menit cukup untuk dry mixing, dilanjutkan dengan wet mixing selama 10 menit. Untuk mengetahui apakah campuran itu telah mencapai derajat kebasahan yang cukup ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Metode yang sederhana adalah dengan memberikan tekanan kepada sampel sampai dikeluarkan cairan dari dalamnya. Kira-kira diperlukan tekanan sebesar 20-34 kgf/cm2. Sampel ditempatkan dalam silinder logam yang dibagian bawahnya terbuka. Selain itu diletakkan pula kertas saring di atas pelat zinc. Listrik dihubungkan di antara silinder dan pelat. Besarnya press humidity dan tegangan campuran kemudian dapat diketahui dari skala. Campuran yang sudah memenuhi standar dibentuk sesuai dengan tinggi dan diameter yang telah ditentukan dan dinamakan bobbinatau cores. Elektrolit dari sel kering adalah campuran amonium klorida dengan zinc klorida. Larutan ini digunakan dalam pembuatan pasta dan sebagai larutan pembasuh dalam pembuatan black mix. Amonium klorida atau sal ammoniac adalah klorida yang paling cocok bagi reaksi sel. Namun sifatnya korosif dan ketika discharge ia menyerang zinc can. Di lain pihak, zinc klorida mempunyai peranan yang cukup penting, terutama untuk mempertahankan tegangan kerja dari sel. Keberadaannya juga mampu menghambat serangan korosi amonium klorida terhadap Zn. Hidrolisis zinc klorida membantu mempertahankan pH elektrolit yang diinginkan dan meningkatkan tegangan sel. Lapisan pasta sebagai separator antara anoda Zn dengan katoda dan juga sebagai reservoir elektrolit. Biasanya pasta terdiri atas campuran 2 bagian tepung jagung dengan 1 bagian tepung terigu dan dibuat pasta dengan penambahan elektrolit. Baik zinc klorida maupun amonium klorida, keduanya memicu proses gelatinisasi. Batang karbon yang terletak di tengah-tengah campuran dan sering disebut elektroda positif, walaupun sebenarnya hanya merupakan kolektor dan konduktor arus listrik dari katoda ke terminal positif eksternal sel. Zn can yang berfungsi sebagai anoda dan kontainer sel. Top seal yang menutupi sel dan membuatnya dapat dipakai dalam segala posisi. Seal tersebut jelas merupakan bahan isolator yang terikat dengan cap pada batang karbon dan top rim dari kontainer zinc. Inhibitor untuk mengurangi korosi zinc Untuk mengurangi aksi lokal pada Zn, telah dikenal proses amalgamasi, misalnya dengan pemberian merkuri klorida. Sangat baik bila dilakukan amalgamasi pada zinc baterai kering karena mereka akan digunkan pada temperatur ruang, meskipun jumlah merkuri yang digunakan terbatas karena efek destruktifnya terhadap kekuatan mekanik dari Zn. Ketika sel diekspos pada temperatur yang lebih tinggi, efek amalgamasi ini cenderung berkurang. Lapisan kromat telah digunakan secara komersial sebagai inhibitor dalam sel kering. Pada temperatur ruang penambahan kalium dikromat cukup efektif, apalagi pada temperatur 54°C, hasilnya lebih baik daripada dengan merkuri klorida. Pada sel kering reaksi terjadi pada Zn ada 2 tipe. Pertama adalah reaksi discharge yang memberikan energi listrik yang berguna. Reaksi tersebut berjalan menurut persamaan : Zn + 2MnO2→ZnO.Mn2O3 Reaksi ini tidak menyebabkan timbulnya gas H2. Reaksi kedua adalah serangan korosi lokal yang menimbulkan gas H2. Ini menunjukkan energi yang tidak berguna dan dihasilkan dari daerah anodik dan katodik dari Zn. Reaksi pada anoda adalah : Zn → Zn2+ + 2eSedangkan pada katoda, reaksinya adalah: Zn2+ + 2NH4Cl + 2e- → Zn(NH3)2Cl2 + H2 Dalam rangka pencarian inhibitor yang efektif, banyak material telah dicoba, kebanyakan merupakan senyawa organik. Senyawa tersebut mengandung gugus karbonil, seperti furfural, senyawa yang berisi nitrogen heterolik misalnya aldin, dan beberapa produk komersial lainnya telah terbukti efektif dalam menghambat reaksi korosi Zn dalam elektrolit sel kering, tetapi kebanyakan juga tidak berguna dalam sel lengkap karena ternyata mereka bereaksi dengan lapisan dinding pasta atau membentuk lapisan yang tidak larut di atas permukaan anoda Zn yang menghasilkan hambatan internal bagi sel. Di lain pihak mateial koloid yang lumrah terdapt dalam dinding pasta juga memiliki aktivitas inhibisi. Pada tepung gandum, terdapat protein koloidal yang mempunyai agens inhibisi yang dinamakan gluten. Konstituen yang tergolong gluten di antaranya adalah glutenin, gliadin, dan mesonin. Gliadin dan mesonin terbukti cukup baik dalam menghambat korosi Zn. Pada prinsipnya reaksi kimia dalam baterai kering dapat dituliskan sebagai berikut : Zn + 2MnO2 → ZnO.Mn2O3 Grafit atau karbon ditambahkan ke dalam mangan dioksida untuk meningkatkan daya hantar listrik campuran. Asetilen hitam lebih baik karena mempunyai sifat adsorptif yang sesuai terhadap mangan. Bahan karbon ini tidak terlibat langsung dalam reaksi. Ketika baterai mengantarkan arus listrik, mangan dioksida kehilangan oksigen dan mengalami reduksi, sementara itu zinc yang bertindak sebagai elektroda positif teroksidasi. Reaksi ini mengikuti hukum Faraday tentang elektrolisis. Dalam suasana basa, reaksi sel yang terjadi adalah : 2e- + 2MnO2 + 2H+→ Mn2O3.H2O Zn + 2OH- → Zn(OH)2 + 2eKedua persamaan tersebut akan memberikan : Zn + 2H2O + 2MnO2 → ZnO + H2O + Mn2O3.H2O Kristal mangan hetaerolit adalah bentuk kristal yang tidak mengandung air, oleh sebab itu H2O dihilangkan dalam persamaan reaksi di atas. Dengan demikian persamaan reaksinya menjadi : Zn + 2MnO2 → ZnO.Mn2O3 Dari persamaan dasar baterai di atas dapat diketahui alur transfer oksigen dari elektroda yang satu ke elektroda lainnya, namun keadaan elektrolit atau kondisi dinamis yang terjadi selama proses pemakaian baterai (discharge) tidak terungkap. Reaksi yang sebenarnya memang sangat kompleks dan sulit untuk dituliskan karena sulitnya menentukan keadaan transisi masing-masing senyawa selama reaksi berlangsung. Beberapa elektrolit selain amonium klorida telah digunakan, di antaranya adalah magnesium klorida, kalsium klorida, metilamin hidroklorida dan garam-garam yang lain dengan gugus alkil berupa metil dan etil. Nilai emf dari berbagai elektrolit ini tidak terlalu berbeda, tetapi shelf life dan hambatan internalnya yang berbeda. Zinc klorida yang ditambahkan ke dalam elektrolit mempunyai peranan yang penting untuk mempertahankan tegangan kerja sel dengan jalan hidrolisis menghasilkan reaksi asam. Bila terjadi kekurangan ion Zn2+ dalam campuran, maka akan terbentuk manganit (Mn2O3.H2O) menggantikan hetaerolit. Reaksi yang terjadi adalah : 2MnO2 + 2NH4+ + 2e- → Mn2O3.H2O + 2NH3 Produk samping dari reaksi di atas adalah amonia. Dalam jumlah yang sedikit H2 akan keluar dari sel. Ketika jumlah NH3 meningkat, senyawa ini akan bereaksi dengan ZnCl2 membentuk zinc klorida diamina (ZnCl2.2NH3). Dasar Teori 1. Elektrolisis Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan elektrolit.Elektroda yang digunakan dalam proses elektolisis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a. Elektroda inert, seperti kalsium (Ca), potasium, grafit (C), Platina (Pt), dan emas (Au). b. Elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak (Ag) Elektrolitnya dapat berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara elektrolit dan elektroda menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis, yaitu: a. Elektrolisis larutan dengan elektroda inert b. Elektrolisis larutan dengan elektroda aktif c. Elektrolisis leburan dengan elektroda inert Pada elektrolisis, katoda merupakan kutub negatif dan anoda merupakan kutub positif. Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi. 2. Sel elektrolisis Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya reaksi redoks yang tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Contohnya adalah elektrolisis lelehan NaCl dengan elektroda platina. Contoh lainnya adalah pada sel Daniell jika diterapkan beda potensial listrik dari luar yang besarnya melebihi potensial sel Daniell. 3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Elektrolisis a. Jenis elektroda yang digunakan b. Kedudukan ion dalam siri elektrokimia c. Kepekatan ion 4. Perbedaan Antara Sel Elektrolisis / Sel Kimia Sel Elektrolisis dialirkan melalui elektrolit, ion-ion akan terurai dan bergerak ke masingmasing anoda dan katoda. Penguraian elektrolit dilakukan oleh arus elektrik.Anion bergerak menuju ke elektroda anoda manakala Kation bergerak menuju ke elektroda katoda. Sel Kimia Sel kimia ialah sel yang menghasilkan tenaga elektrik melalui tindakbalas kimia. Sel kimia dibina daripada dua logam (elektrod) yang berlainan dicelupkan kedalam suatu larutan masing- masing elektrolit. Elektroda Zn dicelupkan ke dalam larutan ZnSO4, Elektroda Cu dicelupkan ke dalam larutan CuSO4 dan dihubungkan oleh satu jembatan garam. Arus yang terhasil ialah sebanyak 1.10A. 5. Contoh Elektrolisis a. Proses penyepuhan Yaitu proses perubahan Energi listrik menjadi Energi kimia. Proses ini melibatkan Elektroda (logam-logam yang dihubungkan dengan sumber listrik) dan Elektrolit (cairan tempat logam-logam tadi dicelupkan). Penyepuhan berguna untuk melapisi logam untuk perhiasan, atau juga untuk pencegahan karat/korosi, seperti pada pipa atau besi, yang dilapisi oleh campuran besi (Fe) dan Seng (Zn), yang disebut proses galvanisasi. Elektrolisis ini adalah kebalikan dari proses yang terjadi pada baterei atau aki, dimana pada sumber listrik itu terjadi proses perubahan dari energi kimia menjadi energi Listrik. b. Elektrolisis Leburan Kalium Bromida Ion kalium bergerak ke katoda/ ion bromida bergerak ke anoda. Anoda: Ion bromida menyahcas secara membebaskan elektron kepada anoda. 2Br- + 2e → Br2 Dua atom bromin akan membentuk satu molekul dwiatom bromin. Gas bromin berwarna perang terbebas pada anode. - Katoda: Ion kalium menyahcas secara menerima elektron daripada katode. K+ + e → K Logam kalium berkilau terbentuk pada katoda c. Elektrolisis aluminium oksida lebur. Ion-ion Al3+ dan O2- dibebaskan apabila aluminium oksida dileburkan. Ion Al3+ tertarik ke katod dan ion O2- tertarik ke anoda semasa elektrolisis. Pemerhatian: - Di anoda. Gas oksigen terhasil apabila ion-ion O2- membuang elektron seperti berikut; 2O2- → O2 + 4e Di katoda. Logam aluminium berkilat terhasil apabila ion-ion Al3+ menerima elektron. Al3+ + 3e → Al