P e n g a n t a r Rekan-rekan pengkhotbah Yang dikasihi Kristus, Selamat Natal 2013 dan Tahun baru 2014. Senang sekali dapat menjumpai rekan-rekan sekalian di tahun 2014 ini melalui Bahan Khotbah Sumber Air Hidup Sinode GKSBS semester ganjil (Januari-Juni) 2014. Bahan Khotbah, semester ganjil 2014 ini, disajikan dalam bentuk Rancangan Khotbah dan dilengkapi dengan khotbah jadi. Contoh khotbah jadi disajikan dengan maksud sebagai pembanding dari khotbah yang telah temanteman buat. Bukan untuk dibacakan langsung pada waktu khotbah. Karena situasi dan konteks khotbah jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi dan konteks yang teman-teman hadapi. Dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas pengkhotbah, akan sangat baik bila para pengkhotbah berkenan mempelajari lebih dahulu rancangan khotbah ini, membuat khotbahnya sendiri dan membandingkannya dengan contoh khotbah jadi. Bila memungkinkan dapat diadakan persiapan bersama para pengkhotbah. Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis; Pdt. Prasetyanto Aji (PA), Pdt. Joko Nawanto (JN), Pdt. Yohanes Eko Prasetyo (YEP), Pdt. Bambang Nugroho Hadi (BNH), Pdt. Kristiawan Heru (KH), Pdt. Praningotan Siagian (PS), serta Pdt. A.T. Hariyanto (ATH) Kiranya jerih lelah dan pelayanan saudara menjadi berkat bagi banyak orang dan mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan. Akhir kata, kiranya Bahan Khotbah ini menjadi berkat bagi kita sekalian dan bagi seluruh anggota jemaat se sinode GKSBS, demi kemuliaan Allah Tritunggal. Selamat berkhotbah, Tuhan Yesus memberkati. Metro, November 2013 a.n. MPS GKSBS Pdt. Christya Prihanto Poetro, M.Th. Sekretaris 1 RANCANGAN KOTBAH 1 JANUARI 2014 Tahun Baru, Warna Liturgi Putih Bacaan Leksionari: Bilangan 6:22-27; Mazmur 67:2-3,5-8;Galatia 4:4-7; Lukas 2:16-21 Thema: SEMOGA KITA MENJADI BERKAT! Bacaan: Mazmur 67:2-3, 5, 6, 8. A. Tujuan: 1. Anggota jemaat meyakini bahwa Allah akan senantiasa memberkati umatNya. 2. Anggota jemaat memahami bahwa Allah memiliki rencana atas berkat yang biberikanNya. B. Latarbelakang Teks Dalam kitab ini dicerminkan idealisme keagamaan yang saleh dan persekutuan dengan Allah, penyesalan karena dosa, dan pencarian akan kesempurnaan, berjalan dalam kegelapan, tanpa ketakutan, oleh terang iman; tentang ketaatan kepada hukum Taurat Allah, gairah berbakti kepada Allah, persekutuan dengan sesama pengikut Allah, penghormatan terhadap Firman Allah; tentang kerendahan hati di bawah cambuk yang mengajar, kepercayaan yang teguh kendati kejahatan merajalela dan ketenangan di tengah-tengah kegalauan. Para penyair Ibrani diilhami untuk menerima pengetahuanpengetahuan rohani dan pengalaman-pengalaman keagamaan di atas dan menjadikannya tema nyanyian-nyanyian mereka. Tetapi harus diingat bahwa Mazmur adalah syair, dan syair dimaksudkan untuk dinyanyikan, bukan kesimpulan dogma atau doktrin, juga bukan kotbah. Karena itulah judul Mazmur dalam bahasa Ibrani ialah tehillim, ‘nyanyian-nyanyian pujian’. Dan mazmur-mazmur itu juga mengungkapkan agama Israel, yakni agama yang menjadi warisan para pemazmur itu, bukan hanya pengalaman-pengalaman keagamaan mereka secara pribadi. Mazmur Pasal 67 dalam pengelompokkan mazmur masuk ke dalam kategori mazmur syafaat bersama dengan pasal 21, 89 dan 122. 2 Sebagai mazmur syafaat didalamnya para pemazmur biasanya mendoakan raja, bangsa mereka sendiri, bangsa-bangsa lain, keluarga Daud dan Yerusalem. C. Penjelasan Teks Nyanyian syukur ini luar biasa keindahannya, kesederhanaannya, serta pandangan dunianya. Barangkali ayat 7 menunjukkan dalam peristiwa apakah nyanyian syukur ini dipergunakan, di mana klimaksnya diekspresikan sehubungan dengan ucapan syukur atas hasil panen. Sangat mungkin nyanyian tersebut merupakan bagian dari musik untuk Perayaan Pentakosta atau Hari Raya Pondok Daun. Pesta pondok daun menggabungkan dua unsur; di satu pihak, tindakan penyelamatan Allah terhadap Israel dan pemberian karuniaNya pada mereka (bnd. Ul. 26:111); di pihak lain, pengharapan semesta mengenai pemeliharaan Allah yang penuh karunia atas dunia. Pesta ini memberikan gambaran apa yang telah dilakukan Allah terhadap Israel merupakan perlambang dari apa yang Ia akan lakukan bagi dunia ini; berkat bagi bangsa Israel melambangkan berkat-berkat semesta. Ayat 2. Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, Sela. Adalah gema dari berkat Imamat dalam Bilangan 6:24-26. Kata-kata pemazmur ini hendak mengungkapkan syafaat yang memohon kepada Allah untuk mengasihi umatNya dan memberkatinya. Allah memberkati panenan, ternak, binatang yang besar atau yang kecil, musim demi musim, keturunan dan lain sebagainya. Demikian juga pemazmur dan umat merindukan kehadiran dan penyertaan Allah. “Kiranya Ia menyinari” adalah sebuah ungkapan yang khas dan mengandung pengertian akan kerinduan diperkenan dan disertai Allah, wajah Allah yang bersinar menjadi jaminan akan keselamatan hidup mereka. Ayat 3, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Ayat ini hendak menegaskan bahwa umat Allah, Israel, dinampakkan sebagai cerminan Allah di mana semua bangsa dapat melihat Allah. Maksud dari Berkat-berkat Allah adalah supaya jalan-Mu dikenal di bumi. Ucapan berkat terkenal yang dikatakan oleh imam dalam Bilangan 6:24-26 disesuaikan untuk dipakai orang pertama, dengan 3 maksud untuk menyajikan dasar bagi misi Israel yang lebih besar. Pemeliharaan penuh kasih oleh Allah dilihat sebagai alat untuk membawa semua orang berpaling kepada Allah. Israel harus menjadi saksi untuk menyebarluaskan pengenalan akan Allah. Ayat 5-6, Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersoraksorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Sela. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Harapan akan Berkat yang Berkelanjutan. Allah memberkati kita. Pemazmur mengulangi refrein penting itu untuk mengaitkannya dengan permohonan pada ayat 2. Ketika Israel diberkati mereka akan membawa sukacita. Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi orang-orang disekitar mereka pun akan merasakan sukacita dan kebaikan Allah yang memberkati mereka. Orang-orang di sekitar mereka akan melihat ketaatan dan kesetiaannya pada Allah dan Allahlah yang memberkati mereka. Ketika mereka diberkati bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi berkat itu dipakai juga untuk menjadi kesaksian bagi dunia. Dengan berkat Allah tersebut, hidup mereka pun menjadi berkat bagi orang lain dan terlebih bagi pekerjaan Allah. Ayat 7-8, Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia! Pernyataan bahwa tanah telah memberi hasilnya rupanya merupakan hubungan jelas antara mazmur itu dengan perayaan-perayaan panen yang penuh sukacita. Ayat 8 menjelaskan gagasan ayat 2 yang mengekspresikan harapan agar Allah terus memberkati supaya misi Israel bisa diselesaikan. D. Konteks Masa Kini 1. Kita meninggalkan Tahun 2013 dengan berbagai pengalaman kehidupan. Ada berkat dan pemeliharaan Tuhan yang indah dan juga ada pergumulan dan tantangan yang mampu kita lalui juga dalam penyertaan Tuhan. Dan memasuki Tahun 2014 dengan penuh pengharapan dan pemahaman akan adanya hari baru, tahun baru, dan harapan baru. 4 2. Mensyukuri Penyertaan Tuhan selama pelayanan tahun 2013 dan membuat evaluasi serta perencanaan pelayanan tahun 2014. Mengapresiasi capaian-capaian yang telah dilakukan dan belajar dari kegagalan sebagai cambuk untuk menjadi lebih baik. 3. Kondisi perekonomian yang mungkin masih sulit sebagai dampak melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika di akhir tahun 2013 akan berdampak tingginya biaya hidup dan melemahnya kemampuan daya beli masyarakat. 4. Menyadari bahwa Tahun 2014 adalah Tahun Politik, dimana akan ada hajatan besar pesta demokrasi Bangsa Indonesia untuk memilih Calon Pemimpin melalui Pemilu Legislatif untuk memilih Anggota DPR, DPD dan DPRD pada tanggal 9 April 2014 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 9 Juli 2014. 5. Konflik kepentingan yang diakibatkan dari Tahun Politik dapat menyebabkan gesekan pada masyarakat dan terciptanya perpecahan. E. Saran Penyusunan Kotbah: 1. Pendahuluan Awali kotbah dengan Mengucapkan Selamat Tahun Baru. Berikan pertanyaan, apakah anggota jemaat sudah melakukan evaluasi terhadap tahun yang ditinggalkan dan telah membuat perencanaan terhadap tahun yang sedang dimasukinya. Ajak anggota jemaat untuk mensyukuri pengalaman hidup di tahun 2013 dengan segala peristiwanya dan menatap tahun 2014 dengan pengharapan seperti umat Israel yang senantiasa diberkati oleh Tuhan. 2. Isi Pengkotbah menyampaikan apa yang tertulis dalam penjelasan teks dengan pokok penting sebagai berikut: Meyakinkan bahwa Tuhan akan memberkati dan menyertai umatNya. Meneguhkan anggota Jemaat yang sudah diberkati untuk memberkati sesamanya sesuai konteks. 3. Penutup 5 Pengkotbah menekankan kepada Jemaat bahwa janji berkat Tuhan diberikan secara menyeluruh dalam setiap bagian hidup kita dan mengajak jemaat telah diberkati oleh Tuhan untuk berbagi. F. Liturgi: Nats pembimbing: Bilangan 6 : 22 – 27 Berita anugerah: Galatia 4 : 4 – 7 Nats Persembahan: 1 Yohanes 3 : 17 – 18 Lagu-Lagu: 1. KJ 4 PKJ 27 2. KJ 242 PKJ 58 3. KJ 33 PKJ 43 4. KJ 332 PKJ 123 5. KJ 337 PKJ 264 6. KJ 346 PKJ 203 G. Contoh Kotbah Jadi SEMOGA KITA MENJADI BERKAT! Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, saya mengucapkan: Selamat Tahun Baru.....! bagaimanakah kabarnya saudara-saudara di awal Tahun 2014 ini? Saudara-saudara....., kita baru saja meninggalkan Tahun 2013 dengan berbagai cara; mungkin ada diantara saudara yang berpesta penuh kemeriahan, ada yang begadang semalaman, dan mungkin ada pula yang berkumpul keluarga penuh kebahagiaan, atau mungkin ada juga yang menikmati tidur lelap sepanjang tahun, tidur diakhir tahun 2013 sampai di awal tahun 2014, sehingga tidak bertemu dengan hiruk-pikuk pergantian tahun. Setiap kita tentu memiliki catatancatatan yang berbeda untuk Tahun 2013 yang kita lewati. Kita meninggalkan Tahun 2013 dengan berbagai pengalaman kehidupan. Pasti ada berkat dan pemeliharaan Tuhan yang indah pada setiap kita dan juga tentu ada pergumulan dan tantangan, baik itu tantangan dan pergumulan yang berat atau ringan dan mampu kita lalui 6 juga dalam penyertaan Tuhan. Dan memasuki Tahun 2014 dengan penuh pengharapan dan pemahaman akan adanya hari baru, tahun baru, dan tentu harapan baru. Mensyukuri Penyertaan Tuhan dan membuat evaluasi serta perencanaan tahun 2014. Mengapresiasi capaian-capaian yang telah dilakukan dan belajar dari kegagalan sebagai cambuk untuk menjadi lebih baik di tahun pengharapan. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, nyanyian pada Mazmur 67 ini luar biasa keindahannya, kesederhanaannya, serta pandangannya tentang dunia. Jika kita memperhatikan, sepertinya ayat 7 pada bacaan ini menunjukkan dalam peristiwa apakah nyanyian syukur ini dipergunakan, di mana puncaknya diwujudkan sehubungan dengan ucapan syukur atas hasil panen. Sangat mungkin nyanyian tersebut merupakan bagian dari musik untuk Hari Raya Pondok Daun. Pesta Pondok Daun dalam tradisi Israel menggabungkan dua unsur yaitu; di satu pihak, tindakan penyelamatan Allah terhadap Israel dan pemberian karuniaNya pada mereka (bnd. Ul. 26:1-11); di pihak lain, pengharapan semesta mengenai pemeliharaan Allah yang penuh karunia atas dunia. Pesta ini memberikan gambaran apa yang telah dilakukan Allah terhadap umat Israel yang merupakan perlambang dari apa yang Ia akan lakukan bagi dunia ini; berkat bagi bangsa Israel melambangkan berkat-berkat semesta bagi bangsa-bangsa lainnya. Kalau kita melihat ayat 2 bacaan di atas, dikatakan: Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya. Ini adalah gema dari berkat Imamat yang ada di dalam Bilangan 6:24-26 yang menjadi nats pembimbing bagi kita. Kata-kata pemazmur ini hendak mengungkapkan syafaat yang memohon kepada Allah untuk mengasihi umatNya dan memberkatinya. Allah kiranya memberkati panenan, ternak, binatang yang besar atau yang kecil, musim demi musim, keturunan dan lain sebagainya. Demikian juga pemazmur dan umat merindukan kehadiran dan penyertaan Allah. Doa mereka “kiranya Ia menyinari” adalah sebuah ungkapan yang khas dan mengandung pengertian akan kerinduan diperkenan dan disertai Allah, penggambaran tentang wajah Allah yang bersinar kepada mereka menjadi jaminan akan keselamatan hidup mereka. Dan pada ayat penutup, ayat 7 dan 8 diulangi lagi tema tentang berkat Allah. Harapan 7 akan Berkat yang Berkelanjutan. Allah memberkati kita. Pemazmur mengulangi refrein penting itu untuk mengaitkannya dengan permohonan pada ayat 2 yang mengekspresikan harapan agar Allah terus memberkati supaya misi bagi Israel bisa diselesaikan. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, lalu apakah misi Allah bagi Israel dalam nyanyian pemazmur terbut bagi bangsa-bangsa? Ada beberapa pokok penting berkaitan dengan apa yang menjadi pengharapan yang diungkapkan pemazmur berkaitan dengan misi Allah tersebut, yaitu: Pertama, Bangsa-bangsa mengenal dan diselamatkan Allah. Ayat 3 bacaan kita mengatakan, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Ayat ini hendak menegaskan bahwa umat Allah, Israel, dinampakkan sebagai cerminan Allah di mana semua bangsa dapat melihat Allah. Melalui berkat-berkat yang diterimanya dan sekaligus penyertaan Allah kepada bangsa pilihanNya itu supaya jalan-Mu dikenal di bumi. Ucapan berkat terkenal yang dikatakan oleh imam dalam Bilangan 6:24-26: “TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”. dipakai dengan maksud untuk menyajikan dasar bagi misi Israel yang lebih besar. Pemeliharaan penuh kasih oleh Allah dilihat sebagai alat untuk membawa semua orang, semua bangsa berpaling kepada Allah. Israel harus menjadi saksi untuk menyebarluaskan pengenalan akan Allah agar bangsa-bangsa mengalami keselamatan. Kedua, Bangsa-bangsa bersyukur kepada Allah. Pemazmur mengatakan: Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Sela. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu (ay 5-6). Nyanyian tersebut berisi harapan akan berkat yang berkelanjutan atau terus menerus. Ketika Israel diberkati mereka akan bersukacita dan tidak itu saja, tetapi mereka akan membawa sukacita. Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi orang-orang disekitar mereka pun akan merasakan sukacita dan kebaikan Allah yang 8 memberkati mereka. Orang-orang di sekitar mereka akan melihat ketaatan dan kesetiaannya pada Allah dan Allahlah yang memberkati mereka. Ketika mereka diberkati bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi berkat itu dipakai juga untuk menjadi kesaksian bagi dunia. Dengan berkat Allah tersebut, hidup mereka pun menjadi berkat buat orang lain dan terlebih bagi pekerjaan Allah. Ketiga, Segala ujung bumi takut akan Tuhan. Pemazmur dalam nyanyiannya hendak menegaskan lagi bahwa segala berkat yang diberikan kepada umatNya hendak mengekspresikan atau menyatakan kasih setianya kepada seluruh ciptaan. Dan berangkat dari kasihNya yang diwujudkan dalam berkat-berkat kepada umat pilihan akan membuat seluruh penjuru dunia akan semakin tunduk, hormat dan beribadah kepadaNya. Seperti nyanyiannya: Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia! (ay.8). Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, apakah pengharapan kita hari ini, di hari pertama Tahun 2014? Tentulah kita berharap seperti pemazmur, untuk diberkati oleh Allah dan WajahNya menyinari kita serta kita dipimpin olehNya menghadapi segala hal yang akan terjadi di tahun yang baru. Namun seperti nyanyian pemazmur, bahwa berkat, penyertaan dan pemeliharaan Allah itu bertujuan agar bangsa-bangsa bersyukur, agar seluruh ujung bumi takut akan Dia. Kita adalah umat milik Tuhan seperti Israel. Kita sudah mengalami berkat dan perlindungan Tuhan, dan Tuhan sudah menyinari kita dengan wajahNya. Karena itu bagi kita yang hidup di zaman ini, berkat Tuhan yang sering kita terima di akhir ibadah kita menegaskan akan kepemilikan TUHAN atas hidup kita sepenuhnya. Hidup yang harus berbagi berkat dalam situasi apapun. Di awal tahun 2014 memang kita diperhadapkan dengan berbagai situasi yang sulit diprediksi. Kita masih akan mengalami dampak ekonomi dunia yang melemah, terlebih lagi menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar akan menyebabkan kebutuhan yang berasal dari luar negeri menjadi mahal, contohnya barang-barang elektronik, bahkan kebutuhan makanan sehari-hari kita seperti tahu dan tempe. Akibatnya pendapatan kita semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan yang semakin besar. Mari kita berbagi berkat berupa pengalaman menghadapi 9 tantangan kehidupan dengan saling menopang satu dengan yang lain. Peka terhadap kebutuhan sesama yang membutuhkan berkat yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Demikian juga kita diperhadapkan dengan Tahun Politik. Menyadari bahwa Tahun 2014 adalah Tahun Politik, dimana bangsa Indonesia akan mengadakan hajatan besar Pesta Demokrasi untuk mendapat Calon Pemimpin Bangsa melalui Pemilu Legislatif untuk memilih Anggota DPR, DPD dan DPRD pada tanggal 9 April 2014 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 9 Juli 2014. Kita harus berdoa agar Tuhan memberkati, melindungi dan memberi damai sejahtera kepada Indonesia. Sehingga kita akan diberkati Tuhan dengan munculnya pemimpin-pemimpin yang akan menyuarakan syalom Allah, damai sejahtera bagi Indonesia. Sehingga kita terhindar dari konflik kepentingan yang diakibatkan dari Tahun Politik tersebut yang dapat menyebabkan gesekan pada masyarakat dan terciptanya perpecahan. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, sebagai gereja Tuhan, umat pilihan dan kepunyaan Tuhan, mari kita merencanakan kebaikan di awal Tahun 2014. Dengan terus berharap akan berkat, perlindungan, kasih karunia dan damai sejahteraaNya. Karena itu, apapun yang terjadi dalam hidup kita, mari tetap percaya pada TUHAN. Dan jika kita sudah menyadari bahwa berkat-berkat TUHAN adalah jaminan keberadaan kita sebagai milik TUHAN, maka sudah sepantasnya cara-cara kita menikmati berkat, mengelola berkat pun tetap menunjukkan keberadaan kita sebagai milik TUHAN, bukan penguasa atas hidup kita sendiri dan masa depan kita. Dan akhirnya marilah kita yang sudah diberkati, kita menjadi berkat bagi orang-orang disekeliling kita, menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, berkat khusus bagi Indonesia dan menjadi kemuliaan bagi Nama-Nya. Amin. [YEP] 10 RANCANGAN KHOTBAH 05 JANUARI 2014 Minggu Efifania; warna liturgy Putih Bacaan Leksionari: Yesaya 60:1-6; Mazmur 72:1-13; Efesus 3:2-6; Matius 2:1-12 Tema: MEMBERITAKAN INJIL KEPADA SEMUA ORANG Bacaan: Efesus 3:1-6 A. Tujuan : 1. Jemaat mengerti tentang penyelenggaraan kasih karunia Allah. 2. Jemaat termotivasi untuk terlibat dalam penyelenggaraan kasih karunia Allah.. B. Latar Belakang Teks Surat Efesus ditulis oleh Paulus dan ditujukan kepada orangorang kudus di Efesus. Surat ini dimulai dengan melukiskan bagaimana Allah membangkitkan Kristus yang sekarang memerintah bersama Allah disorga. Selanjutnya memperlihatkan bagaimana Kristus telah mempersatukan orang bukan Yahudi dan orang Yahudi dengan merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan yang memisahkan mereka (2:14). Mereka yang beriman kepada Yesus telah dipilih oleh Roh Allah untuk menjadi bagian dari satu tubuh, yaitu jemaat. Tubuh ini memiliki satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan (4:5). Kristus telah memilih berbagai orang dalam jemaat untuk menerima karunia-karunia yang berbeda, seperti para rasul, nabi, pemberita Injil, para gembala umat dan pengajar (4:11). Dua setengah pasal terakhir dari surat ini memberikan petunjuk-petunjuk untuk hidup sebagai umat Allah, termasuk “senjata” rohani yang Allah berikan agar umatNya dapat bertahan melawan iblis dan penguasa-penguasa kegelapan (6:10-17). 11 Latar belakang penulisan surat Efesus tidak ditemukan dalam surat itu sendiri. Oleh karenanya kita sulit untuk memastikan mengapa surat ini ditulis. Namun dari Kisah Para Rasul 19:20 dan seterusnya, kita menemukan beberapa petunjuk. Pasal ini berkisah tentang keberhasilan Paulus ketika pertama kali mewartakan Yesus Kristus kepada orang Efesus. Kemudian ia berdebat dengan mereka yang menyembah Artemis, dewi yang termasyur di Efesus. Pemimpin setempat menolak menghukum Paulus ketika hampir terjadi huru hara, tetapi tampaknya Paulus merasa lebih baik meninggalkan kota itu. Lalu ia bertemu dengan pemimpin jemaat Efesus dan meneguhkan hati mereka dalam menghadapi masalah-masalah. Kesulitan terbesar dalam jemaat Efesus disebabkan oleh beberapa orang yang berusaha untuk memecah-belah para pengikut Tuhan Yesus menjadi kelompok-kelompok yang berbeda, bukannya mengikuti pemberitaan Paulus yang telah mereka terima. Oleh karena itu Paulus mengangkat masalah kesatuan dalam jemaat sebagai salah satu persoalan utama surat Efesus. C. Tafsiran teks Ayat 1. Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah. Dengan ungkapan ini Paulus bukan hanya hendak mengatakan bahwa ia adalah orang hukuman dari (milik) Kristus Yesus, melainkan juga orang hukuman karena Kristus Yesus. Hal itu ia tekankan dengan penggunaan kata huper humon (bahasa Yunani) artinya untuk kamu, untuk kepentingan kamu atau seperti yang diakatakan dalam ayat 13 untuk kemuliaan kamu. Untuk kepentingan mereka itu Paulus dikurung di dalam penjara. Dari penderitaannya, mereka mendapat penghiburan dan kekuatan baru untuk menjalani hidup dan melakukan tugas mereka di dalam dunia. Sekarang Paulus mau berdoa untuk mereka dan ia mau melakukannya sebagai orang hukuman Kristus Yesus karena mereka. Ayat 2-3. Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Paulus tahu 12 dengan pasti bahwa apa yang hendak dikatakannya kepada mereka dalam ayat-ayat yang berikutnya sudah mereka dengar. Yang telah mereka dengar ialah oikonomia tes charitos (bahasa Yunani). Kata oikonomia beberapa kali dipakai dengan arti penyelenggaraan keselamatan, pelayanan keselamatan. Arti charis disini ditentukan oleh hubungannya dengan oikonomia yaitu kasih karunia yang diberikan oleh Kristus Yesus, kepada Paulus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi. Hal itu diberikan kepadanya bersama-sama dengan apostole (pelayanan rasul). Jadi kharis ialah kasih karunia Allah yang paulus terima di dalam dan untuk pelayanan kerasulan yang harus dilaksanakan. Dalam ayat 3 Paulus menjelaskan lebih lanjut tentang tugas yang dipercayakan Allah kepadanya dan yang tentang itu anggota-anggota jemaat telah dengar: yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Rahasia itu ialah “rahasia kehendak Allah” (ayat 3) dan “rahasia itu mempersatukan segala sesuatu diseluruh dunia di dalam Kristus” (ayat 6). Paulus katakan bahwa rahasia itu dinyatakan kepadanya dengan wahyu. Ayat 4. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, dalam bahasa aslinya kalimat ini dimulai dengan kata Yunani prosho, yang dapat kita terjemahkan dengan “adanya” atau “daripadanya”. Yaitu ada/daripada apa yang telah Paulus tuliskan dengan singkat. Kalau mereka membacanya, mereka dapat mengetahui pengertiannya tentang rahasia Kristus. Kata Yunani anaginoskontes (mengetahui) menyatakan bahwa pembacaan itu bukan hanya dilakukan satu kali saja, tetapi terus menerus, oleh pembacaan yang demikian maka anggota jemaat mendapat pengertian/mengetahui pengertian Paulus (pengertian yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada Paulus) tentang rahasia Kristus. Sebagai rasul, Paulus mendapat pengertian khusus tentang rahasia yang harus ia beritakan. Sebelum Paulus berkata-kata tentang isi rahasia itu, ia mau menerangkan dahulu sifatnya, sehingga anggota jemaat dapat menegetahuinya dengan baik. Paulus katakan bahwa rahasia yang dimaksudkan tidak sama dengan rahasia yang banyak terdapat dalam dunia hellenistis pada waktu 13 itu. Rahasia itu berbeda; ia adalah rahasia “yang pada zaman angkatanangkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabinabi-Nya yang kudus” (ayat 5). Yang dimaksudkan disini dengan anakanak manusia ialah manusia pada umumnya. Kepada anak-anak manusia ini Paulus katakan bahwa Allah dahulu tidak memberitakan rahasiaNya, tetapi sekarang rahasia itu dinyatakan dalam roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi Allah yang kudus. Rasul-rasul dan nabi-nabi adalah hamba Allah yang diasingkan/dikuduskan/dikhususkan untuk dipakai dalam karya-karya penyelamatan Allah, yaitu sebagai orang-orang yang memberitakan status dan fungsi mereka, sesuai dengan rahasia Allah yang telah dinyatakan kepada mereka oleh Roh Kudus. Isi penyataan atau rahasia itu ada dalam ayat 6; “yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus”. Rahasia yang dinyatakan kepada Paulus adalah rahasia yang benar-benar rahasia. Sebab perbedaan yang ada diantara orang-orang Yahudi dan non Yahudi sejak Abraham, sekarang tidak ada lagi. Kesamaan derajat itu dikerjakan oleh Injil yang diberitakan kepada mereka oleh Paulus sebagai rasul. D. Konteks Masa Kini Eklusifisme masih tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat kita dewasa ini. Eklusifisme artinya menganggap diri dan kelompoknya paling benar. Mengganggap agama dan kepercayaannya paling benar sedangkan agama dan kepercayaan orang lain salah. Menganggap sukunya paling hebat dan berharga sedangkan suku lain lemah dan tidak berarti. Bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa orang, kelompok, suku, agama, ajaran dll, yang bertentangan dengan yang dianutnya, harus dilenyapkan. Kita sering menjumpai tulisan “untuk kalangan sendiri” dalam produk-produk makanan, minuman, buku-buku, atau acara-acara tertentu. Tulisan-tulisan itu secara langsung atau tidak langsung telah membatasi orang yang akan memakai, membaca, atau menghadirinya. juga menciptakan kelompok-kelompok dalam masyarakat. 14 Dikalangan gereja tertentu pengelompokan-pengelompokan seperti itu juga terjadi. Ada gereja yang mengganggap dirinya paling benar dan satu-satunya yang pasti selamat dan masuk surga, sedangkan gereja lain salah dan pengikutnya tidak akan selamat dan masuk surga. Ada juga pemahaman bahwa Injil hanya untuk orang-orang Kristen saja, sedangkan orang-orang non Kristen tidak membutuhkan Injil. Ada juga anggapan diantara anggota jemaat bahwa setiap orang yang lahir dari keluarga Kristen, pasti telah menerima Injil, dan apapun yang dilakukannya tidak akan mempengaruhi keselamatannya. E. Saran Penyusunan Khotbah 1. Pendahuluan. Mulai khotbah dengan mengungkapkan satu atau dua konteks masa kini. 2. Isi Khotbah Lanjutkan khotbah dengan menjelaskan pokok-pokok isi khotbah di bawah ini. Penjelasan dari pokok-pokok isi khotbah dapat diambil dari pengantar teks. a. Pemberitaan Injil Allah b. Pemberitaan Injil Allah membutuhkan pengorbanan c. Pemberitaan Injil Allah terbuka bagi semua orang 3. Penutup Akhiri khotbah dengan kalimat ajakan, himbauan atau motivasi kepada anggota jemaat untuk terlibat dalam pemberitaan Injil. F. Liturgi 1. Pujian KJ 1 “Haleluya Pujilah” 2. Nats Pembimbing: Matius 28:18-20 3. Pujian PKJ 128 “Kasih Tuhan Yesus Tiada Bertepi” 4. Hukum kasih 5. Pujian pengakuan dosa: KJ 25 “Ya Allahku Di CahyaMu” 6. Berita Anugerah: 1 Yoh 4:9-10 7. Pujian peneguhan: PKJ 165 “Janji Yang Manis” 8. Nats Persembahan: Mazmur 138:1-3 15 9. Pujian persembahan: KJ 393 “Tuhan Betapa Banyaknya” 10. Pujian pengutusan KJ 428 “lihatlah sekeliling” G. Contoh Khotbah Jadi MEMBERITAKAN INJIL KEPADA SEMUA ORANG Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Kita sering menjumpai tulisan “untuk kalangan sendiri” dalam produk-produk makanan, minuman, buku-buku atau undangan acara-acara tertentu. Tulisan-tulisan itu secara langsung atau tidak langsung telah membatasi orang yang akan memakainya atau menciptakan kelompok-kelompok pemakai produk itu. Dikalangan gereja tertentu, pengelompokan-pengelompokan seperti itu juga terjadi. Ada gereja yang mengganggap dirinya paling benar dan satu-satunya yang pasti selamat dan masuk surga, sedangkan gereja lain salah dan pengikutnya tidak akan selamat dan masuk surga. Ada juga pemahaman bahwa Injil hanya untuk orang-orang Kristen saja, sedangkan orang-orang non Kristen tidak membutuhkan Injil. Ada juga anggapan diantara anggota jemaat bahwa setiap orang yang lahir dari keluarga Kristen, pasti pasti telah menerima Injil, dan apapun yang dilakukannya tidak akan mempengaruhi keselamatannya. Nampaknya, eklusifisme juga sudah terjadi pada jaman Paulus. Masyarakat pada waktu itu beranggapan bahwa hanya orang Yahudilah yang dipilih Allah untuk diselamatkan. Orang lain tidak. Pemahaman ini membuat mereka merasa tidak perlu memberitakan Injil kepada orangorang non Yahudi. Itulah sebabnya Paulus merasa perlu menegur dan meluruskan pemahaman mereka melalui suratnya. 16 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, dalam Ayat 2-3 Paulus mengatakan: “Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat”. Paulus tahu dengan pasti bahwa apa yang hendak dikatakannya kepada mereka dalam ayat-ayat yang berikutnya sudah mereka dengar. Yang telah mereka dengar ialah penyelenggaraan keselamatan atau pelayanan keselamatan. yaitu kasih karunia yang diberikan oleh Kristus Yesus, kepada Paulus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi. Hal ini berdasarkan kasih karunia Allah yang Paulus terima di dalam dan untuk pelayanan kerasulannya. Sama seperti Paulus, setiap orang percaya pada zaman sekarang juga dipanggil untuk turut ambil bagian dalam penyelenggaraan kasih karunia Allah, turut ambil bagian dalam memberitakan Injil. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, pada Ayat 1 Paulus mengatakan: “Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah”. Dengan ungkapan ini Paulus bukan hanya hendak mengatakan bahwa ia adalah orang hukuman milik Kristus Yesus, melainkan juga orang hukuman karena Kristus Yesus. Hal itu ia tekankan dengan penggunaan kata “untuk kamu, untuk kepentingan kamu” atau seperti yang diakatakan dalam ayat 13 “untuk kemuliaan kamu”. Untuk kepentingan mereka itu Paulus dikurung di dalam penjara. Paulus rela mengorbankan dirinya menderita dan meringkuk dalam penjara. Dari penderitaannya, mereka mendapat penghiburan dan kekuatan baru untuk menjalani hidup dan melakukan tugas mereka di dalam dunia. Dalam memberitakan Injil dibutuhkan pengorbanan. Adakalanya kita harus mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, perasaan, harta benda, bahkan fisik. Apapun bentuk pengorbanan kita karena memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Allah, pasti tidak akan sia-sia. Sekalipun berada dalam penjara, Paulus tidak ditinggalkan Tuhan. Tuhan tetap memelihara, menyertai dan menguatkan dia. Ingatlah peristiwa ketika Tuhan melepaskan Paulus dan Silas dari penjara dalam Kisah Rasul 16:23-26; “Setelah mereka berkali-kali didera, mereka 17 dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. Tetapi kirakira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua”. Itu adalah salah satu bukti bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan pemberita-pemberita injilNya menderita. Mari kita belajar dari Paulus, yang rela berkorban bahkan sampai dipenjara demi pemberitaan Injil. Mari kita lakukan bagian kita, dan biarlah Allah melakukan bagiannya, menumbuhkan benih-benih yang telah kita taburkan. Saudara-saudara, dalam ayat 3-4 Paulus menjelaskan lebih lanjut tentang tugas yang dipercayakan Allah kepadanya. Tentang itu anggotaanggota jemaat telah mendengar: “yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus.” Dalam bahasa aslinya kalimat ini dimulai dengan kata “adanya” atau “daripadanya”, yaitu yang daripadanya telah Paulus tuliskan dengan singkat. Kalau mereka membacanya, mereka dapat mengetahui pengertiannya tentang rahasia Kristus. Namun pembacaan itu bukan hanya dilakukan satu kali saja, tetapi terus menerus. Oleh pembacaan yang demikian itu maka anggota jemaat mendapat pengertian atau mengetahui pengertian Paulus tentang rahasia Kristus. Menurut Paulus, rahasia yang dimaksudkan tidak sama dengan rahasia yang banyak terdapat dalam dunia Yunani pada waktu itu. Yaitu bahwa umat pilihan hanya orang Yahudi, sedangkan orang non Yahudi bukanlah umat pilihan. Rahasia itu berbeda; Paulus katakan bahwa Allah dahulu tidak memberitakan rahasiaNya kepada manusia pada umumnya, tetapi sekarang rahasia itu dinyatakan dalam roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi Allah yang kudus. Isi penyataan atau rahasia itu ada dalam ayat 6; “yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, 18 turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus”. Hal itu berarti perbedaan yang ada diantara orang-orang Yahudi dan non Yahudi sejak Abraham, sekarang tidak ada lagi. Kesamaan derajat itu dikerjakan oleh Injil yang diberitakan kepada mereka oleh Paulus sebagai rasul. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, dari perikop ini kita memahami bahwa Injil bukan hanya untuk orang yahudi, tetapi untuk orang non Yahudi juga, Injil bukan hanya untuk orang-orang yang lahir dari keturunan umat pilihan atau keturunan orang percaya atau keturunan orang kristen saja, melainkan untuk semua orang. Oleh karena itu mari kita bawa berita sukacita itu kepada semua orang yang belum mengenal Allah. Mungkin mereka itu adalah salah satu anggota keluarga kita. Mungkin mereka mereka adalah salah satu saudara kita. Mungkin salah satu tetangga kita. Mungkin salah satu teman bermain, teman sekolah, atau teman kerja kita. Mungkin juga salah satu terman seperjalanan kita. Mari kita beritakan Injil kepada mereka supaya mereka mengenal Allah dan menikati damai sejahtera Allah dalam hidupnya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, mengakhiri ibadah ini saya mengajak kita semua untuk menyanyikan KJ 428:1-2, 5-6. Lagu ini mengajak kita untuk melihat sekeliling kita, memandang keladangladang yang sudah menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai. Siapakah yang akan menjadi penuainya? Kitalah penuainya. Mari kita siapkan diri untuk menjadi penuai-penuai diladang Tuhan. [Ath] Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai! Reff. Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai! Apa arti ladang-ladang, apa yang perlu dituai? Ladang itu seluruh dunia, manusialah tuaiannya. Kembali ke reff. 19 Memang banyaklah tuaian; pekerja hanya sedikit, Minta Dia yang punya lading mengirimkan penuai lagi. Kembali ke reff. Apa kita pun terpilih mengerjakan tugas itu? Kita juga dipilih Tuhan dan diutus ke dalam dunia. Kembali ke reff. RANCANGAN KOTBAH, 12 JANUARI 2014 Minggu Biasa I, Warna Liturgi Hijau Bacaan Leksionari: Yesaya 42:1-7, Mazmur 29, Kisah Para Rasul 10:34-38, Matius 3:13-17. Tema: TUHAN SANGGUP MEMBERKATI Bacaan: Mazmur 29. A. Tujuan: 1. Jemaat bersedia taat dan tunduk dengan rasa hormat kepada TUHAN Yang Maha Segala Sesuatu Yang Baik. 2. Jemaat dapat mengimani bahwa TUHAN dengan KemahaanNya dapat memberikan berkat-berkat kepada umatNya. B. Penafsiran Teks: Ada sebuah pandangan yang perlu diperhatikan bagi setiap pembaca/pendengar Mazmur (pendengar: dalam tradisi ibadah-ibadah Yahudi masa itu, Mazmur dibacakan/dinyanyikan bagi jemaat) dimana genre dalam Mazmur sangat penting untuk diperhatikan agar mengerti isinya. Menurut Tremper Longman dalam bukunya Bagaimana 20 Menganalisa Kitab Mazmur, yang disebut genre adalah sebuah kelompok ayat-ayat yang sama dalam mood, isi, struktur dan susunan kata-kata. Secara garis besar, genre Mazmur terbagi dalam Mazmur pujian, Mazmur keluhan, Mazmur pengucapan syukur, Mazmur keyakinan, Mazmur peringatan, Mazmur hikmat dan Mazmur raja. Namun demikian, genre tersebut tidak mutlak dialamatkan dalam satu pasal Mazmur. Bisa juga dalam satu pasal Mazmur terdiri dari beberapa genre. Mengenai Mazmur 29 ini, genrenya adalah sebagai Mazmur pujian, Mazmur peringatan dan Mazmur keyakinan. Dalam pasal ini, pemazmur mengajak si pembaca/si pendengar untuk mengingat kembali siapakah sesungguhnya manusia itu dan siapakah TUHAN yang sebenarnya. Pemazmur memberi penghargaan pada pembaca/pendengar sebagai penghuni sorgawi: gambaran bahwa pembaca/pendengar adalah anak-anak Allah, ahli waris sorga, orang-orang yang beriman. Jati diri si pembaca/pendengar Mazmur berada dalam posisi sebagai yang patut menyembah dan TUHAN sebagai yang patut disembah. Pemakaian kata TUHAN (bahasa Ibrani=Yahweh) menunjukkan otoritas tertinggi yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Berkat dan ada jarak antara yang tinggi/ jauh, yang memisahkan antara Yang Maha segalanya dengan yang menyembahNya. Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ menyebutkan bahwa TUHAN, “arti kata ‘TUHAN’ ada hubungannya dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berarti atasan/penguasa/pemilik.” Ahli bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata "tuan" yang tuan sifatnya insani, menjadi "TUHAN" yang sifatnya ilahi itu bermula dari terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu karya Melchior Leijdecker yang terbit pada tahun 1733. Dengan demikian, kata "TUHAN" ini umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu yang abadi. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. Dengan kemutlakannya, TUHAN tentunya tidak terikat oleh tempat dan waktu. BagiNya tidak 21 dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. TUHAN tidak memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana TUHAN hanya akan membatasi kekuasaanNya. Pemazmur juga mengingatkan agar pembaca/ pendengar patut menyembah dan memuji TUHAN karena TUHAN memiliki segala sesuatu yang luar biasa. Segala kemuliaan dan kedahsyatan adalah milik TUHAN. Pembaca atau pendengar patut tunduk dan hormat kepada TUHAN. Disamping menunjukkan pujian atas kedahsyatan TUHAN dan memperingatkan, pemazmur juga ingin menunjukkan keyakinannya bahwa TUHAN Yang Maha Dahsyat itu bukan TUHAN yang hanya ingin menunjukkan kekuatanNya saja. TUHAN adalah TUHAN yang bisa mengasihi isi dunia dan manusia. Pemazmur juga ingin menyadarkan pada pembaca/ pendengar bahwa walaupun TUHAN tidak nampak, namun suara dan tindakanNya sungguh mewakili kehadiran TUHAN dalam kehidupan yang dijalani setiap umat. Jika Ia tidak nampak, suaraNya pun cukup untuk melakukan apa saja yang dikehendakiNya. Dan kalaupun Ia tidak nampak, sebagian manusia yang tidak beriman atau tidak percaya pada adanya TUHAN, tidak percaya pada TUHAN Yang Maha Kuasa dengan segala rentetannya yang tidak dipercayai; TUHAN tentu tidak sedikitpun merugi. Namun karenanya, TUHAN sudah menginformasikan melalui FirmanNya, sudah memberi tuntunan tentang dampak akibatnya pada diri mereka manusia yang ingkar, tidak beriman yang bisa ditimpakan atau dirasakan saat didunia dan yang pasti ditimpakan di kehidupan nanti. Akan adanya dampak atau sanksi TUHAN bagi mereka yang tidak beriman/ yang tidak mempercayai. Ia juga adalah TUHAN yang patut diimani sebagai TUHAN Yang Maha Memberkati. Dengan kekuatanNya, Ialah sumber berkat pertolongan dan damai sejahtera. Pemazmur ingin meyakinkan pembaca/ pendengar agar memiliki iman seperti dirinya. Ia memiliki pengharapan bahwa TUHAN sanggup menolong, karena Ia sungguh Maha Kuasa. Tanda-tanda alam sudah dapat menunjukkan kehadiran TUHAN dalam kehidupan manusia. Ini yang harusnya disadari manusia sebagai umat beriman. 22 C. Konteks Masa Kini : 1. Bulan Januari: bersyukur atas pergantian tahun/ tahun yang baru dengan harapan baru, persiapan pemilu legislatif dan presiden, pembuatan renstra/ RAPB/ program baru, baik dalam gereja maupun organisasi yang lain. 2. Ada sebagian umat yang sudah menyadari dan belum menyadari dari sisi rohaninya, betapa TUHAN itu Maha segalanya, dalam ketegasan, keadilan sekaligus memiliki kasih dan berkatNya. 3. Ada sebagian umat yang sangat percaya pada kuasa TUHAN, namun sebagian lain masih ada yang kurang percaya kepada TUHAN sehingga bergantung pada kuasa-kuasa roh-roh/ iblis/ pusaka/ kesaktian/ dukun/ paranormal (menduakan TUHAN) dalam memperoleh berkat dan jalan keluar dari permasalahan. 4. Banyaknya kejahatan yang dilakukan di pelbagai bidang dalam lapisan sosial politik dimungkinkan karena ketidaktakutan akan kedahsyatan TUHAN. TUHAN dianggap sebagai yang tidak nampak dan tidak menunjukkan kekuatanNya? Mungkin TUHAN masih jauh. 5. Bagi sebagian umat, hubungannya kepada TUHAN meliputi segala bidang kehidupannya, namun di sebagian umat mungkin hanya dianggap sebagai yang ceremonial atau formalitas belaka dalam ibadah-ibadah. 6. Di Indonesia, aparat penegak hukum misalnya polisi, KPK dan petugas lain yang nampak, kelihatannya lebih ditakuti dari pada TUHAN yang tidak kelihatan. D. Saran Penyusunan Kotbah: 1. Pendahuluan Pengkotbah dapat menyebutkan fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana banyak kejahatan dilakukan dengan sembunyisembunyi dari para petugas yang berwenang. Ada kecenderungan orang yang melakukan kejahatan lebih takut pada petugas yang nampak daripada kepada TUHAN yang tidak nampak. Disamping itu ada pula orang beriman yang belum sepenuhnya bergantung kepada TUHAN. Masih ada yang mencari tambahan kuasa lain, 23 selain TUHAN, ketika mereka sedang mengalami pergumulan/ masalah atau ingin mencapai tujuan tertentu. 2. Isi Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai sumbernya, yang menekankan kedahsyatan Tuhan yang tidak nampak sekaligus TUHAN yang bisa memberikan berkat pada umatNya. 3. Penutup Pengkotbah dapat mengingatkan siapa sebenarnya Jemaat itu, yakni dipandang berharga oleh pemazmur sebagai “penghuni sorgawi” yang taat dan tunduk dengan rasa hormat kepada TUHAN, sekaligus memberikan motivasi kepada Jemaat bahwa mereka bisa menjadi orang yang beriman karena mereka sungguh dekat dan bersama dengan TUHAN. E. Liturgi Nats Pembimbing: Yesaya 45:18 Berita Anugerah:Roma 8:15-16 Nats Persembahan: Roma 12:1 Nyanyian-Nyanyian 1. KJ 362 PKJ 17 2. KJ 4 PKJ 18 3. KJ 36 PKJ 43 4. KJ 52 PKJ 279 5. KJ 53 PKJ 280 6. KJ 337 PKJ 148 7. KJ 379 PKJ 302 F. Contoh Kotbah Jadi TUHAN SANGGUP MEMBERKATI 24 Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Ketika kita melihat tayangan-tayangan di stasiun tv di Indonesia dan juga media massa yang lainnya, pada masa kini, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) merupakan sebuah organisasi yang sangat menakutkan bagi para pejabat pemerintah, aparatur negara yang lain, swasta, maupun pribadi-pribadi yang ingin maupun bertindak korupsi, penyuapan maupun tindakan-tindakan lain yang melawan hukum. Sepertinya, KPK memiliki mata dimana-mana dalam melihat kasus-kasus korupsi di negeri ini. Ada saja cara dilakukan oleh KPK untuk mengungkap kasus-kasus yang terjadi di negeri ini, dari pusat sampai ke daerah. Di sisi lain, bagi para penjahat atau pelaku tindakan kriminal, polisi merupakan momok yang menakutkan bagi mereka. Polisi juga bisa menakutkan bagi para pelanggar lalu-lintas. Para pelaku berupaya sedemikian rupa hingga bisa melakukan kejahatan itu untuk memenuhi kepentingannya. Para pelaku kejahatan ini melakukan tindakannya dengan kucing-kucingan melawan petugas. Bahkan akhir-akhir ini, dengan berani, beberapa pelaku kejahatan malah menembaki beberapa polisi. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, kita percaya bahwa tidak semua orang di dunia ini jahat. Namun dapat ditengarai bahwa dalam tindakannya, beberapa orang yang ingin melakukan kejahatan, akan melakukannya bila tidak diketahui oleh petugas yang berwenang. Tindakan-tindakan secara tersembunyi akan dilakukan agar lancar melakukannya. Kalaupun nanti kejahatannya diketahui dan akan diungkap, itu masalah belakangan. Yang penting adalah tidak diketahui. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, jika demikian, ada pertanyaan bagi kita yang mungkin kita juga sudah tahu jawabannya yakni dimanakah posisi TUHAN bagi para pelaku diwaktu merencanakan dan melakukan kejahatannya? Apakah para pelaku kejahatan tidak takut akan TUHAN? Ataukah karena TUHAN yang tidak kelihatan dan tidak segera menghukum, merupakan TUHAN yang tidak perlu ditakuti? Mungkin ada juga diantara kita yang berpendapat bahwa mungkin semua itu benar dan TUHAN juga Maha Pengampun. Jadi para pelaku kejahatan tidak lagi takut pada TUHAN karena nanti toh bisa bertobat. Tentunya kita tidak menjadi orang seperti itu, karena kita sebagai orang yang beriman tentu tahu bahwa TUHAN 25 Maha Tahu. Kehadirannya tidak terbatas ruang dan waktu. Orang yang beriman tentu tidak akan melakukan kejahatan karena ia tahu bahwa TUHAN sedang melihat umatNya. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Di sisi yang lain, ada pula orang yang mengaku beriman, namun dikala mengalami pergumulan, mereka malah mencari jalan keluar melalui kekuatan kuasa kegelapan, jimat, perdukunan (menduakan TUHAN). Ada pula marak diketahui di media massa tentang “dukun politik” yang menyediakan layanan bagi calon-calon anggota legislatif/ calon kepala daerah yang ingin tercapai tujuannya. “Dukun politik” ini ada yang memasang tarif dari milyaran rupiah sampai satu trilyun rupiah. Menurut pelbagai sumber di media masa, hal seperti ini bukanlah hal yang baru. Kekuatan perdukunan/ orang pintar dipandang sebagai salah satu cara untuk mencapai cita-cita mereka. Yang mungkin sangat memprihatinkan adalah, ada banyak diantara calon-calon tersebut yang berpendidikan tinggi sekaligus dapat label/ cap orang yang beragama. Kiranya itu tidak terjadi pada orang-orang Kristen yang akan mencalonkan diri dalam jabatan-jabatan tertentu. Kemutlakan TUHAN tidak lagi dianggap sebagai sumber penyelesaian. TUHAN tidak dianggap sebagai yang bisa mendukung untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan masalahnya karena TUHAN dianggap selalu lambat, padahal orang inginnya cepat selesai. Ada pula orang yang berpandangan demikian, “ketika kami ke orang pintar atau orang tua (kata lain dari dukun/ paranormal) itu kan bentuk ikhtiar/ usaha kami, kami tetap minta dan beriman pada TUHAN kok. Kami sudah lama mengalami ini dan kalau hanya berdoa saja kapan selesainya? Kan saingan kami banyak, kami perlu dukungan tambahan”. Sungguh memprihatinkan jika ada diantara kita terjebak pada hal seperti itu. TUHAN adalah jawaban yang benar jika kita mengalami pergumulan. TUHAN itu Maha Kuasa, Ia sanggup mengatasi semuanya. Itulah yang dikatakan pemazmur. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Dalam Mazmur 29 ini, kita diingatkan betapa kita patut taat dan tunduk dengan penuh rasa hormat kepada TUHAN sebab Ia memiliki kekuatan yang Maha segalanya. Pemazmur mengajak kita untuk mengingat kembali siapakah sesungguhnya manusia itu dan siapakah TUHAN yang 26 sebenarnya. Jati diri kita yang sebenarnya adalah makhluk yang patut menyembah dan TUHAN sebagai yang patut disembah. Dalam Alkitab, pemakaian kata TUHAN (Yahweh) menunjukkan otoritas tertinggi bahwa Ialah Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Berkat dan ada jarak antara yang tinggi/ jauh, yang memisahkan antara Yang Maha segalanya dengan yang menyembahNya. Dengan kemutlakanNya, TUHAN tentunya tidak terikat oleh tempat dan waktu. Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Pemazmur ingin menyadarkan pada kita bahwa walaupun TUHAN tidak nampak, namun suara dan tindakanNya sungguh mewakili kehadiranNya dalam kehidupan yang dijalani setiap umat. Walaupun Ia tidak nampak, Ia adalah ada dan suaraNya pun cukup untuk melakukan apa saja yang dikehendakiNya. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Disamping menunjukkan pujian atas kedahsyatan TUHAN dan memperingatkan, pemazmur juga ingin menunjukkan keyakinannya bahwa TUHAN Yang Maha Dahsyat itu bukan TUHAN yang hanya ingin menunjukkan kekuatanNya saja. TUHAN adalah TUHAN yang bisa mengasihi isi dunia dan manusia. Ia juga adalah TUHAN yang patut diimani sebagai TUHAN yang Maha Memberkati. Dengan kekuatanNya, Ialah sumber berkat pertolongan dan damai sejahtera. Pemazmur ingin meyakinkan kita semua agar memiliki iman seperti dirinya. Ia memiliki pengharapan bahwa TUHAN sanggup menolong, karena Ia sungguh Maha Kuasa. Tanda-tanda alam sudah dapat menunjukkan kehadiran TUHAN dalam kehidupan manusia. Ini yang harusnya disadari manusia sebagai umat beriman. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Diawal tadi kita sudah mengamati bersama, mengapa ada saja manusia yang hanya takut pada yang kelihatan dan yang bisa menghukum, sedangkan pada TUHAN Yang Maha Tahu dan Maha Dahsyat, sepertinya manusia tidak takut. Manusia yang tidak beriman tidak percaya adanya TUHAN, sepertinya tetap diberi kesempatan hidup dengan menghirup udara untuk bernafas, tetap diberi kemampuan dan kekuatan untuk berjalan beraktifitas di atas bumi yang TUHAN ciptakan. 27 Mereka yang tidak percaya pada adanya TUHAN, sepertinya masih dibiarkan dengan perilaku jahatnya dalam menjahati orang lain, pada kaum lain, pada bangsa lain; bahkan semacam diberi kepuasan dan rasa kemenangan atau rasa kebenaran atau rasa kebanggaan atas segala perilaku jahatnya. Mereka yang tidak percaya pada adanya TUHAN, mungkin masih tetap diberi peluang meraih harta benda duniawi semaksimal mungkin, sebanyak mungkin, sepuas mungkin, sesuai kemampuan kerjanya entah dari jalan benar maupun salah. Mereka yang tidak percaya pada adanya TUHAN mungkin masih dibiarkan dengan kesombongannya, congkak dengan segala kebanggaan atas kemampuan hartanya atau kepandaiannya atau keberhasilan karyanya yang mampu mewarnai perkembangan dunia. Dalam konteks ini terhadap mereka ada pula yang langsung diberi tanda tanda peringatan oleh TUHAN, ada yang dibiarkan dalam kejahatannya didunia ini. Ini semua kita sadari bahwa ini semua adalah rahasia TUHAN. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Sebagai umat percaya yang merenungkan Mazmur 29 ini, kita bersyukur bahwa dalam Mazmur ini, pemazmur menghargai kita dengan menyebut sebagai “penghuni sorgawi”. Dengan penghargaan itu berarti kita semakin tahu posisi kita yang sebenarnya. Kita sebagai umat yang beriman adalah umat TUHAN yang taat dan tunduk dengan rasa hormat kepada TUHAN. Dalam pikiran kita sekalipun tidak ada rencana untuk meninggalkan dan melanggar FirmanNya. Untuk itu, tidaklah baik kiranya jika kita menjadi orang-orang yang suka melakukan kejahatan atau hidup dalam dosa. Bukankah “penghuni sorgawi” adalah orang-orang yang bersama dengan TUHAN? Tentunya orang yang bersama dengan TUHAN, kehidupannya tidak menyukai kejahatan atau dosa. Ia akan tinggalkan segala kejahatannya dan kembali berlaku yang baik. Bahkan tidak ada niat sedikitpun dalam pikirannya untuk berbuat dosa. Sungguh mulia dihadapan TUHAN jika kita ini memang demikian. Dan sebagai “penghuni sorgawi” tentunya tahu bahwa kitalah orang yang dekat dengan sumber berkat itu yakni TUHAN. TUHAN adalah sumber berkat bagi alam semesta ini yang akan sanggup pula memberikan berkat, jalan keluar, rejeki, kesehatan dan jawaban apapun pergumulan kita. Kita akan tahu, berkat mana yang benar yang akan kita dapatkan. Kita akan tahu 28 dengan cara apa kita akan memiliki jalan keluar bagi setiap pergumulan kita, karena kita dekat dengan Sang Sumber Berkat itu. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Sungguh betapa TUHAN Maha segalanya. Mari kita tetap beriman penuh akan segala apa yang dapat dilakukanNya untuk kebaikan kita semua. Harihari yang akan kita hadapi kedepan, mari kita songsong dengan penuh iman bahwa TUHAN akan menyertai kita. Setiap kita masih melihat tanda-tanda kehidupan dan tanda-tanda di alam ini, saat itulah kita juga mengimani bahwa TUHAN tetap menyertai kita. TUHAN tidak nampak namun kehadiranNya tidak terbatas dengan panca indera, ruang dan waktu. Apapun pergumulan kita, TUHAN akan memberikan jalan keluar indah pada saatNya. Itu yang akan memberikan sukacita dan damai sejahtera pada kita. Mari kita tetap taat dan tunduk dengan penuh rasa hormat pada TUHAN yang empunya segala sesuatu dan mengimani segala berkatNya. TUHAN memberkati. Amin. [PA] RANCANGAN KHOTBAH, 19 JANUARI 2014 Minggu Biasa II, Warna Liturgi Hijau. Bacaan Leksionari: Yesaya 49:1-6, Mazmur 40:1-11, 1 Korintus 1:1-9, Yohanes 1:29-34. Tema: BERSYUKUR ATAS ANUGERAH TUHAN Bacaan: 1 Korintus 1:1-9 A. Tujuan: Jemaat menyadari akan anugerah Allah dan senantiasa mensyukurinya. 29 B. Latar Belakang Teks Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu. Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi. Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:2321:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini. C. Tafsiran Teks Ayat 1-3: Pembukaan surat, berisi salam dari Rasul Paulus dan dari sostenes yang ditujukan kepada jemaat Korintus yang telah dikuduskan oleh Kristus Yesus dan dipanggil menjadi orang-orang kudus dengan semua orang disegala tempat yang berseru kepada nama Tuhan Yesus, yaitu Tuhan semua orang yang percaya. Maksud dari ayat ini adalah bahwa jemaat korintus yang anggota terdiri dari beberapa orang Yahudi dan kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang dahulu penyembahpenyembah berhala. mereka telah dipanggil untuk menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. dan telah menerima pengudusan yaitu pengampunan dosa. Ini adalah anugerah Allah yang besar yang diterima 30 oleh Jemaat Korintus. Sedangkan isi salamnya adalah Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai jemaat Korintus. Ayat 4-9: Rasul Paulus senantiasa mengucap syukur kepada Allah atas anugerah Nya yang diberikan kepada jemaat Korintus dalam Yesus Kristus. Selain Anugerah Allah yang berupa pengkudusan menjadi umat Allah , ada anugrah lain yang diberikan kepada jemaat korintus, yaitu: Pertama: bahwa di dalam Yesus Kristus jemaat Korintus telah menjadi kaya dalam segala hal, di antaranya segala perkataan (Bis: pengajaran) dan segala macam pengetahuan sesuai dengan kesaksian tentang Kristus yang telah diteguhkan di antara jemaat artinya pengajaran iman itu telah meresap di dalam kehidupan jemaat Korintus sehingga mereka menjadi jemaat yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus. Demikianlah jemaat Korintus tidak kekurangan dalam suatu karuniapun dengan tetap menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus atau menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya (4-7). Tidak kekurangan dalam suatu karuniapun mau menjelaskan bahwa di dalam jemaat korintus terdapat begitu banyak karunia-karunia yang telah diterima oleh jemaat. (bandingkan pasal 12:1-30) Kedua: Allah akan meneguhkan jemaat Korintus sampai kepada kesudahannya, sehingga jemaat tidak bercacat pada hari kedatangan Tuhan. karena Allah yang memanggil jemaat Korintus kepada persekutuan dengan anakNya Yesus Kristus adalah Setia. Allah tidak hanya sekedar memanggil jemaat tetapi juga memelihara imannya. (8-9). Rasul Paulus mau menekankan kesetiaan Allah, dengan harapan bahwa jemaat Korintus yang banyak godaan untuk tidak setia, tetap setia kepada Allah. Sebagai wujud ucapan Syukur atas anugerah Allah, bahwa Allah setia kepada jemaat, maka jemaat korintus juga harus menjadi jemaat yang setia. D. Konteks Masa Kini Kehidupan masyarakat pada umumnya, masih ada yang kurang menyukuri berkat-berkat yang sudah diterima. Juga masih ada yang suka menggerutu dari pada berpikir positif ketika ada masalah. Dalam kehidupan, jemaat Kristen biasanya selalu mengucap syukur 31 ketika mendapat berkat jasmani, sedangkan untuk berkat Rohani yang didapat kurang begitu diperhitungkan, sehingga jarang mengucap syukur untuk hal ini. Anggota Jemaat sangat beragam, ada yang baru Baptis, ada yang baru sidi, ada yang masih anak-anak, ada yang sudah dewasa, ada yang mengetahui karunia yang dimiliki dan ada juga yang belum mengetahui karunianya. Ada orang yang ikut bersyukur ketika orang lain diberikan kelebihan baik itu karunia ataupun materi, tetapi dalam dunia yang penuh persaingan banyak juga yang iri hati dan tidak senang bila orang lain mempunyai suatu kelebihan. Ada juga orang yang sombong ketika diberi karunia, sehingga tanpa sadar meremehkan orang lain dan merasa tidak butuh orang lain. E. Saran Penyusunan Khotbah Pendahuluan Jelaskan kontek saat ini yang menerangkan bahwa masyarakat pada umumnya belum bisa bersyukur. Demikian juga dalam kehidupan jemaat, ada yang hanya mengucap syukur untuk berkat jasmani, sedang berkat rohani biasanya terlupakan, sehingga untuk berkat ini lupa mengucap syukur. Isi: Jelaskan pada jemaat, Rasul Paulus senantiasa mengucap syukur atas berkat jasmani dan rohani atas anugerah Allah yang diberikan kepada jemaat Korintus. Anugerah-Nya yang besar jemaat korintus dipanggil oleh Allah menjadi umat yang kudus, selain itu jemaat juga diberi anugerah lainnya, yaitu: Pertama: bahwa di dalam Yesus Kristus jemaat Korintus telah menjadi kaya dalam segala hal, di antaranya segala perkataan (Bis: pengajaran) dan segala macam pengetahuan sesuai dengan kesaksian tentang Kristus yang telah diteguhkan di antara jemaat artinya pengajaran 32 iman itu telah meresap di dalam kehidupan jemaat Korintus sehingga mereka menjadi jemaat yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus. Jemaat Korintus tidak kekurangan dalam suatu karuniapun dengan tetap menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus atau menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya (4-7). Tidak kekurangan dalam suatu karuniapun, mau menjelaskan bahwa di dalam jemaat korintus menyadari begitu banyak karunia-karunia yang telah diterima oleh jemaat. (bandingkan pasal 12:1-30) Kedua: Allah juga akan meneguhkan jemaat Korintus sampai kepada kesudahannya, sehingga jemaat tidak bercacat pada hari kedatangan Tuhan. karena Allah yang memanggil jemaat Korintus kepada persekutuan dengan anakNya Yesus Kristus adalah Setia. Allah tidak hanya sekedar memanggil jemaat tetapi juga memelihara imannya.(8-9). Rasul Paulus mau menekankan kesetiaan Allah, dengan harapan bahwa jemaat Korintus yang banyak godaan untuk tidak setia, tetap setia kepada Allah. Penutup Tekankan pada jemaat untuk senantiasa bersyukur atas anugerah yang telah Tuhan berikan, baik yang berupa keselamatan ataupun karunia-karunia rohani lainya, serta anugerah jasmani yang telah diterimanya.Selain itu tekankan bila diberi karunia tidak untuk kesombongan tetapi untuk membangun jemaat. F. UsulanAyat-ayat : Nats Pembimbing : Mazmur 40:1-11 Berita Anugerah : Yohanes 1: 29-30 Nats Persembahan : II Korintus 8:1-2 Usulan Lagu-Lagu : 1. KJ. 21 PKJ: 07 2. KJ .289 PKJ:149 3. KJ. 309 PKJ:205 4. KJ. 299 PKJ:299 33 5. KJ. 287 6. KJ. 416 PKJ:147 PKJ:183 G. Contoh Khotbah Jadi BERSYUKUR ATAS ANUGERAH YANG TUHAN BERI Jemaat yang dikasihi Tuhan, Ketika melihat kehidupan dalam masyarakat kita pada saat ini, pada umumnya masyarakat kita adalah masyarakat yang sulit untuk bersyukur apalagi di hadapkan dengan kenaikan harga kebutuhan sehari – hari, sementara pendapatan tetap bahkan menurun. Keadaan ini ditanggapi dengan mengeluh. Ketika ada persoalan seperti ini biasanya sebagian besar masyarakat kita hanya melihat dari sisi negatifnya saja sehingga menambah beban. Sebenarnya, jika dilihat dari sisi postifnya, masyarakat kita masih bisa bersyukur. Dengan situasi yang ada, masyarakat sebenarnya diajar untuk semakin pandai dalam mengelola ekonominya dengan menggunakan hikmat dan akalnya. Banyak orang sukses dan kreatif muncul dari situasi mereka yang kepepet, mereka menemukan peluang-peluang usaha yang baru yang belum pernah dilihat. Orang-orang yang demikian adalah pribadi yang optimis dan bersemangat memandang masa depan. Karena mengucap syukur bukan hanya menerima begitu saja keadaan yang ada, tetapi dengan hikmat yang ada berusaha menambah atau mencari jalan keluar. Kita sebagai orang percaya, patut bersyukur. Mengapa? karena dalam kehidupan orang Kristen selalu diajar untuk selalu mengucap syukur dalam segala hal, dan hal ini sudah mulai tumbuh di dalam kehidupan jemaat. Yang menjadi persoalan adalah, pengucapan syukur biasanya hanya yang berkaitan dengan ha-hal jasmani saja, misalnya: diberi kesehatan, naik jabatan, bertambah hartanya, sedangkan mengucap syukur yang berkaitan dengan hal-hal rohani atau pertumbuhan iman masih jarang terjadi dalam kehidupan jemaat. Pada saat ini rasul Paulus mengajar kita melalui surat kepada jemaat Korintus untuk dapat bersyukur baik karena berkat jasmani maupun karena berkat rohani. 34 Jemaat yang di kasihi Tuhan, Korintus adalah kota metropolis yang ada di dekat pelabuhan, kota ini secara duniawi kaya dan makmur, secara materi warga Korintus mengalami kelimpahan. Demikian juga dengan jemaat Korintus yang dikategorikan oleh rasul Paulus sebagai salah satu jemaat yang kaya dibandingkan dengan jemaat Makedonia. Oleh karena itu Rasul Paulus mengucap syukur kepada Tuhan atas segala kekayaan yang diberikan oleh Allah kepada jemaat Korintus, bukan hanya yang bersifat jasmani tetapi juga yang bersifat rohani. Rasul Paulus senantiasa mengucap syukur atas berkat jasmani dan rohani atas anugerah Allah yang diberikan kepada jemaat Korintus. Anugerah-Nya yang paling besar kepada jemaat korintus adalah: ketika jemaat korintus dipanggil oleh Allah menjadi umat yang kudus, selain itu jemaat juga diberi anugerah lainnya, yaitu: Pertama: bahwa di dalam Yesus Kristus jemaat Korintus telah menjadi kaya dalam segala hal, di antaranya segala perkataan (Bis: pengajaran) dan segala macam pengetahuan sesuai dengan kesaksian tentang Kristus yang telah diteguhkan di antara jemaat artinya pengajaran iman itu telah meresap di dalam kehidupan jemaat Korintus sehingga mereka menjadi jemaat yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus. Demikian juga jemaat Korintus tidak kekurangan dalam suatu karuniapun dengan tetap menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus atau menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya (4-7). Tidak kekurangan dalam suatu karuniapun, mau menjelaskan bahwa di dalam jemaat korintus menyadari begitu banyak karunia-karunia yang telah diterima oleh jemaat. (bandingkan pasal 12: 1-30) Kedua: Allah juga akan meneguhkan jemaat Korintus sampai kepada kesudahannya, sehingga jemaat tidak bercacat pada hari kedatangan Tuhan. karena Allah yang memanggil jemaat Korintus kepada persekutuan dengan anakNya Yesus Kristus adalah Setia. Allah tidak hanya sekedar memanggil jemaat tetapi juga memelihara imannya (8-9). Di sini Rasul Paulus mau menekankan kesetiaan Allah, dengan harapan bahwa jemaat Korintus yang banyak godaan untuk tidak setia, karena pengaruh-pengaruh negative di masyarakat Korintus, baik berupa penyembahan berhala maupun kehidupan moral yang rusak, tetap setia kepada Allah. Sebagai wujud ucapan Syukur atas anugerah Allah, bahwa 35 Allah setia kepada jemaat, maka jemaat korintus juga harus menjadi jemaat yang setia kepada Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan sebagai Juru selamat, kita seharusnya mengucap syukur untuk iman yang telah Tuhan berikan kepada kita, kita telah diberikan keselamatan karena telah dipanggil menjadi umat Allah yang kudus oleh Tuhan. Ketika kita menjadi orang-orang yang beriman kepada Tuhan, banyak hal yang kita dapatkan, misalnya: kita senantiasa hidup dalam pimpinan Tuhan, sehingga hidup kita menjadi terarah, tidak berantakan dan hidup kita menjadi terselamatkan. Di samping itu kita juga dapat mengucap syukur, karena banyak karunia-karunia yang Tuhan berikan kepada kita untuk membangun kehidupan berjemaat yang akhirnya nama Tuhan yang dipermuliakan, misalnya karunia untuk mengajar, karunia untuk menasehati ,karunia untuk menyembuhkan, hanya terkadang kita belum peka terhadap karunia yang Tuhan berikan. Kita belum mengetahui dan menggali karunia-karunia yang diberikan Tuhan dalam diri kita sehingga kita belum bisa menggunakannya secara optimal. Bukan hanya itu saja, kita juga patut bersyukur, bahwa Allah kita adalah Allah yang setia, yang senantisa memimpin dan menguduskan kita sehingga kita senantiasa ditempatkan sebagai jemaat yang tidak bercacat dihadapan Allah pada hari kedatanganNya. Oleh karena itu untuk menanggapi kesetiaan Allah, mari kita bersyukur dengan hidup setia kepada Tuhan. kesetiaan kepada Tuhan dapat kita wujudkan dengan berusaha hidup kudus, tidak hidup dalam dosa, apakah menduakan Allah ataupun hidup dalam kecemaran. Untuk itu mari kita senantiasa mengucap syukur bukan hanya karena berkat-berkat jasmani tetapi juga berkat-berkat rohani yang senantiasa kita dapat dan kita peroleh. Dengan mengingat dan bersyukur untuk berkat rohani yang telah Tuhan berikan, Iman kita juga akan semakin bertumbuh, seturut dengan kehendakNya. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Rasul Paulus dapat bersyukur untuk berkat jasmani dan rohani yang telah Tuhan berikan kepada jemaat di Korintus, demikian juga hendaknya dengan kita, ketika ada saudarasaudara kita yang memperoleh berkat Tuhan, sebagai jemaat yang dewasa hendaklah kita juga ikut bersyukur. Misalnya seseorang 36 pertumbuhan imannya begitu hebat dan menjadi aktif di gereja, bisa memimpin pujian, menyampaikan firman, atau yang lainnya. Kita tidak boleh iri hati karena merasa tersaingi, yang akhirnya menjurus pada tindakan-tindakan negative, tetapi seharusnya kita malah bersyukur karena kita punya teman yang dipakai Tuhan untuk membangun jemaat. Untuk itu mari kita juga bersyukur untuk keberhasilan orang lain, mari kita bersuka cita untuk berkat anugerah yang diberikan kepada saudara kita. Demikian juga dengan kita , ketika Tuhan memberikan karunia yang menonjol dalam hidup kita, hendaknya kita mau merendahkan hati, tidak sombong, kita tidak hanya tertuju pada karunia itu, tetapi mari kita gunakan karunia itu untuk sang pemberi karunia itu, yaitu Tuhan Allah. Dengan demikian kita dihindarkan dari perpecahan, sehingga persekutuan jemaat semakin kuat dan jemaat juga semakin diperlengkapi untuk melakukan kehendaknNya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan di dunia ini. Amin. [JN] RANCANGAN KOTBAH, 25 JANUARI 2014 Minggu Biasa III, warna liturgi hijau Bacaan Leksionari: Yesaya 8:23b-9:3; Mazmur 27:1-14; 1 Korintus 1:10-18; Matius 5:22-40 Thema: TENANG DI DALAM TUHAN 37 Bacaan: Mazmur 27:1-14 A. Tujuan: 1. Anggota Jemaat mampu mengekspresikan pengalaman hidup yang dialaminya bersama Tuhan. 2. Anggota Jemaat menyadari bahwa hidup di dalam Tuhan membutuhkan kesetiaan dan penyerahan diri dalam rencana kehendakNya agar mengalami ketenangan. B. Latarbelakang dan Penafsiran Teks Mazmur 27 adalah sebuah mazmur yang digubah oleh Daud. Dalam versi Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia, Mazmur ini diberi judul "Aman dalam perlindungan Allah" dan ayat 1 dimulai dengan kalimat pengantar "Dari Daud". Ahli Alkitab ada yang menggolongkannya sebagai mazmur ketika di pembuangan. Perbedaan menonjol terlihat antara ayat 1-6 dengan 7-14. Isi maupun semangat dari bagian-bagian ini sangat berbeda. Suasana berubah dari keyakinan penuh sukacita menjadi rasa takut penuh kecemasan. Tetapi, dua unsur itu menyatukan bagian-bagian yang tidak sama yakni musuh-musuh yang sama dan percaya kepada Allah. Ayat 1-3 TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya. Ayat-ayat yang menyatakan nyayian keriangan yang tidak terbendung, dimana segala ancaman dan kebutuhan hidup pemazmur diatasi oleh Tuhan sendiri. Ia mensejajarkan peran Tuhan dalam dirinya sebagai terang, keselamatan dan benteng hidup. Sebuah pengakuan tentang Tuhan. Walaupun Pemazmur berhadapan dengan para penentang, orang banyak dan resiko peperangan, musuh-musuhnya terguling dalam kegelapaan darimana ia diselamatkan oleh terang Tuhan. Pengerahan tentara yang besar tidak mampu mempengaruhi kedamaian hati berdasarkan keselamatan yang 38 berasal dari Tuhan dan ancaman pertentangan yang terus menerus menyebar dan mengancam dirinya tidak mempunyai kekuasaan untuk mengalahkan perlindungannya. Ayat 4-6 Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan. Suatu ungkapan akbar sang Pemazmur mengenai ketekunan hati yang pasrah, pemazmur bertekat untuk mencari kesejahteraan dan kesukaan kekal dalam kehadiran Allah. Satu hal yang diminta itu tidak mungkin sama dengan Bait Allah. Itu pasti mengacu pada dasar dari keinginan yang terdiri dari tiga bagian. Dasar atau penyebut yang sama itu kemungkinan besar adalah kehadiran Tuhan, yang dicari dan diingini pemazmur. Realisasi dari kehadiran Tuhan ini terjadi dengan cara berdiam di dalam rumah Allah, melihat keindahanNya, dan menyelidiki Bait-Nya. Kehadiran yang sama ini menimbulkan rasa aman ketika menghadapi kesusahan. Kerinduan untuk tinggal bersama Tuhan, untuk memandang kemurahan dan untuk menikmati bait-Nya. Inilah suatu kerinduan terhadap Allah yang mesra dan dapat dirasakan yang dicarinya melalui cara yang telah ditentukan dalam upacara korban di bait Allah. Dengan demikian pemazmur akan merasa aman, Allah menaungi dia di atas dan memberikan gunung batu di bawah kakinya. Tidak ada musuh yang dapat menerobos mencapai insan atau manusia yang selalu berdiam diri di dekat dengan Allah. Ayat 7-12, Dalam doanya ini pemazmur memperlihatkan adanya tiga unsur yang penting dari syafaatnya yaitu: 1. Dengarlah Tuhan, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Pemazmur setelah mengungkapkan sukacita pada ayat 1-6, memasuki ayat 7 berubah menjadi penuh rasa takut dan kecemasan. Ada perasaan yang begitu mendalam yang disampaikan kepada Allah dalam doa-doanya. Dalam doanya ini pemazmur memiliki permohonan yang begitu dalam sehingga cara memintanya kepada Tuhan juga begitu penuh emosi. Kerinduannya agar doanya dijawab oleh Tuhan. Bukan itu saja, pemazmur pun meyakinkan mengapa Tuhan harus menjawab doanya. Ia menegaskan bahwa hidupnya sudah mengikuti firman atau kehendakNya. Pemazmur 39 sudah berusaha menemukan Tuhan dalam hidupnya, mencari wajah Tuhan ketika ada firman; “Carilah wajah-Ku”. Sepertinya ia merasa bahwa Tuhan belum mau membuka diri, atau manyatakan diri bahkan ia memahami bahwa murka Tuhan yang dialaminya adalah wujud belum diterima doa-doanya. 2. Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku (ay. 9b-10). Ditengah situasi kecemasan hatinya akan jawaban Tuhan terhadap doa-doanya, pemazmur masih memiliki keyakinan yang begitu kuat bahwa Tuhan Allah adalah pertolongannya. Ia berharap bahwa Allah tidak membuangnya dan juga tidak meninggalkannya. Keyakinan yang begitu besar dimiliki pemazmur terjadi karena Tuhan baginya adalah Sang Penyelamat yang akan menyambutnya. 3. Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku. Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman (ay. 11-12). Dalam penantian menunggu jawaban Tuhan atas pemohonannya, pemazmur tidak tinggal diam, ia tetap berusaha menjalani kehidupannya dengan penuh tanggungjawab. Meskipun ada pihakpihal lain baik musuh dan penyerang, ia meminta supaya diberi jalan yang benar yang rata agar tidak mengikuti jalan hidup orang-orang yang penuh nafsu dan kelaliman yang senantiasa menyerang dirinya. Ayat 13-14; Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN. Tuhan Yang Tidak Pernah Gagal. Kata-kata yang diungkapkan pemazmur kembali kesuasana yang dialaminya yang merupakan kesaksian dan seruan yang kuat pada ketahanan yang teguh. Dari ungkapan doanya tersebut dapat dilihat bagaimana kelemahan kemanusiaannya, namun sangat menonjolkan kenyataan campur tangan Tuhan dan kesabaran iman yang menanti dengan penuh keyakinan. C. Konteks Masa Kini 40 1. Bulan januari masih menjadi bagian awal tahun 2014 dimana banyak orang, gereja, lembaga pelayanan dan organisasi sedang memantapkan rencana-rencananya. Banyak pilihan-pilihan dalam membuat perencanaan. Bagi Jemaat sedang disibukkan memantapkan program pelayanan, Klasis-klasis banyak yang disibukkan mempersiapkan Sidang Klasis dan Sinode pun demikian. 2. Menjelang Bulan “Kasih Sayang” masih ada pergumulan-pergumulan yang terjadi dalam kehidupan pribadi dan persekutuan berkaitan dengan persoalan rumah-tangga yang juga tidak semakin berkurang sepertinya malah semakin berkembang seperti: ketidakharmonisan rumah tangga, perselingkuhan, peceraian dan lain sebagainya. 3. Menjelang Pelaksanaan Pemilu Legislatif, akhir Januari dan seterusnya sampai 9 April menjadi potensi rawan konflik, karena ada di masa kampanye pemilu. Rakyat disuguhi tawaran dan pilihan yang sangat berpotensi menimbulkan pertpecahan. D. Saran Penyusunan Kotbah: 1. Pendahuluan Pengkotbah mengawali kotbah dengan pertanyaan: apakah anggota jemaat ada yang pernah mengalami perasaan senang sekaligus perasaan sedih karena berbagai pergumulan? Beri waktu sejenak anggota jemaat untuk menikmati refleksi pribadi. Lanjutkan dengan pernyataan bahwa kita bisa mengalami perasaan yang berbeda antara senang dan sedih dalam waktu bersamaan. 2. Isi Pengkotbah menjelaskan apa yang tertulis dalam penjelasan teks dengan pokok penting sebagai berikut: o Menguraikan ekspresi pemazmur atau pengalaman imannya bersama Tuhan o Menguraikan pergumulan yang dialami pemazmur bersama Tuhan o Mengajak jemaat bahwa hidup di dalam Tuhan diperhadapkan dengan situasi dan pilihan yang membutuhkan kesetiaan dan penyerahan diri dalam rencana kehendakNya. 41 3. Penutup Menegaskan bahwa ketika kita hidup di dalam Tuhan dan menjalankan kehendakNya meskipun banyak pilihan-pilihan yang dihadapi, baik ketika mengalami sukacita maupun pergumulan akan mengalami ketenangan hidup. E. Liturgi: Nats pembimbing Berita Anugerah Nats Persembahan Lagu-Lagu: KJ 13 KJ 258 PKJ 179 KJ 410 PKJ 145 KJ 440 : 1 Korintus 1 : 10 : Yesaya 9 : 1 – 3 : 2 Korintus 8 : 13 – 15 F. Contoh Kotbah Jadi TENANG DI DALAM TUHAN Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, Syalom......, apa kabar? Apakah bapak, ibu saudara bahagia hari ini? Apakah ada juga yang berbahagia tapi juga bersedih atau berduka? Kita pasti pernah merasakan kebahagiaan dan juga merasakan kesedihan atau pergumulan. Namun bisakah keduanya terjadi bersamaan? Bahagia bersamaan dengan kesedihan atau pergumulan. Mungkin diantara kita ada yang pernah begitu bersukacita karena ada anak di keluarga kita yang diterima sekolah, kuliah atau bekerja ditempat yang begitu diidam-idamkan. Namun bersamaan dengan itu kita mengalami kesedihan karena dalam waktu tertentu atau malah cukup lama kita harus berpisah dengan mereka. Atau, mungkin kita pernah berdoa dan berserah kepada Tuhan atas saudara terkasih kita yang sakit begitu lama sampai ia pasrah kepaada Tuhan sehingga kita berdoa penyerahan kepada Tuhan, dan 42 ternyata sesaat kita selesai berdoa ternyata saudara terkasih tersebut dipermuliakan atau dipanggil oleh Tuhan. Di dalam hati kita pasti akan bercampur-baur perasaan sukacita maupun duka-cita. Kita akan mengatakan terima kasih Tuhan, Engkau telah memberi yang terbaik kepada saudaraku namun secara bersamaan kita akan menangis sedih dan haru karena akan berpisah dengan orang yang kita kasihi. Dalam perikop bacaan kita hari ini, kita diperlihatkan pengalaman iman pemazmur, ketika ia hidup di dalam Tuhan menghadapi berbagai peristiwa kehidupan. Ada sukacita yang berpengaruh kepada suasana hati penuh pujian. Dan bersamaan dengan itu ada perasaan hati yang sedang bergumul yang menyebabkan rasa takut dan kecemasan. Dalam ayat 1-6 sangat berbeda dengan ayat 7-12. Suasana berubah dari keyakinan penuh sukacita menjadi rasa takut penuh kecemasan. Tetapi, dua unsur itu menyatukan bagian-bagian yang tidak sama dengan percaya kepada Allah. Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, Pemazmur dalam bagian pertama bacaan kita memperlihatkan bagaimana hidup aman dalam perlindungan Allah. Ada dua hal yang menyebabkan pemazmur memiliki ekspresi sukacita yang luar biasa, yaitu: Kepercayaan Yang Sepenuh Hati (ay. 1-3). TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya. Nyayian pemazmur ini menyatakan nyanyian keriangan yang tidak terbendung sebagai luapan perasaan, dimana segala ancaman dan kebutuhan hidup pemazmur diatasi oleh Tuhan sendiri. Ia mensejajarkan peran Tuhan dalam dirinya sebagai terang, keselamatan dan benteng hidup. Sebuah pengakuan tentang Tuhan yang luar biasa. Walaupun Pemazmur berhadapan dengan para penentang, orang banyak dan resiko peperangan, musuh-musuhnya terguling dalam kegelapaan ia diselamatkan oleh terang Tuhan. Pengerahan tentara yang besar tidak mampu mempengaruhi kedamaian hati berdasarkan keselamatan yang 43 berasal dari Tuhan dan ancaman pertentangan yang terus menerus menyebar dan mengancam dirinya tidak mempunyai kekuasaan untuk mengalahkan perlindungannya. Memiliki Kerinduan Yang Agung (ay. 4-6). Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati baitNya. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan demikian nyayian pemazmur. Suatu ungkapan akbar sang Pemazmur mengenai ketekunan hati yang pasrah, pemazmur bertekat untuk mencari kesejahteraan dan kesukaan kekal dalam kehadiran Allah. Satu hal yang diminta itu tidak mungkin sama dengan Bait Allah. Itu pasti mengacu pada dasar dari keinginan yang terdiri dari tiga bagian. Dasar atau penyebut yang sama itu kemungkinan besar adalah kehadiran Tuhan, yang dicari dan diingini pemazmur. Realisasi dari kehadiran Tuhan ini terjadi dengan cara berdiam di dalam rumah Allah, melihat keindahan-Nya, dan menyelidiki Bait-Nya. Kehadiran yang sama ini menimbulkan rasa aman ketika menghadapi kesusahan. Kerinduan untuk tinggal bersama Tuhan, untuk memandang kemurahan dan untuk menikmati bait-Nya. Inilah suatu kerinduan terhadap Allah yang mesra dan dapat dirasakan yang dicarinya melalui cara yang telah ditentukan dalam upacara korban di bait Allah. Dengan demikian pemazmur akan merasa aman, Allah menaungi dia di atas dan memberikan gunung batu di bawah kakinya. Tidak ada musuh yang dapat menerobos mencapai insan atau manusia yang selalu berdiam diri di dekat Allah dengan Allah. Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, dalam situasi penuh semangat dan sukacita akan pemeliharaan dan perlindungan Allah, pemazmur ternyata memiliki beban pergumulan yang masih dinantikan untuk Allah jawab dan selesaikan. Pemazmur berdoa agar mengalami kelepasan dari bahaya yang senantiasa dapat menghampirinya. Dalam doanya ini pemazmur memperlihatkan adanya tiga hal penting dari syafaatnya itu: Pertama, Ia meminta belaskasihan Allah (ay. 7-9a). Pemazmur setelah mengungkapkan sukacita pada ayat 1-6, memasuki ayat 7 berubah menjadi penuh rasa takut dan kecemasan. Ada perasaan yang 44 begitu mendalam yang disampaikan kepada Allah dalam doa-doanya. Dengarlah Tuhan, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Dalam doanya ini pemazmur memiliki permohonan yang begitu dalam sehingga cara memintanya kepada Tuhan juga begitu penuh emosi. Kerinduannya agar doanya dijawab oleh Tuhan. Bukan itu saja, pemazmur pun meyakinkan mengapa Tuhan harus menjawab doanya. Ia menegaskan bahwa hidupnya sudah mengikuti firman atau kehendakNya. Pemazmur sudah berusaha menemukan Tuhan dalam hidupnya, mencari wajah Tuhan ketika ada firman; “Carilah wajah-Ku”. Sepertinya ia merasa bahwa Tuhan belum mau membuka diri, atau manyatakan diri bahkan ia memahami bahwa murka Tuhan yang dialaminya adalah wujud belum diterimanya doa-doanya. Tetapi i terus menerus memanjatkan permohonannya menanti belaskasihan-Nya. Kedua, Ia menyerahkan segenap beban kepada Allah (ay. 9b10). Ditengah situasi kecemasan hatinya akan jawaban Tuhan terhadap doa-doanya, pemazmur masih memiliki keyakinan yang begitu kuat bahwa Tuhan Allah adalah pertolongannya. Ia berharap bahwa Allah tidak membuangnya dan juga tidak meninggalkannya. Keyakinan yang begitu besar dimiliki pemazmur terjadi karena Tuhan baginya adalah Sang Penyelamat yang akan menyambutnya. Pemazmur tidak mungkin berharap dan menyerahkan pengharapannya kepada allah lain baginya Tuhan adalah Aalahnya yang akan memberi pertolongan. Ketiga, Ia berupaya untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah (ay. 11-12). Di dalam penantian menunggu jawaban Tuhan atas pemohonannya, pemazmur tidak pernah tinggal diam, ia tetap berusaha menjalani kehidupannya dengan penuh tanggungjawab. Meskipun ada pihak-pihal lain, baik musuh dan penyerang, ia meminta supaya diberi jalan yang benar yang rata agar tidak mengikuti jalan hidup orang-orang yang penuh nafsu dan kelaliman yang senantiasa menyerang dirinya. Ia sadar bahwa dengan mengikuti kehendak Tuhan akan menolong dia tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan dalam hidupnya. Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, dalam bagian akhir bacaan kita, pemazmur memiliki kekuatan akan Tuhan Yang Tidak Pernah Gagal. Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan 45 TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! (ay.1314). Kata-kata yang diungkapkan pemazmur kembali kesuasana yang dialaminya yang merupakan kesaksian dan seruan yang kuat pada ketahanan yang teguh. Dari ungkapan doanya tersebut dapat dilihat bagaimana kelemahan kemanusiaannya, namun sangat menonjolkan kenyataan campur tangan Tuhan dan kesabaran iman yang menanti dengan penuh keyakinan. Ditengah-tengah kecemasannya dan ditengahtengah penantian akan jawaban doa dari TUHAN, pemazmur berketetapan percaya dan menantikan Tuhan, ya menantikan Tuhan. Lalu bagaimana dengan kita saat ini, bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan? Pengalaman pemazmur dalam hidupnya ketika mengalami dua suasana hati sekaligus menginspirasi kita: Bahwa Kita harus menyanyikan kasih setiaNya dan memiliki kerinduanyang besar dalam hidup. Pengalaman-pengalaman hidup kita harus diekspresikan menjadi pujian dan pengakuan akan kebesaran Tuhan. sehingga melalui hidup kita nama Tuhan dipermuliakan. Kita juga harus mempunyai ambisi untuk semakin hidup benar di dalam Tuhan. Bahwa Kita senantiasa berserah kepada Tuhan dalam doa memohon belaskasihan Allah, menyerahkan seluruh beban kepada Allah dan melakukan kehendaknya. Ada beberapa hal yang menjadi pokok perhatian dan doa-doa kita: di bulan Januari masih menjadi bagian awal tahun 2014 dimana banyak orang, gereja, lembaga pelayanan dan organisasi sedang memantapkan rencana-rencananya. Banyak pilihanpilihan dalam membuat perencanaan. Bagi Jemaat sedang disibukkan memantapkan program pelayanan, Klasis-klasis banyak yang disibukkan mempersiapkan Sidang Klasis dan Sinode pun demikian. Menjelang Bulan “Kasih Sayang” masih ada pergumulanpergumulan yang terjadi dalam kehidupan pribadi dan persekutuan berkaitan dengan persoalan rumah-tangga yang juga tidak semakin berkurang sepertinya malah semakin berkembang seperti: ketidakharmonisan rumah tangga, perselingkuhan, peceraian dan lain sebagainya. 46 Menjelang Pelaksanaan Pemilu Legislatif, akhir Januari dan seterusnya sampai 9 April menjadi potensi rawan konflik, karena ada di masa kampanye pemilu. Rakyat disuguhi tawaran dan pilihan yang sangat berpotensi menimbulkan pertpecahan. Mari kita yakin bahwa Tuhan Tidak pernah Gagal. Ketika kita hidup di dalam Tuhan dan menjalankan kehendakNya meskipun banyak pilihan-pilihan yang dihadapi, ada pergumulan-pergumulan yang senantiasa menghampiri, baik ketika mengalami sukacita maupun pergumulan kita akan mengalami ketenangan hidup dengan bersandar penuh kepadaNya. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Amin. (YEP) RANCANGAN KOTBAH, 02 FEBRUARI 2014 47 Minggu Biasa IV, warna liturgi hijau Bacaan Leksionari: Maleakhi 3:1-4, Mazmur 24:7-10, Ibrani 2:14-18, Lukas 2:22-40 Thema; DARI DERITA MENUJU SUKACITA Bacaan Alkitab: Ibrani 2:14-18 A. Tujuan : 1. Jemaat memahami bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang telah ditebus dan diselamatkan. 2. Jemaat merasakan sukacita atas kemenangan penebusan Kristus, dan menyalurkannya pada yang lain. B. Latar Belakang Teks Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibrani 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompokkelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa. Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh 48 yang cukup dikenal pembacanya (Ibrani 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5. Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus, sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus. Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam paling cocok dengan keadaan penulis surat ini. Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M. Tujuan Penulisan. Surat Ibrani terutama ditulis kepada orangorang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis mengingatkan para pembacanya: 1. Untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya, 49 2. Untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan 3. Untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus. Salah satu alasan penulis surat ini menegaskan keunggulan Putra Allah dan penyataan-Nya ialah untuk menekankan kepada orang-orang yang telah menerima keselamatan bahwa mereka harus dengan sungguhsungguh menerima kesaksian dan ajaran asli dari Kristus dan para rasul. Oleh karena itu kita harus sangat memperhatikan Firman Allah, hubungan dengan Kristus, dan pimpinan Roh Kudus. Ada bahaya yang diingatkan: 1. Kelalaian, kurang perhatian atau sikap acuh tak acuh bisa berakibat fatal. Orang percaya yang karena kelalaian membiarkan kebenaran dan ajaran Injil luput dari perhatiannya, adalah dalam bahaya terbawa arus melewati tempat pendaratan yang telah ditentukan dan gagal mencapai tempat yang aman. 2. Seperti halnya para penerima surat ini, semua orang Kristen tergoda untuk mengabaikan Firman Allah. Karena kelalaian dan sikap masa bodoh, kita dengan mudah tidak lagi memperhatikan peringatanperingatan Allah, berhenti bertekun dalam perjuangan kita melawan dosa, dan secara perlahan-lahan hanyut sehingga meninggalkan Putra Allah, Yesus Kristus. C. Penafsiran Teks Ayat 14, karena mereka yang akan ditebus oleh Kristus adalah darah dan daging (maksudnya manusia), Yesus juga harus menjadi darah dan daging. Kristus mempunyai segenap kodrat manusia dengan segala kelemahannya kecuali dosa, dan sebab itu dapat menderita dan mati untuk menebus kita. Karena hanya sebagai manusia sejati dapatlah ia memenuhi syarat untuk menyelamatkan umat manusia dari kuasa iblis. Kristus mati untuk menghancurkan kuasa iblis atas orang-orang percaya serta membebaskan mereka dari ketakutan akan kematian dengan menjanjikan hidup kekal bersama Allah. Dosa dan maut berhubungan satu sama lain; kedua-duanya berasal dari Iblis yang kerajaannya 50 Ayat 14-18 ini menjelaskan secara ringkas bagaimana caranya di mana Dia menjadi satu dengan kita, bagaimana Dia "membawa banyak orang kepada kemuliaan," dan bagaimana Dia "menguduskan". ...memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut. Perlu diamati di sini bahwa kalau memang Adam sudah menyerahkan kuasanya kepada Iblis di Taman Eden, sehingga Iblis berkuasa atas maut, sudah dikatakan dengan jelas di sini bahwa Yesus, dengan pengorbananNya, memusnahkan Iblis yang begitu berkuasa. Memang maut belum ditiadakan, tetapi kita tidak usah takut maut lagi, karena kematianNya. Kebenaran ini diterapkan bagi jemaat di Smirna di dalam di mana Dia yang sudah bangkit dari kematianNya mendorong mereka untuk tidak takut mati. ......memusnahkan dia, yaitu Iblis. Kata yang dipakai di sini untuk "memusnahkan" (katargew/katargeo) dapat berarti memusnahkan, tetapi bisa juga berarti "membuat supaya tidak berdaya," dengan pengertian bahwa kuasa Tuhan Yesus selalu tersedia untuk mengatasi kuasa Iblis. Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain.Yesus adalah "yang memimpin mereka kepada keselamatan." Kata "yang memimpin" ini boleh juga diterjemahkan "perintis" atau "pendiri." Istilah ini juga bisa dipakai untuk menyebut seorang pahlawan yang mendirikan sebuah kota. Dia membuat suatu jalan yang nantinya diikuti orang lain. Menurut nats ini Tuhan Yesus adalah yang tepat untuk peranan ini. Ayat 14-15, Kekalahan Iblis dan maut menunjukkan bahwa karya pendamaian Kristus berhasil. Tetapi bukan hanya ada kekalahan. melainkan juga kelepasan. Walaupun ketakutan dapat memperbudak. dan takut mati sudah sejak dahulu menghantui umat manusia, Kristus telah menyelesaikan masalah ini melalui kematian dam kebangkitan-Nya sendiri. Sebagai manusia. Ia mati. Dia mendapat bagian di dalam darah dan daging dan karena itu Ia mati, tetapi melalui kematian-Nya ada kelepasan. Oleh karena itu, kuasa Iblis telah dijadikan tidak berdaya (katargeo) dan karya pendamaian Kristus benar-benar 51 telah memuaskan Allah. Betapa besar kemenangan yang Ia miliki? Dan betapa besarnya kemenangan yang dimiliki oleh semua orang yang percaya kepada-Nya! Iblis dan maut telah dikalahkan sehingga ketakutan kepada maut kini sudah tiada lagi! Orang yang bebas di dalam Kristus memang sungguh-sungguh merupakan orang yang paling bebas di dunia ini. D. Konteks Masa Kini: 1. Godaan jaman yang menggiurkan, sehingga banyak orang terjebak dengan keinginan daging dan bujukan iblis. 2. Ada orang Kristen yang sangsi akan upah kehidupan nantinya setelah kematian, yakni sorga dan neraka. 3. Ada sebagian orang yang sangsi sehingga ketakutan menjelang kematiannya, apakah mereka bisa masuk sorga? 4. Masih ada orang yang belum memahami dasar iman Kristen yakni karya keselamatan Yesus Kristus. 5. Masih ada orang Kristen masih terbatas pada Kristen keturunan dan menjadi Kristen karena ikut-ikutan oleh pelbagai hal. 6. Ada semangat bagi anggota-anggota Jemaat untuk bertobat dalam naungan kasih Tuhan. E. Saran penyusunan Khotbah. Pembukaan Pengkotbah bisa membuka dengan cerita-cerita dari pengalaman pribadi menjadi orang Kristen atau kisah-kisah yang lain; bisa juga bertanya kepada jemaat, apakah mereka sungguh yakin menjadi orang Kristen dan sungguh yakin beriman mereka masuk sorga. Bisa dijelaskan pula tentang pandangan orang mengenai kematian. Isi Menjelaskan uraian penjelasan teks dan konteks masa kini dalam hubungannya tentang karya keselamatan Yesus Kristus bagi setiap orang percaya. Penutup 52 Memotivasi jemaat agar jemaat setia sampai akhir, tahan pada setiap pencobaan dan menyalurkan berkat penebusan itu kepada sesama dalam pratek hidup sehari-hari. F. LITURGI Nats Pembimbing: Yesaya 63:7-9 Berita Anugrah: Ibrani 13:6 Petunjuk Hidup Baru; Yakobus 5:7-8 Persembahan: Ibrani 13: 15 Pujian: KJ: 454 /PKJ: 3 KJ: 29 /PKJ: 4 KJ: 387/PKJ: 15 KJ: /PKJ: 174 KJ: 439 /PKJ: 146 KJ: 450 /PKJ: 285 G. Contoh Kotbah Jadi DARI DERITA MENUJU SUKACITA Apakah salah satu hal yang paling ditakuti manusia? Kematian. Ada banyak sebab mengapa manusia takut mati. Dalam kehidupan keduniawian, manusia takut mati karena masih banyak yang belum terpenuhi sebagai manusia normal. Terkadang ada yang mengatakan “saya takut mati karena belum nikah”, “saya takut mati karena belum menyenangkan orang tua saya” dan alasan-alasan yang lain. Namun ada pula yang siap mati karena sudah berputus asa, bisa masalah penyakit yang menyiksa, kesulitan ekonomi, kegagalan cinta dan lainnya. Alasannya adalah kematian sebagai pembebas derita. Dalam sisi kerohaniannya, manusia takut mati karena dosa-dosanya menghantuinya. Manusia takut mati karena ia menyadari bahwa kematian fisik bukan akhir segala-galanya. Sebagai makhluk rohani, manusia sadar rohnya yang kekal masih menghadapi 53 kemungkinan maut kekal, yaitu hukuman kekal yang diberikan Allah atas semua perbuatan dosanya selama hidupnya di dunia ini. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Lalu bagaimana iman kita sebagai orang percaya? Apakah kita siap kapanpun dipanggil Tuhan dalam kematian kita? Perikop ini sebenarnya tidak membahas kapan kita mati atau bagaimana cara kita mati. Namun lebih kepada arah bagaimana kita menyikapi kehidupan kekal kita setelah kematian kita di dunia ini, yang kita sendiri pun tidak akan pernah tahu kapan terjadinya. Inilah fokus iman kita, sebagaimana yang diinginkan oleh penulis kitab Ibrani ini. Setiap pembaca dan pendengar kitab Ibrani ini diingatkan tentang karya penebusan Tuhan Allah melalui diri Yesus Kristus. Oleh kehendak Allah, Tuhan Yesus menderita untuk membebaskan manusia dari hukuman kekal tersebut. Ia menderita bahkan sampai mati, supaya melalui kematian-Nya Ia mengalahkan dan memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut. Tuhan Yesus datang sebagai manusia supaya Ia boleh mewakili manusia dalam menghadapi maut. Kemanusiaan Tuhan Yesus adalah riil. Ia benar-benar menghayati kemanusiaan-Nya sehingga Ia bisa menyebut manusia sebagai sesama-Nya, sebagai saudara-Nya. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus dapat mengerti dan menghayati pergumulan manusia melawan dosa. Bahkan Ia telah menghadapi pencobaan yang membawa-Nya mengalami penderitaan. Hanya satu yang membedakan diri-Nya dari manusia lain. Ia tidak berbuat dosa. Dengan demikian, Tuhan Yesus bisa menjadi Imam Besar yang mewakili umat manusia memohonkan belas kasih dan pengampunan Allah. Inilah dua kemenangan Tuhan Yesus: menang terhadap kuasa maut dan menang dalam mendamaikan manusia dengan Allah. Di dalam Tuhan Yesus, setiap orang percaya tidak lagi menghadapi maut kekal. Orang Kristen tidak perlu lagi takut menghadapi kematian fisik karena ia sudah diperdamaikan dengan Allah. Bahkan kita bisa dengan bebas dan berani menghampiri Allah di dalam Tuhan Yesus untuk segala keluhan dan pergumulan kita karena Dia mengerti dan peduli akan penderitaan kita. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Kerelaan Yesus yang seketika lamanya menjadi lebih rendah dari malaikat dan bahkan menjadi sama dengan manusia, menderita, dan mati bukanlah suatu 54 kekalahan! Tindakan Yesus ini justru adalah suatu kemenangan besar sepanjang sejarah alam. Ia mati namun bangkit lagi. Maut pun ditaklukkan-Nya. Semua ini semata-mata demi meneguhkan kuasa-Nya atas seluruh alam ciptaan termasuk maut, dan demi mewujudkan rencana-Nya yaitu agar manusia menerima anugerah keselamatan. Ia membuktikan kebenaran Injil. Kebenaran Injil dibuktikan Allah sendiri melalui Yesus Kristus yang diutus secara khusus ke dalam dunia. Yesus Kristus bukan hanya lebih tinggi dari para malaikat dan makhluk ciptaan lainnya. Ia juga lebih berkuasa atas segala kuasa jahat, yaitu Iblis dan maut. KematianNya mematahkan maut dan Iblis; sebab Ia bangkit dari kematian. Maut tak dapat mempecudangi-Nya. Selanjutnya Allah mengutus Roh Kudus-Nya ke dalam setiap rasul dan hamba-hamba-Nya untuk memberitakan Injil-Nya dengan kuasa Ilahi-Nya. Di dalam Kristus terletak pengharapan kemenangan atas si jahat dan keselamatan yang kekal. Inilah perjuangan Kristus. Mengorbankan harga diri dan nyawa, Yesus Kristus "habishabisan" berjuang demi membuktikan kebenaran Injil dan menganugerahkan keselamatan bagi manusia. Karenanya, Kristen pun harus "habis-habisan" juga bagi Yesus Kristus. Artinya, kita harus menjadi pengikut Kristus secara utuh dan menyeluruh. Menjadi Kristen dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Menjadi Kristen di rumah, Kristen di kantor, Kristen di masyarakat, dan Kristen di negara. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Ada sebagian dari kita yang mungkin pernah mendengar dari saudara kita yang lain, atau bahkan dari kita sendiri yang masih meragukan kita mendapatkan kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus Kristus. Masih ada mungkin diantara orang Kristen yang tidak yakin dirinya masuk sorga nantinya setelah Tuhan datang yang kedua kali dan mengangkat kita. Mungkin juga masih ada yang masih meyakini bahwa kehidupan sorga nantinya hanya bagi orang tertentu saja yang saleh. Atau bahkan mungkin ada juga yang tidak percaya akan adanya sorga dan neraka yang kekal, dengan mengatakan”manusia mati ya sudah”. Ini gambaran 55 penderitaan manusia secara rohani dengan adanya ketidaksadaran bahwa dosa telah begitu kuat merengkuh. Maut adalah upah bagi orang yang berdosa. Iblis adalah oknum yang ada dibalik maut. Iblis membujuk dan membodohi manusia dengan pelbagai cara agar manusia tidak taat dan tidak yakin akan jalan keselamatan yang Tuhan Allah sendiri lakukan dalam Kristus. Kita patut bersukacita, iblis dan maut telah dikalahkan Yesus Kristus. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Ada kesempatan bagi kita jika masih ada dalam belenggu dosa untuk kembali datang pada Tuhan mohon pengampunannya dalam pertobatan kita. Kita patut bersukacita jika ada diantara kita yang dalam segala kerendahan hatinya dihadapan Tuhan dan Jemaat mau bertobat. Mari kita saling mendukung, supaya kita semua semakin kuat dalam hidup pertobatan kita. Marilah kita menyambut uluran kasih Tuhan yang merupakan anugerah ini dengan penuh kesadaran bahwa kita telah dilepaskan dari penderitaan dosa. Kita yang dahulu menderita karena dosa, kita dilepaskan dan mendapat sukacita. Mari kita pertahankan sukacita kita ini dengan rasa syukur dalam hati kita, pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Mari kita tidak tergoda lagi dengan bujuk rayu iblis dengan pelbagai cara. Baik dengan cara yang menggiurkan, maupun dengan cara yang menakutkan, bahkan bisa membunuh fisik kita. Di dunia ini sementara, kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus menanti kita. Mari kita tetap kuat sampai akhir karena sukacita telah kita peroleh. Tetap semangat. Tuhan memberkati. Amin. [KH] 56 Rancangan Khotbah, 09 Februari 2014 minggu biasa V, warna liturgi Hijau BACAAN LEKSIONARI: Yesaya 58:7-10, Mazmur 112:1-10, 1 Korintus 2:1-5, Matius 5:13-16. Tema: BERBAHAGIALAH ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN Bacaan: Mazmur 112:1-10 A. Tujuan: 1. Jemaat memiliki pemahaman yang benar tentang kebahagiaan. 2. Jemaat menjadi umat yang takut akan Tuhan. B. Latar Belakang Dan Penafsiran Teks Mazmur 111 dan 112 adalah sepasang yang terdiri dari 10 ayat dan tiap–tiap syair berisikan 22 kalimat yang ditata secara akrostik di mana kalimat-kalimat itu disusun berdasarkan abjad Ibrani. Kedua mazmur ini 57 menyentuh tema kembar, Mazmur 111 adalah pujian bagi Allah, sedangkan Mazmur 112 berisi tentang pujian kepada orang benar. Berdasarkan ayat-ayat yang ada, Mazmur ini diperuntukan bagi pemakaian semasa Paskah atau Pesta Pondok Daun di masyarakat prapembuangan. Tema dari ayat terakhir Mazmur 111 telah dikembangkan ke dalam mazmur 112, yang berkaitan dengan kehidupan seorang yang takut akan Tuhan. Dalam ayat 1 dikatakan bahwa takut akan Tuhan dan ketaatan kepadaNya akan membawa berkat dan kehidupan yang berbahagia. Kehidupan bahagia sejahtera oleh pemazmur dihayati dan ditulis dalam ayat-ayat berikutnya, pertama ayat 2 dan 3 yaitu, kelimpahan yang dilihat dari keturunannya yang perkasa (2), kenyamanan duniawi yang dikaitkan dengan harta dan kekayaan yang ada di rumahnya. Serta sifat pribadi yang baik yang senantiasa ada di dalam dirinya (3). Kedua ayat 4 dan 5 yang berkaitan dengan kemurahan hati. Ayat 4, menunjuk kepada orang benar yang bangkit seperti terang, terbit ditengah-tengah kegelapan, hal ini mempunyai arti bahwa ia akan menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi yang lain. Selain itu, karena ia menjadi seorang yang taat kepada Allah, maka ia akan memiliki sifat-sifat seperti Allah, yaitu pengasih, penyayang dan berbelas kasihan (111:4). Segi yang ketiga adalah: keteguhan di dalam kemalangan ayat 6-8, dari ayat ini pemazmur mau menjelaskan, bahwa menjadi orang yang mentaati Allah dan hidup dengan benar, bukan berarti lalu bebas dari kesukaran, bahkan kabar kecelakaan pun mungkin akan didengarnya, baik yang akan dilakukan oleh orang-orang yang memusuhinya, maupun dari mana saja, tetapi bagi orang yang benar dan taat kepada Allah, hal itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena hatinya penuh kepercayaan kepada Tuhan Allah. Ketiga segi tersebut diakhiri dengan menguatkan kembali tema yang ada, dengan mepertentangkan/ mengkontraskan kehidupan orang yang benar dan orang fasik. yaitu, melalui ayat 9 dan 10, orang benar itu pasti murah hati, berdaya tahan dan dimuliakan. Sedangkan orang fasik itu pendendam, tidak bertahan lama dan kecewa. C. Konteks Masa Kini 58 Kebanyakan orang memahami bahwa kebahagian hidup hanya dapat diperoleh dengan memiliki banyak materi, punya anak, punya istri cantik, punya jabatan, dsb. Sehingga banyak orang berlomba-lomba mengejar materi dalam rangka memperoleh kebahagian. Penderitaan hidup masih terus ada di dunia ini, baik karena sakit penyakit, bencana alam, kejahatan dan yang lainnya. Takut Tuhan menjadi barang langka di negeri ini, hal ini nampak dengan adanya kejahatan yang menjadi biasa dan membudaya, entah yang berkaitan dengan suap menyuap, korupsi, ataupun kejahatan lainnya. Banyak orang tekun beragama dengan harapan dijauhkan dari malapetaka. D. Saran Penyusunan Khotbah Pendahuluan Terangkan pada jemaat, bahwa ukuran kebahagian seseorang pada umumnya dinilai dari materi, sehingga banyak orang mengejar materi apakah dengan cara yang haram ataupun halal. Isi Terangkan pada jemaat, bahwa kebahagiaan dan sejahtera menurut pemazmur dapat diperoleh dengan takut akan Allah. ada tiga hal yang dihayati oleh pemazmur mengenai kebahagian kesejahteraan yang diperoleh: Kelimpahan Kemurahan hati Keteguhan Jelaskan juga bahwa ke tiga hal di atas tidak menjadi ukuran Iman kebahagiaan pada masa kini, karena itu adalah pengalaman iman pemazmur, setiap orang juga punya pengalaman masing-masing yang berbeda-beda. Intinya menjadi bahagia karena takut akan Allah, karena dengan takut akan Allah akan mendapatkan berkat –berkat lainnya( yang tidak harus sama dengan pemazmur) 59 sehingga menjadi bahagia. Penutup Tekankan pada jemaat untuk menjadi bahagia, pertama ya ng harus dilakukan adalah takut akan Tuhan. E. UsulanAyat-ayat : Nats Pembimbing: Yesaya 51:4 Berita Anugerah : Ulangan 4:1 Nats Persembahan : Roma 12:1 Usulan Lagu-Lagu : 1. KJ. 454 PKJ: 013 2. KJ.013 PKJ: 028 3. KJ. 392 PKJ:280 4. KJ. 053 PKJ:229 5. KJ. 367 PKJ:147 6. KJ. 402 PKJ: 285 F. Contoh Khotbah Jadi BERBAHAGIALAH ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, Tuhan itu baik, karena semua orang dapat merasakan kebahagian, baik orang tua maupun anak-anak, kaya atau miskin, laki atau perempuan. Ada yang berbahagia karena dapat membeli mobil baru, ada juga orang miskin yang berbahagia, dengan radio barunya dirinya bisa berjoget dangdut, ada yang berbahagia karena makan dengan daging, ada juga yang bisa makan saja sudah berbahagia. Kebahagiaan itu adalah milik siapa saja, dan dapat dirasakan oleh siapa saja, tetapi anehnya tidak sedikit orang yang hidup tidak bahagia, entah karena dicekam ketakutan, kecemasan, atau karena hal lainnya. Ada juga orang yang berpikir kalau kebahagiaan itu dapat diperoleh dengan mempunyai banyak harta, sehingga banyak yang hidup dengan mengejar harta dan kekayaan baik dengan cara haram ataupun halal, dan ternyata tidak semua orang merasakan kebahagiaan dengan kekayaannya. Dan kalau kita hayati dan dipelajari kebahagiaan itu adalah 60 sebuah perasaan, dan perasaan itu lahirnya dari hati. Oleh karena itu penting untuk kita lakukan yaitu menata hati kita, sehingga kita dapat merasakan kebahagiaan. Untuk menata hati supaya bisa tenang maka kita harus dekat Tuhan. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pemazmur 112: 1-9 juga memberi gambaran kepada kita bagaimana supaya kita berbahagia, menurut ayat 1 kebahagiaan dan berkat itu dapat dirasakan ketika seseorang takut kepada Tuhan dan melakukan segala perintah-perintahNya, dalam kesaksian iman kita, Tuhan itu baik, Dia tidak akan menjerumuskan umatnya, ketika umat mau takut akan Allah dengan tidak melakukan dosa dan selalu berusaha dan berjuang melakukan perintah-perintah Allah maka kebahagian dan kesejahteraan itu akan diperolehnya. Berdasarkan pengalaman iman yang dihayati oleh pemazmur pada waktu itu, kehidupan bahagia dan sejahtera ada tiga hal yang disaksikannya, yaitu: Pertama adalah, kelimpahan, hal ini dapat dilihat dari keturunannya yang perkasa, artinya keturunannya selalu diberkati, karena pengaruh yang baik dari orang tuanya yang takut akan Tuhan, yang akan membimbing keturunanya menjadi orang yang takut akan Allah, sehingga menjadi orang-orang benar yang mempunyai wibawa. Dalam tradisi bangsa Israel mempunyai anak adalah tanda orang diberkati. Pertanyaannya, apakah mempunyai anak juga menjadi ukuran berkat? Apakah kalau tidak punya anak lalu tidak diberkati? Tidak. Intinya orang yang takut akan Tuhan inilah yang diberkati, hidup dalam kebahagiaan. Disamping itu kelimpahan juga dinampakan dari kenyamanan duniawi yang dikaitkan dengan harta dan kekayaan yang ada di rumahnya, di mana kehidupan yang baik dan tenang akan dicurahkan oleh Allah. Selain itu kelimpahan juga ditunjukan dengan sifat pribadi yang baik yang senantiasa ada di dalam dirinya. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah orang yang berkelimpahan dan tidak takut akan Tuhan pasti bisa berbahagia? Tidak! Intinya orang yang takut akan Tuhan itulah yang akan berbahagia dalam segala keadaan. Baik dalam kelimpahan maupun kekurangan. Kedua yang berkaitan dengan kemurahan hati. Ayat 4, menunjuk kepada orang benar yang bangkit seperti terang, terbit ditengah-tengah kegelapan, hal ini mempunyai arti bahwa ia akan 61 menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi yang lain. Selain itu, karena ia menjadi seorang yang taat kepada Allah, maka ia akan memiliki sifat-sifat seperti Allah, yaitu pengasih, penyayang dan berbelas kasihan (111:4). ketiga adalah: keteguhan di dalam kemalangan ayat 6-8, dari ayat ini pemazmur mau menjelaskan, bahwa menjadi orang yang mentaati Allah dan hidup dengan benar, bukan berarti lalu bebas dari kesukaran, bahkan kabar kecelakaan pun mungkin akan didengarnya, baik yang akan dilakukan oleh orang-orang yang memusuhinya, maupun dari mana saja, tetapi bagi orang yang benar dan taat kepada Allah, hal itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena hatinya penuh kepercayaan kepada Tuhan Allah. Dirinya memiliki keteguhan hati. Oleh pemazmur Ketiga hal tersebut diakhiri dengan menguatkan kembali tema kebahagiaan orang yang takut Tuhan dengan mepertentangkan/mengkontraskan kehidupan orang yang benar dan orang fasik. yaitu, melalui ayat 9 dan 10, orang benar itu pasti murah hati, berdaya tahan dan dimuliakan menjadi berbahagia. Sedangkan orang fasik itu pendendam, tidak bertahan lama dan kecewa serta menjadi tidak bahagia. Inilah kesaksian pemazmur, yang mau mengajar kepada kita, bahwa kebahagiaan hidup itu akan terjadi ketika kita benar-benar mau takut akan Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Semua orang ingin hidup bahagia, termasuk saya dan saudara, dan kebahagiaan itu dapat dimiliki oleh siapa saja. Untuk menjadi bahagia bukan perkara yang sulit, yang dibutuhkan adalah mau menjadi orang-orang yang takut akan Allah dengan melakukan perintah-perintahNya. Seperti kesaksian pemazmur yang memuliakan Tuhan karena kebahagiaan telah diberikan kepada mereka yang takut akan Allah. Oleh karena itu untuk menjadi bahagia, mari kita tinggalkan perbuatan-perbuatan dosa yang menjadikan diri kita tertekan dan tidak mengalamai damai, mari kita melakukan kehendak Allah dengan penuh percaya, bahwa bersama Tuhan ada kedamaian dan masa depan. Meskipun dalam hidup ada pergumulan, ketika kita menjadi orang yang takut akan Tuhan, kita akan tetap teguh karena kita tetap mempunyai pengharapan, dan kita masih tetap bisa berbahagia. Bila 62 pemazmur menyaksikan menurut pengalaman imannya, bahwa orang yang takut akan Tuhan akan berbahagia dengan menerima hal-hal yang diungkap di atas. Demikian juga dengan kita, ketika kita menjadi umat yang Takut akan Tuhan, kita juga akan berbahagia, kebahagiaan menerima berkat itu, tidak harus sama seperti yang dialami oleh pemazmur. Karena pengalaman pemazmur sangat erat hubungannya dengan keyakinan orang Israel pada saat itu. Inti kebahagiaan adalah takut akan Tuhan. Dengan Takut akan Tuhan kita menjadi berbahagia, karena kita akan menerima berkatNya, misalnya: Dengan takut akan Tuhan kita menjadi banyak sahabat karena ada ketulusan. Dengan takut akan Tuhan kita menjadi naik jabatan karena bekerja dengan benar. Dengan takut akan Tuhan, kita menjadi orang yang dipercaya, karena jujur Dan masih banyak lagi. Siapapun kita, bagaimana keadaan kita, kita ingin hidup bahagia? Takutlah akan Allah. Tuhan memberkati. [JN] RANCANGAN KHOTBAH 16 FEBRUARI 2014 Minggu Biasa VI, Warna Liturgi Hijau Bacaan Leksionary Ulangan 30:15-20, Mazmur 119:1-5; 1Korintus 2:6-10; Matius 5:17-37 Thema: MARI BERTINDAK DENGAN SADAR Bahan: Matius 5:17-37 A. Tujuan Anggota jemaat memiliki kesadaran dalam bertindak, memahami kasih dengan benar, memberlakukan kasih dengan kesadaran dan bukan hanya mematuhi hukum, tetapi memahami dan menyadari tindakannya memberlakukan hukum itu. B. Latar Belakang Teks 63 Dalam khotbah di bukit di ayat sebelumnya, (Matius 5:1-12) Tuhan Yesus memberikan khotbah mengenai jalan kebahagiaan yang dapat ditempuh oleh manusia. Selanjutnya Ia menegaskan bahwa muridNya, yaitu orang yang menerima ajarannya adalah garam dan terang dunia yang hendaknya memberikan teladan dalam perbuatan baik agar Nama Bapa di Sorga dimuliakan. Selanjutnya, menurut injil Matius 5:1737, Tuhan Yesus membicarakan mengenai hubungannya dengan hukum Taurat. Sebelum melihat apa pendapatNya mengenai hukum Taurat, ada baiknya kita terlebih dahulu memahami misi Yesus datang ke dunia ini melalui sabdaNya ketika ia baru memulai pelayananan Nya. (Lihat Matius 4:17; Markus 1:15; Lukas 4:43) Tugas pelayanan Yesus adalah untuk memberitakan Kerajaan/pemerintahan Allah, atau dalam bahasa Injil Matius Kerajaan Sorga-ini karena orang Yahudi yang menjadi pembaca injil ini tidak biasa menyebutkan nama Allah sehingga menggunakan kata kerajaan Sorga. Apa itu Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah/Pemerintahan Allah penting kita bahas disini karena dalam perikop yang akan kita bahas ini, yaitu Matius 5:17-37, tidak bisa dilepaskan dari hal ini -lihat Matius 5:19-20. Dalam Alkitab tidak pernah dijelaskan melalui sebuah definisi yang jelas apa yang dimaksud dengan kerajaan Sorga/Kerajaan Allah atau Pemerintahan Allah itu. Yesus sendiri tidak pernah mendefinisikan Kerajaan Allah melalui sebuah kalimat yang jelas. Namun, Ia sering menggambarkan Kerajaan Allah dalam perumpamaan dan kiasan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kerajaan Allah bisa dipahami berbedabeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Terkadang, ada orang yang menganggap bahwa kerajaan Allah hanya berarti tempat kekal di sorga yang adanya di atas atau di langit. Ditambah lagi dengan pemahaman filsafat Yunani mengenai tingkatan langit, terkadang kita menafsirkan teks Alkitab hanya sepotong-sepotong sehingga kita mengambil kesimpulan bahwa kerajaan sorga itu adalah suatu istana Allah/sorga yang mempunyai tingkatan-tingkatan bagi orang sesuai dengan amal perbuatannya. (sebagai contoh pemahaman ini didasarkan atas teks dalam Matius 5:19). Dan ada juga penafsiran-penafsiran mengenai kerajaan Sorga yang lain. 64 Untuk memahami kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus, kita harus memahami teks dengan baik, memahami konteks nya dan juga membandingkannya secara menyeluruh di dalam Alkitab. Walaupun Tuhan Yesus sering menjelaskan Kerajaan Allah memalui sebuah perumpamaan, Kerajaan Allah itu sendiri jauh lebih besar dari apa yang ada dalam perumpamaan Yesus, sebab Kerajaan Allah tidak hanya diberitakan Yesus melalui perumpamaan-Nya, tetapi juga tergambar dalam pribadi-Nya yang mewarnai semua tindakan-Nya. Kita harus hatihati dalam memandang teks secara pragmatis/terpotong-potong. Sebagai contoh pemahaman mengenai tingkatan-tingkatan dalam kerajaan Sorga dalam Matius 5:19 ini yang juga merupakan bagian dalam pembacaan teks. Ada baiknya kita harus memahami konteksnya maupun bahasanya dengan benar. Ayat ini tidak berbicara mengenai tingkatan tingkatan sorga seperti yang dipahai dalam filsafat Yunani, melainkan kedudukan seseorang dalam kerajaan sorga itu sendiri. Dalam alam pikir umat Yahudi, khususnya orang Farisi yang tentunya juga menjadi pendengar dalam khotbahNya di bukit ini, memiliki pemahaman mengenai perintah yang utama dan yang kurang utama, sebagai contoh pertanyaan orang Farisi mengenai perintah manakah yang merupakan perintah utama dalam Matius 22:36. Dan memahami juga bahwa dalam kerajaan sorga itu ada tempat yang mulia dan kurang mulia, yang tinggi dan rendah, yang besar dan kecil. Maksudnya adalah penghargaan Allah/pandangan Allah terhadap orang tersebut. Dalam beberapa teks, seringkali kita melihat memang ada pemahaman orang Yahudi termasuk juga murid-murid Yesus mengenai siapa yang paling besar kedudukannya diantara para pengikut Yesus. Dengan memakai pola pikir mereka ini, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa hukum Taurat tidak pernah ia gagalkan. Bahkan siapa yang meniadakan hukum yang paling kecil sekalipun dan mengajarkannya kepada orang lain, maka ia akan mendapat tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Sorga. Karena orang itu membeda-bedakan hukum mana yang utama dan tidak utama, maka kepadanya juga akan diberlakukan demikian, yaitu ada tempat yang rendah yang akan ia dapatkan. Padahal maksud Tuhan adalah bahwa semua perintah dalam hukum Taurat itu tidaklah dibedakan tingkatan-tingkatannya-dan hukum 65 yang utama yang biasa disebut sebagai hukum kasih dalam Matius 22:3740 itu merupakan semua intisari atau semangat dari semua hukum Taurat itu sendiri. Dan dengan tetap memakai bahasa mereka, Tuhan Yesus melanjutkan: “tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam kerajaan Sorga. Namun, walaupun demikian ia memperingatkan murid-muridnya (semua orang yang menjadi pendengarnya kala itu) bahwa ketika hidup keagamaan kita tidak lebih benar dari hidup keagamaan orang-orang Farisi yang mempunyai pandangan tentang sorga dan hukum seperti yang telah ia jelaskan tadi, maka kita tidak akan masuk dalam kerajaan Sorga. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari di sini, yaitu yang mendapatkan tempat rendah tadi membeda-bedakan hukum, ada yang kecil dan ada yang besar dan tidak dijelaskan apakah ia melakukan hukum taurat itu tidak yang disebut hanya meniadakan dan mengajarkan. Sedangkan yang mendapatkan kedudukan yang tinggi tadi melakukan dan mengajarkan segala perintah dalam hukum Taurat. Selanjutnya, Tuhan Yesus menegaskan bahwa segala perintah itu harus dihidupi dan ketika kita tidak menghidupinya (bahkan kehidupan keagamaan kita tidak lebih benar dari orang Farisi) maka kita tidak masuk dalam kerajaan Sorga. Dan bagaimana cara menghidupi hukum itu kita akan bahas kemudian dalam bagian selannjutnya, yaitu bagian tafsiran teks. Kumpulan pengajaran dalam Khotbah di Bukit (Matius 5-7) menunjukkan kepada kita bahwa anugrah Kerajaan Allah bukanlah sekedar sebuah konsep atau harapan belaka melainkan sebuah aksi yang dilakukan melalui perbuatan dan sikap hidup yang benar (Matius 5:20). Khotbah di bukit adalah Kabar Baik. Ini adalah sebuah tuntunan hidup kita yang menyatakan bahwa Kerajaan Allah dapat hadir di dunia ini dan mereka yang membuka diri akan diperbaharui hidupnya dan diberikan kekuatan dalam menantikan kepenuhannya di akhir zaman. Dalam beberapa ayat diinjil, Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa Kerajaan Allah bukanlah melulu sebuah harapan akan sorga melainkan juga bisa kita rasakan dan datang sekarang ini (Matius 12:28, Lukas 11:20). Kerajaan Allah yang Yesus beritakan, yang juga sudah mengakar dalam perjanjian lama ini kemudian bukan hanya menjadi inti pewartaan 66 Injil sinoptik, namun juga menjadi inti seluruh Perjanjian Baru. Paulus kemudian memberikan sebuah gambaran mengenai Kerajaan Allah, ”Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17). Ketiga karakter ini merupakan nilai-nilai dasar dalam Kerajaan Allah. Namun tentu saja Kerajaan Allah tidaklah bisa disederhanakan menjadi ketiga hal itu. Untuk menjelaskan bahwa Kerajaan Allah bukan hal yang bisa disederhanakan dan didefinisikan, seorang teolog Asia, C.S.Song bahkan mengatakan bahwa selain kasih, keadilan dan kebebasan, nilai-nilai Kerajaan Allah juga tentang kebenaran, kuasa, dan kehidupan dan masih banyak lagi deretan yang bisa ditambahkan. Tetapi intinya bahwa nilai-nilai Kerajaan Allah itu adalah nilai-nilai kebaikan yang selalu bersebrangan dengan nilai-nilai kejahatan. Kerajaan Allah yang Yesus beritakan tidaklah melulu sebagai pengharapan akan kehidupan kekal di sorga nanti. Kerajaan Allah justru dibawa oleh Yesus di tengah-tengah dunia ini. Ia menghadirkan kerajaan Allah yang holistik (menyeluruh dan meliputi semua segi kehidupan). Ia menghadirkan Kerajaan Allah itu kepada semua orang yang mau percaya kepada-Nya, tidak peduli apakah dia adalah orang Israel atau bangsabangsa lain, apakah dia orang miskin atau kaya, apakah dia anak kecil ataupun orang tua, apakah dia adalah orang-orang yang dipandang berdosa atau pemimpin agama, semuanya dikasihi dan dipanggil untuk masuk dalam pemerintahan Allah yang penuh rahmat dan kasih. Namun meskipun begitu, ia juga mengtakan bahwa Kerajaan Allah hendaknya selalu diperjuangkan, diberitakan dan didoakan untuk menyongsong kesempurnaannya kelak ketika maranata tiba. Dalam pemerintahan Allah itu, kita juga melihat bahwa penyelamatan atau kabar baik yang Yesus nyatakan bukan hanya melulu soal “jiwa” saja dan meninggalkan semua yang sering kita sebut sebagai hal yang jasmani juga. Tetapi melihatnya sebagai sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Jadi intiya Kerajaan Allah adalah penyelamatan Allah yang menyeluruh baik sekarang maupun kelak ketika akhir zaman, dimana ada kebenaran, kasih damai sejahtera, sukacita dan hal-hal yang bersebrangan dengan kejahatan. 67 C. Penafsiran Teks Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: (Matius 5:17) “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Dari ayat ini, kita melihat bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia ini bukanlah untuk meniadakan atau menggagalkan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya. Mengapa demikian? Apakah yang dimaksud dengan menggenapinya? Bukankah sepertinya ajaran Tuhan Yesus berbeda seperti yang “hukum Taurat” ajarkan? Kita akan menjawabnya sembari kita merenungkan ayat-ayat seterusnya. Mari kita perhatikan Matius 5:18-20, disini kita lihat, bahwa menurut Tuhan Yesus, ajaran dari hukum Taurat itu adalah ajaran yang baik. Bahkan ia memperingatkan bahwa ketika ada yang meniadakan bagian yang paling kecil saja, ia akan menempati tempat paling rendah di sorga. Bahkan jika “hidup keagamaan” kita tidak lebih benar dari ahliahli Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Jadi menjadi Pengikut Kristus, seharusnya tidak bertentangan dengan hukum Taurat. Bahkan jika kehidupan agama kita tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi, kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Ada beberapa poin yang harus kita garis bawahi disini, yaitu hidup keagamaan yang seperti apa yang dimaksud. Mengapa ahli Taurat dan orang Farisi yang dijadikan patokan? Lalu Kerajaan Sorga yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus disini harus dipahami dengan baik. Mengenai Kerajaan Sorga, lihat penjelasan latar belakang teks diatas. Harapannya kita memahaminya sebagai sebuah karya penyelamatan Allah yang menyeluruh, yang kita nantikan kelak maupun yang dapat kita rasakan tanda-tandanya sekarang didunia ini, yaitu ketika kita merasakan damai sejahtera, sukacita, kasih dan kebenaran maka kita sedang merasakan tanda-tanda pemerintahan/ Kerajaan Allah. Mengenai orang Farisi dan ahli Taurat mengapa menjadi patokan, karena mereka adalah golongan yang sangat ketat menjalankan hukum Taurat ini, menjauhi larangan-larangan dan melakukan anjuran dan perintah-perintah keagamaan dengan sedetail-detailnya. Hidup 68 keagamaan yang bagaimana, inilah yang kemudian dibahas oleh Yesus melalui contoh-contoh perbuatan di ayat-ayat seterusnya, ayat 21 sampai seterusnya. Dari hal-hal itu, kita dapat melihat bahwa kehidupan keagamaan tidak hanya melulu soal ritual agama seperti berdoa, membaca kitab suci dll, tetapi meliputi semua unsur kehidupan kita, tingkah laku kita dan keputusan etis yang kita buat dalam hidup kita. Dalam Matius 5:21-22, Tuhan Yesus menyinggung soal “hukum” membunuh. Dalam hal hukum ini, Tuhan Yesus memberikan penjelasan bahwa hukum ini benar, namun harus dihayati semangatnya, yaitu membunuh bukan hanya fisiknya saja, tetapi juga dalam hal “yang tidak kelihatan” seperti pembunuhan karakter. Hal ini hendaknya kita pahami juga bahwa hal yang demikian bisa membawa orang kepada keadaan yang tidak damai sejahtera. Dan dapat dipastikan orang yang melakukannya juga pasti akan merasa tidak damai. Bahagia mungkin bagi beberapa orang yang mengalami kelainan jiwa-bahagia ketika melihat orang terluka, tetapi bukan bahagia yang hakiki, yaitu damai sejahtera, tenang, aman, nyaman. Yang harus kita sadari adalah bagaimana orang bisa terjebak kepada pembunuhan karakter? Hal seperti ini akan terjadi apabila kita memiliki masalah dengan orang lain. Entah permasalahan sepihak seperti kita merasa tidak senang dengan orang lain karena sikapnya, tingkahnya, kata-katanya, kekayaannya, kesuksesannya dll. Hal-hal itu menyakitkan hati kita tanpa diketahui oleh orang lain dan kita kemudian berniat agar orang ini tidak disukai oleh orang lain, gagal dalam pekerjaaannya, dll. Atau kita sedang dalam masalah terbuka dengan orang lain. Orang lain dan kita sama-sama tahu kalau saling tidak suka dan mulailah kita “menggosipkan” atau mengata-ngatai orang lain jahat, jahil, kafir dll. Agar supaya kita menang dan orang lain kalah. Ini yang dinamakan pembunuhan karakter. Oleh Karena itu Tuhan Yesus mengingatkan hal yang demikian ini dalam ayat 22. Setiap orang pasti pernah mengalami konflik dengan orang lain dan hal yang demikian ini rasa-rasanya sangat dekat dengan kehidupan orang sehari-hari tanpa tahu bahwa hal seperti itu bisa berakibat fatal, sama seperti pembunuhan, yaitu “mematikan” orang lain dan menjadikan orang lain tidak berdaya atau berharga. Oleh karena itu, Tuhan Yesus 69 memberikan nasehat yang ada dalam ayat selanjutnya, yaitu dalam Matius 23-26. Nasehat yang seperti ini diberikan oleh Tuhan Yesus agar orang segera mengambil langkah damai dengan orang lain, agar konflik itu tidak berujung kepada pembunuhan, melainkan kepada damai sejahtera. Apalagi apabila kita berkonflik dengan rekan sekerja kita atau orang yang berada dalam lingkungan kita. Hal yang demikian ini akan menyebabkan kita tidak nyaman dan tidak bisa masuk ke dalam damai sejahtera kerajaan Allah. Mengadakan usaha damai sangat penting, selain bagi diri kita sendiri juga bagi orang lain yang berkonflik dengan kita. Pertanyaannya adalah bagaimana bila kita sudah sangat ingin berdamai, tetapi ternyata orang lain tidak? Maka berdamai harus diingat bahwa hal itu sebagai langkah kita untuk menerapkan kasih yang dimulai dari diri kita sendiri, bagaimana caranya kita menemukan kedamaian batin kita. Bagi orang lain yang tidak mau berdamai dengan kita bagaimana? Jangan diambil pusing- karena itu urusannya dengan dirinya sendiri, apakah ia mau masuk kedalam damai sejahtera atau tidak. Tetapi hati kita, niat kita, pikiran kita sudah tidak terporsir lagi hanya untuk memikirkan tingkah laku orang lain. Pengampunan yang datang dari Allah akan mendamaikan kita dan memampukan kita memandang semua orang berharga dan memikirkan hal-hal yang lebih positif. Dari contoh diatas, jelas bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita untuk jeli dalam melihat hukum dan peraturan. Semangat yang ada dalam hukum itulah yang seharusnya dijunjung tinggi dan menjiwai kita dalam mengambil keputusan-keputusan dalam hidup kita. Dari contoh pertama ini kita mendapat gambaran bahwa kata-kata Tuhan Yesus yang ia tidak meniadakan Hukum Taurat melainkan menggenapinya mulai ada titik terangnya. Ia pun meyakini bahwa sebenarnya, hukum Taurat membawa orang kepada kehidupan damai sejahtera, ke dalam Kerajaan Allah. Namun ia menggenapi cara membaca dan memberlakukan hukum Taurat itu agar tidak kehilangan makna dan semangatnya, yaitu membawa orang kepada kerajaan Sorga/Kerajaan Allah dimana orang bisa merasakan damai sejahtera, kasih, sukacita dan anugrah penyelamatan Allah. 70 Pertanyaannya bagi kita adalah, mengapa ia perlu menggenapinya? Pada waktu itu, Hukum Taurat dijalankan secara ketat oleh beberapa golongan seperti ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi orang Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada 613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya dengan sebaik-baiknya. Beberapa golongan itu menaati hukum itu agar masuk dalam kerajaan Allah dalam keadaan suci. Tentu saja terhadap mereka Tuhan Yesus tidak melarang. Yesus mengajak para muridnya agar juga menaati Hukum Taurat yang membawa kepada kerajaan Allah itu tetapi dengan cara yang lain. Walaupun beberapa kali dalam cerita Injil kita dapat menemui perbedaan pandangan antara Tuhan Yesus dan orang-orang ini mengenai hukum, contohnya menganai hukum Sabat (Matius 12:1-15a, Lukas 6:1-11). Namun, Tuhan Yesus tidaklah bermaksud meniadakan hukum Taurat itu. Tuhan Yesus mengajak muridmuridnya untuk menggali makna dan semangat dari hukum itu. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menerapkan hukum itu secara harfiah sedangkan Tuhan Yesus menerapkan semangat dari hukum Taurat, yaitu tentang mengasihi Tuhan, sesama dan diri sendiri. Bukan berarti Tuhan Yesus mengganti atau meniadakan hukum-hukum itu, melainkan mengingatkan kita untuk memberlakukan makna dan semangat dari Hukum Taurat itu sendiri. Jangan sampai kita terjebak kepada menaati hukum tetapi tidak memberkalukan semangatnya, yaitu Kasih yang membawa kita kepada kerajaan Allah. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengatakan jika kehidupan keagamaan kita tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan masuk dalam kerajaan sorga. Diayat yang seterusnya, ayat Matius 5: 27-37 dan bahkan sampai ayat 48, Tuhan Yesus kembali memberikan contoh-contoh lagi mengenai penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari, seperti contoh tentang perzinahan, perceraian dan juga sumpah. Dalam contoh-contoh ini, Tuhan Yesus kembali menegaskan, janganlah kita terjebak pada peraturan yang mengekang orang untuk berbuat kebaikan dan kasih, melainkan menggali semangat dari hukum itu dengan baik sehingga 71 kehidupan kita tidaklah terbelenggu dengan sederet “mitos,” apa yang boleh dan tidak dilakukan, tetapi mengerti sungguh mengapa kita melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Sehingga Damai sejahtera dari Allah dapat dirasakan oleh diri sendiri, orang lain, lingkungan kita dan juga orang yang membenci kita. D. Konteks Masa Kini 1) Masih ada beberapa orang yang seringkali bertindak hanya berdasarkan aturan yang berlaku atau bahkan mitos tertentu namun tidak mengerti maknanya. Parahnya beberapa orang memaksakan agar orang lain menaati aturan dan mitos itu meskipun hal itu tidak mendatangkan kebaikan bagi orang lain. 2) Ada orang yang memiliki kesadaran penuh melakukan sesuatu dan juga menyadari bahwa hal itu merupakan hal yang baik dan ia melakukannya namun dicela dan mungkin dikucilkan oleh orang lain karena tidak berlaku sesuai dengan adat kebiasaan yang ada. 3) Kedua hal diatas dapat memicu konflik karena masing-masing orang menganggap yang benar adalah miliknya, padahal masingmasing dapat berjalan dengan baik apabila ada komunikasi dan juga saling menghargai. E. Saran Penyusunan Khotbah Pendahuluan Buka khotbah dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai mitos ataupun kebiasaan yang ada dalam lingkungan sekitar. Ajak pendengar untuk menyadari bahwa semua yang kita lakukan harus dalam keadaan sadar, artinya kita sungguh-sungguh mengetahui dan meyakini bahwa apa yang kita lakukan itu benar. Jangan sampai kita hanya ikut-ikutan tanpa tahu apa maknanya, bisa membangun iman kita atau tidak. Isi Berikan penjelasan mengenai penafsiran teks dengan memperhatikan latar belakang teks. Tekankan pada jemaat bahwa ada dua cara dalam memandang dan memberlakukan hukum/aturan. Cara yang pertama 72 dipakai oleh Ahli-ahli Taurat dan orang farisi, dimana mereka dengan ketat menjalankan aturan agamanya sampai sedetail-detailnya. Cara kedua adalah seperti yang Tuhan Yesus Ajarkan, kesadaran akan semangat dan makna hukum itu harus lebih dahulu merasuk dan kita pahami lalu kita bertindak dengan penuh kesadaran berdasarkan semangat yang terkandung dalam hukum/aturan itu. Cara Tuhan Yesus menafsirkan hukum Taurat memberikan kita teladan agar kita tidak mudah menghakimi orang lain yang berbeda dengan kita, selama hal itu bisa dipertanggungjawabkan. Intinya jangan sampai terlewat bahwa hukum dan aturan digunakan untuk kebaikan, yaitu membawa orang kepada Kerajaan Allah, dimana orang bisa merasakan kedamaian, damai sejahtera dan sukacita. Jabarkan contoh penafsiran Tuhan Yesus terhadap hukum jangan membunuh. Penutup Ajaklah jemaat untuk selalu merefleksikan aturan/kebiasaan/mitos yang selama ini mereka lakukan. Dan tekankan kepada jemaat agar memiliki hati yang terbuka untuk menghargai hal-hal yang baru dan juga mendiskusikannya dengan orang lain, memberikan orang lain kebebasan untuk berpendapat dan berkeyakinan tanpa harus kehilangan identitas dan iman. Intinya mari bertindak dengan sadar dan penuh keyakinan tanpa menjadi tertutup terhadap pandangan orang lain. F. Contoh Khotbah Jadi MARI BERTINDAK DENGAN SADAR Ibu Bapak Saudari/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Saya ingin bertanya, mengapa anak kecil sering dilarang makan “ekor ayam/ bahasa jawanya brutu atau juga sayap ayam yang kecil 73 diujungnya itu? Mengapa kalau orang menikah harus tukar cincin? Mengapa orang Kristen menghias pohon natal ketika natal tiba? Lalu bagaimana kalau terjadi sebaliknya, anak anda sangat suka brutu bagaimana tanggapan anda? Atau tidak ada cicin dalam pernikahan anda, calon suami anda tidak memberikan cincin? Bagaimana masih mau menikah? Saya senang kalau ada yang melakukan hal-hal yang seperti ini dengan kesadaran dan pengetahuan yang cukup. Artinya memang menyadari bahwa aturan-aturan ataupun mitos itu memang benar adanya dan bukan hanya karena ikut-ikutan atau karena kata “orang tua.” Lha kata “orang tua” anak kecil ga boleh makan brutu ya pokoknya ga boleh. Yang saya maksud “orang tua” bukan mbah-mbah ya, tetapi orang yang dianggap tua dan yang kata-katanya atau aturannya harus diikuti oleh orang lain. Mengenai hal seperti ini, ada sebuah cerita yang disampaikan oleh seorang Romo, yaitu Fr. Yudi SX, yang demikian: Setiap kali guru siap untuk melakukan ibadat malam,kucing asrama mengeong-ngeong sehingga mengganggu orang yang yang sedang berdoa. Maka ia menyuruh muridnya untuk mengikat kucing itu selama ibadat malam berlangsung. Lama sesudah guru meninggal, kucing itu masih tetap diikat selama ibadat malam. Dan setelah kucing itu mati, dibawalah kucing baru sebagai ganti kucing yang mati itu untuk diikat sebagaimana biasa terjadi selama ibadat malam. Berabad-abad kemudian kitab-kitab tafsir penuh dengan tulisan ilmiah murid-murid sang guru, mengenai pentingnya peranan seekor kucing yang diikat dalam suatu ibadat malam. Jika kita berkaca dari cerita tadi, seringkali kita menemui bahwa pada mulanya aturan dibuat dengan alasan yang baik. Namun kadangkala ada aturan yang kemudian terus menerus dijalankan dan menjadi sebuah kebiasaan yang turun temurun, namun sudah kehilangan maknanya. Orang merasa hebat jika sudah melakukannya, tetapi akan merasa “berdosa” atau dihakimi jika melakukan hal yang berbeda. Melalui pembacaan kita kali ini, kita mendapat gambaran sedikitnya ada dua cara, orang memandang dan memberlakukan hukum. Cara yang pertama dipakai oleh Ahli-ahli Taurat dan orang farisi, dimana 74 mereka dengan ketat menjalankan aturan agamanya sampai sedetaildetailnya. Cara kedua adalah seperti yang Tuhan Yesus ajarkan, kesadaran akan semangat dan makna hukum itu harus lebih dahulu merasuk dan kita pahami, baru kita bertindak dengan penuh kesadaran berdasarkan semangat yang terkandung dalam hukum/aturan itu. Sebenarnya Tuhan Yesus tidak pernah melarang para ahli Taurat dan Orang-orang Farisi memberlakukan hukum, namun ia menunjukkan kepada mereka ada cara lain dalam memandang dan memberlakukan hukum Taurat. Dalam hal ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa ia tidak pernah menentang hukum Taurat atapun meniadakannya. Jadi hukum Tauratnya itu sendiri tidaklah digagalkan, namun cara menafsirkannya dan memberlakukannyalah yang digenapi. Mari kita perhatikan perikop ini lebih seksama, dalam ayat 17-20, kita melihat, bahwa menurut Tuhan Yesus, ajaran dari hukum Taurat itu adalah ajaran yang baik. Bahkan ia memperingatkan bahwa ketika ada yang meniadakan bagian yang paling kecil saja, ia akan menempati tempat paling rendah di sorga. Bahkan jika “hidup keagamaan” kita tidak lebih benar dari ahli-ahli Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Jadi menjadi Pengikut Kristus, seharusnya tidak bertentangan dengan hukum Taurat. Bahkan jika kehidupan agama kita tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi, kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Ada bebrapa poin yang harus kita garis bawahi disini, yaitu hidup keagamaan yang seperti apa yang dimaksud. Mengapa ahli Taurat dan orang Farisi yang dijadikan patokan? Lalu Kerajaan Sorga yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus disini harus dipahami dengan baik. Kerajaan sorga/Kerajaan Allah yang Yesus beritakan tidaklah melulu sebagai pengharapan akan kehidupan kekal di sorga nanti. Kerajaan Allah justru dibawa oleh Yesus di tengah-tengah dunia ini. Ia menghadirkan kerajaan Allah yang holistik (menyeluruh dan meliputi semua segi kehidupan). Ia menghadirkan Kerajaan Allah itu kepada semua orang yang mau percaya kepada-Nya, tidak peduli apakah dia adalah orang Israel atau bangsa-bangsa lain, apakah dia orang miskin atau kaya, apakah dia anak kecil atau dewasa, apakah dia adalah orangorang yang dipandang berdosa atau pemimpin agama, semuanya dikasihi 75 dan dipanggil untuk masuk dalam pemerintahan Allah yang penuh rahmat dan kasih. Meskipun begitu, Tuhan Yesus juga mengtakan bahwa Kerajaan Allah hendaknya selalu diperjuangkan, diberitakan dan didoakan untuk menyongsong kepenuhannya kelak ketika maranata tiba. Dalam pemerintahan Allah itu, kita juga melihat bahwa penyelamatan atau kabar baik yang Yesus nyatakan bukan hanya melulu soal “jiwa” saja dan meninggalkan semua yang sering kita sebut sebagai hal yang jasmani. Tetapi melihatnya sebagai sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Jadi intiya Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Tuhan Yesus adalah penyelamatan Allah yang menyeluruh, baik sekarang maupun kelak ketika akhir zaman, dimana ada kebenaran, kasih damai sejahtera, sukacita dan hal-hal yang bersebrangan dengan kejahatan. Mengenai orang Farisi dan ahli Taurat mengapa menjadi patokan, karena mereka adalah golongan yang sangat ketat menjalankan hukum Taurat ini, menjauhi larangan-larangan dan melakukan anjuran dan perintah-perintah keagamaan dengan sedetail-detailnya. Hidup keagamaan yang bagaimana, inilah yang kemudian dibahas oleh Yesus melalui contoh-contoh perbuatan di ayat-ayat seterusnya, ayat 21 sampai seterusnya. Dari hal-hal itu, kita dapat melihat bahwa kehidupan keagamaan tidak hanya melulu soal ritual agama seperti berdoa, membaca kitab suci dll, tetapi meliputi semua unsur kehidupan kita, tingkah laku kita dan keputusan etis yang kita buat dalam hidup kita. Sebagai contoh, Tuhan Yesus memberikan teladan bagaimana kita bertindak etis dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dimulai dari perintah mengenai jangan membunuh dalam ayat 21. Disini Tuhan Yesus menyinggung soal “hukum” membunuh. Dalam hal hukum ini Tuhan Yesus memberikan penjelasan bahwa hukum ini benar, namun harus dihayati semangatnya, yaitu membunuh bukan hanya fisiknya saja, tetapi juga dalam hal “yang tidak kelihatan” seperti pembunuhan karakter. Hal ini hendaknya kita pahami juga bahwa hal yang demikian bisa membawa orang kepada keadaan yang tidak damai sejahtera. Dan dapat dipastikan orang yang melakukannya juga pasti akan merasa tidak damai. Bahagia mungkin bagi beberapa orang yang mengalami kelainan jiwa-yaitu bahagia ketika melihat orang 76 terluka- tetapi bukan bahagia yang hakiki, yaitu damai sejahtera, tenang, aman, nyaman. Yang harus kita sadari adalah bagaimana orang bisa terjebak kepada pembunuhan karakter? Hal seperti ini akan terjadi apabila kita memiliki masalah dengan orang lain. Entah permasalahan sepihak seperti kita merasa tidak senang dengan orang lain karena sikapnya, tingkahnya, kata-katanya, kekayaannya, kesuksesannya dll. Hal-hal itu menyakitkan hati kita tanpa diketahui oleh orang lain dan kita kemudian berniat agar orang ini tidak disukai oleh orang lain, gagal dalam pekerjaaannya, dll. Atau kita sedang dalam masalah terbuka dengan orang lain. Orang lain dan kita sama-sama tahu kalau saling tidak suka dan mulailah kita “menggosipkan” atau mengata-ngatai orang lain jahat, jahil, kafir dll. Agar supaya kita menang dan orang lain kalah. Ini yang dinamakan pembunuhan karakter. Oleh Karena itu Tuhan Yesus mengingatkan hal yang demikian ini dalam ayat 22. Setiap orang pasti pernah mengalami konflik dengan orang lain dan hal yang demikian ini rasa-rasanya sangat dekat dengan kehidupan orang sehari-hari tanpa tahu bahwa hal seperti itu bisa berakibat fatal-sama seperti pembunuhan, yaitu “mematikan” orang lain dan menjadikan orang lain tidak berdaya atau berharga. Oleh karena itu, Tuhan Yesus memberikan nasehat dalam ayat selanjutnya, yaitu ayat 23-26 agar kita segera sadar ketika kita sudah mempunyai masalah dengan orang lain agar jangan berlarut-larut. Nasehat yang seperti dalam ayat 23-26 diberikan oleh Tuhan Yesus agar orang segera mengambil langkah damai dengan orang lain, agar konflik itu tidak berujung kepada pembunuhan, melainkan kepada damai sejahtera. Apalagi apabila kita berkonflik dengan rekan sekerja kita atau orang yang berada dalam lingkungan kita. Hal yang demikian ini akan menyebabkan kita tidak nyaman dan tidak bisa masuk ke dalam damai sejahtera kerajaan Allah. Mengadakan damai sangat penting, selain bagi diri kita sendiri juga bagi orang lain yang berkonflik dengan kita. Pertanyaannya adalah bagaimana bila kita sudah sangat ingin damai tetapi ternyata orang lain tidak? Maka damai harus diingat bahwa hal itu sebgai langkah kita untuk meerapkan kasih yang dimulai dari diri kita sendiri, bagaimana caranya kita menemukan kedamaian batin kita. Bagi orang lain yang tidak mau 77 berdamai dengan kita bagaimana? Jangan diambil pusing- karena itu urusannya dengan dirinya sendiri, apakah ia mau masuk kedalam damai sejahtera atau tidak. Tetapi hati kita, niat kita, pikiran kita sudah tidak terporsir lagi hanya untuk memikirkan tingkah laku orang lain. Pengampunan yang datang dari Allah akan mendamaikan kita dan memampukan kita memandang semua orang berharga dan memikirkan hal-hal yang lebih positif. Dari contoh diatas, jelas bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita untuk jeli dalam melihat hukum dan peraturan. Semangat yang ada dalam hukum itulah yang seharusnya dijunjung tinggi dan menjiwai kita dalam mengambil keputusan-keputusan dalam hidup kita. Dari contoh pertama ini kita mendapat gambaran benar Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Ia pun meyakini bahwa sebenarnya, hukum Taurat membawa orang kepada kehidupan damai sejahtera, ke dalam Kerajaan Allah. Namun Ia menggenapi cara membaca dan memberlakukan hukum Taurat itu agar tidak kehilangan makna dan semangatnya, yaitu membawa orang kepada kerajaan Sorga/Kerajaan Allah dimana orang bisa merasakan damai sejahtera, kasih, sukacita dan anugrah penyelamatan Allah. Pertanyaannya bagi kita adalah, mengapa ia perlu menggenapinya? Pada waktu itu, Hukum Taurat dijalankan secara ketat oleh beberapa golongan seperti ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi orang Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada 613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya dengan sebaik-baiknya. Beberapa golongan itu menaati hukum itu agar masuk dalam kerajaan Allah dalam keadaan suci. Tentu saja terhadap mereka Tuhan Yesus tidak melarang. Yesus mengajak para muridnya agar juga menaati Hukum Taurat yang membawa kepada kerajaan Allah itu tetapi dengan cara yang lain. Walaupun beberapa kali dalam cerita Injil kita dapat menemui perbedaan pandangan antara Tuhan Yesus dan orang-orang ini mengenai hukum, contohnya menganai hukum Sabat (Matius 12:1-15a, Lukas 6:111). Namun, Tuhan Yesus tidaklah bermaksud meniadakan hukum 78 Taurat itu. Tuhan Yesus mengajak murid-muridnya untuk menggali makna dan semangat dari hukum itu. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menerapkan hukum itu secara harfiah sedangkan Tuhan Yesus menerapkan semangat dari hukum Taurat, yaitu tentang mengasihi Tuhan, sesama dan diri sendiri. Ia mengingatkan kita agar jangan sampai kita terjebak kepada menaati hukum tetapi tidak memberkalukan semangatnya, yaitu kasih yang membawa kita kepada kerajaan Allah. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengatakan jika kehidupan keagamaan kita tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan masuk dalam kerajaan sorga. Diayat yang seterusnya, ayat Matius 5: 27-37 dan bahkan sampai ayat 48, Tuhan Yesus kembali memberikan contoh-contoh lagi mengenai penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari, seperti contoh tentang perzinahan, perceraian dan juga sumpah. Dalam contoh-contoh ini, Tuhan Yesus kembali menegaskan, janganlah kita terjebak pada peraturan yang mengekang orang untuk berbuat kebaikan dan kasih, melainkan menggali semangat dari hukum itu dengan baik sehingga kehidupan kita tidak tidaklah terbelenggu dengan sederet “mitos,” apa yang boleh dan tidak dilakukan, tetapi mengerti sungguh mengapa kita melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Sehingga Damai sejahtera dari Allah dapat dirasakan oleh diri sendiri, orang lain, lingkungan kita dan juga orang yang membenci kita. Amin. [PS] Rancangan Khotbah, 23 Februari 2014 79 Minggu Biasa VII, Warna Liturgi Hijau Bacaan Leksionari: Imamat 19:1-8, Mazmur 103:1-13, 1 Korintus 3:16-23, Matius 5:38-48 Tema: KEKUDUSAN HIDUP DALAM HUBUNGAN DENGAN TUHAN DAN ORANGTUA Bacaan: Imamat 19:1-8 A. Tujuan: 1. Agar umat Allah memiliki komitmen untuk menjaga kekudusan hidup. 2. Agar umat Allah menghormati kekudusan Tuhan. 3. Agar umat Allah menghormati orangtua 4. Agar umat Allah bersyukur kepada Tuhan. B. Latar Belakang Kitab Imamat termasuk dalam Kitab Taurat. Termasuk salah satu Kitab yang pertama kali diakui sebagai kanon oleh orang-orang Yahudi. Kitab Taurat yang terdiri dari Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan dan Imamat diyakini sebagai intisari seluruh kitab Perjanjian Lama. Hal ini tidak mengherankan, sebab Kitab Taurat menjadi dasar hidup bangsa Yahudi. Pentingnya Kitab Taurat disebabkan karena: pertama, kitab ini memberitakan asal-usul bangsa Israel, bahkan asal-usul seluruh umat manusia. Kedua, kitab ini mengandung perundang-undangan kehidupan bangsa Israel, terutama kehidupan keagamaan. Kitab Imamat diyakini ditulis pada masa pembuangan atau sesudahnya (akhir abad 6 atau abad 5 SM). Tetapi Pasal 17-26 yang bertemakan tentang kekudusan hidup biasanya ditempatkan pada permulaan abad 6, karena sejiwa dengan Kitab Yehezkiel. Kitab Imamat terbagi dalam 6 bagian sebagai berikut: 1. Pasal 1-7 membicarakan kurban-kurban. Pasal 1-3 tentang tiga macam kurban yaitu kurban bakaran, kurban makanan atau kurban sajian dan kurban keselamatan. Pasal 4:1-6:7 memberi pembagian lain, yaitu atas kurban penebus dosa dan kurban penebus salah. Pasal 80 6:8-7:38 memberi petunjuk kepada imam-imam bagaimana caranya kurban bakaran, kurban makanan atau sajian, kurban penebus dosa dan kurban keselamatan harus dipersembahkan, dan bagian mana dari kurban keselamatan yang menjadi hak imam. Disebutkan juga larangan memakan lemak dan darah. 2. Pasal 8-10 menerangkan tentang penahbisan Harun dan anakanaknya menjadi imam dan peristiwa kematian Nadab dan Abihu. 3. Pasal 11-15 tentang menjaga kekudusan bangsa Israel. Binatangbinatang dibagi menjadi binatang yang haram dan halal (Pasal 11), penyucian sehabis melahirkan anak (Pasal 12), persoalan kusta (pasal 13-14) dan kenajisan yang berhubungan dengan kelamin (pasal 15) semuanya diatur. 4. Pasal 16 tentang mengatur hari Grafirat atau hari raya Pendamaian. 5. Pasal 17-26 dikenal sebagai hukum-hukum kesucian dalam berbagai segi, yaitu yang berhubungan dengan kebaktian dan kemasyarakatan. Intinya dinyatakan dalam Imamat 19:2 “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN Allahmu, kudus.” Pasal 23-25 mengatur hari raya dan tahun Sabat/tahun Yobel dan pasal 26 memaparkan tentang Berkat bagi yang taat dan Kutuk bagi yang tidak taat kepada Taurat. Penting juga dalam bagian ini, pasal-pasal mengenai hari raya (pasal 23), juga tentang tahun Sabat dan tahun Yobel (pasal 25) yang memiliki peranan sosial untuk membantu orang miskin dan budak. Pasal 26 adalah pasal yang mengharukan karena ada janji berkat Tuhan bagi mereka yang mematuhi peraturan-peraturan Taurat, dan kutuk bagi mereka yang tidak menghiraukannya. 6. Pasal 27 menjelaskan tentang pembayaran nazar. Secara umum, Kitab Imamat mengandung pesan teologis tentang panggilan bangsa Israel untuk hidup kudus sesuai dengan kekudusan Tuhan sendiri. Kekudusan tersebut nampak nyata dan hanya dapat terjadi bila Israel bergaul erat dengan Tuhan dalam berbagai jenis persembahan kurban, memelihara hari-hari raya dan melakukan perintah Tuhan sambil menjauhi larangan-laranganNya. 81 C. Penafsiran Teks Ayat 1-2; Musa mendengar TUHAN berbicara kepadanya. Isinya suatu perintah untuk mengumumkan kepada bangsa Israel agar mereka menjaga kekudusan hidup. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHANmu, kudus !” Kudus dalam bahasa Ibrani Qadesh artinya istimewa, disendirikan, dipisahkan untuk suatu maksud tertentu. Israel diperintah TUHAN untuk hidup kudus artinya umat Israel sebagai umatNya harus menjalani hidup baik dan tampil berbeda dibandingkan dengan bangsa manapun. Mulai ayat 3-7 menuturkan bagaimana kekudusan yang berhubungan dengan ibadah itu dipraktikkan oleh umat Israel. Ayat 3 menjelaskan tentang kewajiban umat Israel untuk menghormati orang tua mereka dan menghormati hari Sabat dengan beribadah kepada TUHAN. Ayat 4 “Janganlah kamu berpang kepada berhal-berhala dan janganlah kamu membuat bagmu dewa tuangan; Akulah Tuhan, Allahmu” berbicara tentang larangan menduakan TUHAN. Ayat 5-8 tentang anjuran memberikan persembahan kurban keselamatan dengan bermacam-macam peraturannya sehingga siapa yang melanggarnya haruslah dimusnahkan/ dihukum mati. Bila kita baca lebih lanjut, ayat 9-37 berbicara tentang peraturan dalam kehidupan sehari-hari yaitu tentang berdiakonia bagi orang miskin (ay 9-10), larangan mencuri, berbohong, berdusta, memeras dan menahan upah orang yang sudah bekerja (ay 11-13), larangan berbuat jahat kepada orang cacat (ay 14), larangan berbuat curang dalam pengadilan (ay 15), larangan menyebar fitnah (ay 16), larangan membenci sesama (ay 17-18), larangan menanam dua jenis tanaman, mengawinkan dua jenis hewan, memakai pakaian dengan dua jenis bahan (ay 19), dan masih banyak larangan-larangan lainnya (ay 20-37). Dalam Imamat 19:1-8 ada tiga pesan teologis sebagai berikut: 1. Menguduskan hidup (ay 1-2) karena Tuhan itu kudus. 2. Menjalin relasi dengan Tuhan yang berhak menerima hormat dengan cara: Menghormati Sabat (ay 3), Setia kepada Tuhan (ay 4) dan Hidup yang bersyukur (ay 5-8). 3. Menjalin relasi dengan orang yang berhak menerima hormat dengan cara: Menghormati Orang tua (ay 3). 82 D. Konteks Masa Kini 1. Hasrat ingin kaya dengan jalan pintas membuat sebagian orang terdorong nekad melakukan korupsi, kejahatan pencurian dan pembegalan, menipu orang melalui iming-iming hadiah, ikut bertransaksi narkoba atau praktik jual beli orang, dsb. Banyak orang menjadi korban pihak-pihak yang menghalalkan segala cara demi mencari kekayaan. 2. Situasi apa-apa duit menyebabkan sebagian orang gemar menyuap untuk bisa bekerja baik swasta maupun negeri. Orang semakin sedikit yang bergantung kepada Tuhan dan berganti bergantung kepada mamon/uang. 3. Berita-berita tentang pornografi dan pornoaksi marak di Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar, tapi di daerah pedesaanpun bisa terjadi. Internet saat ini ada di mana-mana. Anak-anak SD dan SMP sudah pandai membuka internet. Bahkan Hand Phone juga menyediakan fasilitas mengakses situs-situs porno. Menjaga kekudusan pikiran menjadi persoalan yang susah dilakukan di Jaman multi media saat ini. 4. Kewibawaan orang tua di hadapan anak semakin terkikis. 5. Kekudusan hati, pikiran dan perkataan harus tetap diupayakan. 6. Dewasa ini di dunia pendidikan semakin disadari tentang pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik. E. Saran Penyusunan Kotbah 1. Pembukaan Awali kotbah semenarik mungkin. Pengkotbah dapat menceritakan tentang makna salah satu butir Pengakuan Iman Rasuli yakni “percaya akan adanya gereja kudus dan am; persekutuan orang kudus”. 2. Isi Pengkotbah menyampaikan latar belakang teks dan penjelasan teks. Tekankan tentang : a. Menguduskan hidup (ay 1-2) 83 b. Menghormati Sabat (ay 3), Setia kepada Tuhan (ay 4) dan Hidup yang bersyukur. (ay 5-8) c. Menghormati Orang tua (ay 3) Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman Tuhan dalam kehidupan jemaat sehari-hari. 3. Penutup Tutuplah dengan dorongan (motivasi) agar jemaat setia kepada Tuhan, menghormati orangtua dan hidup bersyukur. F. Liturgi : 1. Nyanyian Persiapan 2. Nas Pembimbing 3. Nyanyian Jemaat 4. Berita anugerah 5. Nyanyian Peneguhan 6. Nyanyan Responsoria 7. Nas Persembahan 8. Nyanyian Persembahan 9. Nyanyian penutup : KJ 64:1-2 /PKJ 2 2X : Mazmur 1:1-6. : KJ 21:1-2/PKJ 242:1-2 : I Yohanes 3:1-2 : PKJ 255:1/KJ 66: 1-3 : KJ 427:1-4/ KJ 280:1-3 : Roma 11:36 : KJ 289:1-2,8-9. : KJ 410:1 G. Contoh Kotbah Jadi KEKUDUSAN HIDUP DALAM HUBUNGAN DENGAN TUHAN DAN ORANGTUA Saudara-saudariku di dalam Kristus, setiap hari Minggu kita mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Salah satu yang kita percayai adalah adanya gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus. Gereja yang kudus dan am (am artinya umum) merupakan persekutuan orang kudus. Siapa menjadi murid Kristus dan telah dibaptis telah secara otomatis menjadi anggota persekutuan orang kudus ini yakni gereja. Lalu, apa artinya kudus? Kita semua menjadi anggota persekutuan orang kudus. Kita adalah orang kudus? Yang bener saja? Saya tadinya juga ragu-ragu. Tetapi sekarang saya bisa mengatakan, 84 bahwa benar. Saudara, saya, dan kita semua adalah orang kudus. Tidak harus menjadi Santo dan Santa untuk menjadi orang kudus. Sekarang pun kita sudah menjadi orang kudus. Kita adalah umat yang kudus. Kudus, dalam bahasa Ibrani artinya istimewa, dipisahkan dari yang lain, disendirikan untuk suatu maksud khusus. Untuk suatu maksud yang istimewa. Jadi, kudus tidak sama dengan tanpa dosa. Kita memang orang berdosa yang sudah ditebus dosanya, dikuduskan atau dikhususkan untuk menjadi kawan sekerja Allah guna memberitakan injil kepada segala makhluk. Kita dikuduskan untuk menjadi garam dan terang dunia. Saudara adalah orang kudus, saya juga. Semua orang kudus memiliki talenta dan panggilan khususnya. Maka ada orang kudus yang dikuduskan lagi, misalnya Penatua, Pendeta, Diaken serta pengurus Komisi Gereja. Mereka adalah orang kudus yang dikuduskan menjadi Penatua, Pendeta, Diaken dan pengurus komisi. Artinya punya tugas yang lebih khusus lagi. Saudara-saudariku di dalam Kristus, Kitab Imamat termasuk salah satu Kitab Taurat. Kitab Taurat yang terdiri dari Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan dan Imamat diyakini sebagai intisari seluruh kitab Perjanjian Lama. Hal ini tidak mengherankan, sebab Kitab Taurat menjadi dasar hidup bangsa Yahudi. Pentingnya Kitab Taurat disebabkan karena: pertama, kitab ini memberitakan asal-usul bangsa Israel, bahkan asal-usul seluruh umat manusia. Kedua, kitab ini mengandung perundang-undangan kehidupan bangsa Israel, terutama kehidupan keagamaan. Secara umum, Kitab Imamat mengandung pesan teologis tentang panggilan bangsa Israel untuk hidup kudus sesuai dengan kekudusan Tuhan sendiri. Kekudusan tersebut nampak nyata dan hanya dapat terjadi bila Israel bergaul erat dengan Tuhan dalam berbagai jenis persembahan kurban, memelihara hari-hari raya dan melakukan perintah Tuhan sambil menjauhi larangan-laranganNya. Dalam Imamat 19:1-8 kita mendapatkan tiga pesan penting tentang kekudusan hidup. Tema pertama ada pada ayat 1 dan 2 yang bercerita tentang Tuhan yang berfirman kepada Musa agar Musa mengumumkan kepada umat Israel untuk menjaga kekudusan hidup. 85 Umat Israel harus hidup kudus, bukan hanya disebabkan identitas Israel sebagai umat yang kudus tapi juga karena Tuhan Allah itu kudus. Tuhan itu spesial banget bagi Israel, memperlakukan Israel secara istimewa. Tuhan telah menebus Israel dari perbudakan di Mesir dan menuntun mereka menuju negeri impian yang berlimpah susu dan madunya. Tuhan sudah mengistimewakan Israel. Dengan demikian, kekudusan umat Israel pertama-tama karena Allah yang kudus telah menjalin relasi dengan mereka. Mereka dipilih dari segala bangsa untuk menjadi umatNya. Maka Israel disebut umat yang kudus. Israel harus sadar bahwa mereka berbeda dengan bangsa-bangsa manapun. Tuhan berfirman kepada Musa. Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah kudus”. Tema kedua nampak dalam perintah Tuhan agar Israel menjalin relasi yang baik dengan Tuhan. Caranya dengan menghormati Sabat (ay 3), tidak menduakan Tuhan (ay 4) dan hidup yang bersyukur (ay 5-8) di hadapan Allah. Beribadah kepada Tuhan adalah salah satu tanda seseorang setia dan hormat kepada Tuhan. Adakah diantara Bapak-IbuSaudara yang masih bolong-bolong dalam kehadiran pada ibadah Minggu dan kegiatan gerejawi lainnya? Beribadah adalah salah satu perintah Tuhan, agar kita tidak menjauhkan diri dari persekutuan Ibrani 10:25). Adakah yang masih mendua hati? Memiliki illah lain dalam hidupnya? Adakah yang masih suka mengeluh dan sukar bersyukur kepada Tuhan? Jangan menjadi orang kudus yang tidak hidup kudus. Mari menguduskan Tuhan dalam hidup kita! Saudara-saudariku, di dalam Tuhan, Tema ketiga adalah tentang hubungan antara menghormati dan mengasihi Allah dengan tindakan menghormati dan mengasihi orangtua. Kualitas hubungan seseorang dengan Tuhan dapat dilihat dalam kualitas perilaku seseorang terhadap orang tuanya. Dalam hal ini berlaku prinsip: Tidak mungkin seseorang menghormati Allah bila dalam hidup mereka tidak menghormati orang tua mereka. Tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya, bila dengan orangtua yang dilihatnya saja mereka jelas-jelas tidak bisa mengasihi. (ay 3). 86 Umat Israel harus hidup kudus. Mereka harus menguduskan hari Sabat, tidak menduakan Tuhan dan hidup bersyukur. Ini adalah jalan berelasi dengan Tuhan. Mereka juga harus menghormati orangtua karena itu menjadi bukti bahwa mereka mampu menundukkan diri di bawah otoritas Orang tua dan membuka pintu kemungkinan untuk menghormati otoritas yang lebih tinggi lagi yakni otoritas Tuhan. Ibu, Bapak dan Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Pada zaman modern ini, orang yang tidak setia kepada Tuhan masih dapat kita jumpai. Tren ingin cepat sukses dan kaya menjadikan sebagian orang melakukan korupsi dan manipulasi atau mencari pelarisan bagi dagangan, minta bantuan dukun untuk kewibawaan dan pengasihan. Sebagian memasang susuk kecantikan dengan alasan agar suami lengket dan tidak berkhianat. Banyak orang hidup dalam ketakutan mengalami hancurnya rumah tangga sehingga yang halal dan yang haram dilakukan agar disayang pasangan hidupnya. Menduakan Tuhan kemudian menjadi pilihan. Jumlah gereja kehilangan anggota yang berpindah agama karena pernikahan dini atau pernikahan yang didahului kehamilan juga tidak sedikit. Dalam hidup sehari-hari kita hadir dalam situasi apa-apa duit, sedikit-sedikit duit. Hal ini menyebabkan sebagian orang jatuh dalam tindakan menyuap untuk bisa bekerja baik swasta maupun negeri. Orang semakin sedikit yang bergantung kepada Tuhan dan berganti bergantung kepada uang. Kata mereka : namanya juga usaha. Berita-berita tentang pornografi dan pornoaksi marak di Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar, tapi di daerah pedesaanpun bisa terjadi. Internet saat ini ada di mana-mana. Anak-anak SD dan SMP sudah pandai membuka internet. Bahkan Hand Phone juga menyediakan fasilitas mengakses situs-situs porno. Menjaga kekudusan pikiran menjadi persoalan yang susah dilakukan di Jaman multi media saat ini. Pada pihak lain, kewibawaan orang tua di hadapan anak semakin terkikis. Kita sadar bahwa kekudusan hati, pikiran dan perkataan harus tetap diupayakan. Saudara-saudariku, Dalam Perjanjian Baru, kekudusan hidup bersangkut paut bukan tentang berpantang makanan tertentu seperti 87 dalam Kitab Perjanjian Lama. Tuhan Yesus Kristus sudah menggenapi hukum Taurat. Semuanya itu adalah bayangan dari Kristus (Kol.2:16-17). Semuanya itu hanya mengenai barang fana yang binasa oleh pemakaian (Kol. 2:22). Kekudusan hidup bersangkut paut dengan apa yang dipikirkan dan apa yang ada di dalam hati manusia. Orang Kristen harus menguduskan hati dan pikirannya dengan menjauhi percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan. Membuang segala kemarahan, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor (Kol. 3:8-9). Kekudusan hidup tercermin dalam bagaimana kita menyambut hari Minggu sebagai hari istimewa untuk beribadah kepada Tuhan, bersyukur kepadaNya atas segala cinta kasih Tuhan yang besar dalam hidup kita. Mari kita juga meningkatkan rasa hormat kita kepada orang tua. Itu menjadi cermin seseorang menghormati Allah. Tidak mungkin seseorang dapat menghormati Allah yang tak dilihatnya bila dengan orang tua yang dapat dilihatnya saja tidak menghormati. Mari kita hidup bersyukur karena hidup bersyukur merupakan seni dan kecerdasan. Yaitu kemampuan atau kecerdasan untuk dapat melihat hal-hal baik dalam kehidupan. Kesetiaan kepada Tuhan Yesus Kristus harus ditumbuhkembangkan. Gereja harus menekankan kembali pengajaran. Kebaktian anak (Sekolah Minggu), kelas katekisasi bagi anak, remaja, pemuda dan pranikah harus secara serius dilakukan. Kita harus membangun tanggultanggul baru untuk menahan terjangan budaya-budaya negatif. Mari kita mendorong putra-putri kita untuk masuk kelas-kelas katekisasi sebesar semangat kita untuk meningkatkan pengetahuan putra-putri kita dengan les privat dan bimbel. Saudara-saudariku, kekasih Tuhan, Kita adalah umat kudus pilihan Allah. Mari kita hidup kudus, karena Tuhan, Allah kita memanggil kita menjadi kawan sekerjaNya di tengah-tengah dunia. Tuhan memberkati kita. AMIN.[BNH] 88 PEMBERITAHUAN: TANGGAL 2 MARET 2014 SAMPAI DENGAN TANGGAL 8 JUNI 2014 MENGGUNAKAN BAHAN MPPP (MASA PERAYAAN PASKAH DAN PENTAKOSTA) 89 RANCANGAN KHOTBAH 15 JUNI 2014 Minggu Trinitas, Warna Liturgi Putih Bacaan Leksionary; keluaran 34:4b-9; Daniel 3:52-56; 2Korintus 13:11-13; Yohanes 3:16-18 Thema: MENJADI UMAT ALLAH YANG DEWASA DAN BERTANGGUNG JAWAB Bahan: Keluaran 34:4b-9 A. Tujuan: 1. Anggota jemaat memiliki kesadaran bahwa menjadi umat Allah harus memahami siapakah Allah itu dan bagaimanakah kasihnya kepada umatNya. 2. Anggota jemaat memahami Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih dan setiaNya juga mau mendidik umatNya menjadi umat yang dewasa dan bertanggung jawab. B. Latar Belakang Teks Perikop yang kita baca saat ini tidaklah berdiri sendiri dan harus dibaca lengkap dengan bagian pasal yang lain secara utuh, khususnya mulai dari pasal 19. Kejadian seperti yang terjadi pada alur cerita dalam Keluaran 34 ini dapat kita baca juga dalam pasal 24. Dimana Allah memerintahkan Musa untuk naik ke Gunung dan memberikan hukum dan perintah Nya yang ditulis Tuhan sendiri dalam 2 loh batu. Jika kita 90 membaca mulai dari pasal 24 ini dengan seksama, maka kita akan melihat bahwa Allah sangat mengasihi umat-Nya setelah mereka Ia bebaskan dari perbudakan di Mesir, Allah mengikat perjanjian dengan umat Israel dan Ia memberlakukan hukum agar dijalankan oleh UmatNya itu yang tujuannya adalah mereka hidup benar dalam anugrah keselamatan dan Janji Tuhan. Tuhan memanggil Musa agar mendaki gunung sinai dan di sanalah Musa bertemu dengan Tuhan berhari-hari lamanya (40 hari 40 malam – Keluaran 24:16), untuk menerima berbagai macam hukum dan peraturan bagi Umat Israel sebagai umat yang dikasihi Tuhan. Dalam Pasal 31:18, kita membaca bahwa Allah memberikan 2 loh batu yang berisi hukum Allah yang ditulis oleh Allah sendiri. Namun sayangnya, ketika Musa sedang menerima hukum Allah itu di Gunung Sinai, umat Israel yang menunggu-nunggu musa diperkemahan mereka tidak sabar karena Musa lama sekali turun. Ketidak sabaran mereka itu kemudian membawa mereka kepada keputusan untuk membuat patung lembu emas untuk mereka sembah sebagai allah mereka (Keluaran 32). Allah geram dan marah melihat tingkah laku umat kesayangannya itu, Ia menyuruh Musa turun dan murka Nya itu membuat Allah akan membinasakan mereka (Keluaran 32:7-10). Musa kemudian memohon kepada Tuhan agar mengampuni umat Israel dengan mengenang kembali janji Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub/Israel. Dan dalam ayat ke 14 kita melihat sebuah pernyataan yang begitu indah: “Dan menyesallah Tuhan karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.” Di ayat seterusnya, turunlah Musa dan mendapati umat Israel sedang menari-nari dengan patung anak lembu emas yang mereka sembah. Maka amarah Musa muncul dan ia kemudian melemparkan kedua loh batu yang berisi hukum Tuhan itu hingga pecah. Apa yang Musa lakukan ini adalah sebuah ekspresi kekecewaan yang amat sangat. Baru saja ia melihat begitu murah hati dan baiknya Allah yang mau menemui umatnya dan membimbing umatNya melalui hukumhukumNya, tetapi ternyata umat yang dikasihi Allah itu malahan bertindak kurang ajar dan sama sekali tidak menghargai Allah. Sekali lagi, setelah memberikan pilihan kepada umat itu, siapakah yang masih mau berpihak kepada Allah, dalam Keluaran 32:30-32, Musa mewakili 91 umat itu memohon ampun kepada Tuhan, bahkan ia mengatakan jika Allah tidak mengampuni umatnya, maka Musa memohon agar namanya dihapus dari kitab yang telah Ditulis Tuhan. Dalam ayat ke 33 Tuhan menjawab bahwa orang yang berdosalah yang akan dihapuskan namanya dan kemudian Tuhan menyuruh Musa agar membawa orang Israel itu pergi menuju Tanah Perjanjian, dengan dipimpin oleh Malaikat Tuhan dan Tuhan Berpesan bahwa Tuhan akan membalas dosa mereka kepada mereka yang berdosa. Dalam Keluaran 33:5, dikatakan bahwa allah tidak akan lagi menyertai bangsa itu, ia hanya ingat akan perjanjiannya dengan Abraham, Ishak dan Yakub oleh karena itu Ia akan memerintahkan Malaikatnya untuk berjalan di depan mereka. Musa lagi-lagi memohonkan belas kasihan dari Allah mulai dari ayat 15. Ia memohon agar Allah sendirilah yang membimbing umat-Nya dan berjalan dengan mereka, apa gunanya mereka berangkat ke tanah perjanjian bila mereka tidak lagi menjadi umat Allah sendiri dan dibimbing Allah sendiri. Lagilagi Allah menunjukkan belas Kasihan dan kemurahannya, ia memperhitungkan permohonan Musa dan kemudian menyuruh musa agar bersiap untuk menerima kembali hukum dan perintahnya. Keluaran 34 merupakan kelanjutan dari cerita di mana Allah kembali menyuruh Musa untuk berangkat bertemu dengan Nya dan menerima kembali dua loh batu yang baru. C. Penafsiran Teks Seperti yang diperintahkan Tuhan dan seperti yang sudah pernah ia lakukan sebelumnya, Musa naik ke gunung sinai dengan membawa dua loh batu yang masih belum berisi tulisan. Loh inilah yang akan menjadi tempat untuk menulis Hukum dan Perintah Tuhan bagi umat Israel. Kali ini, Musa datang sendirian (lihat ayat 3), dan Ketika Musa sampai di gunung itu, Turunlah Tuhan dalam awan dan berdiri di dekat Musa serta menyerukan Nama Tuhan (ayat 5-7). Dalam hal ini, kejadiannya tidak sama seperti yang dahulu dalam pasal 24. Kali ini Tuhan memperkenalkan dirinya kepada Musa dengan sebuah nama: TUHAN. TUHAN. Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasihNya dan setiaNya. Yang meneguhkan kasih setia-Nya 92 kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. Pengenalan diri Allah ini menjadi penting karena disini Allah yang maha Kudus dan tidak terlampaui oleh manusia itu mau memperkenalkan diri kepada umatNya. Ia menegaskan kembali bahwa Ia adalah Allah yang penuh kasih. Namun, walaupun demikian, umat-Nya tidak bisa bersikap kurang ajar dan menyia-nyiakan anugrah dan kasih sayang Allah itu. Meskipun Ia adalah Allah yang maha pengampun, namun ia juga menegaskan bahwa Ia juga Allah yang mau mendidik umatnya agar menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Segala perbuatan jahat umatnya ia sikapi dengan adil. Hukuman bagi orang bersalah dan juga bagi keturunannya Ia kumandangkan dengan tegas, agar menjadi perhatian bagi segenap umat bahwa setiap tindakan akan mempunyai konsekuensi. Walaupun ini terlihat begitu kejam, namun inilah Allah dengan keadilannya. Cinta Kasih sayangnya tidak diwujudkan hanya dengan belaian saja namun juga hukuman dengan dasar Kasih. Mendengar suara TUHAN, Musa pun berlutut dan sujud menyembah. Ditengah rasa bahagianya karena Allah berkenan memperkenalkan diriNya. Ia menyadari betul bahwa umat Israel tidak bisa berjalan tanpa bimbingan dari TUHAN. Ia memohon kepada Allah agar Allah mau berjalan ditengah-tengah umat-Nya, meskipun bangsa yang ia pimpin adalah bangsa yang tegar tengkuk (baca; Ndableg/ Keras Kepala). Musa Memohon Ampun akan segala dosa yang telah dilakukan oleh umat Israel. Ia memohon agar Tuhan mau menjadikan umat Israel menjadi umat kepunyaanNya. Dari kisah perjalanan iman Bangsa Israel ini, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari, yaitu bahwa sesungguhnya Allah adalah penuh Kasih dan pengampunan. Ia mau memperkenalkan diriNya kepada kita dan membimbing hidup kita. Namun, kita seringkali sebagaimana umat Israel tidak bisa bersyukur akan anugrah keselamatan dan pembimbingan dari Allah itu. Dan Allah sebagaimana yang Ia nyatakan akan mengampuni setiap dosa dan kesalahan umat-Nya yang mau berbalik kepada-Nya. 93 Namun, terkadang kemurahan Hati Allah inipun seringkali dimanfaatkan oleh orang yang merasa bahwa Allah pasti penuh kasih dan pasti mau mengampuni kita, tidak apa kita bertekun dalam kejahatan. Sekali lagi Allah yang penuh Cinta itu menegaskan bahwa Kasihnya dan Anugrah pengampunannya itu tidaklah berarti orang bisa berbuat semena-mena. Ia juga mendidik umatnya agar dewasa dan berani bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia pilih. Ia mengatakan bahwa hukuman tetap berlaku bagi kejahatan, agar supaya umatNya dapat berbalik dari tingkah laku yang jahat kepada kebaikan dan kebenaran. D. Konteks Masa Kini 1) Orang Kristen masih ada yang bertekun dalam kejahatan, namun disisi lain sangat percaya diri bahwa dirinya akan diselamatkan karena anugrah pengorbanan Tuhan Yesus di Kayu Salib. 2) Masih ada yang salah paham bahwa menjadi orang Kristen harus penuh kasih sayang dan pengampunan yang mengesampingkan pentingnya didikan tanggung jawab akan resiko sebuah kejahatan. 3) Menjadi murid Yesus yang dewasa tidak hanya mau disayangsayang saja dalam kondisi yang baik selalu, tetapi juga bersedia menerima konsekuensi bila kita melakukan kejahatan dan mau menyesali dosa di hadapan Tuhan. E. Rancangan Khotbah Pendahuluan Sampaikan kontek masa kini. Bisa dimulai dengan memberikan pertanyaan apakah menjaadi orang Kristen berarti harus selalu mengampuni ornag yang bersalah kepada kita? Berapa kali biasanya kita mampu mengampuni orang lain yang mengulang-ngulang kesalahan kepada kita? Isi 94 Mengajak jemaat untuk merenungkan Perikop yang kita baca. Sampaikan beberapa ulasan mengenai latar belakang teks dan kemudian penafsiran teksnya. Bandingkan dengan berita Injil yang biasanya kita pahami. Apakah ada perbedaan antara Allah perjanjian lama dan Allah perjanjian baru? Jelaskan pada jemaat bahwa hukuman yang diberikan Allah adalah salah satu bentuk didikanNya agar kita menjadi umat yang dewasa dan bertanggung jawab. Penutup Ajak jemaat untuk merefleksikan berita Alkitab saat ini, bagaimana menerapkan pesan Alkitab itu dalam kehidupan sehari-hari. F. Contoh Khotbah Jadi MENJADI UMAT ALLAH YANG DEWASA DAN BERTANGGUNG JAWAB Ibu Bapak, Saudari-Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus. Berapa kali kita bisa mengampuni orang yang sama yang berbuat kesalahan yang sama kepada kita? Dua kali? Tujuh kali? Atau tujuh kali tujuh puluh kali? Mungkin ada orang yang tidak pernah marah ketika disakiti oleh orang lain, entah oleh pasangan hidupnya, oleh anaknya, saudaranya, orang tuanya, ataupun orang lain? Wah hebat sekali orang itu, mungkin ada yang berpendapat seperti itu? Benarkah orang seperti itu hebat dan sudah beriman kristen? Terkadang kita mendengar ada orang menasehati orang lain, ampuni orang itu, jangan dihukum terima kembali dia kan begitu teladan Kristus! Nasehat seperti ini bila terucap tanpa memahami situasi dan kondisi terkadang malah akan menjadi bencana. Bisa jadi orang yang diampuni terus menerus tanpa diberikan pengertian itu malah bisa menjadi tidak tahu berterima kasih dan merasa apa yang ia lakukan bukanlah sebuah 95 kejahatan. Dan kelak bisa melakukan kejahatan yang lebih hebat lagi. Kalau ada pepatah mengatakan “di ke’i ati, ngrogoh rempelo” (diberi hati minta ampela) Menjadi pengikut Yesus itu susah sekali, orang sering mengatakan demikian. Contohnya, kita harus sabar, nrimo, diperlakukan tidak adil, kita harus mengampuni dan mendoakan musuh kita yang berulang kali menginjak-injak harga diri kita. Kita harus tetap bersikap baik kepada mereka dan bahkan mengijinkan mereka lagi untuk melakukan kesalahan yang sama terhadap kita? Itulah salib yang harus kita pikul! Wah sadis sekali jika memang seperti itu. Mari kita renungkan kembali apa benar seperti itukah tuntutan menjadi orang Kristen. Perikop yang kita baca pada hari ini menjadi sebuah titik terang bagi kita untuk merenungkan kembali kehidupan kita mengikut Kristus. Perikop ini membawa kita untuk melihat kembali kehidupan orang Israel. Bapak Ibu bisa bayangkan ketika kita sedang merencanakan suatu hal yang baik bagi seseorang, berniat akan memberikan hadiah dan mungkin akan menjadikannya istri atau suami atau anak kita, tetapi ternyata pada saat itu juga orang itu menginjak-injak harga diri kita, berselingkuh misalnya jika itu adalah pasangan kita. Bagaimana rasanya? Begitulah yang saat itu sedang dilakukan oleh orang Israel. Ketika Tuhan mengangkat mereka menjadi umat kesayanganNya, dimana Ia ingin memberikan hukum Tuhan agar umatnya hidup dengan lebih baik, nyatanya mereka malah membuat patung lembu emas dan menyembahnya (Keluaran 24). Musa yang sudah selama 40 hari 40 malam menerima hukum Tuhan itu di Gunung Sinai dan seharusnya pulang dengan gembira, ternyata mendapati umat Israel sedang berpesta dan mengadakan kebaktian bagi patung lembu emas itu. (Keluaran 32). Musa dengan emosi, ia melemparkan dua loh batu yang berisi hukum Tuhan itu sampai pecah. Ia benar-benar tidak habis pikir, baru 40 hari 40 malam saja ia meninggalkan mereka dengan niat menerima hukum dari Tuhan, tetapi ternyata umat Israel malah sudah tidak sabar dan tidak setia. Tuhan, begitu juga dengan Musa sangat geram dengan tingkah laku mereka. Bahkan Allah berniat untuk membinasakan mereka semua, kecuali Musa. Bayangkanlah, Allah yang begitu Maha Kuasa itu 96 diperlakukan dengan cara seperti itu oleh umat yang baru mau diangkat menjadi umat kesayangannNya. Musa kemudian memohonkan ampunan kepada Allah. Allah mengampuni bangsa itu, namun ia berniat tidak akan menyertai bangsa itu berjalan hingga sampai tanah perjanjian. Sekali lagi, musa tidak memohonkan ampun atas tingkah laku umat Israel, ia memohon agar Allah tetap menjadi Allah mereka dan mau berjalan bersama mereka, membimbing kehidupan umatNya. Namun karena memang Allah mempunyai rencana yang indah bagi kehidupan umat manusia, Ia pun mengampuni mereka. Ia memanggil Musa kembali untuk menerima hukum Tuhan. Keberadaan hukum ini menjadi sangat penting bagi umat Israel, karena dengan adanya hukum itu, berarti ada ikatan perjanjian antar Allah dengan umat-Nya. Itulah wujud kasih sayang Allah kepada umat Israel. Dalam perikop itu kita membaca bahwa pagi itu, Musa berangkat ke Gunung Sinai dengan membawa dua loh batu yang baru, yang nantinya Allah sendiri yang akan menuliskan hukum diatasNya. Ketika Musa sampai di Gunung itu, Allah memperkenalkan dirinya sebagai TUHAN, TUHAN. Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasihNya dan setiaNya. Yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. Pernyataan Tuhan kepada Musa ini merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan iman umat Israel dan kita saat ini. Dari pernyataan itu, kita menyadari bahwa Allah yang transenden itu juga adalah Allah yang Imanen. Artinya, Ia yang melampaui pemikiran manusia, mau menyatakan dirinya agar dimengerti oleh manusia. Jika dahulu umat Israel diingatkan bahwa Allah adalah TUHAN yang penyanyang dan pengasih, maka kita juga memahami perwujudan Kasih Allah itu melalui Yesus Kristus yang menyatakan Kasih itu ke dalam dunia. pengorbananNya di Kayu Salib adalah anugerah keselamatan Allah bagi semua orang berdosa. Walaupun kita hina dan penuh dengan kesalahan, namun Allah berkenan menyapa kita dan mengampuni dosadosa kita yang dengan penuh penyesalan tunduk dihadapan takhtaNya. 97 Yang menjadi pelajaran kita hari ini adalah bahwa kasih dan anugrah Allah itu tidak terbatas pada bentuk yang mudah-mudah saja. Dari ayat ke 7 bagian akhir, Allah yang penuh ampunan itu ternyata juga sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. Ini bukanlah Allah yang kejam. Terkadang beberapa kalangan umat Kristen enggan membaca dan merenungkan ayat-ayat seperti ini. Mereka mengatakan itukan Allah perjanjian lama yang sudah tidak berlaku hukum-hukumnya. Ingat beberapa bulan yang lalu (bacaan Matius 5:17-37), kita sudah pernah membahas mengenai Yesus dan hukum Taurat. Dimana Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan menggenapiNya. Dan kita yakini bahwa Allah yang kita sembah sudah ada sejak dunia ini belum dijadikan, jadi tidak ada Allah perjanjian lama maupun Allah perjanjian baru. Namun dalam hal membaca Alkitab dan juga Hukum Taurat, kita harus melihatnya secara menyeluruh dan diterangi oleh Injil. Mengenai gambaran Allah yang sekali-kali tidak membebaskan orang bersalah dari hukuman, marilah kita melihat hal ini sebagai salah satu cara Allah dalam menunjukkan kasih sayangnya kepada umatnya. Hukuman tidak selamanya berarti “tidak cinta,” bagi beberapa orang yang “bebal” hukuman terkadang bisa menyadarkan orang bahwa apa yang ia lakukan adalah salah. Namun demikian hukuman bukan dilakukan untuk memuaskan hati sang penghukum, namun semata-mata justru untuk kebaikan yang dihukum. Oleh karena itu, dalam Injil kita juga melihat bahwa Anugrah keselamatan yang Tuhan Yesus wartakan juga tidak bisa lepas dari aspek hukuman dan pengadilan Allah, lihat contohnya perumpamaan tentang hamba yang setia dan jahat dan penghakiman terakhir dalam Matius 25:31-46 dan masih banyak juga cerita-cerita yang bisa kita renungkan. Refleksinya dalam kehidupan kita sehari-hari, perikop ini mengajarkan kepada kita untuk mengenal Allah secara lebih dalam lagi, tidak lagi memaksakan kehendak kita Allah harus menjadi seperti yang kita mau. Ia tetap tidak akan bisa kita pahami secara utuh, oleh karena itu perenuangan yang mendalam terhadap teks-teks Alkitab dan juga pengalaman hidup kita haruslah terus kita lakukan. Pembacaan kita kali ini mengingatkan kita kembali agar kita bertumbuh dalam iman yang 98 dewasa, yang berani menerima konsekuensi dari setiap perbuatan kita. Ketika kita melakukan kejahatan berulang kali, maka kita harus dengan lapang dada menerima “didikan” yang dapat berupa teguran maupun hukuman dari Tuhan. Terkadang orang jatuh pada kesalahan yang sama berulang kali karena ia belum “dewasa” dan didikan menjadi sangat berharga bagi semua orang dan di semua umur yang memerlukannya. Namun terkadang manusia ikut-ikutan memberikan peraturan untuk memberikan hukuman kepada orang yang salah. Memang dalam kehidupan sosial masyarakat yang beragam kita memerlukan adanya aturan dan juga hukum. Namun sekali lagi dalam menghasilkan produk hukum dan juga dalam pelaksanaannya yang di utamakan adalah agar kehidupan yang tercipta menjadi lebih baik. Yang bersalah bisa menyadari kesalahannya dan orang lain juga terlindungi hak-haknya. Intinya adalah tidak semua orang bisa dipukul rata. Dan tidak semua hukuman efektif bagi semua orang. Kita harus lebih jeli dalam memilih dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan sampai kita terjebak pada penerapan hukum secara harafiah, namun kehilangan makna dan semangatnya. Kiranya semua yang kita lakukan bersumber teladan dari Allah sang maha pengasih. Yang mendidik kita untuk kebaikan umatNya agar kita menjadi umat yang dewasa dalam berfikir, berkata-kata dan bertindak serta bertanggung jawab agar kita selalu diperbaharui menjadi umat yang lebih baik dari hari ke hari. Roh Kudus akan memampukan dan membimbing kita semua. Amin. [PS] 99 RANCANGAN KHOTBAH, 22 JUNI 2014 Minggu Biasa VIII, Warna Liturgi Hijau Bacaan Leksionari: Ulangan 8: 2-16a, Mazmur 147:12-20, 1 Korintus 10:16-17 Tema: MAKNA MAKAN ROTI HIDUP Bacaan: Yohanes 6: 51-58 A. Tujuan 1. Agar jemaat mengetahui makna metafor (gambaran) tentang Roti Hidup 2. Agar jemaat dengan sukacita menerima Roti Hidup dan berpengharapan. B. Latar Belakang Teks 100 Kitab Injil Yohanes ditulis kira-kira tahun 100 M atau 70 tahun sesudah kematian Tuhan Yesus Kristus. Kitab Injil Yohanes istimewa dibandingkan dengan tiga Injil lainnya karena konteks penulisannya bukan konteks Yahudi tapi konteks Yunani – Gnostik. Bahasanya sering menggunakan bahasa filsafat (filosofis). Struktur Kitab ini sangat sistematis dan teratur. Kitab ini diawali dengan suatu pengantar (Yoh. 1:1-18) yang bersifat religio-filosofis (filsafat keagamaan) dan disambung pengantar yang khas Kristen (Yoh. 1:19-51), kemudian disambung dengan kisah-kisah mukjizat dan pengajaran Yesus (Yoh. 2:1-12:36). Pada pasal berikutnya memuat kisah pengajaran Yesus yang hanya ditujukan kepada murid-muridNya dan doaNya bagi murid (Yoh. 13:1-17:26). Dan seluruh Kitab diakhiri dengan kisah sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus (Yoh. 18-21). Teks perikop kita merupakan bagian Yoh. 2:11-Yoh. 12:37. Diawali dengan 6 mukjizat Yesus yang dikaitkan dengan jatidiri Siapa Yesus Kristus itu sesungguhnya. Tiga mukjizat terjadi di Galilea (air menjadi anggur, anak pegawai istana yang disembuhkan dan pemberian makan kepada 5000 orang), dan tiga lainnya dilakukan Yesus di dekat Yerusalem (orang lumpuh disembuhkan, orang buta disembuhkan dan kebangkitan Lazarus). Rupanya, keenam mukjizat ini adalah hasil pilihan penulis Kitab Injil Yohanes sendiri dari berbagai mukjizat yang ada. Setiap mukjizat dihubungkan dengan uraian tentang siapa sesungguhnya Yesus. Misalnya: penyembuhan orang lumpuh pada hari Sabat dihubungkan dengan pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa atas hari Sabat. Pemberian makan 5000 orang dihubungkan bahwa Yesus Anak Manusia yang memberikan diriNya sendiri sebagai Roti manna dari Surga, yaitu roti hidup yang dari Allah. Mukjizat penyembuhan orang buta menunjukkan bahwa Yesus adalah Terang Dunia. Meskipun demikian ada mukjizat yang tidak dihubungkan dengan jati diri Yesus tapi menunjukkan kehidupan Kristiani yang baru, misanya percakapan Yesus dengan Nikodemus dan perempuan Samaria. Meskipun demikian, kehidupan Kristiani yang baru juga tetap dihubungkan dengan pemberitaan Yesus Mesias dan Juruselamat dunia. 101 Dalam bagian ini, bergema pemberitaan bahwa Yesus adalah Mesias dan pemenuhan janji Allah yang tercantum dalam Perjanjian Lama. C. Penjelasan Teks Yohanes 6: 51-58 Yesus tahu bahwa banyak orang mencari Dia bukan karena rindu kepada pengajaranNya, tapi karena mukjizat yang pernah mereka lihat dan alami dalam pemberian makan 5000 orang (Yoh. 6:26). Mereka ditegur Yesus, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab: Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya” (Yoh. 6:27). Tetapi bukannya bertobat, mereka membandingkan Yesus dengan tokoh Musa. Musa memang Nabi besar yang sangat dikagumi oleh orang Yahudi. Yesus menerangkan, bahwa bukan Musa yang memberi nenek moyang Israel roti manna, melainkan Allah Bapa yang melakukannya. Yesus memproklamasikan bahwa diriNya adalah Roti hidup (Yoh 6:48). Roti yang telah turun dari Surga (Yoh 6:50-51). Barangsiapa menerima dan memakan tubuh dan darah Yesus, yakni menerima dan mengimani kuasa pengurbanan Nya di kayu salib, mereka akan memperoleh kehidupan kekal (Yoh. 6:53-54). Tema pokok teks di atas adalah sebagai berikut: 1. Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam, tetapi motivasi murni saja yang bisa menghantar seseorang kepada Sumber Kehidupan dan keselamatan jiwa mereka. 2. Roti manna di padang gurun sungguh-sungguh diberikan Allah untuk memelihara kehidupan bangsa Israel di padang gurun. Roti manna ini sekaligus merupakan lambang atau bayang-bayang dari roti yang sejati yaitu Yesus Kristus. 3. Yesus adalah Roti Hidup. Yesus lah yang harus kita cari dan siapa mencari Yesus, mereka akan mendapatkan kehidupan. Bukan sekedar bernafas, bergerak dan beraktivitas atau hidup 102 lahiriah, tapi kehidupan rohani. Hidup yang berasal dari relasi baru dengan Allah Sumber Hidup. Hidup kekal bersama Yesus. D. Konteks Masa Kini 1) Zaman modern melahirkan banyak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Juga melahirkan banyak orang yang egois, kikir dan gila harta, pangkat dan kedudukan. Bila perlu, demi harta dan kedudukan seseorang rela mengorbankan sesamanya, keluarga bahkan agamanya. Bukankah banyak contoh perilaku korupsi dan kerusakan rumah tangga akibat sifat serakahnya manusia? 2) Rasa tak pernah cukup menyebabkan sukarnya seseorang untuk berbagi kepada sesamanya. Tidak mungkin bisa berbagi bila merasa diri sendiri belum cukup! Pada sisi lain, sebagian orang yang muak dengan kecenderungan kehidupan egois masyarakat, mencari kedamaian dengan tekun mencari spiritualitas baru. 3) Budaya konsumerisme menyebabkan masyarakat merasa kesulitan membedakan mana yang benar-benar kebutuhan dengan mana yang sekedar keinginan. 4) Pengikut Yesus harus menyucikan motivasi mereka. Motivasi yang hanya mencari pemenuhan kebutuhan jasmani saja, sama seperti orang banyak yang mencari “roti” dan bukan pengajaran Yesus. Motivasi mengikut Yesus seharusnya adalah rasa syukur dan takjub atas kasih Yesus yang telah memberikan daging dan darahNya untuk keselamatan kita. Maka Tuhan akan menambahkan semua yang kita butuhkan dalam hidup kita. E. Saran Penyusunan Kotbah Pembukaan Awali kotbah semenarik mungkin. Pengkotbah dapat menceritakan bahwa setiap makhluk, baik tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia memerlukan makanan demi kelangsungan hidupnya. Isi Pengkotbah menyampaikan Latar belakang teks dan Penjelasan teks. Tekankan tentang : 103 a. Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam, tetapi bila sungguh-sungguh mengharapkan kebahagiaan, motivasi murni saja yang bisa menghantar seseorang kepada Sumber Kehidupan dan keselamatan jiwa mereka. b. Roti manna di padang gurun sungguh-sungguh diberikan Allah untuk memelihara kehidupan bangsa Israel di padang gurun. Roti manna ini sekaligus merupakan lambang atau bayang-bayang dari roti yang sejati yaitu Yesus Kristus. c. Yesus adalah Roti Hidup. Yesus lah yang harus kita cari dan siapa mencari Yesus, mereka akan mendapatkan kehidupan. Kehidupan yang dimaksud bukan sekedar bernafas, bergerak dan beraktivitas atau hidup lahiriah, tapi kehidupan rohani. Hidup yang berasal dari relasi baru dengan Allah Sumber Hidup. Hidup kekal bersama Yesus. Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman Tuhan dalam kehidupan jemaat sehari-hari. Tekankan bahwa Pengikut Yesus harus menyucikan motivasi mereka. Motivasi tidak murni yakni mencari pemenuhan jasmani, kesembuhan dan kemakmuran jangan menjadi nomor satu seperti yang dilakukan orang banyak yang mencari “roti” dan bukan pengajaran Yesus. Penutup Kemukakan bahwa motivasi mengikut Yesus haruslah motivasi murni yakni rasa syukur dan takjub karena merasakan kasih Yesus yng telah memberikan daging dan darahNya untuk keselamatan kita. Bila ini menjadi motif kita, Tuhan akan menambahkan semua yang kita butuhkan dalam hidup kita. F. Liturgi Nas Pembimbing : Matius 10:32-33 Berita Anugerah : Yohanes 3:16 Persembahan : Amsal 11:24-26 Nyanyian : 1. KJ 21:1-2 2. KJ 19:1-5 3. KJ 33:1-3 104 4. KJ 34:1-3 5. KJ KJ 403:1-4 6. KJ 363:1-2 G. Contoh Kotbah Jadi MAKNA MAKAN ROTI HIDUP Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Semua makhluk hidup memerlukan makanan dan minuman. Hewan dan tumbuhan akan mati tanpa makanan dan minuman. Demikian pula bagi manusia. Makanan dan minuman adalah jenis kebutuhan primer atau pokok. Menurut Abraham Maslow dalam teori piramida kebutuhan disebutkan, bahwa bila kebutuhan makanan dan minuman ini belum dapat dipenuhi, maka seseorang tidak mempedulikan rasa aman, nama baik, nilai seni atau bahkan Tuhan dalam hidupnya. Demi memenuhi kebutuhan primer, manusia tidak peduli resiko apapun yang harus dihadapi. Menurut Maslow, hanya sesudah kebutuhan primer terpenuhi, maka seseorang menjadi siap untuk bicara tentang rasa aman, peduli dengan kesehatan dan keselamatan dirinya, mau memikirkan pendidikan untuk hidup yang lebih baik, memperhatikan nama baik dan berupaya memenuhi kekosongan jiwanya untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Yohanes Pasal 6 juga berbicara tentang makanan. Tetapi bukan sembarang makanan. Perikop ini mengisahkan bahwa suatu hari, Yesus didatangi orang banyak yang mencari Dia. Mereka sebagian besar sudah berjumpa dengan Yesus beberapa hari sebelumnya. Yesus tahu bahwa banyak orang mencari Dia bukan karena rindu kepada pengajaranNya, tapi karena mukjizat yang pernah mereka lihat dan alami dalam pemberian makan 5000 orang (Yoh. 6:26). Mereka ditegur Yesus, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab: Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya” (Yoh. 6:27). 105 Tetapi bukannya bertobat, mereka membandingkan Yesus dengan tokoh Musa. Musa memang Nabi besar yang sangat dikagumi oleh orang Yahudi. Yesus mengoreksi pemahaman mereka dan menerangkan, bahwa bukan Musa yang memberi nenek moyang Israel roti manna, melainkan Allah Bapa yang melakukannya. Yesus memproklamasikan bahwa diriNya adalah Roti hidup (Yoh 6:48). Roti yang telah turun dari Surga (Yoh 6:50-51). Barangsiapa menerima dan memakan tubuh dan darah Yesus, yakni menerima dan mengimani kuasa pengurbananNya di kayu salib, mereka akan memperoleh kehidupan kekal (Yoh. 6:53-54). Saudara-saudara, Roti manna memang sungguh-sungguh pernah diberikan Allah untuk memelihara kehidupan bangsa Israel di padang gurun. Roti manna ini sekaligus merupakan lambang atau bayang-bayang dari roti yang sejati yaitu Yesus Kristus. Tuhan Yesus berkata, “Akulah Roti hidup !“ Yesus berbicara tentang kebutuhan primer semua umat manusia. Semua umat manusia memerlukan “Roti Hidup” dalam diri mereka. Bila mereka belum menerima dan menikmati roti hidup itu, maka mereka akan terus lapar secara rohani karena Roti Hidup itu saja yang bisa memenuhi kebutuhan jiwa mereka. Bagi orang-orang sezaman Yesus, roti bukanlah cemilan atau snack. Roti adalah makanan pokok. Dapat disamakan dengan nasi beserta lauknya pada zaman ini. Ketika Tuhan Yesus mengumumkan bahwa diriNya adalah Roti Hidup, yang dimaksud adalah makanan pokok. Lebih tepatnya : makanan rohani yang pokok. Dan semua orang di bawah kolong langit ini memerlukannya. Setiap orang, laki-laki atau perempuan memiliki kebutuhan pokok rohani. Tiap orang membutuhkan Roti Hidup. Yesus adalah Roti Hidup. Ada orang yang mencari kebahagiaan di tempat-tempat tertentu. Yesus lah yang harus kita cari dan siapa mencari Yesus, mereka akan mendapatkan kehidupan. Kehidupan yang dimaksud bukan sekedar bernafas, bergerak dan beraktivitas atau hidup lahiriah, tapi kehidupan rohani. Hidup yang berasal dari relasi baru dengan Allah Sumber Hidup. Hidup kekal bersama Yesus. Saudara-saudariku di dalam Kristus, Zaman modern melahirkan banyak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Pada sisi lain, zaman modern juga melahirkan orang yang egois, kikir dan gila 106 harta, pangkat dan kedudukan. Bila perlu, demi harta dan kedudukan seseorang rela mengorbankan sesama, keluarga bahkan agamanya. Bukankah banyak contoh perilaku korupsi dan kerusakan rumah tangga akibat sifat serakahnya manusia? Media massa pernah menayangkan ada oknum-oknum yang tega menculik dan memperjualbelikan anak-anak, melakukan perdagangan manusia dan organ manusia demi uang dan kekayaan. Tak pernah merasa diri cukup menyebabkan manusia menjadi jahat, sehingga seorang filsuf mengatakan, “manusia adalah serigala bagi sesamanya”. Manusia modern yang dihinggapi ruh cinta uang semakin sukar untuk berbagi kepada sesamanya. Tidak mungkin bisa berbagi bila merasa diri sendiri saja belum cukup! Bila perlu mengambil harta milik sesama. Budaya konsumerisme menyebabkan masyarakat merasa kesulitan membedakan mana yang benar-benar kebutuhan dengan mana yang sekedar keinginan. Akibatnya semakin sulit untuk bisa merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki. Manusia semakin jauh dari kebahagiaan. Banyak juga orang yang kemudian sadar bahwa sukacita itu tidak terdapat pada kebendaan. Mereka mencari di rumah-rumah ibadah. Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam, tetapi bila sungguhsungguh mengharapkan kebahagiaan, hanya motivasi murni yang bisa menghantar seseorang kepada Sumber Kehidupan dan keselamatan jiwa mereka. Pengikut Yesus harus menyucikan motivasi mereka. Motivasi tidak murni yakni orientasi mencari pemenuhan jasmani saja dan bukan rohani adalah sama seperti yang dilakukan orang banyak yang mencari roti dan bukan pengajaran Yesus. Motivasi mengikut Yesus haruslah motivasi murni yakni rasa syukur dan takjub karena merasakan kasih Yesus yang telah memberikan daging dan darahNya untuk keselamatan kita. Bila ini menjadi motif kita, Tuhan akan mengaruniakan sukacita dan kehidupan. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Bagi persoalan manusia modern ini, Yesus menunjukkan jalan keluarnya. Dialah solusi itu. Dengan datang kepada Yesus dan menerima kasihNya dapat mengubah orientasi hidup seseorang. Yesus berbagi kehidupan dan masa depan dengan umat manusia. Inilah teladan Yesus dalam mempergunakan hidup : Jalan melayani dan memberi. Seseorang yang 107 telah berjumpa dengan Yesus, kebutuhan pokok rohaninya terpenuhi, kebutuhan akan rasa amannya pun juga terpenuhi. Kepastian masa depannya juga dipenuhi. Apakah yang paling ditakuti manusia dalam hidupnya? Bukankan tiadanya jaminan akan masa depan ? Yesus menjaminnya ! “Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh. 6:54). Saudara-saudariku di dalam Tuhan, Membaca buku novel, rekreasi, dan menonton acara lucu di Televisi memang bisa membuat kita terhibur. Membaca buku-buku motivasi dan mengisi waktu luang dengan hobby memang bisa membuat hidup kita menjadi indah. Tetapi itu sekedar seperti “snack rohani” dan bukan makanan pokok bagi rohani kita. Yesuslah Roti Hidup itu. Saudara dan saya sudah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Kita sudah menikmati tubuh dan darah Yesus. Kita sering mengenangnya dalam sakramen perjamuan kudus. Tetapi sebagaimana tubuh jasmani kita memerlukan makanan dan minuman setiap hari, demikian pula rohani kita memerlukan Roti Hidup dan Air Hidup itu setiap hari. Tiap hari kita harus bersatu dengan Yesus sebagaimana dikatakanNya di dalam ayat 56, “barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal didalam Aku dan Aku di dalam dia”. Bukankah kita memerlukan sukacita setiap hari ? Kita memerlukan Yesus bukan hanya seminggu sekali tapi setiap hari. Mari kita selalu menjaga motivasi murni kita setiap hari, yakni rasa syukur dan takjub merasakan kasihNya yang telah menyelamatkan kita. Tuhan senantiasa mengaruniakan sukacita dan kehidupan. Tuhan memberkati. Amin. [BNH] RANCANGAN KOTBAH, 29 JUNI 2014 Minggu Biasa IX, Warna Liturgi Ungu Bacaan Leksionari; Kis. 12:1-11; Mazmur 34:2-9; 2 Tim. 4:6-18; Matius 16:13-19 Thema: 108 MEMBERITAKAN INJIL TUGAS PANGGILAN KITA Bacaan: Kisah Rasul 12: 1-11 A. Tujuan : 1. Jemaat memahami bahwa semua orang Kristen dipanggil untuk memberitakan Injil. 2. Jemaat bersedia diutus dan setia menjadi pemberita Injil. B. Penjelasan Teks Kisah Para Rasul adalah bagian kedua dari karya penulis Injil yakni Lukas. Dalam Injil Lukas ia menulis “segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat ke Sorga. Sementara didalam kitab Kisah Para Rasul diceritakan tentang betapa hebatnya kuasa Allah bahwa tidak ada yang dapat menghalang-halangi penyebaran Injil Yesus ke seluruh dunia. Dalam Kisah Para Rasul 15 menceritakan tentang berlangsungnya persidangan penting di Yerusalem dimana pada saat itu para pemimpin jemaat perdana menyepakati bahwa Injil bukan hanya untuk orang-orang Yahudi saja tetapi juga untuk non Yahudi dan untuk seluruh bangsa. Ayat 1, Raja Herodes yang dimaksud adalah Raja Herodes Agripa 1, cucu Raja Herodes Agung. Ia ditetapkan menjadi Raja di Yudea tahun 37 dn meninggal tahun 44 (Kis 12:21-23). Ia seorang politikus yang cerdas yang menjalani kebiasaan-kebiasaan Yahudi walaupun ia dilahirkan bukan sebagai orang Yahudi. Ayat 2, Yakobus, saudara Yohanes termasuk diantara dua belas rasul. Mereka anak-anak Zebedeus (Mat.4:21). Yesus sebelumnya menubuatkan bahwa kedua bersaudara ini akan minum dari cawan yang harus segera diminumnya (Mat.20:22-23) artinya mereka juga akan menghadapi penderitaan. Ayat 3, orang Yahudi: artinya beberapa orang Yahudi dan para pemimpin mereka yang menaati hukum Taurat dan tidak menjadi pengikut Tuhan Yesus. Hari Paskah dan Hari Raya roti tidak beragi dirayakan oleh orang Israel untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Pada hari Paskah mereka menyembelih domba, memanggang dan menyantap dagingnya. Darah domba mengingatkan darah yang 109 dioleskan dipintu rumah oleh nenek moyang mereka dahulu sebelum Allah menjatuhkan tulah yang ke sepuluh atas orang-orang Mesir. Kematian “melewati” rumah-rumah orang Israel tetapi menghampiri rumah-rumah orang Mesir. (Kel.12:1-27). Roti tidak beragi disantap sepanjang Paskah dan sepanjang perayaan Roti Tidak Beragi yang berlangsung selama 7 hari. Untuk memperingati bagaimana terburuburunya nenek moyang mereka keluar dari Mesir. Ayat 4, “Empat regu”: yang berjaga bergilir selama satu hari satu malam. Setiap regu terdiri dari empat orang, satu orang dirantai kaki kananya dengan kaki Kiri Petrus, satu orang dirantai kaki kirinya dengan kaki kanan Petrus dan dua orang lagi berjaga diluar sel, dekat pintu. Menggambarkan betapa ketatnya penjagaan terhadap Petrus kala itu. Ayat 7, tiba-tiba berdirilah seorang Malaikat Tuhan disamping Petrus, ketika Malaikat itu menepuk Petrus terjadilah keajiban rantai pengikat yang membelenggu Petrus terputus. Herodes tidak bisa menghambat penyebaran Injil karena Tuhan yang memimpin setiap pemberita Injil. Inilah kuasa Tuhan bahwa sekalipun Petrus seorang pemberita Injil dibelenggu dan penyebaran Injil dihambat tetapi terbuktinya bahwa Injil tidak bisa dihambat. Ayat 10,11 Ada tiga gerbang yang dilalui Petrus, tempat kawal pertama, tempat kawal kedua, dan pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Semua pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya saat Malaikat dan Petrus hendak melewatinya. Sementara itu Petrus mengira kejadian yang dialaminya merupakan sebuah penglihatan saja. Hingga ia selamat baru ia sadar bahwa itu bukan penglihatan tetapi bahwa Tuhan telah mengutus MalaikatNya untuk menyelamatkannya. Sangat jelas bahwa pengalaman rohani yang dialami Petrus pada saat itu adalah luar biasa sehingga makin meneguhkan keyakinan Petrus bahwa Tuhan pasti akan terus menyertai hamba. Makin bersemangatlah Petrus untuk memberitakan Injil walaupun ada banyak hambatan. C. Kontek Masa Kini 1. Kita hidup dinegara yang pancasila yang bhineka tunggal ika. Gereja sebagai minoritas tidak harus larut tapi tetap bisa bersinar. Menghargai perbedaan dan bekerjasama masyarakat. 110 2. Pemerintah yang baik perlu didukung namun pemerintahan yang tidak baik, menindas dan korupsi harus dikritisi 3. Gereja mendapat kesempatan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus (damai sejahtera) dalam kemiskinan dan ketidak berdayaan masyarakat dengan cara mewujudkan kasih. 4. Lembaga-lembaga Kristen seperti sekolah Kristen, Rumah Sakit Kristen, Panti-panti asuhan Kristen, lembaga pekabaran Injil harus mencirikan dan mewujudkan Kasih, tidak berorientasi pada bisnis mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. D. Saran penyusunan Khotbah. Pembukaan Sampaikan sebuah cerita yang menggambarkan bahwa bersaksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengikuti paduan suara dalam lomba desa, dan sebagainya. Kita sebagai orang Kristen dapat dikenal orang banyak dalam hal kebaikkan. Kehidupan orang Kristen yang rajin bersekutu setiap hari minggupun bisa dicontoh umat non Kristen ada yang beribadah pada hari minggu. Ini sudah merupakan kesaksian yang baik. Tentu ada yang lain yang selama ini kita lakukan yang bisa menjadi alat untuk bersaksi memberitakan Injil Yesus Kristus. Isi Menguraikan kembali penjelasan teks dan konteks Penutup Mendorong dan meyakinkan jemaat untuk terus memberitakan Injil dengan cara –cara yang baik. E. Liturgi Nats Pembimbing: 1 Kor 15:58 Berita Anugrah: Kisah Rasul 4:12 Petunjuk Hidup Baru; 1Korintus 13: 3-7 111 Persembahan: 2 korintus 9:6-8 Pujian: KJ: 3 /PKJ: 7 KJ: 26 /PKJ: 10 KJ: 337 /PKJ: 225 KJ: 440/PKJ: 165 KJ: 299/PKJ: 166 KJ: 425 /PKJ: 255 F. Contoh Kotbah Jadi MEMBERITAKAN INJIL TUGAS PANGGILAN KITA Di salah satu Kabupaten, propinsi Lampung diadakan perlombaan paduan suara. Ternyata hampir seluruh pesertanya orang Kristen dan katolik. Hanya beberapa orang saja yang non Kristen. Pelatih paduan suaranya pun juga orang Kristen. Orang Kristen memang sudah dikenal dalam masyarakat pintar menyanyi sehingga banyak peserta paduan suara yang dipilih dari kalangan orang Kristen. Dan saat lomba di laksanakan dengan berpakaian adat semua peserta penuh bersemangat untuk berlomba untuk memperebutkan juara. Akhrinya yang keluar sebagai pemenang adalah kelompok paduaan suara yang pesertanya terdiri dari orang-orang Kristen. Bersaksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengikuti paduan suara dalam lomba desa, dan sebagainya. Kita sebagai orang Kristen dapat dikenal orang banyak dalam hal kebaikkan. Kehidupan orang Kristen yang rajin bersekutu setiap hari minggupun bisa dicontoh umat non Kristen ada yang beribadah pada hari minggu. Ini sudah merupakan kesaksian yang baik. Tentu ada yang lain yang selama ini kita lakukan yang bisa menjadi alat untuk bersaksi memberitakan Injil Yesus Kristus. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kisah Para Rasul adalah bagian kedua dari karya penulis Injil yakni Lukas. Dalam Injil Lukas ia menulis “segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, 112 sampai pada hari Ia terangkat ke Sorga. Sementara didalam kitab Kisah Para Rasul diceritakan tentang betapa hebatnya kuasa Allah bahwa tidak ada yang dapat menghalang-halangi penyebaran Injil Yesus ke seluruh dunia. Dalam Kisah Para Rasul 15 menceritakan tentang berlangsungnya persidangan penting di Yerusalem dimana pada saat itu para pemimpin jemaat perdana menyepakati bahwa Injil bukan hanya untuk orang-orang Yahudi saja tetapi juga untuk non Yahudi dan untuk seluruh bangsa. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, dalam perikop yang kita baca ada contoh kegigihan seorang yang bernama Petrus dalam memberitakan Injil sekalipun ia menghadapi penguasa yang lalim dan kejam, yaitu Raja Herodes. Raja Herodes yang dimaksud adalah Raja Herodes Agripa 1, cucu Raja Herodes Agung. Ia ditetapkan menjadi Raja di Yudea tahun 37 dn meninggal tahun 44 (Kis 12:21-23). Ia seorang politikus yang cerdas yang menjalani kebiasaan-kebiasaan Yahudi walaupun ia dilahirkan bukan sebagai orang Yahudi. Raja Herodes Agripa 1 menghambat penyebaran Injil dengan cara membunuh pemberita Injil yang bernama Yakobus, Yakobus adalah saudara Yohanes termasuk diantara dua belas rasul. Mereka anak-anak Zebedeus(Mat.4:21). Yesus sebelumnya menubuatkan bahwa kedua bersaudara ini akan minum dari cawan yang harus segera diminumnya (Mat.20:22-23) artinya mereka juga akan menghadapi penderitaan dan kematian ditangan orang-orang yang membenci mereka. Raja Herodes dan orang Yahudi yaitu beberapa orang Yahudi dan para pemimpin mereka yang menaati hukum Taurat dan tidak menjadi pengikut Tuhan Yesus sangat bergembira setelah berhasil mengkap dan membunuh Yakobus. Rencana berikutnya mereka hendak membunuh Petrus. Pada Hari Paskah dan Hari Raya roti tidak beragi dirayakan oleh orang Israel untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir itu Petrus ditangkap dan dibelenggu dengan rantai dan dijaga ketat oleh para penjaga suruhan Raja Herodes. Untuk berjaga-jaga agar tawanan tidak kabur atau meloloskan diri maka waktu itu Petrus dijaga oleh “Empat regu”pasukan penjaga: yang berjaga bergilir selama satu hari satu malam. Setiap regu terdiri dari empat orang, satu orang dirantai kaki kananya dengan kaki Kiri Petrus, satu orang dirantai kaki kirinya dengan kaki kanan Petrus dan dua orang 113 lagi berjaga diluar sel, dekat pintu. Menggambarkan betapa ketatnya penjagaan terhadap Petrus kala itu. Sekalipun dalam penjagaan yang ketat namun Tuhan menolong membebaskan Petrus. Tiba-tiba berdirilah seorang Malaikat Tuhan disamping Petrus, ketika Malaikat itu menepuk Petrus terjadilah keajiban rantai pengikat yang membelenggu Petrus terputus. Herodes tidak bisa menghambat penyebaran Injil karena Tuhan yang memimpin setiap pemberita Injil. Inilah kuasa Tuhan bahwa sekalipun Petrus seorang pemberita Injil dibelenggu dan penyebaran Injil dihambat tetapi terbuktinya bahwa Injil tidak bisa dihambat. Ada tiga gerbang yang dilalui Petrus, tempat kawal pertama , tempat kawal kedua, dan pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Semua pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya saat Malaikat dan Petrus hendak melewatinya. Sementara itu Petrus mengira kejadian yang dialaminya merupakan sebuah penglihatan saja. Hingga ia selamat baru ia sadar bahwa itu bukan penglihatan tetapi bahwa Tuhan telah mengutus MalaikatNya untuk menyelamatkannya. Sangat jelas bahwa pengalaman rohani yang dialami Petrus pada saat itu adalah luar biasa sehingga makin meneguhkan keyakinan Petrus bahwa Tuhan pasti akan terus menyertai hamba. Makin bersemangatlah Petrus untuk memberitakan Injil walaupun ada banyak hambatan. Injil makin dihambat makin merambat. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, kita hidup dinegara yang pancasila yang bhineka tunggal ika. Gereja sebagai minoritas tidak harus larut tapi tetap bisa bersinar. Menghargai perbedaan baik perbedaaan agama, suku, budaya, dan bekerjasama dalam membangun kehidupan bersama sebagai bangsa yang lebih baik. Kalau menjadi pemimpin dimasyarakat misalnya: ketua RT, Kepala desa, camat, bupati, mentri, guru, kepala sekolah, pemimpin perusahaan harus ramah, baik , sopan, tidak membeda-bedakan wong cilik dengan pejabat, menolong yang lemah, membantu orang untuk dapat mandiri. Dengan cara demikian kita sudah memberitakan Injil. Apabila kehidupan orang Kristen dihambat oleh orang yang tidak suka dengan orang Kristen maka doakan saja kita yakin bahwa Injil tidak bisa dihambat. Tuhan akan terus menyertai gerejanya dahulu, sekarang dan yang akan datang. Pengalaman Petrus yang diselamatkan oleh 114 Tuhan, pada waktu menghadapi hambatan memberitakan Injil adalah bukti bahwa Tuhan akan tetap menyertai kita. Orang Kristen harus mendoakan pemimpin –pemimpinnya, juga pemerintah agar dapat memimpin dan memerintah dengan takut akan Tuhan. Lembaga-lembaga Kristen seperti sekolah Kristen, Rumah Sakit Kristen, Panti-panti asuhan Kristen, lembaga pekabaran Injil harus mencirikan dan mewujudkan Kasih, tidak berorientasi pada bisnis mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Orang–orang Kristen menjadi pemberita Injil yang efektif dengan hidup yang berdamai dengan semua orang, ramah, baik, suka menolong, mengasihi sesama. Marilah kita terus menunaikan tugas panggilan untuk memberitakan Injil dimanapun kita berada. Tuhan Yesus memberkati. Amin [KH]. 115