Rancangan Khotbah

advertisement
P e n g a n t a r
Rekan-rekan pengkhotbah Yang dikasihi Kristus, Selamat Natal 2013
dan Tahun baru 2014. Senang sekali dapat menjumpai rekan-rekan sekalian di
tahun 2014 ini melalui Bahan Khotbah Sumber Air Hidup Sinode GKSBS
semester ganjil (Januari-Juni) 2014.
Bahan Khotbah, semester ganjil 2014 ini, disajikan dalam bentuk
Rancangan Khotbah dan dilengkapi dengan khotbah jadi. Contoh khotbah jadi
disajikan dengan maksud sebagai pembanding dari khotbah yang telah temanteman buat. Bukan untuk dibacakan langsung pada waktu khotbah. Karena
situasi dan konteks khotbah jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi dan
konteks yang teman-teman hadapi. Dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kualitas pengkhotbah, akan sangat baik bila para pengkhotbah berkenan
mempelajari lebih dahulu rancangan khotbah ini, membuat khotbahnya sendiri
dan membandingkannya dengan contoh khotbah jadi. Bila memungkinkan
dapat diadakan persiapan bersama para pengkhotbah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis; Pdt. Prasetyanto
Aji (PA), Pdt. Joko Nawanto (JN), Pdt. Yohanes Eko Prasetyo (YEP), Pdt.
Bambang Nugroho Hadi (BNH), Pdt. Kristiawan Heru (KH), Pdt. Praningotan
Siagian (PS), serta Pdt. A.T. Hariyanto (ATH) Kiranya jerih lelah dan pelayanan
saudara menjadi berkat bagi banyak orang dan mendatangkan kemuliaan bagi
nama Tuhan.
Akhir kata, kiranya Bahan Khotbah ini menjadi berkat bagi kita sekalian
dan bagi seluruh anggota jemaat se sinode GKSBS, demi kemuliaan Allah
Tritunggal. Selamat berkhotbah, Tuhan Yesus memberkati.
Metro, November 2013
a.n. MPS GKSBS
Pdt. Christya Prihanto Poetro, M.Th.
Sekretaris
1
RANCANGAN KOTBAH 1 JANUARI 2014
Tahun Baru, Warna Liturgi Putih
Bacaan Leksionari: Bilangan 6:22-27; Mazmur 67:2-3,5-8;Galatia 4:4-7; Lukas 2:16-21
Thema:
SEMOGA KITA MENJADI BERKAT!
Bacaan: Mazmur 67:2-3, 5, 6, 8.
A. Tujuan:
1. Anggota jemaat
meyakini bahwa Allah akan senantiasa
memberkati umatNya.
2. Anggota jemaat memahami bahwa Allah memiliki rencana atas
berkat yang biberikanNya.
B. Latarbelakang Teks
Dalam kitab ini dicerminkan idealisme keagamaan yang saleh dan
persekutuan dengan Allah, penyesalan karena dosa, dan pencarian akan
kesempurnaan, berjalan dalam kegelapan, tanpa ketakutan, oleh terang
iman; tentang ketaatan kepada hukum Taurat Allah, gairah berbakti
kepada Allah, persekutuan dengan sesama pengikut Allah, penghormatan
terhadap Firman Allah; tentang kerendahan hati di bawah cambuk yang
mengajar, kepercayaan yang teguh kendati kejahatan merajalela dan
ketenangan di tengah-tengah kegalauan.
Para penyair Ibrani diilhami untuk menerima pengetahuanpengetahuan rohani dan pengalaman-pengalaman keagamaan di atas dan
menjadikannya tema nyanyian-nyanyian mereka. Tetapi harus diingat
bahwa Mazmur adalah syair, dan syair dimaksudkan untuk dinyanyikan,
bukan kesimpulan dogma atau doktrin, juga bukan kotbah. Karena itulah
judul Mazmur dalam bahasa Ibrani ialah tehillim, ‘nyanyian-nyanyian
pujian’. Dan mazmur-mazmur itu juga mengungkapkan agama Israel,
yakni agama yang menjadi warisan para pemazmur itu, bukan hanya
pengalaman-pengalaman keagamaan mereka secara pribadi.
Mazmur Pasal 67 dalam pengelompokkan mazmur masuk ke
dalam kategori mazmur syafaat bersama dengan pasal 21, 89 dan 122.
2
Sebagai mazmur syafaat didalamnya para pemazmur biasanya
mendoakan raja, bangsa mereka sendiri, bangsa-bangsa lain, keluarga
Daud dan Yerusalem.
C. Penjelasan Teks
Nyanyian syukur ini luar biasa keindahannya, kesederhanaannya,
serta pandangan dunianya. Barangkali ayat 7 menunjukkan dalam
peristiwa apakah nyanyian syukur ini dipergunakan, di mana klimaksnya
diekspresikan sehubungan dengan ucapan syukur atas hasil panen. Sangat
mungkin nyanyian tersebut merupakan bagian dari musik untuk Perayaan
Pentakosta atau Hari Raya Pondok Daun. Pesta pondok daun
menggabungkan dua unsur; di satu pihak, tindakan penyelamatan Allah
terhadap Israel dan pemberian karuniaNya pada mereka (bnd. Ul. 26:111); di pihak lain, pengharapan semesta mengenai pemeliharaan Allah
yang penuh karunia atas dunia. Pesta ini memberikan gambaran apa yang
telah dilakukan Allah terhadap Israel merupakan perlambang dari apa
yang Ia akan lakukan bagi dunia ini; berkat bagi bangsa Israel
melambangkan berkat-berkat semesta.
Ayat 2. Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita,
kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, Sela. Adalah gema dari
berkat Imamat dalam Bilangan 6:24-26. Kata-kata pemazmur ini hendak
mengungkapkan syafaat yang memohon kepada Allah untuk mengasihi
umatNya dan memberkatinya. Allah memberkati panenan, ternak,
binatang yang besar atau yang kecil, musim demi musim, keturunan dan
lain sebagainya. Demikian juga pemazmur dan umat merindukan
kehadiran dan penyertaan Allah. “Kiranya Ia menyinari” adalah sebuah
ungkapan yang khas dan mengandung pengertian akan kerinduan
diperkenan dan disertai Allah, wajah Allah yang bersinar menjadi
jaminan akan keselamatan hidup mereka.
Ayat 3, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di
antara segala bangsa. Ayat ini hendak menegaskan bahwa umat Allah,
Israel, dinampakkan sebagai cerminan Allah di mana semua bangsa dapat
melihat Allah. Maksud dari Berkat-berkat Allah adalah supaya jalan-Mu
dikenal di bumi. Ucapan berkat terkenal yang dikatakan oleh imam dalam
Bilangan 6:24-26 disesuaikan untuk dipakai orang pertama, dengan
3
maksud untuk menyajikan dasar bagi misi Israel yang lebih besar.
Pemeliharaan penuh kasih oleh Allah dilihat sebagai alat untuk
membawa semua orang berpaling kepada Allah. Israel harus menjadi
saksi untuk menyebarluaskan pengenalan akan Allah.
Ayat 5-6, Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersoraksorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan
menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Sela. Kiranya bangsa-bangsa
bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya
bersyukur kepada-Mu. Harapan akan Berkat yang Berkelanjutan. Allah
memberkati kita. Pemazmur mengulangi refrein penting itu untuk
mengaitkannya dengan permohonan pada ayat 2. Ketika Israel diberkati
mereka akan membawa sukacita. Bukan hanya untuk diri mereka sendiri,
tapi orang-orang disekitar mereka pun akan merasakan sukacita dan
kebaikan Allah yang memberkati mereka. Orang-orang di sekitar mereka
akan melihat ketaatan dan kesetiaannya pada Allah dan Allahlah yang
memberkati mereka. Ketika mereka diberkati bukan hanya untuk diri
mereka sendiri, tapi berkat itu dipakai juga untuk menjadi kesaksian bagi
dunia. Dengan berkat Allah tersebut, hidup mereka pun menjadi berkat
bagi orang lain dan terlebih bagi pekerjaan Allah.
Ayat 7-8, Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita,
memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut
akan Dia! Pernyataan bahwa tanah telah memberi hasilnya rupanya
merupakan hubungan jelas antara mazmur itu dengan perayaan-perayaan
panen yang penuh sukacita. Ayat 8 menjelaskan gagasan ayat 2 yang
mengekspresikan harapan agar Allah terus memberkati supaya misi Israel
bisa diselesaikan.
D. Konteks Masa Kini
1. Kita meninggalkan Tahun 2013 dengan berbagai pengalaman
kehidupan. Ada berkat dan pemeliharaan Tuhan yang indah dan juga
ada pergumulan dan tantangan yang mampu kita lalui juga dalam
penyertaan Tuhan. Dan memasuki Tahun 2014 dengan penuh
pengharapan dan pemahaman akan adanya hari baru, tahun baru, dan
harapan baru.
4
2. Mensyukuri Penyertaan Tuhan selama pelayanan tahun 2013 dan
membuat evaluasi serta perencanaan pelayanan tahun 2014.
Mengapresiasi capaian-capaian yang telah dilakukan dan belajar dari
kegagalan sebagai cambuk untuk menjadi lebih baik.
3. Kondisi perekonomian yang mungkin masih sulit sebagai dampak
melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika di akhir tahun 2013
akan berdampak tingginya biaya hidup dan melemahnya kemampuan
daya beli masyarakat.
4. Menyadari bahwa Tahun 2014 adalah Tahun Politik, dimana akan ada
hajatan besar pesta demokrasi Bangsa Indonesia untuk memilih Calon
Pemimpin melalui Pemilu Legislatif untuk memilih Anggota DPR,
DPD dan DPRD pada tanggal 9 April 2014 dan Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden pada tanggal 9 Juli 2014.
5. Konflik kepentingan yang diakibatkan dari Tahun Politik dapat
menyebabkan gesekan pada masyarakat dan terciptanya perpecahan.
E. Saran Penyusunan Kotbah:
1. Pendahuluan
Awali kotbah dengan Mengucapkan Selamat Tahun Baru. Berikan
pertanyaan, apakah anggota jemaat sudah melakukan evaluasi
terhadap tahun yang ditinggalkan dan telah membuat perencanaan
terhadap tahun yang sedang dimasukinya. Ajak anggota jemaat untuk
mensyukuri pengalaman hidup di tahun 2013 dengan segala
peristiwanya dan menatap tahun 2014 dengan pengharapan seperti
umat Israel yang senantiasa diberkati oleh Tuhan.
2. Isi
Pengkotbah menyampaikan apa yang tertulis dalam penjelasan teks
dengan pokok penting sebagai berikut:
 Meyakinkan bahwa Tuhan akan memberkati dan menyertai
umatNya.
 Meneguhkan anggota Jemaat yang sudah diberkati untuk
memberkati sesamanya sesuai konteks.
3. Penutup
5
Pengkotbah menekankan kepada Jemaat bahwa janji berkat Tuhan
diberikan secara menyeluruh dalam setiap bagian hidup kita dan
mengajak jemaat telah diberkati oleh Tuhan untuk berbagi.
F. Liturgi:
Nats pembimbing: Bilangan 6 : 22 – 27
Berita anugerah: Galatia 4 : 4 – 7
Nats Persembahan: 1 Yohanes 3 : 17 – 18
Lagu-Lagu:
1. KJ 4
PKJ 27
2. KJ 242
PKJ 58
3. KJ 33
PKJ 43
4. KJ 332
PKJ 123
5. KJ 337
PKJ 264
6. KJ 346
PKJ 203
G. Contoh Kotbah Jadi
SEMOGA KITA MENJADI BERKAT!
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, saya mengucapkan:
Selamat Tahun Baru.....! bagaimanakah kabarnya saudara-saudara di
awal Tahun 2014 ini? Saudara-saudara....., kita baru saja meninggalkan
Tahun 2013 dengan berbagai cara; mungkin ada diantara saudara yang
berpesta penuh kemeriahan, ada yang begadang semalaman, dan
mungkin ada pula yang berkumpul keluarga penuh kebahagiaan, atau
mungkin ada juga yang menikmati tidur lelap sepanjang tahun, tidur
diakhir tahun 2013 sampai di awal tahun 2014, sehingga tidak bertemu
dengan hiruk-pikuk pergantian tahun. Setiap kita tentu memiliki catatancatatan yang berbeda untuk Tahun 2013 yang kita lewati.
Kita meninggalkan Tahun 2013 dengan berbagai pengalaman
kehidupan. Pasti ada berkat dan pemeliharaan Tuhan yang indah pada
setiap kita dan juga tentu ada pergumulan dan tantangan, baik itu
tantangan dan pergumulan yang berat atau ringan dan mampu kita lalui
6
juga dalam penyertaan Tuhan. Dan memasuki Tahun 2014 dengan penuh
pengharapan dan pemahaman akan adanya hari baru, tahun baru, dan
tentu harapan baru. Mensyukuri Penyertaan Tuhan dan membuat evaluasi
serta perencanaan tahun 2014. Mengapresiasi capaian-capaian yang telah
dilakukan dan belajar dari kegagalan sebagai cambuk untuk menjadi
lebih baik di tahun pengharapan.
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, nyanyian pada
Mazmur 67 ini luar biasa keindahannya, kesederhanaannya, serta
pandangannya tentang dunia. Jika kita memperhatikan, sepertinya ayat 7
pada bacaan ini menunjukkan dalam peristiwa apakah nyanyian syukur
ini dipergunakan, di mana puncaknya diwujudkan sehubungan dengan
ucapan syukur atas hasil panen. Sangat mungkin nyanyian tersebut
merupakan bagian dari musik untuk Hari Raya Pondok Daun. Pesta
Pondok Daun dalam tradisi Israel menggabungkan dua unsur yaitu; di
satu pihak, tindakan penyelamatan Allah terhadap Israel dan pemberian
karuniaNya pada mereka (bnd. Ul. 26:1-11); di pihak lain, pengharapan
semesta mengenai pemeliharaan Allah yang penuh karunia atas dunia.
Pesta ini memberikan gambaran apa yang telah dilakukan Allah terhadap
umat Israel yang merupakan perlambang dari apa yang Ia akan lakukan
bagi dunia ini; berkat bagi bangsa Israel melambangkan berkat-berkat
semesta bagi bangsa-bangsa lainnya.
Kalau kita melihat ayat 2 bacaan di atas, dikatakan: Kiranya Allah
mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan
wajah-Nya. Ini adalah gema dari berkat Imamat yang ada di dalam
Bilangan 6:24-26 yang menjadi nats pembimbing bagi kita. Kata-kata
pemazmur ini hendak mengungkapkan syafaat yang memohon kepada
Allah untuk mengasihi umatNya dan memberkatinya. Allah kiranya
memberkati panenan, ternak, binatang yang besar atau yang kecil, musim
demi musim, keturunan dan lain sebagainya. Demikian juga pemazmur
dan umat merindukan kehadiran dan penyertaan Allah. Doa mereka
“kiranya Ia menyinari” adalah sebuah ungkapan yang khas dan
mengandung pengertian akan kerinduan diperkenan dan disertai Allah,
penggambaran tentang wajah Allah yang bersinar kepada mereka
menjadi jaminan akan keselamatan hidup mereka. Dan pada ayat
penutup, ayat 7 dan 8 diulangi lagi tema tentang berkat Allah. Harapan
7
akan Berkat yang Berkelanjutan. Allah memberkati kita. Pemazmur
mengulangi refrein penting itu untuk mengaitkannya dengan permohonan
pada ayat 2 yang mengekspresikan harapan agar Allah terus memberkati
supaya misi bagi Israel bisa diselesaikan.
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, lalu apakah misi Allah
bagi Israel dalam nyanyian pemazmur terbut bagi bangsa-bangsa? Ada
beberapa pokok penting berkaitan dengan apa yang menjadi pengharapan
yang diungkapkan pemazmur berkaitan dengan misi Allah tersebut,
yaitu:
Pertama, Bangsa-bangsa mengenal dan diselamatkan Allah.
Ayat 3 bacaan kita mengatakan, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan
keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Ayat ini hendak menegaskan
bahwa umat Allah, Israel, dinampakkan sebagai cerminan Allah di mana
semua bangsa dapat melihat Allah.
Melalui berkat-berkat yang
diterimanya dan sekaligus penyertaan Allah kepada bangsa pilihanNya
itu supaya jalan-Mu dikenal di bumi. Ucapan berkat terkenal yang
dikatakan oleh imam dalam Bilangan 6:24-26: “TUHAN memberkati
engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan
wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan
wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”. dipakai
dengan maksud untuk menyajikan dasar bagi misi Israel yang lebih besar.
Pemeliharaan penuh kasih oleh Allah dilihat sebagai alat untuk
membawa semua orang, semua bangsa berpaling kepada Allah. Israel
harus menjadi saksi untuk menyebarluaskan pengenalan akan Allah agar
bangsa-bangsa mengalami keselamatan.
Kedua, Bangsa-bangsa bersyukur kepada Allah. Pemazmur
mengatakan: Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai,
sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun
suku-suku bangsa di atas bumi. Sela. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur
kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur
kepada-Mu (ay 5-6). Nyanyian tersebut berisi harapan akan berkat yang
berkelanjutan atau terus menerus. Ketika Israel diberkati mereka akan
bersukacita dan tidak itu saja, tetapi mereka akan membawa sukacita.
Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi orang-orang disekitar
mereka pun akan merasakan sukacita dan kebaikan Allah yang
8
memberkati mereka. Orang-orang di sekitar mereka akan melihat
ketaatan dan kesetiaannya pada Allah dan Allahlah yang memberkati
mereka. Ketika mereka diberkati bukan hanya untuk diri mereka sendiri,
tapi berkat itu dipakai juga untuk menjadi kesaksian bagi dunia. Dengan
berkat Allah tersebut, hidup mereka pun menjadi berkat buat orang lain
dan terlebih bagi pekerjaan Allah.
Ketiga, Segala ujung bumi takut akan Tuhan. Pemazmur dalam
nyanyiannya hendak menegaskan lagi bahwa segala berkat yang
diberikan kepada umatNya hendak mengekspresikan atau menyatakan
kasih setianya kepada seluruh ciptaan. Dan berangkat dari kasihNya yang
diwujudkan dalam berkat-berkat kepada umat pilihan akan membuat
seluruh penjuru dunia akan semakin tunduk, hormat dan beribadah
kepadaNya. Seperti nyanyiannya: Allah memberkati kita; kiranya segala
ujung bumi takut akan Dia! (ay.8).
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, apakah pengharapan
kita hari ini, di hari pertama Tahun 2014? Tentulah kita berharap seperti
pemazmur, untuk diberkati oleh Allah dan WajahNya menyinari kita
serta kita dipimpin olehNya menghadapi segala hal yang akan terjadi di
tahun yang baru. Namun seperti nyanyian pemazmur, bahwa berkat,
penyertaan dan pemeliharaan Allah itu bertujuan agar bangsa-bangsa
bersyukur, agar seluruh ujung bumi takut akan Dia.
Kita adalah umat milik Tuhan seperti Israel. Kita sudah
mengalami berkat dan perlindungan Tuhan, dan Tuhan sudah menyinari
kita dengan wajahNya. Karena itu bagi kita yang hidup di zaman ini,
berkat Tuhan yang sering kita terima di akhir ibadah kita menegaskan
akan kepemilikan TUHAN atas hidup kita sepenuhnya. Hidup yang harus
berbagi berkat dalam situasi apapun.
Di awal tahun 2014 memang kita diperhadapkan dengan berbagai
situasi yang sulit diprediksi. Kita masih akan mengalami dampak
ekonomi dunia yang melemah, terlebih lagi menurunnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar akan menyebabkan kebutuhan yang berasal dari
luar negeri menjadi mahal, contohnya barang-barang elektronik, bahkan
kebutuhan makanan sehari-hari kita seperti tahu dan tempe. Akibatnya
pendapatan kita semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan yang semakin
besar. Mari kita berbagi berkat berupa pengalaman menghadapi
9
tantangan kehidupan dengan saling menopang satu dengan yang lain.
Peka terhadap kebutuhan sesama yang membutuhkan berkat yang sudah
Tuhan berikan kepada kita.
Demikian juga kita diperhadapkan dengan Tahun Politik.
Menyadari bahwa Tahun 2014 adalah Tahun Politik, dimana bangsa
Indonesia akan mengadakan hajatan besar Pesta Demokrasi untuk
mendapat Calon Pemimpin Bangsa melalui Pemilu Legislatif untuk
memilih Anggota DPR, DPD dan DPRD pada tanggal 9 April 2014 dan
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 9 Juli 2014. Kita harus
berdoa agar Tuhan memberkati, melindungi dan memberi damai
sejahtera kepada Indonesia. Sehingga kita akan diberkati Tuhan dengan
munculnya pemimpin-pemimpin yang akan menyuarakan syalom Allah,
damai sejahtera bagi Indonesia. Sehingga kita terhindar dari konflik
kepentingan yang diakibatkan dari Tahun Politik tersebut yang dapat
menyebabkan gesekan pada masyarakat dan terciptanya perpecahan.
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, sebagai gereja Tuhan,
umat pilihan dan kepunyaan Tuhan, mari kita merencanakan kebaikan di
awal Tahun 2014. Dengan terus berharap akan berkat, perlindungan,
kasih karunia dan damai sejahteraaNya. Karena itu, apapun yang terjadi
dalam hidup kita, mari tetap percaya pada TUHAN. Dan jika kita sudah
menyadari bahwa berkat-berkat TUHAN adalah jaminan keberadaan kita
sebagai milik TUHAN, maka sudah sepantasnya cara-cara kita
menikmati berkat, mengelola berkat pun tetap menunjukkan keberadaan
kita sebagai milik TUHAN, bukan penguasa atas hidup kita sendiri dan
masa depan kita. Dan akhirnya marilah kita yang sudah diberkati, kita
menjadi berkat bagi orang-orang disekeliling kita, menjadi berkat bagi
bangsa-bangsa, berkat khusus bagi Indonesia dan menjadi kemuliaan
bagi Nama-Nya. Amin. [YEP]
10
RANCANGAN KHOTBAH 05 JANUARI 2014
Minggu Efifania; warna liturgy Putih
Bacaan Leksionari: Yesaya 60:1-6; Mazmur 72:1-13; Efesus 3:2-6; Matius 2:1-12
Tema:
MEMBERITAKAN INJIL KEPADA SEMUA ORANG
Bacaan: Efesus 3:1-6
A. Tujuan :
1. Jemaat mengerti tentang penyelenggaraan kasih karunia Allah.
2. Jemaat termotivasi untuk terlibat dalam penyelenggaraan kasih
karunia Allah..
B. Latar Belakang Teks
Surat Efesus ditulis oleh Paulus dan ditujukan kepada orangorang kudus di Efesus. Surat ini dimulai dengan melukiskan bagaimana
Allah membangkitkan Kristus yang sekarang memerintah bersama Allah
disorga. Selanjutnya memperlihatkan bagaimana Kristus telah
mempersatukan orang bukan Yahudi dan orang Yahudi dengan
merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan yang memisahkan
mereka (2:14). Mereka yang beriman kepada Yesus telah dipilih oleh
Roh Allah untuk menjadi bagian dari satu tubuh, yaitu jemaat. Tubuh ini
memiliki satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan (4:5). Kristus telah
memilih berbagai orang dalam jemaat untuk menerima karunia-karunia
yang berbeda, seperti para rasul, nabi, pemberita Injil, para gembala umat
dan pengajar (4:11). Dua setengah pasal terakhir dari surat ini
memberikan petunjuk-petunjuk untuk hidup sebagai umat Allah,
termasuk “senjata” rohani yang Allah berikan agar umatNya dapat
bertahan melawan iblis dan penguasa-penguasa kegelapan (6:10-17).
11
Latar belakang penulisan surat Efesus tidak ditemukan dalam
surat itu sendiri. Oleh karenanya kita sulit untuk memastikan mengapa
surat ini ditulis. Namun dari Kisah Para Rasul 19:20 dan seterusnya, kita
menemukan beberapa petunjuk. Pasal ini berkisah tentang keberhasilan
Paulus ketika pertama kali mewartakan Yesus Kristus kepada orang
Efesus. Kemudian ia berdebat dengan mereka yang menyembah
Artemis, dewi yang termasyur di Efesus. Pemimpin setempat menolak
menghukum Paulus ketika hampir terjadi huru hara, tetapi tampaknya
Paulus merasa lebih baik meninggalkan kota itu. Lalu ia bertemu dengan
pemimpin jemaat Efesus dan meneguhkan hati mereka dalam
menghadapi masalah-masalah. Kesulitan terbesar dalam jemaat Efesus
disebabkan oleh beberapa orang yang berusaha untuk memecah-belah
para pengikut Tuhan Yesus menjadi kelompok-kelompok yang berbeda,
bukannya mengikuti pemberitaan Paulus yang telah mereka terima. Oleh
karena itu Paulus mengangkat masalah kesatuan dalam jemaat sebagai
salah satu persoalan utama surat Efesus.
C. Tafsiran teks
Ayat 1. Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang
dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak
mengenal Allah. Dengan ungkapan ini Paulus bukan hanya hendak
mengatakan bahwa ia adalah orang hukuman dari (milik) Kristus Yesus,
melainkan juga orang hukuman karena Kristus Yesus. Hal itu ia tekankan
dengan penggunaan kata huper humon (bahasa Yunani) artinya untuk
kamu, untuk kepentingan kamu atau seperti yang diakatakan dalam ayat
13 untuk kemuliaan kamu. Untuk kepentingan mereka itu Paulus
dikurung di dalam penjara. Dari penderitaannya, mereka mendapat
penghiburan dan kekuatan baru untuk menjalani hidup dan melakukan
tugas mereka di dalam dunia. Sekarang Paulus mau berdoa untuk
mereka dan ia mau melakukannya sebagai orang hukuman Kristus Yesus
karena mereka.
Ayat 2-3. Memang kamu telah mendengar tentang tugas
penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku
karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan
wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Paulus tahu
12
dengan pasti bahwa apa yang hendak dikatakannya kepada mereka dalam
ayat-ayat yang berikutnya sudah mereka dengar. Yang telah mereka
dengar ialah oikonomia tes charitos (bahasa Yunani). Kata oikonomia
beberapa kali dipakai dengan arti penyelenggaraan keselamatan,
pelayanan keselamatan. Arti charis disini ditentukan oleh hubungannya
dengan oikonomia yaitu kasih karunia yang diberikan oleh Kristus Yesus,
kepada Paulus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non
Yahudi. Hal itu diberikan kepadanya bersama-sama dengan apostole
(pelayanan rasul). Jadi kharis ialah kasih karunia Allah yang paulus
terima di dalam dan untuk pelayanan kerasulan yang harus dilaksanakan.
Dalam ayat 3 Paulus menjelaskan lebih lanjut tentang tugas yang
dipercayakan Allah kepadanya dan yang tentang itu anggota-anggota
jemaat telah dengar: yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku
dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Rahasia
itu ialah “rahasia kehendak Allah” (ayat 3) dan “rahasia itu
mempersatukan segala sesuatu diseluruh dunia di dalam Kristus” (ayat
6). Paulus katakan bahwa rahasia itu dinyatakan kepadanya dengan
wahyu.
Ayat 4. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui
dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, dalam bahasa aslinya
kalimat ini dimulai dengan kata Yunani prosho, yang dapat kita
terjemahkan dengan “adanya” atau “daripadanya”. Yaitu ada/daripada
apa yang telah Paulus tuliskan dengan singkat.
Kalau mereka
membacanya, mereka dapat mengetahui pengertiannya tentang rahasia
Kristus. Kata Yunani anaginoskontes (mengetahui) menyatakan bahwa
pembacaan itu bukan hanya dilakukan satu kali saja, tetapi terus
menerus, oleh pembacaan yang demikian maka anggota jemaat mendapat
pengertian/mengetahui pengertian Paulus (pengertian yang dikaruniakan
oleh Tuhan kepada Paulus) tentang rahasia Kristus.
Sebagai rasul, Paulus mendapat pengertian khusus tentang rahasia
yang harus ia beritakan. Sebelum Paulus berkata-kata tentang isi rahasia
itu, ia mau menerangkan dahulu sifatnya, sehingga anggota jemaat dapat
menegetahuinya dengan baik.
Paulus katakan bahwa rahasia yang dimaksudkan tidak sama
dengan rahasia yang banyak terdapat dalam dunia hellenistis pada waktu
13
itu. Rahasia itu berbeda; ia adalah rahasia “yang pada zaman angkatanangkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi
yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabinabi-Nya yang kudus” (ayat 5). Yang dimaksudkan disini dengan anakanak manusia ialah manusia pada umumnya. Kepada anak-anak manusia
ini Paulus katakan bahwa Allah dahulu tidak memberitakan rahasiaNya,
tetapi sekarang rahasia itu dinyatakan dalam roh kepada rasul-rasul dan
nabi-nabi Allah yang kudus. Rasul-rasul dan nabi-nabi adalah hamba
Allah yang diasingkan/dikuduskan/dikhususkan untuk dipakai dalam
karya-karya penyelamatan Allah, yaitu sebagai orang-orang yang
memberitakan status dan fungsi mereka, sesuai dengan rahasia Allah
yang telah dinyatakan kepada mereka oleh Roh Kudus.
Isi penyataan atau rahasia itu ada dalam ayat 6; “yaitu bahwa
orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli
waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang
diberikan dalam Kristus Yesus”.
Rahasia yang dinyatakan kepada
Paulus adalah rahasia yang benar-benar rahasia. Sebab perbedaan yang
ada diantara orang-orang Yahudi dan non Yahudi sejak Abraham,
sekarang tidak ada lagi. Kesamaan derajat itu dikerjakan oleh Injil yang
diberitakan kepada mereka oleh Paulus sebagai rasul.
D. Konteks Masa Kini
Eklusifisme masih tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
kita dewasa ini. Eklusifisme artinya menganggap diri dan kelompoknya
paling benar. Mengganggap agama dan kepercayaannya paling benar
sedangkan agama dan kepercayaan orang lain salah. Menganggap
sukunya paling hebat dan berharga sedangkan suku lain lemah dan tidak
berarti. Bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa orang, kelompok,
suku, agama, ajaran dll, yang bertentangan dengan yang dianutnya, harus
dilenyapkan.
Kita sering menjumpai tulisan “untuk kalangan sendiri” dalam
produk-produk makanan, minuman, buku-buku, atau acara-acara tertentu.
Tulisan-tulisan itu secara langsung atau tidak langsung telah membatasi
orang yang akan memakai, membaca, atau menghadirinya. juga
menciptakan kelompok-kelompok dalam masyarakat.
14
Dikalangan gereja tertentu pengelompokan-pengelompokan
seperti itu juga terjadi. Ada gereja yang mengganggap dirinya paling
benar dan satu-satunya yang pasti selamat dan masuk surga, sedangkan
gereja lain salah dan pengikutnya tidak akan selamat dan masuk surga.
Ada juga pemahaman bahwa Injil hanya untuk orang-orang Kristen saja,
sedangkan orang-orang non Kristen tidak membutuhkan Injil. Ada juga
anggapan diantara anggota jemaat bahwa setiap orang yang lahir dari
keluarga Kristen, pasti telah menerima Injil, dan apapun yang
dilakukannya tidak akan mempengaruhi keselamatannya.
E. Saran Penyusunan Khotbah
1. Pendahuluan.
Mulai khotbah dengan mengungkapkan satu atau dua konteks
masa kini.
2.
Isi Khotbah
Lanjutkan khotbah dengan menjelaskan pokok-pokok isi khotbah
di bawah ini. Penjelasan dari pokok-pokok isi khotbah dapat
diambil dari pengantar teks.
a. Pemberitaan Injil Allah
b. Pemberitaan Injil Allah membutuhkan pengorbanan
c. Pemberitaan Injil Allah terbuka bagi semua orang
3.
Penutup
Akhiri khotbah dengan kalimat ajakan, himbauan atau motivasi
kepada anggota jemaat untuk terlibat dalam pemberitaan Injil.
F. Liturgi
1. Pujian KJ 1 “Haleluya Pujilah”
2. Nats Pembimbing: Matius 28:18-20
3. Pujian PKJ 128 “Kasih Tuhan Yesus Tiada Bertepi”
4. Hukum kasih
5. Pujian pengakuan dosa: KJ 25 “Ya Allahku Di CahyaMu”
6. Berita Anugerah: 1 Yoh 4:9-10
7. Pujian peneguhan: PKJ 165 “Janji Yang Manis”
8. Nats Persembahan: Mazmur 138:1-3
15
9. Pujian persembahan: KJ 393 “Tuhan Betapa Banyaknya”
10. Pujian pengutusan KJ 428 “lihatlah sekeliling”
G. Contoh Khotbah Jadi
MEMBERITAKAN INJIL KEPADA SEMUA ORANG
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Kita sering menjumpai tulisan
“untuk kalangan sendiri” dalam produk-produk makanan, minuman,
buku-buku atau undangan acara-acara tertentu. Tulisan-tulisan itu secara
langsung atau tidak langsung telah membatasi orang yang akan
memakainya atau menciptakan kelompok-kelompok pemakai produk itu.
Dikalangan gereja tertentu, pengelompokan-pengelompokan
seperti itu juga terjadi. Ada gereja yang mengganggap dirinya paling
benar dan satu-satunya yang pasti selamat dan masuk surga, sedangkan
gereja lain salah dan pengikutnya tidak akan selamat dan masuk surga.
Ada juga pemahaman bahwa Injil hanya untuk orang-orang Kristen saja,
sedangkan orang-orang non Kristen tidak membutuhkan Injil. Ada juga
anggapan diantara anggota jemaat bahwa setiap orang yang lahir dari
keluarga Kristen, pasti pasti telah menerima Injil, dan apapun yang
dilakukannya tidak akan mempengaruhi keselamatannya.
Nampaknya, eklusifisme juga sudah terjadi pada jaman Paulus.
Masyarakat pada waktu itu beranggapan bahwa hanya orang Yahudilah
yang dipilih Allah untuk diselamatkan. Orang lain tidak. Pemahaman ini
membuat mereka merasa tidak perlu memberitakan Injil kepada orangorang non Yahudi. Itulah sebabnya Paulus merasa perlu menegur dan
meluruskan pemahaman mereka melalui suratnya.
16
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, dalam Ayat 2-3 Paulus
mengatakan:
“Memang kamu telah mendengar tentang tugas
penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku
karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan
wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat”. Paulus tahu
dengan pasti bahwa apa yang hendak dikatakannya kepada mereka dalam
ayat-ayat yang berikutnya sudah mereka dengar. Yang telah mereka
dengar ialah penyelenggaraan keselamatan atau pelayanan keselamatan.
yaitu kasih karunia yang diberikan oleh Kristus Yesus, kepada Paulus
untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non Yahudi.
Hal ini berdasarkan kasih karunia Allah yang Paulus terima di
dalam dan untuk pelayanan kerasulannya. Sama seperti Paulus, setiap
orang percaya pada zaman sekarang juga dipanggil untuk turut ambil
bagian dalam penyelenggaraan kasih karunia Allah, turut ambil bagian
dalam memberitakan Injil.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, pada Ayat 1 Paulus
mengatakan: “Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan
karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal
Allah”. Dengan ungkapan ini Paulus bukan hanya hendak mengatakan
bahwa ia adalah orang hukuman milik Kristus Yesus, melainkan juga
orang hukuman karena Kristus Yesus. Hal itu ia tekankan dengan
penggunaan kata “untuk kamu, untuk kepentingan kamu” atau seperti
yang diakatakan dalam ayat 13 “untuk kemuliaan kamu”. Untuk
kepentingan mereka itu Paulus dikurung di dalam penjara. Paulus rela
mengorbankan dirinya menderita dan meringkuk dalam penjara. Dari
penderitaannya, mereka mendapat penghiburan dan kekuatan baru untuk
menjalani hidup dan melakukan tugas mereka di dalam dunia. Dalam
memberitakan Injil dibutuhkan pengorbanan. Adakalanya kita harus
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, perasaan, harta benda, bahkan
fisik. Apapun bentuk pengorbanan kita karena memberitakan Injil Kristus
kepada orang-orang yang belum mengenal Allah, pasti tidak akan sia-sia.
Sekalipun berada dalam penjara, Paulus tidak ditinggalkan Tuhan.
Tuhan tetap memelihara, menyertai dan menguatkan dia. Ingatlah
peristiwa ketika Tuhan melepaskan Paulus dan Silas dari penjara dalam
Kisah Rasul 16:23-26; “Setelah mereka berkali-kali didera, mereka
17
dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk
menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu,
kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah
dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. Tetapi kirakira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian
kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi
penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan
terlepaslah belenggu mereka semua”. Itu adalah salah satu bukti bahwa
Tuhan tidak pernah meninggalkan pemberita-pemberita injilNya
menderita. Mari kita belajar dari Paulus, yang rela berkorban bahkan
sampai dipenjara demi pemberitaan Injil. Mari kita lakukan bagian kita,
dan biarlah Allah melakukan bagiannya, menumbuhkan benih-benih
yang telah kita taburkan.
Saudara-saudara, dalam ayat 3-4 Paulus menjelaskan lebih lanjut
tentang tugas yang dipercayakan Allah kepadanya. Tentang itu anggotaanggota jemaat telah mendengar: “yaitu bagaimana rahasianya
dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas
dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui
dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus.” Dalam bahasa
aslinya kalimat ini dimulai dengan kata “adanya” atau “daripadanya”,
yaitu yang daripadanya telah Paulus tuliskan dengan singkat. Kalau
mereka membacanya, mereka dapat mengetahui pengertiannya tentang
rahasia Kristus. Namun pembacaan itu bukan hanya dilakukan satu kali
saja, tetapi terus menerus. Oleh pembacaan yang demikian itu maka
anggota jemaat mendapat pengertian atau mengetahui pengertian Paulus
tentang rahasia Kristus.
Menurut Paulus, rahasia yang dimaksudkan tidak sama dengan
rahasia yang banyak terdapat dalam dunia Yunani pada waktu itu. Yaitu
bahwa umat pilihan hanya orang Yahudi, sedangkan orang non Yahudi
bukanlah umat pilihan. Rahasia itu berbeda; Paulus katakan bahwa Allah
dahulu tidak memberitakan rahasiaNya kepada manusia pada umumnya,
tetapi sekarang rahasia itu dinyatakan dalam roh kepada rasul-rasul dan
nabi-nabi Allah yang kudus. Isi penyataan atau rahasia itu ada dalam
ayat 6; “yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil,
18
turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta
dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus”.
Hal itu berarti
perbedaan yang ada diantara orang-orang Yahudi dan non Yahudi sejak
Abraham, sekarang tidak ada lagi. Kesamaan derajat itu dikerjakan oleh
Injil yang diberitakan kepada mereka oleh Paulus sebagai rasul.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, dari perikop ini kita
memahami bahwa Injil bukan hanya untuk orang yahudi, tetapi untuk
orang non Yahudi juga, Injil bukan hanya untuk orang-orang yang lahir
dari keturunan umat pilihan atau keturunan orang percaya atau keturunan
orang kristen saja, melainkan untuk semua orang. Oleh karena itu mari
kita bawa berita sukacita itu kepada semua orang yang belum mengenal
Allah. Mungkin mereka itu adalah salah satu anggota keluarga kita.
Mungkin mereka mereka adalah salah satu saudara kita. Mungkin salah
satu tetangga kita. Mungkin salah satu teman bermain, teman sekolah,
atau teman kerja kita. Mungkin juga salah satu terman seperjalanan kita.
Mari kita beritakan Injil kepada mereka supaya mereka mengenal Allah
dan menikati damai sejahtera Allah dalam hidupnya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, mengakhiri ibadah ini saya
mengajak kita semua untuk menyanyikan KJ 428:1-2, 5-6. Lagu ini
mengajak kita untuk melihat sekeliling kita, memandang keladangladang yang sudah menguning dan sudah matang, sudah matang untuk
dituai. Siapakah yang akan menjadi penuainya? Kitalah penuainya. Mari
kita siapkan diri untuk menjadi penuai-penuai diladang Tuhan. [Ath]
Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang
yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai!
Reff.
Lihatlah sekelilingmu, pandanglah ke ladang-ladang
yang menguning dan sudah matang, sudah matang untuk dituai!
Apa arti ladang-ladang, apa yang perlu dituai?
Ladang itu seluruh dunia, manusialah tuaiannya.
Kembali ke reff.
19
Memang banyaklah tuaian; pekerja hanya sedikit,
Minta Dia yang punya lading mengirimkan penuai lagi.
Kembali ke reff.
Apa kita pun terpilih mengerjakan tugas itu?
Kita juga dipilih Tuhan dan diutus ke dalam dunia.
Kembali ke reff.
RANCANGAN KOTBAH, 12 JANUARI 2014
Minggu Biasa I, Warna Liturgi Hijau
Bacaan Leksionari: Yesaya 42:1-7, Mazmur 29, Kisah Para Rasul 10:34-38, Matius 3:13-17.
Tema:
TUHAN SANGGUP MEMBERKATI
Bacaan: Mazmur 29.
A. Tujuan:
1. Jemaat bersedia taat dan tunduk dengan rasa hormat kepada
TUHAN Yang Maha Segala Sesuatu Yang Baik.
2. Jemaat dapat mengimani bahwa TUHAN dengan KemahaanNya
dapat memberikan berkat-berkat kepada umatNya.
B. Penafsiran Teks:
Ada sebuah pandangan yang perlu diperhatikan bagi setiap
pembaca/pendengar Mazmur (pendengar: dalam tradisi ibadah-ibadah
Yahudi masa itu, Mazmur dibacakan/dinyanyikan bagi jemaat) dimana
genre dalam Mazmur sangat penting untuk diperhatikan agar mengerti
isinya. Menurut Tremper Longman dalam bukunya Bagaimana
20
Menganalisa Kitab Mazmur, yang disebut genre adalah sebuah
kelompok ayat-ayat yang sama dalam mood, isi, struktur dan susunan
kata-kata. Secara garis besar, genre Mazmur terbagi dalam Mazmur
pujian, Mazmur keluhan, Mazmur pengucapan syukur, Mazmur
keyakinan, Mazmur peringatan, Mazmur hikmat dan Mazmur raja.
Namun demikian, genre tersebut tidak mutlak dialamatkan dalam satu
pasal Mazmur. Bisa juga dalam satu pasal Mazmur terdiri dari beberapa
genre. Mengenai Mazmur 29 ini, genrenya adalah sebagai Mazmur
pujian, Mazmur peringatan dan Mazmur keyakinan. Dalam pasal ini,
pemazmur mengajak si pembaca/si pendengar untuk mengingat kembali
siapakah sesungguhnya manusia itu dan siapakah TUHAN yang
sebenarnya.
Pemazmur memberi penghargaan pada pembaca/pendengar
sebagai penghuni sorgawi: gambaran bahwa pembaca/pendengar adalah
anak-anak Allah, ahli waris sorga, orang-orang yang beriman. Jati diri si
pembaca/pendengar Mazmur berada dalam posisi sebagai yang patut
menyembah dan TUHAN sebagai yang patut disembah. Pemakaian kata
TUHAN (bahasa Ibrani=Yahweh) menunjukkan otoritas tertinggi yang
Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Berkat dan ada jarak antara yang tinggi/
jauh, yang memisahkan antara Yang Maha segalanya dengan yang
menyembahNya. Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ
menyebutkan bahwa TUHAN, “arti kata ‘TUHAN’ ada hubungannya
dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berarti atasan/penguasa/pemilik.” Ahli
bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata "tuan" yang
tuan sifatnya insani, menjadi "TUHAN" yang sifatnya ilahi itu bermula
dari terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu karya Melchior
Leijdecker yang terbit pada tahun 1733. Dengan demikian, kata
"TUHAN" ini umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu yang abadi.
Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa
konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi
atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana
keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada;
kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau
apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. Dengan kemutlakannya,
TUHAN tentunya tidak terikat oleh tempat dan waktu. BagiNya tidak
21
dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. TUHAN tidak
memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana TUHAN hanya
akan membatasi kekuasaanNya. Pemazmur juga mengingatkan agar
pembaca/ pendengar patut menyembah dan memuji TUHAN karena
TUHAN memiliki segala sesuatu yang luar biasa. Segala kemuliaan dan
kedahsyatan adalah milik TUHAN. Pembaca atau pendengar patut
tunduk dan hormat kepada TUHAN.
Disamping menunjukkan pujian atas kedahsyatan TUHAN dan
memperingatkan, pemazmur juga ingin menunjukkan keyakinannya
bahwa TUHAN Yang Maha Dahsyat itu bukan TUHAN yang hanya
ingin menunjukkan kekuatanNya saja. TUHAN adalah TUHAN yang
bisa mengasihi isi dunia dan manusia. Pemazmur juga ingin
menyadarkan pada pembaca/ pendengar bahwa walaupun TUHAN tidak
nampak, namun suara dan tindakanNya sungguh mewakili kehadiran
TUHAN dalam kehidupan yang dijalani setiap umat. Jika Ia tidak
nampak, suaraNya pun cukup untuk melakukan apa saja yang
dikehendakiNya. Dan kalaupun Ia tidak nampak, sebagian manusia yang
tidak beriman atau tidak percaya pada adanya TUHAN, tidak percaya
pada TUHAN Yang Maha Kuasa dengan segala rentetannya yang tidak
dipercayai; TUHAN tentu tidak sedikitpun merugi. Namun karenanya,
TUHAN sudah menginformasikan melalui FirmanNya, sudah memberi
tuntunan tentang dampak akibatnya pada diri mereka manusia yang
ingkar, tidak beriman yang bisa ditimpakan atau dirasakan saat didunia
dan yang pasti ditimpakan di kehidupan nanti. Akan adanya dampak
atau sanksi TUHAN bagi mereka yang tidak beriman/ yang tidak
mempercayai.
Ia juga adalah TUHAN yang patut diimani sebagai TUHAN Yang
Maha Memberkati. Dengan kekuatanNya, Ialah sumber berkat
pertolongan dan damai sejahtera. Pemazmur ingin meyakinkan pembaca/
pendengar agar memiliki iman seperti dirinya. Ia memiliki pengharapan
bahwa TUHAN sanggup menolong, karena Ia sungguh Maha Kuasa.
Tanda-tanda alam sudah dapat menunjukkan kehadiran TUHAN dalam
kehidupan manusia. Ini yang harusnya disadari manusia sebagai umat
beriman.
22
C. Konteks Masa Kini :
1. Bulan Januari: bersyukur atas pergantian tahun/ tahun yang baru
dengan harapan baru, persiapan pemilu legislatif dan presiden,
pembuatan renstra/ RAPB/ program baru, baik dalam gereja maupun
organisasi yang lain.
2. Ada sebagian umat yang sudah menyadari dan belum menyadari dari
sisi rohaninya, betapa TUHAN itu Maha segalanya, dalam ketegasan,
keadilan sekaligus memiliki kasih dan berkatNya.
3. Ada sebagian umat yang sangat percaya pada kuasa TUHAN, namun
sebagian lain masih ada yang kurang percaya kepada TUHAN
sehingga bergantung pada kuasa-kuasa roh-roh/ iblis/ pusaka/
kesaktian/ dukun/ paranormal (menduakan TUHAN) dalam
memperoleh berkat dan jalan keluar dari permasalahan.
4. Banyaknya kejahatan yang dilakukan di pelbagai bidang dalam
lapisan sosial politik dimungkinkan karena ketidaktakutan akan
kedahsyatan TUHAN. TUHAN dianggap sebagai yang tidak nampak
dan tidak menunjukkan kekuatanNya? Mungkin TUHAN masih jauh.
5. Bagi sebagian umat, hubungannya kepada TUHAN meliputi segala
bidang kehidupannya, namun di sebagian umat mungkin hanya
dianggap sebagai yang ceremonial atau formalitas belaka dalam
ibadah-ibadah.
6. Di Indonesia, aparat penegak hukum misalnya polisi, KPK dan
petugas lain yang nampak, kelihatannya lebih ditakuti dari pada
TUHAN yang tidak kelihatan.
D. Saran Penyusunan Kotbah:
1. Pendahuluan
Pengkotbah dapat menyebutkan fenomena yang terjadi di
Indonesia, dimana banyak kejahatan dilakukan dengan sembunyisembunyi dari para petugas yang berwenang. Ada kecenderungan
orang yang melakukan kejahatan lebih takut pada petugas yang
nampak daripada kepada TUHAN yang tidak nampak. Disamping
itu ada pula orang beriman yang belum sepenuhnya bergantung
kepada TUHAN. Masih ada yang mencari tambahan kuasa lain,
23
selain TUHAN, ketika mereka sedang mengalami pergumulan/
masalah atau ingin mencapai tujuan tertentu.
2. Isi
Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai
sumbernya, yang menekankan kedahsyatan Tuhan yang tidak
nampak sekaligus TUHAN yang bisa memberikan berkat pada
umatNya.
3. Penutup
Pengkotbah dapat mengingatkan siapa sebenarnya Jemaat itu,
yakni dipandang berharga oleh pemazmur sebagai “penghuni
sorgawi” yang taat dan tunduk dengan rasa hormat kepada
TUHAN, sekaligus memberikan motivasi kepada Jemaat bahwa
mereka bisa menjadi orang yang beriman karena mereka sungguh
dekat dan bersama dengan TUHAN.
E. Liturgi
 Nats Pembimbing: Yesaya 45:18
 Berita Anugerah:Roma 8:15-16
 Nats Persembahan: Roma 12:1
 Nyanyian-Nyanyian
1. KJ 362
PKJ 17
2. KJ 4
PKJ 18
3. KJ 36
PKJ 43
4. KJ 52
PKJ 279
5. KJ 53
PKJ 280
6. KJ 337
PKJ 148
7. KJ 379
PKJ 302
F. Contoh Kotbah Jadi
TUHAN SANGGUP MEMBERKATI
24
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Ketika kita
melihat tayangan-tayangan di stasiun tv di Indonesia dan juga media
massa yang lainnya, pada masa kini, KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) merupakan sebuah organisasi yang sangat menakutkan bagi
para pejabat pemerintah, aparatur negara yang lain, swasta, maupun
pribadi-pribadi yang ingin maupun bertindak korupsi, penyuapan
maupun tindakan-tindakan lain yang melawan hukum. Sepertinya, KPK
memiliki mata dimana-mana dalam melihat kasus-kasus korupsi di negeri
ini. Ada saja cara dilakukan oleh KPK untuk mengungkap kasus-kasus
yang terjadi di negeri ini, dari pusat sampai ke daerah. Di sisi lain, bagi
para penjahat atau pelaku tindakan kriminal, polisi merupakan momok
yang menakutkan bagi mereka. Polisi juga bisa menakutkan bagi para
pelanggar lalu-lintas. Para pelaku berupaya sedemikian rupa hingga bisa
melakukan kejahatan itu untuk memenuhi kepentingannya. Para pelaku
kejahatan ini melakukan tindakannya dengan kucing-kucingan melawan
petugas. Bahkan akhir-akhir ini, dengan berani, beberapa pelaku
kejahatan malah menembaki beberapa polisi. Ibu, Bapak, Saudara yang
dikasihi TUHAN Yesus, kita percaya bahwa tidak semua orang di dunia
ini jahat. Namun dapat ditengarai bahwa dalam tindakannya, beberapa
orang yang ingin melakukan kejahatan, akan melakukannya bila tidak
diketahui oleh petugas yang berwenang. Tindakan-tindakan secara
tersembunyi akan dilakukan agar lancar melakukannya. Kalaupun nanti
kejahatannya diketahui dan akan diungkap, itu masalah belakangan.
Yang penting adalah tidak diketahui. Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi
TUHAN Yesus, jika demikian, ada pertanyaan bagi kita yang mungkin
kita juga sudah tahu jawabannya yakni dimanakah posisi TUHAN bagi
para pelaku diwaktu merencanakan dan melakukan kejahatannya?
Apakah para pelaku kejahatan tidak takut akan TUHAN? Ataukah karena
TUHAN yang tidak kelihatan dan tidak segera menghukum, merupakan
TUHAN yang tidak perlu ditakuti? Mungkin ada juga diantara kita yang
berpendapat bahwa mungkin semua itu benar dan TUHAN juga Maha
Pengampun. Jadi para pelaku kejahatan tidak lagi takut pada TUHAN
karena nanti toh bisa bertobat. Tentunya kita tidak menjadi orang seperti
itu, karena kita sebagai orang yang beriman tentu tahu bahwa TUHAN
25
Maha Tahu. Kehadirannya tidak terbatas ruang dan waktu. Orang yang
beriman tentu tidak akan melakukan kejahatan karena ia tahu bahwa
TUHAN sedang melihat umatNya.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Di sisi yang
lain, ada pula orang yang mengaku beriman, namun dikala mengalami
pergumulan, mereka malah mencari jalan keluar melalui kekuatan kuasa
kegelapan, jimat, perdukunan (menduakan TUHAN). Ada pula marak
diketahui di media massa tentang “dukun politik” yang menyediakan
layanan bagi calon-calon anggota legislatif/ calon kepala daerah yang
ingin tercapai tujuannya. “Dukun politik” ini ada yang memasang tarif
dari milyaran rupiah sampai satu trilyun rupiah. Menurut pelbagai
sumber di media masa, hal seperti ini bukanlah hal yang baru. Kekuatan
perdukunan/ orang pintar dipandang sebagai salah satu cara untuk
mencapai cita-cita mereka. Yang mungkin sangat memprihatinkan
adalah, ada banyak diantara calon-calon tersebut yang berpendidikan
tinggi sekaligus dapat label/ cap orang yang beragama. Kiranya itu tidak
terjadi pada orang-orang Kristen yang akan mencalonkan diri dalam
jabatan-jabatan tertentu. Kemutlakan TUHAN tidak lagi dianggap
sebagai sumber penyelesaian. TUHAN tidak dianggap sebagai yang bisa
mendukung untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan masalahnya
karena TUHAN dianggap selalu lambat, padahal orang inginnya cepat
selesai. Ada pula orang yang berpandangan demikian, “ketika kami ke
orang pintar atau orang tua (kata lain dari dukun/ paranormal) itu kan
bentuk ikhtiar/ usaha kami, kami tetap minta dan beriman pada TUHAN
kok. Kami sudah lama mengalami ini dan kalau hanya berdoa saja kapan
selesainya? Kan saingan kami banyak, kami perlu dukungan tambahan”.
Sungguh memprihatinkan jika ada diantara kita terjebak pada hal seperti
itu. TUHAN adalah jawaban yang benar jika kita mengalami
pergumulan. TUHAN itu Maha Kuasa, Ia sanggup mengatasi semuanya.
Itulah yang dikatakan pemazmur.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Dalam
Mazmur 29 ini, kita diingatkan betapa kita patut taat dan tunduk dengan
penuh rasa hormat kepada TUHAN sebab Ia memiliki kekuatan yang
Maha segalanya. Pemazmur mengajak kita untuk mengingat kembali
siapakah sesungguhnya manusia itu dan siapakah TUHAN yang
26
sebenarnya. Jati diri kita yang sebenarnya adalah makhluk yang patut
menyembah dan TUHAN sebagai yang patut disembah. Dalam Alkitab,
pemakaian kata TUHAN (Yahweh) menunjukkan otoritas tertinggi
bahwa Ialah Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Berkat dan ada jarak antara
yang tinggi/ jauh, yang memisahkan antara Yang Maha segalanya dengan
yang menyembahNya. Dengan kemutlakanNya, TUHAN tentunya tidak
terikat oleh tempat dan waktu. Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau
yang akan datang.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Pemazmur
ingin menyadarkan pada kita bahwa walaupun TUHAN tidak nampak,
namun suara dan tindakanNya sungguh mewakili kehadiranNya dalam
kehidupan yang dijalani setiap umat. Walaupun Ia tidak nampak, Ia
adalah ada dan suaraNya pun cukup untuk melakukan apa saja yang
dikehendakiNya.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Disamping
menunjukkan pujian atas kedahsyatan TUHAN dan memperingatkan,
pemazmur juga ingin menunjukkan keyakinannya bahwa TUHAN Yang
Maha Dahsyat itu bukan TUHAN yang hanya ingin menunjukkan
kekuatanNya saja. TUHAN adalah TUHAN yang bisa mengasihi isi
dunia dan manusia. Ia juga adalah TUHAN yang patut diimani sebagai
TUHAN yang Maha Memberkati. Dengan kekuatanNya, Ialah sumber
berkat pertolongan dan damai sejahtera. Pemazmur ingin meyakinkan
kita semua agar memiliki iman seperti dirinya. Ia memiliki pengharapan
bahwa TUHAN sanggup menolong, karena Ia sungguh Maha Kuasa.
Tanda-tanda alam sudah dapat menunjukkan kehadiran TUHAN dalam
kehidupan manusia. Ini yang harusnya disadari manusia sebagai umat
beriman.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Diawal tadi
kita sudah mengamati bersama, mengapa ada saja manusia yang hanya
takut pada yang kelihatan dan yang bisa menghukum, sedangkan pada
TUHAN Yang Maha Tahu dan Maha Dahsyat, sepertinya manusia tidak
takut. Manusia yang tidak beriman tidak percaya adanya TUHAN,
sepertinya tetap diberi kesempatan hidup dengan menghirup udara untuk
bernafas, tetap diberi kemampuan dan kekuatan untuk berjalan
beraktifitas di atas bumi yang TUHAN ciptakan.
27
Mereka yang tidak percaya pada adanya TUHAN, sepertinya
masih dibiarkan dengan perilaku jahatnya dalam menjahati orang lain,
pada kaum lain, pada bangsa lain; bahkan semacam diberi kepuasan dan
rasa kemenangan atau rasa kebenaran atau rasa kebanggaan atas segala
perilaku jahatnya. Mereka yang tidak percaya pada adanya TUHAN,
mungkin masih tetap diberi peluang meraih harta benda duniawi
semaksimal mungkin, sebanyak mungkin, sepuas mungkin, sesuai
kemampuan kerjanya entah dari jalan benar maupun salah. Mereka yang
tidak percaya pada adanya TUHAN mungkin masih dibiarkan dengan
kesombongannya, congkak dengan segala kebanggaan atas kemampuan
hartanya atau kepandaiannya atau keberhasilan karyanya yang mampu
mewarnai perkembangan dunia. Dalam konteks ini terhadap mereka ada
pula yang langsung diberi tanda tanda peringatan oleh TUHAN, ada yang
dibiarkan dalam kejahatannya didunia ini. Ini semua kita sadari bahwa ini
semua adalah rahasia TUHAN.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Sebagai umat
percaya yang merenungkan Mazmur 29 ini, kita bersyukur bahwa dalam
Mazmur ini, pemazmur menghargai kita dengan menyebut sebagai
“penghuni sorgawi”. Dengan penghargaan itu berarti kita semakin tahu
posisi kita yang sebenarnya. Kita sebagai umat yang beriman adalah
umat TUHAN yang taat dan tunduk dengan rasa hormat kepada TUHAN.
Dalam pikiran kita sekalipun tidak ada rencana untuk meninggalkan dan
melanggar FirmanNya. Untuk itu, tidaklah baik kiranya jika kita menjadi
orang-orang yang suka melakukan kejahatan atau hidup dalam dosa.
Bukankah “penghuni sorgawi” adalah orang-orang yang bersama dengan
TUHAN? Tentunya orang yang bersama dengan TUHAN, kehidupannya
tidak menyukai kejahatan atau dosa. Ia akan tinggalkan segala
kejahatannya dan kembali berlaku yang baik. Bahkan tidak ada niat
sedikitpun dalam pikirannya untuk berbuat dosa. Sungguh mulia
dihadapan TUHAN jika kita ini memang demikian. Dan sebagai
“penghuni sorgawi” tentunya tahu bahwa kitalah orang yang dekat
dengan sumber berkat itu yakni TUHAN. TUHAN adalah sumber berkat
bagi alam semesta ini yang akan sanggup pula memberikan berkat, jalan
keluar, rejeki, kesehatan dan jawaban apapun pergumulan kita. Kita akan
tahu, berkat mana yang benar yang akan kita dapatkan. Kita akan tahu
28
dengan cara apa kita akan memiliki jalan keluar bagi setiap pergumulan
kita, karena kita dekat dengan Sang Sumber Berkat itu.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi TUHAN Yesus, Sungguh
betapa TUHAN Maha segalanya. Mari kita tetap beriman penuh akan
segala apa yang dapat dilakukanNya untuk kebaikan kita semua. Harihari yang akan kita hadapi kedepan, mari kita songsong dengan penuh
iman bahwa TUHAN akan menyertai kita. Setiap kita masih melihat
tanda-tanda kehidupan dan tanda-tanda di alam ini, saat itulah kita juga
mengimani bahwa TUHAN tetap menyertai kita. TUHAN tidak nampak
namun kehadiranNya tidak terbatas dengan panca indera, ruang dan
waktu. Apapun pergumulan kita, TUHAN akan memberikan jalan keluar
indah pada saatNya. Itu yang akan memberikan sukacita dan damai
sejahtera pada kita. Mari kita tetap taat dan tunduk dengan penuh rasa
hormat pada TUHAN yang empunya segala sesuatu dan mengimani
segala berkatNya. TUHAN memberkati. Amin. [PA]
RANCANGAN KHOTBAH, 19 JANUARI 2014
Minggu Biasa II, Warna Liturgi Hijau.
Bacaan Leksionari: Yesaya 49:1-6, Mazmur 40:1-11, 1 Korintus 1:1-9, Yohanes 1:29-34.
Tema:
BERSYUKUR ATAS ANUGERAH TUHAN
Bacaan: 1 Korintus 1:1-9
A. Tujuan:
Jemaat menyadari akan anugerah Allah dan senantiasa mensyukurinya.
29
B. Latar Belakang Teks
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan
kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti
halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota
yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral.
Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan
cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan
rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu
selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa
perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri
dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan
Yahudi yang dahulu menyembah berhala.
Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah
timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang
dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus
(Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:2321:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar
oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus
(1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang
memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1;
1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang
diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
C. Tafsiran Teks
Ayat 1-3: Pembukaan surat, berisi salam dari Rasul Paulus dan dari
sostenes yang ditujukan kepada jemaat Korintus yang telah dikuduskan
oleh Kristus Yesus dan dipanggil menjadi orang-orang kudus dengan
semua orang disegala tempat yang berseru kepada nama Tuhan Yesus,
yaitu Tuhan semua orang yang percaya. Maksud dari ayat ini adalah
bahwa jemaat korintus yang anggota terdiri dari beberapa orang Yahudi
dan kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang dahulu penyembahpenyembah berhala. mereka telah dipanggil untuk menjadi percaya
kepada Tuhan Yesus. dan telah menerima pengudusan yaitu
pengampunan dosa. Ini adalah anugerah Allah yang besar yang diterima
30
oleh Jemaat Korintus. Sedangkan isi salamnya adalah Kasih karunia dan
damai sejahtera dari Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai
jemaat Korintus.
Ayat 4-9: Rasul Paulus senantiasa mengucap syukur kepada Allah
atas anugerah Nya yang diberikan kepada jemaat Korintus dalam Yesus
Kristus. Selain Anugerah Allah yang berupa pengkudusan menjadi umat
Allah , ada anugrah lain yang diberikan kepada jemaat korintus, yaitu:
Pertama: bahwa di dalam Yesus Kristus jemaat Korintus telah menjadi
kaya dalam segala hal, di antaranya segala perkataan (Bis: pengajaran)
dan segala macam pengetahuan sesuai dengan kesaksian tentang Kristus
yang telah diteguhkan di antara jemaat artinya pengajaran iman itu telah
meresap di dalam kehidupan jemaat Korintus sehingga mereka menjadi
jemaat yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus. Demikianlah
jemaat Korintus tidak kekurangan dalam suatu karuniapun dengan tetap
menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus atau menantikan kedatangan
Tuhan Yesus yang kedua kalinya (4-7). Tidak kekurangan dalam suatu
karuniapun mau menjelaskan bahwa di dalam jemaat korintus terdapat
begitu banyak karunia-karunia yang telah diterima oleh jemaat.
(bandingkan pasal 12:1-30)
Kedua: Allah akan meneguhkan jemaat Korintus sampai kepada
kesudahannya, sehingga jemaat tidak bercacat pada hari kedatangan
Tuhan. karena Allah yang memanggil jemaat Korintus kepada
persekutuan dengan anakNya Yesus Kristus adalah Setia. Allah tidak
hanya sekedar memanggil jemaat tetapi juga memelihara imannya. (8-9).
Rasul Paulus mau menekankan kesetiaan Allah, dengan harapan bahwa
jemaat Korintus yang banyak godaan untuk tidak setia, tetap setia kepada
Allah. Sebagai wujud ucapan Syukur atas anugerah Allah, bahwa Allah
setia kepada jemaat, maka jemaat korintus juga harus menjadi jemaat
yang setia.
D. Konteks Masa Kini
 Kehidupan masyarakat pada umumnya, masih ada yang kurang
menyukuri berkat-berkat yang sudah diterima. Juga masih ada yang
suka menggerutu dari pada berpikir positif ketika ada masalah.
 Dalam kehidupan, jemaat Kristen biasanya selalu mengucap syukur
31



ketika mendapat berkat jasmani, sedangkan untuk berkat Rohani yang
didapat kurang begitu diperhitungkan, sehingga jarang mengucap
syukur untuk hal ini.
Anggota Jemaat sangat beragam, ada yang baru Baptis, ada yang baru
sidi, ada yang masih anak-anak, ada yang sudah dewasa, ada yang
mengetahui karunia yang dimiliki dan ada juga yang belum
mengetahui karunianya.
Ada orang yang ikut bersyukur ketika orang lain diberikan kelebihan
baik itu karunia ataupun materi, tetapi dalam dunia yang penuh
persaingan banyak juga yang iri hati dan tidak senang bila orang lain
mempunyai suatu kelebihan.
Ada juga orang yang sombong ketika diberi karunia, sehingga tanpa
sadar meremehkan orang lain dan merasa tidak butuh orang lain.
E. Saran Penyusunan Khotbah
Pendahuluan
Jelaskan kontek saat ini yang menerangkan bahwa masyarakat
pada umumnya belum bisa bersyukur. Demikian juga dalam kehidupan
jemaat, ada yang hanya mengucap syukur untuk berkat jasmani, sedang
berkat rohani biasanya terlupakan, sehingga untuk berkat ini lupa
mengucap syukur.
Isi:
Jelaskan pada jemaat, Rasul Paulus senantiasa mengucap syukur
atas berkat jasmani dan rohani atas anugerah Allah yang diberikan
kepada jemaat Korintus. Anugerah-Nya yang besar jemaat korintus
dipanggil oleh Allah menjadi umat yang kudus, selain itu jemaat juga
diberi anugerah lainnya, yaitu:
Pertama: bahwa di dalam Yesus Kristus jemaat Korintus telah
menjadi kaya dalam segala hal, di antaranya segala perkataan (Bis:
pengajaran) dan segala macam pengetahuan sesuai dengan kesaksian
tentang Kristus yang telah diteguhkan di antara jemaat artinya pengajaran
32
iman itu telah meresap di dalam kehidupan jemaat Korintus sehingga
mereka menjadi jemaat yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus.
Jemaat Korintus tidak kekurangan dalam suatu karuniapun dengan tetap
menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus atau menantikan kedatangan
Tuhan Yesus yang kedua kalinya (4-7). Tidak kekurangan dalam suatu
karuniapun, mau menjelaskan bahwa di dalam jemaat korintus menyadari
begitu banyak karunia-karunia yang telah diterima oleh jemaat.
(bandingkan pasal 12:1-30)
Kedua: Allah juga akan meneguhkan jemaat Korintus sampai
kepada kesudahannya, sehingga jemaat tidak bercacat pada hari
kedatangan Tuhan. karena Allah yang memanggil jemaat Korintus
kepada persekutuan dengan anakNya Yesus Kristus adalah Setia. Allah
tidak hanya sekedar memanggil jemaat tetapi juga memelihara
imannya.(8-9). Rasul Paulus mau menekankan kesetiaan Allah, dengan
harapan bahwa jemaat Korintus yang banyak godaan untuk tidak setia,
tetap setia kepada Allah.
Penutup
Tekankan pada jemaat untuk senantiasa bersyukur atas anugerah
yang telah Tuhan berikan, baik yang berupa keselamatan ataupun
karunia-karunia rohani lainya, serta anugerah jasmani yang telah
diterimanya.Selain itu tekankan bila diberi karunia tidak untuk
kesombongan tetapi untuk membangun jemaat.
F. UsulanAyat-ayat :
Nats Pembimbing
: Mazmur 40:1-11
Berita Anugerah
: Yohanes 1: 29-30
Nats Persembahan
: II Korintus 8:1-2
Usulan Lagu-Lagu :
1. KJ. 21
PKJ: 07
2. KJ .289
PKJ:149
3. KJ. 309
PKJ:205
4. KJ. 299
PKJ:299
33
5. KJ. 287
6. KJ. 416
PKJ:147
PKJ:183
G. Contoh Khotbah Jadi
BERSYUKUR ATAS ANUGERAH YANG TUHAN BERI
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Ketika melihat kehidupan dalam masyarakat kita pada saat ini,
pada umumnya masyarakat kita adalah masyarakat yang sulit untuk
bersyukur apalagi di hadapkan dengan kenaikan harga kebutuhan sehari –
hari, sementara pendapatan tetap bahkan menurun. Keadaan ini
ditanggapi dengan mengeluh. Ketika ada persoalan seperti ini biasanya
sebagian besar masyarakat kita hanya melihat dari sisi negatifnya saja
sehingga menambah beban. Sebenarnya, jika dilihat dari sisi postifnya,
masyarakat kita masih bisa bersyukur. Dengan situasi yang ada,
masyarakat sebenarnya diajar untuk semakin pandai dalam mengelola
ekonominya dengan menggunakan hikmat dan akalnya. Banyak orang
sukses dan kreatif muncul dari situasi mereka yang kepepet, mereka
menemukan peluang-peluang usaha yang baru yang belum pernah dilihat.
Orang-orang yang demikian adalah pribadi yang optimis dan
bersemangat memandang masa depan. Karena mengucap syukur bukan
hanya menerima begitu saja keadaan yang ada, tetapi dengan hikmat
yang ada berusaha menambah atau mencari jalan keluar.
Kita sebagai orang percaya, patut bersyukur. Mengapa? karena
dalam kehidupan orang Kristen selalu diajar untuk selalu mengucap
syukur dalam segala hal, dan hal ini sudah mulai tumbuh di dalam
kehidupan jemaat. Yang menjadi persoalan adalah, pengucapan syukur
biasanya hanya yang berkaitan dengan ha-hal jasmani saja, misalnya:
diberi kesehatan, naik jabatan, bertambah hartanya, sedangkan mengucap
syukur yang berkaitan dengan hal-hal rohani atau pertumbuhan iman
masih jarang terjadi dalam kehidupan jemaat. Pada saat ini rasul Paulus
mengajar kita melalui surat kepada jemaat Korintus untuk dapat
bersyukur baik karena berkat jasmani maupun karena berkat rohani.
34
Jemaat yang di kasihi Tuhan, Korintus adalah kota metropolis
yang ada di dekat pelabuhan, kota ini secara duniawi kaya dan makmur,
secara materi warga Korintus mengalami kelimpahan. Demikian juga
dengan jemaat Korintus yang dikategorikan oleh rasul Paulus sebagai
salah satu jemaat yang kaya dibandingkan dengan jemaat Makedonia.
Oleh karena itu Rasul Paulus mengucap syukur kepada Tuhan atas segala
kekayaan yang diberikan oleh Allah kepada jemaat Korintus, bukan
hanya yang bersifat jasmani tetapi juga yang bersifat rohani.
Rasul Paulus senantiasa mengucap syukur atas berkat jasmani dan
rohani atas anugerah Allah yang diberikan kepada jemaat Korintus.
Anugerah-Nya yang paling besar kepada jemaat korintus adalah: ketika
jemaat korintus dipanggil oleh Allah menjadi umat yang kudus, selain itu
jemaat juga diberi anugerah lainnya, yaitu:
Pertama: bahwa di dalam Yesus Kristus jemaat Korintus telah
menjadi kaya dalam segala hal, di antaranya segala perkataan (Bis:
pengajaran) dan segala macam pengetahuan sesuai dengan kesaksian
tentang Kristus yang telah diteguhkan di antara jemaat artinya pengajaran
iman itu telah meresap di dalam kehidupan jemaat Korintus sehingga
mereka menjadi jemaat yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus.
Demikian juga jemaat Korintus tidak kekurangan dalam suatu
karuniapun dengan tetap menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus
atau menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya (4-7).
Tidak kekurangan dalam suatu karuniapun, mau menjelaskan bahwa di
dalam jemaat korintus menyadari begitu banyak karunia-karunia yang
telah diterima oleh jemaat. (bandingkan pasal 12: 1-30)
Kedua: Allah juga akan meneguhkan jemaat Korintus sampai
kepada kesudahannya, sehingga jemaat tidak bercacat pada hari
kedatangan Tuhan. karena Allah yang memanggil jemaat Korintus
kepada persekutuan dengan anakNya Yesus Kristus adalah Setia. Allah
tidak hanya sekedar memanggil jemaat tetapi juga memelihara imannya
(8-9). Di sini Rasul Paulus mau menekankan kesetiaan Allah, dengan
harapan bahwa jemaat Korintus yang banyak godaan untuk tidak setia,
karena pengaruh-pengaruh negative di masyarakat Korintus, baik berupa
penyembahan berhala maupun kehidupan moral yang rusak, tetap setia
kepada Allah. Sebagai wujud ucapan Syukur atas anugerah Allah, bahwa
35
Allah setia kepada jemaat, maka jemaat korintus juga harus menjadi
jemaat yang setia kepada Allah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Sebagai orang yang percaya kepada
Tuhan sebagai Juru selamat, kita seharusnya mengucap syukur untuk
iman yang telah Tuhan berikan kepada kita, kita telah diberikan
keselamatan karena telah dipanggil menjadi umat Allah yang kudus oleh
Tuhan. Ketika kita menjadi orang-orang yang beriman kepada Tuhan,
banyak hal yang kita dapatkan, misalnya: kita senantiasa hidup dalam
pimpinan Tuhan, sehingga hidup kita menjadi terarah, tidak berantakan
dan hidup kita menjadi terselamatkan. Di samping itu kita juga dapat
mengucap syukur, karena banyak karunia-karunia yang Tuhan berikan
kepada kita untuk membangun kehidupan berjemaat yang akhirnya nama
Tuhan yang dipermuliakan, misalnya karunia untuk mengajar, karunia
untuk menasehati ,karunia untuk menyembuhkan, hanya terkadang kita
belum peka terhadap karunia yang Tuhan berikan. Kita belum
mengetahui dan menggali karunia-karunia yang diberikan Tuhan dalam
diri kita sehingga kita belum bisa menggunakannya secara optimal.
Bukan hanya itu saja, kita juga patut bersyukur, bahwa Allah kita
adalah Allah yang setia, yang senantisa memimpin dan menguduskan
kita sehingga kita senantiasa ditempatkan sebagai jemaat yang tidak
bercacat dihadapan Allah pada hari kedatanganNya. Oleh karena itu
untuk menanggapi kesetiaan Allah, mari kita bersyukur dengan hidup
setia kepada Tuhan. kesetiaan kepada Tuhan dapat kita wujudkan dengan
berusaha hidup kudus, tidak hidup dalam dosa, apakah menduakan Allah
ataupun hidup dalam kecemaran.
Untuk itu mari kita senantiasa mengucap syukur bukan hanya
karena berkat-berkat jasmani tetapi juga berkat-berkat rohani yang
senantiasa kita dapat dan kita peroleh. Dengan mengingat dan bersyukur
untuk berkat rohani yang telah Tuhan berikan, Iman kita juga akan
semakin bertumbuh, seturut dengan kehendakNya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Rasul Paulus dapat bersyukur untuk
berkat jasmani dan rohani yang telah Tuhan berikan kepada jemaat di
Korintus, demikian juga hendaknya dengan kita, ketika ada saudarasaudara kita yang memperoleh berkat Tuhan, sebagai jemaat yang
dewasa hendaklah kita juga ikut bersyukur. Misalnya seseorang
36
pertumbuhan imannya begitu hebat dan menjadi aktif di gereja, bisa
memimpin pujian, menyampaikan firman, atau yang lainnya. Kita tidak
boleh iri hati karena merasa tersaingi, yang akhirnya menjurus pada
tindakan-tindakan negative, tetapi seharusnya kita malah bersyukur
karena kita punya teman yang dipakai Tuhan untuk membangun jemaat.
Untuk itu mari kita juga bersyukur untuk keberhasilan orang lain, mari
kita bersuka cita untuk berkat anugerah yang diberikan kepada saudara
kita. Demikian juga dengan kita , ketika Tuhan memberikan karunia yang
menonjol dalam hidup kita, hendaknya kita mau merendahkan hati, tidak
sombong, kita tidak hanya tertuju pada karunia itu, tetapi mari kita
gunakan karunia itu untuk sang pemberi karunia itu, yaitu Tuhan Allah.
Dengan demikian kita dihindarkan dari perpecahan, sehingga
persekutuan jemaat semakin kuat dan jemaat juga semakin diperlengkapi
untuk melakukan kehendaknNya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan di
dunia ini. Amin. [JN]
RANCANGAN KOTBAH, 25 JANUARI 2014
Minggu Biasa III, warna liturgi hijau
Bacaan Leksionari: Yesaya 8:23b-9:3; Mazmur 27:1-14; 1 Korintus 1:10-18; Matius 5:22-40
Thema:
TENANG DI DALAM TUHAN
37
Bacaan: Mazmur 27:1-14
A. Tujuan:
1. Anggota Jemaat mampu mengekspresikan pengalaman hidup yang
dialaminya bersama Tuhan.
2. Anggota Jemaat menyadari bahwa hidup di dalam Tuhan
membutuhkan kesetiaan dan penyerahan diri dalam rencana
kehendakNya agar mengalami ketenangan.
B. Latarbelakang dan Penafsiran Teks
Mazmur 27 adalah sebuah mazmur yang digubah oleh Daud.
Dalam versi Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia, Mazmur
ini diberi judul "Aman dalam perlindungan Allah" dan ayat 1 dimulai
dengan kalimat pengantar "Dari Daud". Ahli Alkitab ada yang
menggolongkannya sebagai mazmur ketika di pembuangan.
Perbedaan menonjol terlihat antara ayat 1-6 dengan 7-14. Isi
maupun semangat dari bagian-bagian ini sangat berbeda. Suasana
berubah dari keyakinan penuh sukacita menjadi rasa takut penuh
kecemasan. Tetapi, dua unsur itu menyatukan bagian-bagian yang tidak
sama yakni musuh-musuh yang sama dan percaya kepada Allah.
Ayat 1-3 TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada
siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap
siapakah aku harus gemetar? Ketika penjahat-penjahat menyerang aku
untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka
sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah
mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan
melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya. Ayat-ayat yang
menyatakan nyayian keriangan yang tidak terbendung, dimana segala
ancaman dan kebutuhan hidup pemazmur diatasi oleh Tuhan sendiri. Ia
mensejajarkan peran Tuhan dalam dirinya sebagai terang, keselamatan
dan benteng hidup. Sebuah pengakuan tentang Tuhan. Walaupun
Pemazmur berhadapan dengan para penentang, orang banyak dan resiko
peperangan, musuh-musuhnya terguling dalam kegelapaan darimana ia
diselamatkan oleh terang Tuhan. Pengerahan tentara yang besar tidak
mampu mempengaruhi kedamaian hati berdasarkan keselamatan yang
38
berasal dari Tuhan dan ancaman pertentangan yang terus menerus
menyebar dan mengancam dirinya tidak mempunyai kekuasaan untuk
mengalahkan perlindungannya.
Ayat 4-6 Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang
kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan
kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. Satu hal telah kuminta
kepada Tuhan. Suatu ungkapan akbar sang Pemazmur mengenai
ketekunan hati yang pasrah, pemazmur bertekat untuk mencari
kesejahteraan dan kesukaan kekal dalam kehadiran Allah. Satu hal yang
diminta itu tidak mungkin sama dengan Bait Allah. Itu pasti mengacu
pada dasar dari keinginan yang terdiri dari tiga bagian. Dasar atau
penyebut yang sama itu kemungkinan besar adalah kehadiran Tuhan,
yang dicari dan diingini pemazmur. Realisasi dari kehadiran Tuhan ini
terjadi dengan cara berdiam di dalam rumah Allah, melihat keindahanNya, dan menyelidiki Bait-Nya. Kehadiran yang sama ini menimbulkan
rasa aman ketika menghadapi kesusahan. Kerinduan untuk tinggal
bersama Tuhan, untuk memandang kemurahan dan untuk menikmati
bait-Nya. Inilah suatu kerinduan terhadap Allah yang mesra dan dapat
dirasakan yang dicarinya melalui cara yang telah ditentukan dalam
upacara korban di bait Allah. Dengan demikian pemazmur akan merasa
aman, Allah menaungi dia di atas dan memberikan gunung batu di bawah
kakinya. Tidak ada musuh yang dapat menerobos mencapai insan atau
manusia yang selalu berdiam diri di dekat dengan Allah.
Ayat 7-12, Dalam doanya ini pemazmur memperlihatkan adanya
tiga unsur yang penting dari syafaatnya yaitu:
1. Dengarlah Tuhan, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan
jawablah aku! Pemazmur setelah mengungkapkan sukacita pada ayat
1-6, memasuki ayat 7 berubah menjadi penuh rasa takut dan
kecemasan. Ada perasaan yang begitu mendalam yang disampaikan
kepada Allah dalam doa-doanya. Dalam doanya ini pemazmur
memiliki permohonan yang begitu dalam sehingga cara memintanya
kepada Tuhan juga begitu penuh emosi. Kerinduannya agar doanya
dijawab oleh Tuhan. Bukan itu saja, pemazmur pun meyakinkan
mengapa Tuhan harus menjawab doanya. Ia menegaskan bahwa
hidupnya sudah mengikuti firman atau kehendakNya. Pemazmur
39
sudah berusaha menemukan Tuhan dalam hidupnya, mencari wajah
Tuhan ketika ada firman; “Carilah wajah-Ku”. Sepertinya ia merasa
bahwa Tuhan belum mau membuka diri, atau manyatakan diri bahkan
ia memahami bahwa murka Tuhan yang dialaminya adalah wujud
belum diterima doa-doanya.
2. Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah
meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan
ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku (ay. 9b-10).
Ditengah situasi kecemasan hatinya akan jawaban Tuhan terhadap
doa-doanya, pemazmur masih memiliki keyakinan yang begitu kuat
bahwa Tuhan Allah adalah pertolongannya. Ia berharap bahwa Allah
tidak membuangnya dan juga tidak meninggalkannya. Keyakinan
yang begitu besar dimiliki pemazmur terjadi karena Tuhan baginya
adalah Sang Penyelamat yang akan menyambutnya.
3. Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di
jalan yang rata oleh sebab seteruku. Janganlah menyerahkan aku
kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi
dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman (ay. 11-12).
Dalam penantian menunggu jawaban Tuhan atas pemohonannya,
pemazmur tidak tinggal diam, ia tetap berusaha menjalani
kehidupannya dengan penuh tanggungjawab. Meskipun ada pihakpihal lain baik musuh dan penyerang, ia meminta supaya diberi jalan
yang benar yang rata agar tidak mengikuti jalan hidup orang-orang
yang penuh nafsu dan kelaliman yang senantiasa menyerang dirinya.
Ayat 13-14; Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan
TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN!
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN. Tuhan
Yang Tidak Pernah Gagal. Kata-kata yang diungkapkan pemazmur
kembali kesuasana yang dialaminya yang merupakan kesaksian dan
seruan yang kuat pada ketahanan yang teguh. Dari ungkapan doanya
tersebut dapat dilihat bagaimana kelemahan kemanusiaannya, namun
sangat menonjolkan kenyataan campur tangan Tuhan dan kesabaran iman
yang menanti dengan penuh keyakinan.
C. Konteks Masa Kini
40
1. Bulan januari masih menjadi bagian awal tahun 2014 dimana banyak
orang, gereja, lembaga pelayanan dan organisasi sedang memantapkan
rencana-rencananya. Banyak pilihan-pilihan dalam membuat
perencanaan. Bagi Jemaat sedang disibukkan memantapkan program
pelayanan, Klasis-klasis banyak yang disibukkan mempersiapkan
Sidang Klasis dan Sinode pun demikian.
2. Menjelang Bulan “Kasih Sayang” masih ada pergumulan-pergumulan
yang terjadi dalam kehidupan pribadi dan persekutuan berkaitan
dengan persoalan rumah-tangga yang juga tidak semakin berkurang
sepertinya malah semakin berkembang seperti: ketidakharmonisan
rumah tangga, perselingkuhan, peceraian dan lain sebagainya.
3. Menjelang Pelaksanaan Pemilu Legislatif, akhir Januari dan
seterusnya sampai 9 April menjadi potensi rawan konflik, karena ada
di masa kampanye pemilu. Rakyat disuguhi tawaran dan pilihan yang
sangat berpotensi menimbulkan pertpecahan.
D. Saran Penyusunan Kotbah:
1. Pendahuluan
Pengkotbah mengawali kotbah dengan pertanyaan: apakah anggota
jemaat ada yang pernah mengalami perasaan senang sekaligus
perasaan sedih karena berbagai pergumulan? Beri waktu sejenak
anggota jemaat untuk menikmati refleksi pribadi. Lanjutkan dengan
pernyataan bahwa kita bisa mengalami perasaan yang berbeda antara
senang dan sedih dalam waktu bersamaan.
2. Isi
Pengkotbah menjelaskan apa yang tertulis dalam penjelasan teks
dengan pokok penting sebagai berikut:
o Menguraikan ekspresi pemazmur atau pengalaman imannya
bersama Tuhan
o Menguraikan pergumulan yang dialami pemazmur bersama Tuhan
o Mengajak jemaat bahwa hidup di dalam Tuhan diperhadapkan
dengan situasi dan pilihan yang membutuhkan kesetiaan dan
penyerahan diri dalam rencana kehendakNya.
41
3. Penutup
Menegaskan bahwa ketika kita hidup di dalam Tuhan dan
menjalankan kehendakNya meskipun banyak pilihan-pilihan yang
dihadapi, baik ketika mengalami sukacita maupun pergumulan akan
mengalami ketenangan hidup.
E. Liturgi:
Nats pembimbing
Berita Anugerah
Nats Persembahan
Lagu-Lagu:
KJ 13
KJ 258
PKJ 179
KJ 410
PKJ 145
KJ 440
: 1 Korintus 1 : 10
: Yesaya 9 : 1 – 3
: 2 Korintus 8 : 13 – 15
F. Contoh Kotbah Jadi
TENANG DI DALAM TUHAN
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, Syalom......, apa
kabar? Apakah bapak, ibu saudara bahagia hari ini? Apakah ada juga
yang berbahagia tapi juga bersedih atau berduka? Kita pasti pernah
merasakan kebahagiaan dan juga merasakan kesedihan atau pergumulan.
Namun bisakah keduanya terjadi bersamaan? Bahagia bersamaan dengan
kesedihan atau pergumulan. Mungkin diantara kita ada yang pernah
begitu bersukacita karena ada anak di keluarga kita yang diterima
sekolah, kuliah atau bekerja ditempat yang begitu diidam-idamkan.
Namun bersamaan dengan itu kita mengalami kesedihan karena dalam
waktu tertentu atau malah cukup lama kita harus berpisah dengan
mereka. Atau, mungkin kita pernah berdoa dan berserah kepada Tuhan
atas saudara terkasih kita yang sakit begitu lama sampai ia pasrah
kepaada Tuhan sehingga kita berdoa penyerahan kepada Tuhan, dan
42
ternyata sesaat kita selesai berdoa ternyata saudara terkasih tersebut
dipermuliakan atau dipanggil oleh Tuhan. Di dalam hati kita pasti akan
bercampur-baur perasaan sukacita maupun duka-cita. Kita akan
mengatakan terima kasih Tuhan, Engkau telah memberi yang terbaik
kepada saudaraku namun secara bersamaan kita akan menangis sedih dan
haru karena akan berpisah dengan orang yang kita kasihi.
Dalam perikop bacaan kita hari ini, kita diperlihatkan pengalaman
iman pemazmur, ketika ia hidup di dalam Tuhan menghadapi berbagai
peristiwa kehidupan. Ada sukacita yang berpengaruh kepada suasana hati
penuh pujian. Dan bersamaan dengan itu ada perasaan hati yang sedang
bergumul yang menyebabkan rasa takut dan kecemasan. Dalam ayat 1-6
sangat berbeda dengan ayat 7-12. Suasana berubah dari keyakinan penuh
sukacita menjadi rasa takut penuh kecemasan. Tetapi, dua unsur itu
menyatukan bagian-bagian yang tidak sama dengan percaya kepada
Allah.
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, Pemazmur dalam
bagian pertama bacaan kita memperlihatkan bagaimana hidup aman
dalam perlindungan Allah. Ada dua hal yang menyebabkan pemazmur
memiliki ekspresi sukacita yang luar biasa, yaitu:
Kepercayaan Yang Sepenuh Hati (ay. 1-3). TUHAN adalah
terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN
adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika
penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni
semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan
jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku;
sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap
percaya. Nyayian pemazmur ini menyatakan nyanyian keriangan yang
tidak terbendung sebagai luapan perasaan, dimana segala ancaman dan
kebutuhan hidup pemazmur diatasi oleh Tuhan sendiri. Ia mensejajarkan
peran Tuhan dalam dirinya sebagai terang, keselamatan dan benteng
hidup. Sebuah pengakuan tentang Tuhan yang luar biasa. Walaupun
Pemazmur berhadapan dengan para penentang, orang banyak dan resiko
peperangan, musuh-musuhnya terguling dalam kegelapaan ia
diselamatkan oleh terang Tuhan. Pengerahan tentara yang besar tidak
mampu mempengaruhi kedamaian hati berdasarkan keselamatan yang
43
berasal dari Tuhan dan ancaman pertentangan yang terus menerus
menyebar dan mengancam dirinya tidak mempunyai kekuasaan untuk
mengalahkan perlindungannya.
Memiliki Kerinduan Yang Agung (ay. 4-6). Satu hal telah
kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN
seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati baitNya. Satu hal telah kuminta kepada Tuhan demikian nyayian pemazmur.
Suatu ungkapan akbar sang Pemazmur mengenai ketekunan hati yang
pasrah, pemazmur bertekat untuk mencari kesejahteraan dan kesukaan
kekal dalam kehadiran Allah. Satu hal yang diminta itu tidak mungkin
sama dengan Bait Allah. Itu pasti mengacu pada dasar dari keinginan
yang terdiri dari tiga bagian. Dasar atau penyebut yang sama itu
kemungkinan besar adalah kehadiran Tuhan, yang dicari dan diingini
pemazmur. Realisasi dari kehadiran Tuhan ini terjadi dengan cara
berdiam di dalam rumah Allah, melihat keindahan-Nya, dan menyelidiki
Bait-Nya. Kehadiran yang sama ini menimbulkan rasa aman ketika
menghadapi kesusahan. Kerinduan untuk tinggal bersama Tuhan, untuk
memandang kemurahan dan untuk menikmati bait-Nya. Inilah suatu
kerinduan terhadap Allah yang mesra dan dapat dirasakan yang dicarinya
melalui cara yang telah ditentukan dalam upacara korban di bait Allah.
Dengan demikian pemazmur akan merasa aman, Allah menaungi dia di
atas dan memberikan gunung batu di bawah kakinya. Tidak ada musuh
yang dapat menerobos mencapai insan atau manusia yang selalu berdiam
diri di dekat Allah dengan Allah.
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, dalam situasi penuh
semangat dan sukacita akan pemeliharaan dan perlindungan Allah,
pemazmur ternyata memiliki beban pergumulan yang masih dinantikan
untuk Allah jawab dan selesaikan. Pemazmur berdoa agar mengalami
kelepasan dari bahaya yang senantiasa dapat menghampirinya. Dalam
doanya ini pemazmur memperlihatkan adanya tiga hal penting dari
syafaatnya itu:
Pertama, Ia meminta belaskasihan Allah (ay. 7-9a). Pemazmur
setelah mengungkapkan sukacita pada ayat 1-6, memasuki ayat 7
berubah menjadi penuh rasa takut dan kecemasan. Ada perasaan yang
44
begitu mendalam yang disampaikan kepada Allah dalam doa-doanya.
Dengarlah Tuhan, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan
jawablah aku! Dalam doanya ini pemazmur memiliki permohonan yang
begitu dalam sehingga cara memintanya kepada Tuhan juga begitu penuh
emosi. Kerinduannya agar doanya dijawab oleh Tuhan. Bukan itu saja,
pemazmur pun meyakinkan mengapa Tuhan harus menjawab doanya. Ia
menegaskan bahwa hidupnya sudah mengikuti firman atau kehendakNya.
Pemazmur sudah berusaha menemukan Tuhan dalam hidupnya, mencari
wajah Tuhan ketika ada firman; “Carilah wajah-Ku”. Sepertinya ia
merasa bahwa Tuhan belum mau membuka diri, atau manyatakan diri
bahkan ia memahami bahwa murka Tuhan yang dialaminya adalah wujud
belum diterimanya doa-doanya. Tetapi i terus menerus memanjatkan
permohonannya menanti belaskasihan-Nya.
Kedua, Ia menyerahkan segenap beban kepada Allah (ay. 9b10). Ditengah situasi kecemasan hatinya akan jawaban Tuhan terhadap
doa-doanya, pemazmur masih memiliki keyakinan yang begitu kuat
bahwa Tuhan Allah adalah pertolongannya. Ia berharap bahwa Allah
tidak membuangnya dan juga tidak meninggalkannya. Keyakinan yang
begitu besar dimiliki pemazmur terjadi karena Tuhan baginya adalah
Sang Penyelamat yang akan menyambutnya. Pemazmur tidak mungkin
berharap dan menyerahkan pengharapannya kepada allah lain baginya
Tuhan adalah Aalahnya yang akan memberi pertolongan.
Ketiga, Ia berupaya untuk mengetahui dan melakukan
kehendak Allah (ay. 11-12). Di dalam penantian menunggu jawaban
Tuhan atas pemohonannya, pemazmur tidak pernah tinggal diam, ia tetap
berusaha menjalani kehidupannya dengan penuh tanggungjawab.
Meskipun ada pihak-pihal lain, baik musuh dan penyerang, ia meminta
supaya diberi jalan yang benar yang rata agar tidak mengikuti jalan hidup
orang-orang yang penuh nafsu dan kelaliman yang senantiasa
menyerang dirinya. Ia sadar bahwa dengan mengikuti kehendak Tuhan
akan menolong dia tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan dalam
hidupnya.
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, dalam bagian akhir
bacaan kita, pemazmur memiliki kekuatan akan Tuhan Yang Tidak
Pernah Gagal. Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan
45
TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN!
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! (ay.1314). Kata-kata yang diungkapkan pemazmur kembali kesuasana yang
dialaminya yang merupakan kesaksian dan seruan yang kuat pada
ketahanan yang teguh. Dari ungkapan doanya tersebut dapat dilihat
bagaimana kelemahan kemanusiaannya, namun sangat menonjolkan
kenyataan campur tangan Tuhan dan kesabaran iman yang menanti
dengan penuh keyakinan. Ditengah-tengah kecemasannya dan ditengahtengah penantian akan jawaban doa dari TUHAN, pemazmur
berketetapan percaya dan menantikan Tuhan, ya menantikan Tuhan.
Lalu bagaimana dengan kita saat ini, bapak, ibu dan saudara yang
dikasihi Tuhan? Pengalaman pemazmur dalam hidupnya ketika
mengalami dua suasana hati sekaligus menginspirasi kita:
Bahwa Kita harus menyanyikan kasih setiaNya dan memiliki
kerinduanyang besar dalam hidup. Pengalaman-pengalaman hidup kita
harus diekspresikan menjadi pujian dan pengakuan akan kebesaran
Tuhan. sehingga melalui hidup kita nama Tuhan dipermuliakan. Kita
juga harus mempunyai ambisi untuk semakin hidup benar di dalam
Tuhan.
Bahwa Kita senantiasa berserah kepada Tuhan dalam doa
memohon belaskasihan Allah, menyerahkan seluruh beban kepada Allah
dan melakukan kehendaknya. Ada beberapa hal yang menjadi pokok
perhatian dan doa-doa kita: di bulan Januari masih menjadi bagian awal
tahun 2014 dimana banyak orang, gereja, lembaga pelayanan dan
organisasi sedang memantapkan rencana-rencananya. Banyak pilihanpilihan dalam membuat perencanaan. Bagi Jemaat sedang disibukkan
memantapkan program pelayanan, Klasis-klasis banyak yang disibukkan
mempersiapkan Sidang Klasis dan Sinode pun demikian.
Menjelang Bulan “Kasih Sayang” masih ada pergumulanpergumulan yang terjadi dalam kehidupan pribadi dan persekutuan
berkaitan dengan persoalan rumah-tangga yang juga tidak semakin
berkurang
sepertinya
malah
semakin
berkembang
seperti:
ketidakharmonisan rumah tangga, perselingkuhan, peceraian dan lain
sebagainya.
46
Menjelang Pelaksanaan Pemilu Legislatif, akhir Januari dan
seterusnya sampai 9 April menjadi potensi rawan konflik, karena ada di
masa kampanye pemilu. Rakyat disuguhi tawaran dan pilihan yang
sangat berpotensi menimbulkan pertpecahan.
Mari kita yakin bahwa Tuhan Tidak pernah Gagal. Ketika kita
hidup di dalam Tuhan dan menjalankan kehendakNya meskipun banyak
pilihan-pilihan yang dihadapi, ada pergumulan-pergumulan yang
senantiasa menghampiri, baik ketika mengalami sukacita maupun
pergumulan kita akan mengalami ketenangan hidup dengan bersandar
penuh kepadaNya. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada
siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap
siapakah aku harus gemetar? Amin. (YEP)
RANCANGAN KOTBAH, 02 FEBRUARI 2014
47
Minggu Biasa IV, warna liturgi hijau
Bacaan Leksionari: Maleakhi 3:1-4, Mazmur 24:7-10, Ibrani 2:14-18, Lukas 2:22-40
Thema;
DARI DERITA MENUJU SUKACITA
Bacaan Alkitab: Ibrani 2:14-18
A. Tujuan :
1. Jemaat memahami bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang
telah ditebus dan diselamatkan.
2. Jemaat merasakan sukacita atas kemenangan penebusan Kristus, dan
menyalurkannya pada yang lain.
B. Latar Belakang Teks
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun
Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah
Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun
demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada
orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam
bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa
para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa
Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari
saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia
mengirim salam" Ibrani 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis
sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan
mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam
perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompokkelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja
yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan
tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali
kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya
dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab
yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh
48
yang cukup dikenal pembacanya (Ibrani 13:18-24). Oleh karena satu dan
lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama.
Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4)
muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan
penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar
luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini
beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya
penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada
Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara
berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak
menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula,
Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung
diperolehnya dari Kristus, sedangkan penulis surat ini menempatkan
dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh
keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus. Di
antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai
Apolos dalam paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan:
penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan
wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci
di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak
disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum
tahun 70 M.
Tujuan Penulisan. Surat Ibrani terutama ditulis kepada orangorang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan
keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada
Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan
penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan
bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah
digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan
menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang
mengerjakan perdamaian. Penulis mengingatkan para pembacanya:
1. Untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus
hingga pada kesudahannya,
49
2. Untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
3. Untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan
cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Salah satu alasan penulis surat ini menegaskan keunggulan Putra
Allah dan penyataan-Nya ialah untuk menekankan kepada orang-orang
yang telah menerima keselamatan bahwa mereka harus dengan sungguhsungguh menerima kesaksian dan ajaran asli dari Kristus dan para rasul.
Oleh karena itu kita harus sangat memperhatikan Firman Allah,
hubungan dengan Kristus, dan pimpinan Roh Kudus. Ada bahaya yang
diingatkan:
1. Kelalaian, kurang perhatian atau sikap acuh tak acuh bisa berakibat
fatal. Orang percaya yang karena kelalaian membiarkan kebenaran
dan ajaran Injil luput dari perhatiannya, adalah dalam bahaya terbawa
arus melewati tempat pendaratan yang telah ditentukan dan gagal
mencapai tempat yang aman.
2. Seperti halnya para penerima surat ini, semua orang Kristen tergoda
untuk mengabaikan Firman Allah. Karena kelalaian dan sikap masa
bodoh, kita dengan mudah tidak lagi memperhatikan peringatanperingatan Allah, berhenti bertekun dalam perjuangan kita melawan
dosa, dan secara perlahan-lahan hanyut sehingga meninggalkan Putra
Allah, Yesus Kristus.
C. Penafsiran Teks
Ayat 14, karena mereka yang akan ditebus oleh Kristus adalah
darah dan daging (maksudnya manusia), Yesus juga harus menjadi darah
dan daging. Kristus mempunyai segenap kodrat manusia dengan segala
kelemahannya kecuali dosa, dan sebab itu dapat menderita dan mati
untuk menebus kita. Karena hanya sebagai manusia sejati dapatlah ia
memenuhi syarat untuk menyelamatkan umat manusia dari kuasa iblis.
Kristus mati untuk menghancurkan kuasa iblis atas orang-orang percaya
serta membebaskan mereka dari ketakutan akan kematian dengan
menjanjikan hidup kekal bersama Allah. Dosa dan maut berhubungan
satu sama lain; kedua-duanya berasal dari Iblis yang kerajaannya
50
Ayat 14-18 ini menjelaskan secara ringkas bagaimana caranya di
mana Dia menjadi satu dengan kita, bagaimana Dia "membawa banyak
orang kepada kemuliaan," dan bagaimana Dia "menguduskan".
...memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut. Perlu
diamati di sini bahwa kalau memang Adam sudah menyerahkan
kuasanya kepada Iblis di Taman Eden, sehingga Iblis berkuasa atas maut,
sudah dikatakan dengan jelas di sini bahwa Yesus, dengan
pengorbananNya, memusnahkan Iblis yang begitu berkuasa. Memang
maut belum ditiadakan, tetapi kita tidak usah takut maut lagi, karena
kematianNya. Kebenaran ini diterapkan bagi jemaat di Smirna di dalam
di mana Dia yang sudah bangkit dari kematianNya mendorong mereka
untuk tidak takut mati.
......memusnahkan dia, yaitu Iblis. Kata yang dipakai di
sini untuk "memusnahkan" (katargew/katargeo) dapat berarti
memusnahkan, tetapi bisa juga berarti "membuat supaya tidak
berdaya," dengan pengertian bahwa kuasa Tuhan Yesus selalu
tersedia untuk mengatasi kuasa Iblis.
Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain.Yesus
adalah "yang memimpin mereka kepada keselamatan." Kata
"yang memimpin" ini boleh juga diterjemahkan "perintis" atau
"pendiri." Istilah ini juga bisa dipakai untuk menyebut seorang
pahlawan yang mendirikan sebuah kota. Dia membuat suatu jalan
yang nantinya diikuti orang lain. Menurut nats ini Tuhan Yesus
adalah yang tepat untuk peranan ini.
Ayat 14-15, Kekalahan Iblis dan maut menunjukkan
bahwa karya pendamaian Kristus berhasil. Tetapi bukan hanya
ada kekalahan. melainkan juga kelepasan. Walaupun ketakutan
dapat memperbudak. dan takut mati sudah sejak dahulu
menghantui umat manusia, Kristus telah menyelesaikan masalah
ini melalui kematian dam kebangkitan-Nya sendiri. Sebagai
manusia. Ia mati. Dia mendapat bagian di dalam darah dan
daging dan karena itu Ia mati, tetapi melalui kematian-Nya ada
kelepasan. Oleh karena itu, kuasa Iblis telah dijadikan tidak
berdaya (katargeo) dan karya pendamaian Kristus benar-benar
51
telah memuaskan Allah. Betapa besar kemenangan yang Ia miliki? Dan
betapa besarnya kemenangan yang dimiliki oleh semua orang yang
percaya kepada-Nya! Iblis dan maut telah dikalahkan sehingga ketakutan
kepada maut kini sudah tiada lagi! Orang yang bebas di dalam Kristus
memang sungguh-sungguh merupakan orang yang paling bebas di dunia
ini.
D. Konteks Masa Kini:
1. Godaan jaman yang menggiurkan, sehingga banyak orang terjebak
dengan keinginan daging dan bujukan iblis.
2. Ada orang Kristen yang sangsi akan upah kehidupan nantinya setelah
kematian, yakni sorga dan neraka.
3. Ada sebagian orang yang sangsi sehingga ketakutan menjelang
kematiannya, apakah mereka bisa masuk sorga?
4. Masih ada orang yang belum memahami dasar iman Kristen yakni
karya keselamatan Yesus Kristus.
5. Masih ada orang Kristen masih terbatas pada Kristen keturunan dan
menjadi Kristen karena ikut-ikutan oleh pelbagai hal.
6. Ada semangat bagi anggota-anggota Jemaat untuk bertobat dalam
naungan kasih Tuhan.
E. Saran penyusunan Khotbah.
Pembukaan
Pengkotbah bisa membuka dengan cerita-cerita dari pengalaman
pribadi menjadi orang Kristen atau kisah-kisah yang lain; bisa juga
bertanya kepada jemaat, apakah mereka sungguh yakin menjadi
orang Kristen dan sungguh yakin beriman mereka masuk sorga. Bisa
dijelaskan pula tentang pandangan orang mengenai kematian.
Isi
Menjelaskan uraian penjelasan teks dan konteks masa kini dalam
hubungannya tentang karya keselamatan Yesus Kristus bagi setiap
orang percaya.
Penutup
52
Memotivasi jemaat agar jemaat setia sampai akhir, tahan pada setiap
pencobaan dan menyalurkan berkat penebusan itu kepada sesama
dalam pratek hidup sehari-hari.
F. LITURGI
Nats Pembimbing: Yesaya 63:7-9
Berita Anugrah: Ibrani 13:6
Petunjuk Hidup Baru; Yakobus 5:7-8
Persembahan: Ibrani 13: 15
Pujian: KJ: 454 /PKJ: 3
KJ: 29 /PKJ: 4
KJ: 387/PKJ: 15
KJ: /PKJ: 174
KJ: 439 /PKJ: 146
KJ: 450 /PKJ: 285
G. Contoh Kotbah Jadi
DARI DERITA MENUJU SUKACITA
Apakah salah satu hal yang paling ditakuti manusia?
Kematian. Ada banyak sebab mengapa manusia takut mati.
Dalam kehidupan keduniawian, manusia takut mati karena masih
banyak yang belum terpenuhi sebagai manusia normal.
Terkadang ada yang mengatakan “saya takut mati karena belum
nikah”, “saya takut mati karena belum menyenangkan orang tua
saya” dan alasan-alasan yang lain. Namun ada pula yang siap
mati karena sudah berputus asa, bisa masalah penyakit yang
menyiksa, kesulitan ekonomi, kegagalan cinta dan lainnya.
Alasannya adalah kematian sebagai pembebas derita. Dalam sisi
kerohaniannya, manusia takut mati karena dosa-dosanya
menghantuinya. Manusia takut mati karena ia menyadari bahwa
kematian fisik bukan akhir segala-galanya. Sebagai makhluk
rohani, manusia sadar rohnya yang kekal masih menghadapi
53
kemungkinan maut kekal, yaitu hukuman kekal yang diberikan Allah atas
semua perbuatan dosanya selama hidupnya di dunia ini.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Lalu bagaimana
iman kita sebagai orang percaya? Apakah kita siap kapanpun dipanggil
Tuhan dalam kematian kita? Perikop ini sebenarnya tidak membahas
kapan kita mati atau bagaimana cara kita mati. Namun lebih kepada arah
bagaimana kita menyikapi kehidupan kekal kita setelah kematian kita di
dunia ini, yang kita sendiri pun tidak akan pernah tahu kapan terjadinya.
Inilah fokus iman kita, sebagaimana yang diinginkan oleh penulis kitab
Ibrani ini. Setiap pembaca dan pendengar kitab Ibrani ini diingatkan
tentang karya penebusan Tuhan Allah melalui diri Yesus Kristus. Oleh
kehendak Allah, Tuhan Yesus menderita untuk membebaskan manusia
dari hukuman kekal tersebut. Ia menderita bahkan sampai mati, supaya
melalui kematian-Nya Ia mengalahkan dan memusnahkan Iblis yang
berkuasa atas maut. Tuhan Yesus datang sebagai manusia supaya Ia
boleh mewakili manusia dalam menghadapi maut. Kemanusiaan Tuhan
Yesus adalah riil. Ia benar-benar menghayati kemanusiaan-Nya sehingga
Ia bisa menyebut manusia sebagai sesama-Nya, sebagai saudara-Nya.
Oleh sebab itu, Tuhan Yesus dapat mengerti dan menghayati pergumulan
manusia melawan dosa. Bahkan Ia telah menghadapi pencobaan yang
membawa-Nya mengalami penderitaan. Hanya satu yang membedakan
diri-Nya dari manusia lain. Ia tidak berbuat dosa. Dengan demikian,
Tuhan Yesus bisa menjadi Imam Besar yang mewakili umat manusia
memohonkan belas kasih dan pengampunan Allah. Inilah dua
kemenangan Tuhan Yesus: menang terhadap kuasa maut dan menang
dalam mendamaikan manusia dengan Allah.
Di dalam Tuhan Yesus, setiap orang percaya tidak lagi
menghadapi maut kekal. Orang Kristen tidak perlu lagi takut menghadapi
kematian fisik karena ia sudah diperdamaikan dengan Allah. Bahkan kita
bisa dengan bebas dan berani menghampiri Allah di dalam Tuhan Yesus
untuk segala keluhan dan pergumulan kita karena Dia mengerti dan
peduli akan penderitaan kita.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Kerelaan Yesus
yang seketika lamanya menjadi lebih rendah dari malaikat dan bahkan
menjadi sama dengan manusia, menderita, dan mati bukanlah suatu
54
kekalahan! Tindakan Yesus ini justru adalah suatu kemenangan
besar sepanjang sejarah alam. Ia mati namun bangkit lagi. Maut
pun ditaklukkan-Nya. Semua ini semata-mata demi meneguhkan
kuasa-Nya atas seluruh alam ciptaan termasuk maut, dan demi
mewujudkan rencana-Nya yaitu agar manusia menerima anugerah
keselamatan. Ia membuktikan kebenaran Injil. Kebenaran Injil
dibuktikan Allah sendiri melalui Yesus Kristus yang diutus secara
khusus ke dalam dunia. Yesus Kristus bukan hanya lebih tinggi
dari para malaikat dan makhluk ciptaan lainnya. Ia juga lebih
berkuasa atas segala kuasa jahat, yaitu Iblis dan maut. KematianNya mematahkan maut dan Iblis; sebab Ia bangkit dari kematian.
Maut tak dapat mempecudangi-Nya. Selanjutnya Allah mengutus
Roh Kudus-Nya ke dalam setiap rasul dan hamba-hamba-Nya
untuk memberitakan Injil-Nya dengan kuasa Ilahi-Nya. Di dalam
Kristus terletak pengharapan kemenangan atas si jahat dan
keselamatan yang kekal. Inilah perjuangan Kristus.
Mengorbankan harga diri dan nyawa, Yesus Kristus "habishabisan" berjuang demi membuktikan kebenaran Injil dan
menganugerahkan keselamatan bagi manusia. Karenanya, Kristen
pun harus "habis-habisan" juga bagi Yesus Kristus. Artinya, kita
harus menjadi pengikut Kristus secara utuh dan menyeluruh.
Menjadi Kristen dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan.
Menjadi Kristen di rumah, Kristen di kantor, Kristen di
masyarakat, dan Kristen di negara.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Ada
sebagian dari kita yang mungkin pernah mendengar dari saudara
kita yang lain, atau bahkan dari kita sendiri yang masih
meragukan kita mendapatkan kehidupan kekal bersama Tuhan
Yesus Kristus. Masih ada mungkin diantara orang Kristen yang
tidak yakin dirinya masuk sorga nantinya setelah Tuhan datang
yang kedua kali dan mengangkat kita. Mungkin juga masih ada
yang masih meyakini bahwa kehidupan sorga nantinya hanya
bagi orang tertentu saja yang saleh. Atau bahkan mungkin ada
juga yang tidak percaya akan adanya sorga dan neraka yang
kekal, dengan mengatakan”manusia mati ya sudah”. Ini gambaran
55
penderitaan manusia secara rohani dengan adanya ketidaksadaran bahwa
dosa telah begitu kuat merengkuh. Maut adalah upah bagi orang yang
berdosa. Iblis adalah oknum yang ada dibalik maut. Iblis membujuk dan
membodohi manusia dengan pelbagai cara agar manusia tidak taat dan
tidak yakin akan jalan keselamatan yang Tuhan Allah sendiri lakukan
dalam Kristus. Kita patut bersukacita, iblis dan maut telah dikalahkan
Yesus Kristus.
Ibu, Bapak, Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, Ada kesempatan
bagi kita jika masih ada dalam belenggu dosa untuk kembali datang pada
Tuhan mohon pengampunannya dalam pertobatan kita. Kita patut
bersukacita jika ada diantara kita yang dalam segala kerendahan hatinya
dihadapan Tuhan dan Jemaat mau bertobat. Mari kita saling mendukung,
supaya kita semua semakin kuat dalam hidup pertobatan kita. Marilah
kita menyambut uluran kasih Tuhan yang merupakan anugerah ini
dengan penuh kesadaran bahwa kita telah dilepaskan dari penderitaan
dosa. Kita yang dahulu menderita karena dosa, kita dilepaskan dan
mendapat sukacita. Mari kita pertahankan sukacita kita ini dengan rasa
syukur dalam hati kita, pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Mari kita
tidak tergoda lagi dengan bujuk rayu iblis dengan pelbagai cara. Baik
dengan cara yang menggiurkan, maupun dengan cara yang menakutkan,
bahkan bisa membunuh fisik kita. Di dunia ini sementara, kehidupan
kekal bersama Tuhan Yesus menanti kita. Mari kita tetap kuat sampai
akhir karena sukacita telah kita peroleh. Tetap semangat. Tuhan
memberkati. Amin. [KH]
56
Rancangan Khotbah, 09 Februari 2014
minggu biasa V, warna liturgi Hijau
BACAAN LEKSIONARI: Yesaya 58:7-10, Mazmur 112:1-10, 1 Korintus 2:1-5, Matius 5:13-16.
Tema:
BERBAHAGIALAH ORANG
YANG TAKUT AKAN TUHAN
Bacaan: Mazmur 112:1-10
A. Tujuan:
1. Jemaat memiliki pemahaman yang benar tentang kebahagiaan.
2. Jemaat menjadi umat yang takut akan Tuhan.
B.
Latar Belakang Dan Penafsiran Teks
Mazmur 111 dan 112 adalah sepasang yang terdiri dari 10 ayat dan
tiap–tiap syair berisikan 22 kalimat yang ditata secara akrostik di mana
kalimat-kalimat itu disusun berdasarkan abjad Ibrani. Kedua mazmur ini
57
menyentuh tema kembar, Mazmur 111 adalah pujian bagi Allah,
sedangkan Mazmur 112 berisi tentang pujian kepada orang benar.
Berdasarkan ayat-ayat yang ada, Mazmur ini diperuntukan bagi
pemakaian semasa Paskah atau Pesta Pondok Daun di masyarakat
prapembuangan.
Tema dari ayat terakhir Mazmur 111 telah dikembangkan ke
dalam mazmur 112, yang berkaitan dengan kehidupan seorang yang
takut akan Tuhan. Dalam ayat 1 dikatakan bahwa takut akan Tuhan dan
ketaatan kepadaNya akan membawa berkat dan kehidupan yang
berbahagia. Kehidupan bahagia sejahtera oleh pemazmur dihayati dan
ditulis dalam ayat-ayat berikutnya, pertama ayat 2 dan 3 yaitu,
kelimpahan yang dilihat dari keturunannya yang perkasa (2),
kenyamanan duniawi yang dikaitkan dengan harta dan kekayaan yang
ada di rumahnya. Serta sifat pribadi yang baik yang senantiasa ada di
dalam dirinya (3). Kedua ayat 4 dan 5 yang berkaitan dengan
kemurahan hati. Ayat 4, menunjuk kepada orang benar yang bangkit
seperti terang, terbit ditengah-tengah kegelapan, hal ini mempunyai arti
bahwa ia akan menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi yang lain.
Selain itu, karena ia menjadi seorang yang taat kepada Allah, maka
ia akan memiliki sifat-sifat seperti Allah, yaitu pengasih, penyayang dan
berbelas kasihan (111:4). Segi yang ketiga adalah: keteguhan di dalam
kemalangan ayat 6-8, dari ayat ini pemazmur mau menjelaskan, bahwa
menjadi orang yang mentaati Allah dan hidup dengan benar, bukan
berarti lalu bebas dari kesukaran, bahkan kabar kecelakaan pun mungkin
akan didengarnya, baik yang akan dilakukan oleh orang-orang yang
memusuhinya, maupun dari mana saja, tetapi bagi orang yang benar dan
taat kepada Allah, hal itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena
hatinya penuh kepercayaan kepada Tuhan Allah.
Ketiga segi tersebut diakhiri dengan menguatkan kembali tema
yang ada, dengan mepertentangkan/ mengkontraskan kehidupan orang
yang benar dan orang fasik. yaitu, melalui ayat 9 dan 10, orang benar itu
pasti murah hati, berdaya tahan dan dimuliakan. Sedangkan orang fasik
itu pendendam, tidak bertahan lama dan kecewa.
C.
Konteks Masa Kini
58




Kebanyakan orang memahami bahwa kebahagian hidup hanya
dapat diperoleh dengan memiliki banyak materi, punya anak,
punya istri cantik, punya jabatan, dsb. Sehingga banyak orang
berlomba-lomba mengejar materi dalam rangka memperoleh
kebahagian.
Penderitaan hidup masih terus ada di dunia ini, baik karena sakit
penyakit, bencana alam, kejahatan dan yang lainnya.
Takut Tuhan menjadi barang langka di negeri ini, hal ini nampak
dengan adanya kejahatan yang menjadi biasa dan membudaya,
entah yang berkaitan dengan suap menyuap, korupsi, ataupun
kejahatan lainnya.
Banyak orang tekun beragama dengan harapan dijauhkan dari
malapetaka.
D. Saran Penyusunan Khotbah
 Pendahuluan
Terangkan pada jemaat, bahwa ukuran kebahagian seseorang
pada umumnya dinilai dari materi, sehingga banyak orang
mengejar materi apakah dengan cara yang haram ataupun halal.
 Isi
Terangkan pada jemaat, bahwa kebahagiaan dan sejahtera
menurut pemazmur dapat diperoleh dengan takut akan Allah. ada
tiga hal yang dihayati oleh pemazmur mengenai kebahagian
kesejahteraan yang diperoleh:
 Kelimpahan
 Kemurahan hati
 Keteguhan
Jelaskan juga bahwa ke tiga hal di atas tidak menjadi ukuran Iman
kebahagiaan pada masa kini, karena itu adalah pengalaman iman
pemazmur, setiap orang juga punya pengalaman masing-masing
yang berbeda-beda. Intinya menjadi bahagia karena takut akan
Allah, karena dengan takut akan Allah akan mendapatkan berkat
–berkat lainnya( yang tidak harus sama dengan pemazmur)
59
sehingga menjadi bahagia.
 Penutup
Tekankan pada jemaat untuk menjadi bahagia, pertama ya
ng harus dilakukan adalah takut akan Tuhan.
E. UsulanAyat-ayat :
Nats Pembimbing: Yesaya 51:4
Berita Anugerah : Ulangan 4:1
Nats Persembahan
: Roma 12:1
Usulan Lagu-Lagu
:
1. KJ. 454
PKJ: 013
2. KJ.013
PKJ: 028
3. KJ. 392 PKJ:280
4. KJ. 053
PKJ:229
5. KJ. 367 PKJ:147
6. KJ. 402 PKJ: 285
F. Contoh Khotbah Jadi
BERBAHAGIALAH ORANG
YANG TAKUT AKAN TUHAN
Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, Tuhan itu baik,
karena semua orang dapat merasakan kebahagian, baik orang tua maupun
anak-anak, kaya atau miskin, laki atau perempuan. Ada yang berbahagia
karena dapat membeli mobil baru, ada juga orang miskin yang
berbahagia, dengan radio barunya dirinya bisa berjoget dangdut, ada
yang berbahagia karena makan dengan daging, ada juga yang bisa makan
saja sudah berbahagia. Kebahagiaan itu adalah milik siapa saja, dan dapat
dirasakan oleh siapa saja, tetapi anehnya tidak sedikit orang yang hidup
tidak bahagia, entah karena dicekam ketakutan, kecemasan, atau karena
hal lainnya. Ada juga orang yang berpikir kalau kebahagiaan itu dapat
diperoleh dengan mempunyai banyak harta, sehingga banyak yang hidup
dengan mengejar harta dan kekayaan baik dengan cara haram ataupun
halal, dan ternyata tidak semua orang merasakan kebahagiaan dengan
kekayaannya. Dan kalau kita hayati dan dipelajari kebahagiaan itu adalah
60
sebuah perasaan, dan perasaan itu lahirnya dari hati. Oleh karena itu
penting untuk kita lakukan yaitu menata hati kita, sehingga kita dapat
merasakan kebahagiaan. Untuk menata hati supaya bisa tenang maka kita
harus dekat Tuhan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pemazmur 112: 1-9 juga memberi
gambaran kepada kita bagaimana supaya kita berbahagia, menurut ayat 1
kebahagiaan dan berkat itu dapat dirasakan ketika seseorang takut kepada
Tuhan dan melakukan segala perintah-perintahNya, dalam kesaksian
iman kita, Tuhan itu baik, Dia tidak akan menjerumuskan umatnya,
ketika umat mau takut akan Allah dengan tidak melakukan dosa dan
selalu berusaha dan berjuang melakukan perintah-perintah Allah maka
kebahagian dan kesejahteraan itu akan diperolehnya. Berdasarkan
pengalaman iman yang dihayati oleh pemazmur pada waktu itu,
kehidupan bahagia dan sejahtera ada tiga hal yang disaksikannya, yaitu:
Pertama adalah, kelimpahan, hal ini dapat dilihat dari
keturunannya yang perkasa, artinya keturunannya selalu diberkati, karena
pengaruh yang baik dari orang tuanya yang takut akan Tuhan, yang akan
membimbing keturunanya menjadi orang yang takut akan Allah,
sehingga menjadi orang-orang benar yang mempunyai wibawa. Dalam
tradisi bangsa Israel mempunyai anak adalah tanda orang diberkati.
Pertanyaannya, apakah mempunyai anak juga menjadi ukuran berkat?
Apakah kalau tidak punya anak lalu tidak diberkati? Tidak. Intinya orang
yang takut akan Tuhan inilah yang diberkati, hidup dalam kebahagiaan.
Disamping itu kelimpahan juga dinampakan dari kenyamanan duniawi
yang dikaitkan dengan harta dan kekayaan yang ada di rumahnya, di
mana kehidupan yang baik dan tenang akan dicurahkan oleh Allah.
Selain itu kelimpahan juga ditunjukan dengan sifat pribadi yang
baik yang senantiasa ada di dalam dirinya. Pertanyaan yang muncul
adalah, apakah orang yang berkelimpahan dan tidak takut akan Tuhan
pasti bisa berbahagia? Tidak! Intinya orang yang takut akan Tuhan itulah
yang akan berbahagia dalam segala keadaan. Baik dalam kelimpahan
maupun kekurangan.
Kedua yang berkaitan dengan kemurahan hati. Ayat 4,
menunjuk kepada orang benar yang bangkit seperti terang, terbit
ditengah-tengah kegelapan, hal ini mempunyai arti bahwa ia akan
61
menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi yang lain. Selain itu,
karena ia menjadi seorang yang taat kepada Allah, maka ia akan
memiliki sifat-sifat seperti Allah, yaitu pengasih, penyayang dan
berbelas kasihan (111:4).
ketiga adalah: keteguhan di dalam kemalangan ayat 6-8, dari
ayat ini pemazmur mau menjelaskan, bahwa menjadi orang yang
mentaati Allah dan hidup dengan benar, bukan berarti lalu bebas dari
kesukaran, bahkan kabar kecelakaan pun mungkin akan didengarnya,
baik yang akan dilakukan oleh orang-orang yang memusuhinya, maupun
dari mana saja, tetapi bagi orang yang benar dan taat kepada Allah, hal
itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena hatinya penuh
kepercayaan kepada Tuhan Allah. Dirinya memiliki keteguhan hati.
Oleh pemazmur Ketiga hal tersebut diakhiri dengan menguatkan
kembali tema kebahagiaan orang yang takut Tuhan dengan
mepertentangkan/mengkontraskan kehidupan orang yang benar dan
orang fasik. yaitu, melalui ayat 9 dan 10, orang benar itu pasti murah
hati, berdaya tahan dan dimuliakan menjadi berbahagia. Sedangkan
orang fasik itu pendendam, tidak bertahan lama dan kecewa serta
menjadi tidak bahagia.
Inilah kesaksian pemazmur, yang mau mengajar kepada kita,
bahwa kebahagiaan hidup itu akan terjadi ketika kita benar-benar mau
takut akan Allah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, Semua orang ingin hidup bahagia,
termasuk saya dan saudara, dan kebahagiaan itu dapat dimiliki oleh siapa
saja. Untuk menjadi bahagia bukan perkara yang sulit, yang dibutuhkan
adalah mau menjadi orang-orang yang takut akan Allah dengan
melakukan perintah-perintahNya. Seperti kesaksian pemazmur yang
memuliakan Tuhan karena kebahagiaan telah diberikan kepada mereka
yang takut akan Allah. Oleh karena itu untuk menjadi bahagia, mari kita
tinggalkan perbuatan-perbuatan dosa yang menjadikan diri kita tertekan
dan tidak mengalamai damai, mari kita melakukan kehendak Allah
dengan penuh percaya, bahwa bersama Tuhan ada kedamaian dan masa
depan. Meskipun dalam hidup ada pergumulan, ketika kita menjadi
orang yang takut akan Tuhan, kita akan tetap teguh karena kita tetap
mempunyai pengharapan, dan kita masih tetap bisa berbahagia. Bila
62
pemazmur menyaksikan menurut pengalaman imannya, bahwa orang
yang takut akan Tuhan akan berbahagia dengan menerima hal-hal yang
diungkap di atas. Demikian juga dengan kita, ketika kita menjadi umat
yang Takut akan Tuhan, kita juga akan berbahagia, kebahagiaan
menerima berkat itu, tidak harus sama seperti yang dialami oleh
pemazmur. Karena pengalaman pemazmur sangat erat hubungannya
dengan keyakinan orang Israel pada saat itu. Inti kebahagiaan adalah
takut akan Tuhan. Dengan Takut akan Tuhan kita menjadi berbahagia,
karena kita akan menerima berkatNya, misalnya: Dengan takut akan
Tuhan kita menjadi banyak sahabat karena ada ketulusan. Dengan takut
akan Tuhan kita menjadi naik jabatan karena bekerja dengan benar.
Dengan takut akan Tuhan, kita menjadi orang yang dipercaya, karena
jujur Dan masih banyak lagi. Siapapun kita, bagaimana keadaan kita,
kita ingin hidup bahagia? Takutlah akan Allah. Tuhan memberkati. [JN]
RANCANGAN KHOTBAH 16 FEBRUARI 2014
Minggu Biasa VI, Warna Liturgi Hijau
Bacaan Leksionary Ulangan 30:15-20, Mazmur 119:1-5; 1Korintus 2:6-10; Matius 5:17-37
Thema:
MARI BERTINDAK DENGAN SADAR
Bahan: Matius 5:17-37
A. Tujuan
Anggota jemaat memiliki kesadaran dalam bertindak, memahami
kasih dengan benar, memberlakukan kasih dengan kesadaran dan
bukan hanya mematuhi hukum, tetapi memahami dan menyadari
tindakannya memberlakukan hukum itu.
B. Latar Belakang Teks
63
Dalam khotbah di bukit di ayat sebelumnya, (Matius 5:1-12)
Tuhan Yesus memberikan khotbah mengenai jalan kebahagiaan yang
dapat ditempuh oleh manusia. Selanjutnya Ia menegaskan bahwa muridNya, yaitu orang yang menerima ajarannya adalah garam dan terang
dunia yang hendaknya memberikan teladan dalam perbuatan baik agar
Nama Bapa di Sorga dimuliakan. Selanjutnya, menurut injil Matius 5:1737, Tuhan Yesus membicarakan mengenai hubungannya dengan hukum
Taurat. Sebelum melihat apa pendapatNya mengenai hukum Taurat, ada
baiknya kita terlebih dahulu memahami misi Yesus datang ke dunia ini
melalui sabdaNya ketika ia baru memulai pelayananan Nya. (Lihat
Matius 4:17; Markus 1:15; Lukas 4:43)
Tugas pelayanan Yesus adalah untuk memberitakan
Kerajaan/pemerintahan Allah, atau dalam bahasa Injil Matius Kerajaan
Sorga-ini karena orang Yahudi yang menjadi pembaca injil ini tidak
biasa menyebutkan nama Allah sehingga menggunakan kata kerajaan
Sorga. Apa itu Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah/Pemerintahan Allah
penting kita bahas disini karena dalam perikop yang akan kita bahas ini,
yaitu Matius 5:17-37, tidak bisa dilepaskan dari hal ini -lihat Matius
5:19-20.
Dalam Alkitab tidak pernah dijelaskan melalui sebuah definisi
yang jelas apa yang dimaksud dengan kerajaan Sorga/Kerajaan Allah
atau Pemerintahan Allah itu. Yesus sendiri tidak pernah mendefinisikan
Kerajaan Allah melalui sebuah kalimat yang jelas. Namun, Ia sering
menggambarkan Kerajaan Allah dalam perumpamaan dan kiasan. Oleh
karena itu, pemahaman mengenai kerajaan Allah bisa dipahami berbedabeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Terkadang, ada orang
yang menganggap bahwa kerajaan Allah hanya berarti tempat kekal di
sorga yang adanya di atas atau di langit. Ditambah lagi dengan
pemahaman filsafat Yunani mengenai tingkatan langit, terkadang kita
menafsirkan teks Alkitab hanya sepotong-sepotong sehingga kita
mengambil kesimpulan bahwa kerajaan sorga itu adalah suatu istana
Allah/sorga yang mempunyai tingkatan-tingkatan bagi orang sesuai
dengan amal perbuatannya. (sebagai contoh pemahaman ini didasarkan
atas teks dalam Matius 5:19). Dan ada juga penafsiran-penafsiran
mengenai kerajaan Sorga yang lain.
64
Untuk memahami kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus,
kita harus memahami teks dengan baik, memahami konteks nya dan juga
membandingkannya secara menyeluruh di dalam Alkitab. Walaupun
Tuhan Yesus sering menjelaskan Kerajaan Allah memalui sebuah
perumpamaan, Kerajaan Allah itu sendiri jauh lebih besar dari apa yang
ada dalam perumpamaan Yesus, sebab Kerajaan Allah tidak hanya
diberitakan Yesus melalui perumpamaan-Nya, tetapi juga tergambar
dalam pribadi-Nya yang mewarnai semua tindakan-Nya. Kita harus hatihati dalam memandang teks secara pragmatis/terpotong-potong. Sebagai
contoh pemahaman mengenai tingkatan-tingkatan dalam kerajaan Sorga
dalam Matius 5:19 ini yang juga merupakan bagian dalam pembacaan
teks. Ada baiknya kita harus memahami konteksnya maupun bahasanya
dengan benar. Ayat ini tidak berbicara mengenai tingkatan tingkatan
sorga seperti yang dipahai dalam filsafat Yunani, melainkan kedudukan
seseorang dalam kerajaan sorga itu sendiri.
Dalam alam pikir umat Yahudi, khususnya orang Farisi yang
tentunya juga menjadi pendengar dalam khotbahNya di bukit ini,
memiliki pemahaman mengenai perintah yang utama dan yang kurang
utama, sebagai contoh pertanyaan orang Farisi mengenai perintah
manakah yang merupakan perintah utama dalam Matius 22:36. Dan
memahami juga bahwa dalam kerajaan sorga itu ada tempat yang mulia
dan kurang mulia, yang tinggi dan rendah, yang besar dan kecil.
Maksudnya adalah penghargaan Allah/pandangan Allah terhadap orang
tersebut. Dalam beberapa teks, seringkali kita melihat memang ada
pemahaman orang Yahudi termasuk juga murid-murid Yesus mengenai
siapa yang paling besar kedudukannya diantara para pengikut Yesus.
Dengan memakai pola pikir mereka ini, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa
hukum Taurat tidak pernah ia gagalkan. Bahkan siapa yang meniadakan
hukum yang paling kecil sekalipun dan mengajarkannya kepada orang
lain, maka ia akan mendapat tempat yang paling rendah dalam Kerajaan
Sorga. Karena orang itu membeda-bedakan hukum mana yang utama dan
tidak utama, maka kepadanya juga akan diberlakukan demikian, yaitu
ada tempat yang rendah yang akan ia dapatkan.
Padahal maksud Tuhan adalah bahwa semua perintah dalam
hukum Taurat itu tidaklah dibedakan tingkatan-tingkatannya-dan hukum
65
yang utama yang biasa disebut sebagai hukum kasih dalam Matius 22:3740 itu merupakan semua intisari atau semangat dari semua hukum Taurat
itu sendiri. Dan dengan tetap memakai bahasa mereka, Tuhan Yesus
melanjutkan: “tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala
perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi
di dalam kerajaan Sorga. Namun, walaupun demikian ia memperingatkan
murid-muridnya (semua orang yang menjadi pendengarnya kala itu)
bahwa ketika hidup keagamaan kita tidak lebih benar dari hidup
keagamaan orang-orang Farisi yang mempunyai pandangan tentang sorga
dan hukum seperti yang telah ia jelaskan tadi, maka kita tidak akan
masuk dalam kerajaan Sorga.
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari di sini, yaitu yang
mendapatkan tempat rendah tadi membeda-bedakan hukum, ada yang
kecil dan ada yang besar dan tidak dijelaskan apakah ia melakukan
hukum taurat itu tidak yang disebut hanya meniadakan dan mengajarkan.
Sedangkan yang mendapatkan kedudukan yang tinggi tadi melakukan
dan mengajarkan segala perintah dalam hukum Taurat. Selanjutnya,
Tuhan Yesus menegaskan bahwa segala perintah itu harus dihidupi dan
ketika kita tidak menghidupinya (bahkan kehidupan keagamaan kita
tidak lebih benar dari orang Farisi) maka kita tidak masuk dalam kerajaan
Sorga. Dan bagaimana cara menghidupi hukum itu kita akan bahas
kemudian dalam bagian selannjutnya, yaitu bagian tafsiran teks.
Kumpulan pengajaran dalam Khotbah di Bukit (Matius 5-7)
menunjukkan kepada kita bahwa anugrah Kerajaan Allah bukanlah
sekedar sebuah konsep atau harapan belaka melainkan sebuah aksi yang
dilakukan melalui perbuatan dan sikap hidup yang benar (Matius 5:20).
Khotbah di bukit adalah Kabar Baik. Ini adalah sebuah tuntunan hidup
kita yang menyatakan bahwa Kerajaan Allah dapat hadir di dunia ini dan
mereka yang membuka diri akan diperbaharui hidupnya dan diberikan
kekuatan dalam menantikan kepenuhannya di akhir zaman. Dalam
beberapa ayat diinjil, Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa Kerajaan
Allah bukanlah melulu sebuah harapan akan sorga melainkan juga bisa
kita rasakan dan datang sekarang ini (Matius 12:28, Lukas 11:20).
Kerajaan Allah yang Yesus beritakan, yang juga sudah mengakar
dalam perjanjian lama ini kemudian bukan hanya menjadi inti pewartaan
66
Injil sinoptik, namun juga menjadi inti seluruh Perjanjian Baru. Paulus
kemudian memberikan sebuah gambaran mengenai Kerajaan Allah,
”Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17).
Ketiga karakter ini merupakan nilai-nilai dasar dalam Kerajaan
Allah. Namun tentu saja Kerajaan Allah tidaklah bisa disederhanakan
menjadi ketiga hal itu. Untuk menjelaskan bahwa Kerajaan Allah bukan
hal yang bisa disederhanakan dan didefinisikan, seorang teolog Asia,
C.S.Song bahkan mengatakan bahwa selain kasih, keadilan dan
kebebasan, nilai-nilai Kerajaan Allah juga tentang kebenaran, kuasa, dan
kehidupan dan masih banyak lagi deretan yang bisa ditambahkan. Tetapi
intinya bahwa nilai-nilai Kerajaan Allah itu adalah nilai-nilai kebaikan
yang selalu bersebrangan dengan nilai-nilai kejahatan.
Kerajaan Allah yang Yesus beritakan tidaklah melulu sebagai
pengharapan akan kehidupan kekal di sorga nanti. Kerajaan Allah justru
dibawa oleh Yesus di tengah-tengah dunia ini. Ia menghadirkan kerajaan
Allah yang holistik (menyeluruh dan meliputi semua segi kehidupan). Ia
menghadirkan Kerajaan Allah itu kepada semua orang yang mau percaya
kepada-Nya, tidak peduli apakah dia adalah orang Israel atau bangsabangsa lain, apakah dia orang miskin atau kaya, apakah dia anak kecil
ataupun orang tua, apakah dia adalah orang-orang yang dipandang
berdosa atau pemimpin agama, semuanya dikasihi dan dipanggil untuk
masuk dalam pemerintahan Allah yang penuh rahmat dan kasih.
Namun meskipun begitu, ia juga mengtakan bahwa Kerajaan
Allah hendaknya selalu diperjuangkan, diberitakan dan didoakan untuk
menyongsong kesempurnaannya kelak ketika maranata tiba. Dalam
pemerintahan Allah itu, kita juga melihat bahwa penyelamatan atau kabar
baik yang Yesus nyatakan bukan hanya melulu soal “jiwa” saja dan
meninggalkan semua yang sering kita sebut sebagai hal yang jasmani
juga. Tetapi melihatnya sebagai sebuah kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Jadi intiya Kerajaan Allah adalah penyelamatan Allah yang
menyeluruh baik sekarang maupun kelak ketika akhir zaman, dimana ada
kebenaran, kasih damai sejahtera, sukacita dan hal-hal yang bersebrangan
dengan kejahatan.
67
C. Penafsiran Teks
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: (Matius 5:17)
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Dari ayat ini, kita melihat bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia ini
bukanlah untuk meniadakan atau menggagalkan hukum Taurat,
melainkan untuk menggenapinya. Mengapa demikian? Apakah yang
dimaksud dengan menggenapinya? Bukankah sepertinya ajaran Tuhan
Yesus berbeda seperti yang “hukum Taurat” ajarkan? Kita akan
menjawabnya sembari kita merenungkan ayat-ayat seterusnya.
Mari kita perhatikan Matius 5:18-20, disini kita lihat, bahwa
menurut Tuhan Yesus, ajaran dari hukum Taurat itu adalah ajaran yang
baik. Bahkan ia memperingatkan bahwa ketika ada yang meniadakan
bagian yang paling kecil saja, ia akan menempati tempat paling rendah di
sorga. Bahkan jika “hidup keagamaan” kita tidak lebih benar dari ahliahli Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Jadi menjadi Pengikut Kristus, seharusnya tidak
bertentangan dengan hukum Taurat. Bahkan jika kehidupan agama kita
tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi, kita tidak akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga. Ada beberapa poin yang harus kita garis
bawahi disini, yaitu hidup keagamaan yang seperti apa yang dimaksud.
Mengapa ahli Taurat dan orang Farisi yang dijadikan patokan?
Lalu Kerajaan Sorga yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus disini
harus dipahami dengan baik. Mengenai Kerajaan Sorga, lihat penjelasan
latar belakang teks diatas. Harapannya kita memahaminya sebagai
sebuah karya penyelamatan Allah yang menyeluruh, yang kita nantikan
kelak maupun yang dapat kita rasakan tanda-tandanya sekarang didunia
ini, yaitu ketika kita merasakan damai sejahtera, sukacita, kasih dan
kebenaran maka kita sedang merasakan tanda-tanda pemerintahan/
Kerajaan Allah.
Mengenai orang Farisi dan ahli Taurat mengapa menjadi patokan,
karena mereka adalah golongan yang sangat ketat menjalankan hukum
Taurat ini, menjauhi larangan-larangan dan melakukan anjuran dan
perintah-perintah keagamaan dengan sedetail-detailnya. Hidup
68
keagamaan yang bagaimana, inilah yang kemudian dibahas oleh Yesus
melalui contoh-contoh perbuatan di ayat-ayat seterusnya, ayat 21 sampai
seterusnya. Dari hal-hal itu, kita dapat melihat bahwa kehidupan
keagamaan tidak hanya melulu soal ritual agama seperti berdoa,
membaca kitab suci dll, tetapi meliputi semua unsur kehidupan kita,
tingkah laku kita dan keputusan etis yang kita buat dalam hidup kita.
Dalam Matius 5:21-22, Tuhan Yesus menyinggung soal
“hukum” membunuh. Dalam hal hukum ini, Tuhan Yesus memberikan
penjelasan bahwa hukum ini benar, namun harus dihayati semangatnya,
yaitu membunuh bukan hanya fisiknya saja, tetapi juga dalam hal “yang
tidak kelihatan” seperti pembunuhan karakter. Hal ini hendaknya kita
pahami juga bahwa hal yang demikian bisa membawa orang kepada
keadaan yang tidak damai sejahtera. Dan dapat dipastikan orang yang
melakukannya juga pasti akan merasa tidak damai. Bahagia mungkin
bagi beberapa orang yang mengalami kelainan jiwa-bahagia ketika
melihat orang terluka, tetapi bukan bahagia yang hakiki, yaitu damai
sejahtera, tenang, aman, nyaman. Yang harus kita sadari adalah
bagaimana orang bisa terjebak kepada pembunuhan karakter?
Hal seperti ini akan terjadi apabila kita memiliki masalah dengan
orang lain. Entah permasalahan sepihak seperti kita merasa tidak senang
dengan orang lain karena sikapnya, tingkahnya, kata-katanya,
kekayaannya, kesuksesannya dll. Hal-hal itu menyakitkan hati kita tanpa
diketahui oleh orang lain dan kita kemudian berniat agar orang ini tidak
disukai oleh orang lain, gagal dalam pekerjaaannya, dll. Atau kita sedang
dalam masalah terbuka dengan orang lain. Orang lain dan kita sama-sama
tahu kalau saling tidak suka dan mulailah kita “menggosipkan” atau
mengata-ngatai orang lain jahat, jahil, kafir dll. Agar supaya kita menang
dan orang lain kalah. Ini yang dinamakan pembunuhan karakter. Oleh
Karena itu Tuhan Yesus mengingatkan hal yang demikian ini dalam ayat
22. Setiap orang pasti pernah mengalami konflik dengan orang lain dan
hal yang demikian ini rasa-rasanya sangat dekat dengan kehidupan orang
sehari-hari tanpa tahu bahwa hal seperti itu bisa berakibat fatal, sama
seperti pembunuhan, yaitu “mematikan” orang lain dan menjadikan
orang lain tidak berdaya atau berharga. Oleh karena itu, Tuhan Yesus
69
memberikan nasehat yang ada dalam ayat selanjutnya, yaitu dalam
Matius 23-26.
Nasehat yang seperti ini diberikan oleh Tuhan Yesus agar orang
segera mengambil langkah damai dengan orang lain, agar konflik itu
tidak berujung kepada pembunuhan, melainkan kepada damai sejahtera.
Apalagi apabila kita berkonflik dengan rekan sekerja kita atau orang
yang berada dalam lingkungan kita. Hal yang demikian ini akan
menyebabkan kita tidak nyaman dan tidak bisa masuk ke dalam damai
sejahtera kerajaan Allah.
Mengadakan usaha damai sangat penting, selain bagi diri kita
sendiri juga bagi orang lain yang berkonflik dengan kita. Pertanyaannya
adalah bagaimana bila kita sudah sangat ingin berdamai, tetapi ternyata
orang lain tidak? Maka berdamai harus diingat bahwa hal itu sebagai
langkah kita untuk menerapkan kasih yang dimulai dari diri kita sendiri,
bagaimana caranya kita menemukan kedamaian batin kita. Bagi orang
lain yang tidak mau berdamai dengan kita bagaimana? Jangan diambil
pusing- karena itu urusannya dengan dirinya sendiri, apakah ia mau
masuk kedalam damai sejahtera atau tidak. Tetapi hati kita, niat kita,
pikiran kita sudah tidak terporsir lagi hanya untuk memikirkan tingkah
laku orang lain. Pengampunan yang datang dari Allah akan
mendamaikan kita dan memampukan kita memandang semua orang
berharga dan memikirkan hal-hal yang lebih positif.
Dari contoh diatas, jelas bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita
untuk jeli dalam melihat hukum dan peraturan. Semangat yang ada dalam
hukum itulah yang seharusnya dijunjung tinggi dan menjiwai kita dalam
mengambil keputusan-keputusan dalam hidup kita. Dari contoh pertama
ini kita mendapat gambaran bahwa kata-kata Tuhan Yesus yang ia tidak
meniadakan Hukum Taurat melainkan menggenapinya mulai ada titik
terangnya. Ia pun meyakini bahwa sebenarnya, hukum Taurat membawa
orang kepada kehidupan damai sejahtera, ke dalam Kerajaan Allah.
Namun ia menggenapi cara membaca dan memberlakukan hukum Taurat
itu agar tidak kehilangan makna dan semangatnya, yaitu membawa orang
kepada kerajaan Sorga/Kerajaan Allah dimana orang bisa merasakan
damai sejahtera, kasih, sukacita dan anugrah penyelamatan Allah.
70
Pertanyaannya bagi kita adalah, mengapa ia perlu
menggenapinya? Pada waktu itu, Hukum Taurat dijalankan secara ketat
oleh beberapa golongan seperti ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi orang
Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat
dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada
613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya
berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya
dengan sebaik-baiknya. Beberapa golongan itu menaati hukum itu agar
masuk dalam kerajaan Allah dalam keadaan suci. Tentu saja terhadap
mereka Tuhan Yesus tidak melarang. Yesus mengajak para muridnya
agar juga menaati Hukum Taurat yang membawa kepada kerajaan Allah
itu tetapi dengan cara yang lain. Walaupun beberapa kali dalam cerita
Injil kita dapat menemui perbedaan pandangan antara Tuhan Yesus dan
orang-orang ini mengenai hukum, contohnya menganai hukum Sabat
(Matius 12:1-15a, Lukas 6:1-11). Namun, Tuhan Yesus tidaklah
bermaksud meniadakan hukum Taurat itu. Tuhan Yesus mengajak muridmuridnya untuk menggali makna dan semangat dari hukum itu.
Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menerapkan hukum itu secara
harfiah sedangkan Tuhan Yesus menerapkan semangat dari hukum
Taurat, yaitu tentang mengasihi Tuhan, sesama dan diri sendiri. Bukan
berarti Tuhan Yesus mengganti atau meniadakan hukum-hukum itu,
melainkan mengingatkan kita untuk memberlakukan
makna dan
semangat dari Hukum Taurat itu sendiri. Jangan sampai kita terjebak
kepada menaati hukum tetapi tidak memberkalukan semangatnya, yaitu
Kasih yang membawa kita kepada kerajaan Allah. Oleh karena itu,
Tuhan Yesus mengatakan jika kehidupan keagamaan kita tidak lebih
benar dari ahli Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan masuk dalam
kerajaan sorga.
Diayat yang seterusnya, ayat Matius 5: 27-37 dan bahkan sampai
ayat 48, Tuhan Yesus kembali memberikan contoh-contoh lagi mengenai
penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari, seperti contoh tentang
perzinahan, perceraian dan juga sumpah. Dalam contoh-contoh ini,
Tuhan Yesus kembali menegaskan, janganlah kita terjebak pada
peraturan yang mengekang orang untuk berbuat kebaikan dan kasih,
melainkan menggali semangat dari hukum itu dengan baik sehingga
71
kehidupan kita tidaklah terbelenggu dengan sederet “mitos,” apa yang
boleh dan tidak dilakukan, tetapi mengerti sungguh mengapa kita
melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Sehingga Damai sejahtera dari
Allah dapat dirasakan oleh diri sendiri, orang lain, lingkungan kita dan
juga orang yang membenci kita.
D. Konteks Masa Kini
1) Masih ada beberapa orang yang seringkali bertindak hanya
berdasarkan aturan yang berlaku atau bahkan mitos tertentu
namun tidak mengerti maknanya. Parahnya beberapa orang
memaksakan agar orang lain menaati aturan dan mitos itu
meskipun hal itu tidak mendatangkan kebaikan bagi orang lain.
2) Ada orang yang memiliki kesadaran penuh melakukan sesuatu
dan juga menyadari bahwa hal itu merupakan hal yang baik dan ia
melakukannya namun dicela dan mungkin dikucilkan oleh orang
lain karena tidak berlaku sesuai dengan adat kebiasaan yang ada.
3) Kedua hal diatas dapat memicu konflik karena masing-masing
orang menganggap yang benar adalah miliknya, padahal masingmasing dapat berjalan dengan baik apabila ada komunikasi dan
juga saling menghargai.
E. Saran Penyusunan Khotbah
Pendahuluan
Buka khotbah dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai
mitos ataupun kebiasaan yang ada dalam lingkungan sekitar. Ajak
pendengar untuk menyadari bahwa semua yang kita lakukan harus
dalam keadaan sadar, artinya kita sungguh-sungguh mengetahui dan
meyakini bahwa apa yang kita lakukan itu benar. Jangan sampai kita
hanya ikut-ikutan tanpa tahu apa maknanya, bisa membangun iman
kita atau tidak.
Isi
Berikan penjelasan mengenai penafsiran teks dengan memperhatikan
latar belakang teks. Tekankan pada jemaat bahwa ada dua cara dalam
memandang dan memberlakukan hukum/aturan. Cara yang pertama
72
dipakai oleh Ahli-ahli Taurat dan orang farisi, dimana mereka dengan
ketat menjalankan aturan agamanya sampai sedetail-detailnya. Cara
kedua adalah seperti yang Tuhan Yesus Ajarkan, kesadaran akan
semangat dan makna hukum itu harus lebih dahulu merasuk dan kita
pahami lalu kita bertindak dengan penuh kesadaran berdasarkan
semangat yang terkandung dalam hukum/aturan itu. Cara Tuhan
Yesus menafsirkan hukum Taurat memberikan kita teladan agar kita
tidak mudah menghakimi orang lain yang berbeda dengan kita,
selama hal itu bisa dipertanggungjawabkan. Intinya jangan sampai
terlewat bahwa hukum dan aturan digunakan untuk kebaikan, yaitu
membawa orang kepada Kerajaan Allah, dimana orang bisa
merasakan kedamaian, damai sejahtera dan sukacita. Jabarkan contoh
penafsiran Tuhan Yesus terhadap hukum jangan membunuh.
Penutup
Ajaklah jemaat untuk selalu merefleksikan aturan/kebiasaan/mitos
yang selama ini mereka lakukan. Dan tekankan kepada jemaat agar
memiliki hati yang terbuka untuk menghargai hal-hal yang baru dan
juga mendiskusikannya dengan orang lain, memberikan orang lain
kebebasan untuk berpendapat dan berkeyakinan tanpa harus
kehilangan identitas dan iman. Intinya mari bertindak dengan sadar
dan penuh keyakinan tanpa menjadi tertutup terhadap pandangan
orang lain.
F. Contoh Khotbah Jadi
MARI BERTINDAK DENGAN SADAR
Ibu Bapak Saudari/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus
Kristus, Saya ingin bertanya, mengapa anak kecil sering dilarang makan
“ekor ayam/ bahasa jawanya brutu atau juga sayap ayam yang kecil
73
diujungnya itu? Mengapa kalau orang menikah harus tukar cincin?
Mengapa orang Kristen menghias pohon natal ketika natal tiba? Lalu
bagaimana kalau terjadi sebaliknya, anak anda sangat suka brutu
bagaimana tanggapan anda? Atau tidak ada cicin dalam pernikahan anda,
calon suami anda tidak memberikan cincin? Bagaimana masih mau
menikah?
Saya senang kalau ada yang melakukan hal-hal yang seperti ini
dengan kesadaran dan pengetahuan yang cukup. Artinya memang
menyadari bahwa aturan-aturan ataupun mitos itu memang benar adanya
dan bukan hanya karena ikut-ikutan atau karena kata “orang tua.” Lha
kata “orang tua” anak kecil ga boleh makan brutu ya pokoknya ga boleh.
Yang saya maksud “orang tua” bukan mbah-mbah ya, tetapi orang yang
dianggap tua dan yang kata-katanya atau aturannya harus diikuti oleh
orang lain.
Mengenai hal seperti ini, ada sebuah cerita yang disampaikan
oleh seorang Romo, yaitu Fr. Yudi SX, yang demikian:
Setiap kali guru siap untuk melakukan ibadat malam,kucing asrama
mengeong-ngeong sehingga mengganggu orang yang yang sedang
berdoa. Maka ia menyuruh muridnya untuk mengikat kucing itu selama
ibadat malam berlangsung. Lama sesudah guru meninggal, kucing itu
masih tetap diikat selama ibadat malam. Dan setelah kucing itu mati,
dibawalah kucing baru sebagai ganti kucing yang mati itu untuk diikat
sebagaimana biasa terjadi selama ibadat malam. Berabad-abad
kemudian kitab-kitab tafsir penuh dengan tulisan ilmiah murid-murid
sang guru, mengenai pentingnya peranan seekor kucing yang diikat
dalam suatu ibadat malam.
Jika kita berkaca dari cerita tadi, seringkali kita menemui bahwa
pada mulanya aturan dibuat dengan alasan yang baik. Namun kadangkala
ada aturan yang kemudian terus menerus dijalankan dan menjadi sebuah
kebiasaan yang turun temurun, namun sudah kehilangan maknanya.
Orang merasa hebat jika sudah melakukannya, tetapi akan merasa
“berdosa” atau dihakimi jika melakukan hal yang berbeda.
Melalui pembacaan kita kali ini, kita mendapat gambaran
sedikitnya ada dua cara, orang memandang dan memberlakukan hukum.
Cara yang pertama dipakai oleh Ahli-ahli Taurat dan orang farisi, dimana
74
mereka dengan ketat menjalankan aturan agamanya sampai sedetaildetailnya. Cara kedua adalah seperti yang Tuhan Yesus ajarkan,
kesadaran akan semangat dan makna hukum itu harus lebih dahulu
merasuk dan kita pahami, baru kita bertindak dengan penuh kesadaran
berdasarkan semangat yang terkandung dalam hukum/aturan itu.
Sebenarnya Tuhan Yesus tidak pernah melarang para ahli Taurat
dan Orang-orang Farisi memberlakukan hukum, namun ia menunjukkan
kepada mereka ada cara lain dalam memandang dan memberlakukan
hukum Taurat. Dalam hal ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa ia tidak
pernah menentang hukum Taurat atapun meniadakannya. Jadi hukum
Tauratnya itu sendiri tidaklah digagalkan, namun cara menafsirkannya
dan memberlakukannyalah yang digenapi.
Mari kita perhatikan perikop ini lebih seksama, dalam ayat 17-20,
kita melihat, bahwa menurut Tuhan Yesus, ajaran dari hukum Taurat itu
adalah ajaran yang baik. Bahkan ia memperingatkan bahwa ketika ada
yang meniadakan bagian yang paling kecil saja, ia akan menempati
tempat paling rendah di sorga. Bahkan jika “hidup keagamaan” kita tidak
lebih benar dari ahli-ahli Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Jadi menjadi Pengikut Kristus,
seharusnya tidak bertentangan dengan hukum Taurat. Bahkan jika
kehidupan agama kita tidak lebih benar dari ahli Taurat dan orang Farisi,
kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Ada bebrapa poin yang
harus kita garis bawahi disini, yaitu hidup keagamaan yang seperti apa
yang dimaksud. Mengapa ahli Taurat dan orang Farisi yang dijadikan
patokan? Lalu Kerajaan Sorga yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus
disini harus dipahami dengan baik.
Kerajaan sorga/Kerajaan Allah yang Yesus beritakan tidaklah
melulu sebagai pengharapan akan kehidupan kekal di sorga nanti.
Kerajaan Allah justru dibawa oleh Yesus di tengah-tengah dunia ini. Ia
menghadirkan kerajaan Allah yang holistik (menyeluruh dan meliputi
semua segi kehidupan). Ia menghadirkan Kerajaan Allah itu kepada
semua orang yang mau percaya kepada-Nya, tidak peduli apakah dia
adalah orang Israel atau bangsa-bangsa lain, apakah dia orang miskin
atau kaya, apakah dia anak kecil atau dewasa, apakah dia adalah orangorang yang dipandang berdosa atau pemimpin agama, semuanya dikasihi
75
dan dipanggil untuk masuk dalam pemerintahan Allah yang penuh
rahmat dan kasih.
Meskipun begitu, Tuhan Yesus juga mengtakan bahwa Kerajaan
Allah hendaknya selalu diperjuangkan, diberitakan dan didoakan untuk
menyongsong kepenuhannya kelak ketika maranata tiba. Dalam
pemerintahan Allah itu, kita juga melihat bahwa penyelamatan atau kabar
baik yang Yesus nyatakan bukan hanya melulu soal “jiwa” saja dan
meninggalkan semua yang sering kita sebut sebagai hal yang jasmani.
Tetapi melihatnya sebagai sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Jadi intiya Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Tuhan Yesus adalah
penyelamatan Allah yang menyeluruh, baik sekarang maupun kelak
ketika akhir zaman, dimana ada kebenaran, kasih damai sejahtera,
sukacita dan hal-hal yang bersebrangan dengan kejahatan.
Mengenai orang Farisi dan ahli Taurat mengapa menjadi patokan,
karena mereka adalah golongan yang sangat ketat menjalankan hukum
Taurat ini, menjauhi larangan-larangan dan melakukan anjuran dan
perintah-perintah keagamaan dengan sedetail-detailnya. Hidup
keagamaan yang bagaimana, inilah yang kemudian dibahas oleh Yesus
melalui contoh-contoh perbuatan di ayat-ayat seterusnya, ayat 21 sampai
seterusnya. Dari hal-hal itu, kita dapat melihat bahwa kehidupan
keagamaan tidak hanya melulu soal ritual agama seperti berdoa,
membaca kitab suci dll, tetapi meliputi semua unsur kehidupan kita,
tingkah laku kita dan keputusan etis yang kita buat dalam hidup kita.
Sebagai contoh, Tuhan Yesus memberikan teladan bagaimana kita
bertindak etis dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dimulai dari
perintah mengenai jangan membunuh dalam ayat 21.
Disini Tuhan Yesus menyinggung soal “hukum” membunuh.
Dalam hal hukum ini Tuhan Yesus memberikan penjelasan bahwa
hukum ini benar, namun harus dihayati semangatnya, yaitu membunuh
bukan hanya fisiknya saja, tetapi juga dalam hal “yang tidak kelihatan”
seperti pembunuhan karakter. Hal ini hendaknya kita pahami juga bahwa
hal yang demikian bisa membawa orang kepada keadaan yang tidak
damai sejahtera. Dan dapat dipastikan orang yang melakukannya juga
pasti akan merasa tidak damai. Bahagia mungkin bagi beberapa orang
yang mengalami kelainan jiwa-yaitu bahagia ketika melihat orang
76
terluka- tetapi bukan bahagia yang hakiki, yaitu damai sejahtera, tenang,
aman, nyaman. Yang harus kita sadari adalah bagaimana orang bisa
terjebak kepada pembunuhan karakter?
Hal seperti ini akan terjadi apabila kita memiliki masalah dengan
orang lain. Entah permasalahan sepihak seperti kita merasa tidak senang
dengan orang lain karena sikapnya, tingkahnya, kata-katanya,
kekayaannya, kesuksesannya dll. Hal-hal itu menyakitkan hati kita tanpa
diketahui oleh orang lain dan kita kemudian berniat agar orang ini tidak
disukai oleh orang lain, gagal dalam pekerjaaannya, dll. Atau kita sedang
dalam masalah terbuka dengan orang lain. Orang lain dan kita sama-sama
tahu kalau saling tidak suka dan mulailah kita “menggosipkan” atau
mengata-ngatai orang lain jahat, jahil, kafir dll. Agar supaya kita menang
dan orang lain kalah. Ini yang dinamakan pembunuhan karakter. Oleh
Karena itu Tuhan Yesus mengingatkan hal yang demikian ini dalam ayat
22. Setiap orang pasti pernah mengalami konflik dengan orang lain dan
hal yang demikian ini rasa-rasanya sangat dekat dengan kehidupan orang
sehari-hari tanpa tahu bahwa hal seperti itu bisa berakibat fatal-sama
seperti pembunuhan, yaitu “mematikan” orang lain dan menjadikan
orang lain tidak berdaya atau berharga. Oleh karena itu, Tuhan Yesus
memberikan nasehat dalam ayat selanjutnya, yaitu ayat 23-26 agar kita
segera sadar ketika kita sudah mempunyai masalah dengan orang lain
agar jangan berlarut-larut.
Nasehat yang seperti dalam ayat 23-26 diberikan oleh Tuhan
Yesus agar orang segera mengambil langkah damai dengan orang lain,
agar konflik itu tidak berujung kepada pembunuhan, melainkan kepada
damai sejahtera. Apalagi apabila kita berkonflik dengan rekan sekerja
kita atau orang yang berada dalam lingkungan kita. Hal yang demikian
ini akan menyebabkan kita tidak nyaman dan tidak bisa masuk ke dalam
damai sejahtera kerajaan Allah.
Mengadakan damai sangat penting, selain bagi diri kita sendiri
juga bagi orang lain yang berkonflik dengan kita. Pertanyaannya adalah
bagaimana bila kita sudah sangat ingin damai tetapi ternyata orang lain
tidak? Maka damai harus diingat bahwa hal itu sebgai langkah kita untuk
meerapkan kasih yang dimulai dari diri kita sendiri, bagaimana caranya
kita menemukan kedamaian batin kita. Bagi orang lain yang tidak mau
77
berdamai dengan kita bagaimana? Jangan diambil pusing- karena itu
urusannya dengan dirinya sendiri, apakah ia mau masuk kedalam damai
sejahtera atau tidak. Tetapi hati kita, niat kita, pikiran kita sudah tidak
terporsir lagi hanya untuk memikirkan tingkah laku orang lain.
Pengampunan yang datang dari Allah akan mendamaikan kita dan
memampukan kita memandang semua orang berharga dan memikirkan
hal-hal yang lebih positif.
Dari contoh diatas, jelas bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita
untuk jeli dalam melihat hukum dan peraturan. Semangat yang ada dalam
hukum itulah yang seharusnya dijunjung tinggi dan menjiwai kita dalam
mengambil keputusan-keputusan dalam hidup kita. Dari contoh pertama
ini kita mendapat gambaran benar Tuhan Yesus datang bukan untuk
meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Ia pun
meyakini bahwa sebenarnya, hukum Taurat membawa orang kepada
kehidupan damai sejahtera, ke dalam Kerajaan Allah. Namun Ia
menggenapi cara membaca dan memberlakukan hukum Taurat itu agar
tidak kehilangan makna dan semangatnya, yaitu membawa orang kepada
kerajaan Sorga/Kerajaan Allah dimana orang bisa merasakan damai
sejahtera, kasih, sukacita dan anugrah penyelamatan Allah.
Pertanyaannya bagi kita adalah, mengapa ia perlu
menggenapinya? Pada waktu itu, Hukum Taurat dijalankan secara ketat
oleh beberapa golongan seperti ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi orang
Yahudi, Taurat adalah pengajaran, hukum-hukum, aturan yang terdapat
dalam kelima kitab pertama dalam Alkitab. Jumlahnya, bila dihitung, ada
613 hukum, 365 di antaranya sifatnya larangan, sedangkan 248 sisanya
berujud keharusan ini atau itu. Masalahnya bagaimana menghayatinya
dengan sebaik-baiknya. Beberapa golongan itu menaati hukum itu agar
masuk dalam kerajaan Allah dalam keadaan suci. Tentu saja terhadap
mereka Tuhan Yesus tidak melarang. Yesus mengajak para muridnya
agar juga menaati Hukum Taurat yang membawa kepada kerajaan Allah
itu tetapi dengan cara yang lain.
Walaupun beberapa kali dalam cerita Injil kita dapat menemui
perbedaan pandangan antara Tuhan Yesus dan orang-orang ini mengenai
hukum, contohnya menganai hukum Sabat (Matius 12:1-15a, Lukas 6:111). Namun, Tuhan Yesus tidaklah bermaksud meniadakan hukum
78
Taurat itu. Tuhan Yesus mengajak murid-muridnya untuk menggali
makna dan semangat dari hukum itu.
Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menerapkan hukum itu secara
harfiah sedangkan Tuhan Yesus menerapkan semangat dari hukum
Taurat, yaitu tentang mengasihi Tuhan, sesama dan diri sendiri. Ia
mengingatkan kita agar jangan sampai kita terjebak kepada menaati
hukum tetapi tidak memberkalukan semangatnya, yaitu kasih yang
membawa kita kepada kerajaan Allah. Oleh karena itu, Tuhan Yesus
mengatakan jika kehidupan keagamaan kita tidak lebih benar dari ahli
Taurat dan orang Farisi maka kita tidak akan masuk dalam kerajaan
sorga.
Diayat yang seterusnya, ayat Matius 5: 27-37 dan bahkan sampai
ayat 48, Tuhan Yesus kembali memberikan contoh-contoh lagi mengenai
penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari, seperti contoh tentang
perzinahan, perceraian dan juga sumpah. Dalam contoh-contoh ini,
Tuhan Yesus kembali menegaskan, janganlah kita terjebak pada
peraturan yang mengekang orang untuk berbuat kebaikan dan kasih,
melainkan menggali semangat dari hukum itu dengan baik sehingga
kehidupan kita tidak tidaklah terbelenggu dengan sederet “mitos,” apa
yang boleh dan tidak dilakukan, tetapi mengerti sungguh mengapa kita
melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Sehingga Damai sejahtera dari
Allah dapat dirasakan oleh diri sendiri, orang lain, lingkungan kita dan
juga orang yang membenci kita. Amin. [PS]
Rancangan Khotbah, 23 Februari 2014
79
Minggu Biasa VII, Warna Liturgi Hijau
Bacaan Leksionari: Imamat 19:1-8, Mazmur 103:1-13, 1 Korintus 3:16-23, Matius 5:38-48
Tema:
KEKUDUSAN HIDUP DALAM HUBUNGAN
DENGAN TUHAN DAN ORANGTUA
Bacaan: Imamat 19:1-8
A. Tujuan:
1. Agar umat Allah memiliki komitmen untuk menjaga kekudusan
hidup.
2. Agar umat Allah menghormati kekudusan Tuhan.
3. Agar umat Allah menghormati orangtua
4. Agar umat Allah bersyukur kepada Tuhan.
B. Latar Belakang
Kitab Imamat termasuk dalam Kitab Taurat. Termasuk salah satu
Kitab yang pertama kali diakui sebagai kanon oleh orang-orang Yahudi.
Kitab Taurat yang terdiri dari Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan dan
Imamat diyakini sebagai intisari seluruh kitab Perjanjian Lama. Hal ini
tidak mengherankan, sebab Kitab Taurat menjadi dasar hidup bangsa
Yahudi. Pentingnya Kitab Taurat disebabkan karena: pertama, kitab ini
memberitakan asal-usul bangsa Israel, bahkan asal-usul seluruh umat
manusia. Kedua, kitab ini mengandung perundang-undangan kehidupan
bangsa Israel, terutama kehidupan keagamaan.
Kitab Imamat diyakini ditulis pada masa pembuangan atau
sesudahnya (akhir abad 6 atau abad 5 SM). Tetapi Pasal 17-26 yang
bertemakan tentang kekudusan hidup biasanya ditempatkan pada
permulaan abad 6, karena sejiwa dengan Kitab Yehezkiel.
Kitab Imamat terbagi dalam 6 bagian sebagai berikut:
1. Pasal 1-7 membicarakan kurban-kurban. Pasal 1-3 tentang tiga
macam kurban yaitu kurban bakaran, kurban makanan atau kurban
sajian dan kurban keselamatan. Pasal 4:1-6:7 memberi pembagian
lain, yaitu atas kurban penebus dosa dan kurban penebus salah. Pasal
80
6:8-7:38 memberi petunjuk kepada imam-imam bagaimana caranya
kurban bakaran, kurban makanan atau sajian, kurban penebus dosa
dan kurban keselamatan harus dipersembahkan, dan bagian mana
dari kurban keselamatan yang menjadi hak imam. Disebutkan juga
larangan memakan lemak dan darah.
2. Pasal 8-10 menerangkan tentang penahbisan Harun dan anakanaknya menjadi imam dan peristiwa kematian Nadab dan Abihu.
3. Pasal 11-15 tentang menjaga kekudusan bangsa Israel. Binatangbinatang dibagi menjadi binatang yang haram dan halal (Pasal 11),
penyucian sehabis melahirkan anak (Pasal 12), persoalan kusta
(pasal 13-14) dan kenajisan yang berhubungan dengan kelamin
(pasal 15) semuanya diatur.
4. Pasal 16 tentang mengatur hari Grafirat atau hari raya Pendamaian.
5. Pasal 17-26 dikenal sebagai hukum-hukum kesucian dalam berbagai
segi, yaitu yang berhubungan dengan kebaktian dan kemasyarakatan.
Intinya dinyatakan dalam Imamat 19:2 “Kuduslah kamu, sebab Aku,
TUHAN Allahmu, kudus.” Pasal 23-25 mengatur hari raya dan tahun
Sabat/tahun Yobel dan pasal 26 memaparkan tentang Berkat bagi
yang taat dan Kutuk bagi yang tidak taat kepada Taurat. Penting juga
dalam bagian ini, pasal-pasal mengenai hari raya (pasal 23), juga
tentang tahun Sabat dan tahun Yobel (pasal 25) yang memiliki
peranan sosial untuk membantu orang miskin dan budak. Pasal 26
adalah pasal yang mengharukan karena ada janji berkat Tuhan bagi
mereka yang mematuhi peraturan-peraturan Taurat, dan kutuk bagi
mereka yang tidak menghiraukannya.
6. Pasal 27 menjelaskan tentang pembayaran nazar.
Secara umum, Kitab Imamat mengandung pesan teologis tentang
panggilan bangsa Israel untuk hidup kudus sesuai dengan kekudusan
Tuhan sendiri. Kekudusan tersebut nampak nyata dan hanya dapat terjadi
bila Israel bergaul erat dengan Tuhan dalam berbagai jenis persembahan
kurban, memelihara hari-hari raya dan melakukan perintah Tuhan sambil
menjauhi larangan-laranganNya.
81
C. Penafsiran Teks
Ayat 1-2; Musa mendengar TUHAN berbicara kepadanya. Isinya
suatu perintah untuk mengumumkan kepada bangsa Israel agar mereka
menjaga kekudusan hidup. “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHANmu,
kudus !” Kudus dalam bahasa Ibrani Qadesh artinya istimewa,
disendirikan, dipisahkan untuk suatu maksud tertentu. Israel diperintah
TUHAN untuk hidup kudus artinya umat Israel sebagai umatNya harus
menjalani hidup baik dan tampil berbeda dibandingkan dengan bangsa
manapun.
Mulai ayat 3-7 menuturkan bagaimana kekudusan yang
berhubungan dengan ibadah itu dipraktikkan oleh umat Israel. Ayat 3
menjelaskan tentang kewajiban umat Israel untuk menghormati orang tua
mereka dan menghormati hari Sabat dengan beribadah kepada TUHAN.
Ayat 4 “Janganlah kamu berpang kepada berhal-berhala dan
janganlah kamu membuat bagmu dewa tuangan; Akulah Tuhan,
Allahmu” berbicara tentang larangan menduakan TUHAN.
Ayat 5-8 tentang anjuran memberikan persembahan kurban
keselamatan dengan bermacam-macam peraturannya sehingga siapa yang
melanggarnya haruslah dimusnahkan/ dihukum mati.
Bila kita baca lebih lanjut, ayat 9-37 berbicara tentang peraturan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu tentang berdiakonia bagi orang miskin
(ay 9-10), larangan mencuri, berbohong, berdusta, memeras dan menahan
upah orang yang sudah bekerja (ay 11-13), larangan berbuat jahat kepada
orang cacat (ay 14), larangan berbuat curang dalam pengadilan (ay 15),
larangan menyebar fitnah (ay 16), larangan membenci sesama (ay 17-18),
larangan menanam dua jenis tanaman, mengawinkan dua jenis hewan,
memakai pakaian dengan dua jenis bahan (ay 19), dan masih banyak
larangan-larangan lainnya (ay 20-37).
Dalam Imamat 19:1-8 ada tiga pesan teologis sebagai berikut:
1. Menguduskan hidup (ay 1-2) karena Tuhan itu kudus.
2. Menjalin relasi dengan Tuhan yang berhak menerima hormat dengan
cara: Menghormati Sabat (ay 3), Setia kepada Tuhan (ay 4) dan
Hidup yang bersyukur (ay 5-8).
3. Menjalin relasi dengan orang yang berhak menerima hormat dengan
cara: Menghormati Orang tua (ay 3).
82
D. Konteks Masa Kini
1. Hasrat ingin kaya dengan jalan pintas membuat sebagian orang
terdorong nekad melakukan korupsi, kejahatan pencurian dan
pembegalan, menipu orang melalui iming-iming hadiah, ikut
bertransaksi narkoba atau praktik jual beli orang, dsb. Banyak orang
menjadi korban pihak-pihak yang menghalalkan segala cara demi
mencari kekayaan.
2. Situasi apa-apa duit menyebabkan sebagian orang gemar menyuap
untuk bisa bekerja baik swasta maupun negeri. Orang semakin sedikit
yang bergantung kepada Tuhan dan berganti bergantung kepada
mamon/uang.
3. Berita-berita tentang pornografi dan pornoaksi marak di Indonesia.
Bukan hanya di kota-kota besar, tapi di daerah pedesaanpun bisa
terjadi. Internet saat ini ada di mana-mana. Anak-anak SD dan SMP
sudah pandai membuka internet. Bahkan Hand Phone juga
menyediakan fasilitas mengakses situs-situs porno. Menjaga
kekudusan pikiran menjadi persoalan yang susah dilakukan di Jaman
multi media saat ini.
4. Kewibawaan orang tua di hadapan anak semakin terkikis.
5. Kekudusan hati, pikiran dan perkataan harus tetap diupayakan.
6. Dewasa ini di dunia pendidikan semakin disadari tentang pentingnya
pendidikan karakter bagi peserta didik.
E. Saran Penyusunan Kotbah
1. Pembukaan
Awali kotbah semenarik mungkin. Pengkotbah dapat
menceritakan tentang makna salah satu butir Pengakuan Iman
Rasuli yakni “percaya akan adanya gereja kudus dan am;
persekutuan orang kudus”.
2. Isi
Pengkotbah menyampaikan latar belakang teks dan penjelasan
teks. Tekankan tentang :
a. Menguduskan hidup (ay 1-2)
83
b. Menghormati Sabat (ay 3), Setia kepada Tuhan (ay 4) dan
Hidup yang bersyukur. (ay 5-8)
c. Menghormati Orang tua (ay 3)
Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman Tuhan
dalam kehidupan jemaat sehari-hari.
3. Penutup
Tutuplah dengan dorongan (motivasi) agar jemaat setia kepada
Tuhan, menghormati orangtua dan hidup bersyukur.
F. Liturgi :
1. Nyanyian Persiapan
2. Nas Pembimbing
3. Nyanyian Jemaat
4. Berita anugerah
5. Nyanyian Peneguhan
6. Nyanyan Responsoria
7. Nas Persembahan
8. Nyanyian Persembahan
9. Nyanyian penutup
: KJ 64:1-2 /PKJ 2 2X
: Mazmur 1:1-6.
: KJ 21:1-2/PKJ 242:1-2
: I Yohanes 3:1-2
: PKJ 255:1/KJ 66: 1-3
: KJ 427:1-4/ KJ 280:1-3
: Roma 11:36
: KJ 289:1-2,8-9.
: KJ 410:1
G. Contoh Kotbah Jadi
KEKUDUSAN HIDUP DALAM HUBUNGAN
DENGAN TUHAN DAN ORANGTUA
Saudara-saudariku di dalam Kristus, setiap hari Minggu kita
mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Salah satu yang kita percayai
adalah adanya gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus.
Gereja yang kudus dan am (am artinya umum) merupakan persekutuan
orang kudus. Siapa menjadi murid Kristus dan telah dibaptis telah secara
otomatis menjadi anggota persekutuan orang kudus ini yakni gereja.
Lalu, apa artinya kudus? Kita semua menjadi anggota
persekutuan orang kudus. Kita adalah orang kudus? Yang bener saja?
Saya tadinya juga ragu-ragu. Tetapi sekarang saya bisa mengatakan,
84
bahwa benar. Saudara, saya, dan kita semua adalah orang kudus. Tidak
harus menjadi Santo dan Santa untuk menjadi orang kudus. Sekarang pun
kita sudah menjadi orang kudus. Kita adalah umat yang kudus.
Kudus, dalam bahasa Ibrani artinya istimewa, dipisahkan dari
yang lain, disendirikan untuk suatu maksud khusus. Untuk suatu maksud
yang istimewa. Jadi, kudus tidak sama dengan tanpa dosa. Kita memang
orang berdosa yang sudah ditebus dosanya, dikuduskan atau dikhususkan
untuk menjadi kawan sekerja Allah guna memberitakan injil kepada
segala makhluk. Kita dikuduskan untuk menjadi garam dan terang dunia.
Saudara adalah orang kudus, saya juga. Semua orang kudus memiliki
talenta dan panggilan khususnya. Maka ada orang kudus yang
dikuduskan lagi, misalnya Penatua, Pendeta, Diaken serta pengurus
Komisi Gereja. Mereka adalah orang kudus yang dikuduskan menjadi
Penatua, Pendeta, Diaken dan pengurus komisi. Artinya punya tugas
yang lebih khusus lagi.
Saudara-saudariku di dalam Kristus, Kitab Imamat termasuk
salah satu Kitab Taurat. Kitab Taurat yang terdiri dari Kejadian,
Keluaran, Bilangan, Ulangan dan Imamat diyakini sebagai intisari
seluruh kitab Perjanjian Lama. Hal ini tidak mengherankan, sebab Kitab
Taurat menjadi dasar hidup bangsa Yahudi. Pentingnya Kitab Taurat
disebabkan karena: pertama, kitab ini memberitakan asal-usul bangsa
Israel, bahkan asal-usul seluruh umat manusia. Kedua, kitab ini
mengandung perundang-undangan kehidupan bangsa Israel, terutama
kehidupan keagamaan.
Secara umum, Kitab Imamat mengandung pesan teologis tentang
panggilan bangsa Israel untuk hidup kudus sesuai dengan kekudusan
Tuhan sendiri. Kekudusan tersebut nampak nyata dan hanya dapat terjadi
bila Israel bergaul erat dengan Tuhan dalam berbagai jenis persembahan
kurban, memelihara hari-hari raya dan melakukan perintah Tuhan sambil
menjauhi larangan-laranganNya.
Dalam Imamat 19:1-8 kita mendapatkan tiga pesan penting
tentang kekudusan hidup. Tema pertama ada pada ayat 1 dan 2 yang
bercerita tentang Tuhan yang berfirman kepada Musa agar Musa
mengumumkan kepada umat Israel untuk menjaga kekudusan hidup.
85
Umat Israel harus hidup kudus, bukan hanya disebabkan identitas Israel
sebagai umat yang kudus tapi juga karena Tuhan Allah itu kudus. Tuhan
itu spesial banget bagi Israel, memperlakukan Israel secara istimewa.
Tuhan telah menebus Israel dari perbudakan di Mesir dan menuntun
mereka menuju negeri impian yang berlimpah susu dan madunya. Tuhan
sudah mengistimewakan Israel. Dengan demikian, kekudusan umat
Israel pertama-tama karena Allah yang kudus telah menjalin relasi
dengan mereka. Mereka dipilih dari segala bangsa untuk menjadi
umatNya. Maka Israel disebut umat yang kudus. Israel harus sadar bahwa
mereka berbeda dengan bangsa-bangsa manapun. Tuhan berfirman
kepada Musa. Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan
kepada mereka: “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah
kudus”.
Tema kedua nampak dalam perintah Tuhan agar Israel menjalin
relasi yang baik dengan Tuhan. Caranya dengan menghormati Sabat (ay
3), tidak menduakan Tuhan (ay 4) dan hidup yang bersyukur (ay 5-8) di
hadapan Allah. Beribadah kepada Tuhan adalah salah satu tanda
seseorang setia dan hormat kepada Tuhan. Adakah diantara Bapak-IbuSaudara yang masih bolong-bolong dalam kehadiran pada ibadah
Minggu dan kegiatan gerejawi lainnya? Beribadah adalah salah satu
perintah Tuhan, agar kita tidak menjauhkan diri dari persekutuan Ibrani
10:25). Adakah yang masih mendua hati? Memiliki illah lain dalam
hidupnya? Adakah yang masih suka mengeluh dan sukar bersyukur
kepada Tuhan? Jangan menjadi orang kudus yang tidak hidup kudus.
Mari menguduskan Tuhan dalam hidup kita!
Saudara-saudariku, di dalam Tuhan, Tema ketiga adalah tentang
hubungan antara menghormati dan mengasihi Allah dengan tindakan
menghormati dan mengasihi orangtua. Kualitas hubungan seseorang
dengan Tuhan dapat dilihat dalam kualitas perilaku seseorang terhadap
orang tuanya. Dalam hal ini berlaku prinsip: Tidak mungkin seseorang
menghormati Allah bila dalam hidup mereka tidak menghormati orang
tua mereka. Tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya, bila
dengan orangtua yang dilihatnya saja mereka jelas-jelas tidak bisa
mengasihi. (ay 3).
86
Umat Israel harus hidup kudus. Mereka harus menguduskan hari
Sabat, tidak menduakan Tuhan dan hidup bersyukur. Ini adalah jalan
berelasi dengan Tuhan. Mereka juga harus menghormati orangtua karena
itu menjadi bukti bahwa mereka mampu menundukkan diri di bawah
otoritas Orang tua dan membuka pintu kemungkinan untuk menghormati
otoritas yang lebih tinggi lagi yakni otoritas Tuhan.
Ibu, Bapak dan Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Pada zaman modern ini, orang yang tidak setia kepada Tuhan masih
dapat kita jumpai. Tren ingin cepat sukses dan kaya menjadikan sebagian
orang melakukan korupsi dan manipulasi atau mencari pelarisan bagi
dagangan, minta bantuan dukun untuk kewibawaan dan pengasihan.
Sebagian memasang susuk kecantikan dengan alasan agar suami lengket
dan tidak berkhianat. Banyak orang hidup dalam ketakutan mengalami
hancurnya rumah tangga sehingga yang halal dan yang haram dilakukan
agar disayang pasangan hidupnya. Menduakan Tuhan kemudian menjadi
pilihan. Jumlah gereja kehilangan anggota yang berpindah agama karena
pernikahan dini atau pernikahan yang didahului kehamilan juga tidak
sedikit.
Dalam hidup sehari-hari kita hadir dalam situasi apa-apa duit,
sedikit-sedikit duit. Hal ini menyebabkan sebagian orang jatuh dalam
tindakan menyuap untuk bisa bekerja baik swasta maupun negeri. Orang
semakin sedikit yang bergantung kepada Tuhan dan berganti bergantung
kepada uang. Kata mereka : namanya juga usaha.
Berita-berita tentang pornografi dan pornoaksi marak di
Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar, tapi di daerah pedesaanpun
bisa terjadi. Internet saat ini ada di mana-mana. Anak-anak SD dan SMP
sudah pandai membuka internet. Bahkan Hand Phone juga menyediakan
fasilitas mengakses situs-situs porno. Menjaga kekudusan pikiran
menjadi persoalan yang susah dilakukan di Jaman multi media saat ini.
Pada pihak lain, kewibawaan orang tua di hadapan anak semakin terkikis.
Kita sadar bahwa kekudusan hati, pikiran dan perkataan harus tetap
diupayakan.
Saudara-saudariku, Dalam Perjanjian Baru, kekudusan hidup
bersangkut paut bukan tentang berpantang makanan tertentu seperti
87
dalam Kitab Perjanjian Lama. Tuhan Yesus Kristus sudah menggenapi
hukum Taurat. Semuanya itu adalah bayangan dari Kristus (Kol.2:16-17).
Semuanya itu hanya mengenai barang fana yang binasa oleh pemakaian
(Kol. 2:22). Kekudusan hidup bersangkut paut dengan apa yang
dipikirkan dan apa yang ada di dalam hati manusia. Orang Kristen harus
menguduskan hati dan pikirannya dengan menjauhi percabulan,
kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan. Membuang segala
kemarahan, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor (Kol. 3:8-9).
Kekudusan hidup tercermin dalam bagaimana kita menyambut hari
Minggu sebagai hari istimewa untuk beribadah kepada Tuhan, bersyukur
kepadaNya atas segala cinta kasih Tuhan yang besar dalam hidup kita.
Mari kita juga meningkatkan rasa hormat kita kepada orang tua.
Itu menjadi cermin seseorang menghormati Allah. Tidak mungkin
seseorang dapat menghormati Allah yang tak dilihatnya bila dengan
orang tua yang dapat dilihatnya saja tidak menghormati. Mari kita hidup
bersyukur karena hidup bersyukur merupakan seni dan kecerdasan. Yaitu
kemampuan atau kecerdasan untuk dapat melihat hal-hal baik dalam
kehidupan.
Kesetiaan kepada Tuhan Yesus Kristus
harus ditumbuhkembangkan. Gereja harus menekankan kembali pengajaran. Kebaktian
anak (Sekolah Minggu), kelas katekisasi bagi anak, remaja, pemuda dan
pranikah harus secara serius dilakukan. Kita harus membangun tanggultanggul baru untuk menahan terjangan budaya-budaya negatif. Mari kita
mendorong putra-putri kita untuk masuk kelas-kelas katekisasi sebesar
semangat kita untuk meningkatkan pengetahuan putra-putri kita dengan
les privat dan bimbel.
Saudara-saudariku, kekasih Tuhan, Kita adalah umat kudus
pilihan Allah. Mari kita hidup kudus, karena Tuhan, Allah kita
memanggil kita menjadi kawan sekerjaNya di tengah-tengah dunia.
Tuhan memberkati kita. AMIN.[BNH]
88
PEMBERITAHUAN:
TANGGAL 2 MARET 2014
SAMPAI DENGAN
TANGGAL 8 JUNI 2014
MENGGUNAKAN BAHAN MPPP
(MASA PERAYAAN PASKAH
DAN PENTAKOSTA)
89
RANCANGAN KHOTBAH 15 JUNI 2014
Minggu Trinitas, Warna Liturgi Putih
Bacaan Leksionary; keluaran 34:4b-9; Daniel 3:52-56; 2Korintus 13:11-13; Yohanes 3:16-18
Thema:
MENJADI UMAT ALLAH YANG DEWASA DAN
BERTANGGUNG JAWAB
Bahan: Keluaran 34:4b-9
A. Tujuan:
1. Anggota jemaat memiliki kesadaran bahwa menjadi umat Allah
harus memahami siapakah Allah itu dan bagaimanakah kasihnya
kepada umatNya.
2. Anggota jemaat memahami Allah yang penyayang dan pengasih,
panjang sabar, berlimpah kasih dan setiaNya juga mau mendidik
umatNya menjadi umat yang dewasa dan bertanggung jawab.
B. Latar Belakang Teks
Perikop yang kita baca saat ini tidaklah berdiri sendiri dan harus
dibaca lengkap dengan bagian pasal yang lain secara utuh, khususnya
mulai dari pasal 19. Kejadian seperti yang terjadi pada alur cerita dalam
Keluaran 34 ini dapat kita baca juga dalam pasal 24. Dimana Allah
memerintahkan Musa untuk naik ke Gunung dan memberikan hukum dan
perintah Nya yang ditulis Tuhan sendiri dalam 2 loh batu. Jika kita
90
membaca mulai dari pasal 24 ini dengan seksama, maka kita akan
melihat bahwa Allah sangat mengasihi umat-Nya setelah mereka Ia
bebaskan dari perbudakan di Mesir, Allah mengikat perjanjian dengan
umat Israel dan Ia memberlakukan hukum agar dijalankan oleh UmatNya itu yang tujuannya adalah mereka hidup benar dalam anugrah
keselamatan dan Janji Tuhan.
Tuhan memanggil Musa agar mendaki gunung sinai dan di
sanalah Musa bertemu dengan Tuhan berhari-hari lamanya (40 hari 40
malam – Keluaran 24:16), untuk menerima berbagai macam hukum dan
peraturan bagi Umat Israel sebagai umat yang dikasihi Tuhan. Dalam
Pasal 31:18, kita membaca bahwa Allah memberikan 2 loh batu yang
berisi hukum Allah yang ditulis oleh Allah sendiri. Namun sayangnya,
ketika Musa sedang menerima hukum Allah itu di Gunung Sinai, umat
Israel yang menunggu-nunggu musa diperkemahan mereka tidak sabar
karena Musa lama sekali turun. Ketidak sabaran mereka itu kemudian
membawa mereka kepada keputusan untuk membuat patung lembu emas
untuk mereka sembah sebagai allah mereka (Keluaran 32). Allah geram
dan marah melihat tingkah laku umat kesayangannya itu, Ia menyuruh
Musa turun dan murka Nya itu membuat Allah akan membinasakan
mereka (Keluaran 32:7-10). Musa kemudian memohon kepada Tuhan
agar mengampuni umat Israel dengan mengenang kembali janji Allah
kepada Abraham, Ishak dan Yakub/Israel. Dan dalam ayat ke 14 kita
melihat sebuah pernyataan yang begitu indah: “Dan menyesallah Tuhan
karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.”
Di ayat seterusnya, turunlah Musa dan mendapati umat Israel
sedang menari-nari dengan patung anak lembu emas yang mereka
sembah. Maka amarah Musa muncul dan ia kemudian melemparkan
kedua loh batu yang berisi hukum Tuhan itu hingga pecah. Apa yang
Musa lakukan ini adalah sebuah ekspresi kekecewaan yang amat sangat.
Baru saja ia melihat begitu murah hati dan baiknya Allah yang mau
menemui umatnya dan membimbing umatNya melalui hukumhukumNya, tetapi ternyata umat yang dikasihi Allah itu malahan
bertindak kurang ajar dan sama sekali tidak menghargai Allah. Sekali
lagi, setelah memberikan pilihan kepada umat itu, siapakah yang masih
mau berpihak kepada Allah, dalam Keluaran 32:30-32, Musa mewakili
91
umat itu memohon ampun kepada Tuhan, bahkan ia mengatakan jika
Allah tidak mengampuni umatnya, maka Musa memohon agar namanya
dihapus dari kitab yang telah Ditulis Tuhan.
Dalam ayat ke 33 Tuhan menjawab bahwa orang yang berdosalah
yang akan dihapuskan namanya dan kemudian Tuhan menyuruh Musa
agar membawa orang Israel itu pergi menuju Tanah Perjanjian, dengan
dipimpin oleh Malaikat Tuhan dan Tuhan Berpesan bahwa Tuhan akan
membalas dosa mereka kepada mereka yang berdosa.
Dalam Keluaran 33:5, dikatakan bahwa allah tidak akan lagi
menyertai bangsa itu, ia hanya ingat akan perjanjiannya dengan
Abraham, Ishak dan Yakub oleh karena itu Ia akan memerintahkan
Malaikatnya untuk berjalan di depan mereka.
Musa lagi-lagi
memohonkan belas kasihan dari Allah mulai dari ayat 15. Ia memohon
agar Allah sendirilah yang membimbing umat-Nya dan berjalan dengan
mereka, apa gunanya mereka berangkat ke tanah perjanjian bila mereka
tidak lagi menjadi umat Allah sendiri dan dibimbing Allah sendiri. Lagilagi Allah menunjukkan belas Kasihan dan kemurahannya, ia
memperhitungkan permohonan Musa dan kemudian menyuruh musa agar
bersiap untuk menerima kembali hukum dan perintahnya. Keluaran 34
merupakan kelanjutan dari cerita di mana Allah kembali menyuruh Musa
untuk berangkat bertemu dengan Nya dan menerima kembali dua loh
batu yang baru.
C. Penafsiran Teks
Seperti yang diperintahkan Tuhan dan seperti yang sudah pernah
ia lakukan sebelumnya, Musa naik ke gunung sinai dengan membawa
dua loh batu yang masih belum berisi tulisan. Loh inilah yang akan
menjadi tempat untuk menulis Hukum dan Perintah Tuhan bagi umat
Israel. Kali ini, Musa datang sendirian (lihat ayat 3), dan Ketika Musa
sampai di gunung itu, Turunlah Tuhan dalam awan dan berdiri di dekat
Musa serta menyerukan Nama Tuhan (ayat 5-7). Dalam hal ini,
kejadiannya tidak sama seperti yang dahulu dalam pasal 24. Kali ini
Tuhan memperkenalkan dirinya kepada Musa dengan sebuah nama:
TUHAN. TUHAN. Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan
berlimpah kasihNya dan setiaNya. Yang meneguhkan kasih setia-Nya
92
kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan
dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari
hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan
cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.
Pengenalan diri Allah ini menjadi penting karena disini Allah
yang maha Kudus dan tidak terlampaui oleh manusia itu mau
memperkenalkan diri kepada umatNya. Ia menegaskan kembali bahwa Ia
adalah Allah yang penuh kasih. Namun, walaupun demikian, umat-Nya
tidak bisa bersikap kurang ajar dan menyia-nyiakan anugrah dan kasih
sayang Allah itu. Meskipun Ia adalah Allah yang maha pengampun,
namun ia juga menegaskan bahwa Ia juga Allah yang mau mendidik
umatnya agar menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Segala perbuatan
jahat umatnya ia sikapi dengan adil. Hukuman bagi orang bersalah dan
juga bagi keturunannya Ia kumandangkan dengan tegas, agar menjadi
perhatian bagi segenap umat bahwa setiap tindakan akan mempunyai
konsekuensi. Walaupun ini terlihat begitu kejam, namun inilah Allah
dengan keadilannya. Cinta Kasih sayangnya tidak diwujudkan hanya
dengan belaian saja namun juga hukuman dengan dasar Kasih.
Mendengar suara TUHAN, Musa pun berlutut dan sujud
menyembah. Ditengah rasa bahagianya karena Allah berkenan
memperkenalkan diriNya. Ia menyadari betul bahwa umat Israel tidak
bisa berjalan tanpa bimbingan dari TUHAN. Ia memohon kepada Allah
agar Allah mau berjalan ditengah-tengah umat-Nya, meskipun bangsa
yang ia pimpin adalah bangsa yang tegar tengkuk (baca; Ndableg/ Keras
Kepala). Musa Memohon Ampun akan segala dosa yang telah dilakukan
oleh umat Israel. Ia memohon agar Tuhan mau menjadikan umat Israel
menjadi umat kepunyaanNya.
Dari kisah perjalanan iman Bangsa Israel ini, ada beberapa hal
yang bisa kita pelajari, yaitu bahwa sesungguhnya Allah adalah penuh
Kasih dan pengampunan. Ia mau memperkenalkan diriNya kepada kita
dan membimbing hidup kita. Namun, kita seringkali sebagaimana umat
Israel tidak bisa bersyukur akan anugrah keselamatan dan pembimbingan
dari Allah itu.
Dan Allah sebagaimana yang Ia nyatakan akan mengampuni
setiap dosa dan kesalahan umat-Nya yang mau berbalik kepada-Nya.
93
Namun, terkadang kemurahan Hati Allah inipun seringkali dimanfaatkan
oleh orang yang merasa bahwa Allah pasti penuh kasih dan pasti mau
mengampuni kita, tidak apa kita bertekun dalam kejahatan. Sekali lagi
Allah yang penuh Cinta itu menegaskan bahwa Kasihnya dan Anugrah
pengampunannya itu tidaklah berarti orang bisa berbuat semena-mena. Ia
juga mendidik umatnya agar dewasa dan berani bertanggung jawab
dengan apa yang sudah ia pilih. Ia mengatakan bahwa hukuman tetap
berlaku bagi kejahatan, agar supaya umatNya dapat berbalik dari tingkah
laku yang jahat kepada kebaikan dan kebenaran.
D. Konteks Masa Kini
1) Orang Kristen masih ada yang bertekun dalam kejahatan, namun
disisi lain sangat percaya diri bahwa dirinya akan diselamatkan
karena anugrah pengorbanan Tuhan Yesus di Kayu Salib.
2) Masih ada yang salah paham bahwa menjadi orang Kristen harus
penuh kasih sayang dan pengampunan yang mengesampingkan
pentingnya didikan tanggung jawab akan resiko sebuah kejahatan.
3) Menjadi murid Yesus yang dewasa tidak hanya mau disayangsayang saja dalam kondisi yang baik selalu, tetapi juga bersedia
menerima konsekuensi bila kita melakukan kejahatan dan mau
menyesali dosa di hadapan Tuhan.
E. Rancangan Khotbah
Pendahuluan
Sampaikan kontek masa kini. Bisa dimulai dengan memberikan
pertanyaan apakah menjaadi orang Kristen berarti harus selalu
mengampuni ornag yang bersalah kepada kita? Berapa kali biasanya
kita mampu mengampuni orang lain yang mengulang-ngulang
kesalahan kepada kita?
Isi
94
Mengajak jemaat untuk merenungkan Perikop yang kita baca.
Sampaikan beberapa ulasan mengenai latar belakang teks dan
kemudian penafsiran teksnya. Bandingkan dengan berita Injil yang
biasanya kita pahami. Apakah ada perbedaan antara Allah perjanjian
lama dan Allah perjanjian baru? Jelaskan pada jemaat bahwa
hukuman yang diberikan Allah adalah salah satu bentuk didikanNya
agar kita menjadi umat yang dewasa dan bertanggung jawab.
Penutup
Ajak jemaat untuk merefleksikan berita Alkitab saat ini, bagaimana
menerapkan pesan Alkitab itu dalam kehidupan sehari-hari.
F. Contoh Khotbah Jadi
MENJADI UMAT ALLAH YANG DEWASA DAN
BERTANGGUNG JAWAB
Ibu Bapak, Saudari-Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus
Kristus. Berapa kali kita bisa mengampuni orang yang sama yang
berbuat kesalahan yang sama kepada kita? Dua kali? Tujuh kali? Atau
tujuh kali tujuh puluh kali?
Mungkin ada orang yang tidak pernah marah ketika disakiti oleh
orang lain, entah oleh pasangan hidupnya, oleh anaknya, saudaranya,
orang tuanya, ataupun orang lain? Wah hebat sekali orang itu, mungkin
ada yang berpendapat seperti itu?
Benarkah orang seperti itu hebat dan sudah beriman kristen?
Terkadang kita mendengar ada orang menasehati orang lain, ampuni
orang itu, jangan dihukum terima kembali dia kan begitu teladan Kristus!
Nasehat seperti ini bila terucap tanpa memahami situasi dan kondisi
terkadang malah akan menjadi bencana. Bisa jadi orang yang diampuni
terus menerus tanpa diberikan pengertian itu malah bisa menjadi tidak
tahu berterima kasih dan merasa apa yang ia lakukan bukanlah sebuah
95
kejahatan. Dan kelak bisa melakukan kejahatan yang lebih hebat lagi.
Kalau ada pepatah mengatakan “di ke’i ati, ngrogoh rempelo” (diberi hati
minta ampela)
Menjadi pengikut Yesus itu susah sekali, orang sering
mengatakan demikian. Contohnya, kita harus sabar, nrimo, diperlakukan
tidak adil, kita harus mengampuni dan mendoakan musuh kita yang
berulang kali menginjak-injak harga diri kita. Kita harus tetap bersikap
baik kepada mereka dan bahkan mengijinkan mereka lagi untuk
melakukan kesalahan yang sama terhadap kita? Itulah salib yang harus
kita pikul! Wah sadis sekali jika memang seperti itu. Mari kita renungkan
kembali apa benar seperti itukah tuntutan menjadi orang Kristen.
Perikop yang kita baca pada hari ini menjadi sebuah titik terang
bagi kita untuk merenungkan kembali kehidupan kita mengikut Kristus.
Perikop ini membawa kita untuk melihat kembali kehidupan orang Israel.
Bapak Ibu bisa bayangkan ketika kita sedang merencanakan suatu hal
yang baik bagi seseorang, berniat akan memberikan hadiah dan mungkin
akan menjadikannya istri atau suami atau anak kita, tetapi ternyata pada
saat itu juga orang itu menginjak-injak harga diri kita, berselingkuh
misalnya jika itu adalah pasangan kita. Bagaimana rasanya?
Begitulah yang saat itu sedang dilakukan oleh orang Israel.
Ketika Tuhan mengangkat mereka menjadi umat kesayanganNya,
dimana Ia ingin memberikan hukum Tuhan agar umatnya hidup dengan
lebih baik, nyatanya mereka malah membuat patung lembu emas dan
menyembahnya (Keluaran 24). Musa yang sudah selama 40 hari 40
malam menerima hukum Tuhan itu di Gunung Sinai dan seharusnya
pulang dengan gembira, ternyata mendapati umat Israel sedang berpesta
dan mengadakan kebaktian bagi patung lembu emas itu. (Keluaran 32).
Musa dengan emosi, ia melemparkan dua loh batu yang berisi hukum
Tuhan itu sampai pecah. Ia benar-benar tidak habis pikir, baru 40 hari 40
malam saja ia meninggalkan mereka dengan niat menerima hukum dari
Tuhan, tetapi ternyata umat Israel malah sudah tidak sabar dan tidak
setia.
Tuhan, begitu juga dengan Musa sangat geram dengan tingkah
laku mereka. Bahkan Allah berniat untuk membinasakan mereka semua,
kecuali Musa. Bayangkanlah, Allah yang begitu Maha Kuasa itu
96
diperlakukan dengan cara seperti itu oleh umat yang baru mau diangkat
menjadi umat kesayangannNya. Musa kemudian memohonkan ampunan
kepada Allah. Allah mengampuni bangsa itu, namun ia berniat tidak akan
menyertai bangsa itu berjalan hingga sampai tanah perjanjian. Sekali lagi,
musa tidak memohonkan ampun atas tingkah laku umat Israel, ia
memohon agar Allah tetap menjadi Allah mereka dan mau berjalan
bersama mereka, membimbing kehidupan umatNya. Namun karena
memang Allah mempunyai rencana yang indah bagi kehidupan umat
manusia, Ia pun mengampuni mereka. Ia memanggil Musa kembali untuk
menerima hukum Tuhan. Keberadaan hukum ini menjadi sangat penting
bagi umat Israel, karena dengan adanya hukum itu, berarti ada ikatan
perjanjian antar Allah dengan umat-Nya. Itulah wujud kasih sayang
Allah kepada umat Israel.
Dalam perikop itu kita membaca bahwa pagi itu, Musa berangkat
ke Gunung Sinai dengan membawa dua loh batu yang baru, yang
nantinya Allah sendiri yang akan menuliskan hukum diatasNya. Ketika
Musa sampai di Gunung itu, Allah memperkenalkan dirinya sebagai
TUHAN, TUHAN. Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan
berlimpah kasihNya dan setiaNya. Yang meneguhkan kasih setia-Nya
kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan
dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari
hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan
cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.
Pernyataan Tuhan kepada Musa ini merupakan hal yang sangat
penting bagi kehidupan iman umat Israel dan kita saat ini. Dari
pernyataan itu, kita menyadari bahwa Allah yang transenden itu juga
adalah Allah yang Imanen. Artinya, Ia yang melampaui pemikiran
manusia, mau menyatakan dirinya agar dimengerti oleh manusia. Jika
dahulu umat Israel diingatkan bahwa Allah adalah TUHAN yang
penyanyang dan pengasih, maka kita juga memahami perwujudan Kasih
Allah itu melalui Yesus Kristus yang menyatakan Kasih itu ke dalam
dunia. pengorbananNya di Kayu Salib adalah anugerah keselamatan
Allah bagi semua orang berdosa. Walaupun kita hina dan penuh dengan
kesalahan, namun Allah berkenan menyapa kita dan mengampuni dosadosa kita yang dengan penuh penyesalan tunduk dihadapan takhtaNya.
97
Yang menjadi pelajaran kita hari ini adalah bahwa kasih dan anugrah
Allah itu tidak terbatas pada bentuk yang mudah-mudah saja.
Dari ayat ke 7 bagian akhir, Allah yang penuh ampunan itu
ternyata juga sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari
hukuman. Ini bukanlah Allah yang kejam. Terkadang beberapa kalangan
umat Kristen enggan membaca dan merenungkan ayat-ayat seperti ini.
Mereka mengatakan itukan Allah perjanjian lama yang sudah tidak
berlaku hukum-hukumnya. Ingat beberapa bulan yang lalu (bacaan
Matius 5:17-37), kita sudah pernah membahas mengenai Yesus dan
hukum Taurat. Dimana Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan
hukum Taurat melainkan menggenapiNya. Dan kita yakini bahwa Allah
yang kita sembah sudah ada sejak dunia ini belum dijadikan, jadi tidak
ada Allah perjanjian lama maupun Allah perjanjian baru. Namun dalam
hal membaca Alkitab dan juga Hukum Taurat, kita harus melihatnya
secara menyeluruh dan diterangi oleh Injil.
Mengenai gambaran Allah yang sekali-kali tidak membebaskan
orang bersalah dari hukuman, marilah kita melihat hal ini sebagai salah
satu cara Allah dalam menunjukkan kasih sayangnya kepada umatnya.
Hukuman tidak selamanya berarti “tidak cinta,” bagi beberapa orang
yang “bebal” hukuman terkadang bisa menyadarkan orang bahwa apa
yang ia lakukan adalah salah. Namun demikian hukuman bukan
dilakukan untuk memuaskan hati sang penghukum, namun semata-mata
justru untuk kebaikan yang dihukum. Oleh karena itu, dalam Injil kita
juga melihat bahwa Anugrah keselamatan yang Tuhan Yesus wartakan
juga tidak bisa lepas dari aspek hukuman dan pengadilan Allah, lihat
contohnya perumpamaan tentang hamba yang setia dan jahat dan
penghakiman terakhir dalam Matius 25:31-46 dan masih banyak juga
cerita-cerita yang bisa kita renungkan.
Refleksinya dalam kehidupan kita sehari-hari, perikop ini
mengajarkan kepada kita untuk mengenal Allah secara lebih dalam lagi,
tidak lagi memaksakan kehendak kita Allah harus menjadi seperti yang
kita mau. Ia tetap tidak akan bisa kita pahami secara utuh, oleh karena itu
perenuangan yang mendalam terhadap teks-teks Alkitab dan juga
pengalaman hidup kita haruslah terus kita lakukan. Pembacaan kita kali
ini mengingatkan kita kembali agar kita bertumbuh dalam iman yang
98
dewasa, yang berani menerima konsekuensi dari setiap perbuatan kita.
Ketika kita melakukan kejahatan berulang kali, maka kita harus dengan
lapang dada menerima “didikan” yang dapat berupa teguran maupun
hukuman dari Tuhan. Terkadang orang jatuh pada kesalahan yang sama
berulang kali karena ia belum “dewasa” dan didikan menjadi sangat
berharga bagi semua orang dan di semua umur yang memerlukannya.
Namun terkadang manusia ikut-ikutan memberikan peraturan
untuk memberikan hukuman kepada orang yang salah. Memang dalam
kehidupan sosial masyarakat yang beragam kita memerlukan adanya
aturan dan juga hukum. Namun sekali lagi dalam menghasilkan produk
hukum dan juga dalam pelaksanaannya yang di utamakan adalah agar
kehidupan yang tercipta menjadi lebih baik. Yang bersalah bisa
menyadari kesalahannya dan orang lain juga terlindungi hak-haknya.
Intinya adalah tidak semua orang bisa dipukul rata. Dan tidak
semua hukuman efektif bagi semua orang. Kita harus lebih jeli dalam
memilih dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan
sampai kita terjebak pada penerapan hukum secara harafiah, namun
kehilangan makna dan semangatnya. Kiranya semua yang kita lakukan
bersumber teladan dari Allah sang maha pengasih. Yang mendidik kita
untuk kebaikan umatNya agar kita menjadi umat yang dewasa dalam
berfikir, berkata-kata dan bertindak serta bertanggung jawab agar kita
selalu diperbaharui menjadi umat yang lebih baik dari hari ke hari. Roh
Kudus akan memampukan dan membimbing kita semua. Amin. [PS]
99
RANCANGAN KHOTBAH, 22 JUNI 2014
Minggu Biasa VIII, Warna Liturgi Hijau
Bacaan Leksionari: Ulangan 8: 2-16a, Mazmur 147:12-20, 1 Korintus 10:16-17
Tema:
MAKNA MAKAN ROTI HIDUP
Bacaan: Yohanes 6: 51-58
A. Tujuan
1. Agar jemaat mengetahui makna metafor (gambaran) tentang
Roti Hidup
2. Agar jemaat dengan sukacita menerima Roti Hidup dan
berpengharapan.
B. Latar Belakang Teks
100
Kitab Injil Yohanes ditulis kira-kira tahun 100 M atau 70 tahun
sesudah kematian Tuhan Yesus Kristus. Kitab Injil Yohanes istimewa
dibandingkan dengan tiga Injil lainnya karena konteks penulisannya
bukan konteks Yahudi tapi konteks Yunani – Gnostik. Bahasanya sering
menggunakan bahasa filsafat (filosofis).
Struktur Kitab ini sangat sistematis dan teratur. Kitab ini diawali
dengan suatu pengantar (Yoh. 1:1-18) yang bersifat religio-filosofis
(filsafat keagamaan) dan disambung pengantar yang khas Kristen (Yoh.
1:19-51), kemudian disambung dengan kisah-kisah mukjizat dan
pengajaran Yesus (Yoh. 2:1-12:36). Pada pasal berikutnya memuat kisah
pengajaran Yesus yang hanya ditujukan kepada murid-muridNya dan
doaNya bagi murid (Yoh. 13:1-17:26). Dan seluruh Kitab diakhiri
dengan kisah sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus (Yoh. 18-21).
Teks perikop kita merupakan bagian Yoh. 2:11-Yoh. 12:37.
Diawali dengan 6 mukjizat Yesus yang dikaitkan dengan jatidiri Siapa
Yesus Kristus itu sesungguhnya. Tiga mukjizat terjadi di Galilea (air
menjadi anggur, anak pegawai istana yang disembuhkan dan pemberian
makan kepada 5000 orang), dan tiga lainnya dilakukan Yesus di dekat
Yerusalem (orang lumpuh disembuhkan, orang buta disembuhkan dan
kebangkitan Lazarus). Rupanya, keenam mukjizat ini adalah hasil pilihan
penulis Kitab Injil Yohanes sendiri dari berbagai mukjizat yang ada.
Setiap mukjizat dihubungkan dengan uraian tentang siapa sesungguhnya
Yesus. Misalnya: penyembuhan orang lumpuh pada hari Sabat
dihubungkan dengan pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang
berkuasa atas hari Sabat. Pemberian makan 5000 orang dihubungkan
bahwa Yesus Anak Manusia yang memberikan diriNya sendiri sebagai
Roti manna dari Surga, yaitu roti hidup yang dari Allah. Mukjizat
penyembuhan orang buta menunjukkan bahwa Yesus adalah Terang
Dunia. Meskipun demikian ada mukjizat yang tidak dihubungkan dengan
jati diri Yesus tapi menunjukkan kehidupan Kristiani yang baru, misanya
percakapan Yesus dengan Nikodemus dan perempuan Samaria.
Meskipun demikian, kehidupan Kristiani yang baru juga tetap
dihubungkan dengan pemberitaan Yesus Mesias dan Juruselamat dunia.
101
Dalam bagian ini, bergema pemberitaan bahwa Yesus adalah
Mesias dan pemenuhan janji Allah yang tercantum dalam Perjanjian
Lama.
C. Penjelasan Teks Yohanes 6: 51-58
Yesus tahu bahwa banyak orang mencari Dia bukan karena rindu
kepada pengajaranNya, tapi karena mukjizat yang pernah mereka lihat
dan alami dalam pemberian makan 5000 orang (Yoh. 6:26). Mereka
ditegur Yesus, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan binasa,
melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang
kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab: Dialah
yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya” (Yoh. 6:27). Tetapi
bukannya bertobat, mereka membandingkan Yesus dengan tokoh Musa.
Musa memang Nabi besar yang sangat dikagumi oleh orang Yahudi.
Yesus menerangkan, bahwa bukan Musa yang memberi nenek moyang
Israel roti manna, melainkan Allah Bapa yang melakukannya. Yesus
memproklamasikan bahwa diriNya adalah Roti hidup (Yoh 6:48). Roti
yang telah turun dari Surga (Yoh 6:50-51). Barangsiapa menerima dan
memakan tubuh dan darah Yesus, yakni menerima dan mengimani kuasa
pengurbanan Nya di kayu salib, mereka akan memperoleh kehidupan
kekal (Yoh. 6:53-54).
Tema pokok teks di atas adalah sebagai berikut:
1. Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam, tetapi motivasi
murni saja yang bisa menghantar seseorang kepada Sumber
Kehidupan dan keselamatan jiwa mereka.
2. Roti manna di padang gurun sungguh-sungguh diberikan Allah
untuk memelihara kehidupan bangsa Israel di padang gurun. Roti
manna ini sekaligus merupakan lambang atau bayang-bayang
dari roti yang sejati yaitu Yesus Kristus.
3. Yesus adalah Roti Hidup. Yesus lah yang harus kita cari dan
siapa mencari Yesus, mereka akan mendapatkan kehidupan.
Bukan sekedar bernafas, bergerak dan beraktivitas atau hidup
102
lahiriah, tapi kehidupan rohani. Hidup yang berasal dari relasi
baru dengan Allah Sumber Hidup. Hidup kekal bersama Yesus.
D. Konteks Masa Kini
1) Zaman modern melahirkan banyak kemajuan di berbagai bidang
kehidupan. Juga melahirkan banyak orang yang egois, kikir dan
gila harta, pangkat dan kedudukan. Bila perlu, demi harta dan
kedudukan seseorang rela mengorbankan sesamanya, keluarga
bahkan agamanya. Bukankah banyak contoh perilaku korupsi dan
kerusakan rumah tangga akibat sifat serakahnya manusia?
2) Rasa tak pernah cukup menyebabkan sukarnya seseorang untuk
berbagi kepada sesamanya. Tidak mungkin bisa berbagi bila
merasa diri sendiri belum cukup! Pada sisi lain, sebagian orang
yang muak dengan kecenderungan kehidupan egois masyarakat,
mencari kedamaian dengan tekun mencari spiritualitas baru.
3) Budaya konsumerisme menyebabkan masyarakat merasa
kesulitan membedakan mana yang benar-benar kebutuhan dengan
mana yang sekedar keinginan.
4) Pengikut Yesus harus menyucikan motivasi mereka. Motivasi
yang hanya mencari pemenuhan kebutuhan jasmani saja, sama
seperti orang banyak yang mencari “roti” dan bukan pengajaran
Yesus. Motivasi mengikut Yesus seharusnya adalah rasa syukur
dan takjub atas kasih Yesus yang telah memberikan daging dan
darahNya untuk keselamatan kita. Maka Tuhan akan
menambahkan semua yang kita butuhkan dalam hidup kita.
E. Saran Penyusunan Kotbah
Pembukaan
Awali kotbah semenarik mungkin. Pengkotbah dapat menceritakan
bahwa setiap makhluk, baik tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia
memerlukan makanan demi kelangsungan hidupnya.
Isi
Pengkotbah menyampaikan Latar belakang teks dan Penjelasan teks.
Tekankan tentang :
103
a. Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam, tetapi bila
sungguh-sungguh mengharapkan kebahagiaan, motivasi
murni saja yang bisa menghantar seseorang kepada Sumber
Kehidupan dan keselamatan jiwa mereka.
b. Roti manna di padang gurun sungguh-sungguh diberikan
Allah untuk memelihara kehidupan bangsa Israel di padang
gurun. Roti manna ini sekaligus merupakan lambang atau
bayang-bayang dari roti yang sejati yaitu Yesus Kristus.
c. Yesus adalah Roti Hidup. Yesus lah yang harus kita cari dan
siapa mencari Yesus, mereka akan mendapatkan kehidupan.
Kehidupan yang dimaksud bukan sekedar bernafas, bergerak
dan beraktivitas atau hidup lahiriah, tapi kehidupan rohani.
Hidup yang berasal dari relasi baru dengan Allah Sumber
Hidup. Hidup kekal bersama Yesus.
Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman Tuhan
dalam kehidupan jemaat sehari-hari. Tekankan bahwa Pengikut
Yesus harus menyucikan motivasi mereka. Motivasi tidak murni
yakni mencari pemenuhan jasmani, kesembuhan dan kemakmuran
jangan menjadi nomor satu seperti yang dilakukan orang banyak
yang mencari “roti” dan bukan pengajaran Yesus.
Penutup
Kemukakan bahwa motivasi mengikut Yesus haruslah motivasi
murni yakni rasa syukur dan takjub karena merasakan kasih Yesus
yng telah memberikan daging dan darahNya untuk keselamatan kita.
Bila ini menjadi motif kita, Tuhan akan menambahkan semua yang
kita butuhkan dalam hidup kita.
F. Liturgi
Nas Pembimbing : Matius 10:32-33
Berita Anugerah : Yohanes 3:16
Persembahan : Amsal 11:24-26
Nyanyian :
1. KJ 21:1-2
2. KJ 19:1-5
3. KJ 33:1-3
104
4. KJ 34:1-3
5. KJ KJ 403:1-4
6. KJ 363:1-2
G. Contoh Kotbah Jadi
MAKNA MAKAN ROTI HIDUP
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Semua
makhluk hidup memerlukan makanan dan minuman. Hewan dan
tumbuhan akan mati tanpa makanan dan minuman. Demikian pula bagi
manusia. Makanan dan minuman adalah jenis kebutuhan primer atau
pokok. Menurut Abraham Maslow dalam teori piramida kebutuhan
disebutkan, bahwa bila kebutuhan makanan dan minuman ini belum
dapat dipenuhi, maka seseorang tidak mempedulikan rasa aman, nama
baik, nilai seni atau bahkan Tuhan dalam hidupnya. Demi memenuhi
kebutuhan primer, manusia tidak peduli resiko apapun yang harus
dihadapi. Menurut Maslow, hanya sesudah kebutuhan primer terpenuhi,
maka seseorang menjadi siap untuk bicara tentang rasa aman, peduli
dengan kesehatan dan keselamatan dirinya, mau memikirkan pendidikan
untuk hidup yang lebih baik, memperhatikan nama baik dan berupaya
memenuhi kekosongan jiwanya untuk mengalami perjumpaan dengan
Tuhan.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Yohanes
Pasal 6 juga berbicara tentang makanan. Tetapi bukan sembarang
makanan. Perikop ini mengisahkan bahwa suatu hari, Yesus didatangi
orang banyak yang mencari Dia. Mereka sebagian besar sudah berjumpa
dengan Yesus beberapa hari sebelumnya. Yesus tahu bahwa banyak
orang mencari Dia bukan karena rindu kepada pengajaranNya, tapi
karena mukjizat yang pernah mereka lihat dan alami dalam pemberian
makan 5000 orang (Yoh. 6:26). Mereka ditegur Yesus, “Bekerjalah,
bukan untuk makanan yang akan binasa, melainkan untuk makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak
Manusia kepadamu, sebab: Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah,
dengan meteraiNya” (Yoh. 6:27).
105
Tetapi bukannya bertobat, mereka membandingkan Yesus dengan
tokoh Musa. Musa memang Nabi besar yang sangat dikagumi oleh orang
Yahudi. Yesus mengoreksi pemahaman mereka dan menerangkan, bahwa
bukan Musa yang memberi nenek moyang Israel roti manna, melainkan
Allah Bapa yang melakukannya. Yesus memproklamasikan bahwa
diriNya adalah Roti hidup (Yoh 6:48). Roti yang telah turun dari Surga
(Yoh 6:50-51). Barangsiapa menerima dan memakan tubuh dan darah
Yesus, yakni menerima dan mengimani kuasa pengurbananNya di kayu
salib, mereka akan memperoleh kehidupan kekal (Yoh. 6:53-54).
Saudara-saudara, Roti manna memang sungguh-sungguh
pernah diberikan Allah untuk memelihara kehidupan bangsa Israel di
padang gurun. Roti manna ini sekaligus merupakan lambang atau
bayang-bayang dari roti yang sejati yaitu Yesus Kristus.
Tuhan Yesus berkata, “Akulah Roti hidup !“ Yesus berbicara
tentang kebutuhan primer semua umat manusia. Semua umat manusia
memerlukan “Roti Hidup” dalam diri mereka. Bila mereka belum
menerima dan menikmati roti hidup itu, maka mereka akan terus lapar
secara rohani karena Roti Hidup itu saja yang bisa memenuhi kebutuhan
jiwa mereka. Bagi orang-orang sezaman Yesus, roti bukanlah cemilan
atau snack. Roti adalah makanan pokok. Dapat disamakan dengan nasi
beserta lauknya pada zaman ini. Ketika Tuhan Yesus mengumumkan
bahwa diriNya adalah Roti Hidup, yang dimaksud adalah makanan
pokok. Lebih tepatnya : makanan rohani yang pokok. Dan semua orang
di bawah kolong langit ini memerlukannya.
Setiap orang, laki-laki atau perempuan memiliki kebutuhan pokok
rohani. Tiap orang membutuhkan Roti Hidup. Yesus adalah Roti Hidup.
Ada orang yang mencari kebahagiaan di tempat-tempat tertentu. Yesus
lah yang harus kita cari dan siapa mencari Yesus, mereka akan
mendapatkan kehidupan. Kehidupan yang dimaksud bukan sekedar
bernafas, bergerak dan beraktivitas atau hidup lahiriah, tapi kehidupan
rohani. Hidup yang berasal dari relasi baru dengan Allah Sumber Hidup.
Hidup kekal bersama Yesus.
Saudara-saudariku di dalam Kristus, Zaman modern
melahirkan banyak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Pada sisi
lain, zaman modern juga melahirkan orang yang egois, kikir dan gila
106
harta, pangkat dan kedudukan. Bila perlu, demi harta dan kedudukan
seseorang rela mengorbankan sesama, keluarga bahkan agamanya.
Bukankah banyak contoh perilaku korupsi dan kerusakan rumah tangga
akibat sifat serakahnya manusia? Media massa pernah menayangkan ada
oknum-oknum yang tega menculik dan memperjualbelikan anak-anak,
melakukan perdagangan manusia dan organ manusia demi uang dan
kekayaan. Tak pernah merasa diri cukup menyebabkan manusia menjadi
jahat, sehingga seorang filsuf mengatakan, “manusia adalah serigala bagi
sesamanya”. Manusia modern yang dihinggapi ruh cinta uang semakin
sukar untuk berbagi kepada sesamanya. Tidak mungkin bisa berbagi
bila merasa diri sendiri saja belum cukup! Bila perlu mengambil harta
milik sesama. Budaya konsumerisme menyebabkan masyarakat merasa
kesulitan membedakan mana yang benar-benar kebutuhan dengan mana
yang sekedar keinginan. Akibatnya semakin sulit untuk bisa merasa
cukup dengan apa yang sudah dimiliki. Manusia semakin jauh dari
kebahagiaan.
Banyak juga orang yang kemudian sadar bahwa sukacita itu tidak
terdapat pada kebendaan. Mereka mencari di rumah-rumah ibadah.
Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam, tetapi bila sungguhsungguh mengharapkan kebahagiaan, hanya motivasi murni yang bisa
menghantar seseorang kepada Sumber Kehidupan dan keselamatan jiwa
mereka. Pengikut Yesus harus menyucikan motivasi mereka. Motivasi
tidak murni yakni orientasi mencari pemenuhan jasmani saja dan bukan
rohani adalah sama seperti yang dilakukan orang banyak yang mencari
roti dan bukan pengajaran Yesus. Motivasi mengikut Yesus haruslah
motivasi murni yakni rasa syukur dan takjub karena merasakan kasih
Yesus yang telah memberikan daging dan darahNya untuk keselamatan
kita. Bila ini menjadi motif kita, Tuhan akan mengaruniakan sukacita dan
kehidupan.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Bagi
persoalan manusia modern ini, Yesus menunjukkan jalan keluarnya.
Dialah solusi itu. Dengan datang kepada Yesus dan menerima kasihNya
dapat mengubah orientasi hidup seseorang. Yesus berbagi kehidupan dan
masa depan dengan umat manusia. Inilah teladan Yesus dalam
mempergunakan hidup : Jalan melayani dan memberi. Seseorang yang
107
telah berjumpa dengan Yesus, kebutuhan pokok rohaninya terpenuhi,
kebutuhan akan rasa amannya pun juga terpenuhi. Kepastian masa
depannya juga dipenuhi. Apakah yang paling ditakuti manusia dalam
hidupnya? Bukankan tiadanya jaminan akan masa depan ? Yesus
menjaminnya ! “Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia
mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada
akhir zaman” (Yoh. 6:54).
Saudara-saudariku di dalam Tuhan, Membaca buku novel,
rekreasi, dan menonton acara lucu di Televisi memang bisa membuat
kita terhibur. Membaca buku-buku motivasi dan mengisi waktu luang
dengan hobby memang bisa membuat hidup kita menjadi indah. Tetapi
itu sekedar seperti “snack rohani” dan bukan makanan pokok bagi rohani
kita. Yesuslah Roti Hidup itu.
Saudara dan saya sudah mengalami perjumpaan dengan Yesus.
Kita sudah menikmati tubuh dan darah Yesus. Kita sering mengenangnya
dalam sakramen perjamuan kudus. Tetapi sebagaimana tubuh jasmani
kita memerlukan makanan dan minuman setiap hari, demikian pula
rohani kita memerlukan Roti Hidup dan Air Hidup itu setiap hari. Tiap
hari kita harus bersatu dengan Yesus sebagaimana dikatakanNya di
dalam ayat 56, “barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia
tinggal didalam Aku dan Aku di dalam dia”. Bukankah kita memerlukan
sukacita setiap hari ? Kita memerlukan Yesus bukan hanya seminggu
sekali tapi setiap hari. Mari kita selalu menjaga motivasi murni kita
setiap hari, yakni rasa syukur dan takjub merasakan kasihNya yang telah
menyelamatkan kita. Tuhan senantiasa mengaruniakan sukacita dan
kehidupan. Tuhan memberkati. Amin. [BNH]
RANCANGAN KOTBAH, 29 JUNI 2014
Minggu Biasa IX, Warna Liturgi Ungu
Bacaan Leksionari; Kis. 12:1-11; Mazmur 34:2-9; 2 Tim. 4:6-18; Matius 16:13-19
Thema:
108
MEMBERITAKAN INJIL TUGAS PANGGILAN KITA
Bacaan: Kisah Rasul 12: 1-11
A. Tujuan :
1. Jemaat memahami bahwa semua orang Kristen dipanggil untuk
memberitakan Injil.
2. Jemaat bersedia diutus dan setia menjadi pemberita Injil.
B. Penjelasan Teks
Kisah Para Rasul adalah bagian kedua dari karya penulis Injil
yakni Lukas. Dalam Injil Lukas ia menulis “segala sesuatu yang
dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat ke Sorga.
Sementara didalam kitab Kisah Para Rasul diceritakan tentang betapa
hebatnya kuasa Allah bahwa tidak ada yang dapat menghalang-halangi
penyebaran Injil Yesus ke seluruh dunia. Dalam Kisah Para Rasul 15
menceritakan tentang berlangsungnya persidangan penting di Yerusalem
dimana pada saat itu para pemimpin jemaat perdana menyepakati bahwa
Injil bukan hanya untuk orang-orang Yahudi saja tetapi juga untuk non
Yahudi dan untuk seluruh bangsa.
Ayat 1, Raja Herodes yang dimaksud adalah Raja Herodes Agripa
1, cucu Raja Herodes Agung. Ia ditetapkan menjadi Raja di Yudea tahun
37 dn meninggal tahun 44 (Kis 12:21-23). Ia seorang politikus yang
cerdas yang menjalani kebiasaan-kebiasaan Yahudi walaupun ia
dilahirkan bukan sebagai orang Yahudi.
Ayat 2, Yakobus, saudara Yohanes termasuk diantara dua belas
rasul. Mereka anak-anak Zebedeus (Mat.4:21). Yesus sebelumnya
menubuatkan bahwa kedua bersaudara ini akan minum dari cawan yang
harus segera diminumnya (Mat.20:22-23) artinya mereka juga akan
menghadapi penderitaan.
Ayat 3, orang Yahudi: artinya beberapa orang Yahudi dan para
pemimpin mereka yang menaati hukum Taurat dan tidak menjadi
pengikut Tuhan Yesus. Hari Paskah dan Hari Raya roti tidak beragi
dirayakan oleh orang Israel untuk memperingati keluarnya bangsa Israel
dari Mesir. Pada hari Paskah mereka menyembelih domba, memanggang
dan menyantap dagingnya. Darah domba mengingatkan darah yang
109
dioleskan dipintu rumah oleh nenek moyang mereka dahulu sebelum
Allah menjatuhkan tulah yang ke sepuluh atas orang-orang Mesir.
Kematian “melewati” rumah-rumah orang Israel tetapi menghampiri
rumah-rumah orang Mesir. (Kel.12:1-27). Roti tidak beragi disantap
sepanjang Paskah dan sepanjang perayaan Roti Tidak Beragi yang
berlangsung selama 7 hari. Untuk memperingati bagaimana terburuburunya nenek moyang mereka keluar dari Mesir.
Ayat 4, “Empat regu”: yang berjaga bergilir selama satu hari satu
malam. Setiap regu terdiri dari empat orang, satu orang dirantai kaki
kananya dengan kaki Kiri Petrus, satu orang dirantai kaki kirinya dengan
kaki kanan Petrus dan dua orang lagi berjaga diluar sel, dekat pintu.
Menggambarkan betapa ketatnya penjagaan terhadap Petrus kala itu.
Ayat 7, tiba-tiba berdirilah seorang Malaikat Tuhan disamping
Petrus, ketika Malaikat itu menepuk Petrus terjadilah keajiban rantai
pengikat yang membelenggu Petrus terputus. Herodes tidak bisa
menghambat penyebaran Injil karena Tuhan yang memimpin setiap
pemberita Injil. Inilah kuasa Tuhan bahwa sekalipun Petrus seorang
pemberita Injil dibelenggu dan penyebaran Injil dihambat tetapi
terbuktinya bahwa Injil tidak bisa dihambat.
Ayat 10,11 Ada tiga gerbang yang dilalui Petrus, tempat kawal
pertama, tempat kawal kedua, dan pintu gerbang besi yang menuju ke
kota. Semua pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya saat Malaikat
dan Petrus hendak melewatinya. Sementara itu Petrus mengira kejadian
yang dialaminya merupakan sebuah penglihatan saja. Hingga ia selamat
baru ia sadar bahwa itu bukan penglihatan tetapi bahwa Tuhan telah
mengutus MalaikatNya untuk menyelamatkannya. Sangat jelas bahwa
pengalaman rohani yang dialami Petrus pada saat itu adalah luar biasa
sehingga makin meneguhkan keyakinan Petrus bahwa Tuhan pasti akan
terus menyertai hamba. Makin bersemangatlah Petrus untuk
memberitakan Injil walaupun ada banyak hambatan.
C. Kontek Masa Kini
1. Kita hidup dinegara yang pancasila yang bhineka tunggal ika.
Gereja sebagai minoritas tidak harus larut tapi tetap bisa bersinar.
Menghargai perbedaan dan bekerjasama masyarakat.
110
2. Pemerintah yang baik perlu didukung namun pemerintahan yang
tidak baik, menindas dan korupsi harus dikritisi
3. Gereja mendapat kesempatan untuk memberitakan Injil Yesus
Kristus (damai sejahtera) dalam kemiskinan dan ketidak
berdayaan masyarakat dengan cara mewujudkan kasih.
4. Lembaga-lembaga Kristen seperti sekolah Kristen, Rumah Sakit
Kristen, Panti-panti asuhan Kristen, lembaga pekabaran Injil
harus mencirikan dan mewujudkan Kasih, tidak berorientasi pada
bisnis mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
D. Saran penyusunan Khotbah.
 Pembukaan
Sampaikan sebuah cerita yang menggambarkan bahwa bersaksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengikuti
paduan suara dalam lomba desa, dan sebagainya. Kita sebagai
orang Kristen dapat dikenal orang banyak dalam hal kebaikkan.
Kehidupan orang Kristen yang rajin bersekutu setiap hari
minggupun bisa dicontoh umat non Kristen ada yang beribadah
pada hari minggu. Ini sudah merupakan kesaksian yang baik.
Tentu ada yang lain yang selama ini kita lakukan yang bisa
menjadi alat untuk bersaksi memberitakan Injil Yesus Kristus.

Isi
Menguraikan kembali penjelasan teks dan konteks

Penutup
Mendorong dan meyakinkan jemaat untuk terus memberitakan
Injil dengan cara –cara yang baik.
E. Liturgi
Nats Pembimbing: 1 Kor 15:58
Berita Anugrah: Kisah Rasul 4:12
Petunjuk Hidup Baru; 1Korintus 13: 3-7
111
Persembahan: 2 korintus 9:6-8
Pujian:
KJ: 3 /PKJ: 7
KJ: 26 /PKJ: 10
KJ: 337 /PKJ: 225
KJ: 440/PKJ: 165
KJ: 299/PKJ: 166
KJ: 425 /PKJ: 255
F. Contoh Kotbah Jadi
MEMBERITAKAN INJIL TUGAS PANGGILAN KITA
Di salah satu Kabupaten, propinsi Lampung diadakan perlombaan
paduan suara. Ternyata hampir seluruh pesertanya orang Kristen dan
katolik. Hanya beberapa orang saja yang non Kristen. Pelatih paduan
suaranya pun juga orang Kristen. Orang Kristen memang sudah dikenal
dalam masyarakat pintar menyanyi sehingga banyak peserta paduan
suara yang dipilih dari kalangan orang Kristen. Dan saat lomba di
laksanakan dengan berpakaian adat semua peserta penuh bersemangat
untuk berlomba untuk memperebutkan juara. Akhrinya yang keluar
sebagai pemenang adalah kelompok paduaan suara yang pesertanya
terdiri dari orang-orang Kristen.
Bersaksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
mengikuti paduan suara dalam lomba desa, dan sebagainya. Kita sebagai
orang Kristen dapat dikenal orang banyak dalam hal kebaikkan.
Kehidupan orang Kristen yang rajin bersekutu setiap hari minggupun
bisa dicontoh umat non Kristen ada yang beribadah pada hari minggu. Ini
sudah merupakan kesaksian yang baik. Tentu ada yang lain yang selama
ini kita lakukan yang bisa menjadi alat untuk bersaksi memberitakan Injil
Yesus Kristus.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kisah Para Rasul
adalah bagian kedua dari karya penulis Injil yakni Lukas. Dalam Injil
Lukas ia menulis “segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus,
112
sampai pada hari Ia terangkat ke Sorga. Sementara didalam kitab Kisah
Para Rasul diceritakan tentang betapa hebatnya kuasa Allah bahwa tidak
ada yang dapat menghalang-halangi penyebaran Injil Yesus ke seluruh
dunia. Dalam Kisah Para Rasul 15 menceritakan tentang berlangsungnya
persidangan penting di Yerusalem dimana pada saat itu para pemimpin
jemaat perdana menyepakati bahwa Injil bukan hanya untuk orang-orang
Yahudi saja tetapi juga untuk non Yahudi dan untuk seluruh bangsa.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, dalam perikop yang
kita baca ada contoh kegigihan seorang yang bernama Petrus dalam
memberitakan Injil sekalipun ia menghadapi penguasa yang lalim dan
kejam, yaitu Raja Herodes. Raja Herodes yang dimaksud adalah Raja
Herodes Agripa 1, cucu Raja Herodes Agung. Ia ditetapkan menjadi Raja
di Yudea tahun 37 dn meninggal tahun 44 (Kis 12:21-23). Ia seorang
politikus yang cerdas yang menjalani kebiasaan-kebiasaan Yahudi
walaupun ia dilahirkan bukan sebagai orang Yahudi.
Raja Herodes Agripa 1 menghambat penyebaran Injil dengan cara
membunuh pemberita Injil yang bernama Yakobus, Yakobus adalah
saudara Yohanes termasuk diantara dua belas rasul. Mereka anak-anak
Zebedeus(Mat.4:21). Yesus sebelumnya menubuatkan bahwa kedua
bersaudara ini akan minum dari cawan yang harus segera diminumnya
(Mat.20:22-23) artinya mereka juga akan menghadapi penderitaan dan
kematian ditangan orang-orang yang membenci mereka.
Raja Herodes dan orang Yahudi yaitu beberapa orang Yahudi dan
para pemimpin mereka yang menaati hukum Taurat dan tidak menjadi
pengikut Tuhan Yesus sangat bergembira setelah berhasil mengkap dan
membunuh Yakobus. Rencana berikutnya mereka hendak membunuh
Petrus. Pada Hari Paskah dan Hari Raya roti tidak beragi dirayakan oleh
orang Israel untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir itu
Petrus ditangkap dan dibelenggu dengan rantai dan dijaga ketat oleh para
penjaga suruhan Raja Herodes.
Untuk berjaga-jaga agar tawanan tidak kabur atau meloloskan diri
maka waktu itu Petrus dijaga oleh “Empat regu”pasukan penjaga: yang
berjaga bergilir selama satu hari satu malam. Setiap regu terdiri dari
empat orang, satu orang dirantai kaki kananya dengan kaki Kiri Petrus,
satu orang dirantai kaki kirinya dengan kaki kanan Petrus dan dua orang
113
lagi berjaga diluar sel, dekat pintu. Menggambarkan betapa ketatnya
penjagaan terhadap Petrus kala itu.
Sekalipun dalam penjagaan yang ketat namun Tuhan menolong
membebaskan Petrus. Tiba-tiba berdirilah seorang Malaikat Tuhan
disamping Petrus,
ketika Malaikat itu menepuk Petrus terjadilah
keajiban rantai pengikat yang membelenggu Petrus terputus. Herodes
tidak bisa menghambat penyebaran Injil karena Tuhan yang memimpin
setiap pemberita Injil. Inilah kuasa Tuhan bahwa sekalipun Petrus
seorang pemberita Injil dibelenggu dan penyebaran Injil dihambat tetapi
terbuktinya bahwa Injil tidak bisa dihambat.
Ada tiga gerbang yang dilalui Petrus, tempat kawal pertama ,
tempat kawal kedua, dan pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Semua
pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya saat Malaikat dan Petrus
hendak melewatinya. Sementara itu Petrus mengira kejadian yang
dialaminya merupakan sebuah penglihatan saja. Hingga ia selamat baru
ia sadar bahwa itu bukan penglihatan tetapi bahwa Tuhan telah mengutus
MalaikatNya untuk menyelamatkannya. Sangat jelas bahwa pengalaman
rohani yang dialami Petrus pada saat itu adalah luar biasa sehingga makin
meneguhkan keyakinan Petrus bahwa Tuhan pasti akan terus menyertai
hamba. Makin bersemangatlah Petrus untuk memberitakan Injil
walaupun ada banyak hambatan. Injil makin dihambat makin merambat.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, kita hidup dinegara yang
pancasila yang bhineka tunggal ika. Gereja sebagai minoritas tidak harus
larut tapi tetap bisa bersinar. Menghargai perbedaan baik perbedaaan
agama, suku, budaya, dan bekerjasama dalam membangun kehidupan
bersama sebagai bangsa yang lebih baik. Kalau menjadi pemimpin
dimasyarakat misalnya: ketua RT, Kepala desa, camat, bupati, mentri,
guru, kepala sekolah, pemimpin perusahaan harus ramah, baik , sopan,
tidak membeda-bedakan wong cilik dengan pejabat, menolong yang
lemah, membantu orang untuk dapat mandiri. Dengan cara demikian kita
sudah memberitakan Injil.
Apabila kehidupan orang Kristen dihambat oleh orang yang tidak
suka dengan orang Kristen maka doakan saja kita yakin bahwa Injil tidak
bisa dihambat. Tuhan akan terus menyertai gerejanya dahulu, sekarang
dan yang akan datang. Pengalaman Petrus yang diselamatkan oleh
114
Tuhan, pada waktu menghadapi hambatan memberitakan Injil adalah
bukti bahwa Tuhan akan tetap menyertai kita.
Orang Kristen harus mendoakan pemimpin –pemimpinnya, juga
pemerintah agar dapat memimpin dan memerintah dengan takut akan
Tuhan. Lembaga-lembaga Kristen seperti sekolah Kristen, Rumah Sakit
Kristen, Panti-panti asuhan Kristen, lembaga pekabaran Injil harus
mencirikan dan mewujudkan Kasih, tidak berorientasi pada bisnis
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Orang–orang Kristen menjadi pemberita Injil yang efektif dengan
hidup yang berdamai dengan semua orang, ramah, baik, suka menolong,
mengasihi sesama. Marilah kita terus menunaikan tugas panggilan untuk
memberitakan Injil dimanapun kita berada. Tuhan Yesus memberkati.
Amin [KH].
115
Download