1 2 3 PERFORMANSI PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS IKAN BETOK (Anabas testudinius BLOCH) YANG DIPELIHARA DI PERAIRAN RAWA PERFORMANCE GROWTH OF SOME VARIETIES FISH BETOK (Anabas testudinius Bloch) MAINTAINED WATERS IN THE SWAMP Akhmad Murjani Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani Kotak Pos 6 Banjarbaru, Telp/Fax (0511) 4772124 ABSTRACT The purpose of this study is to assess the growth of various fish varieties betok derived from the monotony of marsh, tidal marsh, swamp and marsh meadow rainfed Galam, which is maintained in a controlled and uncontrolled hapa. Expected research results inform people about the varieties of fish farmers who have fish betok criteria of superior and good cultivation methods. The results of this study showed that the differences are very real average value of individual growth betok varieties of fish that are kept in the waters of the swamp and there is no difference in the average value of mortality. There is a very real difference in the average value of factor conditions and food conversion betok fish varieties that are kept in the swamp waters from day 14 to day 70. Water quality during the maintenance of varieties of fish that are kept in the waters betok swamp still supports life and growth of fish betok. Abundance of phytoplankton and zooplankton is low. While the level of diversity is the diversity of phytoplankton belonging. Value dominance in the waters showed that the average dominance of species does not occur. Keywords: Performasi Growth, Fish Betok, Variety. PENDAHULUAN Luasnya lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan yang mencapai kira – kira satu juta hektar, menyimpan keanekaragaman biota seperti ikan yang hidup di dalam ekosistem lahan basah tersebut. Salah satu jenis perairan yang cukup luas dan sangat potensial untuk dilakukan upaya konservasinya yaitu perairan rawa yang luasnya dapat mencapai 994.435 ha, (Anonim 2002). Kawasan rawa di Kalimantan Selatan yang terbentuk ada tiga jenis yaitu rawa monoton, rawa pasang 4 surut dan rawa tadah hujan (Halim, 2007). Luasnya perairan rawa tersebut sangat memungkinkan bagi berbagai jenis biota yang hidup di dalamnya berkembang biak dengan baik, seperti halnya ikan. Salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari oleh masyarakat Kalimantan Selatan pada khususnya adalah ikan betok atau ikan papuyu (Anabas testudineus BLOCH). Ikan betok merupakan komoditas ikan rawa yang sangat disukai oleh masyarakat Banjarmasin, sebab selain rasanya yang sangat gurih juga nilai ekonomisnya yang cukup tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Selama ini ikan betok diperoleh dengan cara menangkapnya di alam, sehingga dikhawatirkan suatu saat produktivitasnya akan menurun. Berbagai upaya telah ditempuh para pembudidaya ikan untuk mengembangkan ikan betok, tapi belum membuahkan hasil yang diharapkan. Ini terkendala karena minimnya informasi mengenai kondisi fisiologi, morfologi, ekologi, food habit dan sifat genetik yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan. Hasil penelitian keragaman genetik yang dilakukan oleh Hanafie dan Slamat, 2007, menyebutkan bahwa ikan betok yang hidup di ekosistem rawa yang berbeda-beda memiliki tingkat keragaman genetik yang cukup tinggi baik dilihat dari segi pertumbuhan, ukuran, warna, rasa dan reproduksi yang berbeda-beda. Dilihat dari segi reproduksinya, ikan betok merupakan jenis ikan yang mudah untuk berkembang biak, baik secara alami maupun buatan (Muhammad, dkk 2001). Informasi ini akan memudahkan para pembudidaya ikan untuk mengembangkannya. Penelitian ini meliputi beberapa aspek diantaranya yaitu pengumpulan data sekunder dari berbagai tipe habitat ikan betok (rawa monoton, rawa pasang surut, rawa tadah hujan dan rawa padang galam), ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi data produksi ikan betok selama musim penangkapannya, data sekunder tersebut nantinya sangat berguna dalam menunjang penulisan laporan hasil penelitian ini. Cakupan ruang lingkup penelitian ini meliputi identifikasi lokasi penelitian, lokasi pengambilan ikan uji, identifikasi ukuran ikan uji, dan pengujian ikan uji yang dipelihara dalam hapa selama proses penelitian berlangsung. Sedangkan batasan penelitian ini meliputi : pengukuran berat dan panjang ikan uji, mortalitas, kecepatan pertumbuhan ikan uji dan pengukuran beberapa parameter kualitas air. 5 METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Beringin, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan selama 4 (empat) bulan. Secara umum metodologi penelitian Performansi Pertumbuhan Beberapa Varietas Ikan Betok (Anabas testudinius BLOCH) Yang di Pelihara di Perairan Rawa ini dapat terlihat dalam skematis diagram alur penelitian pada Gambar 1 dibawah ini. Secara rinci metodologi penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut : Ikan Betok Dari Rawa Penangkapan Aklimatisasi pengumpul Identifikasi Panjang dan berat Hapa Analisa Kualitas air 1,2,3,4,5 Pemberian pakan pemeliharaan Penanganan hama dan Penyakit ikan Panen Analisa Kualitas air Pengukuran berat dan Panjang akhir DATA Gambar 1. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Dalam Penelitian ini, ikan uji yang digunakan adalah ikan betok (Anabas tetudinius BLOCH) yang di ambil di empat lokasi rawa yaitu rawa monoton, rawa pasang surut, rawa tadah hujan dan rawa padang galam . Keempat varietas ikan betok yang berasal dari empat jenis rawa tersebut diperoleh dari hasil tangkapan atau dari pedagang pengumpul yang telah kita pesan sebelumnya. Ikan betok yang baru kita peroleh dari pedagang pengumpul tersebut selanjutnya dilakukan proses aklimatisasi (proses adaptasi pada lingkungan terkontrol) untuk menjamin agar dia mampu hidup pada lingkungan yang telah kita rekayasa sedemikian rupa. Jumlah ikan betok yang kita perlukan adalah 50 ekor/hapa. Jika kita menggunakan 60 hapa, maka jumlah ikan uji yang akan kita 6 perlukan sekitar 3000 ekor. Dalam penelitian ini pengambilan ukuran panjang dan berat awal dari berbagai varietas ikan uji dilakukan secara homogen. Secara umum bentuk hapa berupa persegi panjang atau bujur sangkar. Hapa adalah kain yang terbuat dari sintetis (nylon) dengan mata jaring berukuran 1 – 4 mm. Dalam penelitian ini, hapa yang dipergunakan berukuran panjang 2 m lebar 1,5 m dan tinggi 1,5 m yang diikatkan pada tiang penyangga. Jumlah hapa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 buah dengan rincian 15 buah untuk ikan betok dari rawa monoton, 15 buah untuk rawa tadah hujan, dan 15 buah untuk rawa pasang surut 15 buah untuk rawa padang galam. Hapa-hapa tersebut secara bersamaan dipasang pada perairan rawa yang telah ditentukan sebelumnya, dengan melihat aspek ekologis, biologis, ekonomis dan keamanannya. Hapa diletakkan secara acak dalam suatu lokasi yang telah ditentukan. Sebelum ikan betok dimasukkan dalam hapa penelitian, maka terlebih dahulu diidentifikasi ukuran panjang dan berat awalnya secara keseluruhan, kemudian pengukuran kualitas awal, dan seterusnya dilakukan dengan interval waktu setiap 20 hari sekali sebanyak 6 kali selama 4 bulan. Selama penelitian berlangsung, perawatan dan pengontrolan kondisi ikan uji dilakukan secara intensif. Pemberian pakan ikan uji dilakukan tiga (3) kali sehari yang dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Metode pemberian pakan mengikuti metode satiasi, yaitu pemberian pakan sedikit demi sedikit sampai ikan semua kenyang (Mujiman. A, 2004). Sedangkan kadar protein pada makanan yang akan diberikan berkisar antara 28 – 30 %. Kualitas pakan yang baik, diharapkan dapat menjaga kesehatan ikan yang nantinya sangat berpengaruh pada pertumbuhan ikan betok secara menyeluruh. Perawatan yang intensif tidak hanya menjaga kebersihan lokasi tempat penelitian, tapi juga dilakukan dengan cara memeriksa kesehatan ikan secara komprahensif. Pemberian vitamin yang dicampur dalam pakan ikan, di duga dapat menjaga kesehatan ikan yang lebih baik, (Barwah. K, 2007). Setelah pemeliharaan ikan berlangsung selama dua bulan setengah, maka dilakukan proses panen dengan melakukan identifikasi ukuran panjang dan berat akhir secara keseluruhan dari keempat varietas ikan betok tersebut. Selain pengukuran panjang dan berat, jumlah akhir padat tebar juga dihitung dengan teliti, 7 ini dimaksudkan untuk mengetahui mortalitas ikan yang terjadi selama proses penelitian. Pengukuran kualitas air terakhir juga dilakukan bersamaan panennya, ini dilakukan untuk mengetahui pluktuasi perubahan parameter kualitas air selama penelitian berlangsung. Data kualitas air ini sangat menunjang dalam pengembangan budidaya ikan betok secara khusus dan ikan rawa pada umumnya. Final akhir dari penelitian adalah diperolehnya suatu data yang akurat yang diperoleh dari hasil identifikasi pengukuran panjang dan berat, identifikasi mortalitas ikan betok dan identifikasi pengukuran parameter kualitas air. Selanjutnya data-data tersebut akan diolah untuk menentukan suatu indikator apakah terdapat suatu perbedaan pertumbuhan diantara berbagai varietas ikan betok atau semua varietas memiliki tingkat pertumbuhan yang sama (tidak terdapat suatu perbedaan pertumbuhan). Dalam Penelitian Performansi Pertumbuhan Beberapa Varietas Ikan Betok (Anabas testudinius BLOCH) Yang di Pelihara di Perairan Rawa ini, ada beberapa parameter pertumbuhan yang harus diperhitungkan dengan menggunakan statistik uji. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 15 kali ulangan. Tiap perlakuan disimbolkan dengan hurup dan ulangan disimbolkan dengan angka, seperti berikut ini : Perlakuan : Perlakuan A :Ikan betok dari perairan TDH (tadah hujan),dengan 15 kali ulangan Perlakuan B :Ikan betok dari perairan MTN (monoton),dengan 15 kali ulangan Perlakuan C :Ikan betok dari perairan PST (pasang surut),dengan 15 kali ulangan Perlakuan D : Ikan betok dari padang GLM (Galam),dengan 15 kali ulangan Parameter uji yang digunakan diantaranya yaitu (i) pertumbuhan relatif individu, yang dinyatakan sebagai tambah tumbuh pada setiap interval waktu yang dirumuskan menurut Effendie, (2002), (ii) Djajasewaka, (1985), (iii) faktor kondisi, Konversi makanan, menurut dihitung menurut Effendie, (2002), dan (iv) mortalitas, dinyatakan sebagai persentase dari jumlah ikan yang mati dari populasi ikan tiap hapa selama penelitian. Sedangkan uji statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) menurut (Matjik. A A 2002). 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menujukkan bahwa perbedaan yang sangat nyata rata-rata nilai pertumbuhan individu varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa dan tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai mortalitas (selengkapnya rerata berat awal, berat akhir, pertambahan berat dan kecepatan pertumbuhan relatif berat individu ikan uji dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1). Tabel 1.Rerata Berat Awal, Berat Akhir, Pertambahan Berat dan Kecepatan Pertumbuhan Relatif Berat Individu Ikan Uji Perlakuan Berat (g) Awal Akhir Pertambahan Berat (g) Kecepatan Pertumbuhan Relatif Berat (%) A 6,97 8,97 2,00 28,73 B 7,63 10,1 2,47 32,24 C 6,87 9,33 2,47 36,19 D 7,37 10,00 2,63 35,76 Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Relatif Berat (%) Ikan Betok Setiap 2 Minggu 9 Terdapat perbedaan yang sangat nyata rata-rata nilai faktor kondisi dan konversi makanan varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa mulai hari ke 14 sampai hari ke 70 Kualitas air selama pemeliharan varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa masih mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan betok (selengkapnya nilai rerata konversi pakan ikan uji dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2). Tabel 2. Nilai Rerata Konversi Pakan Ikan Uji Perlakuan A B C D Total Pakan (g) Bobot Akhir (Wt) Bobot yang mati (D) Bobot Awal (Wo) (Wt + D) – Wo Konversi Pakan (K) 163,41 104,7 23,77 104,5 23,97 6,85 190,99 128,4 18 114,5 31,9 6,20 177,14 118,33 17,07 103 32,4 5,71 188,24 126,4 18,33 110,5 34,23 5,50 Perlakuan Gambar 2. Grafik Konversi Pakan Ikan Betok (Anabas testudineus BLOCH) Kelimpahan phytoplankton dan zooplankton tergolong rendah. Sedangkan tingkat keanekaragaman phytoplankton tergolong diversity sedang. Nilai dominansi di perairan menunjukkan bahwa rata-rata tidak terjadi dominansi spesies. 10 Karena nilai F hitung terhadap pertumbuhan individu lebih besar dari F tabel (1,96) sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang sangat nyata rata-rata nilai pertumbuhan individu varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa. Nilai F hitung mortalitas varietas ikan betok = 0,944 < F tabel = 1,96 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan ratarata nilai mortalitas varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa terbuka. Nilai F hitung factor kondisi varietas ikan betook adalah 0.000 pada hari ke nol , untuk harga F pada tabel 0.05 dengan df=15 adalah 1,96. Oleh karena F hitung = 0,000 < F tabel = 1,96 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sedangkan pada hari ke 14 sampai hari ke 70 F hitung > dari F table (1,96) sehingga Ho di tolak dan H1 diterima . Dengan demikian, terdapat perbedaan yang sangat nyata rata-rata nilai faktor kondisi varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa mulai hari ke 14 sampai hari ke 70. Nilai F hitung konversi makanan varietas ikan betok adalah 0.247 pada hari ke nol , untuk harga F karena F hitung = 0,000 < pada tabel 0.05 dengan df=15 adalah 1,96. Oleh F tabel = 1,96 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sedangkan pada hari ke 14 sampai hari ke 70 F hitung > dari F table (1,96) sehingga Ho di tolak dan H1 diterima . Dengan demikian, terdapat perbedaan ratarata nilai konversi makanan varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa. Kualitas air selama pemeliharan varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa masih mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan betok. Kelimpahan phytoplankton di lokasi penelitian berkisar antara 292 – 393 ind/l. Untuk kelimpahan zooplankton berkisar antara 88 – 211 ind/l. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelimpahan plankton di penelitian di desa Beringin Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala untuk phytoplankton dan zooplankton tergolong rendah. Sedangkan tingkat keanekaragaman phytoplankton 2.5935– 2.5607, zooplankton berkisar antara 1.4116 – 1.5068 dari nilai indeks diversity menunjukkan bahwa perairan di lokasi pengamatan tergolong diversity sedang. Nilai dominansi phytoplankton 0.0823 – 0.0847, zooplankton 0.2991 - 0.2813 dari hasil analisa terhadap indeks dominansi di perairan menunjukkan bahwa rata-rata tidak terjadi dominansi spesies. 11 KESIMPULAN DAN SARAN Perbedaan yang sangat nyata rata-rata nilai pertumbuhan individu varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa dan tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai mortalitas. Terdapat perbedaan yang sangat nyata rata-rata nilai faktor kondisi dan konversi makanan varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa mulai hari ke 14 sampai hari ke 70. Kualitas air selama pemeliharan varietas ikan betok yang dipelihara di perairan rawa masih mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan betok. Kelimpahan phytoplankton dan zooplankton tergolong rendah. Sedangkan tingkat keanekaragaman phytoplankton tergolong diversity sedang. Nilai dominansi di perairan menunjukkan bahwa rata-rata tidak terjadi dominansi spesies. Untuk keperluan budidaya di perairan rawa pasang surut sebaiknya digunakan benih ikan betok yang berasal dari daerah asal ikan betok itu sendiri, karena adaptasi ikan betok dari daerah asal tidak memerlukan proses yang terlalu sulit. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002. Laporan Tahunan Dinas Perikanan Propinsi Kalimantan Selatan. Diskanlaut Kal-Sel. Barwah. K, Sahu. P N, Pal.K A, Jain. K K, 2007. Dietery Microbial Phytase And Citric Acid Synergistically Enhances Nutrient Digestibility And Growth Performansi Of Labio Rohita (Hamilton) Juvineles As Sub-Optimal Protein Level. Departement Of Fish Phatology And Microbiology, Central Institute Fisheries Education, Fisheries University Road, Mumbei, India. Djajasewaka., 1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). Yasa Guna. Jakarta 47 Halaman. Effendi, M. I. 1978. Biologi Perikanan. Study Natural History Bagian I. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. 105 halaman. Effendie, M.I., 1979. Biologi Perikanan . Studi Natural History . Bagian I. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 105 halaman. Effendie, M., I., 2002. Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Halim. H, Noor. M, 2007. Rawa Lebak, Ekologi, Pemanfaatan Dan Pengembangannya. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta. 12 Hanafie. A, Slamat, 2007. Keragaman Genetik Ikan Rawa Sebagai Dasar Manipulasi Reproduksi Untuk Mempersiapkan Brood Stock . Tesis. (unpublished) Bioteknologi, Institute Pertanian Bogor. Matjik. A A, Sumertajaya. M I, 2002. Perancangan Percobaan. IPB Press. Bogor .Mudjiman, A., 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta 140 halaman. Muhammad, Sunusi. H, Abbas. I, 2001. Pengaruh Donor Dan Dosis Kelenjar Hipofisa Terhadap Ovulasi Dan Daya Tetas Telurikan Betok ( Anabas Testudineus Bloch). Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Unhas, Makassar. Mudjiman. A, 2007. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. 13