PAPILOMATOSIS RESPIRATORIK REKUREN Dalam membahas papilomatosis respiratorik rekuren (PRR) dari traktus aerodigestivus, perlu untuk melihat kembali pengetahuan kita mengenai etiologi penyakit, termasuk pengetahuan tentang Human Papiloma Virus (HPV), histopatologi dari papilloma pernapasan, epidemiologi, dan faktor-faktor resiko penularannya. Dalam bab ini juga akan ditampilkan tanda-tanda klinik umum yang terlihat pada anak-anak dengan PRR, termasuk penemuan riwayat yang berhubungan, pemeriksaan fisik, endoskopi, dan gambarannya. Pengobatan bedah termasuk penggunaan teknologi laser dan non laser juga akan dibicarakan. Sebagai tambahan, potensial terapi adjuvant non bedah dan indikasinya juga akan dibahas. Komplikasi pengobatan juga akan dibahas. Sistem stadium pada pasien dengan PRR akan terus diperbaharui untuk penelitian dan pengobatan yang lebih baik. I. PENDAHULUAN Papilomatosis pernapasan rekuren adalah sebuah penyakit dengan virus sebagai etiologinya, yaitu oleh HPV tipe 6 dan 11, disertai dengan lesi eksofitik dari jalan napas. Walaupun merupakan penyakit benigna, PRR memiliki konsekuensi morbiditas, karena keterlibatannya dengan jalan napas dan resikonya untuk berkembang menjadi maligna. Papilomatosis respiratorik rekuren adalah neoplasma benigna, paling sering terjadi pada anak-anak dan merupakan penyebab kedua terbanyak suara parau pada anak. Penyakit ini seringkali sulit untuk diobati karena kecenderungannya untuk rekuren dan penyebaran keluarnya melalui traktus pernapasan. Walaupun paling sering terjadi di laring, PRR juga dapat melibatkan keseluruhan traktus aerodigestivus. Perjalanan penyakit ini bervariasi, beberapa pasien mengalami remisi spontan dan yang lainnya mengalami pertumbuhan agresif papillomatosus, yang membutuhkan prosedur pembedahan berulangkali selama bertahun-tahun. Pada kebanyakan seri pediatrik, PRR terdiagnosis pada umur antara 2-4 tahun, dengan sebuah kelambatan dalam diagnosis dari waktu onset gejala ratarata 1 tahun. Tujuh puluh lima persen anak-anak telah terdiagnosis sebelum mereka berumur 5 tahun. Diperkirakan 1.500 dari 2.500 kasus baru dari onset PRR pada kanak-kanak terjadi di Amerika Serikat tiap tahun. Insidens pada anakanak di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 4.3 per 100.000 anak, dengan lebih dari 15.000 prosedur bedah dengan biaya total lebih dari 100 juta dolar tiap tahun. Observasi anekdot memperlihatkan bahwa kebanyakan pasien merupakan anak 1 pertama, memiliki ibu primigravida pada usia muda, dan berasal dari keluarga dengan sosioekonomi yang rendah. Pemeriksaan kliniknya tidak dapat diprediksi, dengan kemungkinan transformasi maligna pada invasif papillomatosis kronik. Papillomatosis respiratorik rekuren dapat memiliki onset klinis pada anakanak dan orang dewasa. Anak-anak dengan PRR yang terdiagnosa pada umur yang lebih muda (<3 tahun) ditemukan 3,6 kali lebih banyak, menjalani operasi lebih dari 4 kali per tahun, dan hampir 2 kali lebih banyak melibatkan organ anatomi yang lain dibandingkan anak-anak dengan PPR yang terdiagnosa pada umur yang lebih tua (>3tahun). II. ETIOLOGI 2.1 Human Papiloma Virus Human Papillomavirus adalah sebuah virus DNA dengan kapsid ikosahedral yang tidak berkembang dengan sebuah double stranded asam deoksiribonukleat melingkar dengan 7900 pasangan basa. HPV menetap pada lapisan basal, dimana viral DNA memasuki sel dan mengelaborasi RNA untuk memproduksi proteinprotein virus. Sampai pada tahun 1990, HPV telah diduga, namun belum ditetapkan sebagai agen kausatif PRR. Ketidakpastian ini berkembang dari ketidakmampuan untuk mengkultur virus secara in vitro, dan dari ketidakmampuan untuk mendemonstrasikan partikel-partikel viral secara konsisten pada lesi papilloma dengan menggunakan mikroskop elektron atau antibodi HPV. Saat ini, dengan adanya pemeriksaan viral, DNA HPV telah teridentifikasi pada hampir setiap pemeriksaan lesi papilloma. Tipe yang paling banyak teridentifikasi dalam jalan napas adalah HPV 6 dan HPV 11, tipe yang sama yang bertanggung jawab sebagai penyebab kutil pada genital. Subtipe viral yang spesifik mungkin berkorelasi dengan beratnya penyakit dan tampilan klinik. Anak yang terinfeksi HPV 11 terlihat mengalami obstruksi jalan napas lebih dini dan lebih banyak membutuhkan trakeostomi. Paling sedikit 90 tipe berbeda dari HPV telah teridentifikasi dan ditandai dengan angka-angka. Semakin dekat angka, semakin dekat subtipe viral dalam manifestasi klinik. Adanya hubungan antara infeksi servikal HPV pada ibu dan insidens dari PRR telah ditetapkan. DNA viral terdeteksi ada pada area dengan mukosa yang tampak normal, yang berdekatan dengan mukosa yang memiliki lesi papiloma, memberi dugaan akan berulangnya penyakit setelah pembedahan. Papilloma respiratorik pada orang dewasa, virus dapat hadir baik sejak lahir ataupun dari sebuah infeksi yang didapat pada umur dewasa. Universalitas HPV pada traktus genital bawah berhubungan dengan penyakit menular seksual pada manusia. Diperkirakan paling sedikit 1 juta kaus 2 papilloma genital terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Manifestasi paling sering adalah kondiloma akuminata yang melibatkan serviks, vulva, wilayah anogenital lainnya pada wanita atau penis pada pria yang pasangan seksual wanitanya yang terinfeksi. HPV berada dalam traktus genital 25% dari semua wanita produktif di dunia. Insidens dari infeksi HPV secara seksual tinggi pada wanita muda, dengan insidens kumulatifnya 43% selama 36 periode bulan pada pemeriksaan sekarang. Gambaran klinik infeksi HPV terdapat pada 1,5% sampai 5% wanita hamil di Amerika Serikat. Seperti pada PRR, HPV 6 dan 11 adalah subtipe paling banyak yang teridentifikasi dalam Servikal kondilomata. Gambar 85.1 Potongan histologi papilloma, memperlihatkan proyeksi seperti jari tangan dari epitel skuamosa bertingkat non keratin dan divaskuarisasi oleh stroma jaringan ikat 2.2 Papilomatosis Respiratorik Rekuren (PRR) Secara histologis, PRR terlihat sebagai massa pedunkul dengan proyeksi seperti jari tangan, berasal dari epitel skumamosa bertingkat non keratin, yang didukung stroma jaringan ikat yang kaya akan vaskularisasi (Gambar 85.1). Lapisan basal dapat normal dapat juga hiperplastik, dan tampilan mitotik tidak terlalu tampak pada lapisan ini. Diferensiasi selular terlihat abnormal, dengan ekspresi dan produksi dari keratin yang berubah. Derajat dari atipikal epitel dapat merupakan sebuah tanda kecenderungan premalignansi. Lesi PRR terjadi paling sering di lokasi anatomi di mana epitel skuamosa dan bersilia langsung berbatasan. Lokasi paling sering untuk PRR adalah limen vestibule, permukaan 3 nasofaringeal dari langit-langit lunak, garis tengah dari permukaan laring dari epiglottis, pinggiran atas dan bawah dari ventrikel, permukaan bawah dari pita suara, karina, dan pada cabang bronkial. Pada pasien yang sudah ditrakeostomi, PRR sering ditemukan pada stoma dan trakea mid-thoracic, yang mungkin secara iatrogenic merupakan wilayah di mana terdapat squamociliary junctions. Lesi papiloma dapat berbentuk sesil atau pedunkul dan sering membentuk kelompokkelompok eksofitik ireguler. Secara khas, lesinya berwarna merah muda-putih. Implantasi iatrogenik dari papilloma mungkin dapat dicegah dengan menghindari luka pada epitel skuamosa atau bersilia yang tidak sakit, yang berdekatan dengan area papilloma. Epitel bersilia mengalami metaplasia skuamosa ketika terpajan trauma berulang dan digantikan dengan epitel non silia yang akan membuat sebuah squamociliary junction iatrogenik. Hal ini dapat juga menjelaskan bagaimana PRR bertumbuh baik pada kondisi refluks gastroesofageal yang tidak terkontrol. III. EPIDEMIOLOGI Papillomatosis pernapasan rekuren dapat terjadi pada berbagai usia, dengan pasien termuda yang teridentifikasi berumur 1 hari, dan yang tertua berumur 84 tahun. PRR onset anak-anak (ditetapkan pada pasien yang terdiagnosa pada umur dibawah 12 tahun), paling sering terdiagnosa pada umur 2 sampai 4 tahun. PRR pada orang dewasa paling banyak pada umur antara 20 sampai 40 tahun dan penyebaran di antara anak laki—laki dan perempuan mendekati seimbang, dan tidak ada perbedaan dalam frekuensi pembedahan dari segi gender atau etnik. PRR onset pada anak-anak lebih sering dan lebih agresif dibandingkan dengan onset dewasa. Pendataan nasional tentang PRR, yang terdiri dari praktisi-praktisi klinik pada 22 lokasi pediatrik otolaringologi, menghasilkan nilai mean dari kasus 19,7 per anak, dengan nilai rata-rata 4,4 kasus tiap tahun. Anak-anak yang terdiagnosa di bawah umur tiga tahun ditemukan 3,6 kali lebih banyak diminta untuk mendapatkan lebih dari empat kali pembedahan tiap tahun dan 2,1 kali lebih banyak memiliki dua atau lebih lokasi anatomi yang terlibat daripada mereka yang terdiagnosa pada umur di atas empat tahun. Dalam sebuah survei praktek otolaringologi di Amerika Serikat, setengah dari orang dewasa dengan PRR telah diminta kurang dari lima kali pembedahan selama hidup mereka, lebih kurang dari 25% jika dibandingkan pada anak-anak. Anak-anak dan dewasa yang memiliki PRR yang sangat agresif (diminta lebih dari 40 operasi selama hidup) memiliki presentasi yang hampir sama (17% anak-anak dan 19% orang dewasa). Insidens dan prevalensi benar dari PRR tidaklah pasti. Pada sebuah subpopulasi di Denmark yang menggabungkan 50% dari populasi dari negara itu, insidens dari papilomatosis laring adalah 3,84 kasus per 100.000, pada anak-anak 3,62 kasus per 100.000, sedangkan kasus dengan onset pada dewasa terjadi pada rata-rata 4 3,94 per 100.000. Gambaran ini dapat dibandingkan dengan penemuan terbaru dalam sebuah survei di Amerika Serikat, yang mana diperkirakan sebuah insidens dalam populasi pediatrik 4,3 per 100.000 anak-anak dan 1,8 per 100.000 orang dewasa. Ini berarti, secara kasar, ada 2.300 kasus baru pediatrik per tahun di Amerika Serikat. IV. TRANSMISI Cara transmisi HPV yang tepat masih belum jelas. Beberapa studi dengan yakin mengaitkan adanya hubungan PRR pada anak dengan ibu yang terinfeksi HPV pada genital, sedangkan PRR pada orang dewasa mungkin disertai dengan kontak orogenital. Studi retrospektif dan prospektif terbaru telah meyakinkan bahwa transmisi HPV dapat vertikal dari ibu ke anak. Sebagai tambahan, Kashima dkk menemukan bahwa PRR pada anak-anak lebih cenderung terjadi anak pertama yang melalui persalinan per vaginam. Para peneliti berhipotesis bahwa ibu primigravida cenderung untuk memiliki persalinan kala dua yang lebih panjang dan kemungkinan pajanan yang lebih lama terhadap virus, yang kemudian dapat meningkatkan resiko infeksi pada anak pertama. Mereka juga berpendapat bahwa lesi genital HPV yang baru didapat lebih mungkin untuk melepaskan virus dari pada lesi yang telah lama, hal ini menjelaskan insidens papilloma yang lebih tinggi pada ibu-ibu muda dengan status sosio-ekonomi yang rendah, yang juga lebih mungkin untuk mendapatkan penyakit menular sexual seperti HPV. Meskipun hubungan antara kondilomata maternal dan perkembangan PRR terlihat dekat, hanya sedikit anak yang terpajan luka genital menunjukan gejala klinik pada saat lahir. Belum dapat dimengerti dengan baik mengapa PRR pada anak memiliki ibu yang memiliki kondilomata. Metode yang paling mungkin untuk transmisi ibu-janin adalah melalui kontak langsung pada jalan lahir. Ini akan menjelaskan hasil observasi klinik pada kebanyakan anak dengan perkembangan PRR lahir per vaginam dengan ibu yang memiliki riwayat kondilomata genital. Meskipun HPV dapat ditemukan pada sekret nasofaring dari 30% bayi yang terpajan HPV pada jalan lahir, jumlah dari bayi yang menunjukan manifestasinya hanya sebagian kecil dari ini. Secara jelas, faktor-faktor lain (seperti imunitas pasien, lama pajanan, banyaknya virus, dan trauma local) merupakan faktor penting dari perkembangan PRR. Meskipun sectio cesar kelihatannya dapat menurunkan resiko transmisi penyakit, cara ini dihubungkan dengan tingginya morbiditas dan mortilitas ibu dan biaya ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan persalinan per vaginam elektif. Shah dkk memperkirakan bahwa resiko seorang anak mendapat penyakit dari ibu yang memiliki lesi kondiloma aktif dan melahirkan per vaginam hanya sekitar 1 dari 400. Karakteristik yang membedakan bayi ini dengan 399 bayi lainnya adalah sukar untuk dipahami. Belum ada bukti yang cukup untuk menjelaskan ketidaktentuan 5 pajanan lingkungan intrapartum, untuk mendukung persalinan dengan sectio cesar pada seluruh wanita hamil dengan kondilomata. Laporan-laporan papillomatosis neonatal memberi kesan bahwa paling tidak pada beberapa kasus, perkembangan penyakit mungkin berjalan in utero. Karena sectio cesar masih belum dapat mencegah perkembangan papillomatosis pada semua kasus, dibutuhkan sebuah pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor resiko yang berhubungan dengn PRR sebelum dilakukan efikasi berupa persalinan cesar untuk mencegah penyakit papilloma. V. GAMBARAN KLINIK Karena kebanyakan tanda dan gejala dari PRR berhubungan dengan obstruksi jalan napas, bukanlah hal yang jarang jika terjadi kesalahan diagnosa pada anak-anak seperti asma, croup, atau bronchitis kronik. Tanda pasti PRR pada anak adalah trias suara parau progresif, stridor, dan distress pernapasan. Meskipun suara parau pada anak cederung diabaikan atau baru diterima ketika derajatnya sudah parah, pada beberapa bayi atau anak dengan gejala perubahan suara, yang diikuti dengan gejala obstruksi jalan napas atau croup rekuren, memerlukan laringoskopi untuk menilai neoplasia, yang mirip dengan lesi RRP. Anak-anak PRR sering menunjukan beberapa derajat disfonia. Sayangnya, pada beberapa anak, perubahan suara pada anak sering tidak diperhatikan. Stridor merupakan gejala klinik kedua yang sering berkembang, berawal sebagai suatu bising inspiratorik, dan menjadi bifasik seiring dengan progresivitas dari penyakit. Batuk kronik, pneumonia rekuren, kegagalan bertumbuh, dispneu, disfagia, dan kejadian akut yang mengancam jiwa merupakan gejala yang kurang umum. Durasi gejala dapat membedakan diagnosa. Tidak jarang, sebuah diagnosa yang salah dibuat seperti asma, croup, alergi, vocal nodul, atau bronchitis, sebelum sebuah diagnose definitif dibuat. Karena kasus PRR yang jarang dan perkembangan penyakit yang lambat, beberapa kasus dapat tidak dikenali sampai distress respiratorik terjadi akibat obstruksi jalan napas oleh papilloma. Hal ini menyebabkan tingginya trakeostomi pada anak-anak. Shapiro dkk mencatat bahwa pasien PRR yang ditrakeostomi paling banyak adalah anak-anak dengan umur yang lebih muda dan dengan penyebaran penyakit yang luas, yang sampai melibatkan jalan napas distal. Berdasarkan pengalaman mereka dengan 13 pasien, trakeostomi sendiri tidak menyebabkan penyebabkan penyakit keluar dari laring. Dalam pendataan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anak-anak dengan trakeostomi, awalnya terdiagnosa PRR pada umur yang lebih muda (2,7 tahun) dibandingkan dengan yang tidak ditrakeostomi (3,9 tahun). Yang lain berpendapat bahwa trakeostomi dapat mengaktivasi ataupun menyebarkan penyakit sampai ke saluran 6 napas bawah. Cole dkk melaporkan bahwa papilloma trakeal berkembang pada setengah dari pasien trakeostomi mereka, dan walaupun sudah berusaha untuk menghindarinya, 21% dari pasien mereka tetap memerlukan sebuah trakeostomi jangka panjang. Trakeostomi yang berkepanjangan, dan dengan adanya papilloma subglotik pada saat trakeostomi, akan diikuti dengan peningkatan resiko penyebaran trakeal distal. Kebanyakan peneliti setuju bahwa trakeostomi adalah sebuah prosedur yang harus dihindari sampai benar-benar diperlukan. Ketika sebuah trakeostomi tidak dapat dihindari, dekanulasi harus menjadi pertimbangan segera setelah penyakit ditangani secara efektif dengan teknik endoskopi. Anakanak dengan displasia bronkopulmonari yang membutuhkan intubasi endotrakeal berkepanjangan juga memiliki resiko yang tinggi terhadap perkembangan PRR. Melalui interupsi dari permukaan epitel mukosa yang kontinyu, sebuah tuba endotrakeal mungkin memiliki peran dalam diseminasi/implantasi mekanik dari PRR seperti trakeostomi. Penyakit refluks esofageal juga telah diidentifikasi sebagai sebuah faktor resiko potensial, walaupun masih dibutuhkan penelitian tambahan untuk memastikan observasi anekdot ini. Penyebaran ekstralaring dari PRR telah teridentifikasi pada hampir 30% anak dan 16% orang dewasa dengan PRR. Lokasi paling sering dari penyebaran ekstralaring, secara berurutan adalah rongga mulut, trakea, dan bronki. Sebuah keterkaitan yang mungkin antara PRR dan status imunodefisiensi juga telah diobservasi. Pada anak-anak dan orang dewasa dengan acquired immunodeficiency syndrome atau imunodefisiensi kongenital atau mereka dengan imunosupresi setelah transplantasi organ telah diidentifikasi memiliki PRR. Transformasi malignan dari PRR menjadi karsinoma sel skuamosa telah dilaporkan pada beberapa kasus. Dua puluh enam pasien telah diidentifikasi memiliki progresivitas ke arah karsinoma sel skuamosa dalam survei Task Force (4). Ketika terjadi kematian, biasanya diikuti dengan komplikasi pembedahan atau disebabkan oleh kegagalan pernapasan karena perkembangan penyakit di bagian distal. PRR yang terjadi pada periode neonati diperkirakan memiliki faktor prognosis negatif dengan kecenderungan mortalitas dan kebutuhan trakeostomi yang lebih besar. VI. PEMERIKSAAN PASIEN 6.1 Anamnesis Stridor yang persisten atau progresif dan disfonia, dengan kemungkinan perkembangan dari distress pernapasan merupakan tanda dan gejala yang selalu ada pada PRR anak-anak. Apabila tidak terdapat distress pernapasan yang berat, sebuah anamnesis yang teliti harus dilakukan. Informasi tentang onset waktu dari tanda dan gejala, kemungkinan adanya trauma jalan napas termasuk riwayat 7 intubasi, jelaslah penting. Walaupun suara parau merupakan keluhan yang sering pada anak-anak, namun dapat juga mengindikasikan abnormalitas dari struktur atau fungsi. Karena fungsi mekanik dari laring, suara parau mungkin dapat dihasilkan oleh sebuah lesi kecil dan menjadi tanda awal dari perjalanan penyakit. Di sisi lain, jika asal lesi berada terpencil di korda vokalis, suara parau terjadi lambat. Walaupun secara histologis lesi tersebut sama, namun sebuah papilloma dapat menyebabkan suara parau pada seseorang, dan stridor dan obstruksi pada lainnya, tergantung dari ukuran dan lokasi lesi. Kualitas perubahan suara hanya memberikan sedikit informasi tentang etiologinya, sedangkan karakteristik lain seperti lamanya onset, progresi, infeksi pengikut, riwayat trauma atau pembedahan, dan distres pernapasan atau jantung lebih memberikan informasi yang signifikan. Suara rendah dan kasar menandakan sebuah lesi subglotik, sedangakan suara tinggi, terputus-putus, afonia mendakan lesi glotik. Stridor highpitched menandakan sebuah lesi glotik atau subglotik. Walaupun stridor yang didapat sejak lahir lebih sering pada laringomalasia, stenosis subglotik, paralisis korda vokalis, dan sebuah vaskular ring, haruslah disadari bahwa bayi yang baru lahir juga dapat mengalami papillomatosis. Gejala penyerta seperti kesulitan makan, alergi, vokal abuse, dan terdapatnya anomali kongenital yang herediter, dapat membantu membedakan PRR dari diagnosis-diagnosis alternatif, termasuk nodul pita suara, paralisis pita suara, kista subglotik, hemangioma subglotik, dan stenosis subglotik. Jika riwayat atau lesi-lesi tersebut di atas tidak ada, dapat dilakukan tinjauan kembali tentang periode perinatal di mana mungkin ada riwayat ibu atau ke dua orang tua dengan kondilomata. Jika onset dari stridor dan disfoni bertahap dan progresif lebih dari berminggu-minggu atau berbulan-bulan, maka pertumbuhan neoplasma pada jalan napas harus dipertimbangkan dan diinvestigasi. Adanya suara serak dengan distres pernapasan, takipneu, penurunan udara masuk, takikardia, disfagia sianosis, batuk kronik, kegagalan perkembangan, pneumonia rekuren, atau disfagia, harus dilakukan pemeriksaan laring, dan diagnosis pasti harus ditegakan. Setiap anak dengan suara serak yang progresif harus diinvestigasi dan jangan menunggu sampai terjadi afonia atau problem jalan napas terjadi. 6.2 Pemeriksaan Fisik Anak-anak yang menunjukan gejala-gejala pasti dari PRR harus diikuti dan dilakukan pemeriksaan fisik. Pernapasan rata-rata anak dan derajat dari distres merupakan hal pertama yang harus dinilai. Takipneu atau onset fatique harus diobservasi karena dapat mengindikasikan akan terjadinya kolaps pernapasan. Sianosis dan peningkatan kebutuhan udara menyebabkan anak duduk dengan hiperekstensi leher untuk mendapatkan peningkatan aliran udara. Jika anak sungguh-sungguh sakit, pemeriksaan tambahan tidak boleh dilakukan di luar 8 ruang operasi, ruang emergensi, atau unit perawatan intensif, di mana alat-alat untuk intubasi jalan napas, evaluasi endoskopi, dan untuk kemungkinan trakeostomi tersedia. Jika sudah stabil, anak sudah mendapat oksigenasi, pemeriksaan tambahan dapat dilakukan. Bagian terpenting dari pemeriksaan adalah auskultasi dengan stetoskop. Harus didengar pada hidung, mulut (terbuka), leher, dan dada untuk membantu menentukan kemungkinan letak lokasi dari obstruksi pernapasan. Peneliti cenderung untuk menarik bell stetoskop keluar dan mendengar dengan tube terbuka. Siklus pernapasan, yang mana normalnya terdiri dari fase pendek inspiratorik dan fase ekspiratorik yang lebih panjang harus diobservasi. Stridor yang berasal dari laring paling sering terdengar dan dapat berawal sebagai inspiratorik, tapi akan berkembang menjadi bifasik seiring dengan penyempitan jalan napas yang makin memburuk. Bayi dengan stridor harus ditempatkan dengan posisi bervariasi untuk memperoleh perubahan dalam stridor. Seorang anak dengan PRR tidak menunjukan banyak perubahan dalam stridor ketika posisi diubah, berbeda dengan bayi dengan laringomalasia, cincin vaskular, atau sebuah massa mediastinum. Pulse oksimetri dapat memberikan analisis kuantitatif tentang pernapasan rata-rata anak. Pada pasien stabil dengan diagnosa seperti asma, tes kombinasi fungsi pulmonal dengan analisis gas darah juga dapat membantu. 6.3 Endoskopi Jalan Napas Diagnosa pre operasi dari PRR paling baik ditegakkan dengan sebuah serat optik nasofaringoskop yang fleksibel. Pemeriksaan berurut mulai dari faring, hipofaring, laring, dan subglotis akan memberikan informasi penting untuk menegakkan diagnosa dari PRR dan memberikan gambaran tentang ukuran lumen, mobilitas korda vokalis, dan intervensi operasi urgen. Nasofaringoskop fleksibel berukuran kecil sampai dengan 1,9 mm yang dapat digunakan pada bayi baru lahir. Walaupun ukuran terkecil, tetap dapat memberikan gambar yang dapat dilihat di sebuah monitor video dan direkam. Dekongestan topikal dan anestesi lokal dapat digunakan dengan sprai, dropper, atau tampon. Oximetazolin adalah dekongestan yang dipilih oleh karena efek samping kardiaknya yang kurang. Tetrakain topikal dan lidokain dapat digunakan untuk membuat pasien kooperatif, akan tetapi dosisnya harus dimonitor dengan baik pada bayi untuk menghindari kardiotoksisitas. Kebanyakan klinikus mendapatkan visualisasi yang jauh lebih baik dengan nasofaringoskop fleksibel dibandingkan dengan cermin laringoskopi indirek pada anak. Kerja sama pasien tetap diperlukan bahkan dengan anestesia topikal. Pada bayi, hal ini tidaklah sulit karena posisi mereka dengan mudah dapat diatur oleh perawat ataupun orangtua. Juga, pada anak-anak di atas 6-7 tahun dapat dijelaskan tentang kerjasama untuk pemeriksaan. Umur 1-6 tahun merupakan grup intermediet yang paling sulit untuk diperiksa, di mana dibutuhkan kesabaran dan 9 keterampilan. Walaupun evaluasi dapat dinilai pada pernapasan spontan, endoskopi di kamar operasi dengan anestesi diperlukan pada anak yang dicurigai memiliki PRR, di mana tidak dapat secara penuh diperiksa pada pasien rawat jalan. 6.4 Pertimbangan Lain Untuk anak yang baru didiagnosa PRR, dibutuhkan waktu khusus dari ahli THT untuk menjelaskan secara terbuka kepada keluarga dan membuka diskusi untuk menerangkan penyakit dan penanganannya. Grup yang mendukung seperti Reccurent Respiratory Papilloma Fondation dapat menjadi sebuah sumber vital untuk dukungan dan informasi. Pasien PRR membutuhkan kunjungan dan prosedur endoskopi yang sering untuk menekan agresivitas dari penyakitnya. Mereka kembali ke tempat praktek sesering yang dipelukan ketika keluarga atau tim perawat mengenali gejala dan tingkatan distres yang dialami pasien. Walaupun monitor interkom bayi di rumah sering direkomendasikan, monitor apneu/bradikardi dan pulse oksimetri secara umum tidaklah penting. Serat optik laringoskopi fleksibel yang berulang dapat digunakan di tempat praktek. Pengawasan terhadap faktor-faktor kesehatan lainnya seperti asma dan refluks juga dilakukan. 6.5 Managemen Pembedahan Tidak ada modalitas yang secara efektif ditunjukan dalam eradikasi PRR. Standar perawatan sekarang adalah terapi bedah dengan tujuan mengangkat seluruh papilloma dan akhirnya mengembalikan struktur yang normal. Pada pasien dengan penyakit komisura anterior dan posterior atau agresivitas papilloma yang tinggi, tujuan pembedahan adalah mengangkat sebagian papilloma dan membersihkan jalan napas. Sedapat mungkin diusahakan untuk mengembalikan anatomi dan morfologi normal dan mencegah komplikasi dari stenosis glotik dan subglotik, pembentukan web, dan penyempitan jalan napas. Laser CO2 merupakan instrumen yang disukai dalam pengobatan PRR yang melibatkan laring, faring, trakea atas, rongga hidung dan mulut. Ketika dipasangkan dengan mikroskop operasi, laser tersebut menguapkan lesi dan menghasilkan perdarahan minimal. Ketika digunakan dengan teknik tanpa sentuhan, akan meminimalkan kerusakan korda vokalis dan membatasi skar. Laser CO2 memiliki emisi panjang gelombang 10.600 nm dan mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Menghasilkan destruksi jaringan terkontrol dengan penguapan dari air. Juga mengkauterisasi permukaan jaringan. Asap mengandung uap air dan menghancurkan materi jaringan. Laser CO2 juga membutuhkan prosedur multipel penting. Laringoskopi laser berinterval direkomendasikan untuk menghindari trakeostomi dan mengizinkan anak untuk mengembangkan fonasi yang baik dengan anatomi korda vokal yang normal. Generasi terbaru dari laser 10 mikrospot mikromanipulator memampukan ahli bedah untuk menggunakan lapangan berukuran 250 mm pada 400 mm panjang fokal dan 160 mm pada 250 mm panjang fokal. Laser Sharplan Accuspot 710 merupakan pilihan untuk menangani PRR pada laring. Unit ini mengizinkan visualisasi langsung dari target bedah. Saya menggunakan mode defokus Accuspot untuk mengangkat papilloma dan memfokuskannya pada ukuran 250 mm untuk mengangkat papilloma dari area potensial seperti komisura anterior atau posterior dan sepanjang korda vokalis. Walaupun laser CO2 merupakan laser yang paling sering digunakan dalam laring, KTP seperti Argon Laser juga dapat digunakan (Tabel 85.1) Kegunaan dari laser CO2 pada pita suara harus secara bijaksana diberikan untuk pembentukan jaringan skar signifikan pos operatif dari transfer panas yang tidak disadari. Untuk meminimalkan resiko pembentukan skar pada pita suara, eksisi dengan alat dingin dapat digunakan dengan prinsip phonomicrosurgery,infus submukosa dan mikroinstrumentasi. Pendekatan ini memiliki keuntungan di atas bedah laser CO2, khususnya pada pasien PRR dewasa. Pada seri pertama, Zeitels dan Sataloff melaporkan rekuren papilloma 0 dari 6 orang dewasa yang melakukan reseksi setelah 2 tahun follow up. Untuk mereka dengan papillomatosis rekuren, 6 dari 16 (38%) tetap berulang setelah menjalani prosedur. Publikasi terbaru menekankan keuntungan potensial dari teknologi pembedahan terbaru dalam penangan PRR. Bower dkk mengevaluasi kemungkinan dan keamanan dari laser pada 9 anak dan didapatkan hasil awal yang baik. Mc. Millan dkk mempublikasikan hasil awal mengenai pengalaman positif mereka dengan laser pewarna berpulsasi 585 nm pada tiga pasien. Bergler dkk, melaporkan suksesnya penggunaan koagulasi plasma argon untuk mengobati seorang anakl berumur 3 tahun dengan PRR yang keras. Sejumlah peneliti sedang melengkapi dan dalam beberapa kasus menggantikan penggunaan laser O2 dengan Microdebrider endoskopi untuk mengobati penyakit pada laring. Walaupun teknik ini relatif baru, dengan pengembanga dari pisau cukur yang lebih kecil (<2mm), mungkin dapat memberikan beberapa keuntungan kepada pasien dan menurunkan skar pada laring dalam hubungannya dengan laser O2. Karena saat ini belum ada regimen terapi yang terpercaya dalam eradikasi HPV, maka ketika ada pertanyaan tentang area mana yang seharusnya dibuang pada papilloma, maka adalah bijaksana untuk menerima residu papilloma daripada mengambil resiko dengan merusak jaringan normal dan memproduksi skar yang lebih besar. Bahkan dengan membuang seluruh papilloma, virus laten mungkin tetap tinggal pada jaringan yang berdekatan, yang mana dapat menjelaskan rekurensi alami dari PRR. Oleh karena itu, tujuan terapi ialah untuk menurunkan penyebaran tumor,membuat jalan napas yang aman dan paten, meningkatkan kualitas suara, dan meningkatkan waktu interval antara prosedur 11 pembedahan. Stadium pengangkatan papilloma pada komisura anterior berhubungan dengan pencegahan aposisi dari dua permukaan mukosa. Ahli bedah yang tidak hati-hati terhadap cedera lapisan jaringan yang lebih dalam dengan penggunaan laser yang kurang bijaksana dapat menimbulkan skar yang tidak diharapkan dan fungsi abnorrmal dari pita suara. Penggunaan laser yag tidak sepantasnya dan agresif dapat menyebabkan cedera pada jaringan yang tidak terkena dan menciptakan lingkungan yang cocok untuk implantasi dari partikel virus. Penggunaan laser CO2 juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal, yang mana dapat berhubungan dengan sejumlah besar pembedahan laser dan penyakit PRR yang berat. TABEL 85.1 MODALITAS POTENSIAL BEDAH PADA PRR Mikrolaringoskopi dengan pengangakatan cup forceps Mikrodebrider dengan kemampuan reseksi Laser CO2 KTP/ND : YAG Laser Laser flash scans PRR : Papillomatosis Rekuren Respiratorik 6.6 Bedah Papilomatosis Respiratorik Rekuren Berikut saya akan menjelaskan prosedur kami yang sekarang dalam menangani penyakit papilloma dalam laring dengan laser CO2, teknik ini dimodifikasi, tergantung dari lokasi penyakit, jumlah pembedahan laring sebelumnya, dan derajat dari obstruksi jalan napas. Dalam beberapa keadaan, kami lebih memilih menggunakan microdebrider, laser KTP lewat via ventilasi bronkoskopi, dan teknik anestesi ventilasi dan insufflasi. 12