KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

advertisement
KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA
Bahan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
Pada Indonesia Mining Outlook 2015
JAKARTA, 28 JANUARI 2014
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DAFTAR ISI
I.
UPDATE KONDISI UMUM MINERBA
II. STAKEHOLDER MINERBA
III. ISU-ISU STRATEGIS MINERBA
IV. PENDING ISSUES
2
1.1. UPDATE KONDISI UMUM MINERBA
1. Produksi batubara tumbuh 14% per tahun. Realisasi s.d Desember 2014: 458 juta ton, DMO 76
juta ton. Domestik tumbuh 8% per tahun. Ekspor tumbuh 16% per tahun (produksi didominasi
kalori menengah – rendah). Perlu pengendalian produksi dan upgrading.
2. Realisasi pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian (s.d Desember 2014):
25 Perusahaan telah mencapai tahap commissioning/produksi, dari total 76 IUP.
3. Kendala yang dihadapi: keterbatasan infrastruktur, energi, dan fiskal.
4. Perusahaan tambang tahap operasi: 3.166 (14 KK, 57 PKP2B, 3 BUMN, 2.064 IUP Mineral, 1.028
IUP Batubara). Penataan IUP: 10. 653 terdiri atas 5.999 CNC dan 4.654 Non CNC.
5. Perkembangan Renegosiasi KK dan PKP2B, s.d Januari 2014:
a. dari 34 KK, 25 sepakat seluruh materi renegosiasi, 1 telah menandatangani amandemen
kontrak dan 7 sepakat sebagian,
b. dari 73 PKP2B, 52 Sepakat dan tandatangan MOU, 13 Sepakat Sebagian MOU, dan 9 sepakat
draft amandemen .
6. Nilai ekspor minerba: 2011: US$ 39.8 miliar , 2012: US$ 34.8 miliar, 2013: US$ 30.1 miliar, 2014:
25.3 miliar (karena pembatasan ekspor produk mineral dan harga komoditas turun).
7. PNBP: 2011: Rp. 24,24 triliun, 2012: 24,01 triliun, 2013: 28,35 triliun, 2014 (sd Nov): Rp. 35,4
triliun (> PNBP 2013) dari target Rp. 39,6 triliun. (Harga turun, ekspor bijih mineral tidak ada).
II. STAKEHOLDER MINERBA
2.1 STAKEHOLDER’S MANAGEMENT
KemenLHHut
Bupati
Mabes Polri
Gubernur
KemenHub
Kemenaker
trans
BAPETEN
DITJEN MINERBA
KESDM (PRINSIPAL)
Menkominfo
KemenKum
Ham
MenPUPeRa
KemenKeu
KemenDag
Pertamina
KemenHan
KemenPN-TR
BKPM
III. ISU-ISU STRATEGIS MINERBA
3.1. ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY UU NO. 4 TAHUN 2009
LANDASAN
FUNDAMENTAL
UNTUK
PENGELOLAAN
SDA
ARAH BARU
TATA KELOLA
PERTAMBANGAN
MINERBA
ISU-ISU STRATEGIS
MANDATORY
PENETAPAN WILAYAH
PERTAMBANGAN (WP)
PENATAAN IZIN USAHA
PERTAMBANGAN (IUP)
UUD 1945
Pasal 33
UU NO.4/2009
TENTANG
PERTAMBANGAN
MINERBA
RENEGOSIASI KK DAN
PKP2B
PENINGKATAN NILAI
TAMBAH (PNT)
DMO & PENGENDALIAN
PRODUKSI MINERBA
PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN
7
KONTRUKSI PASAL-PASAL UU 4/2009 DAN ATURAN
TURUNANNYA
1. Pasal 9, UU No.4 Tahun 2009; sesuai Putusan Judicial
Review Mahkamah Konstitusi tentang Penetapan WP
2. Pasal 10 UU No.4 Tahun 2009; asas pelaksanaan
penetapan WP
3. Pasal 13 UU No.4 Tahun 2009; pembagian WP
1. Pasal 112 ayat 4 dan 5 UU No.4 Tahun 2009;
2. PP No.23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Minerba;
3. PP No.55 Tahun 2010 tentang Binwas Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Minerba
4. PerMen No.2 Tahun 2013 Tentang Pengawasan
1. Pasal 169 UU No.4 Tahun 2009
2. Penjelasan Pasal 169 huruf b UU No.4 Tahun 2009
1.
2.
3.
4.
Pasal 95 huruf c UU No.4 Tahun 2009
Pasal 102 UU No.4 Tahun 2009
Pasal 103 ayat (1) UU No.4 Tahun 2009
Pasal 170 UU No.4 Tahun 2009
1. Pasal 5 ayat 1,2,3 dan 4, UU Nomor 4 Tahun 2009
2. PP No. 23 Tahun 2010
3. PerMen-ESDM No. 34 Tahun 2009
1. Pasal 141, UU Nomor 4 Tahun 2009
2. PP No.55 Tahun 2010 tentang Binwas Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Minerba
3.2. ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY UU NO. 23 TAHUN 2014
LANDASAN
FUNDAMENTAL
UNTUK
PENGELOLAAN
SDA
ARAH BARU
TATA KELOLA
PERTAMBANGAN
MINERBA
UUD 1945
Pasal 33
UU NO.23/2014
TENTANG
PEMERINTAHAN
DAERAH
8
ISU-ISU STRATEGIS
MANDATORY
HARMONISASI
DENGAN
PERATURAN
PELAKSANAAN
UU 4/2009
a. Penyerahan kewenangan IUP
Bupati/Walikota kepada Gubernur
b. Gubernur memberikan Tugas Pembantuan
kepada Bupati/Walikota untuk menerbitkan
IUP Mineral Bukan Logam dan Batuan
KELEMBAGAAN
INSPEKTUR
TAMBANG DAN
PEJABAT
PENGAWAS
PERTAMBANGAN
a. Pengelolaan Inspektur Tambang secara
nasional dengan merevisi Kepmen PANRB
dan revisi SKB Menteri ESDM, Menteri PAN
dan Kepala BKN
b. Pengelolaan pejabat pengawas pertambangan
PEMBENTUKAN
BALAI
PERTAMBANGAN
Pembentukan Balai Pertambangan di setiop
Provinsi kecuali Provinsi di Pulau Jawa dan Bali
IV. PENDING ISSUES
4. PENDING ISSUES
1.
Penyelesaian renegosiasi kontrak (penyelesaian MoU, amandemen kontrak, revisi PP No.
9/2012, penetapan batas waktu renegosiasi).
2.
Penetapan Industri Strategis (coal upgrading dan hilirisasi mineral) yang perlu mendapatkan
insentif fiskal.
3.
Penyelesaian masalah terkait dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(a.l. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang tidak jelas jangka waktu penerbitannya)
4.
Penataan IUP non CNC (untuk 12 provinsi yang sudah dilakukan monitoring dan evaluasi, 19
provinsi lainnya yang sudah dilakukan koordinasi dan supervisi).
5.
Penyelesaian PPN untuk penjualan anoda slime/konsentrat di dalam negeri untuk menunjang
hilirisasi mineral.
6.
Penetapan WPN dan WIUPK dari wilayah KK dan PKP2B yang diciutkan.
7.
Percepatan pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri
8.
Ketetapan MESDM atas pelaksanaan pengelolaan pertambangan oleh pemerintah daerah
pasca UU No. 23/2014.
9.
Penyelesaian Permen/Kepmen sebagai tindak lanjut PP No. 77 Tahun 2014 tentang
Perubahan Ketiga Atas PP No. 23 Tahun 2010.
IV. KEBIJAKAN MINERBA
PENGEMBANGAN MOMI UNTUK PERBAIKAN PENGELOLAAN DATABASE NASIONAL
PENYEDERHANAAN PERIZINAN SUB SEKTOR MINERBA
Jenis Perizinan
No
Instansi
Izin
Persetujuan
Rekomendasi/ Sertifikasi
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Jumlah Perizinan
Tiap Instansi
1
Kewenangan
KESDM
4
12
24
13
2
1
56
2
Kewenangan ESDM
+ Kementerian Lain
0
2
0
9
0
9
20
3
Kewenangan
Kementerian
Lain/PEMDA
11
9
1
1
3
0
25
JUMLAH IZIN
15
23
25
23
5
10
101
EXISTING
Jenis Perizinan
No
13
Instansi
Izin
Persetujuan
Rekomendasi/ Sertifikasi
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Jumlah Perizinan
Tiap Instansi
1
Kewenangan
KESDM
3
6
8
7
2
0
26
2
Kewenangan ESDM
+ Kementerian Lain
0
2
0
9
0
9
20
3
Kewenangan
Kementerian
Lain/PEMDA
11
9
1
1
3
0
25
JUMLAH IZIN
14
17
9
17
5
9
71
Kewenangan KESDM
Kewenangan KESDM + Kementerian Lain
Kementerian Lain/PEMDA
USULAN
OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (1)
1 Upaya Peningkatan Royalty
1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:
a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9
Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat
menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%.
b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7%
menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga
logam.
c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan
(IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:
− Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi
5%, batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas
6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.
− Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%,
batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas
6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.
2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual,
royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.
OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (2)
2 Upaya Perbaikan Tata Kelola
1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari
adanya transfer of pricing.
2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu).
a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM)
b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara
c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen
Bea dan Cukai Kemenkeu
3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:
a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual
yang kompetitif;
b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas
timah).
4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan.
Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.
5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda
Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait).
6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara.
7. Penataan Fungsi Surveyor.
8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih
mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.
www.minerba.esdm.go.id
IV. KEGIATAN PRIORITAS
4.1 KEGIATAN PRIORITAS SETDITJEN MINERBA 2015 (1)
1.
Revisi pelaksanaan UU No 4 Tahun 2009 diharmonisasikan dengan UU No. 23
Tahun 2014
2.
Penyiapan Rancangan PP tentang Peralihan KK dan PKP2B menjadi IUPK terkait
dengan penerimaan negara
3.
Penyelesaian Rancangan Permen ESDM yang masih belum tuntas finalisasinya di
Biro Hukum KESDM.:
a. Rpermen tentang pengendalian produksi minerba
b. Rpermen tentang perizinan mineral logam dan batubara
c. Rpermen tentang perizinan mineral bukan logam dan batuan
d. Rpermen tentang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
e. Rpermen tentang pematokan batas WIUP
f. Rpermen tentang pengolahan data dan informasi
g. Rpermen tentang sistem manajemen keselamatan pertambangan
h. Rpermen tentang tata cara penyetoran PNBP
i. Rpermen tentang pengangkatan pejabat pengawas dan inspektur tambang
1
8
4.1 KEGIATAN PRIORITAS SETDITJEN MINERBA 2015 (2)
4.
Penyusunan Permen/Kepmen sebagai tindak lanjut PP No. 77 Tahun 2014 tentang Perubahan
Ketiga Atas PP No. 23 Tahun 2010.:
a. Revisi Permen 27 tahun 2013 tentang Divestasi dan Perubahan Penanaman Modal IUP,
IUPK, KK dan PKP2B
•
Pasal terkait saham yang beredar di bursa saham diakui sebagai saham divestasi
sebesar paling banyak 20%
•
Waktu pemegang IUP atau IUPK menawarkan sahamnya di bursa saham sebagai
bagian dari divestasi
b. Revisi Permen 12 tahun 2011 tentang Penyiapan WUP, WUPK, WIUP, dan WIUPK
1
9
•
Wilayah eks IUP OP, KK, dan PKP2B yang telah berakhir dapat ditetapkan menjadi
WPN atau WIUPK sebagai kelanjutan operasi pertambangan oleh menteri
•
Harmonisasi dengan putusan MK
5.
Koordinasi perizinan dan penataan perizinan yang terkait dengan sektor lain dan Pemda,
terutama dengan Kementerian LH dan Hut (contoh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan).
6.
Koordinasi Penyederhanan perizinan minerba dari 56 jenis menjadi 26 jenis perizinan.
7.
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis setingkat eselon III yang khusus menangani Pelayanan
Perijinan Terpadu Satu Pintu.
8.
Penyelenggaraan E-government.
4.2 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PROGRAM MINERBA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemenuhan Target PNBP Minerba 2015 sebesar Rp 50,6 T (Rp 40,6 TAPBN 2015 ditambah Rp 10 T dalam APBNP 2015)
Fasilitasi Investasi baru (smelter, PLTU Mulut tambang, pelabuhan induk,
PNT batubara)
Pengendalian Produksi Minerba melalui penetapan kuota produksi per
provinsi serta DMO
Penataan Wilayah IUP, KK, dan PKP2B yang diciutkan dan dikembalikan
kepada negara
Penyelesaian sistem MOMI
Penyelesaian kebijakan minerba nasional
Alokasi minerba untuk peningkatan nilai tambah
4.3 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN MINERAL
1.
Penyelesaian renegosiasi Kontrak Karya (KK)
2.
Pengawasan progress smelter
3.
Pengawasan pelaksanaan DMO Mineral
4.
Penataan IUP mineral
5.
Evaluasi permohonan IUP PMA dan IUP lintas provinsi
6.
Pengawasan pengadaan barang KK
7.
Pengawasan eksplorasi dan Operasi Produksi KK dan IUP PMA dan IUP lintas
provinsi
8.
Pengawasan ketenagakerjaan dan fasilitasi perselisihan serta pemberdayaan
masyarakat
9.
Penyiapan penetapan harga patokan mineral
4.4 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN BATUBARA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Penyelesaian renegosiasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara (PKP2B)
Pengawasan pelaksanaan DMO Batubara
Penataan IUP batubara
Evaluasi permohonan IUP PMA dan IUP lintas provinsi
Pengawasan pengadaan barang PKP2B
Pengawasan eksplorasi dan Operasi Produksi PKP2B dan IUP PMA dan
IUP lintas provinsi
Pengawasan ketenagakerjaan dan fasilitasi perselisihan serta
pemberdayaan masyarakat
Penyiapan Harga Patokan Batubara Bulanan
4.5 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERBA
1. Meningkatkan rasio Inspektur Tambang (IT) dan objek Pengawasan serta kualitas
Inspektur Tambang
2. Pemanfaatan teknologi untuk percepatan reklamasi, pengelolaan lingkungan tambang
dan pasca tambang
3. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) dalam rangka
meminimalkan angka kecelakaan tambang
4. Penyiapan Rancangan SNI bidang pertambangan (Pengelolaan Air Asam Tambang,
Pemantauan Kestabilan Lereng, dll)
5. Penyiapan sistem pelaporan Usaha Jasa dengan berbasis web
6. Sistem pelaporan On Line
Penetapan Wilayah Pertambangan (WP)
Pulau/Kepulauan
Pelaksanaan Rekonsiliasi
SULAWESI
Jakarta-Hotel Bidakara, 12,13,dan 14
Juni 2013
Jakarta-Hotel Manhattan, 2,3,dan 4 Juli
2013
Jakarta, 21,22 dan 23 Agustus 2013
Jakarta, 21,22 dan 23 Agustus 2013
Jakarta, 4,5, dan 6 September 2013
Jakarta, 18,19 dan 20 September 2013
Jakarta, 2,3 dan 4 Oktober 2013
KALIMANTAN
KOORDINASI PEMDA
• Klarifikasi data
• Rekonsiliasi
• Koordinasi daerah
(Pasal 9 UU No.4/2009 dan
Pasal 15 PP 22/2010)
PERENCANAAN WP
DRAFT PETA WP
(Pasal 3-7 PP 22/2010)
(Pasal 12 PP 22/2010)
- Inventarisasi potensi
pertambangan. Dilakukan oleh
Pemerintah dan Pemerintah
daerah melalui kegiatan
penyelidikan dan penelitian
pertambangan
- Penyusunan rencana WP,
koordinasi, sosialisasi dan
rekonsiliasi dengan Gubernur,
Bupati/Walikota di seluruh
Indonesia dalam RANGKA
Penyusunan Konsep WP
- Input data digital (peta
potensi, peta
penyebaran formasi
pembawa batuan, peta
perijinan KK, PKP2B,
IUP, dan IPR)
- Analisis data (overlay,
koreksi, transformasi)
- Delineasi/penggarisan
batas WP, WUP, WPN
dan WPR
PENETAPAN
WP
(Pasal 15 PP
22/2010)
KONSULTASI DPR-RI
• RDP dengan Komisi VII
DPR-RI (Pasal 9 UU
No.4/2009 dan Pasal 15
PP 22/2010
Penetapan WP menjadi dasar seluruh
stakeholder pertambangan untuk dapat
memberikan kepastian usaha dan
ruang bagi kegiatan pertambangan
2
PAPUA
MALUKU
SUMATERA
BALI DAN NUSA TENGGARA
JAWA
Cluster WP
No. Kepmen
Pulau Sulawesi
2737 K/30/MEM/2013
Tanggal 3 Juli 2013
Kepulauan Maluku
4002 K/30/MEM/2013
Tanggal 19 Desember 2013
Pulau Kalimantan
4003K/30/MEM/2013
Tanggal 19 Desember 2013
Pulau Papua
4004K/30/MEM/2013
Tanggal 19 Desember 2013
Pulau Sumatera
1095K/30/MEM/2014
Tanggal 26 februari 2014
Pulau Jawa & Bali
1204K/30/MEM/2014
Tanggal 27 Februari 2014
Pulau Nusa
Tenggara
1329K/30/MEM/2014
Tanggal 28 Februari 2014
PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) (1)
Per 1 Desember 2014
STATUS
CNC
NON CNC
SEBELUM KORSUP 12 PROV.
SESUDAH KORSUP 12 PROV.
MINERAL
BATUBARA
MINERAL
BATUBARA
JUMLAH
JUMLAH
EKS
OP
EKS
OP
EKS
OP
EKS OP
1.524 2.056 1.473 988
6.041 1.493 2.064 1.391 1.028 5.976
1.442 1.974 1.063 398
4.877 1.363 1.936 991 382
4.672
SUB TOTAL 2.966
TOTAL
4.030
6.996
2.536 1.386
10.918
3.922
JENIS
PERSYARATAN
KRITERIA CNC
IZIN USAHA
PERTAMBANGAN
(IUP)
ADMINISTRASI:
Tidak tumpang tindih
dengan IUP Lainnya,
KK, PKP2B serta
dokumen penerbitan
sesuai ketentuan
TEKNIS:
Laporan Eksplorasi,
Laporan Studi
Kelayakan dan
Dokumen Lingkungan
KEUANGAN:
Membayar kewajiban
keuangan berupa iuran
tetap dan royalty
2.856 4.000 2.382 1.410
6.856
10.648
Masih
lemahnya
tata kelola
perizinan
tambang
di Indonesia
3.792
MANFAAT PENATAAN IUP
1. Meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari IUP;
2. Data cadangan IUP dari laporan eksplorasi IUP sebagai
data cadangan Nasional untuk menjamin kontinuitas pasokan
bahan baku untuk pengolahan dan pemurnian;
3. Laporan studi kelayakan IUP sehingga menjadi dasar dalam
pelaksanaan dan peningkatan kegiatan menjadi operasi
produksi;
4. Dokumen lingkungan yang disampaikan IUP menjadi bukti
tanggung jawab perlindungan lingkungan;
5. Diusulkan menjadi salah satu persyaratan tender DMO untuk
suplier bagi PT PLN;
6. Menjadi persyaratan yang diwajibkan oleh Bank dalam
penyaluran kredit pertambangan bagi pemegang IUP
7. Investor asing menjadikan status clear and clean dalam
memastikan kesahihan dokumen IUP
PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) (2)
• Hingga Akhir Oktober 2014 terdapat 4.807 IUP non CnC atau sejumlah
•
NO
1.
2.
44,61% dari total IUP 10.776, hal ini menunjukkan masih lemahnya
tata kelola perizinan pertambangan di Indonesia
Perlu ketegasan Pemerintah untuk penetapan status IUP yang sampai
saat ini belum CnC (Untuk 12 Provinsi batas waktu penyelesaiannya
Desember 2014, untuk yang 19 Provinsi Akhir Juni 2015)
TINDAK LANJUT
Diserahkkan kepada Gubernur untuk evaluasi administrasi dan
Wilayah (PNBP masih dievaluasi Pusat)
WAKTU
PELAKSANAAN
Mei-Desember 2014
Koordinasi dan Supervisi bersama KPK-RI di 34 Provinsi dan
Kab/Kota :
•
Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi 6, 20 dan 27
dengan KPK di 12 Provinsi
November 2014
•
Koordinasi dan supervisi dengan KPK atas pelaksanaan 4-6 Desember 2014
penataan IUP di 22 Provinsi
PENGEMBANGAN MOMI UNTUK PERBAIKAN PENGELOLAAN DATABASE NASIONAL
PENYEDERHANAAN PERIZINAN SUB SEKTOR MINERBA
Jenis Perizinan
No
Instansi
Izin
Persetujuan
Rekomendasi/ Sertifikasi
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Jumlah Perizinan
Tiap Instansi
1
Kewenangan
KESDM
4
12
24
13
2
1
56
2
Kewenangan ESDM
+ Kementerian Lain
0
2
0
9
0
9
20
3
Kewenangan
Kementerian
Lain/PEMDA
11
9
1
1
3
0
25
JUMLAH IZIN
15
23
25
23
5
10
101
EXISTING
Jenis Perizinan
No
28
Instansi
Izin
Persetujuan
Rekomendasi/ Sertifikasi
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Mandatory
Optional
Jumlah Perizinan
Tiap Instansi
1
Kewenangan
KESDM
3
6
8
7
2
0
26
2
Kewenangan ESDM
+ Kementerian Lain
0
2
0
9
0
9
20
3
Kewenangan
Kementerian
Lain/PEMDA
11
9
1
1
3
0
25
JUMLAH IZIN
14
17
9
17
5
9
71
Kewenangan KESDM
Kewenangan KESDM + Kementerian Lain
Kementerian Lain/PEMDA
USULAN
RENEGOSIASI KK DAN PKP2B
(Per 16 Desember 2014)
STATUS
KK
PKP2B
Jumlah
Sepakat Sebagian MoU
7
12
19
Sepakat dan Tanda tangan MOU
26
61
87
Amandemen kontrak
1
-
1
Total
34
73
107
• Terdapat 6 isu strategis utama sebagai substansi renegosiasi KK dan PKP2B yaitu: Luas
Wilayah Kerja, Kelanjutan Operasi Pertambangan, Penerimaan Negara, Kewajiban
Pengolahan dan Pemurnian, Kewajiban Divestasi, Kewajiban Penggunaan Tenaga Kerja,
barang dan jasa Pertambangan dalam Negeri.
• Renegosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan nasional (national interest)
NO
TINDAK LANJUT
WAKTU
PELAKSANAAN
1.
Penyelesaian permasalahan dasar hukum berupa revisi PP No.9 Tahun 2012 tentang tarif PNBP
Desember 2014
2.
Pembahasan renegosiasi lebih lanjut 9 KK dan 12 PKP2B
Desember 2014
3.
Finalisasi dan Penandatanganan amandemen kontrak (24 KK dan 60 PKP2B).
Desember 2014
4.
Penandatanganan seluruh amandemen KK dan PKP2B
Januari 2015
OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (1)
1 Upaya Peningkatan Royalty
1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:
a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9
Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat
menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%.
b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7%
menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga
logam.
c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan
(IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:
− Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi
5%, batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas
6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.
− Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%,
batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas
6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.
2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual,
royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.
OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA (2)
2 Upaya Perbaikan Tata Kelola
1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari
adanya transfer of pricing.
2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu).
a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM)
b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara
c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen
Bea dan Cukai Kemenkeu
3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:
a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual
yang kompetitif;
b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas
timah).
4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan.
Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.
5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda
Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait).
6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara.
7. Penataan Fungsi Surveyor.
8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih
mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.
Sumber Daya Dan Cadangan Mineral
(Dalam juta ton)
Sumber Daya
NO
Jenis
Bijih
Emas
Primer
Precious Metal
Base Metal
Light and Rare metal
Logam
2 Bauksit
1.265
529,3
3 Nikel
0,003
583
238
3.565
52,2 1.168
22
4 Tembaga 17.526
106,2 3.126
28
712
401,8
66
40
2.117
425,4
174
25
15
6.3
4
3
7,3
6
2,1
801
0,8 3.253
0,8
0,4
0,0
6 Pasir Besi
7 Mangan
8 Seng
Titanium
: Gold, Silver, Platinum
: Zinc, Cupper, Tin, Lead, Mercury
: Bauxite, Monasit
Bijih
0,007 3.225
5 Besi
: Fe, Nickel, Cobalt, Chromit ,
Logam
7.670
1
Ferro and Associates
Mangan,Molibdenum,
Cadangan
9 Timah
10 Perak
625
449
13.755
Sumber : Badan Geologi, KESDM, 2013
PROGRESS HILIRISASI (Pelaksanaan UU No.4/2009) (1)
1. Progres Pembangunan
NO
PROGRES
(%)
1.
0–5
Progres mencapai Studi
Kelayakan
2.
6 – 10
Progres mencapai AMDAL
3.
11 - 30
4.
5.
6.
31-50
51-80
81-100
CAPAIAN KEGIATAN
2. Jumlah Rencana Fasilitas Pengolahan
dan Pemurnian
JUMLAH IUP
(Jun 2014)
102
NO
KOMODITAS
JUMLA
H
IUP
JUMLAH
FAS. PENGOLAHAN
/PEMURNIAN
1.
Nikel
36
30
15
2.
Bauksit
11
6
Progres mencapai Ground
Breaking dan Awal
Konstruksi Pabrik
12
3.
Besi
7
7
4.
Mangan
3
3
Progres mencapai
Pertengahan Tahap
Konstruksi Pabrik
20
5.
Zirkon
13
13
6.
Timbal dan Seng
2
2
7.
Kaolin dan Zeolit
4
4
76
65
Progres mencapai Akhir
Tahap Konstruksi
4
Progres mencapai tahap
commissioning/Produksi
25
Rencana Investasi
: US$ 17,5 Miliar
Realisasi s.d Oktober 2014 : US$ 5,0 Miliar
Total
Kendala :
1. Infrastruktur
2. Energi
3. Fiskal
PROGRESS HILIRISASI (Pelaksanaan UU No.4/2009) (2)
1. BELUM ADA KEBIJAKAN YANG JELAS DALAM HAL PENETAPAN
2.
3.
NO
BATAS WAKTU KEWAJIBAN PELAKSANAAN PNT MINERAL BAGI IUP
TUMPANG TINDIH KEWENANGAN ANTARA KESDM DAN
KEMENPERIN TERHADAP PERIZINAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN
INFRASTRUKTUR, ENERGI DAN PEMBIAYAAN MASIH LEMAH
TINDAK LANJUT
WAKTU
PELAKSANAAN
1.
Verifikasi perkembangan pembangunan fasilitas pemurnian kepada
IUP yang telah berkomitmen membangun dengan melibatkan tim
independen (akademisi, litbang, LIPI, BPPT) berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Nomor 240.K/73.07/DJB/2014
Desember 2014
2.
Koordinasi dengan Kementerian Keuangan, Kementerian PU,
Kementerian Perhubungan dan Perbankan untuk memberikan insentif
fiskal, peningkatan infrastruktur dan fasilitas pembiayaan.
Desember 2014
3.
KESDM dan Kemenperin perlu melakukan harmonisasi perizinan (IUP
Operasi Produksi khusus Pengolahan Pemurnian v.s. Izin Usaha
Industri) yang difasilitasi Kemenko Perekonomian
Desember 2014
RENCANA PELABUHAN INDUK EKSPOR BATUBARA (1)
1. Latar Belakang Permasalahan
 KESDM memperkirakan sekitar 50 – 60 juta ton batubara per tahun
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
-
Sumber: Ditjen Minerba, 2013 dan BPS, 2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
Minerba
Kemendag
Selisih
Selisih (Juta Ton)
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2002
Ekspor (Juta Ton)
diekspor secara illegal.
 Belum ada aturan pemakaian pelabuhan ekspor batubara
 Pengapalan batubara banyak dilakukan di tengah laut dengan cara
transshipment dari tongkang ke kapal (vessel), sehingga sulit diawasi.
RENCANA PELABUHAN INDUK EKSPOR BATUBARA
2. Peta Usulan Pelabuhan Induk Ekspor Batubara
Aceh
di Aceh Selatan.
(2)
Sumatera Barat
di Padang
Riau
di kawasan Teluk Riau
Kalimantan Timur
1.
2.
3.
4.
Wilayah Teluk Balikpapan
Wilayah Teluk Adang Bay
Wilayah Teluk Berau
Wilayah Teluk Maloy
Jambi
Sekitar Teluk
Jambi
Bengkulu
Pelabuhan Bengkulu
Sumsel
Tanjung Api Api
Kalsel/Kalteng
Lampung
Tarahan
1. Wilayah Tobaneo/Pulau
laut,
2. Wilayah Sungai Danau,
3. Wilayah Batu Licin
Tindak Lanjut:
Perlu segera diterbitkan surat keputusan bersama antara Menteri Perhubungan dan Menteri ESDM
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Energi untuk Kesejahteraan Rakyat
Download