BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan fisik merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik yang sangat penting dan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Siefert dan Hoffnung, 1994, mengatakan bahwa perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, system saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat badan, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu untuk menggunakan tubuhnya (seperti: perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti: penurunan fungsi jantung, pengelihatan dan sebagainya). Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal adalah sangat penting, sebab pertumbuhan atau perkembangan fisik anak secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya seharihari. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan atau perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak-anak hingga masa pubertas (3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap remaja/adolesen (usia 12 tahun ke atas). Berdasarkan tahapan di atas, maka anak usia sekolah (SD-SMP) dimasukan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal, sedangkan anak SMP hingga SMA dimasukan dalam tahap remaja. 1 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain sebagai persyaratan untuk tugas kelompok pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Makalah ini juga merupakan ulasan mendetail dari slide-slide yang akan dipresentasikan mengenai judul makalah ini. Makalah ini juga bertujuan untuk megulas materi permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik pada pembahasannya adalah mengenai perkembangan fisik peserta didik. Pada penulisan makalah ini akan mengulas mengenai karakteristik perkembangan fisik peserta didik, isu-isu dalam perkembangan fisik, implikasi genetik dan lingkungan terhadap pendidikan, perkembangan otak, dan implikasi perkembangan otak terhadap pendidikan. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Karateristik Perkembangan Fisik Peserta Didik Awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi sebagian anak karena masuknya anak ke sekolah dasar tentu akan membawa akibat pada perubahan besar dalam kehidupannya terutama pada pola perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Usia sekolah dasar merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual. Karena itu, masa petumbuhan ini sering juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum masa remaja dimana pertumbuhan akan menjadi lebih cepat. Meskipun “masa tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. 2.1.1 Perkembangan Fisik Pada Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas berkembang lebih lambat daripada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif masih pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggi pertumbuhan sekitar 5 hingga 6 % dan berat bertambah sekitar 10 % setiap tahun. Pada usia ini juga tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak menacapai 60 inci dan berat 40 hingga 42,5 kg (Mussen, Conger & Kagan, 1969). Peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan pinggul lebih besar. Peningkatan berat badan pada masa ini terjadi karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pertambahan kekuatan otot ini terjadi karena faktor keturunan dan latihan. Umumnya anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan karena jumlah perbedaan sel-sel otot. Pada saat yang sama, gemuk bayi berkurang (Santrock, 1995). 3 Pertumbuhan fisik selama masa ini, di samping meberikan kemampuan bagi anak-anak untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas baru, tetapi juga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologis bagi mereka (Siefert & Hoffnung, 1994). Anak-anak terlihat lebih cepat berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga mampu menjaga keseimbangan badannya dan penguasaan badan, seperti membungkuk, melakukan bermacam-macam latihan seperti olah raga. Hal tersebut tidak terlepas karena perkembangan motorik anak yang terus berkembang seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan. 2.1.2 Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja (Perubahan Pubertas) Secara etimologi pubertas berasal dari bahasa Latin “pubescere”, yang berarti mendapat rambut kemaluan. Masa ini adalah masa awal dimana terjadinya pematangan seksual. Masa puber sering tidak mempunyai tempat yang jelas karena sulit membedakan masa puber dengan masa remaja karena masa puber sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki masa remaja. Ketika seorang anak mengalami pubertas, berarti dia dianggap sudah memasuki masa remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa pubertas inilah dimana terjadi perubahan-perubahan besar dan dramatis dalam perkembangan seorang anak, baik dalam pertumbuhan/perkembangan fisik, kognitif, maupun dalam perkembangan psikososial anak. Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan psikologis (Sarwono,1994). Berdasarkan konteks pubertas, kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduktif bertumbuh dengan cepat. Anak perempuan umumnya mengalami pertumbuhan lebih cepat 2 tahun ketimbang anak laki-laki. Pertumbuhan cepat pada anak perempuan terjadi pada usia 10.5 tahun dan anak laki-laki pada usia 12.5 tahun. Bagi kedua jenis kelamin, pertumbuhan capat ini berlangsung selama kira-kira 2 tahun (Diamond & Diamond, 1986). Secara garis besarnya perubahan-perubahan tersebut dapat dikelempokokan dalam dua kategori, 4 yaitu perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik seksual. Kategori pertama terjadi dalam pertumbuhan pada tinggi dan berat badan. Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Untuk anak perempuan, tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 tahun dan untuk anak laki-laki terjadi 2 tahun kemudian. Dalam tahun tersebut, tinggi anak perempuan bertambah sekitar 3 inci dan tinggi anak laki-laki bertambah lebih dari 4 inci. Pada usia 18 tahun, rata-rata tinggi remaja lelaki adalah 68 inci dan tinggi remaja perempuan hanya 64 inci (Zigler & Stevenson, 1993). Pertambahan berat badan juga merupakan percepatan pertumbuhan badan yang terjadi sekitar 13 kg bagi anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan (Malina, 1990). Pertumbuhan berat badan lebih sedikit dapat diramalkan dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi badan karena berat badan lebih mudah dipengaruhi seperti melalui diet, latihan, dan gaya hidup lainnya. Kategori kedua terjadi dalam perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karakteristik seksual. Terdapat dua bagian yang berbeda pada perkembangan karakteristik seksual dan masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri. Perubahan secara seksual yang pertama bisa disebut sebagai perubahan ciriciri seks primer atau yang artinya berhubungan lansung dengan proses reproduksi. Bagi anak laki-laki, ciri-ciri seks primer ditunjukan dengan pertumbuhan dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum). Pada usia 20 atau 21 tahun, testis mencapai kematangan penuh yang mulamula terlihat pada peningkatan panjang penis dan secara berangsur-angsur bertambah besar. Perubahan ini terjadi karena pengaruh hormon, terutama hormone perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Sementara itu, pada anak perempuan, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi. Terjadinya menstruasi pertama member petunjuk bagi anak perempuan bahwa mekanisme reproduksinya telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak. Menstruasi pertama pada seorang gadis 5 didahului oleh sejumlah perubahan lain, seperti payudara yang membesar, munculnya rambut di daerah sekitar kelamin, dan pembesaran pinggul dan bahu. Ketika pertumbuhan mencapai puncaknya, maka ovarium, uterus, vagina, labia, dan klitoris berkembang pesat (Malina, 1990). Perubahan secara seksual yang kedua bisa disebut sebagai perubahan ciri-ciri seks sekunder atau yang artinya tidak berhubungan langsung dengan proses reproduksi melainkan berhubungan dengan tanda-tanda jasmaniah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda ini muncul sebgai konsekuensi dari berfungsinya hormone-hormon yang disebutkan pada ciriciri seks primer. Pada laki-laki terlihat tumbuh kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, dan di kaki dan di lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara dan pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan. 2.2. Isu-Isu dalam Perkembangan Fisik: Nature dan Nurture “Nature” dan “Nurture” merupakan isu dasar yang menjadi perdebatan sengit dalam perkembangan psikologi perkembangan. “Nature” dapat diartikan sebagai sifat khas seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan. Sedangkan “Nurture” dapat diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak dari masa pembuahan sampai selanjutnya (Chaplin, 2002). Pertanyaan seperti “yang mana yang lebih penting”, akan selalu sampai pada jalan buntu. Anne Anastasi bahkan menegaskan bahwa yang terpenting adalah “bagaimanakah”, bukan memperdebatkan “yang manakah”. Karena menurut Anastasi pertanyaan “bagaimanakah” menunjukan yang saling mempengaruhi antara nature dan nurture, dan yang meliputi dasar-dasar pertanyaan Anastasi bahwa: 1. Nature dan Nurture keduanya menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku. 2. Nature dan Nurture tidak bisa berfungsi secara terpisah satu sama lain, tetapi harus selalu saling berinteraksi dalam memberikan kontribusinya. 6 3. Interaksi dapat dikonseptualisasi sebagai suatu bentuk dari interelasi yang majemuk, yaitu suatu hubungan yang terjadi mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang akan terjadi. Untuk mengetahui lebih jauh pengaruh faktor nature dan nurture bagi perkembangan fisik, bagaimana mekanisme atau instruksi-instruksi genetik menetukan karateristik fisik dan kecakapannya, dan sejauh mana faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi bagaimana mekanisme genetik tersebut dijalankan. Berdasarkan dasar-dasar genetik perkembangan fisik bila dilihat secara fisik, kode genetik warisan dibawa oleh agen biokimiawi yang bernama gen dan kromosom (Santrock, 1996). Lain hal dengan interaksi hereditas dan lingkungan dalam perkembangan fisik yang memiliki maksud bahwa orang tua tidak hanya member gen sebagai cetak tiru biologis bagi perkembangan anak, melainkan juag berperan penting dalam menentukan jenis lingkungan yang akan dihadapi keturunannya. 2.3. Implikasi Genetik dan Lingkungan terhadap Pendidikan Kekuatan dan kelemahan dari pengaruh genetic ini dalah penting untuk dipahami. Pemahaman tentang dampak faktor-faktor lingkungan terhadap perkembangan anak, akan memberi pendidik suatu pertimbangan yang optimis tentang potensi-potensi yang penting untuk ditumbuhkembangankan dalam diri peserta didik. Seorang guru perlu untuk memahami perbedaab sifat-sifat setiap peserta didik. 2.4. Perkembangan Otak Merupakan salah satu aspek perkembangan fisik peserta didik yang sangat penting dipelajari oleh orang tua, guru dan calon guru. Otak adalah sistem biologis manusia yang sengaja diciptakan Allah Swt. untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Sama halnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, perkembangan otak juga dipengaruhi interaksi hereditas dan linkungan. 7 BAB III KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan Perkembangan fisik peserta didik dapat dilihat dari berbagai faktor yang menjadi implikasi bagi perkembangan dan pertumbuhan fisik peserta didik. Seperti, keadaan berat dan tinggi badan, masa pubertas, perubahan fisik, proporsi tubuh, kematangan seksual, perkembangan motorik. Faktor-faktor tersebut merupakan pengaruh besar bagi perkembangan dan pertumbuhan fisik peserta didik seperti keadaan berat dan tinggi badannpada anak usia sekolah merupakan penanda bahwa seorang peserta didik mengalami perubahan pada keadaan badanny seperti bertambahnya kekuatan otot, dan lengan dan kaki menjadi lebih panjang. Pada masa pubertas, seorang anak mengalami perubahan besar dan dramatis dalam hidupnya, baik dalam pertumbuhan/perkembangan fisik, kognitif, maupun dalam perkembangan psikososial anak. Masa kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas. Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Di samping itu, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya. 8