Topik 1: Dzalika Al-Kitabu Insya Allah saya akan memulai menulis belajar bahasa Arab dari AlQuran. Dimulai dari Surat Al-Baqaroh. Tiap posting diusahakan tidak terlalu panjang, agar bisa dicerna dan dipahamkan. Frekeuensi posting juga akan diatur. Sebagai pembuka, mari mulai dengan surat Al-Baqaroh ayat 1 dan 2. بسم هللا الرحمن الرحيم الم Alif - lam - mim : Hanya Allah yang tahu artinya. ذلك الكتاب dzalika alkitabu : itu (sebuah) kitab Pembagian Jenis Kata dalam bahasa Arab: 1. Isim (kata benda) 2. Fi'il (kata kerja) 3. Harf (kata tugas) Bandingkan dengan bahasa Indonesia atau Inggris, pembagian kata cukup banyak, ada kata sifat (adjective), kata benda (noun), kata tunjuk, kata ganti, kata kerja (verb), dsb. Kok bahasa Arab pembagian kata sedikit sekali: hanya 3? Ini pertanyaan awal yang sering muncul pada saat orang baru belajar bahasa Arab. 1 Sebenarnya tidak. Kata dalam bahasa Arab juga banyak jenisnya. Ambil contoh kata dzalika = itu. Dalam bahasa arab kata ini termasuk kata benda (isim). Lho kok gitu? Bukannya dalam bahasa Indonesia kata "itu" adalah kata ganti tunjuk, bukan kata benda? Kok dalam bahasa arab kata dzalika = itu, termasuk kata benda? Bukannya dalam bahasa indonesia kata benda itu, misalkan: rumah, mobil, dsb. Ya, betul. Dalam bahasa Arab, rumah, mobil dsb itu, juga termasuk kata benda, yang disebut kata benda alam (isim alam), karena benda-benda itu wujud ada di alam. Lalu kata dzalika = itu, disebut kata benda tunjuk (isim isyaroh). Ooo... begitu... Jadi sebenarnya walaupun dalam bahasa Arab kata hanya dibagi 3 jenis (isim, fi'il, dan harf), tapi isim sendiri terbagi-bagi lagi. Ada isim alam, ada isim isyaroh, ada isim maushul dsb. Insya Allah kita akan bahas satu-satu nanti. Ooo... kalau memang dzalika = itu, yang dalam bahasa Indonesia disebut kata ganti tunjuk, dalam bahasa arab dia termasuk isim isyaroh. Kalau begitu mengapa pengelompokannya dibagi menjadi 3 bagian? Kenapa gak dikelompokkan misalkan 8 bagian atau sama dengan pengelompokan bahasa Ingris? Nah disini menariknya bahasa Arab. Ternyata pengelompokan jenis kata menjadi 3 saja itu tujuannya adalah bahwa: hukum-hukum yang berlaku bagi 3 jenis kata tersebut dalam satu kelompok sama. Contoh, setiap isim, tidak terpengaruh waktu. Misalkan kata buku waktu 2 kemaren disebut (الكتابal-kitaabu), sedangkan waktu besok disebut alkitaabu. Bentar-bentar... gak ada bedanya dong sama bahasa Inggris atau bahasa Indonesia... Book dalam kalimat Past Tense, tetap Book dalam kalimat future tense. Ok, Anda benar... Maksud saya hanyalah mengatakan bahwa hukum-hukum isim itu dalam satu kelompok tersendiri. Biar tambah jelas. Kata dzalika (itu), dalam bahasa arab termasuk isim (kata benda), maka kata dzalika itu juga tunduk kepada hukum-hukum isim (misalkan tidak terikat waktu). Ah... itu sih gampang. Bahasa Indonesia juga begitu kan? Ok... ok, bangaimana kalau saya katakan selain tidak terikat waktu dalam bahasa Arab hukum isim berubah sesuai dengan jenis kelamin subject? Misal saya sebutkan: Itu buku = ذلك كتاب Kalau saya suruh Anda membuat kalimat: Itu pohon. Pohon bahasa Arabnya adalah syajaratun شجرة. Apakah anda akan bilang spt ini: ذلك شجرة dzalika sajaratun = itu(sebuah) pohon. JAWABAN ANDA SALAH. Kenapa? Karena dzalika adalah isim yang terikat dengan hukum-hukum isim, yang salah satunya mengatakan bahwa isim berubah mengikuti jenis kelamin subjectnya. Nah kata kitaab (buku) berjenis kelamin laki-laki, maka kita pakai isim isyaroh (kata tunjuk) berjenis laki-laki juga yaitu dzalika. Lalu kata dzalika ini menjadi tilka, untuk subject yang berjenis perempuan. Kata pohon berjenis perempuan, maka yang betul kalimatnya menjadi 3 تلك شجرة tilka syajaratun = itu(sebuah) pohon. Nah, kira-kira anda kebayang kan..., bedanya dengan bahasa Indonesia? Ringkasnya: Dalam bahasa Indonesia, kata benda tidak terikat dengan jenis kelamin dari subject yang dibicarakan. Dalam bahasa Arab, tidak demikian. Contohnya kata "itu" dalam bahasa arab termasuk kata benda, maka dia terikat dengan hukum kata benda yang salah satunya menyatakan: kata itu berubah bentuk sesuai dengan jenis kelamin subject yang dibicarakan. Jadi kata "itu" bisa berupa dzalika (untuk subject laki-laki) atau tilka (untuk subject) perempuan. -- Nantikan topik selanjutnya: Insya Allah minggu depan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/22/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_22.html 4 Topik 2: Nakiroh Ma'rifah Bismillahirrahmanirrahim. Pada topik 1: telah dibahas secara sepintas pembagian jenis kata dalam bahasa Arab, dimana kata dalam bahasa Arab hanya dibagi 3, yaitu kata benda (isim), kata kerja (fi'il), dan kata tugas (harf). Contoh yang dipakai menggunakan surat Al-Baqaroh ayat 1 - 2. Pada topik kali ini akan dibahas mengenai topik kata benda, mengenai kata benda telah diketahui, dan kata benda belum diketahui. Baiklah, kita mulai saja. Pada topik 1, ada penanya (syukron atas pertanyaannya), yang menanyakan kalau memang kata benda (isim) dalam bahasa Arab, sangat tergantung pada jenis kelamin kata (apakah perempuan atau laki-laki), maka bagaimana cara menentukan apakah kata benda ini berjenis laki-laki (male), atau berjenis perempuan (female). ambil contoh: ذلك كتاب dzalika kitaabun = itu (sebuah) kitab. Adalah struktur kalimat yang benar. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki), kitaabun (berjenis lakilaki). ذلك شجرة dzalika syajaratun = itu (sebuah) pohon. Adalah struktur kalimat yang salah. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki), sedangkan pohon (berjenis perempuan). تلك شجرة 5 tilka syajaratun = itu (sebuah) pohon. Inilah kalimat yang benar, karena dua-duanya merupakan kata benda berjenis perempuan. Lalu bagaimana mengetahui suatu isim termasuk berjenis laki-laki atau perempuan? Untuk kata benda penunjuk (isim isyaroh) spt "ini", "itu", maka tidak ada cara kecuali dihapalkan saja. Wah repot dong.... Gak juga, kata dalam kelompok ini tidak begitu banyak spt: ذلك dzalika = itu (laki-laki) تلك tilka = itu (perempuan) هذا hadzaa = ini (laki-laki) هذه hadzihi = ini (perempuan) Mengenalkan Teman Bayangkan disebelah anda Ada, Febrianti dan Sutanto. Kemudian datang teman lain yang belum kenal Febrianti dan Sutanto, maka Anda akan berkata: هذاSutanto (hadzaa Sutanto), هذهFebrianti (hadzihi Febrianti). Ini Sutanto, ini Febrianti. 6 Untuk kata benda alam (isim alam) seperti mobil, kantor, perpustakaan, buku dll, maka cara yang paling mudah adalah dengan melihat apakah ada ta marbutoh ةatau ( ـةta tertutup) pada akhir katanya. Jika ada ta marbutoh, maka kata ini termasuk jenis perempuan. Contoh: شجرةsyajaratun = pohon بقرةbaqoratun = sapi betina فاطمةfatimah = nama orang Ada beberapa tanda-tanda lain (yang lebih jarang muncul) untuk isim alam jenis perempuan, tetapi pada kesempatan kali ini kita hanya tampilkan satu yaitu adanya ta marbutoh. Tanda ini paling sering muncul. Nakiroh dan Ma'rifah Sekarang kita masuk ke topik baru. Pada saat kita baca ذلك الكتابdzalika al-kitaabu (buku itu), kata buku ( كتابkitaabu) ditambahkan AL ()الـ menjadi ( الــكتابal-kitaabu), penambahan AL ini maksudnya adalah menjadikan suatu kata benda menjadi sesuatu yang diketahui (definitif), sama halnya dalam bahasa Inggris, untuk memberitakan sesuatu yang sudah diketahui ditambah THE. Misalkan: I read a book أقرأ كتاباaqra-u kitaaban I read the book أقرأ الكتابaqra-u al-kitaaba Pada contoh pertama, si pendengar belum mengetahui buku apa yang dimaksud oleh si pembicara. Sedangkan pada contoh kedua si 7 pembicara yakin si pendengar sudah sama-sama tahu buku apa yang sedang dia baca. Pada contoh pertama, kata kitaab disebut nakiroh (artinya belum definitif, belum diketahui oleh yang mendengar object yang jelas). Sedangkan pada contoh kedua disebut ma'rifah (definitif) yang artinya pembicara yakin pendengar tahu secara pasti (definitif) object mana yang disebut. Kembali ke surat Al-Baqaroh: ذلك الكتابdzaalika al-kitaabu maka kitaab (buku) disini ma'rifah, artinya pembaca ayat ini diasumsikan sudah tahu kitaab apa yang dimaksud. Dzalika Al-kitaabu = buku itu, atau bisa dibaca buku (yang kalian sudah tahu tentangnya) itu. Menurut tafsir, maksud dari "buku itu" adalah Al-Quran itu sendiri. Demikian pembahasan ringkas Ma'rifah dan Nakiroh. Insya Allah akan kita lanjutkan lagi pada minggu ini atau minggu depan. Jika ada yang ingin dikomentari, ditanyakan, memberikan usulan, atau perbaikan, silahkan klik comments dibawah. Syukron katsiron. Topik berikut Insya Allah: Bagaimana struktur kalimat yang sempurna dalam bahasa Arab. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/26/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_26.html 8 Topik 3: Membentuk Kalimat Sempurna Bismillahirrahmanirrahim. Pada topik 2, kita telah menjelaskan apa bedanya kitaabun (buku) dengan al-kitaabu (buku), yaitu perbedaannya terletak pada telah jelas atau belum jelasnya benda yang dibicarakan oleh si pendengar. Kebetulan tidak ada respon yang ditulis di Comments, maka saya anggap, para pembaca telah mengerti. Tetapi ada yang bertemu dengan saya dan menyampaikan kesimpulan dia di topik ke 2: "Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?", begitu kesimpulan teman saya tersebut. Saya belum jawab, karena saya ingin share jawabannya di blog ini. Oke sebelum masuk ke topik inti yaitu membentuk kalimat sempurna, maka seperti biasa saya menjawab pertanyaan dulu. Oh ya, lain kali, tolooooongg bangeeet.... kalau ada pertanyaan tulisnya di Comments (iconnya di akhir tulisan ini). Tujuannya adalah selain memudahkan saya mencari jawabannya, pembaca lain juga jadi tahu apa yang dibahas. Pertanyaan, atau lebih tepatnya pernyataan: "Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?". Jawaban saya, iya kalau posisi dia sebagai mubtada' atau fa'il. Nah mengenai mubtada' atau fa'il ini akan kita bahas pada topik-topik berikutnya. Satu-satu ya teman... hehe... Belajar itu harus pelan-pelan, biar meresap... Gitu kata ahli hikmah... Kemaren saya ambil contoh: شجرةsyajaratun (pohon), ini kata berjenis perempuan. Lalu teman saya mengatakan kalau begitu asal 9 belakangnya tun tun pasti berjenis perempuan. Seperti syajaratun, bintun (gadis perempuan) dsb. Saya jawab iya. Tapi bagaimana kalau saya tulis begini شجرةsyajaratin, atau saya tulis syajaratan. Saya memang tidak menuliskan harokat َ dan lain-lain, karena kalau saya tuliskan, maka tanda-tanda titik seperti titik pada "sya "شakan tertimpa tanda harokat, sehingga tidak jelas lagi (apakah ini kerterbatasan Windows XP saya?) Tapi gak apa-apa, karena dalam bahasa Arab yang asli, tanda-tanda harokat juga tidak ada. Kembali lagi, شجرةkalau pakai harokat bisa saya tulis, syajaratun, syajaratan, syajaratin, syajaratu, syajarata, dan syajarati, dan kalau dalam bahasa percakapan ta marbutoh nya saya matikan/saya waqofkan (menjadi bunyi h), sehingga diucapkan menjadi syajarah. Nah loh berarti ada 7 kemungkinan bacaan. Dimana yang berakhiran tun merupakan salah satunya. Lalu yang mana yang berjenis perempuan? Jawabannya ke 7 jenis bacaan itu, tidak mempengaruhi status شجرةsebagai kata benda berjenis perempuan. Apakah dibaca syajaratun, syajaratu, syajaratan, syajarata, syajaratin, syajarati, mapun syajarah. Lalu apa bedanya dong antara syajaratun dengan syajaratu. Hehe... ini pertanyaan yang sama di kepala saya beberapa bulan yang lalu waktu belajar bahasa Arab. Biar gak penasaran jawaban singkatnya, jika ada AL ( )الــmisal الشجرةmaka huruf n dibuang. Jadi الشجرةhanya boleh dibaca as-syajaratu, as-syajarata, as-syajarati, atau as-syajarah. Kok begitu? Ya begitulah hukum atau aturan-aturan dalam bahasa Arab, yang hanya orang Arablah yang berhak membuat aturan-aturan itu. 10 Pertanyaan ke dua: kalau begitu, apa bedanya antara antara assyajaratu dengan as-syajarata? Jawaban ringkasnya adalah melihat kepada posisi yang ditempati oleh kata tsb. Apakah dia sebagai subject atau sebagai objek. Jika dia sebagai subject, maka dia dibaca assyajaratu, jika dia sebagai objek maka dibaca as-syajarata. Auuu... bingung... bisa kasih contoh gak? Gini gini... Contoh: Pohon ini besar. ( هذه الشجرة كبيرةhadzihi as-syajaratu kabiiratun) Saya (telah) melihat (sebuah) pohon. ( رأيت الشجرةro-ai-tu as-syajarata) Pohon dalam kalimat pertama berfungsi sebagai subject, maka dia dibaca as-syajaratu, sedangkan Pohon dalam kalimat dua berfungsi sebagai object maka dia dibaca as-syajarata. Okeh... cukup dulu disitu jawab pertanyaannya ya... Sekarang ke topik utama, membuat kalimat sempurna... Tapi pembaca... aduh... udah kepanjangan... disambung nanti saja ya... Insya Allah... jangan lupa isi comments di bawah ini. Satu lagi... Jangan kapok ya belajar bahasa Arab... Insya Allah dapat pahala kok, karena semakin ngerti bahasa Arab semakin asyik kan... Dengerin imam yang suaranya tartil, merdu, merayu... bisa bisa nangis loh, karena tahu apa yang dibaca sang Imam... Syukron. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/28/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_28.html 11 Topik 4: Membentuk Kalimat Sempurna Bismillahirrahmanirrahim Pada topik kali ini akan dibahas bentuk kalimat sempurna. Layaknya dalam bahasa Indonesia satu ide kalimat disebut lengkap kalau memiliki Subject dan Prediket. Sebagai contoh: "Buku itu besar", adalah kalimat sempurna. Tapi kalau saya sebut: "Buku itu", nah ini kalimat yang belum lengkap, karena maknanya masih menggantung. Tapi kalau saya tulis "Itu sebuah buku", maka ini sudah menjadi kalimat sempurna, karena ide kalimatnya sudah lengkap. Dalam struktur bahasa Arab, contoh diatas dapat ditulis sbb: ذلك الكتاب Prediket Subject Khobar Mubtada' Buku Itu Jika dibaca dari kanan : Itu (sebuah) buku. Kalimat ini disebut kalimat sempurna. Jadi kalau sudah ada Subject (Mubtada') dan Prediket (Khobar), maka struktur kalimat menjadi lengkap. Contoh lain: Pasar (itu) besar سوق كبيرsuuqun kabiirun. Subjectnya "Pasar", Prediketnya "Besar". Contoh lain: Itu (sebuah) pasar besar ذلك سوق كبيرdzalika suuqun kabiirun. Subjectnya "itu", Prediketnya "pasar besar". Kembali ke surat Al-Baqaroh: 12 ذلك الكتاب ال ريب فهdzaalika al-kitabu laa raiba fiihi Kitab itu tidak ada keraguan di dalamnya. Dapat dipandang sbb: 1. (S) Itu -- (P) Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya 2. (S) Kitab -- (P) tidak ada keraguan di dalamnya 3. (S) tidak ada keraguan (P) di dalamnya Kalimat diatas dapat dipandang sebagai (S) dan (P) [baris 1] dimana (P) nya terdiri dari (S) dan (P) [baris 2], dan (P) baris 2 sebenarnya terdiri dari satu kalimat sempurna juga yaitu (S) dan (P) baris 3. Demikian dulu untuk sujebct ini. Sampai ketemu dalam topik berikutnya. Jangan lupa isi Comments. Syukron katsir. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/30/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-denganal-quran_30.html 13 Topik 5: Huruf Jar Bismillahirrahmanirrahim Topik kali ini, kita akan membahas mengenai Huruf Jar. Binatang apakah ini? Dalam bahasa Indonesia kita biasa menyebut kata depan spt: Saya di rumah انا في البيتana fii al-bayti Kata: di (atau didalam) dalam bahasa Arab adalah فيfii, inilah yang disebut huruf Jar. Kembali ke surat Al-Baqaroh: 1-2 Kitab itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang muttaqien. Ada 2 huruf jar kita temui yaitu: ( ال ريب فيهlaa raiba fii hi) yaitu pada kata ( فيـfii) yang artinya di atau didalam (هدى للمتقينhudan lil-muttaqien) yait pada kata ( لli) yang artinya bagi. Kata للمتقينini jika kita pecah terdiri dari 2 kata yaitu ( لli) dan ( المتقينalmuttaqien). Apa saja huruf jar yang sering dijumpai? Tadi sudah disebutkan dari, untuk. Yang cukup banyak dijumpai adalah: منmin = dari إلىila = ke ' عنan = dari 14 ' علىala = diatas تحتtahta = dibawah فيfii = didalam لli = untuk/bagi Wah wah banyak yang mesti dihafal ya? Kalau gak mau repot, kalau menghafalkan surat Al-Baqaroh, ingat saja kata fii dan li. Untuk latihan: Saya didalam pasar انا في السوق-- ana fi as-suuqi Dia dari terminal هو من المحطةhuwa minal mahaththoti Sebelum menutup topik ini, dulu waktu saya menghafal ayat Al-Quran, kadang suka salah. Misalkan yang betul: laa roiba fiihi hudal lil muttaqien. للمتقين Nah saya suka lupa menyebutkan begini: laa roiba fiihi hudal lil muttaquun. للمتقون Walaupun secara arti, keduanya artinya sama, tetapi secara tatabahasa yang betul adalah yang pertama (muttaqien). 15 Nah lalu, apa bedanya muslimiin, dengan muslimuun? Ini dibahas dalam topik berikut. Topik berikut insya Allah, mengenai hukum yang berkaitan dengan huruf jar. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/02/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik.html 16 Topik 6: Rumah Pria Besar Bismillahirrahmanirrahim Kalau saya menyebut kalimat begini "Rumah pria besar". Atau "Rumah pria yang besar itu". Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Apakah yang besar itu? Apakah "Rumah" atau "Pria"nya? Kalau saya tulis: Rumah pria yang besar, ada 2 kemungkinannya: (Rumah pria) yang besar --> yang besar Rumahnya Rumah (pria yang besar) --> yang besar Prianya. Masalah-masalah spt ini sering muncul dalam ber-bahasa Indonesia. Tafsir kalimat jadi abu-abu, dan kabur. Salah satu mu'jizat bahasa Arab (paling tidak menurut saya yang baru belajar ini) adalah, menjelaskan tafsir yang sebenarnya. Sehingga makna kalimat menjadi jelas, tidak abu-abu. Ambil contoh yang tadi: بيت الرجل العظيم Baytur rajuli al-'adziimi --> Rumah (pria yang besar). Prianya yang besar, rumahnya bisa jadi kecil. Tapi kalau saya tulis begini: بيت الرجل العظيم Baytur rajuli al-'adziimu --> (Rumah pria) yang besar. Yang besar adalah Rumahnya, prianya bisa jadi kecil. 17 Terlihat kan, bahwa dengan hanya merobah harokat maka kejelasan makna kalimat menjadi terang sekali. Berbeda dengan bahasa Indonesia kan? Topik ini nanti dibahas pada bagian Mudhof. Insya Allah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/03/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_03.html 18 Topik 7: Tinjau ulang topik 1 s/d 6 Bismillahirrahmanirrahim. Pada topik 1 kita telah menjelaskan jenis-jenis kata dalam bahasa Arab, yaitu: (1) isim--kata benda, (2) fi'il--kata kerja, dan (3) harf (atau huruf)-kata tugas. Topik 2 sampai 5 kita telah jelaskan jenis-jenis isim dan harf. Topik 6 agak melenceng sedikit, menjelaskan masalah mudhof (atau kata majemuk). Sekarang kita review ulang surat Al-Baqaroh 1-2: Kitab itu, tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Karena tujuan akhir kita adalah bagaimana dengan cepat kita bisa menerjemahkan (ingat bukan menafsirkan loh... karena untuk menafsirkan perlu ilmu-ilmu lain), maka cara tercepat menurut saya adalah kemampuan memenggal-menggal kata dalam kalimat. Perhatikan ayat 2 diatas, menurut Anda terdiri dari berapa penggalan kata? Kalau jawaban Anda 7 maka jawabannya salah. Jawaban yang betul adalah 9 kata yaitu: المتقين..... ل...... هدى...... ـه....... في...... ريب..... ال.....الكتاب.....ذلك Teknik selanjutnya adalah (ini menurut pendapat saya pribadi loh...) setelah mengetahui 9 kata tersebut kita mengetahui apakah dia termasuk isim, fi'il, atau harf. Why? Karena kalau sudah punya "feeling" jenis-jenis kata tsb, kita minimal bisa "nebak-nebak" artinya. Okeh... sekarang kita urai satu-satu. ذلكitu, الكتابbuku, الtidak ada, ريب keraguan, فيdidalam, ـهnya, هدىpetunjuk, لbagi, المتقينorang-orang yang bertaqwa. 19 ذلكdzalika: itu --> isim isyaroh (kata benda tunjuk) الكتابal-kitaabu: buku --> isim alam ma'rifah (kata benda yang sudah spesifik) الlaa: tidak ada --> harf (kata tugas), tugasnya adalah meniadakan secara makna kata setelahnya ريبroiba: keraguan --> isim فيfii: didalam --> harf jar (kata tugas), tugasnya adalah menjadikan kata setelahnya tidak berakhiran un atau u, tetapi in atau i. Lihat topik 5. ـهhi: nya --> isim dhomir (kata ganti orang) هدىhudan: petunjuk --> isim لli: bagi --> harf jar (kata tugas). Lihat topik 5 المتقينal-muttaqien: orang-orang yang bertaqwa --> isim alam. Setelah tahu pembagian tsb, lalu ngapain? Apa pentingnya tahu pembagian isim, fi'il, harf? Nah kembali lagi kita lihat ayat 2 diatas, terdiri dari 9 kata. Adakah kata kerja (fi'il) didalamnya? Tidak ada khan? So??? Ya, kalau tidak ada berarti kalimat tsb kalimat yang tidak ada kata kerjanya. Ah bingung... Gini2x... Kalau saya sebutkan: Rumah dipuncak bukit itu indah rupawan, diatasnya ada pemandangan gunung yang menghijau. Nah, walau kalimat itu panjang, adakah bayangan "pekerjaan" dalam kalimat diatas? Bandingkan dengan ini. 20 Rumah dibawah lembah itu ditimpa longsor, dari batu yang menggelinding dengan cepat, menimpa lalu meremukkan rumah tersebut. Nah dalam kalimat ini ada kata kerjanya yaitu: ditimpa, menggelinding dengan cepat, menimpa, meremukkan. Terbayang ada "Action" disini kan, ada sesuatu yang bergerak, bekerja. Itulah kata kerja (atau fi'il) dalam bahasa Arab. Kembali lagi ke ayat 2 surat Al-Baqaroh diatas, kita tidak menemukan fi'il (atau kata kerja). Semuanya kata benda dan harf (kata tugas) saja. Buku itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Kalimat ini semacam kalimat pemberitahuan, bahwa kitab itu (yaitu Alquran) tidak ada keraguan sedikitpun didalamnya, dan dia adalah petunjuk bagi orang-orang bertaqwa. Perlu dilihat disini kata-kata الyang diikuti kata benda yang berbentuk nakiroh (umum) ريب: keraguan. Tugas Laa itu adalah meniadakan apapun jenis kata benda setelahnya (yaitu keraguan). Yang bisa diterjemahkan, tidak ada setetespun (sedikitpun) terhadap segala jenis keraguan, didalamnya. Demikian dulu topik ini kita tutup... Insya Allah akan kita lanjutkan lagi... Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/05/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_05.html 21 Topik 8: Mengimani, Mendirikan, Rezkikan, Menginfakkan Bismillahirrahmanirrahim Topik kali ini insya Allah kita akan membahas mengenai fi’il (kata kerja). Dalam bahasa Arab kata kerja dibagi 2 jenis, yaitu kata kerja sempurna-perfect tense (atau telah lewat – Past Tense), dan kata kerja belum sempurnya--imperfect tense (atau sedang dilakukan, atau akan dilakukan – Present Tense/Future Tense). Bagi yang sudah biasa berhasa Ingris, kenyataan ini cukup mengherankan. Bahasa Arab ternyata lebih sederhana!!! Kata kerja sempurna, dan belum sempurna... Nah loh, apa lagi tuh...? Kalau dalam bahasa Indonesia kita bisa berkata begini: ”Muhammad membaca buku”. Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Ya, anda akan tahu bahwa ada orang yang bernama Muhammad membaca buku? Kalau saya tanya, ”Kapan?”, ”Kapan dia membaca buku?”. "Apakah sekarang dia sudah selesai membaca buku?". Nah disini Anda mulai kerepotan. Yah itulah kelemahan bahasa Indonesia. Tidak ada indikasi kapan sesuatu perkejaan dilakukan. Bisa itu dikerjakan kemaren, saat ini, atau besok. Bagaimana dalam bahasa Arab? Dalam bahasa Arab maka suatu perkerjaan dibedakan dalam 2 domain waktu saja, yaitu telah dilakukan (telah selesai dilakukan, atau telah lewat), atau belum selesai dilakukan (sedang dilakukan, atau akan dilakukan). Misalkan spt ini: اب َ َ محمد يَ ْق َرأ الكتMuhammadun yaqra-u al-kitaaba (Muhammad sedang membaca buku) 22 اب َ َ محمد قَ َرأ َ الكتMuhammadun qara-a al-kitaaba (Muhammad telah membaca buku) Terlihat dari dua kalimat diatas, terdapat 2 isim (kata-benda) yaitu محمد dan الكتَاب. Sedikit mengulang topik yang lalu mengenai kata benda spesifik (ma’rifah) dan belum spesifik (nakiroh). Kata buku ( – كتَاب kitaab) maka karena ada ( al- ) الــmaka dia menjadi spesifik (artinya orang yang mendengar kalimat itu dianggap sudah mengerti buku mana yang dimaksud). Jika ingin tahu lebih detail masalah ini lihat topik-topik yang lalu. Isim yang kedua adalah محمدMuhammadun (atau kalau dalam bahasa lisan – Muhammad). Karena ini nama orang, bukan nama jenis, maka ini termasuk spesifik. Artinya pendengar (orang yang mendengar kalimat ini diucapkan), dianggap telah tahu Muhammad mana yang dimaksud (apakah Muhammad Rafli, Muhammad Satori, dll). Kata yang ketiga yang kita temui dalam kalimat diatas adalah kata kerja : membaca. Ada 2 format yang kita temui yaitu: َي ْق َرأ--ya'ra-u dia sedang membaca َ – قَ َرأ-qa-ra-a dia telah membaca Nah, pada topik kali ini kita telah mempelajari dua jenis kata kerja yaitu: kata kerja sedang, dan kata kerja telah (lihat contoh diatas). Oke oke... bagaimana kita membedakan bahwa suatu kata itu bersifat sedang (fi’il mudhori’) atau bersifat lampau (fi’il madhy)? Lihat contoh diatas baik-baik. Terlihat bahwa beda antara bentuk sedang dan telah hanyalah apakah ada tambahan kata didepan nya. Bingung? 23 Gini… gini… Kata membaca َ – قَ َرأqa-ra-a adalah asal kata dari membaca… Aduh apa lagi nih… apa maksud asal kata itu? Gini. Dalam bahasa Arab, kata itu punya asalnya (atau akarnya). Misal kata مسْلمmuslimun (1 orang pria muslim), asal kata nya أ َ ْسلَ َمdan akar kata dari aslama adalah سلَ َم َ – sa-la-ma. Sebagai informasi awal (Insya Allah akan dibahas lebih detail), akar kata "asli" bahasa Arab, terdiri dari 3 huruf. Akar kata ini menjadi indeks awal di kamus. Jadi kalau mencari kata muslim مسْلمjangan dicari di huruf م, tapi carilah di huruf س. Kembali lagi, dalam bahasa arab, akar kata itu berbentuk kata kerja telah (fi’il madhy). Jadi asal kata membaca itu َ – قَ َرأqa-ra-a kalau dicari di kamus dicari di huruf ق. Jangan mentang-mentang ketemu kata-kata – يَ ْق َرأyaq’ra’u (yang artinya juga membaca), maka Anda ujug-ujug mencari di kamus pada huruf ي. Insya Allah gak bakalan ketemu…. Hahaha… So, kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah: Kalau mau menjadikan suatu kata kerja menjadi bentuk sedang maka tambahkan يatau ( يـــya) di depan kata kerja bentuk lampau (kata kerja telah). Gampangkan? Sebagai latihan mari kita lanjutkan surat Al-Baqorah ayat 3 24 Perhatikan ada 4 kata kerja diatas, 3 merupakan bentuk sedang, 1 bentuk telah? Bisa Anda tebak? Mestinya bisa doongg... kan saya dah kasih rumusnya... Yang bentuk sedang – يؤمنونyu’ minuu-na (lihat ada tambahan يــdiawal kata) – mereka sedang beriman – يقيمونyu qii-muu-na (lihat ada tambahan يــdiawal kata) – mereka sedang mendirikan (sholat) – ينفقونyun fi-quun (lihat ada tambahan يــdiawak kata) – mereka sedang berinfaq Yang bentuk lampau رزقناهم-- asal nya adalah – رزقro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu mendapat akhiran ( ناyang artinya kami telah) dan ( همyang artinya kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan kepada mereka). Mengenai akhiran ini akan kita bahas pada topik berikut. Rasa Bahasa / Makna Sedang Kalau kita baca “sedang beriman”, “sedang mendirikan (sholat)”, “sedang berinfaq”, kurang cocok dengan rasa bahasa Indonesia. Maka kembali ke hokum dasar, maka kata kerja bentuk sedang dalam bahasa Arab juga dapat diterjemahkan kebiasaan (atau pekerjaan yang rutin dilakukan). Maka kalimat diatas dapat diterjemahkan: 25 Mereka terus beriman, dan mereka selalu mendirikan (sholat), dan mereka rajin berinfaq Demikian dulu topik ini kita akhiri. Insya Allah, pembahasan yang lebih dalam akan kita lanjutkan nanti. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/10/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_10.html 26 Topik 9 : Dia, Dia Berdua, Mereka Bismillahirrahmanirrahim. Kata yang sering muncul dalam Al-Quran adalah kata ganti orang ke 3 untuk laki-laki, yaitu: Dia ه َوhuwa Dia berdua ه َماhumaa Mereka ه ْمhum Hafalkan: huwa, humaa, hum Contoh kalimat: Dia ganteng: هو جميلhuwa jamiilun Dia berdua ganteng: هما جميالنhuma jamiilaani Mereka ganteng: هم جميل ْونhum jamiiluuna Kata ganti orang berdua (dia berdua atau هما-humaa) agak jarang ditemukan dalam Al-Quran, dibandingkan dengan Dia (seorang) هوhuwa, atau Dia banyak (mereka) هم-hum. Jadi ingat sekali lagi: هو-huwa dia هم-hum mereka Latihan 1: Farid adalah seorang siswa. Dia jujur. Farid فريد-Fariid adalah -- dalam bahasa Arab, tidak ada kata pengganti adalah 27 seorang siswa تلميذ-tilmiizun Dia هو-huwa jujur صادق-shoodiqun Jadi kalimatnya menjadi: فريد تلميذ-fariidun tilmiizun (farid seorang siswa) هو صادف-huwa shoodiqun (dia jujur) Latihan 2: Orang-orang muslim itu ganteng. Mereka orang-orang yang jujur. المسلمون جميلون-almuslimuuna jamiiluuna (orang-orang muslim itu ganteng-ganteng) هم صادقون-hum shoodiquuna (mereka jujur) TIPS: Terlihat bahwa untuk kata sifat (ganteng, jujur), jika untuk 1 orang (dia satu orang) tidak ada tambahan waw nun ()ون. Lihat bedanya dengan untuk banyak orang (mereka) ada tambahan waw nun di akhir kata sifatnya. Ingat صادقdengan صادقون. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/12/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_12.html 28 Topik 10: Tinjau Ulang Kata Kerja (Fi'il) Bismillahirrahmanirrahim Pada topik yang lalu kita sudah melihat pembagian jenis kata kerja dalam bahasa Arab yaitu hanya terbagi dua macam: Kata Kerja Sedang (KKS), dan Kata Kerja Lampau (KKL) Kembali ke Laptop, eh maksudnya ke Quran. Surat Al-Baqarah ayat 3: Di ayat ini kita temui 3 KKS dan 1 KKL. Yang mana itu? Insya Allah Anda sudah tahu bukan? Saya ulangi kembali: Yang bentuk sedang – يؤمنونyu’ minuu-na (lihat ada tambahan يــdiawal kata) – mereka sedang beriman – يقيمونyu qii-muu-na (lihat ada tambahan يــdiawal kata) – mereka sedang mendirikan (sholat) – ينفقونyun fi-quuna (lihat ada tambahan يــdiawal kata) – mereka sedang berinfaq Yang bentuk lampau رزقناهم-- asal nya adalah – رزقro-za-qo (yang artinya rezkikan) lalu mendapat akhiran ( ناyang artinya kami (telah)) dan ( همyang artinya kepada mereka). Jadi Razaqnaahum artinya (yang kami telah rezkikan kepada mereka). Fokus topik kali ini adalah menjelaskan Tips memeriksa apakah kata kerja itu termasuk KKS atau KKL. 29 Perhatikan contoh diatas sekali lagi. Sebelum saya kasih tips nya, kita lihat satu contoh dulu: Terlihat bahwa untuk KKS: selalu ada tambahan diawal kata kerjanya. Maksudnya? Ya lihat saja contoh diatas. Kata asalnya adalah كتبkataba. Lalu untuk membentuk kata kerja sedang (KKS), tambahan huruf sebelum كتب- yang biasa (sering muncul di Al-Quran adalah) , ت,أ ون.. يـ, يـ. Jadi asal ketemu kata-kata tambahan tsb terhadap suatu kata kerja, maka bisa dikira-kira maksud kata kerja tsb adalah kata kerja sedang (KKS). Hal itu dapat diringkaskan dalam rumus berikut: Mas, oke deh... Saya dah ngerti, mengenai teknik membedakan KKS dan KKP. Tapi Mas... hmmm ngomong-ngomong kok kita gak beranjak dari Ayat 3 surat Al-Baqaroh. Padahal ini sudah topik yang ke 10 loh. Ok. ok. Terima kasih diingatkan. Sekarang saya kasih tugas. Ada berapa Fi'il dalam ayat 4 ini? Kalau jawaban anda 4, maka kita bisa lanjut ke topik berikutnya Insya Allah, mengenai kata kerja Pasif. Lihat di ayat 4 diatas kata أنزل-unzila, adalah kata kerja pasif (artinya diturunkan), karena dia KKL (fi'il madhy), maka lebih tepat artinya "telah diturunkan". Bagaimana ciri-ciri KKL Pasif. Insya Allah akan kita bahas setelah pesan-pesan berikut. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/17/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_17.html 30 Topik 11: Kata Kerja Lampau (KKL) Pasif Bismillahirrahmanirrahim Topik kali ini, kita akan melihat ciri-ciri kata kerja lampau pasif. Kenapa kita masuk topik ini? Ingat pada topik sebelumnya kita sudah sampai pada ayat 4 surat Al-Baqaroh. Pada ayat 4 ini kita Insya Allah temukan kata-kerja lampau pasif tersebut. Oke oke... Ada gak beda kata kerja pasif dalam Bahasa Indonesia dan Arab? Sepintas saya lihat tidak ada (nanti Insya Allah kita akan bahas lebih dalam bahwa sebenarnya ada bedanya yang cukup signifikan). Misal, dalam bahasa Indonesia kita berkata begini: Umar telah memukul --> Kata kerja lampau aktif Umar telah dipukul --> Kata kerja lampau pasif Dalam bahasa Arab juga demikian. ب ع َمر َ -- dhoraba 'umaru َ ض َر (Umar telah memukul) Oh iya sebelum saya lupa, dalam bahasa Arab (atau dalam AlQur'an)biasanya lebih umum meletakkan Pelaku dibelakang kata kerjanya. Contoh diatas: Umar memukul, dapat saya tulis ب َ '( ع َمرumaru dhoraba) --> Umar telah memukul َ ض َر ب ع َمر َ (dhoraba 'umaru) --> Umar telah memukul (lebih sering َ ض َر digunakan) Nah sekarang untuk membentuk pasif, kata ب َ (dhoraba--telah َ ض َر memukul) berubah menjadi ب َ ( ضرdhuriba--telah dipukul). 31 Oh berarti perubahannya hanya pada harokat kata kerja lampaunya ya? Ya.. ya... Anda cerdas... INGAT RUMUS INI : AA - UI AA adalah kata kerja lampau (KKL) aktif UI adalah kata kerja lampau (KKL) pasif Ingat: ب َ - harokat huruf pertama A (dho), harokat huruf sebelum akhir A َ ض َر (ra)--> telah memukul ب َ ضر- harokat huruf pertama U (dhu), harokat huruf sebelum akhir I (ri)--> telah dipukul Kasih contoh lain dong Mas. Oke lihat surat Al-baqorah ayat 4. Terlihat disitu ada kata: ( أ ْنز َلunzila-- telah diturunkan) Kata kerja ini terdiri dari 4 huruf. RUMUS AA - UI : AKTIF - PASIF أ ْنز َل-- unzila (telah diturunkan) أ َ ْنزَ َل-- anzala (telah menurunkan) 4 Huruf: (1) Alif, (2) Nun, (3) Zal, (4) Lam AKTIF AA --> harokat huruf 1 = A (untuk huruf Alif), harokat huruf sebelum akhir = huruf 3 = A (untul huruf Zal) PASIF UI --> harokat huruf 1 = U (untuk huruf Alif), harokat huruf sebelum akhir = huruf 3 = I (untuk huruf Zal) 32 Demikian rumus AA-UI untuk KKL (Kata Kerja Lampau). Insya Allah akan kita lanjutkan lagi minggu depan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/26/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_26.html 33 Topik 12: Surat Al-Baqarah ayat 4 Bismillahirrahmanirrahim Sebenarnya saya mau lanjut ke ayat 5, tapi karena pada topik 11, di bagian comments ada yang "ngeluh" kok susah ya, akhirnya saya tunda dulu membahas ayat 5. Gak apa-apa deh, yang penting pemirsa ngerti... Kaif? eh gomong-ngomong kaif itu artinya "gimana". Oke, lanjut. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada fi'il majhul. Aduh mas jangan kasih istilah-istilah yang berat dong... Oke. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada kata kerja pasif. Mungkin makin tinggi topiknya terasa makin berat ya? Hmm... bisa jadi karena saya agak sedikit sibuk, sehingga tulisannya pendek-pendek (beda dengan topik awal kali ya, yang tulisannya panjang-panjang). Atau bisa jadi model penulisannya, dimulai dari teori, baru praktek. Model begini mungkin terasa membosankan. Oke deh, saya ubah modelnya, pertama latihan dulu baru terakhir teori. Balik ke ayat 4 surat al-Baqarah. Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan dan apa yang diturunkan kepada sebelummu, dan kepada hari akhirat mereka yakin. Hafalkan kata-kata berikut (gak diafalin juga gak apa-apa): و-wa : dan الذين-al ladziina : orang-orang yang 34 يؤمنون- yu'minuuna : mereka senantiasa beriman (lihat ada يـdan ون sebagai tanda dari KKS (ingat rumus YA ANITA) dan ونsebagai tanda untuk "mereka" بـ-bi : dengan ـما-ma : apa-apa yang أنزل-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11) إليـ-ilay / asalnya إلي-ilaa : kepada ك-ka : engkau و-wa : dan ما-maa : apa-apa yang أنزل-unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11) من-min : dari --> huruf jar (lihat topik sebelumnya) قبلـ-qabli / asalnya قبل-qobla : sebelum ك-ka : engkau و-wa : dan بـ-bi : dengan األخرة-akhiirat : akhirat هم-hum : mereka يوقنون-yuuqinuun : mereka senantiasa yakin --> KKS 35 Kesimpulannya adalah: bahwa pengetahuan mengenai KKS, KKL, dan rumus-rumusnya spt YA ANITA, AA dan UI, akan sangat membantu kita dalam menerjemahkan dan memahami Al-Quran. Allahu a'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 4/27/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-dari-al-qurantpoik-12.html 36 Topik 13: Muannats, Mudzakkar, Mufrod, Mutsanna, Jamak Bismillahirrahmanirrahim Kaifa haalukum ?كيف حالكمGimana permirsa kabar antum sekalian? Kaif? Semoga tetap semangat dalam belajar Al-Lughoh Al-Arabiyyah اللغة العربية Terakhir kemaren ayat berapa? Ayat 4, ya... Okeh... Insya Allah topik kali ini kita masuk ke ayat 5, dan 6. Dan kita akan pelajari mengenai kata benda (isim) yang berjenis maskulin (pria) / mudzakkar, dan yang berjenis feminim (wanita) / muannats. Muannats - Mudzakkar Apa sih ini? Okeh, dalam bahasa Arab bedanya dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sebuah kata benda itu di"takdir"kan punya jenis, apakah jenis perempuan, atau laki-laki. Yang berjenis perempuan itu biasanya ada tanda ta marbutoh dibelakanngnya misalkan: الشجرة- asy-syajaratu (sebuah pohon) الطائرة- ath-thooirotu (sebuah pesawat) الدراجة- ad-darroojatu (sebuah sepeda) Kata-kata isim alam (kata benda yang tampak wujudnya) spt diatas, kalau digandengkan dengan kata sifat (besar, kecil, dll), atau kata tunjuk (ini, itu) maka kata sifat atau kata tunjuk yang dipilih adalah kata berjenis perempuan juga. Kenapa? Hehehe... sudah lupa ya, dalam bahasa Arab, kata sifat itu adalah kata benda, dan kata tunjuk itu juga kata benda (isim). Dua isim yang saling terkait harus berjenis sama. 37 Contoh: تلك الشجرة- tilka asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> BETUL ذلك الشجرة- dzalika asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> salah secara grammar, karena ذلك-dzaalika (itu) adalah kata tunjuk (isyim isyaroh) berjenis laki-laki, sedangkan pohon, adalah isim yang berjenis perempuan. Mufrod, Mutsanna, Jamak Apalagi nih? Nah bahasa Arab juga sangat "care" tentang jumlah benda. Misal dalam bahasa Indonesia: Saya membeli mobil. Apa yang terbayang? Bisa jadi mobil yang dibicarakan itu satu buah mobil, bisa dua mobil, bisa 3 mobil atau lebih. Dan kadang kita juga 'gak peduli ya? Dalam bahasa Arab, saya sebut spt ini: إشتريت سيارة-isytaraitu sayyaaratan (saya telah membeli sebuah mobil) Kalau saya telah membeli 2 mobil, maka saya mengatakan: إشتريت سيارتان-isytaraitu sayyarataani (saya telah membeli dua buah mobil) Dan kalau saya membeli lebih dari 2 mobil (3 atau lebih), maka saya mengatakan: سيارات إشتريت-isytaraitu sayyaaraatan (saya telah membeli banyak mobil) َ TIPS: 38 1. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah dua, maka kita perlu menambahkan ALIF NUN انdibelakang kata bendanya. Contoh: سيارة،سيارتان- sayyarataani (2 buah mobil) طائرة،طائرتان- thooirotaani (2 buah pesawat) دراجة،دراجتان- darroojataani (2 buah sepeda) 2. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah banyak (lebih dari 2), maka untuk yang berakhir ta marbutah ةatau ـةtinggal diubah menjadi ALIF TA ات. Contoh سيارة،سيارات- sayyaarootun (banyak mobil) طائرة،طائرات- thooirootun (banyak pesawat) دراجة،دراجات- darroojaatun (banyak sepeda) Demikian dulu permirsa, Insya Allah akan kita lanjutkan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/01/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik.html 39 Topik 14: Kalimat Pertanyaan Bismillahirrahmanirrahim. Kita mulai dengan ayat 5 surat Al-Baqaroh: َعلَى هدى من َّربه ْم َوأ ْولَـئ َك هم ْالم ْفلحون َ أ ْولَـئ َك ulaaika=mereka itulah; ‘alaa=diatas; hudan=petunjuk; min=dari; rabbi=Tuhan; him=mereka; wa=dan; ulaaika=mereka itulah; hum=mereka; al-muflihuun=orang-orang yang beruntung. dan ayat 6 surat Al-Baqaroh َع َليْه ْم أَأَنذَ ْرت َه ْم أ َ ْم لَ ْم تنذ ْره ْم الَ يؤْ منون َ س َواء َ ْإ َّن الَّذينَ َكفَروا inna=sesungguhnya; alladziina=orang-orang yang; kafaruu=mereka telah kafir; sawaaun=sama; 'alaihim = atas mereka; a=apakah; andzarta=engkau telah beri peringatan; hum=(kepada) mereka; am=atau; lam=tidak; tundzir=engkau (sedang/selalu) beri peringatan; hum=(kepada) mereka; laa=tidak; yu'minuun= meraka (sedang/akan) beriman. Sampai disini mudah-mudahan permirsa saya harap tidak bingung, apa bedanya hum=mereka, dan him=mereka (lihat ayat 6 diatas). Ada katakata 'alayhim=atas mereka, dan andzartahum=engkau telah beri peringatan mereka. Dua-duanya hum dan him artinya mereka. Gak bingung ya? Kalo bingung ngaku, berarti kita harus ulang mengenai topik huruf jar (harf jar). Oke ringkasnya, kalau pada 'alayhim asalnya hum tapi karena terletak setelah huruf jar, berubah menjadi him. Sedangkan pada andzartahum, hum disini sebagai maf'ul (objek penderita). Sama halnya: saya telah melihat mereka رأيتهمra-ai-tu-hum. Ra-a=telah melihat; tu=saya; hum=mereka. 40 YES/NO QUESTIONS Di ayat 6 ada hal yang menarik untuk dipelajari, disitu tertulis: أأنذرتهمa andzar-ta-hum = apakah engkau telah memberi peringatan untuk mereka. Secara kata per kata: أ-a = apakah أنذرت-andzarta = engkau telah mengingatkan هم-hum = (kepada) mereka Terlihat disini cara untuk bertanya YES/NO question (pertanyaan yang menghendaki jawaban YA/TIDAK) dalam bahasa Arab adalah: أ-a = apakah (YES/NO) atau هل-hal = apakah (YES/NO) Misalkan saya melihat sesuatu berbentuk stik runcing diatas meja. Saya menebak "kayaknya ini sebuah pena". Lalu saya tanya ke seseorang yang ada dekat benda itu sambil bertanya: "Apakah ini pena?" أ هذا قلم؟-a hadzaa qolamun = apakah ini pena? Atau saya juga bisa tanya: هل هذا قلم؟-hal hadzaa qolamun = apakah ini pena? OPEN ENDED QUESTION 41 Misalkan saya mengharapkan si penjawab menjawab "ini pena". Maka dalam bahasa Arab, pertanyaan yang menghendaki jawaban selain YES/NO, menggunakan isim istifham (kata tanya), menggunakan kata ما - maa. Jadi saya akan tanya: ما هذا؟- maa hadza = apa ini? Dia akan jawab: هذا قلم- hadzaa qolamun = ini sebuah pena. QUIZ-1: Saya menanyakan sebuah kotak yang berbentuk buku. "Apakah ini buku?" أ هذا كتاب؟- a hadzaa kitaabun? atau ما هذا كتاب؟- maa hadzaa kitaabun? Jawab: yang benar adalah jawaban yang pertama. Karena أatau هل menghendaki jawaban Ya ( نعم- na'am) atau Tidak ( ال- laa). Pertanyaan pada jawaban ke dua salah, karena kalau saya pakai ما- maa, maka pertanyaannya menjadi: ما هذا؟- maa hadzaa = apa ini? Ingat: Struktur ما هذا كتاب؟adalah struktur kalimat yang salah. Insya Allah kita lanjutkan minggu depan. 42 Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/04/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-denganal-quran_414.html 43 Topik 15: Kalimat Berita Negatif Bismillahirrahmanirrahim Kita telah melihat pada ayat 1 s/d 5 surat Al-Baqorah, banyak sekali kalimat berita disitu. Maksud kalimat berita adalah kalimat yang memberitakan sesuatu. Loh berarti ada jenis kalimat lain? Ada... Ada... Yaitu Kalimat Perintah, dan Kalimat Bertanya. Topik kemaren kita sudah membahas topik kalimat bertanya bukan? Ingat closed-ended question pakai أ-aa (apakah), atau هل-hal (apakah), dan ingat open-ended question yaitu ما-maa (apakah), atau من-man (siapakan), atau متى-mataa (kapan), atau أين-aina (dimanakah), dll. Kalimat berita contohnya: Engkau sedang mengingatkan mereka: أنت تنذرهم-anta tundziru hum Kalau saya ingin memberitakan bahwa: Engkau sedang tidak mengingatkan mereka, maka saya akan berkata: أنت لم تنذرهم-anta lam tundzir hum Perhatikan disini bahwa kita memakai لم-lam untuk me-negatif-kan suatu kalimat berita. Kata lam ini hanya dipakai untuk KKS (Kata Kerja Sedang). Ada bentuk lain yaitu pakai Laa ال أنت ال تنذرهم-anta laa tundziru hum Kedua bentuk tsb artinya sama: yaitu engkau sedang tidak mengingatkan mereka. Lalu apa bedanya? 44 Nah disini, perhatikan ya... penting nih soalnya Anda akan banyak temui dalam AQ. Point2xnya: 1. Jika pakai lam لم, maka kata kerja sedang setelah lam tsb huruf terakhirnya disukunkan (dimatikan). Jadi yang betul: تنذر ْ لم-lam tundzir 2. Jika pakai laa ال, maka kata kerja setelahnya berbentuk KKS biasa. Bentuk diatas menjadi: ُال تنذر-laa tundziru Sebagai latihan, terjemahkan ayat 6 surat Al-Baqorah. Insya Allah kita lanjutkan minggu depan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/11/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_11.html 45 Topik 16: Kalimat Perintah Larangan Bismillahirrahmanirrahim. Mohon maaf minggu kemaren saya tidak dapat posting artikel lanjutan, karena satu dan lain hal. Terakhir sudah sampai ayat berapa ya? Kalau tidak salah ayat 6. Di ayat 6 ini ada ada yang unik yang kita temukan yaitu kata لم- lam. Kedudukan lam ini dalam bahasa Arab, berfungsi untuk membuat kalimat berita negatif. Sekedar me-refresh, kalimat berita negatif itu agak berbeda dengan kalimat larangan. Misal saya mengatakan: Sekarang dia sedang makan. Ini adalah kalimat berita. Kalau saya katakan: Sekarang dia tidak sedang makan. Maka ini adalah kalimat berita nengatif (penyangkalan). Oke... mudah-mudahan jelas ya... Nah topik 16 ini membahas suatu pola baru yaitu kalimat perintah larangan, yang terdapat di ayat 11. Eit... eit... bentar dulu Mas... Kemaren kan terakhir ayat 6. Kenapa tidak dibahas ayat 7, 8, 9, dan 10. Hmm... gini... Gimana kalau saya suruh, buat jadi PR saja? Kenapa gitu Mas? Soalnya, belum ada pola baru yang ditemukan di 4 ayat tersebut. Yang ada adalah kata-kata baru, seperti quluub (hati), maradh (penyakit) dll. Maka silahkan latihan sendiri ya. Teknik latihannya, ayat 7, 8, 9, dan 10, dipenggal-penggal, lalu tentukan apakah dia ISIM, FI'IL, atau HURF. KALIMAT PERINTAH LARANGAN Nah kita masuk ke topik inti. Siap? Insya Allah ya... Oke. Sekarang saya mau kasih tahu dulu apa contohnya kalimat perintah larangan. Kalau saya sebut: RUSAKKANLAH! maka ini adalah kalimat perintah. 46 Kalau saya sebut: JANGAN MERUSAK! maka ini disebut kalimat perintah larangan. Bagaimana bahasa arabnya JANGAN MERUSAK! Perlu diketahui, dalam bahasa Arab, kalimat perintah langsung itu ditujukan untuk orang ke-dua tunggal, dual, atau jamak. Intinya untuk orang ke-dua tunggal. Nah agak bingung nih Mas... Oke gini. Kata orang ke-dua tunggal itu adalah: KAMU, KAMU BERDUA, KALIAN. Artinya lawan bicara itu ada di depan kita sebagai pemberi perintah. Okeh. Sekarang balik lagi: JANGAN MERUSAK! Bagaimana bahasa Arabnya? Jangan itu ال- laa merusak itu أفسد- afsada (untuk orang ke 3 tunggal) Oh kalo gitu: JANGAN MERUSAK! = ال أفسد- laa afsada Bener gak Mas? Ya not bad lah, untuk pemula. Hampir betul. Lah... Hampir betul? Kalo gitu yang betul itu gimana Mas? Yang betul itu: ال ت ْفس ْد- laa tufsid Oh gitu... Kenapa ditambahin TA? Lalu kenapa bukan LA TAFSADA. Oke oke... berarti ada 2 pertanyaan ya. Pertanyaan pertama, kenapa ditambahin TA? Karena kita memerintahkan orang yang didepan kita (berarti orang ke 2 tunggal KAMU). Ingat ciri-ciri Fi'il Mudhori' yaitu adanya YA ANITA (masih ingatkan?). Nah tambahan TA itu diperlukan untuk menunjukkan kata kerja itu ditujukan kepada KAMU (atau ENGKAU). 47 Pertanyaan kedua, kenapa bacanya tidak AFSADA + TA menjadi TAFSADA atau TA-AFSADA? Mengapa TUFSID? Nah ini kembali ke hukum fi'il mudhori'. Kalau kata merusak itu bahasa arabnya AFSADA أفسدini untuk fi'il madhy (KKL), sedangkan KKSnya YUFSIDU, untuk orang ke 3, dan TUFSIDU untuk orang ke dua. Lihat penjelasan berikut: أفسد- AFSADA = (dia telah) merusak يفسد- YUFSIDU = (dia sedang) merusak تفسد- TUFSIDU = (engkau sedang) merusak ال تفسد- LAA TUFSIDU = (engkau sedang) tidak merusak. ال تفس ْد- LAA TUFSID = (engkau) JANGAN MERUSAK! Kebayang kan? Hayoo jawab yang jujur... Kalau dah kebanyang, sekarang buka Al-Quran lihat surat 2 ayat 11. Disitu ada tertulis: ال تفسدوا- LAA TUFSIDUU Kenapa ada tambahan وا- waw dan alif? Karena perintah ini ditujukan untuk banyak orang. Jadi ال تفسدوا- LAA TUFSIDUU = (wahai KALIAN SEMUANYA) JANGAN MERUSAK ! Itulah guna dari tambahan waw dan alif tsb. Mudah-mudahan jelas ya... Insya Allah kita lanjut pekan depan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/22/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_22.html 48 Topik 17: Kata Kerja Perintah Bismillahirrahmanirrahim. Topik 17 ini sangat dekat dengan topik 16. Di dalam buku-buku pelajaran bahasa Arab biasanya topik ini digabung dalam satu bab. Okeh... mari kita ingat-ingat topik 16. Di topik 16 dijelaskan bentuk kata kerja perintah larangan. Kita telah jelaskan, apa bahasa Arabnya : JANGAN MERUSAK? Udah tahu kan? Hmmm belum Mas... Ehmm belum tahu atau lupa? Hehehe... Kalau lupa silahkan baca kembali topik 16. Sekarang... (ta' itungin nih ... 1, 2, 3, ..., 100). Udah? Oke... jawabnya apa? LAA TUFSID ال تفس ْدMas... Oke anda betul. Sekarang saya kasih soal. Apa bahasa arabnya: MERUSAKLAH! Hehe itu mah gampang. Kalau jangan merusak! = LAA TUFSID!, berarti kalau merusaklah! = TUFSID! Betul gak? Hmm kali ini Anda salah. Lalu yang benar apa Mas? Yang benar itu: (hoi kamu) MERUSAKLAH! = AFSID افس ْد Duh kok susah ya Mas? Sabar... sabar... saya juga pertama pikir susah, sampai saya ketemu cara mudah. Mau tak kasih tahu gak? Gini... Rumus Mudah Membentuk Kata Kerja Perintah (Fi'il amr) 1. Tentukan kata kerja KKL yang mau dijadikan kata kerja perintah. 49 2. Cari KKS nya 3. Buang huruf YA didepan KKS nya 4. Harokat huruf akhir jadikan sukun (mati) 5. Jika kata awalan berharokat sukun (mati), maka tambahkan alif 6. Harokat alif, umumnya kasroh (baris bawah) atau bisa juga fathah (baris atas), atau dhommah. Wadaw... buanyak baget langkahnya... Hehehe... tenang-tenang, kelihatannya saja banyak... kalau dah latihan Insya Allah gampang kok. Kasih contoh latihan dong Mas. Okeh kita kasih dua contoh. Duduk dan Memuliakan. Contoh 1: Duduk Langkah 1. Tentukan KKL dari duduk. KKL dari duduk adalah JALASA جلس Langkah 2. Tentukan KKSnya. KKS dari JALASA adalah YAJLISU يجلس (ingat rumus YA ANITA) Langkah 3. Buang huruf YA pada kata YAJLISU --> JLISU ْجلس Langkah 4. Harokat huruf akhir jadikan sukun : JLISU menjadi JLIS س ْ ْجل Langkah 5. Jika harokat huruf awal sukun --> Harokat JIM sukun, maka tambahkah Alif. Berarti JLIS س ْ atau IJLIS س ْ ْ ْجلbisa menjadi AJLIS س ْ اجل ْ اجل. Langkah 6. Yang umum adalah harokat alif kasroh (baris bawah) jika KKL 3 huruf nya tidak diawali alif fathah. Lihat langkah 1 KKL nya diawali JIM جbukan ALIF أ, maka yang dipilih adalah IJLIS س ْ . Catatan: Rumus 6 ini ْ اجل akan dipertajam lagi pada pembahasan topik-topik selanjutnya (Insya Allah pada topik fi'il mazid). 50 Kesimpulannya: (dia telah) duduk = JALASA جلس (dia sedang) duduk = YAJLISU يجلس (dia sedang) tidak duduk = LAA YAJLISU ال يجلس (hai kamu) Jangan Duduk = LAA TAJLIS تجلس ال ْ (hai kamu)DUDUKLAH = IJLIS س ْ ْ اجل Contoh 2: Memuliakan Langkah 1. KKL memuliakan --> AKRAMA أ ْكرم Langkah 2. KKS memuliakan --> YUKRIMU يكرم Langkah 3. Buang YA --> KRIMU ْكرم Langkah 4. Harokat akhir matikan --> KRIM ْكر ْم Langkah 5. Harokat KAF sukun --> tambahkan alif --> AKRIM أكرمatau IKRIM إكرم Langkah 6. Pilih AKRIM atau IKRIM. Karena KKL diawali dengan Alif dan 4 huruf, maka yang dipilih AKRIM (Harokat alif Fathah). Kesimpulannya: (dia telah) memuliakan = AKRAMA أ ْكرم (dia sedang) memuliakan = YUKRIMU ي ْكرم (dia sedang) tidak memuliakan = LAA YUKRIMU ال يكرم (hai kamu) jangan memuliakan! = LAA TUKRIM ال تكرم 51 (hai kamu) Muliakanlah! = AKRIM أكرم Demikian dulu ya... semoga tidak jadi bingung... Tetap semangat... Wassalam Catatan tentang langkah 6: Jika ditambah alif, maka harokat alif biasanya kasroh, atau dhommah. Insya Allah kita akan dalami, rumus baku nya pada lanjutan tulisan ini. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/23/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik_23.html 52 Topik 18: Tolonglah! Bismillahirrahmanirrahim Kita masih akan lanjutkan mengenai topik Fi'il Amr (Kata Kerja Perintah). Pada topik sebelumnya telah kita bahas 6 langkah mudah membentuk Fi'il Amr. Masih ingat kan? Gak ingat juga gak apa... Hehe... Topik kali ini akan kita lanjutkan lagi, pendalaman 6 langkah tsb. Kita akan beri 2 contoh: yaitu menolong - nashoro ص َر َ َ نdan mempelajari/belajar - 'allama علم Contoh 1: نصر Kita latih lagi 6 langkah tsb: Langkah 1. KKL menolong --> NASHARA نصر Langkah 2. KKS menolong --> YANSHURU ينصر Langkah 3. Buang YA --> NSHURU ْنصر Langkah 4. Harokat akhir matikan --> NSHUR نص ْر Langkah 5. Harokat NUN sukun --> tambahkan alif --> Kemungkinan UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR Langkah 6. Pilih UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR. Kita berhenti sejenak disini. Kita dihadapkan dengan 3 pilihan. Dalam topik 18 ini, langkah ke 6 kita pertajam sbb: 6.1 Jika KKL terdiri dari 4 huruf, huruf pertama alif fathah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) berharokat Fathah (lihat contoh AFSID : RUSAKLAH, pada topik 17). 53 6.2 Jika KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka harokat Alif tambahan (hasil langkah 5) adalah: - kasroh jika huruf KKS sebelum terakhir fathah atau kasrah - dhommah jika huruf KKS sebelum terakhir dhommah Wuih... mangkin puyeng aje nih ane... Bang... Tenang... Tenang... Kita akan beri 2 contoh untuk memudahkan (kelihatannya saja rumit, tapi kalau dilatih dengan contoh Insya Allah gak seserem yang dibayangkan)... Oke kembali kita ke topik NASHARO. Kita sudah sampai pada langkah ke 5, dengan memberikan pilihan: UNSHUR, INSHUR, atau ANSHUR. Mari kita terapkan rumus 6.1 dan 6.2 6.1 KKL dari MENOLONG adalah NASHARA نصر. KKL adalah 3 huruf. Sehingga rumus 6.1 ini tidak berlaku, karena rumus ini hanya berlaku untuk KKL 4 huruf, huruf pertama adalah alif berharokat fathah. Kalau demikian lanjut ke 6.2 6.2 KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka kita tinggal melihat harokat huruf sebelum akhir dari KKSnya. Okeh... KKS dari NASHARO adalah YANSHURU, huruf terakhir dari ينصرadalah RO, huruf sebelum akhir adalah SHOD. ينصر. Harokat SHOD apa???? Harokat SHOD dhommah ( ). Jika dhommah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) juga berharikat dhommah. Sehingga menjadi انصرUNSHUR (bukan INSHUR, atau ANSHUR). Jadi kita ringkas: نصر- NASHARO : (dia telah) menolong --> KKL 54 ينصر- YANSHURU : (dia sedang) menolong --> KKS ال تنصر- LA TANSHUR : (hai kamu) jangan menolong ! --> Perintah larangan انصر- UNSHUR : (hai kamu) MENOLONGLAH! --> fi'il amer (PERINTAH) Gimana Mas, jelas kan? Hmmm... rada ribet ya... Ya, namanya belajar, musti kudu bersusah-susah dikit. Jurus yang saya berikan ini sudah yang dipermudah loh... Bisa-bisa kalau Mas belajar dengan ustadz lain, rumus yang diberikan lebih susah hehe... Atau malah disuruh gapalin rumus? Okeh... kita masuk ke contoh 2: 'ALLAMA (mempelajari/belajar) Kita ulangi 6 langkah diatas. 1. KKL : 'ALLAMA علم 2. KKS : YU'ALLIMU يعلم 3. Buang YA: 'ALLIMU علم 4. Harokat akhir matikan: 'ALLIM عل ْم 5. Harokat huruf awal, yaitu harokat 'AIN fathah, berarti rumus 5 tidak berlaku 6. Karena rumus 5 tidak berlaku maka rumus 6 juga tidak berlaku Kesimpulan: علم- 'allama: (dia telah) memperlajari/belajar --> KKL يعلم- yu'allimu: (dia sedang) belajar --> KKS 55 ال تعلم- laa tu'allim: (hai kamu) jangan belajar --> Kata kerja perintah larangan علم- 'allim (berhenti sampai langkah 4 diatas) : (hai kamu) Belajarlah! --> Fi'il amr. Demikian dua contoh telah diberikan untuk mempertajam teknik menentukan fi'il amr. Insya Allah untuk contoh-contoh yang lain akan kita lanjutkan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/04/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/06/belajar-bahasa-arab-dari-alquran-topik.html 56 Topik 19: Al-Baqaroh 12 & Manfaat Kamus Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah kita sudah sampai pada Al-Baqaroh ayat 11. Terakhir kita "terhenti" di ayat ini kan (lihat topik 16). Cukup panjang kita bahas ayat 11 ini sampai ke Topik 18. Kali ini kita mencoba baranjak maju ke ayat selanjutnya, yaitu ayat 12. Kita cuplik ayat 12 ini: Kita coba terjemahkan: اال- alaa : ingatlah (dihafalkan saja) ان- inna : sesungguhnya (akan dibahas dalam bab Harf Inna) هم- hum : mereka هم- hum : mereka (sebagai fa'il/pelaku)--> dibaca humu, karena setelahnya ada AL المفسدون- al mufsiduuna : orang-orang yang berbuat kerusakan (fa'il) و- wa : dan (terkadang bisa berarti tetapi) لكن- la kinna : akan tetapi (akan kita bahas dalam bab Harf Inna) ال- laa : tidak يشعرون: mereka senantiasa (sedang) menyadari Ingatlah, sesungguhnya mereka(lah) orang-orang yang berbuat kerusakan, akan tetapi tidak(lah) mereka (sedang) menyadari(nya). Kita coba bahas ya. 57 Ada satu kata kerja (fi'il) dalam ayat ini yaitu : يشعرون- yas'uruuna : mereka sedang menyadari. Sisanya adalah isim dan harf. Isim yang menarik untuk dibahas adalah المفسدون- al mufsiduuna, dalam bentuk ma'rifah (spesifik), jika kita buang alif-lam menjadi مفسدون- mufsiduuna, dalam bentuk nakiroh (umum). Oke kita bahas dua topik itu saja ya... Baiklah: Kata يشعرون Lihat pelajaran-pelajaran sebelumnya. Kita dihadapkan dengan kata kerja. Bagaimana tahunya dong mas? Sebenarnya sudah diajarkan dalam topik yang lalu, tapi tidak ada salahnya diulang disini. Oke tandanya bahwa dia itu kata kerja: 1. Dia diawali ya diakhiri waw nun.( ون... ) يـ 2. Ingat kembali bila ada pasangan YA, WAW, NUN itu merupakan ciri yang kuat dari fi'il mudhori' (KKS) 3. Arti dari KKS yang ada YA, WAW, NUN itu : mereka sedang ... katakerja 4. Jika kita buang YA, WAW, NUN, maka akan lahir kata kerja aslinya. Kita elaborasi sedikit teknik ini: Kata يشعرونkalau kita buang YA, WAW, NUN, maka tersisa شعر- sy 'u ru . Tinggal tiga kata: SYIN, 'AIN, RA. Beberapa waktu yang lalu ada yang email ke alamat yahoo saya, menanyakan bagaimana caranya kita tahu harokat suatu huruf. Misal kita dikasih 3 huruf, arab gundul, شعر, nah bagaimana cara membacanya? 58 Oke kita bisa dapatkan banyak kemungkinan: SYA 'A RA SYA 'A RI SYA 'A RU SYA 'I RA SYA 'I RI SYA 'I RU dst, banyak sekali kemungkinannya. Akan tetapi yang umum adalah biasanya (mayoritas) kata kerja asli yang terdiri dari tiga huruf itu harokatnya fathah semua, sehingga yang kita gunakan adalah: شعر- sya 'a ra untuk kepastian harokat tersebut kita perlu kamus (periksa di kamus). Di kamus akan ada entri berikut يشعر- شعر: sya'a ra (KKL) - yas 'u ru (KKS) yang bisa berarti: 1. bersyair 2. menyadari / mengetahui Maka kita pilih yang lebih tepat arti yang no. 2. Disini dapat kita lihat arti pentingnya kamus bahasa Arab: Jika kita sudah dapat akar kata (3 huruf) seperti SYIN 'AIN RA diatas, maka kita bisa mencari tahu 3 hal: 1. Kita bisa tahu apa KKL (Kata Kerja Lampau / fi'il madhy) 59 2. Kita bisa tahu apa KKS (Kata Kerja Sedang / fi'il mudhori') 3. Kita bisa tahu harokat untuk KKL dan KKS nya Kembali lagi ke kasus diatas, kata يشعرونdalam Al-Baqaroh 12, jika kita pecah: شعر- sya 'a ra : dia telah mengetahui يشعر- yas 'u ru : dia sedang mengetahui يشعرون- yas 'u ruu na : mereka sedang mengetahui Oke mudah-mudahan jelas ya pren... Sekarang kita masuk ke topik selanjutnya yaitu: Kata al-mufsiduuna المفسدون Kata al-mufsiduuna, ini adalah kata benda. Why? Jawabannya telah dijelaskan di topik-topik yang lalu, tapi kita ulangi saja disini ya: 1. Adanya huruf alif dan lam, ciri kata benda 2. Jikapun alif lam dibuang maka tinggal مفسدون- mufsiduuna, maka adanya MIM ... WAW NUN, maka ini ciri kata benda orang Oke sekarang kita coba urai lagi... Kata مفسدون- mufsiduuna, apa akar katanya? Oke berikut kita coba teknik mencari akar kata untuk kata al-mufsiduun diatas: Pertama-tama adanya MIM ... WAW NUN, berarti ciri dari kata benda orang, yang bisa berarti orang yang ...kata-kerja. 60 Oke kalau kita buang MIM, YA, NUN maka akan tersisa huruf FA SIN DAL. فسد, sekali lagi, setelah proses pembuangan sebagian huruf kita tidak bisa langsung menentukan harokat masing-masing huruf bisa: fasada, fasadi, fasadu, fasuda, dst. Lalu mana yang harus dipilih? Ini menjadi satu persoalan. Persoalan ke dua adalah, apakah akar kata al-mufsiduuna itu FASADA atau AFSADA? Loh apa lagi nih... bingung... biar gak bingung, Insya Allah temukan jawabannya dalam topik berikut, kita akan bahas mengenai topik DSK (Dhommah, Sukun, Kasroh), yang mana pola ini banyak sekali kita temui dalam al-Quran. Sebagai bocoran saja untuk topik depan, kata kerja asli (yang terdiri dari tiga huruf) dalam bahasa arab mempunyai 12 bentuk turunan. Yang umum adalah 8 bentuk. Bentuk yang sangat sering muncul dalam Al-Quran adalah bentuk turunan I. Contoh kata kerja berikut: nazala: turun anzala: menurunkan (bentuk turunan I) Nah bentuk turunan I ini yang Insya Allah kita akan pelajari. Kita akan mencari tahu apakah kata yang dipakai dalam Al-Baqarah 12 ini (dalam mufsiduun) itu: fasada afsada (bentuk turunan I). Insya Allah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/11/2007 61 http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-19-al-baqaroh-12maanfaat-kamus.html 62 Topik 20: FASADA atau AFSADA? NAZALA atau ANZALA? Bismillahirrahmaanirrahiim Baiklah... topik yang lalu pertanyaan ini sudah dimunculkan. Kita bahas dalam topik ini ya... Insya Allah. Sebagaimana telah disinggung sedikit, hampir semua kata kerja dalam bahasa Arab terdiri dari 3 huruf. Beda dong ya sama bahasa Indonesia. Kata kerja "mempersatukan" dalam bahasa kita "asal" katanya (root) adalah satu (4 huruf). Kata "satu" ini mendapat awalan mem-per dan akhiran an. Banyak sekali orang asing yang sangat kesulitan dengan aturan imbuhan (awalan + akhiran) dalam bahasa Indonesia ini. Misalkan dalam tata bahasa Indonesia disebutkan: me-xx-kan : membuat sesuatu menjadi xx memper-xx-kan : membuat sesuatu menjadi saling ber-xx maka, me-satu-kan atau menyatukan (asimilasi) : membuat sesuatu menjadi satu memper-satu-kan : membuat sesuatu saling bersatu Nah, dalam bahasa Arab kata kerja juga mendapat imbuhan yang merubah arti. Dalam bahasa Arab proses penambahan imbuhan ini baik berupa awalan, sisipan, atau akhiran akan membentuk kata kerja baru yang disebut Kata Kerja Turunan (KKT). Ada 12 jenis kata kerja turunan dalam bahasa Arab, akan tetapi yang paling sering digunakan hanya ada 8. Insya Allah kita akan bahas satu persatu nanti. 63 Oke biar gak bertele-tele kita akan kasih satu contoh. Kata kerja NAZALA نزلadalah kata kerja dasar (kadang disebut juga kata kerja asal, atau root word). NAZALA نزلartinya turun. Harap diingat lagi pelajaran-pelajaran sebelumnya yaitu kata kerja asal selalu bentuknya past tense dengan pelaku Dia laki-laki.Kita sudah jelaskan mengenai hal tersebut pada topik KKL (kata kerja lampau). Silahkan baca-baca lagi topik 1 s/d 5. Dengan aturan ini maka NAZALA نزلarti harfiahnya Dia turun. Oh ya sebelum lupa, salah satu keunikan bahasa Arab adalah bahwa pada suatu kata kerja, pasti melekat siapa pelakunya. Contoh NAZALA artinya turun. Siapa pelakunya? Karena ini kata kerja asal (root) maka pelakunya adalah Dia laki-laki. Bagaimana kalau pelakunya saya, misalkan dalam kalimat: "saya turun". Bahasa arabnya NAZALTU نزلت Perhatikan: saya turun (2 kata) dalam bahasa arab hanya menjadi satu kata NAZALTU (inilah salah satu alasan mengapa terjemahan buku bahasa arab ke bahasa Indonesia menjadi lebih tebal dari buku aslinya). Baiklah, kembali ke topik utama. Kalau saya mau katakan "dia turun", maka kata turun disini tidak memerlukan objek. Beda kasusnya kalau saya sebut "dia makan", maka kata makan disini butuh objek (penderita). Saya bisa mengatakan "dia makan nasi". Kata nasi disini adalah objeknya. Kalau begitu kata kerja dapat kita bagi menjadi kata kerja yang perlu objek dan kata kerja yang tidak perlu objek. 64 Sekarang kalau saya bertanya,bagaimana teknik mengubah kata kerja yang tidak perlu objek menjadi kata kerja yang perlu objek? Proses pengubahan ini dalam bahasa arab disebut proses membentuk Kata Kerja Turunan Pertama atau KKT I KKT I Kata turun atau NAZALA, kalau saya ubah kata turun menjadi menurunkan, maka inilah yang disebut KKT I. Kenapa? Karena kata "turun" adalah kata kerja tidak perlu objek, dan kata "menurunkan" adalah kata kerja yang perlu objek. Contohnya: Dia turun : NAZALA نزل Dia menurunkan buku: ANZALA AL-KITAABA الكتاب أنزل َ Kata turun dalam kalimat pertama tidak perlu objek. Tapi kata kerja pada kalimat kedua memerlukan objek. Bagaimana prosesnya membentuk KKT I? Ternyata cukup sederhana. Kita hanya perlu menambahkan alif didepan kata kerja asal yang 3huruf. Huruf pertama sukunkan, huruh kedua dan ketiga fathahkan. Sehingga: nazala : dia turun نزل anzala :dia menurunkan (sesuatu) أنزل Allah menurunkan Quran : Allahu anzala al-quraana هللا أنزل القرأن Sama juga halnya dengan: 65 karuma : dia mulia كرم akrama : dia memuliakan (seseorang) أكرم Dia memuliakan ustadznya : akrama ustaazahu أكر م أستاذه Atau contoh lain: fasada: dia rusak فسد afsada: dia merusakkan (sesuatu) أفسد Dia merusakkan bumi : afsada al-ardha أفسد األرض Demikianlah telah kita bahas KKT I. Sebagai info tambahan bentuk kata kerja turunan tipe I (KKT I) ini cukup banyak ditemukan dalam Al-Quran. Untuk lebih mendalami KKT I ini insya Allah dua topik didepan akan mengkaji lebih dalam bentuk KKT I ini. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/15/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-20-fasada-atau-afsadanazala-atau.html 66 Topik 21: MUSLIM dan Pola DSK Bismillahirrahmanirrahim Banyak sekali kita bertemu dengan pola-pola DSK di Al-Quran. Sebut contoh: muslim (orang yang tunduk), mu'min (orang yang beriman), mufsid (orang yang merusak), mundzir (orang yang memberi peringatan). Itu semua yang didepannya diawali oleh huruf Mim, yang merupakan ciri-ciri kata-benda orang (kata benda pelaku). Belum lagi kata kerja sedang (KKS) yang berpola DSK, seperti: yuslim (sedang tunduk), yu'min (sedang beriman), yufsid (sedang merusak), yundzir (sedang memberi peringatan). Perhatikan surat Al-Baqaroh ayat 1 - 12. Semua kata-kata itu Anda temukan, bukan? Semuanya berpola DSK. Apa itu pola DSK? Pola DSK adalah pola yang harokat huruf pertama Dhommah, huruf kedua Sukun, huruf ketiga Kasroh. Ya, Dhommah, Sukun, Kasroh (DSK). Mari kita ambil contoh: 67 Disitu terlihat apa yang saya maksud DSK. Lihat, lingkaran-lingkaran kecil warna merah. Lingkaran pertama untuk D (dhommah), lingkaran kedua untuk S (Sukun) lingkaran ketiga untuk K (Kasroh). Apa pentingnya DSK? Ini saya kasih bocorannya ya... hihi... Pertama-tama bahwa jika Anda ketemu DSK, misalkan kata: yuslim Kata Kerja Sedang KKS(dia tunduk), atau muslim ISIM-kata benda (orang yang tunduk), maka jika ketemu DSK seperti ini ingat-ingatlah pesan "guru": "Hai anak-ku jika kamu menemui pola DSK, maka sebenarnya akar katanya sudah mendapat tambahan Alif" Nah Anda sebagai anak yang baik, membaca-baca lagi buku, apa sih maksud "guru". Setelah Anda baca-baca buku pelajaran bahasa Arab, Anda jadi mengerti. Maksud Pak Guru sbb: Ambil contoh: kata muslim. Terdiri dari 4 huruf kan: mim, sin, lam, mim Akar katanya adalah: sin lam mim (sa-li-ma) سلم Di kamus, kata salima itu artinya: selamat, sentosa Lalu Anda buru-buru mengambil kesimpulan, ooh kalau begitu kata muslim (ada tambahan mim), artinya orang yang selamat, atau orang yang sentosa (bahagia). Nah ini kesimpulan anda terlalu terburu-buru. Yang betul itu, seperti ini. Anda dapatkan kata: مسْلم Muslim. Lihat harokatnya: DSK kan? 68 Lalu cari akar katanya: - buang mim di depan, menjadi: sin lam mim. Cari di kamus, kata sin-lam-mim. Di kamus anda akan ketemu kata SALIMA artinya selamat, sentosa. Nah, karena muslim itu DSK, maka Anda harus mencari di kata ALIF SIN LAM MIM أسلم itulah pentingnya pola DSK. Artinya apa? Artinya, untuk tahu arti kata muslim, anda cari di kata أسلمaslama Di kamus anda ketemu kata tsb: أسلمaslama, artinya: menyerah, atau tunduk Dengan demikian orang yang menyerah, atau orang yang tunduk disebut: مسلمmuslim Kira-kira Anda mengerti gak? Saya ulangi. Kalau ketemu di Al-Quran, suatu kata baik dia kata benda, atau kata kerja yang punya pola DSK, maka jangan Anda kira, maksud kata tsb adalah akar kata 3 huruf nya, tapi akar kata 3 huruf plus Alif. Coba bandingkan: سلم- salima: dia selamat, atau dia sentosa أسلم- aslama: dia tunduk 69 Beda kan... antara selamat, dengan tunduk... Maka kata bentukan dari أسلم- aslama, itu juga merujuk kepada makna : tunduk. Contoh: Aku telah tunduk: أسلمت- aslamtu Aku selalu tunduk: أسلم- uslimu Dia telah tunduk: أسلم- aslama Dia selalu tunduk: يسلم- yuslimu dst... Demikian telah kita jelaskan pola DSK, dimana pola ini bermanfaat mana kala Anda, ingin mencari tahu arti kata di kamus. Sebagai penutup, kita beri contoh: kata mufsiduun. Perhatikan kata ini akar katanya: fasada. Tetapi karena kata bentukannya mufsiduun, berpola DSK, maka Anda harus mencari di kamus arti mata mufsiduun itu pada kata أفسد- afsada, bukan di kata فسد. Artinya, kalau ingin tahu apa arti kata mufsiduun, carilah di entri kata afsada. Insya Allah akan kita lanjutkan pada topik berikutnya... Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/22/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-21-muslim-dan-poladsk-seri.html 70 Topik 22: KKT I, dan KKT II Bismillahirrahmanirrahim Kita telah menyelesaikan bentuk KKT I. Dan dampak dari KKT I itu yaitu lahirnya pola DSK. Kita review sedikit ya. KKT I, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan I. Bentuk ini didapat dengan menambahkah Alif didepan. Contoh yang sering kita bawa adalah: KKD (Kata Kerja Dasar): nazala, artinya turun. KKT I nya adalah anzala, artinya menurunkan. Perhatikan: KKD نزل- nazala: turun KKT I أنزل- anzala: menurunkan Fungsi dari KKT I ini adalah membuat kata yang tidak perlu objek menjadi perlu objek. Ingat kembali, kata "turun" adalah kata kerja tidak perlu objek. "Saya turun". Tapi kata "menurunkan" perlu objek. "Saya menurunkan buku, dari rak dilantai 2". Kata "buku" adalah objek dari kata "menurunkan". 71 Kita flash-back lagi, bentuk KKT I ini dalam bentuk kata kerja lampau (KKL), sedangkan bentuk kata kerja sedang (KKS) nya berpola DSK. Contohnya: KKT I, bentuk KKL: أنزل- anzala: dia (telah) menurunkan KKT I, bentuk KKS: ينزل- yunzilu : dia (sedang) menurunkan --> Pola DSK Sekarang fokus kita adalah KKT II, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan jenis ke dua. KKT II Bentuk ini adalah bentuk yang secara fungsi hampir sama dengan KKT I, yaitu menjadikan kata kerja yang tidak perlu objek menjadi objek. Contohnya di Al-Quran surat 2 ayat 97, yaitu kata nazzala, yang artinya sama dengan anzala yaitu menurunkan. Jadi kata أنزل- anzala: menurunkan, dalam bentuk KKT I, bisa juga نزلnazzala: menurunkan, dalam bentuk KKT II. Artinya sama, sama-sama menurunkan (sesuatu). Demikianlah telah kita bahas sepintas bentuk KKT II. Ingat KKT II ini dibentuk dengan cukup mudah, yaitu, kata kerja dasar (KKD) 3 huruf, maka huruf kedua di tasydid. Insya Allah akan kita lanjutkan topik ini... Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/10/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-22-kkt-i-dan-kkt-ii-seribelajar.html 72 Topik 23: Latihan Al-Fatihah ayat 1 & 2 Bismillahirrahmanirrahim Sepertinya, kita perlu memperbanyak latihan dan saat ini mengurangi tempo untuk teori. Dan menurut sebagian orang, lebih baik latihannya dari surat-surat pendek yang biasa dibaca dalam sholat. Agar hafalan kita nambah dus, pengertian kita terhadap surat tsb menjadi lebih baik (karena bisa menerjemahkan). Oke baiklah... Insya Allah kita mulai dengan surat Al-Fatihah. بسمbismi bi ب: dengan. Ini adalah huruf jar (kata depan). Ingat di topik-topik awal, kata setelah huruf jar adalah kata benda. smi سم: asal katanya dari samaa ( سماmemberi nama), dan kata bendanya ismun إسمyang artinya nama. Mestinya بdengan إسمmenjadi بإسمbi-ismi, tapi karena huruf jar بmaka hamzahnya lebur, sehingga menjadi بسمbismi. Apa arti bismi? Bi = dengan, smi = nama, dengan demikian bismi = dengan nama. Oh ya ingat lagi sifat huruf jar, yaitu dia menasab-kan (istilah menasabkan ini sering dipakai dalam tatabahasa arab, yang artinya membuat harokat huruf akhir menjadi kasroh (baris bawah)). Dengan demikian, yang benar membacanya: bismi, bukan bismu, atau bisma. Kata selanjutnya: هللا. Sehingga بسم هللاartinya dengan nama Allah. 73 Oh ya perlu dilihat disini harokat terakhir dari Allah, adalah kasroh. Dengan demikian dibaca: Bismillahi, bukan bismillahu, atau bismillaha. Perlu ingat lagi (sudah dibahas ditopik kata majemuk), bahwa kalau 2 kata benda bertemu dan kata benda kedua berharokat kasroh, maka 2 kata itu adalah kata majemuk (dalam bahasa Arab disebut Mudhof). Oke, jadi bismillahi, artinya dengan nama Allah. Kalau kita urutkan dari asal-asal katanya: ب إسم هللاbi ismi Allahi, dibaca: bismillahi Bagaimana kalau kita baca bismillahu? Dalam bahasa arab jika kata benda berharokat dhommah, maka dia menjadi pelaku. Sehingga kalau kita baca: Allahu, dalam bismillahu, maka artinya akan berobah, dimana Allah menjadi subject dan bismi menjadi prediket. Dengan demikian arti dari bismillahu, adalah Allah untuk nama, atau Allah dengan nama. Inilah fungsi i'rob dalam tatabahasa Arab, karena salah i'rob (harokat akhir) akan merubah arti. الرحمن الرحيم Arrohman, lihat ada alif lam, tandanya ini kata benda. Arrohiim, juga ada alif lam, tandanya ini kata benda. Hal kedua adalah, i'rob (harokat akhir) arrahmaan dan arrohiem adalah kasroh, sehingga ditulis arrahmaani, bukan arrohmaanu, atau arrohmaana. Dan arrahiemi, bukan arrahiemu, atau arrahiema. Apa artinya ini? 74 Perhatikan sebelum arrohman ada kata Allah, yang juga kasroh. Ini berarti kata - kata ini adalah kata kata majemuk (mudhof) Dalam tatabahasa arab : ب إسم هللا الرحمن الرحيم Kalimat diatas hanya terdiri dari 2 pola: Huruf jar ب+ Mudhof إسم هللا الرحمن الرحيم Arrohmaan berasal dari kata رحمrohima: mengasihi Arrohiem berasal dari kata yang sama dengan arrohmaan, yaitu رحم: mengasihi, atau memberi ampunan. Akan tetapi karena ada tambahan alif dan nun pada Arrohmaan, maka artinya berubah, menjadi sifat yang maha, artinya الرحمانartinya Maha Pengasih. Dan kata Arrohiem, karena ada tambahan يmaka artinya berubah menjadi sifat yang extensif dan terus menerus, yang sering diartikan Maha Penyayang. Demikianlah kita telah selesaikan latihan menerjemah Surat Al-Fatihah ayat 1. Sekarang kita masuk ke ayat 2: الحمد هلل رب العالمين Kata الحمدalhamdu. Asal katanya adalah حمدhamida yang artinya memuji. Ada alif-lam berarti dia adalah kata benda. Kata حمدini mempunyai masdar (kita belum pelajari ini) hamdun, yang artinya pujian. 75 Kata lillahi, هلل, ini terdiri dari 2 kata, yaitu لli (yang artinya untuk atau kepunyaan/milik) dan هللاAllah. Seharusnya tertulis ل هللاtetapi karena alif lebur ke li, maka menjadi ل هللdan karena li lebur kepada lam pada kata Allah, maka menjadi هللlillahi. Perhatikan bahwa لli adalah huruf jar. Sesudah huruf jar, adalah kata benda. Sehingga lillahi artinya untuk Allah, atau kepunyaan Allah. Sehingga: الحمد هللalhamdu lillahi artinya segala puji milik Allah, atau segala puji untuk Allah. Mengapa ada kata (segala)? Al-hamdu sendiri artinya pujian atau puji. Tetapi karena ini dilekatkan kepada Allah, maka maknanya meliputi semua hal pujian. Oleh karena itu Alhamdulillah biasa diterjemahkan segala puji milik Allah. رب العالمينrabbul 'aalamien. ربrabbu artinya Tuhan. العالمينberasal dari عالمyang artinya alam (karena ada tambahan ينmaka artinya sesuatu yang banyak, atau sangat luas atau sering disebut semesta alam). Perhatikan bahwa rabbu al-'aalamien ini juga kata majemuk (mudhof). Dengan demikian pola kalimat الحمد هلل رب العالمينmenggunakan pola Subject ( )الحمد+ keterangan ( )هلل+ keterangan ()رب العالمين Apa tanda-tanda subject? Berulang kita katakan bahwa tanda Subject adalah adanya i'rob Dhommah. Lihat Alhamdu, bukan al-hamda, atau al-hamdi. Tandanya Al-Hamdu ini adalah Subject. 76 Sehingga ayat ke 2 ini: Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam. Insya Allah kita akan lanjutkan ayat berikut dan diteruskan dengan latihan surat-surat pendek lain. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/20/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-23-latihan-al-fatihahseri.html 77 Topik 24: Latihan Al-Fatihah ayat 4 Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, ditengah kesibukan saya, saya teruskan untuk membahas ayat 4. Alhamdulillah juga ada akhi dari Jawa Timur, yang mengatakan mengikuti dari topik 1 sampai 23. Senang rasanya, tulisan saya ada yang membaca. Saya teringat hadist Riwayat Muslim: Rasulullah SAW bersabda, siapa yang berbuat kebaikan, dia akan dapat pahala. Dan jika kebaikan itu dicontoh/dikerjakan orang, dia akan mendapat pahala dari orang itu, tanpa mengurangi pahala buat orang itu. Subhanallah... Oke kita lanjutkan ke pelajaran berikutnya ayat 4. Eitt kok ayat 3 dilewati Mas? Oh iya, sengaja, karena ayat 3 itu bagian dari ayat 1. Arrahmaan Arrahiem. Jadi pembahasannya sama dengan ayat 1. َمـالك َي ْوم الدين- maaliki yaumi ad-dien Insya Allah kita bahas satu-satu ya... Oke.. Kata مالك: yang memiliki. Asal katanya ملك- malaka artinya memiliki. Hmmm... Kata ini sepertinya diserap ke bahasa Indonesia ya... Coba lihat kata ملك- malaka, ini adalah kata past tense (KKL), sedangkan KKSnya يملك- yamliku, kalau ya kita buang maka menjadi mlik, di bahasa Indonesia disebut milik. Oke ملك-malaka, ini adalah kata kerja yang artinya memiliki. Nah, kita disini akan mempelajari membentuk kata-benda pelaku dari sebuah kata kerja. Dalam bahasa Arab ini disebut isim fa'il. Gimana caranya Mas? Insya Allah guampaaang.... 78 Oke caranya: 1. Jika kata kerjanya 3 huruf, maka 2. Tambahkan alif setelah huruf pertama dah... gampang kan... Contoh kata: نصر- nashoro (artinya menolong). Orang yang menolong? Guampang... tambahkan saja alif setelah nun, menjadi ناصر- naashirun, atau naashir (orang Indonesia sering menyebut nasir)... eh jadi ingat teman saya waktu SMA, namanya Nasir. Dulu saya suka manggil dia: Nasir, Nasir, darimana aja elo [pakai bahasa minang tentunya...] (sekarang setelah belajar bahasa Arab, jadi ingat dia... Pantesan ya si Nasir itu dulu suka menolong saya). Kalau yang menolong naashir, kalau orang yang ditolong apa dong? Insya Allah guampang juga. Tinggal tambahin mim didepan nun pada نصرdan tambahkan waw sebelum ro. Jadinya منصور- manshuurun (orang yang ditolong). Nah kalau ingat Mansur ini ingat penyanyi zaman saya SMP dulu. Sekarang kita jadi tahu ya... bahwa nasir sama mansur itu 2 orang dalam satu kejadian. Satu penolong (nasir), satu yang ditolong (mansur). Oke deh, kembali ke MALIK... kalo gitu kata kerja ملك-malaka, artinya memiliki. Kalau saya buat seseorang yang memiliki berarti saya tinggal tambah alif setelah مyang menjadi مالك- maa li kun (orang/sesuatu yang memiliki). Oh gitu... hmmm... tapi Mas kok bacanya maalikun? Kok gak maalakin, maalukun, maalikan, dll? Hmm ini sebenarnya ada topik yang membahasnya, sebutlah topik tinggat Advance gitu deh.... Tapi biar gak pusing, gini saya saya kasih ciri-cirinya: 1. Kata kerja 3 huruf, setelah ditambah alif, maka harokatnya adalah: 79 2. Huruf kedua (setelah alif) adalah kasroh. Jadi, yang betul maalikun, bukan maalakun. Oke. Lalu kenapa maalikun, bukan maaliku? Nah ini ingat lagi pelajaran awal-awal mengenai isim (kata benda). Aslinya kata benda itu, akhirannya dhommahtain (akhiran un). Sedangkan jika dia mendapatkan tambahan alif lam المالك, maka akhirannya dhommah, sehingga dibaca al-maaliku. Oke, balik lagi ke ayat: َمـالك يَ ْوم الدين Ada 3 kata disini. Ke 3 nya kata benda (isim). Yaitu: maaliki yaumi addien. Kata maaliki artinya yang memiliki. Lho, katanya yang betul maalikun. Kok sekarang jadi maaliki. Nah, ada 2 sebab kenapa maalikum menjadi maaliki: 1. Perhatikan, karena huruf kaf berharokat kasroh (mali- ki), maka kita mencurigai ada huruf jar di depannya. Artinya ayat ini merupakan lanjutan ayat sebelumnya yang ada huruf jarnya. Kalau dilihat ayat sebelumnya ada huruf jar Li pada Lillahi rabbil 'aalamin. Inilah yang menyebabkan kata maalikun menjadi maalikin. 2. Perubahan dari maalikin menjadi maaliki, karena kata ini merupakan kata majemuk (mudhof). Ingat rumus mudhof sbb: KB1 (tidak pakai tanwin) + KB2 (alif-lam+kasroh) Contoh: Rasul (milik) Allah = Rasulu Allahi atau dibaca Rasulullah. رسول هللا 80 Bukan dibaca Rasulun Allahi, atau Rasuulun Allaha, dsb Oke kembali lagi ke ayat: َمـالك يَ ْوم الدين: Maaliki = yang memiliki yaumi, berasal dari yaumun artinya hari. Menjadi yaumi, karena dia mudhof-ilah (bagian dari kata majemuk). Ad-dieen, berasal dari daa-na yang berarti tunduk, sedangkan kata bendanya ad-dien, artinya agama. Perhatikan harokat terakhir juga kasroh, karena dia ini mudhof-ilaih (bagian dari kata majemuk). Sehingga ayat ke 4 ini jika diterjemahkan: (2&3:segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, yang Rahman, yang Rahim), yang memiliki hari agama. Hari-agama ini menurut ahli tafsir, artinya hari pembalasan. Hari dimana waktu itu manusia akan dibalas semua amal-amalnya. Hari pembalasan ini juga disebut, yaumul-qiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dsb. Masya Allah, bagaimana ya nasib kita nanti dihari addien ini? Allahu a'lam. Insya Allah kita lanjutkan nanti. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-24-latihan-al-fatihahayat-4-seri.html 81 Topik 25: Mari Berbahasa Nabi Bismillahirrahmanirrahim Ini adalah surat dari seorang teman (namanya Noor Ihsan Jundulloh), ajakan untuk lebih giat belajar bahasa Arab. Saya kutipkan untuk kita semua: Seandainya Nabi Muhammad masih hidup di sisi kita, siapakah yang bisa bercakap-cakap dengan beliau tanpa perantara? Seandainya para sahabat, tabi'in, Imam mazhab, dll, dibangkitkan oleh Allah hari ini, siapakah yang akan mudah berbincang-bincang dengan mereka dan mendapat pengajarannya secara langsung? Menurut saya, jawabannya adalah orang yang mengerti Bahasa Arab. Karena, bahasa yang mereka gunakan, sama dengan bahasa yang ada saat ini. Tidak berubah. Khususnya bahasa Arab resmi/fusha. Arab sendiri artinya adalah padang pasir, tanah gundul, gersang. Hal yang wajar ketika penamaan yang diberikan pada sesuatu sesuai dengan kondisinya. Bahasa Arab punya sifat isytiqoqiyah (bentukan). Maksudnya, suatu kata terbentuk dari kata lain yang memiliki asal yang sama. 'Asal' di sini bisa dibaca susunan huruf yang sama. Sehingga, dalam kesehariannya, bahasa Arab lebih siap menghadapi perkembangan zaman. Contoh, dulu pesawat belum ada. Mobil belum ada. Penamaan kata pesawat, diambil dari kata 'thaa ra' yang artinya terbang. Pesawat sendiri dalam bahasa Arab 82 disebut thaa i rah, artinya sesuatu yang terbang. Tidak berbeda jauh dengan burung yang dalam bahasa Arabnya disebut thaa ir. Begitu juga dengan mobil. Bahasa Arabnya sayyarah. Diambil dari kata saa ra yang memiliki asal kata yang sama dengan sirah, yang artinya perjalanan. Sayyarah pelaku dari kata sirah. Banyak contoh-contoh lain yang bisa kita sebutkan nanti. Beberapa kata dari Bahasa Arab juga sudah menjadi kata dalam Bahasa Indonesia, alhamdulillah. Ketika awal mula mempelajari bahasa Arab seperti ini, seorang teman pernah berkata, 'bahasa kita ini unik ya,' 'unik gimana?' tanya saya 'orang Inggris bilang camel, orang Arab bilang jamal, ga beda jauh kan? Lha, di kita jadi onta.' 'trus' katanya, 'orang Inggris bilang cat, orang Arab bilang qittun, ga beda jauhkan? Di kita jadi kucing.' 'unik kan?' katanya dengan semangat. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-25-mari-berhabasanabi-seri.html 83 Topik 26: Surga Tidak Berlari Bismillahirrahmanirrahim Sebelum kita lanjutkan dengan topik latihan Surat Al-Fatihan, ada baiknya kita selingi dengan topik kiriman dari rekan Noor Ihsan sbb: Dalam Al-Quran, kata surga yang dalam bahasa arabnya 'jannah', disebut sebanyak 65 kali. Dengan kata yang lain, 'jannaat', bentuk plural dari jannah disebut sebanyak 61 kali. Total 126 kali Allah sebut surga di berbagai surat. 32 kali kata surga diikuti kata mengalir sungai di bawahnya. Hanya sekali dalam Yunus : 9, Allah menyebut kata mengalir sungai di bawahnya sebelum kata surga. Jangan sampai kita salah membacanya, maksud saya, usahakan jangan berhenti saat kata tajri, misal '...yudkhilhu jannaatin tajri. min tahtihal anharu khalidiina...' Artinya akan berubah menjadi '...Dia akan memasukannya ke dalam surga yang berjalan, di bawahnya ada sungai, mereka kekal di dalamnya....' Dalam bahasa Arab, suatu kata yang berasal dari akar yang sama akan memiliki arti dan makna yang dekat. Kata islam berasal dari 3 huruf, sin lam dan mim yang memiliki makna asli keselamatan, penyerahan diri. Bentukan kata dari 3 huruf ini akan memiliki arti yang mirip. Misal, salamah atau keselamatan. Rasul bersabda, Muslim itu adalah orang yang mana muslim lain selamat dari keburukan lisan dan tangannya. 84 Atau kata mar'ah (wanita) yang berasal dari ra hamzah alif yang memiliki makna asli melihat. Mar'ah adalah tempat jatuhnya pandangan. Atau kata An-nas (manusia) yang berasal dari kata nun sin alif yang memiliki makna asli lupa. Rasul bersabda manusia tempatnya salah dan lupa. Begitu juga kata jannah, berasal dari 3 huruf, jim nun nun yang memiliki makna asli tertutupi atau tersembunyi. Bentukan kata darinya seperti junun (gila), janin, junnah (pelindung), dan jin memiliki arti yang dekat yaitu tertutupi. Orang gila tertutupi akalnya, janin tertutupi oleh perut, jin tertutup dari pandangan kasat mata manusia. Surga pun tertutupi dari manusia, dari matanya, dari akalnya, dari pendengarannya, dari perasaannya. Sabda Rasul dalam hadis qudsi dari abi hurairah riwayat Bukhari : Aku siapkan untuk hambaKu yang shalih apa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya. Maha benar Allah dengan firmanNya 'Falaa ta'lamu nafsun ma ukhfiya lahum min qurrati a'yun' As-sajdah : 17 Wallahu a'lam Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/30/2007 85 http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-26-surga-tidak-berlariseri.html 86 Topik 27: Latihan Al-Fatihah ayat 5 Bismillahirrahmanirrahim Pada topik 24, kita telah membahas surat Al-Fatihah ayat 4. Dimana pada topik 24 tersebut kita pelajari cara membentuk isim fa'il (kata benda pelaku), dari sebuah kata kerja (fi'il). Baiklah kita lanjutkan dengan ayat 5. َّاك نَ ْستَعين َ َّاك نَ ْعبد وإي َ إي Kalimat diatas terdiri dari 4 bagian: yaitu iyyaka = kepada Engkau (saja) na'budu = kami senantiasa menyembah wa iyyaka = kepada Engkau (saja) nasta'iin = kami minta tolong Baiklah kita analisis satu persatu. Kata إياك- iyya ka, terdiri dari dua kata yaitu: iyya dan ka. Iyya adalah kata tugas (harf), dan ka adalah kata ganti orang kedua tunggal laki-laki. Kedua kata ini secara bersama-sama, dalam tatabahasa sering digunakan untuk menjelaskan dhomir munfashil nashob. Munfashil artinya kata ganti (dalam hal ini ka - kamu) yang terpisah kedudukannya sebagai nashob, atau sebagai sesuatu yang dituju. Oh ya sebelum lupa, saya kasih contoh pembagian jenis kata ganti (saya, dia, kamu, dsb) dalam bahasa Arab, ada 3 macam: 1. Dhomir munfashil rafa' (kedudukannya sebagai subject). Contoh: 87 Dia membaca - huwa yaqra' ( هو يقرأkata huwa-dia, berkedudukan sebagai subjek) 2. Dhomir munfashil nashob (kedudukannya sebagai object). Contoh: Umar memukul Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi: Umar memukul dia- 'umar dhoraba hu (عمر ضربهkata hu-dia, berkedudukan sebagai objek) 3. Dhomir muttashil (kedudukannya sebagai milik). Contoh: Itu rumah Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi: Itu rumah dia - dzalika baituhu ( ذلك بيتهkata hu-dia, berkedudukan sebagai milik, artinya milik Amir) Kembali ke kata iyyaka, maka kata iyya ini dalam bahasa kita sering diterjemahkan kepada ... saja. Jadi kalau iyyaka = kepada engkau saja. Kalau iyyanaa =إيناkepada kami saja, iyyaya =إييkepada aku saja, iyaahu =إيهkepada dia saja, dst. na'budu = نعبدkami menyembah. Kata ini adalah kata kerja sedang (KKS), dengan kata-ganti pelaku نحنnahnu = kami. Perhatikan ada huruf nun sebelum عبد. Asal katanya adalah 'a ba da ( عبدKKL). Sebagai pengingat, kita ulang-ulang lagi tashrif dari يعبد- عبدsbb: يعبد- ya'budu = dia (seorang pria) menyembah أعبد- a'budu = saya menyembah نعبد- na'budu = kami menyembah Karena na'budu ini bentuk KKS, maka lebih bagus kita tambahkan kata senantiasa 88 نعبد- na'budu = kami senantiasa menyembah wa iyyaka = dan kepada Engkau saja nasta'iin = kami senantiasa minta tolong (dibahas pada topik setelah ini, topik 28) Sehingga ayat ke 5 ini selengkapknya berarti: kepada Engkau saja kami senantiasa menyembah, dan kepada Engkau saja kami senantiasa minta tolong. Demikianlah ayat 5 ini telah kita bahas. Sedikit untuk bahan renungan, kita: Perhatikan dhomir yang dipakai pada ayat 1 s/d 4, kepada Allah, menggunakan dhomir HU (dia). Tetapi pada ayat ke 5 ini, saat kita minta tolong, dhomir untuk Allah, adakah KA (Engkau). Mungkin terdapat rahasia disini, bahwa dalam menyembah Allah dan dalam minta pertolongan kepada Allah kita dianjurkan (bahkan diharuskan) langsung, atau tanpa perantara. Rahasia kedua yang mungkin terdapat dalam ayat 5 ini kemungkinan adalah: perhatikan bahwa pada saat menyembah (dalam sholat) dan minta pertolongan kepada Allah, kata ganti yang dipakan adalah KAMI. Kepada Engkau saja KAMI menyembah, dan kepada Engkau saja KAMI minta tolong. Ini mungkin rahasianya, bahwa kalau bisa sholat dilakukan bersama-sama (berjamaah), demikian juga dalam implementasi ibadah dan permohonan tolong itu, terdapat rahasia hendaklah kaum muslimin ini saling bekerja sama dalam urusan-urusan agama, tidak mengasingkan diri dan bekerja sendiri-sendiri. Allahu a'lam. 89 Sebagai catatan terakhir: kata nasta'ien karena ini ada pengenalan bentuk KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk 8, maka kita akan bahas di bab khusus setelah ini. Insya Allah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/01/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-27-latihan-al-fatihahayat-5-seri.html 90 Topik 28: Latihan Al-Fatihah ayat 5 & KKT 8 Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas ijin Allah SWT kita dapat melajutkan topik Surat Al-Fatihah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah, Muhammad SAW. Baiklah para pembaca yang dirahmati Allah. Topik 27 kita telah mengakhiri dengan pembahasan ayat 5. Tapi ada bagian yang kita tunda pembahasannya, yaitu membahas wa iyyaka nasta'iin. Insya Allah kita akan membahas kata nasta'iin, pada topik ini. KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk ke 8 (KKT 8) Ingat-ingat lagi kita sudah pernah membahas KKT 1 dan KKT 2. Nah, Insya Allah sekarang kita membahas KKT 8. Lho lho... Mas Mas... KKT 3 s/d KKT 7 nya kemana? Kok gak dibahas? Nah oke, saya jelaskan. KK - Kata Kerja Asli (KK yang terdiri dari 3 huruf), sebagaimana telah saya jelaskan, dalam bahasa Arab dapat mengalami perubahan. Perubahan ini menyebabkan terbentuk kata kerja baru yang disebut KKT (Kata Kerja Turunan). Yang umum ada 8 bentuk KKT (bentuk KKT sendiri sebenarnya lebih dari 8, ada buku-buku yang menyebutkan sampai 12 macam atau lebih, tapi yang umum 8). Nah kita sudah bahas KKT 1 dan KKT 2. Dari bentuk KKT itu yang sering muncul hanya separonya salah satunya KKT 8. Maka karena dalam surat Al-Fatihah ini kita temukan bentuk KKT 8, maka dari itu dalam topik ini kita loncat saja membahas KKT 8 tsb. 91 OK, singkat cerita, KKT 8 itu dibentuk dengan menambahkan ALIF SIN TA kepada KK. Contoh: غفر- ghofaro : artinya menutupi, atau mengampuni Jika kita tambahkan ALIF SIN TA, maka artinya menjadi minta sesuatu. Dengan demikian: إستغفر- istaghfaro (KKL) artinya: minta ampun. Bagaimana bentuk KKSnya? Bentuk KKSnya adalah: يستغفر- yastaghfiru (KKS) artinya: (dia seorang pria) sedang minta ampun. Bagaimana bentuk perintahnya? Kalau kita menasehati orang: "Hai kamu minta ampunlah!", maka ini sudah kita bahas dulu di topik membentuk fi'il amr 6 langkah mudah (silahkan dilihat-lihat lagi). Bentuk perintahnya: Lihat KKS, buang ya, jika setelah ya dibuang harokat sukun, tambahkan alif. Harokat alif lihat huruf sebelum terakhir, jika fathah, atau kasrah, maka harokat alif kasrah, jika harokat sebelum terakhir dhommah, maka harokat alif dhommah (lihat lagi latihan-latihan sebelumnya membentuk fi'il amr). Jika kita praktekkan: - KKS : يستغفر- yastaghfiru - buang ya, menjadi ستغفر- staghfiru - harokat sin, sukun maka tambah alif menjadi إستغفر- istaghfir / ustaghfir - lihat harokat huruf sebelum terakhir, yaitu fa, adalah kasroh, maka menjadi istaghfir : minta ampunlah! 92 Kita sering berkata: astaghfirullah, astaghfirullah... ini adalah bentuk KKS dengan pelaku saya (ana). Lihat kembali: يستغفر- yastaghfiru : dia minta ampun أستغفر- astaghfiru : saya minta ampun Sedangkan astaghfirullaha: أستغفر هللا- astaghfiru Allaha, artinya saya minta ampun (kepada) Allah. Terlihat disini, beda bahasa Arab dengan Indonesia. Dalam bahasa Arab, posisi suatu kata benda itu sudah ditentukan. Contohnya: أستغفر هللا- astaghfiru Allaha - maka posisi Allah sebagai Object (sehingga diterjemahkan Aku mohon ampun kepada Allah). Kata "kepada" otomatis ditambahkan untuk memperjelas kedudukan kata Allah. Contoh lain: أذن- adzina: megijinkan ditambahkan ALIF SIN TA menjadi إستأذن- ista'dzana : meminta ijin (KKL) يستأذن- yasta'dzinu : meminta ijin (KKS) Kembali ke kata nasta'iin: iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'iin. Kata nasta'iin نستعينasal katanya adalah عانatau عونyang artinya menolong. Kalau kita tambahkan ALIF SIN TA menjadi إستعانatau يستعين- yasta'iinu (KKS) yang artinya dia minta tolong. Sedangkan untuk kami minta tolong maka يtinggal diganti ن sehingga menjadi: 93 نستعين- nasta'iinu : kami senantiasa minta tolong. Demikian penjelasan mengenai KKT 8 ini. Dengan demikian ayat 5: iyaaka na'budu : kepada Engkau saja kami senantiasa menyambah wa iyyaka nasta'iin: kepada Engkau saja kami senantiasa minta tolong. Insya Allah akan kita lanjutkan ke ayat berikutnya dan surat-surat pendek lain. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/01/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-28-latihan-al-fatihahayat-5-kkt.html 94 Topik 29: Latihan Al-Fatihah ayat 6 & Mengulang Fi'il Amr Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillah. Kita akan masuki surat Al-Fatihah Ayat 6. َ اهدنَــــاالص َرا يم َ ط المستَق Ihdinaa ashiraata al-mustaqiema Kalimat ini terdiri dari 4 kata: - ihdi : tunjukilah (kata kerja perintah / fi'il amr) - naa : kami (kata ganti objek / dhomir nashob) - al-shiroota : jalan - al-mustaqiema : yang lurus Insya Allah akan kita kupas satu per satu. Kata اهد- ihdi, adalah kata kerja perintah. Mas... kasih tahu dong, gimana caranya kita tahu itu suatu kata kerja perintah atau bukan. Ada gak cara mudahnya? Hmmm cara mudah belum saya temui, tapi ada ciri-ciri yang biasanya kita temukan, yang mengindikasikan itu kata kerja perintah atau bukan. Apa itu? Yaitu adanya alif yang berharokat kasroh (baris bawah). Contoh: اقرأ- iqroo = bacalah! (lihat harokat alif, kasroh) اجلس- ijlis = duduklah! (lihat harokat alif, kasroh) استغفر- istaghfir = minta ampunlah ! 95 dll, Akan tetapi, banyak juga yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tsb, spt: اكتب- uktub = tuliskanlah! (harokat alif dhommah) انزل- anzil = turunkanlah! (harokat alif fathah) ر- ra = lihatlah ! (tidak ada alif) Semua yang diatas tsb, uktuk, anzil, ro, dll, sebenarnya ada rumusrumusnya. Kala nanti kita ketemu ayat spt itu, Insya Allah rumusnya kita akan bahas. Kembali ke ihdi naa: tunjukilah kami! Kata اهد- ihdi (fi'il amr) ini berasal dari kata hudaa ( هدىKKT) yang artinya menunjuki. KKS nya yahdii يهدى. Sekarang kita bentuk fi'il amr. Ingat lagi pelajaran yang lalu (topik 17 dan 18). Kita praktekkan. Kita latih lagi 6 langkah tsb: Langkah 1. KKL menunjuki --> هدىhudaa Langkah 2. KKS menunjuki --> يهدىyahdii Langkah 3. Buang YA --> هدىhdii Langkah 4. Harokat akhir matikan --> karena sudah mati, huruf ya dibuang menjadi هدhdi Langkah 5. Harokat HA sukun --> tambahkan alif --> اهدkemungkinan AHDI, IHDI, atau UHDI Langkah 6. Karena huruf sebelum huruf terakhir (dari 3 hurufnya, yaitu huruf HA) adalah kasroh, maka yang dipilih IHDI (lihat topik 18) 96 Dengan demikian jelaslah bahwa kata اهد- ihdi adalah kata kerja perintah dari hudaa. IHDI artinya tunjukilah! Sedangkan نا- naa, artinya KAMI (sebagai objek). Dalam bahasa Arab kata ganti yang berfungsi sebagai objek ini disebut dhomir nashob. Demikian telah kita bahas bagian dari ayat 6, yaitu Tujukilah Kami = ihdi naa. Sedangkan al-shiraat al-mustaqiim Insya Allah akan kita bahas pada topik selanjutnya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/02/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-29-latihan-al-fatihahayat-6.html 97 Topik 30: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - KKT 8 Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillah. Kita akan masuki surat Al-Fatihah Ayat 7. َ ص َرا علَيه ْم َ َط الَّذينَ أَنع َ مت Shiraatha alladziina an'amta 'alayhim علَيه ْم َ غَير ال َمغضوب Ghoiri al-maghdhuubi 'alayhim ََوالَ الضَّالين wa laa adh-dhoolliin Ayat 7 diatas terdiri dari 3 potongan kalimat. Pada penutup topik 29, dikatakan kita akan menunda pembahasan shiraath al-mustaqiim. Baiklah kita bahas pada topik ini. Kata صراط- shiirath artinya jalan. Jamaknya shuruth صرط. Sedangkan al-mustaqiim المستقيمartinya benar atau lurus. Akar kata al-mustaqiim itu adalah قام- qooma, yang artinya berdiri. Kemudian kata ini mendapatkan tambahan alif sin ta, ingat bahwa tambahan alif sin ta ini menjadikan kata tsb menjadi KKT 8 (Kata Kerja Turunan bentuk ke 8). Akar kata قام KKT-8 استقامistaqooma, artinya berdiri atau menjadi lurus. Ingat lagi salah satu aturan dari KKT 8, jika satu kata kerja menjadi KK 8, maka tambahan alif sin ta, dapat diartikan "minta sesuatu". Contoh: غفر- ghafara mengampuni 98 KKT 8: استغفر- istaghfara minta ampun Jika kita terapkan pada kata qooma قامartinya berdiri, maka KKT-8 "bisa" kita asosiasikan dengan "minta berdiri". Nah kok istaqooma artinya berdiri atau menjadi lurus? Bukannya minta berdiri? Memang secara umum (dikebanyakan kasus) tambahan alif sin ta itu (KKT 8) artinya minta sesuatu. Akan tetapi bisa juga arti KKT 8 itu sama dengan arti akar kata nya. Tapi kalau dipikir-pikir, "minta berdiri" sangat dengan artinya dengan "berdiri" atau "menjadi lurus" kan? [Badan orang yang berdiri tegak, biasanya lurus kan ya???]. Oh ya perlu diingat disini bahwa KKT 1 s/d 8 kadang-kadang artinya sama dengan arti Kata Kerja Dasar (KKD) nya, atau hanya berbeda sedikit saja, atau bisa berbeda jauh. Dari mana tahunya? Ya tahunya,,, dari kamus. Kita harus rajin-rajin melihat kamus. Kata al-mustaqiem sendiri, adalah kata bentukan dari KKT 8. Insya Allah selesai topik surat Al-fatihah ini kita akan bahas kata bentukan dari sebuah kata kerja. Kata al-mustaqiem ini merupakan kata bentukan dari استقامistaqooma, yaitu apa yang disebut isim faa'il (kata benda pelaku). Singkat cerita: الصراط المستقيم- ashshiraata al-mustaqiima artinya Jalan yang lurus. Oke kita masuk ke ayat 7. Dalam ayat ini, kata shiraat al-mustaqiim itu diberi penjelasan. Jalan yang lurus yang spt apa? Yaitu: َ ص َرا علَيه ْم َ َط الَّذينَ أَنع َ مت 99 Shiraatha (jalan) alladziina (yang) an'amta (Engkau telah beri nikmat) 'alayhim (atas mereka) علَيه ْم َ غَير ال َمغضوب Ghoiri (bukan) al-maghdhuubi ((jalan) orang yang dimurkai) 'alayhim (atas mereka) ََوالَ الضَّالين wa laa (dan tidak (pula)) adh-dhoolliin ((jalan) orang-orang yang sesat) Ada beberapa point disini yang perlu kita bahas agar semakin mengerti yaitu, kata: انعمت- an 'am ta (Engkau telah beri nikmat) المغضوب- al maghdhuub (orang yang dimurkai) الضالين- adh dhoolliin (orang yang sesat) Untuk an'amta Insya Allah dibahas pada topik ini, sedangkan 2 terakhir Insya Allah dibahas ditopik minggu depan. Baiklah kita lihat kata an'amta انعمت- Engkau telah beri nikmat. Kata ini adalah kata kerja turunan 1 (KKT 1), yaitu انعم- an'ama. Adanya kata ت َ diakkhir kata انعمmenunjukkan pelaku, yaitu Engkau. Sekaligus peletakan ta تdiakhir tsb, menandakan ini adalah kata kerja lampau (KKL), sehingga diterjemahkan Engkau telah. KKT 1 nya adalah انعمan'ama. Apa KKD (kata kerja dasarnya)? Gampang. Buang saja alif diawal (ingat KKT 1 dibentuk dengan menambahkan alif pada KKD). Kalau alif dibuang menjadi: 100 نعم- na'ama. Di kamus arti na'ama itu adalah senang hidupnya. Diberi contoh: نعم الرجل- na'ama ar-rajul (laki-laki itu senang hidupnya) Dapat dilihat bahwa kata "senang" ini jika kita buat KKT1 menjadi "menyenangkan" atau "memberi kesenangan". Dengan demikian kata: انعم- an'ama dapat diartikan: dia telah memberi kesenangan انعمت- an'amta dapat diartikan: Engkau telah memberi kesenangan Sehingga kata انعمت عليهم- an'amta 'alayhim dapat diartikan: (jalan yang) Engkau telah beri kesenangan kepada mereka. Di Quran terjemahan biasanya dikatakan : Engkau telah beri nikmat atas mereka. Demikian kita akhiri dulu topik 30 ini. Insya Allah akan dilanjutkan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/20/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-30-latihan-al-fatihahayat-7-kkt.html 101 Topik 31: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - Al Maghdhub Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillah. Kita akan menyudahi pembahasan surat Al-Fatihah. Pada topik 30, ada 3 pembahasan yang perlu dibahas, yaitu an'amta, almaghdhuub, ad-dhoolliin. An'amta telah dibahas. Berarti topik 31 ini kita akan bahas sisanya. Baiklah, kita akan membahas 2 kata: al-maghdhuub ال َمغضوب- orang yang dimurkai ad-dhoolliin َ الضَّالين- orang yang sesat KATA BENTUKAN : ISIM FAA 'IL Apa itu ISIM FAA 'IL ?اسم الفاعل Isim Fa'il adalah kata benda bentukan dari sebuah kata kerja. Misalkan dalam bahasa Indonesia: Kata Kerja: membunuh -- to kill Pelaku: pembunuh (orang yang membunuh) -- the one who kills (the killer) Penderita: terbunuh (orang yang dibunuh) -- the one who get killed Dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa Indonesia atau Inggris, demikian juga halnya, pola ini bisa diterapkan. Contoh: Pembunuh itu membunuh seekor kucing: َقَت َل القاتل القطة- qatala (membunuh) al-qootilu (pembunuh) al qithtoh (seekor kucing) 102 Dalam kalimat diatas, terlihat salah satu cara membentuk kata benda pelaku adalah dengan menyisipkan alif di Kata Kerja Dasarnya. Jadi: Kata Kerja Dasar: membunuh قتل- qotala = membunuh. Pembunuh? Gampang sisipkan alif setelah huruf pertama, sehingga menjadi قاتلqaatilun = pembunuh. KATA BENTUKAN: ISIM MAF 'UL Apa itu isim maf'ul ?اسم المفعول Isim maf'ul adalah kata benda penderita, yaitu kata yang dibentuk dari sebuah kata kerja. Contohnya membunuh, pelakunya disebut pembunuh, korbannya disebut yang dibunuh. Apa bahasa arabnya orang (sesuatu) yang dibunuh? قتل- qotala = membunuh قاتل- qootilun = pembunuh مقتول- maqtuulun = (orang/sesuatu) yang dibunuh Dalam contoh kalimat diatas: Pembunuh membunuh seekor kucing َ قَت َل القاتل القطة- qotala al-qootilu al-qiththoh Kata Kucing Bisa saya ubah menjadi "sesuatu yang dibunuh": Pembunuh membunuh sesuatu yang dibuhuh قَت َل القاتل المقتول- qootala al-qootilu al-maqtuul OKE,,,, kembali ke LAP TOP,,,... 103 Dengan memperhatikan pola diatas maka kata al-maghdhuub, adalah ISIM MAF'UL (kata benda penderita), dari apa? Dari kata kerja غضبghodhoba (murka). Sehingga, didapat pola sbb: Kata Kerja Dasar: غضب- ghodhoba = murka ISIM FA'IL : غاضب- ghoodhobun = orang yang murka ISIM MAF'UL: مغضوب- maghdhuubun = orang yang dimurkai. Demikian telah kita bahas tentang al-maghdhuub. Karena sudah terlalu panjang, penjelasan Ad-Dhoolin (orang yang sesat) kita bahas pada topik berikutnya, Insya Allah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/22/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-31-latihan-al-fatihahayat-7-al.html 104 Topik 32: ASAL-USUL KURSI Kata "karosi" dalam bahasa Minang artinya "kursi". Misalkan dalam kalimat "karosi tu ampuak bana" (kursi itu empuk banget). Kata "kursi" dan "karosi" dua-duanya diserap ke dalam bahasa Minang dan bahasa Indonesia dari bahasa Arab. Kata "kursi" dalam bahasa Arab maknanya tepat sama dengan "kursi" dalam bahasa Indonesia. Sedangkan jamaknya "kursi" dalam bahasa Arab adalah "karosi". Menarik. Bahasa minang mengambil jamaknya (yaitu "karosi"), sedangkan bahasa Indonesia mengambil tunggalnya ("kursi"). Apa sebabnya? Mungkin karena struktur bahasa Indonesia tidak terlalu "peduli" dengan bentuk jamak. Sebagai contoh, "ulama" dalam bahasa Arab artinya adalah orang-orang yang mempunyai ilmu. Sedangkan satu orang yang memiliki ilmu dalam bahasa Arab disebut "alim". Kedua kata tsb yaitu "alim" dan "ulama" dua-duanya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Hanya saja, terjadi penyempitan makna pada kata "ulama", dan terjadi pergeseran makna pada kata "alim". Satu orang yang berilmu (khususnya ilmu agama), sering disebut orang di Indonesia ini dengan istilah "ulama". Padahal di bahasa Arab, kata "ulama" itu dipakai untuk sekumpulan orang yang berilmu. Jadi terjadi penyempitan makna (dari kata untuk banyak orang, menjadi untuk satu orang). Seperti disebutkan: " para ulama sepakat bahwa membunuh itu dosa besar". Kata "para ulama" dalam kalimat diatas maksudnya "beberapa ulama". Kalau mau konsisten dengan kaidah bahasa Arab, semestinya kalimatnya berbunyi "para alim sepakat bahwa membunuh itu dosa besar". Kata "alim" sendiri, yang dalam bahasa Arab adalah bentuk tunggal dari kata "ulama". Di Indonesia kata "alim" ini telah bergeser maknanya. 105 Misal dalam kalimat "dia orangnya alim banget ya…". Maksud "alim" disini adalah "soleh" atau "rajin beribadah". Padahal dalam bahasa Arab, kata "alim" ini artinya "orang yang berilmu". Ada lagi kata serapan dari bahasa Arab, bentukan dari "alim" ini, yaitu "mu’allim" atau kadang hanya dibaca "mualim". Sewaktu saya naik kapal ferry di selat Sunda, biasanya disebutkan, "dalam pelayaran ini kapal ini dikomandani oleh Mualim kapal [sebuah nama disebutkan]". Kata "mu'allim" atau kadang dibaca "mualim" oleh kita, dalam bahasa Arab artinya "orang yang mengajarkan sebuah ilmu" atau "guru". Tampaknya kata "mualim" dalam kasus ini bergeser artinya menjadi "nahkoda kapal". Orang Indonesia, mungkin terkenal dengan kesabarannya. Sesuatu yang sedikit dianggap banyak. Contohnya, kata "kalimat" dalam bahasa Arab artinya "sebuah kata". Lalu orang kita menyerap kata tersebut dan "membanyakkan" artinya. Jadilah dalam bahasa kita, kata "kalimat" yang di bahasa Arab artinya "satu kata" di Indonesia artinya susunan "banyak kata". Sama halnya dengan "seseorang yang punya ilmu" orang kita menyebut "ulama (kumpulan orang berilmu)". Mungkin kita telah menganggap "satu orang yang berilmu" setara dengan "orang-orang yang berilmu". Jadilah kita menyebut "ulama" walau untuk itu hanya untuk satu orang. Dan orang Minang mungkin menganggap: walau baru punya satu kursi, tapi tetap merasa punya "karosi" (banyak kursi). Asal-usul Asli Kata "asal-usul" diserap dari bahasa Arab "ushuul" yang artinya pondasi, asal, atau pokok-pokok. Seperti dalam istilah “Ushul Fiqih” 106 yang artinya landasan/dasar-dasar fiqih, atau pokok-pokok fiqih. Dalam bentuk lain (bentuk mufrod atau tunggalnya) kata "ushul" ini menjadi "ashl" yang diserap menjadi "asal". Sedangkan kata "ushuul" diserap menjadi "usul". Oleh orang kita, kedua kata ini diserap dan digandengkan, menjadilah dia “asal-usul”. Mengenai ini mungkin dulu orang-orang kita sewaktu belajar bahasa Arab, cara mereka mengingat adalah dengan mengingat kata tunggal dan jamaknya sekaligus: ashl ushuul (atau asal-usul). Di kebanyakan tempat pembelajaran Bahasa Arabpun saat ini sepertinya metode ini sering digunakan (yaitu menghafalkan kata tunggal dan digandeng dengan jamaknya sekaligus). Kata "ashl" jika nasab menjadi "ashli" yang oleh kita diserap menjadi "asli". Kadang kita suka berkata : "aslinya rumah ini bersih lho…" ketika mengatakan sebuah rumah yang jorok tidak terurus karena ditinggalkan pemiliknya. Disini makna "asli" mirip dengan kata Arabnya yaitu "ushl" atau "ashl", yaitu asalnya atau pokok dari rumah itu bersih, karena ditinggalkan jadilah dia kotor. 'Iffah Orang tua kita kadang kreatif. Kata " 'afaf " artinya "pengendalian diri", seperti dalam doa "Allahumma inna nasalukal huda wattuqo... wal 'afaafa wal ghinaa" yang bermakna: "Ya Allah berilah kami petunjuk, taqwa, pengendalian diri dan kekayaan". Kata " 'afaafa" atau "afaf" yang berarti pengendalian diri diambil jadi nama anak. "Afif" untuk anak laki-laki, "afifah" untuk anak perempuan. Teman saya dari Palembang namanya "apip", ini sama saja dengan "afif". Mungkin orang tuanya dulu berharap dia menjadi orang yang bisa mengendalikan diri. Mengani doa diatas, saya jadi ingat nasehat orang-orang alim zaman dulu. “Nak... mintalah kekayaan yang banyak ke Allah, tapi jangan lupa 107 dapatkan dulu Afif”. Maksudnya pastilah, bukan “dapatkan dulu suami bernama Afif”, tapi dapatkan dulu kekuatan untuk mengendalikan diri. Dari sini terkandung hikmah yang besar dari doa tsb, mengapa minta “Afaafaa” (pengendalian diri) lebih didahulukan daripada minta harta. Apalah artinya harta banyak, kalau diri tidak bisa dikendalikan? Kata bentukan yang serupa maknanya dangan “afaf” adalah " 'iffah" yang artinya "menjaga kehormatan diri”. Sifat " 'iffah" ini dalam sejarah ditunjukkan oleh sahabat Abdurrahman bin Auf, sewaktu menolak dengan lembut, tawaran diberikan harta, rumah atau istri dari sahabat Anshor pasca hijrah, untuk membantu perekonomian kaum Muhajirin. Dengan sangat halus dia berkata : "... terima kasih wahai saudaraku atas tawaranmu. Sesungguhnya aku ini pedagang, maka tunjukkanlah aku dimana pasar". Sikap ini mencerminkan sikap yang tidak mentangmentang, tidak ingin merepotkan orang lain, dan ingin bertumpu pada kekuatan sendiri. Sikap menjaga kehormatan diri ini disebut " 'iffah". Di beberapa daerah di Indonesia, dialek lokal dicampurkan pada kata " 'iffah" sehingga menjadi "ipah" di Sumatera atau "ipeh" kata orang Betawi. “Ipeeeh… ini Nya’ Babe cariin laki si Apip yee…” Allahu a ’lam bish-showwab Cibubur, 3 September 2007 Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/03/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-32-asal-usul-kursi-katakarosi.html 108 Topik 33: Mu'jizat Bismillahirrahmanirrahim Secara bahasa mu'jizat معجزةakar katanya adalah عجز- 'ajiza yang artinya lemah dan kata turunannya pertama (KKT-I)nya adalah اعجزa'jaza artinya melemahkan. Sedangkan kata bentukan dari KKT-I itu, yaitu kata benda pelakunya adalah معجز- mu'jizun atau معجزة- mu'jizat (sesuatu yang melemahkan). Al-Quran disebut mu'jizat bagi manusia karena dia "melemahkan manusia". Salah satu tafsir dari "melemahkan manusia" tidak berarti manusia menjadi lemah, akan tetapi Al-Quran memberitahukan kepada manusia, apa kelemahan-kelemahannya. Salah satu caranya, Al-Quran menantang manusia membuat yang serupa dengan Al-Quran. Dan pasti manusia tidak bisa, karena kelemahan yang terdapat padanya. Di banyak ayat lain, Al-Quran juga mejelaskan bagaimana sifat "lemah" manusia, spt tidak akan mampu menghindari bencana, pasti akan mati, bersifat tergesa-gesa, keluh kesah, dll. Mu'jizat yang diturunkan kepada Nabi-nabi juga berfungsi untuk "melemahkan" musuh. Karena kata mu'jizat sendiri berasal dari KKT-I (artinya kata kerja yang perlu objek - fi'il muta'addi), maka ada juga pendapat bahwa mu'jizat itu ada, kalau objeknya ada. Salah satu objek mu'jizat Nabi Musa adalah Fir'aun. Sedangkan objek Al-Quran (sebagai mu'jizat) lebih luas lagi yaitu manusia semuanya. Mengenai mu'jizat Al-Quran, salah satu "teman virtual saya", seorang yang sudah sepuh berasal dari Madura, Bpk. Ruslan Kailani, mengatakan sbb (saya kutip dari Email dia yang dikirimkan ke saya 29 Agustus 2007): 109 "Sebagian ulama berpendapat bahwa mu’jizat Al-Qur’an terletak pada ketepatan dan keindahan bahasanya, dlm struktur yg terjalin rapat (closely-knit unit) dan maknanya yg sangat tinggi/dalam. Ahli bahasa/sastera Arab abad ke-5H/11M, Abd Al-Qahir Al-Jurjani (lahir di kota Jurjan, Persia sekarang) menulis buku yg khusus membicarakan gaya bahasa AQ, menunjukkan kehebatannya yg tak tertandingi, yg telah membuat para penyair/sasterawan di masa Rasulullah Saw terpukau, sedangkah mereka dikenal mempunyai cita rasa sastera yg sangat tinggi. Judul bukunya “Dala’il Al-I’jaz”, sekaligus mendukung tantangan AQ (seperti yg dikutip mas Rafdian), dgn memberikan semacam tolok ukur, standar, bagi mereka yg mungkin meng-klaim bisa membuat ayat yg serupa dgn AQ. Al-Jurjani memberikan contoh2 penggunaan kata dan susunan kalimat dari AQ yg mengagumkan, misalnya: Al-Baqarah:179, “wa lakum fi al-qisasi hayatun”, kata “hayatun” tidak memakai “AL” (definite article), karena yg diselamatkan oleh adanya hukum qisas itu bukan seluruh hidupnya (usianya), melainkan sisanya. Misalnya seseorang yg berpotensi hidup 60 tahun, lalu dibunuh orang pada umur 40, berarti dia kehilangan hidup 20 th. Yg 20 th ini yg diselamatkan oleh hukum qisas (karena pembunuh jadi takut melakukan pembunuhan). Kalau dikatakan “al-hayatun” akan tidak akurat, karena menunjuk pada keseluruhan umurnya (60 th). Huud:44, “wa qila ya ardu ibla’I ma’aki”, setelah itu disebutkan “wa ghida al-ma”. Kata Al-Jurjani secara tepat dan mengagumkan AQ menggunakan bentuk pasif, “maka airpun di-serap”, yg menunjukkan konsistensinya dgn perintahNya kepada bumi agar menyerap airnya, dan bentuk pasif itu menunjukkan dilakukannya (oleh bumi) perintah 110 tsb. Makna dan konsistensi ini tidak akan muncul kalau kalimatnya dlm bentuk aktif “maka airpun menyerap”. -- Demikian kutipan email Pak Ruslan. Allahu a'lam bish-showwab Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/07/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-33-mujizatbismillahirrahmanirrah.html 111 Topik 34: Erosi Makruh dan Sunnah Bismillahirrahmanirrahim. Jika direnungi, masyarakat kita sekarang terkadang telah mengerosikan makna Makruh dan Sunnah. Kalau tidak boleh meng-klaim masyarakat, setidaknya saya mengakui dalam diri saya sendiri, bahwa selama ini saya meng-erosikan kedua makna kata tsb. Semoga Allah mengampuni saya. Makruh Kata makruh mungkin telah banyak orang yang meng-erosi-kan maknanya. Waktu saya SD, dikatakan bahwa makruh itu artinya sesuatu hal yang jika dikerjakan tidak berdosa, jika ditinggalkan mendapat pahala. Diberi contoh makan sambel jengkol atau pete. Dalam konteks ini, merokok oleh sebagian tokoh Islam dianggap makruh, dan oleh sebagian ulama mutaakhirin (kontemporer), merokok dianggap haram, mengingat penelitian mutakhir yang menjelaskan jenis-jenis racun yang dikandung rokok, berikut dampak-dampak buruk yang ditimbulkannya baik untuk si pengisap maupun untuk lingkungannya. Secara bahasa kata "makruh" مكروهartinya: yang dibenci. Akar katanya adalah "karuha" كرهyang artinya benci. Sebelum belajar bahasa Arab, saya pribadi merasa kata "makruh" itu sesuatu yang ringan-ringan saja ditelinga... Padahal secara bahasa artinya sungguh berat, yaitu sesuatu yang dibenci. Dibenci oleh siapa? Ya dibenci oleh agama ini. Semestinya orang-orang para penikmat rokok (walau mereka sekarang masih "berpegang" pada pendapat bahwa itu perbuatan makruh), sadar bahwa sebenarnya seringan-ringannya pendapat bahwa rokok itu 112 makruh, tetap saja perbuatan itu adalah perbuatan yang dibenci (oleh agama ini). Dalam Al-Quran surat Al-Mu'min ayat 14, Allah SWT berfirman: َاّلل م ْخلصينَ لَه الدينَ َولَ ْو َكرهَ ْال َكافرون َ َّ فَادْعوا -- maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepadaNya, walaupun orang-orang kafir membencinya. Diayat tsb kata karuha atau kariha yang artinya "membenci" dipakai. "Walau kariha al-kaafirrun" - walau orang-orang kafir membencinya. Terlihat disini, kata karuha atau kariha كرهdipakai sebagai bentuk "perlawanan" orang-orang kafir atas perintah beribadat kepada Allah SWT. Terasa berat sekali makna kata karuha/kariha disini. Semestinya kata makruh yang artinya sesuatu yang dibenci, juga kira rasakan dengan "berat". Kalau dilihat di kamus arti lain dari karuha - selain benci, juga berarti perbuatan keji, atau buruk. Artinya makruh itu sama juga dengan melakukan perbuatan keji, atau buruk. Jadi mulai sekarang, sebaiknya kita tidak meng-erosi-kan makna "makruh". Sunnah Kata sunnah pun mungkin kita telah banyak erosi-kan. Waktu saya SD, kata sunnah itu disempitkan menjadi sesuatu hal yang jika dikerjakan berpahala, jika ditinggalkan berdosa. Ya itu benar. Itu adalah defisini fiqih. Sunnah kebalikan dari Makruh, secara defisini fiqih. Akibat dari peng-erosi-an tsb, begitu mendengar kata-kata perbuatan sunnah, orang yang mendengarnya yaaa... alakadarnya saja menanggapi... 113 Padahal sunnah dalam ilmu hadist disebutkan sebagai sesuatu hal dari Rasulullah SAW yang meliputi perkataan, perbuatan, sifat, dan taqrir (kebolehan) dari Rasulullah SAW. Dalam Al-Quran dikatakan: "laqod kaana lakum fii rasulullahi uswatun hasanan" (sungguh telah ada pada diri Rasulullah contoh teladan yang baik bagi kalian). Artinya semua perbuatan, perkataan, sifat dan taqrir dari Rasulullah itu adalah Sunnah, dan itu adalah contoh yang baik untuk ditiru. Artinya dia bukan hal yang "ringan-ringan" saja. Bahkan para Sahabat RA diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk memegang teguh Sunnah-Sunnah beliau. "Gigitlah Sunnahku dengan gigi gerahammu", demikian Rasulullah perintahkan kepada para Sahabat RA, dengan menggunakan penekanan "dengan gigi gerahammu", ini menggambarkan betapa pentingnya mengerjakan hal-hal yang Sunnah-Sunnah itu. Secara bahasa kata Sunnah atau Sunnat سنةartinya jalan, tabiat, atau peri kehidupan. Sunnah Rasul artinya jalan yang ditempuh Rasulullah SAW, atau tabiat-tabiat dan peri kehidupan yang ditampilkan Rasulullah SAW. Kata Ahlus-Sunnah, artinya golongan orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah SAW. Sesuai hadist Rasulullah, perkara yang paling minimal untuk kita laksanakan adalah: tidak membenci Sunnah nya. Itulah yang minimal. Kalau tidak bisa atau belum bisa melaksanakan Sunnah, minimal jangan membencinya. Rasulullah SAW bersabda "fa man raghiba 'an sunnatii fa laysa minnii" (barang siapa yang membenci sunnah ku, niscaya dia bukanlah dari golongan ku). Berita paling buruk manalagi bagi seorang muslim, jika seandainya di Yaumil Mahsyar nanti, sewaktu orang-orang berkumpul, lalu kita "diusir" dari Jamaah Rasulullah... "Tidak... engkau bukan jamaah Rasulullah SAW, karena semasa didunia engkau membenci Sunnah nya"... Allahu Akbar... 114 pastilah pada saat itu kesedihan, penyesalan yang luar biasa akan terjadi...? Allahu a'lam bish-showwab -- dalam perjalanan Cibubur - Sunter, 10 September 2007 Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/10/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-34-erosi-makruh-dansunnah.html 115 Topik 35: Tarhib dan Targhib Ramadhon Bismillahirrahmanirrahim. Malam ini (11 September 2007), Insya Allah ormas-ormas Islam termasuk Departemen Agama RI, akan melaksanakan ru'yatul hilal. Jika nanti malam hilal terlihat, maka sesuai hadist, Ramadhon akan dimulai besok. Jika tidak maka Ramadhon akan kita mulai tanggal 13 September 2007. Berdasarkan analisis banyak pihak, Ramadhon akan kita laksanakan tanggal 13 September 2007. Hal ini pun sudah saya tulis dalam artikel: http://arabquran.blogspot.com/2007/08/idul-fitri-2007-akankah-kitaberbeda.html Penyambutan, Pengancaman, dan Pe-cintaan Saat ini dimana-mana masjid alhamdulillah, acara-acara menyambut Ramadhon semakin marak. Banyak masjid yang mengadakan acara tarhib ramadhon. Ya, Ramadhon adalah tamu agung, yang harus disambut. Telah banyak diceritakan dalam hadist-hadist shohih bahwa shalafus sholih, minimal mempersiapkan Ramadhon jauh-jauh hari sebelum Ramadhon datang. Telah mashyur dikalangan kita doa menyambut Ramadhon sejak dari bulan Rajab dan Sya'ban : "Allahumma baariklana fii Rajaab wa Sa'ban, wa balighnaa Romadhon" (ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhon). Acara-acara penyambutan ramadhon biasa kita sebut Tarhib Ramadhon. Tapi jangan salah mengucapkan kata Tarhib. Yang benar itu mengucapkan Tarhib dengan "ha pedes" ( )حbukan dengan "ha tebal" ()هـ, sebab jika salah artinya bertolak belakang. 116 Kata Tarhib ترحيبdengan "ha pedes" adalah kata dasar (masdar) dari kata rahhiba ( رحبmenyambut). Sehingga arti tarhib (dengan "ha pedes") sendiri karena harus bersifat kata benda, dapat dikatakan sebagai "penyambutan". Tapi bacanya pakai "ha pedes". Kata Tarhib ترهيبdengan "ha tebal" adalah kata dasar (masdar) dari kata rahhiba ( رهبmengancam). Sehingga arti tarhib (dengan "ha tebal") adalah pengancaman atau ancaman. Tarhib Ramadhon jika dibaca dengan "ha tebal" artinya Ancaman Ramadhon, artinya sesuatu yang membuat orang takut terhadap Ramadhon. Tentulah bukan ini yang dimaksud. Itulah refotnya kalau dari kecil gak dibiasakan dengan pengucapan huruf Arab dengan makhroj yang benar (seperti saya ini hik hik...). Antara "ha pedes" dengan "ha tebal" ternyata merubah arti 180 derjat. Kata Tarhib yang sangat berdekatan secara lidah orang Indonesia adalah Targhib. Targhib ترغيبadalah kata dasar (masdar) dari kata raghghiba رغبyang artinya mencintai atau menyukai. Sehingga Targhib bila di-Indonesiakan berarti Pen-cintaan atau Penyukaan, yaitu suatu tindakan yang membuat kita suka. Targhib Ramadhon artinya Penyukaan terhadap Ramadhon. Bagaimana sholafus sholih ber-Tarhib Ramadhon? Dikisahkan, seorang Tabi'in bernama Ma'la معلىmengisahkan cerita yang kurang lebih intinya sbb: "Dulu para salafus sholih selalu mendawam-kan (membiasakan) berdoa selama 6 bulan sebelum Ramadhon. Mereka senantiasa berdo'a : Allahumma balighnii ramadhon, Allahumma balighnii ramadhon, Allahumma balighnii 117 ramadhon (ya Allah sampaikan aku ke bulan Ramadhon). Lalu 6 bulan sisanya mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhon". Subhanallah, jika di tolal para salafus sholih mempersiapkan diri mereka 11 bulan penuh untuk menyambut kehadiran Romadhon. Disamping itu dalam beberapa hadist disebutkan bahwa di bulan Sya'ban mereka memperbanyak membaca Al-Qur'an dan memperbanyak puasa sunnah. Semoga ini menjadi motivasi kita untuk lebih meningkatkan penghormatan kita dalam menyambut tamu agung, bulan Ramadhon yang penuh berkah. "SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHON, MOHON MAAF LAHIR BATHIN" Allahu a'lam bish-showwab Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/11/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-35-tarhib-dan-targhibramadhon.html 118 Topik 36: Ramadhon, Shaum, Idul Fitri Bismillahirrahmanirrahim. Masih dalam suasana Ramadhon, dan topik Latihan surat-surat pendek Insya Allah akan kita lanjutkan. Akan tetapi ada yang menarik untuk ditulis pada kesempatan kali ini. Ada 3 hal yang ingin kita bahas (secara bahasa) yaitu: Romadhon, Shaum, dan Idul Fitri. Romadhon رمضان Kata Romadhon رمضانdi dalam kamus artinya Bulan Romadhon. Akan tetapi jika dilacak ke entry lebih diatas di dalam kamus, kata Romadhon ini akar katanya: romidha - yarmadhu - romdhan ( يرمض- )رمض, yang artinya sangat panas, atau sangat terik. Jika dilihat dari sejarahnya, dimana bulan ramadhan ini adalah bulan ke 9 dalam penanggalan kalender Hijriah, maka pada bulan ini menurut beberapa pendapat, dulu di jaman Rasulullah, bulan Ramadhon ini sangat terik sekali. Udara diluar sangat panas. Matahari membakar tanah. Pendapat lain mengatakan bahwa, panas terik (dari akar kata Ramadhon) dengan efek membakar itu, melambangkan bahwa pada bulan Ramadhon ini, waktu untuk pembakaran dosa. Hal ini sesuai dengan keterangan hadist "man shooma ramadhanan imaanan wahtisaaban, ghufiralahu maa taqoddama min dzanbih" (barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhon dengan keimanan dan perhitungan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Kalau kita tadabburi, sesuatu yang padas membakar itu terkadang membuat sesuatu menjadi lebih baik. Besi dibakar dan dipanaskan, menghasilkan sesuatu yang lebih baik yaitu keris. Dalam proses 119 pemisahan air dan kotoran, terkadang digunakan panas (proses penyulingan). Dan lain-lainnya. Menurut kedokteran, puasa itu dapat membakar lemak-lemak yang selama ini menumpuk dalam badan yang berpotensi jadi penyakit. Dengan puasa, nafsu ditahan. Nafsu yang ditahan bisa memberikan efek pembakaran. Akan tetapi yang sukses menahan nafsunya dibulan Romadhon, Insya Allah, akan keluar menjadi orang yang lebih baik. Shoum صوم Kata puasa adalah terjemahan dari kata صامshooma yang artinya menahan, atau melakukan puasa. Kata bendanya menjadi berpuasa disebut الصوم- shoum, dan jamaknya الصيام- shiyam. Orang yang berpuasa disebut shooiman صائم, sedangkan orang-orang yang berpuasa disebut shooimuun صائمونatau shooimiin ( صائمينuntuk lakilaki) dan shooimaat (صائماتuntuk perempuan). Itulah sebabnya, kalau ustadz berdiri di mimbar biasanya memanggil "para shooimin dan shooimat". Dengan akar kata menahan tsb, maka shoum itu menurut ulama adalah menahan dari segala yang membatalkan (yaitu dari segala yang membatalkan ibadah puasa tersebut). Idul Fitri عيد الفطر Selesai kita melaksanakan shoum ramadhon selama 29 atau 30 hari, maka datanglah hari raya yang disebut Idul Fitri. Kata 'Iid عيدartinya kembali, sedangkan kata Fitri فطرartinya berbuka (kembali makan). Sebagian berpendapat, kata Idul Fitri artinya kembali dari keadaan menahan dari makan, kepada keadaan yang boleh makan. 120 Akan tetapi ada yang memaknai kata Idul Fitri ini dengan Idul Fitrah عيد الفطرة. Kata Fitrah sendiri akar katanya sama dengan Fitri, tetapi makna Fitrah sendiri adalah instink atau kecenderungan atau perangai. Sebenarnya makan (Fitri) adalah bagian dari kecenderungan/instink manusia (Fitrah). Dengan memaknai Idul Fitri ini sebagai Idul Fithrah, maka makna perayaan Idul Fitri adalah kembali ke keadaan asli manusia yaitu kembali Fitrah (kembali kepada instink dasarnya). Hal ini sesuai dengan maksud kata Fitrah dalam Ar-Rum:30 ْ فَأَق ْم َو ْج َه َك للدين َحنيفا ف َ َاّلل الَّتي ف اس َّ َ ط َرة َ َّط َر الن Maka hadapkan wajahmu kepada Agama ini, dengan hanif; (tetaplah diatas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia (dengan fitrah itu). Menurut sebagian pendapat Fitrah (instink) manusia itu terbagi kepada 3 hal: 1. Instink untuk membutuhkan agama 2. Instink untuk mencari penghidupan (berusaha) 3. Instink untuk mencari pasangan hidup (nikah) Dalam hadist juga dikatakan: فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه،كل مولود يولد على الفطرة Tiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bapaknya lah yang menjadikan dia Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi (HR. Muslim) Perhatikan bahwa hadist diatas mengatakan bahwa setiap manusia itu lahir fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. 121 Kenapa tidak ada pernyataan "orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Islam?". Karena kata الفطرةdalam hadis diatas, maknanya adalah Islam. Fitrah manusia itu adalah Islam. Dengan demikian hadist tsb bermakna: Setiap manusia yang lahir dalam keadaan Islam. Jadi Insya Allah, dengan mengikuti apa yang telah disyariatkan dalam menjalankan puasa ini disertai dengan keikhlasan, kita bisa kembali kepada Fitrah, atau Idul Fitrah. Insya Allah. Allahu a'lam bish-showwab. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/14/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-36-ramadhon-shaumidul-fitri.html 122 Topik 37: Latihan Surat Al-Ikhlas Bismillahirrahmaanirrahiim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT, Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran berbahasa Arab. Kita telah menyelesaikan latihan surat AlFatihah, kini waktunya kita masuk ke surat Al-Ikhlas. Ada banyak pelajaran pola bahasa Arab yang bisa kita pelajari di surat ini, antara lain al-jumlah al-mufidah (cara membentuk kalimat sempurna), demikian juga mengenai jazm, dan pengertiaan Kaana. Disamping itu kita juga akan mendapatkan vocabulary (mufrodad) baru, Insya Allah. Baiklah, sebelum memulai Latihan, boleh dong saya sedikit menjelaskan keutamaan dari surat Al-Ikhlas ini. Tujuannya agar kita (saya yakin semua orang muslim sudah hafal surat ini) lebih menghayati akan besarnya keutamaan surat Al-Ikhlas ini. Maka dari itu pada topik 37 ini rencana saya, hanya akan menyajikan semacam muqaddimah (pengantar) dari Surat Al-Ikhlas ini. Formatnya pertama, saya jelaskan arti kata Al-Ikhlas, bagaimana esensi dari isi surat ini, dan apa keutamaan membaca surat ini. Setelah itu pada topik 38 baru kita mulai dengan Latihan. Al-Ikhlas اإلخالص Kata Ikhlas dalam bahasa arab adalah mashdar (kata dasar) dari akhlasa أخلصyang artinya memurnikan, sehingga kata ikhlas artinya murni atau kemurnian atau bisa juga pemurnian (mengenai masdhar silahkan baca topik selanjutnya --topik 38). Salah satu arti ikhlas adalah bersih. Menurut Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan (dalam redaksi lain), bahwa surat Al-Ikhlas ini menyuruh kita untuk 123 memurnikan ke-tauhid-an kita kepada Allah SWT, sehingga keyakinan itu bersih, tidak bercampur dengan syirik. Disamping itu pemurnian itu juga berarti menyingkirkan semua kotoran-kotoran yang merusak tauhid kita kepada Allah SWT. Demikian menurut Buya Hamka. Tauhid توحيدadalah masdhar (kata dasar) dari wahhada وحدyang artinya meng-Esa-kan, sehingga Tauhid ini maknanya Peng-Esa-an Allah SWT. Artinya Allah itulah Tuhan yang Esa (satu). Dia tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak mempunyai anak. Dia juga tidak dilahirkan, dan tidak ada satupun yang menyerupai-Nya. Kembali mengutip Prof. Dr. Hamka dalam tafsirnya, dia mengatakan bahwa, maksud surat Al-Ikhlas mengatakan bahwa: Allah tidak beranak (tidak mempunyai anak), artinya bahwa itulah sifat mutlak Tuhan, yang kekuasaannya abadi. Tidak seperti Raja yang kalau sudah tua, dia perlu mewariskan kekuasaannya kepada anaknya. Sedangkan Allah SWT bukanlah makhluk yang ada batas usianya, sehingga perlu punya anak untuk melanjutkan tugas-tugasnya. Demikian menurut Buya Hamka. Keutamaan Surat Al-Ikhlas Dikisahkan dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah SAW senantiasa membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun dalam sholat Sunnat Fajar dan Sholat Witir. Hal ini disebabkan kedua surat itu mengumpulkan Tauhid Iman (percaya bahwa Allah itu Esa), dan Tauhid Amal (tidak mengikuti cara beribadah orang kafir). Dalam hadist yang lain dikatakan bahwa surat Al-Ikhlas itu sama dengan 1/3 Al-Quran. Dalam sebuah hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Turmidzi, dikatakan: 124 Dari Abi Hurairah RA, dia berkata: "Aku datang bersama Nabi SAW. Tiba-tiba dia mendengar seseorang membaca "Qul huwaLLAHu ahad". Maka berkatalah beliau SAW: "wajabat ( وجبتWajib)". Lalu akupun bertanya (kepada Rasul SAW): maa wajabat ( ما وجبت؟apa yang wajib)? Rasul menjawab: "Wajib orang itu masuk syurga" (HR. Tirmidzi dia berkata hadist ini Hasan Shohih). Dalam sebuah hadist lain yang diriwatkan oleh Imam Bukhori, dikatakan: Dari Aisyah RA, dia berkata: "Nabi SAW suatu ketika mengirim patroli kesuatu tempat. Pemimpin patroli itu pada tiap akhir sholat yang dijaharkan (dikeraskan bacaannya) selalu membaca "Qul Huwa Allahu Ahad". Setelah mereka kembali pulang, mereka kabarkan perbuatan pimpinan patroli itu kepada Nabi SAW. Lalu beliau SAW berkata: "Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat begitu?" Lalu merekapun bertanya kepada pemimpin patroli tsb (mengapa selalu menutup sholat dengan membaca Qul Huwa Allahu Ahad). Diapun berkata: "Itu adalah sifat dari Tuhan yang bersifat Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan saya sangat senang membacanya". Mendengar jawaban tsb, Rasulullah SAW pun berkata: "katakanlah kepadanya, bahwa Allahpun senang kepadanya". (HR. Bukhari) Demikianlah beberapa hal yang dapat kita kutip keutamaan surat AlIkhlas. Insya Allah pelajaran topik selanjutnya kita akan latihan menerjemahkan surat ini, dan akan didahului dengan penjelasan tentang mashdar (kata dasar). Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/19/2007 125 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-37-latihan-surat-alikhlas.html 126 Topik 38: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar Bismillahirrahmanirrahim Seperti telah dijelaskan dalam topik 37, dan topik-topik sebelumnya, dalam Al-Quran sering kita bertemu dengan Mashdar (kata dasar). Secara tatabahasa apa itu Mashdar? Inya Allah topik ini kan menjelaskan. Mashdar Mashdar arti letterleg (benar gak nulis nya ya...?), adalah sumber. Sumber apa? Ya sumber dari sesuatu. Dalam konteks kata, maka masdhar itu dapat dilihat sebagai sumber dari kata, atau ide kata atau kata dasar. Hmm bingung ya? Oke... kita ambil perumpamaan dalam bahasa kita agar mudah memahaminya. Kalau saya berkata sebuah kata yaitu "penulisan", apa yang terbayang dalam benak Anda? Satu kata "penulisan" itu mengandung banyak ide didalamnya. Contoh: "Saya telah menulis buku dengan pulpen diatas meja". Atau "Saya sedang menulis buku dengan pulpen diatas meja" Berbicara "penulisan" dalam konteks contoh diatas ada makna (ide) lain yang bisa timbul: 1. Pekerjaan waktu lampau: telah menulis 2. Pekerjaan saat ini / akan datang: sedang menulis 3. Istilah atau nama pekerjaan: penulisan 4. Pelaku: Saya 5. Sesuatu yang ditulis: buku 127 6. Tempat menulis: meja 7. Alat menulis: pena Jadi dari satu kata "penulisan" muncul di benak kita setidaknya 7 makna seputar kata "penulisan". Itulah mengapa kita katakan kata "penulisan" itu adalah sumber dari 7 makna tsb. Dengan demikian dapat kita katakan kata "penulisan" itu adalah Mashdar. Perlu diketahui bahwa, satu kata dalam bahasa Arab dapat melahirkan 7 kata diatas (inilah salah satu "kehebatan" bahasa arab, setidaknya menurut saya). Hanya dengan menghafal satu kata, kita sudah dapat membentuk 7 kata. Contohnya: Kata kerja (akar kata): كتب- kataba (menulis) 1. Pekerjaan waktu lampau: كتب- kataba : telah menulis 2. Pekerjaan saat ini / akan datang: يكتب- yaktubu : sedang menulis 3. Istilah atau nama pekerjaan: كتبا- katban : penulisan 4. Pelaku: كاتب- kaatibun : penulis 5. Sesuatu yang ditulis: مكتوب- maktuub: sesuatu yang ditulis 6. Tempat menulis: مكتب- maktab : meja 7. Alat menulis: مكتب- miktab : alat menulis (pena) Lalu apa kaitannya antara Masdhar (kata dasar) dengan akar kata. Nah kadang bagi orang yang baru mulai belajar bahasa arab (seperti saya ini hehe), bisa bingung. Jawaban mudahnya begini. Kalau "penulisan (writing)" adalah kata dasar (Mashdar), maka akar katanya adalah "tulis 128 (to write)". Ya, akar kata adalah kata kerja asli (belum mendapat imbuhan spt awalan, sisipan, atau akhiran). Yang agak sedikit ekivalen dengan mashdar dalam bahasa Inggris, yaitu Gerund. Gerund dalam bahasa Inggris, adalah kata kerja yang dibendakan. Contoh: menghantam (to hit), Gerundnya: hitting (penghantaman). Contoh lain: membersihkan (to clean), Gerundnya: cleaning (pembersihan). Jika dilihat maka Masdhar itu secara praktis dapat dikatakan sbb: pe + kata-kerja-dasar + an. Atau dalam bahasa Inggris, Mashdar itu secara praktis sbb: verb I (simple present) + ing (contoh, cleaning, hitting, dancing, dsb) Sayangnya dalam bahasa Arab, Masdhar itu cara membentuknya ada 2: 1. Yang ada polanya 2. Yang tidak ada polanya Untuk yang 1. kalau kita tahu kata-kerjanya maka dengan mengikuti pola kita bisa membuat masdharnya. Sedangkan untuk yang 2, karena tidak ada pola, maka satu-satunya cara adalah melihat di Kamus. Contoh untuk 1, sudah banyak kita jelaskan pada topik sebelumnya. Saya ulangi sbb: Kata Tauhid, Tarhib adalah Mashdar dengan pola yang sama. Kata Islam dan Ikhlas adalah Masdhar dengan pola yang sama. Berikut penjelasannya. POLA KKT-2 129 Kata Tauhid توحيد Kata Kerjanya (KKT-2): وحد- wahhada (meng-Esa-kan) Kata Mashdarnya: توحيد- tauhiid (Peng-Esa-an) Kata Tarhib ترحيب Kata Kerjanya (KKT-2): رحب- rahhaba (menyambut) Kata Mashdarnya: ترحيب- tarhiib (penyambutan) Pola membentuk masdharKKT-1: Tambahkan TA, dan sisipkan YA POLA KKT-1 Kata Islam إسالم Kata Kerjanya (KKT-1): أسلم- aslama (menyerahkan diri) Kata Mashdarnya: إسالم- Islaamun(penyerahan diri) Kata Ikhlas إخالص Kata Kerjanya (KKT-1): أخلص- akhlasho(memurnikan) Kata Mashdarnya: إخالص- Ikhlashun(pemurnian) Pola membentuk masdhar KKT-1: Harokat Alif awal kasroh, dan sisipkan ALIF di sebelum akhir. Demikian telah kita jelaskan pengertian Mashdar. Insya Allah akan kita lanjutkan dengan Latihan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/20/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-38-latihan-surat-alikhlas-tema.html 130 Belajar Bahasa Arab Sederhana dari Google Translate Banyak situs pendukung yang kita bisa pakai untuk belajar bahasa Arab sederhana. Salah satunya adalah situs untuk melakukan translasi dari bahasa Indonesia ke Arab, atau dari bahasa Inggris ke Arab, atau sebaliknya. Salah satu yang bisa Anda gunakan adalah Google Translate. http://translate.google.com/translate_t# Sebagai contoh: Kita bisa tulis di dalam text-box: "Selamat Pagi" lalu klik tombol translate. Selama Pagi: صباح الخير- shobbahul khoir 131 Nah, untuk membuat kalimat yang sempurna (ada subjek dan prediket), maka kita ambil contoh: "Hari ini, saya bahagia" Akan ditranslate: انا سعيد، اليوم. - al-yaum ana sa-'iid EFEK WAKTU Dalam bahasa Inggris kita kenal ada efek waktu (present, future, dan past tense). Nah dalam bahasa arab kita bisa refleksikan efek waktu tersebut. Translate kalimat berikut: 1. I learn arabic. 2. I learned arabic. Dalam bahasa kita kedua kalimat tersebut ditranslate "sama" yaitu: Saya belajar bahasa arab. Akan tetapi jika dari bahasa Inggris itu kita translate ke bahasa Arab, menjadi: أتعلم العربية- ata-a'llamu al-'arabiyyata تعلمت العربية- ta-'allamtu al-'arabiyyata Dari hal ini dapat kita lihat bahwa kalau kita mengerti konteks bahasa Inggris, maka sebaiknya kita translasikan dari bahasa Inggris, ke bahasa Arab, agar konsistenti tenses tetap terjaga. Selamat mencoba. 132 Link: - Past Perfect Tense: http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-76past-perfect-tense.html - Past Tense, Mashdar: http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik38-latihan-surat-al-ikhlas-tema.html Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/23/2005 http://arabquran.blogspot.com/2005/08/ipv6-hello.html 133 Topik 40: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar Lanjutan Bismillahirrahmanirrahim. Pada topik 39, kita telah mempelajari tentang Mashdar yaitu kata dasar, atau kata sumber. Diberikan contoh dari kata dasar ini, dalam pelajaran bahasa Arab yang umum di buku pelajaran bahasa Arab, dapat diturunkan setidaknya 7 jenis kata. Sebelum melanjutkan ke Ayat 1 surat Al-Ikhlas, kita tuntaskan dulu pembahasan Mashdar ini. Seperti telah disinggung, bahwa kata Al-Ikhlaas اإلخالصadalah Mashdar dari kata أخلصakhlasa. Akar kata dari akhlasa أخلصadalah خلصkhalasa, yang artinya murni, tidak bercampur, atau bersih. Oke kita ulang-ulangi pelajaran yang telah lalu-lalu. Disini kita bertemu beberapa hal. Pertama Kata Kerja 3 huruf (atau kata kerja akar), sebagaimana diketahui, kata apapun dalam bahasa Arab, umumnya terbentuk dari 3 huruf. Ini yang sering disebut AKAR KATA. Jadi apa itu akar kata: yaitu pembentuk kata yang terdiri dari 3 huruf. Hmm mungkin kita agak bingung ya... Ya... saya juga. Hehe... Tapi untuk mudahnya saya buatkan skema sbb: 1. Kata Kerja Dasar(Akar Kata) - kita sebut KKD: خلص- khalasho, artinya murni 2. Turunan pertama dari KKD ini disebut KKT-1 (Kata kerja Turunan 1), yaitu ada penambahan alif didepannya, sehingga menjadi أخلص akhlasho. Sebagaimana telah dijelaskan tugas KKT-1 adalah menjadikan kata kerja yang tidak butuh objek menjadi butuh objek, sehingga kholaso (KKD) yang artinya murni (tidak perlu objek), maka akhlaso (KKT-1) artinya memurnikan (butuh objek). 134 Itu adalah skema-skema kata kerja. Jika di ringkas, maka bentuknya sbb (ambil contoh فعل- fa 'ala (mengerjakan): 1. KKD: فعل- fa'ala 2. KKT-1: أفعل- af 'ala 3. KKT-2: فعل- fa' 'ala 4. KKT-3: فاعل- faa 'ala 5. KKT-4: تفعل- tafa' 'ala 6. KKT-5: تفاعل- tafaa 'ala 7. KKT-6: إفتعل- if ta 'ala 8. KKT-7: إنفعل- in fa 'ala 9. KKT-8: إستفعل- is taf 'ala Wuih ribet ya... Kata Kerja dalam bahasa Arab bisa mengambil bentuk banyak, ya!!! Hhmmm sebenarnya kalau hafal bentuk-bentuk ini (yang sering disebut wazan) akan membantu sekali, akan tetapi tidak hafalpun lama-lama kalau sering dipakai Insya Allah akan hafal dengan sendirinya. Kembali ke kata khalasa خلصartinya murni. Maka bentuk KKT-1 nya apa? Sesuai dengan wazan diatas, KKT-1 menjadi أخلص- akhlasha (memurnikan). Oke, trus darimana datangnya Mashdar إخالص- ikhlash? Nah begini lagi ceritanya. Kalau tadi kata kerja itu bise mengambil bentuk 9 macam, maka masing-masing dari 9 macam itu ada Mashdar nya sendiri-sendiri. 135 Contoh: 1. KKD: فعل- fa'ala (mengerjakan), mashdarnya: فعال- fa'lan (pengerjaan) 2. KKT-1: أفعل- af 'ala (mengerjakan), mashdarnya: إفعال- if 'aal (pengerjaan) 3. KKT-2: فعل- fa' 'ala (mengerjakan), mashdarnya: تفعيل- taf 'iil (pengerjaan) Dengan melihat contoh diatas, maka dapat disimpulkan mashdar untuk KKT-1 أخلص- akhlasho (lihat contoh 2 diatas), adalah إخالص- ikhlaash Demikian telah kita tuntaskan pembahasa Mashdar. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/22/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-39.html 136 Topik 41: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1 Bismillahirrahmanirrahim Topik kali ini kita Insya Allah akan masuk ke Latihan ayat 1 Surat AlIkhlas. Oke baiklah. Ayat 1 berbunyi: اّلل أ َ َحد َّ ق ْل ه َو Qul: Katakanlah Huwa: Dia Allahu: Allah Ahadun: Ahad (Maha Esa) Oke... Ada 2 pola bahasa yang bisa kita pelajari disini: 1. Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) 2. Al-Jumlah Al-Mufidah (bentuk Kalimat Sempurna) Kata QUL: katakanlah! ini merupakan fi'il amr. Fi'il amr sudah banyak saya berikan contohnya. Saya juga sudah memberikan 6 langkah mudah membentuk fi'il amr. Apa perlu saya ulangi? Jika ya, Insya Allah saya akan ulangi. Jika tidak maka kita lanjut ke topik 2. Sementara saya asumsi tidak perlu, karena Anda sudah mengerti. Maka kita masuk topik 2, yaitu bentuk Kalimat Sempurna (jumlah mufidah). Al-Jumlah Al-Mufidah الجملة المفيدة Jumlah Mufidah atau kalimat sempurna, dalam bahasa Arab mirip dengan definisi kalimat sempurna dalam bahasa Indonesia. Apa itu? Yaitu minimal terdiri dari subject dan prediket. Dalam bahasa Arab, 137 subject itu biasa disebut al-mubtada, dan prediket itu biasa disebut alkhobar. Kalimat sempurna yaitu bila kalimat tersebut sudah memberikan faedah (mufidah). Jadi definisi kalimat sempurna dalam bahasa Arab adalah suatu kalimat yang terdiri dari mubtada dan khobar, dan memberikan manfaat (artinya bisa dimengerti). Dari definisi ini maka: kalimat Huwa Allahu Ahadun dapat dipecah menjadi kalimat sempurna: Huwa Allahu هو هللا- Dia (adalah) Allah. Ini adalah kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Huwa هوDia, dan khobarnya adalah Allahu هللا- Allah. هللا احد- Allahu Ahadun : Allah (itu) Maha Esa. Ini adalah juga kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Allahu هللاdan khobarnya adalah Ahadun احد- Maha Esa. Ciri-ciri Mubtada Salah satu ciri-ciri mubtada, adalah bahwa i'rob (harokat akhir) adalah dhommah, atau dhommatain, untuk kata-kata yang sifatnya tidak mabni. Wah wah apa lagi nih... Mabni itu apaan lagi tuh... Oke, gini gini... Pertama saya jelaskan dulu, bahwa ciri-cirinya dhommah. Coba lihat: Allahu ahadun. Harokat Allah disini adalah dhommah, sehingga dibaca Allahu (bukan Allaha atau Allahi). Sehingga kata Allahu (dalam Allahu Ahadun), dapat menjadi Mubtada'. 138 Sedangkan ada kata benda yang sifatnya tetap (mabni). Contoh kata Musa مسىini adalah mabni. Tidak pernah dia dibaca Musi, atau Musu. Berbeda dengan kata kitaab كتابini bukan mabni, tapi berobah-ubah, bisa kitaabu, kitaabi, kitaaba. OKE... kembali ke lap top... Jadi dalam ayat 1 surat Al-Ikhlas ini kita bertemu dengan jumlah mufidah: Huwa Allahu Ahadun Mubtada: Huwa Allahu Ahadun: Khobar Jumlah (khobar dalam bentuk kalimat) Sedangkan Khobar Jumlah, juga sebuah kalimat sempurna dimana: Allahu: Mubtada Ahadun: Khobar Gitu ma' cik... Kira-kira ngerti kan???? Insya Allah akan dilanjutkan ke topik berikutnya, mengenai definisi kedua Jumlah Mufidah. Sebagai penutup, jumlah mufidah dalam topik ini maksudnya yaitu kalimat sempurna yang terdiri dari mubtada dan khobar. Dalam topik berikutnya, ada defisini ke 2 jumlah mufidah itu, yaitu suatu kalimat yang terdiri dari Kata Kerja + Pelaku. Allahu a'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/25/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-41-latihan-surat-alikhlas-ayat-1.html 139 Topik 42: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1 Bismillahirrahmanirrahim Baiklah, kita sudah bahas dalam ayat 1, tentang bentuk al-jumlah almufidah, yaitu satu bentuk kalimat sempurna dalam bahasa Arab. Maksud sempurna disini adalah kalimat yang memberikan manfaat/faedah (mufidah). Telah dijelaskan contoh-contohnya. Disini diberikan contoh lain: انا مسلم- ana muslim (saya muslim) Ini adalah kalimat sempurna, karena sudah terdiri dari Mubtada (Subject) dan Khobar (Prediket). Kalau kita perhatikan contoh diatas, maka Mubtada dan Khobar itu sama sama kata benda. Ada lagi satu bentuk kalimat sempurna yaitu jika terdiri dari Kata Kerja + Pelaku, atau sering disebut Fi'il + Fa'il. Nah Fa'il dalam bahasa Arab selalu kata benda. Dengan demikian, jika kalimat itu terdiri dari Kata Kerja dan Pelaku, maka telah dikatakan merupakan kalimat sempurna. Contohnya begini: هو يكتب- huwa yaktubu : dia sedang menulis الطالب يكتب- al-tholibu yaktubu : seorang pelajar sedang menulis Pola kalimat diatas juga disebut pola kalimat sempurna, karena terdiri dari Pelaku + Pekerjaan (Fa'il + Fi'il). 140 Oh ya, dalam bahasa Arab sangat sering polanya kata-kerjanya yang didahulukan, baru pelakunya. Jadi kalimat kedua itu seringnya ditulis sbb: يكتب الطالب- yaktubu al-tholibu : seorang pelajar sedang menulis. Ini pola yang lebih sering dijumpai, walaupun pola pertama tidak salah secara gramatikal. Yang tidak boleh adalah kalau Pelakunya Kata Ganti (dia, kamu, dst) diletakkan setelah kata kerja. Jadi pola seperti ini salah: يكتب هو- yaktubu huwa : dia sedang menulis Pola ini salah, karena kata ganti pelaku didalam bahasa Arab tidak boleh terletak setelah kata kerja. Kenapa? Disinilah uniknya bahasa Arab. Karena kata kerja bahasa Arab secara langsung telah menyimpan pelakunya. Jadi kalau kita tulis: يكتب- yaktubu saja, ini adalah kata kerja yang pelakunya dia (laki-laki), sehingga kalau kita tulis: يكتب- yaktubu saja, ini sudah cukup yang artinya: dia sedang menulis. atau misalkan: أكتب- aktubu : saya sedang menulis تكتب- taktubu : kamu (laki-laki) sedang menulis نكتب- naktubu : kita/kami sedang menulis 141 Dan seterusnya. Sebagai resume kita telah menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab, kalimat sempurna itu dikatakan memberi manfaat jika telah terdiri dari Mubtada (Subject) dan Khobar (Prediket), atau Fi'il (Kata Kerja) dan Fa'il (Kata Benda Pelaku). اّلل أ َ َحد َّ ق ْل ه َو Katakanlah: Allah itu Esa. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, maksud ayat ini adalah, bahwa Allah itu lah Tuhan yang Satu, tidak ada tandingan, tidak ada yang setara dengan Nya. Kata Al-Ahad tidak dapat digunakan untuk diatributkan ke seseorang, karena kata Al-Ahad ini hanya untuk Allah SWT (demikian Ibnu Katsir). Insya Allah akan kita lanjutkan ke ayat-ayat selanjutnya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/27/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-42-latihan-surat-alikhlas-ayat-1.html 142 Topik 43: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 2 Bismillahirrahmanirrahim Kebetulan pagi ini saya masih menunggu tamu di salah satu Hotel di Kualalumpur (tugas luar kota). Sembari menunggu saya sempatkan untuk membahas Topik 42 dan 43 ini, Insya Allah. Pada ayat 2, akan digambarkan tentang bagaimana kekuasaan Allah itu Maha Lengkap (tafsir kata Al-Shomad menurut Abu Wa'il). ص َمد َّ - Allahu Al-Shomadu َّ اّلل ال Perhatikan bahwa struktur kalimat diatas adalah, kalimat sempurna, dimana: Mubtada: Allahu (lihat ciri-nya yaitu dhommah, sehingga Allahu, bukan Allaha, atau Allahi), dan Khobar: Al-shomadu (tempat bergantung). Kata al-Shomad memiliki dua pengertian yaitu: tempat bergantung, yaitu suatu yang cukup dengan sendirinya, dan semua bergantung ke dia. Allah Al-Shomad, artinya: Allah tempat bergantung semua makhluk. Pengertian kedua, yaitu dari akar katanya shomada, artinya: abadi atau kekal. Menurut Ibnu Abbas: As-Shomad artinya: Yaitu suatu Dzat yang semua makhluk bergantung kepadaNya untuk mencukupi semua kebutuhan dan permintaannya. Dia adalah Raja yang memiliki kesempurnaan kekuasaannya, Sangat Mulia dengan KemuliaanNya, Sangat Perkasa dengan segala keperkasaanNya, Maha Tahu dengan segala IlmuNya. 143 Kata al-Shomad tidak boleh diatributkan kepada makhluk, karena sifat ini hanyalah Milik Allah (Tafsir Ibnu Katsir). Demikian dapat kita pelajari dalam ayat 2 ini kembali kita bertemu dengan kalimat al-jumlah al-mufidah. Insya Allah topik berikutnya kita akan belajar, bentuk perubahan kata kerja sekarang (Present Tense) menjadi bentuk JAZM. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/27/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-43-latihan-surat-alikhlas-ayat-2.html 144 Topik 44: Huruf Penyakit Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang budiman, sebelum kita melanjutkan ke topik Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, ada hal yang perlu kita bahas melanjutkan topik sebelum ini yaitu mengenai huruf illat (atau huruf penyakit). Masih ingat dengan topik sebelum ini? Yaitu mengenai 'Aaidiin dan Faaiziin? Ya, topik 44 ini akan membahas sedikit mengenai huruf illat ini. Kenapa? Karena kedua kata itu mengandung huruf illat. Huruf Illat ini menurut saya (sebagai pemula dalam belajar bahasa Arab) merupakan topik yang agak sukar... Yah... namanya juga penyakit (illat), wajar kalau sukar. Akan tetapi saya akan coba kupas secara sederhana agar mudah dipahami. Insya Allah. Oke... apa itu huruf penyakit? Lho huruf kok ada penyakit, berarti ada huruf yang sehat dong ya? Ya... Anda tepat sekali. Dalam bahasa arab huruf yang sehat (atau disebut shahih) adalah semua huruf kecuali alif, ya, dan waw ()اوي. Jadi huruf ilat itu ada 3 saja, yaitu alif, waw, dan ya. Semua huruf lain, adalah huruf shahih (sehat). Kenapa alif, waw, dan ya itu disebut huruf penyakit? Nah ini yang saya terus terang lama mencari-cari dasarnya kenapa? Sementara ini saya berpendapat kenapa disebut huruf penyakit, karena suatu kata yang ada huruf illat di dalamnya, maka dia biasanya tidak ikut pakem. Nah loh, pakem apa lagi tuh? 145 Pakem maksudnya pola-pola bahasa Arab yang standar. Ambil contoh kata yang terdiri dari huruf yang sehat, yaitu menulis -ka-ta-ba كتب. Maka karena terdiri dari huruf yang sehat polanya agak mudah: KKL: كتب- kataba : dia telah menulis KKS: يكتب- yaktubu : dia sedang menulis Pola dari KKL ke KKS nya standar: KKS: ya tambahan kasrah, huruf 1 (kaf) sukun, huruf 3 (ba) dhommah Contoh lain: memukul ضرب- dhoraba KKL: ضرب- dhoraba : dia telah memukul KKS: يضرب- yadhribu : dia sedang memukul Pola dari KKL ke KKS nya standar: KKS: ya tambahan kasrah, huruf 1 (dho') sukun, huruf 3 (ba) dhommah Nah kalau semua huruf nya sehat, pola standardnya merubah KKL ke KKS adalah seperti diatas. Memang untuk huruf ke 2 tidak ada pola standard, bisa fathah, kasrah, atau dhommah (tergantung kamus). Tetapi untuk huruf 1 dan 3 standard polanya. Sekarang kita bahas kata yang ada huruf penyakitnya: Contohnya: membaca تال- talaa Lihat kata talaa terdiri dari 3 huruf yaitu: ta, lam, dan alif. Nah yang bikin penyakit huruf ke 3 yaitu alif. So, akibatnya apa? Ya, pola diatas tidak bisa dipakai. Coba kita lihat. KKL: تال- talaa : dia telah membaca 146 KKS: يتلو- yatluu: dia sedang membaca Nah terlihat, huruf ketiga (alif) di KKT, berubah menjadi waw pada KKS nya. Pada pola huruf sehat, tidak terjadi perubahan huruf ini. Ada lagi yang huruf penyakitnya jadi hilang. Contoh wajada وجدmendapati KKL: وجد- wajada : dia telah mendapati (atau menemui, atau memperoleh) KKS: يجد- yajidu : dia sedang mendapati Nah terlihat polanya aneh lagi. Huruf pertama di KKT yaitu waw, menjadi hilang pada KKS nya. Yah gitu deh... namanya saja huruf penyakit. Kadang berubah ke huruf penyakit lain, kadang hilang. Oh ya terakhir... Kalau bertemu hamzah diatas alif, waw, atau ya, nah ini bukan huruf penyakit loh ya. Jadi pola standard tetap bisa dipakai. Contoh KKL: قرأ- qora-a : dia telah membaca KKS: يقرأ- yaqro-u : dia sedang membaca Terlihat bahwa hamzah tetap ada. Karena hamzah by default bukan huruf penyakit. Oke... untuk kasus huruf penyakit pada isim fa'il (kata benda pelaku) seperti pada 'aaidin dan faaizin, akan dibahas pada topik setelah ini. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/19/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-44-huruf-penyakit.html 147 Topik 45: Penyakit pada 'Aa-i-din dan Faa-i-zin Bismillahirrahmanirrahim Ini adalah topik lanjutan mengenai huruf penyakit. Saya akan stop topik ini, karena bisa jadi ada yang sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke lanjutan Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3. Oke... sebenarnya topik huruf illat ini, walau sedikit sukar, tapi kalau sudah menguasai, maka akan lebih mudah dalam menerjemahkan bahasa Arab Al-Quran? Kenapa, banyak kata kerja dan kata benda dalam Al-Quran yang dibentuk dari huruf penyakit ini... hik...hik (berita buruk nih, karena huruf penyakit kabarnya tidak ada polanya). Sebenarnya ada polanya, tetapi untuk saat ini terlau pagi bagi kita masuk menyelami pola-pola huruf penyakit tsb. Cukuplah sampai topik 45 ini targetnya, kita sadar dalam bahasa Arab ada kata yang terdiri dari satu atau lebih huruf penyakit. Isim Fa'il Kita telah singgung isim fail di banyak tempat sebelum ini. Singkat cerita, isim fail dibentuk dengan menambahkan alif setelah huruf pertama KKL (jika KKL terdiri dari 3 huruf sehat). Contohnya: KKL: كتب- kataba : menulis Isim Fa'il: كاتب- kaatibun : orang yang menulis (penulis) KKL: ضرب- dhooraba : memukul Isim Fa'il: ضارب- dhooribun : orang yang memukul KKL : كفر- kafara : menutupi, atau kafir Isim Fa'il: كافر- kaafirun: orang yang kafir (1 orang) 148 Isim Fa'il: كافران- kaafiraani : 2 orang kafir Isim Fa'il: كافرون- kaafiruuna: orang-orang kafir Demikianlah untuk KKL yang terdiri dari 3 huruf sehat, maka membentuk kata benda pelaku sangat mudah, yaitu dengan menambahkan alif setelah huruf 1, dan huruf kedua berharokat kasroh. Lalu bagaimana kasusnya kalau huruf penyakit. Lagi-lagi, dia punya pakem yang lain lagi. Contohnya kata 'aa-i-din, dan faa'i-zin. 'Aa-i-din & Faa-i-zin Kita telah bahas asal kata 'aa-idin, yang artinya orang yang kembali (suci). Saya ulangi: KKL: عاد- 'aa-da : dia telah kembali (lihat huruf kedua adalah huruf penyakit) KKS: يعيد- ya'ii-du: dia sedang kembali (lihat huruf 2 pada KKT yaitu alif berubah jadi ya) Isim Fail: عائد- 'aa-i-dun : orang yang kembali (1 orang) Terlihat bahwa jika ada huruf penyakit berupa alif (huruf ke 2 di KKT), maka isim fa'ilnya mendapat tambahan hamzah. Sama dengan Faa-i-ziin. KKL: فاز- faaza : menang Isim Fa'il: فائز- faa-i-zun : orang yang menang (1 orang) Isim Fa'il: فائوزن- faa-i-zuun : orang-orang yang menang (banyak orang) 149 Demikian telah kita tuntaskan pembahasan secara umum mengenai apa itu huruf penyakit. Sebagai ringkasan, ingat ya.... inga... inga... huruf penyakit ada 3 yaitu: alif, waw, dan ya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/19/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-45-penyakit-pada-aa-idin-dan-faa.html 150 Topik 46: Maaf Zhaahir Baathin Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seharusnya topik seputar Idul Fitri kita sudah akhiri di topik 45, dan topik kali ini kita akan masuk kembali ke pelajaran rutin yaitu latihan surat-surat pendek. Akan tetapi mohon ijin, satu kali ini ada materi yang tertinggal, yang perlu saya sampaikan. Apa itu? Ya, dalam setiap kesempatan Idul Fitri, telah jadi tradisi bagi kita disini untuk bermaafan dengan mengucapkan : Mohon maaf lahir dan batin. Nah, apa maksud lahir dan batin itu? Maksudnya begini. Asal muasal kata tersebut sebenarnya bukan dari lahir (melahirkan anak), tapi dari Zhaahir ظاهرyang akar katanya ظهرzhoharo : jelas, terang, kelihatan. Sedangkan ظاهر- zhaahir adalah isim fa'il (kata benda pelaku) nya, yang artinya sesuatu yang terang. Sedangkan asal muasal batin, itu adalah baathin باطن, yang merupakan isim fa'il dari KKL بطن- bathana yang artinya tersembunyi, atau tertutup sehingga bhaathin artinya sesuatu yang tersembunyi. Jadi minta maaf lahir batin, atau maaf zhaahir baathin, artinya: Saya minta maaf (atas segala kesalahan saya baik) yang terangterangan (atau) yang tersembunyi. Contoh kata zhaahir dan baathin ini ada dalam surat 57 ayat 3: َّ ه َو ْاأل َ َّول َو ْاْلخر َو الظاهر َو ْالبَاطن << Dia (Allah) Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zhaahir (tampak), Yang Baathin (tersembunyi)>> 151 Gitu mak cik... semoga jelas yah... Jadi ane mohon maaf zhaahir baathin nih... mumpung masih zuazana lhebha-rhan... Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/20/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-46-maaf-zhaahirbaathin.html 152 Topik 47: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, JAZM Bismillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Baiklah, sekarang kita masuk kembali ke pelajaran rutin kita. Kita tinggalkan topik-topik seputar lebaran. Mudah-mudahan puasa Syawal kita diterima di sisi Allah SWT. Amin. Baiklah. Kita tuliskan ayat 3: لم يلد و لم يولد lam : tidak yalid : (Dia) beranak [punya anak] wa: dan lam : tidak yuulad : (Dia) diperanakkan [punya Bapak dan Ibu] Kita bertemu dengan 3 pelajaran disini: 1. Bentuk penegatifan (menegasikan kalimat) dengan LAM لم 2. Bentuk JAZM (MAJZUM) dari kata kerja sedang (KKS) 3. Bentuk pasif dari sebuah kata kerja sedang (KKS) Nah kita akan bahas satu-satu Insya Allah. Oke, sekarang kita bahas apa maksud LAM ( لمtidak) 153 Dalam bahasa Arab, jika kita hendak mengatakan "tidak" terhadap sebuah kata kerja kita bisa pakai لم- lam atau ال- laa atau ما- maa. Tigatiganya artinya Tidak. Gimana aturannya dan apa efeknya? Oke, aturannya begini. LAM dan LAA لم الhanya dipakai untuk KKS, sedangkan ما- maa biasanya selalu dipakai untuk KKL. Contohnya begini: Saya faham (mengerti) : انا أفهم- ana afhamu Saya tidak faham : انا ال أفهم- ana laa afhamu atau jika saya pakai LAM Saya faham (mengerti) : انا افهم- ana afhamu Saya tidak faham: انا لم أفهم- ana lam afham Secara arti LAA dam LAM sama saja, artinya "Tidak". Walau menurut sebagian orang ada bedanya. Kalau LAM, itu Tidak nya bersifat MUTLAK. Atau bisa dikatakan ANA LAM AFHAM artinya : saya "benarbenar" tidak faham. Secara kaidah grammar, KKS sesudah LAM, huruf terakhir di sukun. Sehingga penulisannya: لم أفه ْم- laam afham. Tidak seperti LA, yang KKS nya huruf terakhirnya di dhommah. ال أفهم- laa afhamu. Bagaimana dengan ما- maa? Sebagaimana dijelaskan tadi, maa dipakai untuk KKL. 154 Saya sudah paham : فهمت- fahimtu Saya tidak sudah paham : ما فهمت- maa fahimtu (catatan bahasa Indonesia "Saya tidak sudah paham" agak membingungkan mungkin, padanan bahasa Inggrisnya: I had not understood). Okeh... jelas ya Jack... Sekarang kembali ke topik utama. لم يل ْد- lam yalid : (DIA-ALLAH) tidak melahirkan. Lihat ciri-ciri JAZM nya bahwa huruf dal pada yalid berharokat sukun. Sehingga ditulis lam yalid, bukan lam yalidu. Sebenarnya kita bisa juga menulis spt ini: ال يلد- laa yalidu : (dia) tidak melahirkan. Secara bahasa mirip dengan LAM YALID. Akan tetapi penggunaan LAM lebih bersifat peniadaan (petidak-an) secara mutlak. Demikian kita telah bahas 2 hal: makna LAM dan apa bedanya dengan LA. Dan bentuk mazjum (jazm) dari sebuah KKS. Insya Allah topik selanjutnya kita akan bahas mengenai bentuk pasif dari KKS. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/20/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-47-latihan-surat-alikhlas-ayat-3.html 155 Topik 48: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, KKS Pasif Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah sampai pada ayat 3 surat Al-Ikhlas, dimana dalam ayat ini kita bertemu dengan 3 pelajaran berbahasa Arab, yaitu: pengertian LAM, bentuk MAJZUM, dan terakhir bentuk kata kerja sedang (KKS) pasif. Pada kesempatan kali ini kita akan tuntaskan pembahasan ayat 3 ini. Oke kita masih ada sisa topik di ayat 3 ini yaitu mengenai Kalimat Pasif. Insya Allah kita akan bahas. Kalimat Pasif Anda semua pasti sudah tahu apa itu kalimat pasif. Ya, tanpa perlu definisi, kita sering menggunakan pola ini. "Saya disuruh membuat PR". Atau "Mobil dibeli pedagang", dsb. Dalam bahasa Arab, demikian juga. Ada kalimat aktif, ada pasif. Lalu bagaimana ciri-ciri kalimat Pasif? Berikut saya kasih TIPS mudahnya (mengutip dari metode Granada), anda sekalian hafalkan rumus ini (kalau bisa... kalau gak mau juga gak apa2x... hehe): KKL Pasif: U-I (1:dhommah 2:kasroh 3:x) KKS Pasif: U-A (1:dhommah 2:fathah 3:x) Contohnya: KKL Pasif Surat An-Nur (24) ayat 45: هللا خلق كل دابت من ماء: allahu khalaqa kulla daabbatin min maa-in 156 Allah menciptakan setiap daabbatin dari air Lihat kata menciptakan: خلق- kha la qa Bagaimana kalau diciptakan. Kata خلق- khalaqa (menciptakan) berubah harokat menjadi (ingat rumus... U-I), sehingga menjadi khuliqo خلق (diciptakan). Contohnya dalam surat At-Thooriq (86) ayat 6 خلق من ماء دافق- khuliqa min maain daafiq Dia (manusia)diciptakan dari air yang terpancar Lihat perubahannya: َ َخلَق- khalaqa (menciptakan) َ خلق- khuliqa (diciptakan) --> Pola U-I KKS Pasif Sekarang kita lihat bagaimana pola KKS Pasif. Wah... karena sudah kepanjangan... kita tunda dulu ya pembahasan rumus U-A ini. Hehe... Sampai ketemu di topik lanjutan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/23/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-48-latihan-surat-alikhlas-ayat-3.html 157 Topik 49 : YA ANITA & RUMUS U-A, U-I Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang budiman, kita telah melihat KKL Pasif. Dalam surat AlIkhlas ayat 3 ini ada 2 fi'il (KKS) yang kita temukan: yalid: melahirkan (atau beranak) - KKS Aktif yuulad: dilahirkan (atau diperanakkan) - KKS Pasif Oke.... Saya dapat email dari seorang ikhwan, yang intinya memberitahukan bahwa, dia tidak mengerti maksud tanda-tanda sebuah KKS. Oh ya, bagi yang baru tune in, di pelajaran awal dulu saya pernah kasih tips, tanda-tanda KKS, yaitu YA ANITA. Nah si pembaca ini mengatakan belum begitu mengerti maksud YA ANITA itu apa. Oke deh... Sebelum kita bahas mengenai KKS Pasif, ada baiknya saya ulangi menjelaskan ciri-ciri KKS. Ciri-cirinya adanya YA ANITA didepan. Saya kutipkan tabel berikut (sumber: arabindo.co.nr) 158 Lihat tabel diatas, ini adalah tabel TASHRIF (perubahan bentuk) kata kerja, dari Fi'il Madhy (KKL) ke Fi'il Mudhori' (KKS) berdasarkan pelaku (fa'il/dhomir) nya. Ciri-ciri KKS Perhatikan font yang berwarna merah pada tabel diatas. Terlihat bahwa kalau dia KKS, selalu diawali dengan salah satu huruf YA ANITA ( = يYA , = أA , = نNun, = تTA) ... eh ternyata lebih pas huruf YANT ding (Ya, Alif, Nun, Ta)... oke deh apapun... pokoknya kalau ada salah satu huruf YANT didepan sebuah kata (kerja), maka kemungkinan besar kata itu KKS. Coba lihat lagi tabel TASHRIF diatas. Bedakan KKL dengan KKS. Dalam KKL, tidak ditemukan huruf YANT didepan katanya (catatan sebenarnya KKL dari Kata Kerja Turunan I -- lihat di topik NAZALA ANZALA, juga 159 mendapat tambahan Alif didepan sehingga sepintas KKT-I terlihat KKS juga, tapi aaaahhh.... nanti Anda bingung... nanti saja kita bahas ya mengenai KKT-I ini sampai KKT-8) Oh ya, tabel TASHRIF diatas sangat sangat berguna... Kita akan sering merefer ke tabel ini... Pengalaman saya (taelah, spt yang sudah pakar saja), kalau bisa menghafalkan tabel diatas, akan mudah dalam memahami bahasa Arab Al-Quran. Lah Mas, dari kemaren suruh ngapal mulu... (ya... ya... gak dihapal juga gpp, Insya Allah kapan kita perlukan kita akan merujuk ke tabel ini kembali. KKS Pasif Oke kita kembali ke jalur (yang benar). Sekarang bagaimana membentuk KKS Pasif? Caranya mudah... Ingat saja rumus U-A. Contohnya: KKL خلق- khalaqa : dia telah menciptakan خلق- khuliqa : dia telah diciptakan --> U-I U=dhommah, I=kashroh KKS يخلق- yakhluqu : dia sedang menciptakan يخلق- yukhlaqu : dia sedang diciptakan --> U-A U=dhommah, A=Fathah Duh, makin puyeng gak? Mangkin banyak rumus yak... hehe... sabar ya Mas... 160 Biar gak puyeng, saya kembalikan saja ke fokus kita surat Al-Ikhlas ayat 3 لم يلد- lam yalid --> sudah dibahas و لم يولد--> dan (Dia) tidak diperanakkan. Dari mana datangnya "diperanakkan"? Oke... singkat cerita begini. KKL nya ولد- walada, artinya (Dia) telah beranak KKS nya يلد- yalidu, artinya (Dia) sedang/senantiasa/akan beranak Nah kata yalidu, diatas adalah KKS aktif. Bagaimana kalau jadi pasif? RUMUS U-A Ingat lagi rumus KKS Pasif yaitu U-A. Maksud U-A itu: Huruf pertama U (dhommah), huruf sebelum huruf terakhir A (fathah). Oke jika kita pakai rumus Granada itu untuk KKS يلد- yalidu Huruf pertama: YA di dhommah, berarti dibaca YU Huruf sebelum huruf terakhir (huruf terakhir DAL, sebelumnya LAM) : LAM di fathah, menjadi LA Sisanya tetap harokatnya. Sehingga menjadi YULADU يلد, artinya : (Dia) diperanakkan. Ooo gitu penggunaan rumus U-A (dan U-I)... Nanti kita akan bahas lagi penggunaan 2 rumus ini untuk KKT-1 s/d KKT-8 (rumus ini cukup powerfull lho... terima kasih untuk penemu Rumus ini) Oke tuntas dong pembahasan kita ayat 3 surat Al-Ikhlas ini... Eiittttt bentar dulu Mas... Anda salah! 161 Anda bilang يلد- YuLaDu itu (Dia) diperanakkan. Nah, mengapa di AlQuran ditulisnya: ? يولدMengapa ada waw nya? Nah inilah repotnya kalau kita berhadapan dengan huruf illat (penyakit). Lihat KKL nya ولد- walada. Ada huruf illat diawal yaitu waw. Nah kalau ada huruf illat ini, maka kudu pakai penanganan khusus (atawa penganangan tambahan), bahasa sononya, kudu perlu special treatment. Ya... Anda betul. Seharusnya yang benar itu adalah: يولد- YUU LADU : (Dia) diperanakkan. Inilah yang betul. Kenapa? Karena aslinya sebenarnya begini: KKL: ولد- walada KKS: يولد- yawlidu --> tapi karena berat dalam ucapan lidah orang Arab, maka waw mati menjadi hilang sehingga jadinya --> يلد- yalidu RUMUS U-A JIKA DENGAN HURUF ILLAT Coba kita pakai rumus U-A, jika huruf illat tidak dibuang pada KKS. KKS: يولد- yawlidu --> terapkan rumus U-A. Huruf pertama YA --> dhommah (U) --> dibaca YU Huruf sebelum huruf terakhir --> LAM --> di fathah (A) --> dibaca LA Sisa huruf-huruf lain harokatnya tetap. Sehingga menjadi: يولد- yuuladu : (Dia) diperanakkan. 162 Setelah kemasukan huruf LAM --> menjadi JAZM (artinya dal disukun), sehingga menjadi لم يولد- lam yuulad (tidak boleh dibaca lam yuuladu) Demikian penggunaan rumus U-A ini secara tuntas... tas... tas... Kalau contoh yang tidak ada huruf illat, kita bisa cepat pakai rumusnya. Lihat contoh tabel diatas: يفعل- yaf 'alu : dia sedang mengerjakan. Kalau "dia dikerjakan", bagaimana? Gampang... Rumus U-A. Huruf pertama : ya jadi yu, huruf sebelum huruf terakhir : 'ain fathah menjadi 'a), sehingga menjadi يقعل- yuf 'alu : dia sedang dikerjakan Gampang sekali kan menggunakan rumus U-A ini? Oke kita sudahi dulu topik ini. Sebagai penutup, kita ringkaskan ayat 3: لم يلد- lam yalid --> (Dia / Allah) tidak beranak و لم يولد--> (Dia / Allah) tidak diperanakkan. Insya Allah kita masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas, pada topik selanjutnya. Oh ya... btw, kalau pelajaran ini terasa susah dan rada membosankan, kasih tahu ya... Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/23/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-49-ya-anita-rumus-u-ui.html 163 Topik 50: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4 Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas. Di ayat ini kita bertemu dengan sebuah kata kerja khusus yang disebut كان- kaana. Kita akan pelajari kenapa dia disebut khusus, dan apa fungsi kaana ini. Insya Allah. Baiklah kita tuliskan ayat 4: و لم يكن له كفوا أحد- wa lam yakun la hu kufuwan ahad wa= dan lam= tidak yakun= adalah (Dia) la hu = bagi Dia kufuwan = yang setara ahad = seseorang Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia. Kita belum bahas secara tuntas dulu. Nanti kita akan wrap-up dibagian akhir. Anda tentu sudah tahu tentang wa, lam, la hu dan ahad. Ahad artinya satu (orang), atau satu (sesuatu). Maka disini ahad saya terjemahkan satu (orang) = seseorang. Fokus kita adalah kata يكن- yakun. Akar katanya adalah kaana كان. Kata kaana dan perubahan bentuknya (misal menjadi yakun) ini adalah spesial. Bahkan dalam buku-buku pelajaran tata-bahasa arab, 164 pembahasan tentang kaana ini dibahas dalam satu sub-bab, atau bab tersendiri. Mengapa dia spesial? Oke, mari saya bawakan sebuah perbandingan antara bahasa Inggriss dengan bahasa Arab. Misalkan saya mengatakan: Umar seorang siswa. Dalam bahasa Arab saya mengatakan: عمر طالب- umar thoolibun Kalimat diatas adalah kalimat sempurna (artinya memberi faidah). Umar adalah seorang siswa. Masalahnya kita bisa bertanya lagi. "Jadi siswanya, dulu, atau sekarang". Nah disini mulai ada masalah. Informasi dari عمر طالبtidak memberikan indikasi waktu. Kenapa? Karena dalam bahasa Arab, sebuah kata benda tidak membawa indikasi waktu didalamnya. Perhatikan bahwa kata "Umar" adalah kata benda (isim), dan kata "thoolibun" juga kata benda. Bagaimana dalam bahasa Inggris? Kita punya dua pilihan: Umar was a student (Umar -dulu adalah seorang pelajar) Umar is a student (Umar -sekarang adalah seorang pelajar) Nah disini fungsi kaana muncul. Saya bisa mengatakan begini: كان عمر طالبا- kaana Umar thooliban = Umar was a student يكون عمر طالب- yakuunu Umar thooliban = Umar is a student Ternyata dalam bahasa Arab salah satu cara memberikan indikasi waktu kepada sebuah kalimat berita adalah dengan menambahkan kaana atau yakuunu. 165 Ambil contoh dalam Al-Quran: doa Nabi Yunus sewaktu didalam perut ikan: Laa ilaaha illa Anta: tidak ada Tuhan selain Engkau Inni kuntu mina al-zholimiin: إنى كنت من الظالمين- Indeed I was part of the wrongdoers = sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Lihat bahwa kuntu adalah kaana tapi untuk orang ke 1 laki-laki tunggal (Aku). Insya Allah di topik 51 kita akan bahas salah satu fungsi kaana ini, yaitu me-rafa'kan mubtada menashab-kan khobar. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/25/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-50-latihan-surat-alikhlas-ayat-4.html 166 Topik 51: Makna Kaana Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT, kita masih membahas tentang Kaana. Kaana ini karena agak unik, maka kita perlu membahasnya, agak sedikit panjang ya... Gpp kan? Hehe... Oke... Ingat kaana, tentu Anda ingat dengan "Kun Fayakun". Ya saya ingat sekali waktu kecil sering dikasih tahu orang-orang tua: "Apa yang tidak mungkin bagi Allah. Jika Dia ingin berbuat sesuatu, Dia tinggal berkata: Kun كن- jadilah, Fayakun فيكن- maka jadilah ia". Nah, kun كنitu adalah bentuk kata kerja perintah (fi'il amr) dari كان sedangkan fayakun itu asalnya adalah fa yakuunu يكون+ ف. Kenapa waw nya hilang, menjadi fayakun فيكنsaja? Ini nanti akan dibahas pada Topik : Kalimat Syarat dan Jawab. Oke kita tinggalkan dulu kun fayakun... Kalau ada waktu kita akan singgung lagi. Sekarang kita masuk membahas, apa saja makna kaana كان. Oke kita akan lihat, dan bahas di topik ini. Sedangkan tugas kaana, akan kita bahas di topik 52. Makna Kaana Kana itu ada 3 macam maknanya, tergantung konteks. Apa saja itu? 1. Kaana berarti adalah/atau tidak terjemahkan (is atau was dalam bahasa Inggriss) 2. Kanaa bisa berarti menjadi (to become) 3. Kanaa bisa berarti selalu 167 Baiklah kita bahas satu-satu... 1. Kaana bermakna adalah. Contohnya begini. Zaid was handsome (Zaid --adalah-- ganteng). Ada 2 alternatif: زيد جميل- Zaidun Jamiilun كان زيد جميال- kaana Zaidun Jamiilan Dua-duanya bisa dipakai. Kalimat pertama menjelaskan bahwa Zaid itu ganteng. Sedangkan kalimat kedua menjelaskan bahwa (dulu) Zaid itu ganteng (sekarang mungkin ganteng mungkin kurang ganteng). Oh ya, kadang adalah itu tidak enak secara bahasa Indonesia, makanya kalau kaana dalam arti adalah ini, biasanya tidak diterjemahkan. 2. Kaana bermakna menjadi Contohnya: محمد معلم- muhammadun mu'allimun : Muhammad seorang guru كان محمد معلما- kaana muhammadun mu'alliman : Muhammad telah menjadi seorang guru يكون محمد معلما- yakuunu muhammadun mu'alliman: Muhammad (sedang) menjadi seorang guru 3. Kaana bermakna senantiasa/selalu Contohnya: كان هللا عليما حكيما- kaana Allahu 'aliiman hakiiman : Adalah (senantiasa) Allah (bersifat) Maha Mengetahui Maha Adil 168 Secara umum kaana itu berarti adalah. Tinggal dilihat apakah konteksnya KKL kaana, atau KKS yakuunu. Insya Allah kita akan lanjutkan dengan sifat atau tugas Kaana ini, pada topik selanjutnya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/26/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-51-makna-kaana-dantugasnya.html 169 Topik 52: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4, Fungsi Kaana Bismillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah. Kita akan menyelesaikan, latihan ayat 4 ini. Tapi sebelumnya saya kasih pertanyaan sedikit. Di topik 50, kita sudah terjemahkan ayat 4, yaitu: و لم يكن له كفوا أحد- wa lam yakun la hu kufuwan ahad wa= dan lam= tidak yakun= adalah (Dia) la hu = bagi Dia kufuwan = yang setara ahad = seseorang Nah lalu saya nerjemahin begini: Dan adalah tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia. Atau jika hendak diperhalus, kata adalah bisa dibuang (baca penjelasannya di topik 51), sehingga bisa menjadi: Dan tidak seseorang(pun) yang setara bagi Dia. Loh mas bukannya kalau mau urut mestinya terjemahannya: Dan tidak adalah bagi Dia yang setara seorang(pun). 170 Saya tidak terjemahkan demikian. Kenapa? Karena kita akan melihat tugas kaana. Bagaimana tugas kaana itu? Nih saya kasih istilah yang mungkin agak teknis dikit ya... Ok... Siap...? Tugas Kaana Kaana bertugas: - Me-rafa'kan mubtada - Me-nashab-kan khobar Weh... weh... kalau mubtada dan khobar rasanya kite-kite sudah pernah dengar deh di topik-topik yang lalu. Oke... saya lagi baik hati. Saya ulangi sedikit ya. Kalau ambil contoh: Zaid ganteng زيد جميلzaiduun jamiilun. Perhatikan Zaidun adalah mubtada (subjek), dan Jamiilun adalah khobar (prediket). Perhatikan dalam kondisi normal maka Zaid adalah rofa' (yaitu harokat akhir dhommah), sehingga dibaca Zaidun, bukan Zaidan, atau Zaidin. Dan dalam kondisi normal khobar juga rofa', maka dibaca Jamiilun. Jadi ingat saja, rofa' atau marfu' itu = dhommah atau dhommatain. atau . Nah sekarang kalau kita lihat tugas nya kaana itu menashabkan khobar. Ingat, nahsab = fathah atau fathatain.َ atau . Sehingga kalau kita terapkan: زيد جميل- zaiduun jamiilun : Zaid ganteng Jika kita tambahkan kaana didepannya menjadi: كان زيد جميال- kaana zaidun jamiilan : (adalah) Zaid ganteng. 171 Oh ya, kalau suatu kata benda (isim), jika bersifat nakiroh (tidak ada al), maka ada tambahan alif, sehingga ditulis: جميالbukan جميل. Nah kira-kira kita sekarang bisa membayangkan, bahwa kalaupun setelah kaana ada kata beda (isim) yang terbalik, maka metode penerjemahannya sama. Artinya dari kondisi apakah dia nashab atau rafa' kita bisa tahu mana subjek dan prediketnya. Anggaplah saya (agak) salah, tertukar menuliskan: كان جميال زيد- kaana jamiilan zaidun Karena kita tahu bahwa yang jadi mubtada (subject) adalah zaidun, maka kita menerjemahkannya: (adalah) Zaid ganteng, bukan (adalah) Ganteng zaid. Demikian juga dalam ayat 4 surat Al-Ikhlas ini, kita bisa lihat bahwa yang menjadi mubtada adalah احد- ahadun : seorang(pun). Dan yang menjadi khobarnya adalah كفوا- kufuwan (karena harokatnya fathatain setelah kaana). Oleh karena itu ayat ini kita terjemahkan: و لم يكن له كفوا أحد- wa lam yakun la hu kufuwan ahad Dan tidak (adalah) [pelengkap=lahu]. [mubtada=ahadun] [khobar=kufuwan] Dan tidak (adalah) [seseorang(pun)] [yang serupa] [bagi Dia]. 172 Semoga menjadi jelas ya. Insya Allah.... Alhamdulillah, akhirnya selesai kita bahas latihan surat Al-Ikhlas ini. Kita akan ketemau lagi minggu depan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/26/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-52-latihan-surat-alikhlas-ayat-4.html 173 Topik 53: Efek Waktu & Kehebatan Bahasa Arab Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Sebelum lanjut ke topik Latihan surat-surat pendek yang lain, kita istirahat sejenak dengan melihat apa bedanya antara bahasa kita dengan bahasa Arab. Saya hanya sekedar sharing pengalaman belajar bahasa Arab dalam beberapa bulan ini. Ternyata semakin dipelajari, semakin kita yakin mengapa bahasa Arab itu dipilih sebagai bahasa Al-Quran. Oh… ya, frekuensi penulisan mungkin agak berkurang, karena kesibukan saya saat ini didalam beberapa project. Oke… baiklah. Apa sih hebatnya bahasa Arab? Tanpa banyak teori, mari kita lihat saja contoh berikut. Saya akan buat dua kalimat dalam bahasa Arab, yang jika kita terjemahkan kedalam bahasa kita, terjemahannya persis sama. يا أيها المؤمنون- yaa ayyuha almu’minuun : hai orang-orang beriman – يا أيها الذين آمنyaa ayyuha alladzina aamanu : hai orang-orang beriman Keduanya diterjemahkan sama dalam bahasa kita. Ya, bahasa kita tidak bisa menangkap beda keduanya. Padahal dalam bahasa Arabnya, kedua kalimat diatas ada bedanya. Kalimat pertama, kata al-mu’minuun, artinya orang-orang yang beriman. Kapan berimannya? Ya tidak dijelaskan, bisa kemaren, bisa sekarang, dll. Sedangkan dalam kalimat kedua, kata-kata alladzina aamanu, artinya juga “orang-orang beriman” tetapi ini sifatnya orang tersebut saat ini sudah beriman, dan dia mulai berimannya di masa lalu. Dalam bahasa Arab, kata aamanu disebut fi’il madhy (KKL). 174 Ahli bahasa Arab, menggolongkan kalimat yang mengandung KKL itu hampir identik dengan kalimat sempurna dalam bahasa Inggris (Past Perfect Tense, atau Present Perfect Tense). Artinya kata kerja tsb telah sempurna selesai dikerjakan. Biar gak bingung saya kasih padanan bahasa Inggrissnya: يا أيها المؤمنون- yaa ayyuha almu’minuun : O, believers – يا أيها الذين آمنyaa ayyuha alladzina aamanu : O, people who have believed (atau O, people who had believe) Nah terlihat bedanya kan. Pada kalimat pertama, kata-katanya netral saja, tidak ada keterangan waktu. Sedangkan pada kalimat kedua, kata kerja “percaya” itu telah selesai dengan sempurna (perfect tense). Lalu apa pointnya Mas? Oke… yang ingin saya sampaikan adalah bahwa, penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, terkadang menyebabkan beberapa keterangan tambahan dalam bahasa Aslinya menjadi hilang dalam bahasa kita. Lihat dua kalimat diatas. Dua-duanya diterjemahkan menjadi kalimat yang persis sama dalam bahasa Indonesia. Ya, memang begitu. Tidak ada satu bahasapun didunia ini yang bisa diterjemahkan yang kompatibel 100%, pasti ada makna yang hilang atau berubah. Ini salah satu yang menjadi alasan, kenapa ada ulama yang tidak membolehkan Quran ditafsirkan. Dimana dikuatirkan, jika orang sudah tidak lagi membaca text asli (arabnya), dan hanya mengandalkan bahasa terjemahan, maka jelas maksud asli ayat bisabisa salah atau kurang lengkap bisa ditangkap oleh pembacanya. Itu satu hal, kelemahan bahasa kita. 175 Lalu mungkin Anda akan berkata, hmm dalam bahasa Inggris ada padanan yang lebih kompatibel. Kalau begitu apa kelebihan bahasa Arab dibandingkan bahasa Inggris? Oke saya akan kasih contoh mengenai ini. Salah satu kelebihan bahasa Arab dibandingkan bahasa Inggris, antara lain, bahwa bahasa Arab tersusun dengan aturan yang sangat rigid (kokoh) sekali. Ibarat batu-bata yang tersusun rapi, ikatannya kuat sekali. Kalau satu bata hilang, kita masih bisa mereka bata yang hilang itu seperti apa. Satu kata dalam kalimat, saling terkait aturannya dengan kata yang sesudahnya dan kata yang sebelumnya. Saya pakai istilah forward correlation dan backward correlation. Ingat topik sebelumnya mengenai kaana, yang merafa’kan mubtada dan mennashabkan khobar. Dengan pola misalkan spt ini: AAA XXX YYY. AAA adalah Kaana كان, maka dia mempengaruhi kata XXX dan YYY (mempengaruhi dua kata sekaligus). Dalam bahasa Inggris, sebetulnya kita temukan juga. Misalkan kata have/has. I have spoken. Kata have mempengaruhi kata speak, yang berubah menjadi spoken. Tapi kata have hanya mempengaruhi satu kata saja. Sedangkan dalam bahasa Arab bisa 2 kata sekaligus. Dalam bahasa Indonesia,,, hehe… boro-boro… Kata spt ini (kata yang mempengaruhi kata lain) tidak ada ditemukan. Contoh lain. Dalam bahasa Arab, kata depan (preposisi) atau disebut Huruf Jar, mempengaruhi kata setelahnya. Dalam bahasa Inggris tidak. 176 Rumah: – بيتbaitun = a house Dalam rumah: في بيت: fii baitin Dalam rumah : in a house Lihat dalam bahasa Arab, kata asli baitun, begitu mendapat kata depan (didalam, fii) berubah jadi baitin. Dalam bahasa Inggris, tidak demikian, house tetap saja house (bukan menjadi housi atau housen), sehingga dibaca “in a house”, bukan “in a housen” layaknya bahasa Arab. Apa manfaatnya ini? Kalau kita bayangkan, kata في- fi cetakannya agak buram, yang jelas hanya – بيتbaitin, maka kita tahu, pastilah kata yang hilang, atau cetakannya kurang jelas itu jenisnya kata depan, karena rumah disitu tertulis baitin (bukan baitun). Artinya korelasi dan sifat saling terkait antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab sangatlah massif (kokoh). Ini yang menyebabkan, tidak sembarangan bisa mengubah-ubah kalimat-kalimat dalam Al-Quran. Diganti satu kata (misalkan niatnya memalsukan), maka bagi yang mengerti kaidah tata bahasa Arab akan segera tahu, bahwa ada keanehan. Dibuang satu kata saja, akan terlihat jelas, sangking kokohnya keterkaitan antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab. Masih banyak lagi contoh-contoh tentang ini. Seperti huruf LAM nahijenis ال, yaitu LAM yang diikuti kata benda (isim) yang bersifat umum dengan harokat akhir fathah (bukan fathatain), maka pasti ada prediket (khobar) yang kadang dibuang. Contohnya: No doubt (tidak ada keraguan), dalam bahasa Arabnya: ال ريب- Laa raiba. 177 Kata Laa dan Raiba saling massif (kokoh) keterkaitannya, dimana dalam hukum LAM Nahi Jenis ini mengatakan bahwa ada prediket yang dibuang, yaitu maujuudun, sehingga makna dari Laa Raiba itu adalah Laa Raiba Maujudun = Tidak ada keraguan (yang wujud) Atau No doubt (that exists). Kata-kata “that exist” itu sudah otomatis saja ada dalam pengertian bahasa Arab. Sehingga kata yang singkat Laa Raiba, tapi pengertiannya utuh. Beda dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kata “tidak ada keraguan”, keraguan apa? Atau, keraguan seperti apa? Ini belumlah jelas. Kehebatan ke tiga. Menurut saya kehebatan ke tiga bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa Inggris dan (apalagi) dengan bahasa kita adalah: bahwa bahasa Arab, ringkas tapi maknanya komplit. Mengapa? Ambil contoh kasus kata kerja dalam bahasa Arab. Ajaib, kata kerja dalam bahasa Arab sudah tercakup pelaku di dalammnya. Contoh: قرأت- qora’tu (satu kata) Dalam bahasa Indonesia = Saya telah membaca (tiga kata) Dalam bahasa Inggris = I have read (tiga kata) Contoh lain: – سأقرأsa-aqra-u (satu kata) Dalam bahasa Indonesia = Saya akan membaca (tiga kata) Dalam bahasa Inggris = I will read (tiga kata) 178 Apa hebatnya? Lihat contoh-contoh diatas. Dalam bahasa Arab, satu kata kerja sudah melekat dua keterangan tambahan langsung: - siapa yang melakukan - kapan dilakukan Bayangkan alangkah ringkas dan kompaknya bahasa Arab. Cukup dengan satu kata mengandung makna yang lengkap. Jelaslah buku terjemahan bahasa Arab ke bahasa Inggris atau bahasa Indonesia biasanya akan jauh lebih tebal. Dan masih banyak lagi bedanya, dimana dengan mengkaji perbedaanperbedaan tersebut, kita bisa tambah yakin, bahwa dengan kelebihankelebihan yang dimiliki oleh bahasa Arab, tepat sekali bahasa ini dipilihkan sebagai bahasa kitab Firman Allah yang terakhir (Al-Quran). Last but not least, bahasa Arab itu lebih mudah untuk dihafal. Karena susunannya bisa dibuat berima atau bersajak, maka kalimat-kalimatnya mudah untuk dihafal. Ingat kembali topik lalu, kata-kata bahasa Arab, kadang disusun dengan akar kata yang sama, tapi mendapat tambahan huruf sehingga artinya berbeda, tapi masih ada kaitan. Seperti janna (tertutup), majnun = orang gila (tertutup akalnya), jannah = syurga (tertutup dari orang kafir) , junnah = benteng (tertutup dari musuh), dsb. Keterkaitan itu membuat kosa-katanya lebih mudah untuk dihafal. Seperti telah disebutkan juga di topik lalu, contoh kata ra'a : melihat, maka mar'ah = wanita (tempat jatuhnya (tertujunya) penglihatan), dsb. Juga bahasa Arab ada wazan-wazan (timbangan, pola, atau pattern) yang jika hafal akan lebih lebih memudahkan lagi untuk menghafalnya. Seperti, kataba = menulis, maktab = meja (tempat menulis), kaatib = penulis/pengarang (orang yang menulis), dll. 179 Allah SWT, berfirman: س ْرنَا ْالق ْرآنَ للذ ْكر فَ َه ْل من ُّمدَّكر َّ َولَقَ ْد َي Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? Al-Qomar 17,22,32,40 Perhatikan kata-kata li-dzikri, diterjemahkan sebagai untuk pelajaran. Dzikri dari akar kata dzakara, arti asalnya mengingat. Sehingga bisa dikatakan, telah dimudahkan Al-Quran itu untuk diingat. Allah SWT akan menjaga keaslian Al-Quran itu, dengan cara dia mudah untuk dihafal. Tidak ada satupun buku didunia ini yang mampu dihafal oleh orang ribuan, bahkan jutaan orang, yang panjang pendeknya, titik komanya, bisa dihafal, tanpa salah sedikitpun. Subhanallah, walhamdulillah, waLLAHu Akbar. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 10/30/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-53-efek-waktukehebatan-bahasa.html 180 Topik 54: Latihan Surat Al-'Ashr (Pendahuluan) Bimillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan mulai masuk ke surat pendek lainnya. Oh ya, saya janji untuk mengulas bacaan-bacaan sholat ya? Kalau boleh nawar, habis seluruh surat-surat pendek saja bagaimana? Atau bagi yang sudah gak sabar, sekarang kan banyak buku-buku mengenai sholat, disitu ada terjemahannya juga kan… Masalah lain adalah sampai saat ini belum semua materi tatabahasa Arab kita sudah selesaikan. Masih banyak lho, materi yang belum. Contoh, masalah inna atau anna. Kemudian KKT 3 s/d 7, juga belum kita bahas. Berikut hal-hal yang kecil-kecil, seperti Jamak Taksir, belum kita perdalam. Sebagai perbandingan, dalam buku-buku standar pelajaran babasa Arab, Jamak Taksir (kata benda jamak tidak beraturan) saja dibahas dalam satu sampai dua bab sendiri. Dari seluruh peta perjalanan, kita sudah sampai mana? Saya katakan sampai topik 53 ini kita baru menyentuh 10 – 15% materi… wuihhh…. Still long way to go man!!! Gpp… tetap semangaaattt!!! Baiklah, kita masuk ke latihan surat Al-‘Ashr, surat ke 103 di Al-Quran. Surat ini pendek sekali hanya 3 ayat. Tapi banyak sekali pelajaran bahasa Arab yang akan (Insya Allah) kita pelajari. Apa saja? Seperti biasa, fokus latihan kita adalah: 1. Mendapatkan mufrodad (vocabulary) baru 2. Mempelajari tata-bahasa (nahwu – shorof) 3. Menyinggung sedikit mengenai ahamiatuhu (nilai penting)nya, berupa tafsir dari beberapa ulama. 181 Di topik 54 ini kita akan bahas point no. 3 yaitu ahamiyyah - nilai pentingnya ( )أهميةsurat Al-‘Ashr ini. Seperti biasa kita pakai beberapa kitab tafsir seperti Ibnu Katsir atau Tafsir Al-Azhar. Oke... sebelum menyinggung ahamiyyah surat ini, maka saya akan “janjikan” dulu dari aspek tatabahasa (point 2) kira-kira kita akan belajar apa? Oke... Dalam surat ini, banyak pelajaran tatabahasa yang kita bisa pelajari. Inilah peta perjalanannya: 1. Mengetahui makna dan fungsi waw- و 2. Makna dan fungsi Inna - إنatau Anna أن 3. Pemakaian LAM taukid (penguat) 4. Pemakaian kata pengecualian illa إال 5. Bentuk Jamak Salim Muannats 6. KKT 4 (Kata Kerja Turunan ke 4) dengan wazan تفاعل Wuih... banyak juga ya... Hehe... no worries, laa tahzan... sabar ya... Insya Allah kita akan pelajari satu-satu... Kalau bisa sih dalam topik yang terpisah biar lebih fokus ya... Insya Allah... Ahammiyah Surat Al-Ashr Surat ini merupakan surat yang termasuk golongan surat Makiyyah, atau surat yang turun dalam periode sebelum Hijrah. Sebagian kecil salaf, seperti Mujahid, Qatadah, dan Muqotil memasukkan kedalam golongan Madaniyah, tetapi mayoritas memasukkan ke dalam kategori Makkiyyah. Ciri-ciri surat Makkiyyah sangat kental di surat ini. Surat Makkiyyah datang pada masa-masa awal Islam. Ayat-ayatnya biasanya pendek-pendek, tapi jelas, dan lantang terdengar ditelinga. Siapa yang 182 melintas mendengar, mendengarkan. akan tersentak, dan terdiam untuk Pesan yang singkat, padat, dan pendek lebih memancing perhatian orang. Lihatlah poster-poster iklan sekarang. Tidakkah mereka pakai strategi itu juga. Contoh, salah satu operator seluler baru iklannya spt ini: “Gratis SMS ke sesama X, Mau?” Atau iklan pembasmi nyamuk: “Yang lebih bagus? Yang lebih mahal banyak!” Atau iklan waktu Pilpres kemaren: “Bersama kita bisa!” Ya, ilmu komunikasi massa sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri. Dalam dunia marketing kita kenal istilah yang sangat masyhur: Marketing Mix 4 P. Yaitu Product, Place, Price, Promotion. Nah promosi (iklan) itu sudah menjadi pilar marketing sendiri. Dan lihatlah, strategi yang disampaikan Al-Quran 15 abad yang lalu, dimasa-masa awal Islam, pada masa introduction (pengenalan produk ke masyarakat), bahasabahasa iklan yang sesuai dengan psikologi massa sudah digunakan. Bahasanya singkat, padat, dan lantang. “DEMI MASA” Coba banyangkan kalau ada orang yang berbicara keras, ditengah kerumunan orang, dengan kalimat singkat diatas “Demi Masa!”. Tentulah akan menarik perhatian orang disekitarnya. Apa maksudnya nih... “Demi Masa”? Kenapa? Ada apa dengan waktu? 183 Itulah salah satu mu’jizat Al-Quran. Bahasanya sangat manusiawi. Menyentuh semua level kepandaian. Dari orang rata-rata sampai genius. Dari buruh & petani sampai saudagar. Dari tamatan SD sampai Profesor. Semua bisa memahami Al-Quran dengan bahasanya yang menyentuh tsb. Ambil contoh, di Al-Quran dikatan كل نفس ذائقة الموت- kullu nafsin dzaa-iqatu al-maut Yang diterjemahkan: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Orang yang awam akan merasakan: oohh… tiap yang hidup akan mati. Orang yang ahli biologi atau dokter, langsung terbayang bagaimana syarat suatu kehidupan (seperti pembakaran makanan perlu oksigen, aliran darah dst), yang jika itu berhenti, maka akan matilah dia. Orang yang mengerti rasa bahasa Arab, akan melihat ayat itu dengan takjub juga. Perhatikan kata dzaa-iqa ذائقditerjemahkan merasakan (catatan: sebenarnya yang pas itu, "yang merasakan" karena ini isim fa'il, sama dengan kasus faa-i-zin & 'aa-i-din). Kata dzaa-iqa ini akarnya adalah ذاق – dzaaqa, yang artinya mencicipi (to taste), sehingga kata dzaa-iqa itu = yang mencicipi. Bayangkan indahnya bahasa Al-Quran. Tiap yang berjiwa akan mencicipi kematian. Seperti hidangan, ayo masing-masing orang cicipi deh itu kematian… Jangan takut, kalau banyak amal sholeh, rasa cicipan kematian itu akan sedap, dst. Beragam interpretasi dan khayalan muncul dari text suatu kalimat, tergantung background masing-masing pembacanya. Ayat-ayat dalam surat Al-‘Ashr ini secara umum mengatakan, bahwa sebenarnya kita-kita ini selalu dalam keadaan rugi. Lawan rugi tentu untung. Siapa yang tidak rugi, atau dalam bahasa lain, siapa manusia yang beruntung? Dalam ayat ini dikatakan yang tidak rugi itu adalah 184 orang-orang yang: (1) Aamanuu: beriman, (2) Aamilush-sholihat: mengerjakan amal sholeh, (3) tawaa shaubil-haq: saling bernasehat kepada kebenaran, (4) tawaa shaubish-shob : saling bernasehat kepada kesabaran. Mengutip tafsir Al-Azhar: Ibnul Qayyim di dalam kitabnya "Miftahu Daris-Sa'adah" menerangkan; "Kalau keempat martabat telah tercapai oleh manusia, berhasillah tujuannya menuju kesempurnaan hidup. Pertama: Mengetahui Kebenaran. Kedua: Mengamalkan Kebenaran itu. Ketiga: Mengajarkannya memakaikannya. kepada orang yang belum pandai Keempat: Sabar di dalam menyesuaikan diri dengan Kebenaran dan mengamalkan dan mengajarkannya. Jelaslah susunan yang empat itu di dalam Surat ini. Demikian, Hamka mengutip. Insya Allah kita akan lanjutkan ke Latihan. Catatan: Nasyid Raihan ini sangat saya sukai. Demi masa sesungguhnya manusia kerugian Melainkan yang beriman dan yang beramal soleh Gunakan kesempatan yang masih diberi Moga kita takkan menyesal Masa usia kita jangan disiakan Kerna ia takkan kembali 185 Ingat lima perkara sebelum lima perkara Sihat sebelum sakit Muda sebelum tua Kaya sebelum miskin Lapang sebelum sempit Hidup sebelum mati Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/01/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-54-latihan-surat-alashr.html 186 Topik 55: Fungsi dan Kedudukan WAW Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan masuk ke ayat pertama surat Al-‘Ashr. Kita akan pelajari peranan dan fungsi huruf waw. Oke sebelum kita masuk ke ayat 1, saya tanya dulu nih, rasanya semua tahu arti wa = dan, bukan? Feeling saya mungkin semua yang bisa baca al-Quran ya katakanlah 80% pasti tahu kan bahwa kata َوwa itu artinya “dan” Misal: ذهب إلى المسجد عمر و علي- dzahaba ila al-masjidi Umar wa ‘Ali Pergi ke masjid (si) Umar dan Ali. Nah semua pasti tahu kan kata – عمر و عليUmar wa ‘Ali, bahwa kata wa disitu artinya dan? Ya saya rasa semua sudah pada tahu ya. Oke apa lagi makna wa itu? Nah ini saya kasih daftarnya. Wa itu maknanya ada 3 kemungkinan: 1. Artinya: dan (and) 2. Artinya: demi (untuk sumpah) 3. Artinya: padahal Oooo… gitu… Yang saya tahu selama ini, wa itu artinya hanya dan, ternyata ada arti lain ya… Oke kapan masing-masing itu kita gunakan? Insya Allah saya akan jelaskan. Baiklah, kita masuk ke ayat 1 dulu ya, surat Al-‘Ashr: 187 و العصر- wa al-‘ashri Diterjemahkan: Demi Masa. Oke kata al-‘ashr bisa artinya masa (waktu), bisa artinya senja. Kalau begitu wal-ashr itu artinya: Dan masa dong mas… Kok malah diterjemahin Demi Masa? Nah ini lah fungsi pertama waw. “WA” jika diikuti isim yang harokatnya kashroh, maka kata “WA” disitu artinya “DEMI” yang diucapkan dalam rangka sumpah. Misalkan begini. Pernah lihat kan kalau pejabat disumpah dibawah AlQu’ran. “Demi Allah. Saya bersumpah. Bahwa saya … bla bla bla”. Nah kata-kata : Demi Allah disitu dalam bahasa Arabnya: – و هللاwa Allahi, atau wallahi. Lihat harokat kata Allah adalah kasroh, sehingga dibaca wallahi. Nah kalau waw bertemu isim (kata benda) dengan harokat kasroh, maka ini adalah kalimat sumpah, dimana wa diterjemahkan DEMI. Dalam Al-Quran banyak ditemukan Allah bersumpah dengan nama Makhluknya. Seperti wal-layli : Demi Malam, wan-nahaari : Demi Siang, wal-fajri : Demi (waktu) Fajar, dsb. Jadi singkat cerita, untuk mengartikan WA tinggal dilihat harokat isimnya, apakah kasroh atau tidak. Jika kasroh, maka diterjemahkan “DEMI”, jika tidak (dhommah, atau fathah) maka diterjemahkan DAN. Kita tidak boleh bersumpah dengan nama makhluk. Misalkan: walardhi (demi bumi) saya berjanji tidak berbohong. Nah ini tidak boleh. Manusia hanya boleh bersumpah atas nama Allah. 188 Sampai disini kita sudah mempelajari 2 fungsi dan macam waw yaitu: WAW QOSAM (WAW janji) yang diterjemahkan Demi WAW ATHOF (WAW penyambung) yang diterjemahkan Dan Ada jenis WAW yang ke tiga yaitu WAW HAL, yaitu waw yang menjelaskan suatu keadaan (yang biasanya bertentangan dengan asumsi). Misalkan dalam surat Al-Maarij ayat 7. ayat 6: Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh. ayat 7: و نراه قريبا- wa naraa hu qoriiban wa = padahal naraa = kami melihat hu = nya qoriiban = dekat Orang kafir memandang siksaan akhirat itu jauh (Ibnu Katsir menafsirkan maksud jauh itu mustahil terjadi). Jadi orang kafir merasa siksaan akhirat itu mustahil terjadi. Padahal Allah SWT memandang siksaan itu sangatlah dekat dengan mereka. Lihat wa disini diterjemahkan padahal. Demikianlah telah kita bahas 3 macam jenis WAW. Insya Allah jelas ya. Alhamdulillah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/06/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-55-fungsi-dankedudukan-waw.html 189 Topik 56: Fungsi Inna Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 2 surat Al-‘Ashr. Dalam topik ini kita akan pelajari fungsi dari inna ( ) إن َّ ), dan apa bedanya dengan kaana ( ) كان. Dan jika ada dan anna ( أن ْ ). waktu kita bahas juga bedanya dengan an ( أن Empat hal itu sangat sering ketukar-tukar (at least bagi saya sendiri). Oke sebelum masuk ke ayat 2 nya, saya sampaikan summary dari 4 hal tsb. َّ ) artinya : Kata inna ( ) إنartinya: sesungguhnya (indeed) dan anna ( أن bahwasannya. Terlihat berbeda antara inna dan anna, secara bahasa Indonesia. Tetapi secara bahasa Arab fungsi dan kedudukannya sama. Anna adalah inna yang terdapat ditengah kalimat. Kaana fungsinya kebalikan dari Inna. Kaana secara arti sudah dibahas panjang lebar di topik sebelum ini (lihat dan baca lagi jika belum paham). ْ ), secara bahasa Indonesia tidak ada artinya Sedangkan kata an ( أن (tidak bisa diartikan), tapi karena dekat (apalagi kalau nanti baca arab gundul) kita sukar membedakan: ْ – an (tidak ada padanan َّ – anna (bahwasannya) atau أن أنapakah أن bahasa Indonesianya). Oke baiklah kita sekarang masuk ke ayat 2 surat Al-‘Ashr. َّ - inna al-insaana la fii khusrin إن اإلنسان لفي خسر Inna = sesungguhnya 190 Al-insaana = manusia (insan) La = sungguh Fii = dalam Khusrin = kerugian Baiklah... Kita lihat Inna dalam kalimat diatas, artinya sesungguhnya. Ya, kata inna ini fungsinya penekanan. Sering dalam bahasa Inggris diterjemahkan Indeed. Oke, kalau begitu apa kedudukan dan fungsi inna dalam kalimat? Fungsi (tugas) inna adalah sbb: - me-nashob-kan mubtada' - me-rafa'-kan khobar. Oh, kalau begitu fungsinya kebalikan dari kaana كانya Mas? Ya, Anda betul. Kalau Kaana fungsinya: - me-rafa'kan mubtada' - me-nashobkan khobar. Duh bingung nih... bisa kasih contoh gak? Oke pada saat membahas kaana kita kasih contoh sbb: كان البيت جميال- kaana al-baitu jamiilan : (dulu) rumah itu bagus kalau kita pakai Inna maka menjadi: البيت جميل إن- inna al-baita jamiilun : sesungguhnya rumah itu bagus َ 191 Terlihat bedanya kan. Mubtada al-baitu, khobar jamiilun. Jika kemasukan kaana, maka kbobar menjadi nashab (fathah). Sedangkan jika kemasukan inna maka mubtada' jadi nashab (fathah). Oke sekarang kita sudah tahu bedanya: kaana dan inna secara fungsi. Kita kembali ke surat Al-'Ashr ayat 2 ini. َّ - inna al-insaana la fii khusrin إن اإلنسان لفي خسر terlihat dari kalimat diatas yang menjadi Mubtada adalah al-insaana. Lalu khobarnya mana. Nah khobarnya disini adalah khobar jumlah (khobar yang tidak terdiri dari 1 kata, tapi dari kalimat). Jika khobarnya khobar jumlah, maka efek perubahan dhommah ke fathah tidak kelihatan. Kalimat diatas bisa diganti dengan khobar satu kata saja. إن اإلنسان خسرا- inna al-insaana khusran : sesungguhnya manusia itu rugi Lihat bahwa khobarnya menjadi fathah (dibaca khusran, bukan khusrun atau khusrin) Nah kalau kita pakai kaana, kalimat diatas menjadi: كان اإلنسان خسْر- kaana al-insana khusrun : (dulu) manusia itu rugi Atau jika khasirun tidak ingin dalam bentuk mashdar, kita ubah ke isim fail menjadi khaasirun إن اإلنسان خاسر- inna al-insaana khaasirun : sesungguhnya manusia itu (adalah) orang yang merugi Jadi, kita ulangi, bahwa kanaa secara fungsi (tugas) dalam kalimat, berkebalikan dengan inna. 192 Insya Allah di topik selanjutnya kita akan bahas mengenai lam taukid (lam penguat). Lihat di ayat 2 ini ada kata-kata: la fii khusrin Nah pada kalimat diatas adalah lam taukid. Insya Allah kita akan bahas juga pendalaman masalah khobar yang panjang (ditambahi dengan shifat / maushuf). Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/08/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-56-fungsi-inna.html 193 Topik 57: Pendalaman masalah Mubtada’ dan Khobar Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Sebelum kita lanjutkan pembahasan ayat 2 surat Al-‘Ashr, kita berhenti sejenak disini. Oke kita sudah lihat dan bahas peranan dan fungsi kaana dan inna dalam kalimat. Ingat-ingat lagi ya, karena dua kata ini sering dipakai dalam AlQuran. Oke. Kalau dilihat bahwa peranan atau fungsi kaana dan inna ini, sangat berkaitan dengan apa yang disebut mubtada’ dan khobar. Maka pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini perlu lebih di perdalam. Sebagai perbandingan kitab Al-Arabiyah Bin Namajiz (Bahasa Arab dengan Pola-pola) membahas masalah mubtada dan khobar ini ke dalam 4 bab terpisah. Dari sini tercermin betapa pentingnya pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini. Oke baiklah. Walau secara ringkas kita sudah bahas, bahwa mubtada’ itu subjek dan khobar itu prediket, sebenarnya pembagian ini kurang begitu operasional. Saya akan jelaskan mengapa. Mari kita berandai-andai membuat perumpamaan kalimat. Misal saya katakan: The house is big. Rumah itu besar. Oke dalam bahasa Arab kita katakan: – البيت كبيرal-baytu kabiirun --> Kalimat A 194 Nah dalam bahasa Arab diatas terlihat bahwa mubtada’ adalah – البيت al-baytu, dan yang menjadi khobar adalah – كبيرkabiirun. Sangat straightforward dan mudah kan. Tapi bayangkan skenario begini. Tanpa sengaja saya “tertambahkan” alif lam di depan kabiirun. Sehingga kalimatnya menjadi: البيت الكبير- al-baytu al-kabiiru --> Kalimat B Apa padanan bahasa Inggris nya? Padanan untuk kalimat diatas berubah, menjadi The big house (rumah besar itu) Lihat bedanya. The house is big: Rumah itu besar (kalimat A) The big house: Rumah besar itu (kalimat B) Kalimat A adalah kalimat yang sempurna, yang terdiri dari Mubtada’ (Rumah itu) dan Khobar (besar). Sedangkan kalimat B, bukan kalimat sempurna. Kenapa? Karena kalimat B, hanya terdiri dari mubtada’ saja. Khobarnya tidak ada. Jadi kalimat “Rumah besar itu …” adalah mubtada’, belum jelas “ada apa dengan rumah besar itu”, alias belum ada khobarnya (khobar dalam bahasa Arab artinya berita). Kalimat B, khobarnya belum ada, atau berita-nya belum ada. Oke. Sekarang kembali ke kalimat B. Saya katakan tadi bahwa Kalimat B belum sempurna. Bagaimana membuat kalimat B jadi sempurna? Gampang. Tinggal kasih khobar, kan? Ya, anda benar. 195 Misalkan saya katakan: The big house is new. Sekarang saya sudah pilih new: baru ( جديد- jadiidun) sebagai khobar. Maka kalimat B, dalam bahasa Arab jika ditambahkan jadiidun, menjadi: – البيت الكبير جديدal-baytu al-kabiiru jadiidun Sim salabim. Kalimat diatas berubah jadi kalimat sempurna, karena sudah ada khobar (prediket) nya. Mana khobarnya? Yaitu jadiidun. Nah, kita sudah lihat kan ciri-ciri mana yang khobar, mana yang mubtada. Ciri-cirinya begini: - Jika ada kata benda ma’rifat (spesifik: biasanya ditandai dengan alif lam -al), maka dia mubtada. Dalam contoh diatas – بيتbaitun (sebuah rumah), kemasukan alif lam menjadi – البيتal-baytu (rumah itu), adalah mubtada (karena ada al-nya) - Jika setelah mubtada itu kata benda lagi yang juga spesifik (ada alif lam), maka kata benda itu bukan khobar, tapi shifat dari mubtada’. Dalam contoh diatas, kata كبير- kabiirun (besar) karena mendapat alif lam menjadi al-kabiiru ( ) الكبيرmaka dia bukanlah khobar, tetapi sifat dari mubtada. Sehingga kita tidak bisa terjemahkan: the house is big, tapi the big house. - Setelah shifat, jika masih ada kata benda yang ada alif-lam, maka dia bukan lah khobar, tetapi shifat yang kedua. Saya bisa membuat begini: ُ – البيت الكبير الواسع جديدal-baytu al-kabiiru al-waasi’u jadiidun (The big large house is new ), atau Rumah yang besar (lagi) luas itu baru. Terlihat disini besar (big) dan luas (large) adalah sifat dari rumah itu, dan 196 keduanya adalah masih bagian dari mubtada’. Sedangkan khobarnya adalah jadiidun (baru). - Jika setelah mubtada (yang ada al-nya) ada kata benda yang tidak ada al-nya, maka itulah khobarnya. Dalam contoh diatas, kata jadiidun (baru) tidak ada al-nya, maka dapat diindikasikan kata jadiidun adalah khobar. Ingat, jika sebuah kalimat sudah ada mubtada’ dan khobarnya maka, itu disebut kalimat sempurna. Demikian, mudah-mudahan jelas ya. Sebagai penutup, saya sampaikan bahwa khobar-pun dapat terdiri dari lebih dari satu kata. Contoh sebelumnya khobar hanya satu kata, yaitu jadiidun. Dalam Al-Quran kadang-kadang khobar itu terdiri dari 2 kata benda. Contoh dalam surat Al-Baqarah ayat 115. – إن هللا واسع عليمinna Allaha waasi’un ‘aliimun : sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui. Lihat kalimat diatas, jika inna saya buang maka menjadi: – هللا واسع عليمAllahu waasi’un ‘aliimun : Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui. Perhatikan, bahwa struktur kalimatnya: Mubtada: Allahu Khobar: waasi’un ‘aliimun Khobarnya terdiri dari dua kata benda. Kita bisa lanjutkan menambahkan kata benda (yang merupakan sifat dari Mubtada) dengan tambahan lain misalkan: Allahu waasi’un ‘aliimun rahiimun 197 rahmaanun dst (dimana mubtada'-nya Allahu, dan sisanya adalah khobar). Jelaslah sekarang, bahwa kepandaian menentukan mana khobar, mana mubtada’ akan membantu kita dalam menerjemahkan text Al-Quran, khususnya yang berkaitan dengan inna dan kaana. Insya Allah akan kita jelaskan mengenai khobar muqoddam, pada topik-topik selanjutnya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/13/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-57-pendalamanmasalah-mubtada-dan.html 198 Topik 58: Inna dan saudara-saudaranya Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita sebenarnya akan melanjutkan pembahasan surat Al-‘Ashr ayat 2. Sebagaimana telah disampaikan kita َّ sangat dekat menghadapi Inna di awal ayat kedua ini. Pembahasan إن dengan pembahasan mubtada dan khobar. Telah kita lihat bahwa pengetahuan mengenai mubtada dan khobar ini sangat penting. Karena yang mempengaruhi mubtada dan khobar itu ada dua kelompok: كانdan saudara-saudaranya. َّ dan saudara-saudaranya. إن Nah, saudara-saudara kaana itu banyak. Saudara-saudara inna juga banyak, suatu saat kita akan ketemu. Tapi untuk sekedar contoh, َّ itu ada 5, diantaranya – لعلla’alla, dan – ليتlayta. saudara-saudara إن Dua-duanya artinya semoga, dengan beda maksud. La’alla adalah harapan yang mungkin terjadi, sedangkan layta adalah harapan yang mustahil terjadi. Contohnya: – زيد عالمZaidun ‘aalimun : Zaid adalah orang yang berpengetahuan Jika kita tambahkan inna, menjadi: َّ – Inna Zaidan ‘aalimun : Sesungguhnya Zaid adalah orang yang إن زيد عالم berpengetahuan Nah kita bisa mengganti inna dengan la’alla atau layta: – لعل زيد عالمla’alla Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang berpengetahuan 199 – ليت زيد عالمlayta Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang berpengetahuan Perhatikan fungsi la’alla dan layta, sama dengan fungsi inna, yaitu menashobkan mubtada dan merafa’kan khobar. Lihat bahwa Zaidun (rofa’) setelah kemasukan inna, atau saudara-saudara inna (spt. La’alla dan layta), maka mubtada itu jadi nashob (dari Zaidun berubah menjadi Zaidan). Perhatikan beda la’alla dengan layta diatas. Kalimat pertama, kemungkinan besar terjadi. – لعل زيد عالمla’alla Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang berpengetahuan Misalkan tampak Zaid itu memang anaknya kemungkinan dia jadi orang alim, sangat besar. rajin, sehingga Nah beda halnya dengan kalimat kedua. Misalkan telah diketahui umum bahwa Zaid itu anaknya idiot. Maka mengharapkan Zaid menjadi orang yang berilmu, tentu sia-sia, alias mustahil. Maka la’alla tidak tepat digunakan. Tetapi yang digunakan adalah layta. – ليت زيد عالمlayta Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang berpengetahuan --> yang tidak mungkin terjadi, karena Zaid idiot, misalkan. Atau seperti saya katakan: النار باردة – ليتlayta an-naara baaridatun : semoga api itu dingin َ Mengharap sifat api jadi dingin tentu mustahil. Makanya kita pakai layta. 200 Oke apa pelajaran yang kita dapatkan di topik ini? Ya, kita sudah lihat bahwa teman-teman inna itu cukup banyak, ada 5 (saya baru sebut 2 kan, yaitu la’alla dan layta). Teman-teman kaana juga banyak. Nah akan sangat untung kita, kalau kita tahu apa tugas kaana (dan saudarasaudaranya) dan apa tugas inna (dan saudara-saudaranya). Oke, satu lagi, saudara Inna adalah Anna (hehe berarti saya sudah kasih tahu 3 ya). Oke Anna sama dengan Inna, secara fungsi dan arti. Bedanya apa? Bedanya, kalau Inna ada diawal kalimat, kalau Anna ada ditengah kalimat. Contohnya: Saya paham, sesungguhnya Zaid itu orang yang berilmu. َّ – فهمتfahimtu anna Zaidun ‘aalimun : saya paham, أن زيد عالم sesungguhnya Zaid itu orang berilmu. Perhatikan bahwa awal kalimatnya adalah fahimtu (saya paham). Karena Inna tidak diawal kalimat, maka dia berubah menjadi Anna. Oh ya terkadang dalam terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, karena anna terletak di tengah kalimat, maka dia sering diterjemahkan dengan “bahwasannya”, sehingga contoh diatas menjadi: َّ – فهمتfahimtu anna Zaidun ‘aalimun : saya paham, أن زيد عالم bahwasannya Zaid itu orang berilmu. Oke, topik mengenai mubtada dan khobar ini masih belum selesai. Insya Allah kita akan lanjutkan dengan jenis-jenis khobar (prediket). Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007 201 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-58-inna-dan-saudarasaudaranya.html 202 Topik 59: Jenis-Jenis Khobar Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kali ini kita akan menggali jenisjenis khobar. Apa saja itu? Oke, kita mulai dengan contoh. – الطالب مجتهدat-thaalibu mujtahidun : Siswa itu rajin Mana mubtada dan khobar nya? Gampang. Mubtada: الطالب- ath-thaalibu : siswa itu Khobar: – مجتهدmujtahidun : rajin Nah, topik kali ini kita akan singgung, apa saja jenis khobar, dan jenis mubtada. Oke perhatikan kalimat diatas. Mubtada ath-thaalibu, adalah kata benda alam (isim alam) Khobar mujtahidun, adalah kata benda sifat (isim shifat) Apa saja jenis Mubtada lain? Jenis mubtada yang lain adalah kata-ganti (isim dhomir). Kalimat diatas, bisa saya ubah. The student is diligent: – الطالب مجتهدat-thaalibu mujtahidun : Siswa itu rajin He is diligent: – هو مجتهدhuwa mujtahidun : Dia rajin. Nah dalam kalimat diatas, mana mubtada dan khobar? Mubtada: huwa – dia Khobar: mujtahidun – rajin 203 Itulah 2 bentuk / jenis mubtada’ yang umum dijumpai. Apa itu? Kita ulangi. Mubtada bisa berupa isim alam (nama orang, nama benda, profesi orang, dsb), atau kata ganti (saya, kamu, dia, mereka, dsb). Ada lagi jenis yang umum juga untuk mubtada, yaitu kata benda penunjuk (isim isyarah). Contohnya: ini, itu. Saya katakan sbb: – ذلك البيتdzalika al-baytu: itu rumah. That is the house. – هذا ولدhadza waladun : ini seorang anak laki-laki. This is a boy. – هذا الولدhadza al-waladu : ini seorang anak laki-laki itu. This is the boy. Nah mubtada dalam tiga kalimat diatas adalah: dzalika (itu) dan hadza (ini). Sedangkan khobarnya adalah al-baytu (rumah [yang sudah diketahui oleh lawan bicara]), waladun (anak laki-laki [siapapun dia]), atau al-waladu (anak laki-laki [yang sudah diketahui oleh lawan bicara]). Oke, kita tutup dengan kesimpulan. Mubtada, bisa terdiri dari (salah satu) 1. Isim alam (nama orang, nama benda, profesi, dsb) 2. Kata ganti (saya, dia, mereka, kamu, dsb) 3. Isim isyarah (ini, itu) Sekarang kita beralih ke jenis-jenis Khobar. Perhatikan lagi kalimat-kalimat diatas. Rata-rata khobar itu terdiri dari, isim shifat (seperti rajin, malas, besar, ganteng, dll), atau kata benda isim alam (seperti dalam kalimat “itu rumah”). Sekarang saya kasih contoh, yang mungkin membuat kita bingung. 204 Apa bedanya: – هذا البيت كبير جديدhadza al-baytu kabiirun jadiidun – هذا البيت الكبير جديدhadza al-baytu al-kabiiru jadiidun Bedanya kalau dalam bahasa Inggris lebih terlihat, sbb: – هذا البيت كبير جديدThis house is big (and) new : rumah ini besar (lagi) baru – هذا البيت الكبير جديدThis big house is new : rumah besar ini baru Pada kalimat pertama, mubtada: this house, khobarnya big (and) new Pada kalimat kedua, mubtada: this big house, khobarnya new Oke, sampai disini, kita resume-kan, tentang khobar. Khobar dapat terdiri dari isim shifat, isim alam. Sekarang bentuk ke 3. Bentuk ke-3 Khobar: JER MAJRUR Oke apa lagi nih Mas? JER MAJRUR. Hehe… istilah ini sering dipakai dalam pelajaran bahasa Arab. Apa itu? Gampangnya saya kasih contoh begini. dalam rumah: – في البيتfii al-bayti. Ingat-ingat lagi pelajaran kita dulu-dulu banget, tentang huruf jer (kata depan). Contohnya – فيfii (didalam), ‘ – علىalaa (diatas), – منmin (dari), – إلىilaa (ke), dst. Nah kata-kata ini disebut JER. Lalu MAJRUR apa? Majrur adalah kata benda setelah JER. Dalam contoh diatas Majrur nya adalah – البيتal-bayti. Lalu gabungan keduanya disebut kalimat JER MAJRUR. 205 Nah bentuk ke 3 dari khobar ini, dapat berupa jer majrur ini. Contohnya begini. – الولد في البيتal-waladu fii al-bayti : The boy in the house – anak laki-laki itu dalam rumah. Mana mubtada dan khobarnya? Mubtada, pastilah al-waladu. Dan khobarnya adalah JER MAJRUR yaitu fii al-bayti. Oke ya, semoga yang diatas itu bisa dimengerti. Sekarang ada masalah nih. Bagaimana kalau, di dalam rumah itu, anak laki-lakinya belum diketahui. Oh ya, sebelumnya, Anda pasti tahu kan apa bedanya dua kalimat ini: The boy is in the house A boy is in the house Dalam kalimat kedua, anak laki-lakinya belum diketahui. Bisa anak siapa saja. Sehingga dipakai A Boy (waladun, bukan al-waladu). Sedangkan dalam kalimat pertama, anak laki-lakinya adalah sudah diketahui, misal Anaknya Bang Faisal, misalkan. Dalam kalimat pertama, karena Boy nya sudah diketahui maka dipakai The (atau al, sehingga menjadi al-waladu) Dalam bahasa Arab, kedua kalimat itu sebagai berikut. The boy is in the house : الولد في البيت A boy is in the house : ??? Apa kira-kira yang akan Anda isi untuk ??? diatas. Jawabannya Insya Allah di topik selanjutnya. Ini masuk dalam Bab Khobar Muqoddam (khobar yang didahulukan). Baca topik selanjutnya. 206 Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-59-jenis-jeniskhobar.html 207 Topik 60: Khobar Muqoddam Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita menyisakan pertanyaan pada topik 59, yaitu apa bahasa Arabnya: A boy is in the house? Mas… Kalau: The boy is in the house, bahasa Arabnya: – الولد في البيتal-waladu fii albayti Nah kan Mas pernah bilang, kalau kata benda yang belum diketahui, maka tinggal buang AL nya, sehingga al-waladu, buang al, menjadi waladun. – ولد في البيتwaladun fii al-bayti Secara umum sih iya. Anda betul sekali. Hanya saja, dalam bahasa Arab, adalah janggal (jarang dipakai, atau agak aneh), jika mubtada itu bukan kata benda yang tidak definitive (sudah diketahui). Dalam bahasa Arab ada dua istilah: ma’rifah dan nakiroh. – ولدwaladun : A Boy (seorang anak laki-laki) ini disebut nakiroh (umum, belum spesifik) – الولدal-waladu: The Boy (anak laki-laki itu), ini disebut ma’rifah (jelas anak laki-laki mana yang dimaksud) Nah kembali ke kalimat diatas: – ولد في البيتwaladun fii al-bayti 208 Mubtada: waladun (nakiroh) Khobar: fii al-bayti Kalimat diatas jarang ditemukan, atau janggal. Lalu biar gak janggal gimana dong Mas? Nah orang Arab ada solusinya. Gimana tuh? Solusinya, Khobarnya dikedepankan (muqoddam). Sehingga kalimatnya menjadi: – في البيت ولدfii al-bayti waladun : A boy is in the house, atau bisa juga In the house, (there) is a boy. Nah terlihat bahwa kadang khobar mengawali kalimat. Dalam Al-Quran kita sering menemukan khobar muqoddam ini. Contohnya sudah pernah dibahas dulu dalam Surat Al-Baqoroh ayat 10. – في قلوبهم مرضfii quluubihim maradhun : dalam hati mereka ada penyakit. Atau lebih tepat sebenarnya: Penyakit (ada) dalam hati mereka. Tapi masalahnya karena penyakit itu bersifat general (umum) artinya bisa penyakit apa saja, maka tidak dipakai al-maradhu, tetapi maradhun. Kalau penyakitnya itu jelas apa jenisnya, maka dipakai al-maradhu. Jika al-maradhu, maka kalimatnya (umumnya) mengikuti pola yang umum yaitu: – المرض في قلوبهمal-maradhu fii quluubihim. Perhatikan mubtada adalah maradhu (penyakit) sedangkan khobar adalah fii quluubihim (dalam hati mereka). Dan perhatikan, karena mubtada’nya nakiroh (maradhu), sehingga tidak bisa diawal kalimat, yang akibatnya mubtada “mengalah” menjadi di209 akhir kalimat. Jadilah dia menjadi: – في قلوبهم مرضfii quluubihim maradhun : dalam hati mereka ada penyakit, atau Penyakit (ada) dalam hati mereka. Allahu a’lam bish-showwab. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/17/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-60-khobarmuqoddam.html 210 Topik 61: Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 2 dan 3 Bismillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah beberapa hari ini off, maka Insya Allah kita lanjutkan lagi pelajaran kita, dengan melanjutkan latihan surat Al-Ashr. Kita sudah pajang lebar membicarakan kaana, inna, anna, dan terakhir masalah mubtada dan khobar. Apa lagi yang kita akan pelajari? Sebenarnya masalah mubtada dan khobar masih ada kelanjutannya, tetapi kita pending dulu ya… Bosen juga kan, mending kita masuk ke latihan dulu… Oke baiklah. Kita tuliskan ayat 2 surat Al-‘Ashr: إن اإلنسان لفي خسر Kita sudah membahas Inna yang artinya : sesungguhnya. Al-Insaana = insan (manusia) La = sungguh Fii = dalam Khusrin = kerugian Kalimat diatas bisa kita ringkas kan, dengan membuang Inna, dan lam taukid (lam penguat), menjadi: اإلنسان في خسر- al-insaanu fii khusrin : manusia itu dalam kerugian Mubtadanya al-insaanu dan khobarnya fii khusrin. Hanya kalimat diatas kurang ada penekanannya, maka dimasukkanlah Inna dan La. Ingat bahwa dengan memasukkan Inna, maka mubtada al-insaanu berubah menjadi al-insaana. 211 Oke, itu tadi mengenai ayat 2. Sekarang kita masuk ke ayat 3 penggalan pertama. – إال الذين آمنوا وعملوا الصالحاتilla alladziina aamanu wa ‘amilu ashshoolihaat Illa = kecuali Alladziina = orang-orang yang Aamanuu = (orang-orang yang) beriman Wa = dan ‘aamilu = orang-orang yang beramal Ash-shoolihaat = yang sholeh Disini banyak sekali pelajaran yang akan kita petik. Insya Allah. Apa saja? Yang bisa kita pelajari adalah secara ringkas sbb: 1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung adanya pengecualian (dengan Illa). 2. Kita pelajari isim mashul, yaitu alladziina. Apa kedudukan dan fungsinya. 3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang ketiga jamak, yaitu adanya waw alif 4. Kita akan pelajari bentuk jamak muannats salim (jamak perempuan beraturan). 212 Wuih banyak juga ya. Padahal ini hanya penggalan pertama ayat 3 lho... Insya Allah kita akan tuntaskan pembahasannya dalam topik ini. Oke, kita lihat yang pertama. Jika kita membaca ayat Al-Quran ada kata Inna .... Illa ... maka ayat tersebut menekankan bahwa sesuatu itu sungguh (inna) akan terjadi demikian, kecuali (illa) suatu kondisi. ”Sesungguhnya manusia itu sungguh dalam kerugian”, kecuali (kondisi). Biasanya ayat ayat Al-Quran menggunakan illa dalam kondisi seperti ini: Inna (kata benda + keterangan) Illa (kondisi) Laa (kata benda + maujuudun) Illa (kondisi) Laa (KKS) Illa (kondisi) Maa (KKL) Illa (kondisi) Contoh: Inna Illa َعدو لي إ َّال َربَّ ْالعَالَمين َ فَإنَّه ْم karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam (Asy-syuara : 77) Laa Illa – ال أستاذ إال عمرlaa ustaadza illa Umaar (tidak ada Ustadz (yang hadir) kecuali Umar) Laa Illa َ سه إ َّال ْالم َط َّهرون ُّ َّال َي َم 213 Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali orang yang disucikan (AlWaqiah:79) Maa Illa َضلَّنَا إ َّال ْالم ْجرمون َ َ َو َما أ Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa (Asy-syu’ara:99) Oke saya rasa kita sudah cukup melihat contoh-contoh pemakaian Illa. Sekarang kita masuk ke topik berikutnya yaitu tentang isim maushul (kata penghubung). ISIM MAUSHUL Dalam bahasa Indonesia kata penghubung ini disebut kata sambung, dalam bahasa Arab contohnya الذي-alladzi dan – الذينalladziina. Terjemahan yang pas untuk kedua ini adalah: "yang" untuk alladzi dan "orang-orang yang" untuk alladziina. Bentuk lainnya banyak ada alladzaani (untuk 2 orang, atau 2 hal), allati (untuk yang – perempuan) dst. Tapi yang banyak adalah alladzii dan alladziina. Contohnya: – أنت مجتهدanta mujtahidun : Anda orang yang ulet – أنت تدرس دائماanta tadrusu daaiman: Anda senantiasa belajar Jika digabung: Anda yang senantiasa belajar adalah orang yang ulet. – أنت الذي يدرس دائما مجتهدanta alladzii yadrusu daaiman mujtahidun 214 Perhatikan bahwa kalimat pertama dan kalimat kedua jika digabung maka perlu isim maushul. Dalam bahasa Inggris, isim maushul ini sering kali adalah: that, which, who, dsb. You are diligent. You always study. Digabung: You who always study are diligent. Shilah Apa itu shilah? Shilah yaitu kata atau kalimat setelah isim maushul, yang jenisnya harus sama dengan jenis isim maushulnya. Contohnya: Jika kita pakai alladzii, maka ini merujuk kepada orang ke-3 tunggal, maka shilahnya juga orang ke-3 tunggal. Lihat bedanya: – تدرسtadrusu: belajar (orang kedua tunggal) – يدرسyadrusu: belajar (orang ketiga tunggal) Pada kalimat awal: kita pakai tadrusu. Tetapi tadrusu berubah menjadi yadrusu, karena dia terletak setelah alladzii. Yadrusu adalah shilah bagi alladzi. Perhatikan lagi kalimat setelah digabung: – أنت الذي يدرس دائما مجتهدanta alladzii yadrusu daaiman mujtahidun : Anda yang senantiasa belajar adalah orang yang ulet. Perhatikan dalam kalimat (yang panjang) diatas, mubtada nya anta, dan khobarnya adalah mujtahidun. Sedangkan alladzii yadrusu daaiman adalah pelengkap. Jadi terkadang kalimat yang panjang dalam bahasa 215 Arab itu bisa kita "peras" menjadi hanya mubtada + khobar, sisanya adalah pelengkap kalimat saja. Mengetahui mubtada dan khobar ini akan membantu kita dalam menerjemahkan bahasa Arab al-Quran. Insya Allah akan kita lanjutkan dengan pembahasan mengulagi fiil madhy dan bentuk jamak muannats salim. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/26/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-latihan-surat-al-ashrayat-2-dan.html 216 Topik 62: Lanjutan Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 3 Bismillahirrahmanirrahim Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah membahas separoh dari ayat 3 surat Al-Ashr. Kita ulangi lagi ya. – إال الذين آمنوا وعملوا الصالحاتilla alladziina aamanu wa ‘amilu ashshoolihaat Illa = kecuali Alladziina = orang-orang yang Aamanuu = (orang-orang yang) beriman Wa = dan ‘aamilu = orang-orang yang beramal Ash-shoolihaat = yang sholeh Yang bisa kita pelajari adalah secara ringkas sbb: 1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung adanya pengecualian (dengan Illa). 2. Kita pelajari isim mashul, yaitu alladziina. Apa kedudukan dan fungsinya. 3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang ketiga jamak, yaitu adanya waw alif 4. Kita akan pelajari bentuk jamak muannats salim (jamak perempuan beraturan). 217 Pembahasan 1 dan 2 sudah kita selesaikan pada topik 61. Pada topik ini kita akan bahas mengenai pembahasan 3 dan 4. Insya Allah. Oke baiklah, kita mulai. Ambil kata ( = آمنوا وعملواmereka) (telah) beriman dan (mereka) (telah) beramal. Kenapa saya tambahkan (mereka) dan (telah)? Karena kata tersebut menunjukkan pelakunya orang ke 3 jamak (mereka) dan kata kerjanya kata kerja lampau KKL. Sehingga paling pas ditambahkan "telah". Kita ulang-ulang lagi mengenai jenis-jenis fi’il (verb) atau kata kerja. Dalam bahasa Arab fi’il hanya dibagi dua: 1. KKL (Kata Kerja Lampau) Fi’il Madhy 2. KKS (Kata Kerja Sedang) Fi’il Mudhori’ Kita ambil contoh yang sering kita pakai: to write (menulis) : كتب – يكتب: kataba – yaktubu Kata KATABA-YAKTUBU itulah entri pertama yang kita lihat dalam kamus. Oh ya, bagi yang belum pernah melihat kamus bahasa Arab, dijamin akan bingung pada awalnya untuk mencari kata dalam kamus tsb. Perlu pembiasaan, dan keterampilan untuk mencari akar kata. Oh ya, akar kata dalam tulisan disini sering disebut juga KKL. Seperti to write (menulis) KKL nya adakah kataba كتب, maka kita cari di KAF ك. Hampir semua (atau sebagian besar) kata dalam bahasa arab, khususnya kata kerja dan kata benda terdiri dari akar kata (KKL) tiga huruf. Seperti to write (menulis), KKL nya – كتبkataba, dan KKS nya يكتب – yaktubu. 218 Oh iya ingat-ingat kembali bahwa kata kerja itu dalam bahasa Arab, aslinya kebanyakan berbentuk 3 huruf. Sedangkan dari kata kerja asli itu bisa kita bentuk KKT – Kata Kerja Turunan. Ada 8 jenis bentuk kata kerja turunan. Sehingga secara pola kata كتب- kataba itu bisa kita bentuk menjadi 8 bentuk kata kerja baru, yang kita sebut KKT-1, KKT-2, dst, sampai KKT-8. Balik lagi ke fungsi kamus, dan cara membaca kamus bahasa Arab. Di kamus bahasa Arab, kata-kata disusun berdasarkan entri KKL dari Kata Kerja Asli. Contoh: kalau kita menemukan kata – قاتلqoo ta la, maka bagaimana cara mencari di Kamus? Atau kalau kita menemukan kata – ينزلyunzilu, nah bagaimana cara mencari arti kata itu di Kamus? Ini perlu latihan. Sekali lagi latihan. Apa? Latihan. Hehe... Ya, practice makes perfect, kan. Oke kalau kita lihat lagi contoh soal: Kata – قاتلqootala, maka kita tahu bahwa ini adalah bentuk dari KKT-2 (artinya bukan Kata Kerja Asli, tapi KK Turunan). Lho-lho ntar dulu, kok Mas tahu ini KKT-2. Hmm ini sudah dijelaskan dulu rasanya. Tapi baiklah, mengulang-ulang pelajaran itu membuat lebih ingat. KKT-2 itu ada tambahan alif setelah huruf pertama dari KKL nya. Kalau – قاتلqootala, adalah KKT-2, dan katanya KKT-2 itu ada tambahan alif, berarti alif dalam qootala itu adalah tambahan. Kalau saya buang maka dia berubah jadi KK Asli. Benar gak? Benar! Anda tepat sekali. Dengan kata lain kata – قاتلharus dicari di entri – قتلqotala. Kalau ketemu, telusuri kata-kata dibawahnya, niscaya dikamus Anda akan bertemu entri – قاتلqootala, nah lihat deh tuh artinya apa. Kurang lebih di kamus urutannya spt ini: 219 – قتلqotala : membunuh dibawah entri qotala itu akan ditemukan: – قاتلqootala: berperang Oke untuk anzala, lihat lagi topik2x yang lalu, sudah panjang lebar dibahas.Tapi saya ringkas saja, kalau mencari anzala أنزلjangan cari di ALIF أ, tapi carilah di huruf ن. Kenapa, karena alif itu huruf tambahan bagi KKT-1. Sama juga dengan mencari yunzilu ينزل- jangan cari di ي, karena ya itu tambahan bagi fi'il mudhori' (ingat tambahan YA ANITA di fi'il mudhori'). Ah... belum ngerti... oke... baca lagi dari topik 1 ya... pelan-pelan... Kembali ke laptop… Kita kembali ke ayat : آمنوا وعملوا- aamanuu ‘amiluu Ini adalah ciri-ciri KKL yang akan sering kita temukan di dalam Al-Quran. Apa itu yaitu adanya waw alif. وا. Eit bentar dulu. Huruf Waw Alif itu, tidak hanya mengindikasikan KKL lho... Setidaknya jika ketemu Waw Alif, maka itu hampir pasti Kata Kerja, dan bisa menjadi salah satu dari hal-hal berikut ini, yaitu dia: 1. KKL untuk orang ke 3 atau 2 jamak, atau 2. KKS untuk orang ke 3 atau 2 jamak yang kena huruf amil jazm 3. KK Perintah (fi’il amr) untuk orang ke 2 jamak 4. KKS untuk orang ke 3 atau 2 jamak dalam kalimat syarat jawab Oke banyak buaaanget sih... puzinggg... Tenang-tenang... yang paling banyak itu adalah no.1. Jadi kalau ketemu kata yang akhirnya adalah 220 waw alif, maka kita bisa duga dia adalah KKL untuk orang ketiga jamak. Contoh surat Al-'Ashr ayat 3 ini. Contoh Kasus no. 2: فليعبدوا رب هذا البيت- falya'buduu rabba hadzaa al-bayti (QS. 106:3) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah). Perhatikan kata falya'budu itu asalnya sbb: يعبدون- ya'buduuna = mereka menyembah (KKS) Karena kemasukan amil jazm (huruf yang menjazmkan) yaitu ل- li : hendaklah, maka kata itu berubah menjadi يعبدوا+ ل atau menjadi ليعبدوا- liya'buduu = hendaklah mereka menyembah. Oh ya huruf LI (=hendaklah) ini dalam bahasa Arab disebut Harf LI AMR (huruf Li perintah, untuk orang 3 tunggal atau jamak). So,lihat lagi contoh 1, 2 diatas, perhatikan lagi kata yang ada waw alif ( ) واdi-akhir kata, maka dapat dipastikan itu adalah kata kerja kata kerja yang jika diterjemahkan mereka .... Tinggal dilihat jika depannya ada YA ANITA maka dia KKS. Tapi jika tidak ada YA ANITA seperti آمنوا وعملوا (aamanuu atau 'amiluu), maka kata itu adalah KKL (Kata Kerja Lampau), sehingga kalau mau nerjemahin letterlej: mereka (telah) beriman, mereka (telah) beramal. Contoh Kasus no. 3: اعيدلوا هو أكرب للتقوى- i'diluu huwa aqrabu littaqwaa (QS 5:8) 221 Berbuat adillah kalian, karena dia lebih dekat kepada taqwa. Perhatikan pada kata i'diluu, ada waw alif disitu, menandakan dia kata kerja untuk orang ke 2 / ke 3 jamak. Dan lihat ada tambahan Alif Amr sebelum ain, menandakan ini Kata Kerja Perintah, untuk orang ke 2 (Ingat Alif Amr itu merujuk kepada perintah bagi orang ke 2, sedangkan LI AMR merujuk kepada orang ke 3 - lihat kasus no. 2). Contoh Kasus no. 4: فأينما تولوا فثم وجه هللا- fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhu allahi (QS 1:115) Maka kemanapun kamu memalingkan mukamu, maka disana (ada) wajah Allah. Perhatikan disini, ada kalimat syarat: kemanapun kamu memalingkan mukamu, dan ada kalimat jawab: maka disana (ada) wajah Allah. Perhatikan bahwa asal katanya sbb: تولون- tuwalluuna : kalian memalingkan, karena dalam posisi kalimat syarat, maka dia berubah menjadi: تولوا- tuwalluu Atau contoh lain: أجلس إن يجلسوا- in yajlisuu ajlis : jika mereka duduk, (maka) aku(pun) ْ duduk. Asal kalimatnya begini: يجلسون أجلس- yajlisuuna ajlisuu : mereka duduk, saya duduk. Kalau kita hendak mengatakan: jika mereka duduk, saya(pun) duduk, maka kedua Kata Kerja tersebut harus di Jazm-kan. 222 Perhatikan asalnya adalah يجلسون- yajlisuuna = mereka duduk, karena menjadi bagian dari kalimat syarat (jika mereka duduk), maka yajlisuuna, berubah menjadi يجلسوا- yajlisuu (ada waw alif nya). Dan kalimat jawabnya adalah أجلس - ajlis (maka sayapun duduk). Lihat kata ْ ini JAZM, maka huruf terakhir harokatnya mati, sehingga dibaca ajlis (tidak boleh ajlisu). Demikianlah sudah kita bahas dengan panjang lebar, apa faedah melihat adanya واdalam di sebuah akhir kata. Dimana adanya waw nun ini, kita jadi tahu, itu adalah Kata Kerja untuk pelaku jamak (orang ke 3 atau orang ke 2). Sedangkan apakah dia KKL atau tidak tinggal dilihat, apakah ada tambahan-tambahan YA ANITA didepannya. Nah, yang terjadi disurat Al-'Ashr ayat 3 ini, ayat yang sedang kita latih, adalah kasus waw alif sebagai ciri dari Kata Kerja Lampau (KKL) / fi'il madhy, untuk orang ke 3 jamak (mereka). Perubahan dari waw nun ونke waw alif واpada KKS, secara ringkas disebabkan 2 hal: 1. Kemasukan amil (huruf yang bertugas) menashobkan fi'il mudhory, seperti أن- an, حتى- hatta , dll 2. Kemasukan amil (huruf yang bertugas) menjazmkan fi'il mudhory, seperti لم- lam, ل- li (amr), ال- laa (laa nahi), dll Selain dari hal itu, maka واitu ada karena memang bagian dari KKL (bukan karena KKS yang kemasukan amil nashob atau amil jazm. Bingung gak ya? Semoga gak ya... Next time saya akan usahakan deh mbahas yang mudah-mudah dulu... 223 Insya Allah topik selanjutnya kita akan bahas Jamak Muannats Salim (Jamak Perempuan Beraturan). Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/05/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-61-lanjutan-latihansurat-al-ashr.html 224 Topik 63: Jamak Muannats Salim Bismillahirrahmanirrahim Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Pada topik ini kita akan bahas mengenai Jamak Muannats Salim. Apa itu? Sebagaimana diketahui jenis kata benda dalam bahasa Arab ada 2, yaitu: 1. Mudzakkar (pria) 2. Muannats (wanita) Pembagian tersebut berdasarkan sima’i (apa yang didengar) dari perkataan orang Arab. Contoh kata benda yang berjenis Mudzakkar: – البيتal-baytu : rumah – الولدal-waladu : anak laki-laki – الرجالar-rijaalu : laki-laki dewasa – البابal-baabu : pintu – الكتابal-kitaabu : buku – القلمal-qolamu : pena – الفتىal-fataa : pemuda Semua kata benda diatas adalah kata benda berjenis mudzakkar. Dan semuanya adalah kata benda tunggal. Bagaimana bentuk dual (dua buah/dua orang)? Oh ya, bentuk dual ini, saya baru tahu loh, ada. Karena selama ini hanya kenal bahasa Inggris dan Indonesia saja, saya kaget juga begitu tahu, ooo... ternyata di 225 bahasa Arab ada bentuk dual. Dan bentuk dual ini, alhamdulillah, bukan sima’i (alias ada rumusnya). Rumusnya sederhana, tambahkan alif dan nun ( ) ان. Sehingga kalau diterapkan di contoh-contoh diatas: – البيتal-baytu : satu rumah, menjadi – البيتانal-baytaan : dua rumah – الولدal-waladu: satu anak laki-laki, menjadi – الولدانal-waladaan : dua anak laki-laki – البنتal-bintu : satu anak perempuan, menjadi – البنتانal-bintaan : dua anak perempuan (eh ngomong2x pulau bintan itu, apa ngambil dari bahasa Arab ya?) Dan seterusnya. Nah bagaimana, bentuk 3 buah atau 3 orang atau lebih. Ini disebut jamak. Nah kata-kata diatas, bentuk jamaknya, susaaaaaah…. Harus diahafalin… wekk… Orang udah umuran kayak saya ini paling sukar ngafal hik hik… So, singkat kata, jamak mudzakkar itu ada 2 macam. Ada yang teratur (ada rumusnya), ada yang tidak teratur (tidak ada rumusnya, alias harus dihafal jek!!!) Nah yang beraturan itu disebut: Jamak Salim. Sedangkan yang tidak beraturan disebut Jamak Taksir. Contoh kata-kata diatas: – البيتal-baytu : satu rumah. Banyak rumah? – البيوتal-buyuut : banyak rumah. (Ngomong-ngomong dibahasa kita bapaknya kakek disebut buyut, kan?) Gimana aturannya dari baytu menjadi buyuut? Gak ada. Alias harus dihafal. Jadi singkat cerita, kalau bicara Jamak Mudzakkar, itu lebih kompleks fren... Kudu musti minum gingobiloba (obat vitamin otak red)... hehehe... Sangking rada kompleks biasanya buku bahasa Arab, 226 misahin dalam satu atau dua bab sendiri, untuk mbahas jamak mudzakkar ini. Leh leh leh... BTW, kita kan harusnya ngomogin Jamak Muannats Salim (Jamak Perempuan Beraturan) ya...? Eh iya...ya... Kan kita lagi bahas surat Al-Ashr ayat 3...Oke oke... Kembali ke jalan yang benar... Ingat lagi ayat 3 Surat Al-‘Ashr: – وعملوا الصالحاتwa ‘amiluu ash-shoolihaati Nah kita sudah bahas kan, masalah waw alif pada kata ‘aamiluu. Sekarang kita bahas kata – الصالحاتash-shoolihaat: yang sholeh-sholeh. Ini adalah kata jadian dari kata kerja – صلحsholiha : sholeh (kata kerja). Lalu isim fai’il (kata kerja pelaku) dari kata sholih tersebut adalah: صالحshoolihun: yang artinya yang sholih. Kata ini sebenarnya adalah kata shifat, yang setara dengan isim fa’il. Oke, kita kembali: الصالح- ash-shoolih: yang sholeh (tunggal) الصالحان- ash-shoolihaan: dua yang sholeh – الصالحونash-shoolihuun : yang sholeh-sholeh – Jamak Mudzakkar Salim Sekarang kalau kata – الصالحash-shoolih jika berbentuk Muannats, maka perubahannya sbb: الصالحة- ash-shoolihah: yang sholeh (tunggal) الصالحتان- ash-shoolihataan: dua yang sholeh – الصالحاتash-shoolihaat : yang sholeh-sholeh – Jamak Muannats Salim 227 Lihat bahwa membentuk Jamak Muannats Salim, sangat sederhana rumusnya. Apa itu? Huruf ta marbuthoh nya ( )ـةdiganti menjadi ات. Contohnya: – مسلمةmuslimatun (bisa juga dibaca muslimah): 1 orang wanita muslim – مسلماتmuslimaatun (bisa juga dibaca muslimaat): banyak wanita muslim – الكرةal-kurah : 1 buah bola – الكراتal-kuraat : banyak bola – مسرورةmasruuratun : 1 wanita bahagia – مسروراتmasruuraatun : banyak wanita bahagia – شيارةsayyarah : 1 buah mobil – شياراتsayyaraat : banyak mobil Dan banyak lagi kata-kata jamak muannats salim yang bisa dibuat. Intinya kalau bertemu dengan satu kata yang diakhiri dengan tamarbuthah ةatau ـةmaka dapat diduga itu adalah kata benda untuk muannats (wanita) tunggal. Jika ingin membentuk kata jamaknya maka tinggal diubah menjadi ات. Dalam kalimat kita bisa buat sbb: This is a car: – هذه شيارةhadzihi syayyaarah : ini sebuah mobil These are two cars: – هاتان شيارتانhaataani syayyaarataan : ini dua buah mobil These are cars : – هآأْلء شياراتhaaulaa-i syayyaaraat : ini banyak mobil 228 Lihat bahwa kata benda penunjuk (isim isyaroh) mengikuti bentuk kata bendanya. Jika kalimatnya kita buat panjang, artinya kata benda tersebut kita tambahkan lagi shifat, maka contohnya sebagai berikut. This is the new ball: – هذه الكرة الجديدةhadzihi al-kuratu al-jadiidatu : ini sebuah bola baru. Lihat juga bahwa shifat ( – الجديدal-jadiid) juga mengikuti kata yang dia shifati. Karena kata al-kuratu (bisa dibaca al-kurah) adalah muannats, maka kata shifat nya juga harus muannats. Muannatst nya – الجديدaljadiid, adalah – الجديدةal-jadiidah (atau al-jadiidatu). Lebih lanjut untuk dual dan jamaknya, sbb: These are the two new balls: – هاتان اكرتان الجديدتانhaataani al-kurataan al-jadiidataan: ini dua buah bola baru. These are the new balls: – هآأْلء الكرات الجديداتhaaulaa-i al-kuraat aljadiidaat : ini bola-bola baru. Kembali ke topik kita tentang surat Al-Ashr ayat 3: – وعملوا الصالحاتwa ‘amiluu ash-shoolihaati : dan mereka mengerjakan (amalan) yang sholeh-sholeh. Kita sebutkan ciri-ciri jamak muannats salim yaitu adanya huruf اتpada akhir kata benda tersebut. Demikianlah telah kita bahas ayat 3 ini, dan kita segera masuk ke penggalan ke dua ayat ini yaitu – وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبرwa tawaashaw bil-haqqi wa tawaashaw bish-shobri. Insya Allah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/08/2007 229 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-63-jamak-muannatssalim.html 230 Topik 64: KKT-4 Bismillahirrahmanirrahim Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera mengakhiri latihan surat Al-‘Ashr ini. Sengaja surat ini saya pilih, karena banyak pelajaran bahasa Arab yang kita bisa dapatkan. Oke sebelum masuk ke penggalan terakhir ayat 3 surat Al-‘Ashr, kita ingat-ingat lagi apa saja yang kita sudah pelajari dalam surat Al-‘Ashr ini. Oke, kita sudah bahas, ciri-ciri waw dalam kedudukan sumpah (waw qosam). Wal ‘ashri. Demi masa. Demi disitu adalah waw dalam kedudukan sumpah. Kemudian kita membahas panjang lebar penggunaan Inna, dan saudara-saudara Inna. Dimana kita bahas bahwa Inna itu menashobkan mubtada, dan merofa’kan khobar. Innal insaana (insan, dalam harokat nashob / fathah). Karena Inna ini belawanan secara tugas/fungsi dengan Kaana, maka kita bahas juga mengenai fungsi dan peranan Kaana. Kemudian kita bahas juga mengenai Illa, dan macam-macam kemungkinan pemakaian kata Illa. Terakhir kita bahas mengenai ciri kata kerja lampau (KKL) untuk jamak yaitu dengan adanya huruf waw alif. Dan kita bahas juga mengenai kata shoolihaat, yaitu mengenai aturan Jamak Muannats Salim. Sampailah kita pada penggalan terakhir surat Al-‘Ashr ini. – وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبرwa tawaashau bi al-haqqi wa tawaashau bi ash-shobri : dan mereka saling bernasehat dengan kebenaran (haq) dan mereka saling bernasehat dengan kesabaran 231 Apa yang kita akan pelajari? Disini kita akan membahas mengenai KKT4. Hmmm... sound interesting... Ya, kita akan bahas KKT-4. Ingat kita sudah bahas KKT-1 dan KKT-2, serta KKT-8 (lihat lagi topik-topik terdahulu). Oke... kita singgung sedikiiiiit saja mengenai KKT-1 dan 2. KKT-1 contohnya – أنزلanzala : menurunkan, atau – أكتبaktaba: menuliskan, dll. Ciri KKT-1 yaitu ada tambahan alif dari KK Asli (3 huruf). Sedangkan KKT-2, adalah KK Asli yang huruf ke duanya di tasydid. Contohnya: – نزلnazzala : menurunkan, atau – كتبkattaba : menuliskan. Atau ‘ – علمallama : mengajarkan, dll. Sedangkan contoh KKT-8 adalah – استغفرistaghfara : minta ampun. Ciricirinya, ada tambahan alif sin ta. Bagaimana dengan KKT-4? Eh, ntar dulu, kok KKT-3 nya gak kita pelajari? Hmm... Pada saatnya nanti kita akan singgung ya (revisi: KKT-3 sudah kita singgung pada contoh qotala: membunuh, dan qootala (ada tambahan alif): berperang). Sekarang kita bahas saja KKT-4... Oke? KATA KERJA TURUNAN ke 4 (KKT-4) Misalkan begini. Saya buat kalimat: Umar bertanya: – سئل عمرsa-a-la Umar Zaid bertanya: – سئل زيدsa-a-la Zaid Laili bertanya: – سئلت ليليsa-a-lat Laili Nah kalau kita bayangkan mereka bertanya ke ustadnya, kita bisa mengatakan: – هم سئلواhum sa-a-luu : mereka bertanya. 232 Nah, kalau mereka itu saling bertanya kepada satu sama lain, maka kita mengatakan: – هم تسائلواhum tasaa-a-luu : mereka saling bertanya. Kata – تسائلواtasaa-a-luu, adalah KKL KKT-4, sedangkan bentuk KKS KKT4 nya adalah – هم يتسائلونhum yatasaa-a-luun: mereka saling bertanya. Nah, kira-kira kebayangkan apa itu KKT-4. Kita kasih contoh lain ya, KKT-4 itu dalam surat An-Naba’ ayat 1. ‘ – عم يتسائلونamma yatasaa-a-luun : tentang apa mereka saling bertanya. Perhatikan kata عم َ – ‘amma, asalnya adalah: = عنtentang = ماapa Jika digabung, alif pada maa hilang sehingga menjadi ‘ – عمamma. Nah – يتسائلونyatasaa-a-luun :mereka saling bertanya, adalah KKT-4 dari سئل sa-a-la. Apa esensinya? Perhatikan bahwa KKT-4 ini dipakai untuk menjelaskan suatu kata kerja yang dilakukan oleh beberapa orang dalam makna saling (saling berinteraksi). Contoh di surat Al-‘Ashr ini juga begitu. Lihat kembali: وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر 233 Kata – تواصواtawaashaw, diatas adalah KKL KKT-4 dari kata – وصى washaa : dia menasehati, atau – وصواwashaw : mereka menasehati. Nah kalau “mereka saling menasehati”, kita tambahkan awalan تdan sisipan ا, sehingga menjadi – تواصواtawaashaw. Contoh lain dari KKT-4 ini ada di surat Al-Muthaffifin (83) ayat 30 مروا بهم يتغامزون َ – وإذاwa idzaa marruu bihim yataghaamazuun : Dan apabila (orang-orang yang beriman) lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedipkan matanya. Lihat disitu kata – يتغامزونyataghaamazuun, adalah KKS KKT-4, sedangkan KKL KKT-4 nya – تغامزواtaghaamazuu. Ada tambahan ta diawal dan sisipan alif setelah gho. Yang artinya saling mengedipkan mata. Sedangkan kalau tambahan ta dan alif itu dibuang, maka artinya “mengedipkan mata” (tidak “saling mengedipkan mata”). Demikianlah telah kita tuntaskan pembahasan surat Al-‘Ashr ini. Insya Allah kita akan lanjutkan dengan topik-topik lainnya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/09/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-64-kkt-4.html 234 Topik 65: An si Jembatan Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Karena ada sedikit waktu luang, ْ - an. Saya kasih judul An si saya coba sisipkan satu materi mengenai أن Jembatan. Hehe... Kenapa disebut Jembatan? Nah gini... Itu istilah saya saja ya... gak akan ditemukan di buku-buku bahasa Arab lho... Fungsi AN. An itu berfungsi layaknya jembatan pada 2 kata kerja. Jadi ceritanya, biasanya kalau kata kerja sesudahnya membutuhkan kata benda. Misalkan: Saya suka sama pakaian Anda - I love your dress أحب لباسك- uhibbu libaasaka Nah perhatikan polanya: Uhibbu: adalah kata kerja (fi'il mudhori' - KKS). Setelahnya adalah Libaasaka (isim - kata benda) Nah gimana kalau saya berkata begini: Saya suka kamu pakai baju ini - I love (that) you wear this dress أحب أن تلبس هذا اللباس- uhibbu an talbasa hadza al-libaas 235 Perhatikan. Mestinya talbasu (You Wear), tapi berobah menjadi talbasa, karena kemasukan An (kita akan perdalam mengenai masalah ini di topik 66, Insya Allah). Ada 2 kata kerja. Padahal setelah kata Uhibbu (I Love), maka kata ini mengharapkan Isim (Kata Benda). Jadi mestinya begini: أحب تلبس هذا اللباس- uhibbu talbasu hadza al-libaas Perhatikan bahwa, dua kata kerja yang berdekatan, ini janggal (bisa dikatakan menyalahi aturan). Ada 2 kata kerja yaitu uhibbu (I love), dan talbasu (You wear), yang berdekatan. Ini gak boleh fren... So, solusinya gimana? ْ diantara ke dua kata kerja tersebut. Ini dia solusinya: Kasih saja AN أن Sehingga kalimatnya menjadi: أحب أن تلبس هذا اللباس- uhibbu an talbasa hadza al-libaas Gitu mak cik... Contoh-contoh di Qur'an cukup banyak. Ambil saja akhir surat Yasin (yang Insya Allah, Bapak2x kita banyak yang hafal surat Yasin ini). ْ إنما أمره إذا أراد شيئا- innamaa amruhu idzaa araada syaiأن يقو َل له كن فيكون an an yaquula lahu kun fayakun - Sesungguhnya kedaannya jika Dia menghendaki sesuatu, hanyalah Dia berkata kepadanya : "jadilah", maka jadilah ia. Perhatikan bahwa sesudah kata araada (menghendaki) memang ada kata benda syai-an, maka setelah syai-an itupun harus kata benda, sebagai keterangan pelengkap bagi syai-an. Masalahnya adalah setelah syai-an itu ada yaquulu (Dia berkata). Ini adalah fi'il. Masalah kan? 236 Solusinya adalah, diberikan AN didepan fi'il tersebut. Sehingga menjadi An yaquula (ingat yaquulu, kemasukan An, berubah menjadi yaquula). Hukumnya gimana? Oke, kalau kata kerja kemasukan An didepannya maka An+Kata Kerja tersebut, dihukumi sebagai Kata Benda. Demikian, semoga menjadi jelas ya, kalau ketemu AN di dalam AlQuran, atau text bahasa Arab, maka itu untuk "membendakan" kata kerja setelahnya. Kita bisa bikin contoh lain. I want to (go to) terminal: Saya ingin ke terminal أريد إلي المحطة- uriidu ila al-mahaththah Perhatikan setelah uriidu (saya ingin), ada kata JER+MAJRUR. JER=ilaa (ke) MAJRUR=Mahaththah (terminal). Ingat lagi hukum JER+MAJRUR = Isim. Sehingga kalimat diatas gak masalah. Kalau kalimat diatas saya ubah: أريد أذهب إلي المحطة- uriidu adzhabuu ila al-mahaththah Perhatikan ada 2 kata kerja yang berdekatan (uriidu = saya ingin) dan (adzhabu = saya pergi). Ini masalah. Maka perlu disisipkan AN, sehingga menjadi: أذهب إلي المحطة أريد أن- uriidu an adzhaba ila al-mahaththah : saya ingin َ (bahwa) saya pergi ke terminal. Nah kalimat ini sudah ok, karena sudah di jembatani oleh An. Demikian, penjelasan mengenai AN. 237 Allahu A'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/17/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-65-si-jembatan.html 238 Topik 66: KKS Nashob Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita dalam topik ini akan masuk membahas bentuk KKS Nashob. Loh apa lagi nih? Begini. Kemaren kita sudah kasih contoh: أحب أن تلبس هذا اللباس- uhibbu an talbasa hadza al-libaas : saya senang Anda memakai baju ini. Nah, bentuk تلبس - talbasa itu adalah bentuk KKS Nashob dari تلبسَ talbasu. Secara arti tetap sama. Talbasa dan Talbasu artinya: memakai (mengenakan - pakaian). Kenapa ada bedanya? Jadi ceritanya begini. Asal dari KKS itu adalah KKS Rofa'. Nah bentuk dari KKS Rofa' diatas dapat berubah menjadi 2 bentuk: - KKS Nashob - KKS Jazm Hmm... agak membingungkan... It's ok. Intinya ingat saja bahwa, satu KKS itu, dia berubah bentuk menjadi KKS Nashob atau KKS Jazm, jika ada kata pengubahnya (yang disebut Amil, yaitu Amil Nashob dan Amil Jazm). Dalam kalimat diatas, kata talbasu, berubah menjadi talbasa karena ada Amil Nashob, yaitu AN أن. Nah Amil Nasho lain, yaitu لن- lan : tidak akan (never) Kata diatas kita bisa coba ganti AN dengan LAN 239 أحب لن تلبس هذا اللباس- uhibbu lan talbasa hadza al-libaas : saya senang Anda tidak pernah memakai baju ini (I love that you never wear this dress). Perhatikan bahwa LAN juga membuat KKS yang awalnya Rofa' (talbasu), menjadi Nashob (talbasa). Di Quran contohnya sbb (Al-Baqaroh:55): وإذ قلتم يا موسى لن نؤمن لك حتى نرى هللا جهرة- wa idz qultum yaa Musa lan nu'mina laka hattaa nara Allaha jahrah : dan ingatlah (ketika) kalian berkata "yaa Musa, kami tidak akan beriman kepada mu, sampai kami melihat Allah". Perhatikan bahwa kata nu'minu berubah jadi nu'mina. نؤمن لك- nu'minu laka : kami beriman kepada mu لن نؤمنَ لك- lan nu'mina laka: kami tidak akan pernah (never) beriman kepada mu. KKS Rofa' (nu'minu) berubah menjadi KKS Nashob (nu'mina). Amil lain adalah hatta (sampai). Contohnya ada di surat Al-Baqarah:120. حتى تتب َع ملتهم- hatta tattabi'a millatahum : sampai kamu mengikuti millah mereka Perhatikan bahwa karena ada hatta, kata tatabi'u (KKS Rofa') berubah menjadi tattabi'a. Asalnya sbb: تتبع ملتهم- tattabi'u millatahum : kamu mengikuti millah mereka. Demikian contoh-contoh dapat kita berikan. 240 Kesimpulannya: sebuah kata KKS dapat berubah dari Rofa' (kondisi asal) ْ menjadi KKS Nashob, karena adanya huruf 'amil antara lain : AN ()أن, ْ atau HATTA ()حتى. LAN ()لن, Insya Allah, kita akan kembali latihan surat-surat pendek, pada topiktopik berikut ini. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/19/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-66-kks-nashob.html 241 Topik 67: Latihan Surat An Nashr Bismillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan memasuki latihan surat Pendek yang baru yaitu surat An-Nashr (pertolongan). Surat ini sengaja saya pilih, karena ada beberapa kaidah bahasa Arab yang menarik untuk dipelajari atau diulang-ulang. Diantaranya topik mengenai mudhof ilaih (kata majemuk), mashdar, isim haal (adverb), dan lain-lain. Surat An-Nashr ini dalam dalam pembahasan ilmu Tafsir, sering diangkat sebagai contoh, bahwa Tafsir Al-Quranul Karim itu sudah ada di zaman Shahabat RA. Tafsir Al-Quran yang paling awal ada pada zaman Rasulullah SAW masih hidup. Shahabat RA, jika tidak tahu pengertian suatu ayat, maka para shahabat RA bertanya ke Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menjelaskan maksud ayat yang ditanya. Penjelasan Rasulullah SAW itu terekam dalam kitab-kitab Hadist. Generasi Tafsir selanjutnya adalah, Tafsir Shahabat. Diceritakan dalam Shahih Bukhori: Ibnu Abbas RA, berkata: Umar biasa membawa saya dalam perkumpulan jamaah mantan tentara-tentara perang Badar. Akan tetapi, ada seseorang yang seakan-akan tidak senang dengan kehadiran saya dalam perkumpulan itu. Orang itu kemudian berkata: "Umar, mengapa engkau membawa anak kecil ini yang seumuran anak-anak kita(waktu itu Ibnu Abbas masih kecil -pen), berkumpul bersama kita?". Lalu Umar berkata: "Sungguh, anak ini salah seorang yang kalian telah kenal". 242 Suatu hari Umar mengundang mereka, dan saya, untuk duduk bersamasama dalam satu majelis. Dan saya tidak mengira, dia tidak mengundang saya, kecuali hanya bermaksud untuk memperlihatkan saya kepada mereka. Lalu Dia berkata: "Apa pendapatmu mengenai firman Allah berikut: صر ا َّّلل َو ْالفَتْح ْ َإذَا َجآ َء ن (bila datang pertolongan Allah dan kemenangan) Lalu beberapa orang dari mereka berkata: "(Ayat itu maksudnya) Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan mencari pengampunannya, pada saat kita diberikan pertolongan dan kemenangan". Beberapa orang yang lain diam saja, tidak berkata apa-apa. Lalu Umar berkata ke saya: "Betul begitu yang engkau katakan, ya Ibnu Abbas?". Lalu aku jawab: "Tidak". Dia kemudian bertanya: "(kalau begitu) Apa yang kamu katakan?". Lalu saya jawab: "Itu adalah masa akhir kehidupan Rasulullah SAW yang Allah SWT menginformasikan ke Beliau SAW. Allah berfirman: Jika datang pertolongan Allah dan kemenganan, itu berarti tanda-tanda dari akhir hayatmu (akhir hayat Rasulullah SAW-pen). Maka bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu, dan minta ampunlah, sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat. Kemudian Umar bin Khattab berkata: "Aku tidak tahu (penafsiran lainpen) selain yang engkau sebutkan itu". Demikian, kutipan dari Tafsir Ibnu Katsir. Sebagian ulama tafsir, menjelaskan pengertian yang dibawa oleh Shahabat Ibnu Abbas RA diatas adalah ta'wil ayat. 243 Maka jelas bagi kita bahwa Tafsir Al-Qur'an (maupun ta'wil) itu telah ada sejak zaman permulaan Islam sejak diturunkannya Al-Quran itu sendiri. Adapun asbabun nuzul (sebab turun surat An-Nashr ini), dari riwayat Abburrazaq diceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. masuk kota Makkah pada waktu Fathu Makkah, Khalid bin Walid diperintahkan memasuki Makkah dari jurusan dataran rendah untuk meggempur pasukan Quraisy (yang menyerangnya) serta merampas senjatanya. Setelah memperoleh kemenangan maka berbondong-bondonglah kaum Quraisy masuk Islam. Ayat ini (S.110:1-3) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk memuji syukur dengan meMaha Sucikan Allah atas kemenangannya dan meminta ampunan atas segala kesalahan. Demikianlah secara singkat penjelasan mengenai surat An-Nashr ini. Kita insya Allah akan masuk dengan latihan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/26/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-67-latihan-suratnashr.html 244 Topik 68: Mengulang Mudhof Ilaih Bismillahirrahmaanirrahiim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan membahas mengenai surat An-Nashr. Baiklah kita mulai. إذا جاء نصر هللا والفتح- idza jaa-a nasru allahi wa al-fathu idza: jika jaa-a: telah datang nasrullahi: pertolongan Allah (Help of Allah) wa: dan al-fathu: kemenangan (victory) Pembaca yang dirahmati Allah, ada yang perlu kita ulang-ulang disini yaitu bentuk dari Mudhof Ilaih. Sudah kita singgung di beberapa topik yang lalu, akan tetapi kita ulang lagi disini, biar lebih mantafff getoh... Oke. Perhatikan kalimat diatas. Pertama, kita analisis dulu struktur kalimatnya. Oke, kalimat diatas terdiri dari kata penghubung idza ()إذا. Sekarang kalau kita buang kata idza kalimat tersebut akan menjadi: جاء نصر هللا والفتح- jaa-a nasrullahi wa al-fathu Disini kita bertemu dengan kalimat fi'iliyyah (jumlah fi'liyyah). Eh ngomong2x kita pernah bahas gak ya pembagian kalimat (aqsam aljumlah) dalam bahasa Arab? Belum atau sudah ya (maaf saya lupa, maklum udah umuran). Hmm anggaplah belum ya. Oke. Dalam bahasa Arab, kalimat dibagi 2, yaitu: 245 1. Jumlah Fi'liyyah (kalimat yang dimulai kata kerja) 2. Jumlah Ismiyyah (kalimat yang dimulai dengan kata benda) Nah kalimat جاء نصر هللا والفتح- jaa-a nasrullahi wa al-fathu , ini adalah kalimat fi'liyyah, karena dimulai dengan Kata Kerja, yaitu KKL jaa-a (datang). Siapa yang datang? Ingat setiap fi'il (Kata Kerja) membutuhkan fa'il (pelaku alias subjek). Subjeknya biasanya setelah fi'ilnya. Kalimat diatas subjeknya adalah نصر هللا والفتح- nasrullahi wal fathu. Itulah subjeknya. Secara umum banyak pola kalimat dalam bahasa Arab, dimana dia dibentuk dari jumlah fi'liyyah. Contohnya: ضرب زيد- dhoroba zaidun : Zaid telah memukul (jumlah fi'liyyah) Agak sedikit beda dengan bahasa kita. Kalau kita letterleijk menerjemahkan kalimat diatas, maka mestinya, di terjemahkan "Telah memukul (sesuatu) si Zaid". Bedanya adalah dalam bahasa Indonesia, struktur kalimat itu diawali dengan Pelaku diikuti kata kerja. Sehingga kalau mengikuti ini kalimat diatas menjadi: زيد ضرب- Zaidun dhoraba : Zaid telah memukul (jumlah ismiyyah). Perhatikan bahwa Kalimat diatas telah berubah menjadi jumlah ismiyyah. Dalam bahasa Indonesia kita tidak memiliki "kebebasan" seperti dalam bahasa Arab diatas. Contohnya: Zaid menulis --> (betul secara bahasa Indonesia). Dalam bahasa Arab: زيد كتب- Zaidun kataba. 246 Menulis Zaid --> (salah secara bahasa Indonesia). Sedangkan dalam bahasa Arabnya tetap benar, yaitu كتب زيد- kataba zaidun. Disitu letak bedanya. Di bahasa Arab, posisi subjek boleh sebelum kata kerja, atau setelahnya. Oke. Kembali ke topik utama... Kita mau bahas mengenai Mudhof Ilaih. Perhatikan kata نصر هللا- nashru Allahi (dibaca cepat nashrullohi). Inilah dia mudhof (kata majemuk). Pas belajar ini saya sendiri juga rada bingung dengan definisi kata majemuk. Oke, tinggalkan yang susah, ambil yang mudah, pakai cara saya saja. Hehe... Paling gampang belajar mudhof ini kalau kita mengerti struktur bahasa Inggris, tentang kepunyaan. Misal kita katakan begini. Umar's book (buku milik si Umar). Bisa kita jadikan dalam bentuk "OF", yaitu: book of Umar (buku milik si Umar). Nah bentuk: book of Umar ini lah yang disebut Mudhof, dalam bahasa Arab. Contoh lain: Allah's messenger (Rasul milik Allah / Rasul Allah). Bisa kita jadikan dalam bentuk "OF", yaitu: Messenger of Allah. Bagaimana bahasa Arab nya : Messenger of Allah? Oke. 247 Messenger : رسول- rasuulun Allah: هللا- Allahu Sehingga messenger of Allah = رسول هللا- Rasuulullahi. Hmm... bentar-bentar kok bukan: رسول هللا- Rasuulun Allahu (atau Rasuulullahu)? Nah disini aturannya muncul (weleh aturan lagi... aturan lagi). Tenang, banyak latihan saja. Aturan gak usah dihafalin. Kata rasuulun disebut mudhof, sedangkan kata Allahu disebut mudhof ilaih. Aturannya, Mudhof itu tidak boleh bertanwin, sehingga rasuulun harus dhommah saja menjadi rasuulu. Trus, mudhof ilaihi itu harus kasroh. Sehingga Allahu menjadi Allahi. Udah deh, cuman 2 itu aturannyanya... gampang kan. Contoh lain: baytun : rumah = house بيت Allahu : Allah house of Allah (rumah Allah)? --> baitu Allahi (baitullahi) بيت هللا Contoh lain: qolamun : pen = pena قلم al-ustaadzu : ustadz األستاذ the pen of ustadz (pena ustadz)? --> qolamu al-ustaadzi (qolamul ustaadzi) قلم األستاذ Nah dalam surat An-Nashr ini ada contoh lain: 248 Help of Allah. Help = nashrun نصر Sehingga Help of Allah نصر هللا- nashru Allahi (atau nashrullahi) : pertolongan Allah. Demikian seterusnya. Kita telah ulang-ulangi topik mengenai mudhof ilah ini, semoga dengan diulang-ulang tambah jelas ya. Insya Allah, kita akan bahas mengenai adverb pada topik setelah ini. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/26/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-68-mengulang-mudhofilaih-adverb.html 249 Topik 69: Mudhof Ilaih (Lanjutan) - Pembesar Penjahat Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seharusnya kita masuk ke surat An-Nashr ayat 2, untuk kita membahas masalah isim haal atau adverb (Kata Keterangan). Akan tetapi kita tambahkan sedikit mengenai Mudhof di topik 69 ini. Biar tuntas gituh... (karena rasanya masih ada yang perlu saya sampaikan). Oke baiklah. Sekarang quiz dikit: Apa bahasa Arabnya: The house of the big man is nice. Jawab: Bahasa Arabnya: بيت الرجل الكبير جميل- baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung: baytul rajulil kabiir jamiil) Bahasa Indonesia-nya: Rumah laki-laki yang besar itu bagus. Nah, yang menarik bagi saya (atawa kita-kita yang masih pemula ini adalah), bahwa bahasa Inggris maupun bahasa Arab, tidak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi: 1. Objek 2. Pemilik dari Objek 3. Sifat dari Pemilik Objek 4. Sifat dari Objek Eh eh... kok rumit seh??? Ehm... maksudnya begini. 250 Coba baca kalimat ini: Rumah laki-laki yang besar itu bagus. Apa yang besar dan apa yang bagus? Apakah yang besar laki-lakinya atau rumahnya? Yang hampir pasti tidak menimbulkan keraguan bahwa kata "bagus" dalam kalimat diatas, tentulah sifat untuk Rumah. Bener kan? Tapi bagaimana dengan kata "besar". Mensifati siapakah/apakah kata "besar" disini? Kalau ditelisik dari struktur bahasa Inggris-nya, kita tidak menemui kesulitan: The house of the big man is nice. Terlihat yang "big" (besar) itu sifat dari "man" (laki-laki), sedangkan "nice" (bagus) itu sifat dari "house" (rumah). Jelas bahwa: 1. Objek: The house 2. Pemilik dari Objek: the man 3. Sifat dari Pemilik : big 4. Sifat dari Objek: is nice So, kita mudah sekali menentukan 4 hal itu bukan? Lalu dalam bahasa Arab, juga mudah. بيت الرجل الكبير جميل- baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung: baytul rajulil kabiir jamiil) 1. Objek: بستbaytu 251 2. Pemilik dari Objek: الرجلar-rajuli 3. Sifat dari Pemilik : الكبيرal-kabiiri 4. Sifat dari Objek: جميل- jamiilun Dari keterangan diatas kita bisa pelajari bahwa, susunan (Objek+Pemilik Objek)rangkaian ini menjadi kata majemuk (mudhof), dimana bisa diterjemahkan sebagai Objek "OF" Pemilik Objek. Dalam contoh diatas: بيت الرجل- baytul rajuli -- house of the man -- rumah milik laki-laki itu Adanya tambahan al-kabiiri الكبير- disini menjadi sifat dari the man AlRajul. Tahunya dari mana? Entar dulu, kok bisa tahu sih? Jawabnya: Karena sama-sama ada AL (lihat AL-Rajuli & AL-Kabiiri) alias sama-sama definitif/ma'rifah, dan sama-sama ber-i'rob (harokat akhir) kasroh [yaitu rajulI dan kabiirI). Sehingga menjadi: الرجل الكبير- al-rajuli al-kabiiri (laki-laki yang besar itu) Karena 2 faktor itu (sama i'rob, dan sama ma'rifah) --> dipastikan kabiir itu sifat dari rajul. Akan tetapi kalau i'rob beda: الرجل الكبير- Al-Rajuli Al-Kabiiru --> karena i'rob kabiir adalah dhommah (kabiiru), berbeda dengan rajul yang kasroh (rajuli) --> maka kabiir disini bukan sifat dari rajul lagi. Jika ini kasusnya maka kabiir menjadi sifat dari baitu (rumah). Sehingga kalau ditulis: بيت الرجل الكبير- baytu al-rajuli al-kabiiru 252 The house of the man is big. Rumah milik laki-laki itu besar. Disini kabiir berfungsi sebagai sifat dari rumah, bukan laki-laki lagi. Terlihat bahwa pengetahuan mengenai i'rob menjadi penting dalam menentukan fungsi dan kedudukan suatu kata. Kita sudah lihat dengan merubah i'rob kabiir, dari kabiiri menjadi kabiiru, maka dia berubah fungsi, yang awalnya sebagai sifat dari Pemilik Objek (the man), menjadi sifat objeknya (the house). Itulah inti pelajaran nahwu. Makanya isinya pelajaran nahwu, itu adalah mengetahui i'rob. Karena beda i'rob, maka beda arti. Saya pernah dikasih kuiz oleh teman saya namanya Habib Fahmi. Coba menurut antum kata-kata dalam surat 6 ayat 123, yaitu أكابر مجرميهاakaabira mujrimiiha: a. Penjahat-penjahat yang terbesar b. Pembesar-pembesar Penjahat Saya jawab: b. Alasan saya, karena kata akaabira mujrimiiha itu adalah kata majemuk, dimana: mudhof (Objek): akaabira = pembesar-pembesar mudhof ilaih (Pemilik Objek): mujrimiiha = (pen)jahat Saya bilang ke teman saya, fokus nya adalah Objeknya dong: yaitu pembesar-pembesar. Lalu teman saya itu mengatakan: Antum kayaknya salah. Coba check Quran terjemahan. Disitu diterjemahkan: Penjahat-penjahat terbesar. Saya check di Al-Quran digital di komputer saya, eh bener begitu diterjemahin, sbb: 253 6:123. Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahatpenjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. Hhmm saya sungguh penasaran. Lalu setelah memeriksa beberapa kitab tafsir (seperti Ibnu Katsir, dll), memang jelas bahwa yang dimaksud atau dituju oleh ayat itu adalah pembesar-pembesar (penguasa negeri atau raja-raja -red). Artinya terjemahan bebasnya: Pembesar-Pembesar Penjahat. Kalau dipakai kaidah "OF/milik dari", maka bisa jadi artinya, pembesar2x milik penjahat, raja-raja milik penjahat. Ini bisa bermakna 2 hal(maaf ini ta'wil saya saja, tidak ada landasan ilmiahnya), 1) rajaraja milik penjahat, artinya raja suatu negeri yang sudah dikuasai oleh penjahat, atau raja suatu negri yang sudah bersekongkol dengan penjahat, atau 2) kelompok penjahat yang memiliki ketua. Jika arti kedua ini yang dipakai, maka sesungguhnya, terjemahan dari versi Quran yang banyak beredar tidak masalah. Karena antara penguasa suatu negri, tidak ada kaitan dengan ketua penjahat. Masalahnya, kalau artinya yang pertama? Jika arti yang pertama, maka bisa berabe juga. Karena dengan pengertian ini terkandung makna, pembesar-pembesar (raja suatu negri), punya potensi berbuat yang tidak baik, sehingga menjadi penjahat. Sehingga dia dinobatkan sebagai raja (negeri itu) plus sekalian raja penjahat. Dalam kasus ini, raja itu sekaligus penjahat (beda dengan yang tadi, antara raja dan penjahat, dua orang yang berbeda). Dengan model terjamah letterleijk (pakai kaidah Mudhof+Mudhof Ilaih), ayat itu menjadi sbb: 254 6:123. Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri Pembesarpembesar (raja2x) Penjahat, agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. Allahu a'lam. Saya tidak ingin menta'wil terlalu jauh. Lagi pula, kita hanya membahas masalah kaidah penerjemahan mudhof, kan... Yang ingin saya sampaikan, pengetahuan mengenai mudhof ini membantu "menajamkan" terjemahan yang pas. Lihat bahwa dalam kasus 6:123 diatas, dengan menggunakan kaidah mudhof ini, lebih mendekati kepada apa yang tertulis dalam kitab-kitab tafsir tentang ayat ini. Allahu a'lam (bisa jadi saya salah). Oke, sampai disini dulu ya... Insya Allah kita akan lanjutkan. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 12/28/2007 http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-69-mudhof-ilaihlanjutan.html 255 Topik 70: Latihan Surat An-Nashr ayat 2, Adverb Bisimillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah, kita akan masuk ke ayat 2 surat AnNashr. Pada ayat ini kita akan fokuskan pembahasannya mengenai Kata Keterangan. Baiklah kita mulai. Ayat 2 berbunyi: ورأيت الناس يدخلون في دين هللا أفواجا - wa ra-ai-ta an-naasa yad-khuluuna fii َ diini Allahi afwaajan wa= dan ra-aita= engkau lihat an-naasa= manusia yadkhuluuna= mereka memasuki fii= kedalam diini Allahi= agama Allah afwaajan= secara berbondong-bondong (dalam keadaan berbondongbondong) Oke baiklah ada dua point yang bisa kita lihat disini yaitu: diini Allahi (dibaca sambung diinillahi), yaitu mengulang mudhof, dan afwaajan= secara berbondong-bondong, yaitu Kata Keterangan. دين هللا- Diinillahi 256 Kata ini adalah mudhof. Dimana mudhofnya دين- diini dan mudhof ilaih nya هللا- Allahi. Ingat lagi ciri-ciri mudhof yaitu: - Jika ada 2 kata benda yang berdekatan, - Kata benda pertama nakiroh (umum, dengan ciri tidak ada tanwin) - Kata benda kedua harokat akhir kasrah, atau kasratain Kata diatas memenuhi 3 syarat tsb, yaitu: - ada 2 kata benda yang berdekatan (betul) - Kata benda pertama nakiroh (betul), jadi bukan ma'rifah (الدين-ad-diini) - Kata benda kedua harokat akhir kasroh (betul), jadi Allahi, bukan Allahu, atau Allaha. Baiklah, kita akan tinggalkan dulu mengenai mudhof. Ada topik lain dari mudhof ini yaitu mengenai ke ma'rifatan atau ke-nakirohan mudhof (bingung kan?) Hehe... Insya Allah kita bahas pada topik berikut. Sekarang kita masuk ke kata keterangan. Isim Haal Apa itu isim haal? Lihat contoh diatas. ورأيت الناس يدخلون في دين هللا أفواجا - wa ra-ai-ta an-naasa yad-khuluuna fii َ diini Allahi afwaajan afwaajan: secara berbondong-bondong, atau dalam bahasa Inggris-nya in-crowd. Nah, kata afwajaan ini adalah isim haal, yaitu isim yang menjelaskan suatu keadaan (al-haal) dari Subjek, maupun Objek. Hmm... entar... cerna dulu nih... 257 Agak sedikit beda dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, kata keterangan itu yang biasa disebut adverb, biasanya melekat kepada kata kerja. Artinya menjelaskan bagaimana pekerjaan itu dilakukan, atau kualitas dari pekerjaan itu. Seperti: Talk to me softly please : Tolong dong, bicara sama saya dengan lembut. Nah softly itu menjelaskan talk (bicara). Dalam bahasa Inggris kata keterangan "dengan lembut" itu dinisbatkan (di-referensi-kan) kepada kata kerja (verb/fi'il) talk. Dalam bahasa Arab, kata keterangan itu umumnya dinisbatkan kepada pelaku/subjek (fa'il) atau kepada objek/korban (maf'ul). Coba perhatikan lagi: يسافرون إلى جاكرتا أفواجا- yusaafiruuna ilaa Jakarta afwaajan Mereka berpergian ke Jakarta secara berbondong-bondong. Atau dalam Al-Quran, sewaktu Allah memerintahkan Adam & Siti Hawa & Para Iblis turun: احبطوا منها جميعا- ihbithuu minha jamii'an Turunlah (kalian) dari syurga ini secara bersama-sama Terlihat disitu kata جميعا- jamii'an adalah isim haal. Lalu bagaimana kita tahu bahwa itu isim haal? Ini beberapa ciri isim haal: 258 1. Kalau isim haal itu dibuang, maka kalimatnya masih kalimat sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada'+khobar) 2. Isim haal itu nakiroh (tidak ada al), dan nashob (fathhatain) 3. Isim haal itu biasanya dibentuk dari kata sifat (yang berasal dari isim fa'il, isim maf'ul, maupun kata benda yang dianggap sifat). Contohnya begini: ذهب إلى البيت راكبا- dzahaba ila al-bayti raakiban Dia pergi ke rumah itu dengan menaiki kendaraan. Lihat bahwa kata راكبا- raakiban, adalah isim fa'il dari KKL ركب- rakaba (menaiki, menunggangi). Perhatikan bahwa kalau kata raakiban itu dibuang, maka kalimatnya tetap menjadi kalimat sempurna: ذهب إلى البيت- dzahaba ila al-bayti Dia pergi ke rumah itu Ini adalah kalimat sempurna, karena telah ada fi'il (pergi) + fa'il (dia), walau fa'il disini adalah fa'il tersembunyi. Terkadang, isim haal itu dinisbatkan kepada Objek, contoh: جلق هللا اإلنسان ضعيفا- khalaqa Allahu an-insaana dho'iifan Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah. Kata dho'iifan disini adalah isim haal (kata keterangan) bagi Objek (yaitu manusia). 259 Kata dho'iif disini adalah kata shifat yang menyerupai isim fa'il. Nah, karena dia nashob, tidak ada al, dan layak diberi makna: dalam keadaan ...., maka dia adalah isim haal. Sederhanya sih sebenarnya mengetahui apakah dia isim haal atau bukan. Oke ya, demikian dulu sudah kita selesaikan penjelasan dari ayat 2 surat An-Nashr ini. Insya Allah kita akan lanjutkan dulu dengan kembali membahas masalah mudhof, tapi kali ini lebih seru lagi. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/08/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-70-latihan-surat-nashrayat-2.html 260 Topik 71: Haniifan Musliman Bismillahirrahmanirrahim Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita seharusnya masuk ke Latihan ayat 3 surat An-Nashr. Tapi sebelum kita masuk kesitu kita tambahkan sedikit contoh-contoh mengenai isim haal. Singkat cerita: Kira-kira beberapa tahun yang lalu, anak saya bertutur kepada saya tentang sekolah dan teman-temannya. Salah satu yang dia sebutkan adalah bahwa dia punya teman namanya Hanifan (yang kadang kalau di-absen dilafadzkan oleh gurunya: Haniifan). Waktu itu nama: Haniifan, agak asing ditelinga saya. Kita biasa mendengar nama: Hanif (lurus). Ada teman saya namanya Muhammad Hanif (Muhammad yang punya sifat Lurus). Tapi, Haniifan? Nah ini baru kali ini saya dengar. Waktu itu saya belum begitu mengerti dengan bahasa Arab. Dalam hati saya hanya ingat: Hmmm... kata Haniifan, itu mungkin diambil dari doa Iftitah: وجهت وجهي للذي فطر السماوات واألرض حنيفا مسلما- wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal-ardha haniifan musliman. Waktu itu saya belum bisa meng-artikan teks bahasa Arab (sekarang masih belum juga sih, tapi alhamdulillah sudah bisa dikit-dikit ngerabaraba ding...) hehe. Kala itu saya hanya hafal ejaan (latin)nya. Kalau disuruh nulis Arabnya, weleh saat itu pasti gak bisa deh. 261 Nah, beberapa waktu yang lalu setelah membaca tentang isim haal, dan ciri-cirinya maka saya sekarang jadi faham, bahwa Haniifan dan Musliman itu adalah isim haal. Jadi jika diartikan secara letterlijk: وجهت- wajjahtu : aku menghadapkan وجهي- wajhiya: wajahku للذي- lil ladzi: kepada Zat yang فطر- fathara: telah menciptakan السماوات- as-samaawaati: banyak langit و- wa: dan األرض- al-ardha: bumi حنيفا- haniifan: dalam keadaan lurus مسلما- musliman: dalam keadaan berserah diri (muslim) Aku menghadapkan wajahku kepada Zat yang telah menciptakan banyak lagit dan bumi dalam keadaan lurus (lagi) berserah diri. Nah, terlihat dari Doa Iftitah diatas, bahwa kata Haniifan, adalah isim haal (kata keterangan). Kata Haniifan (dalam keadaan lurus) itu dinisbatkan kepada "Aku". Demikian juga kata Musliman (dalam keadaan berserah diri), juga dinisbatkan kepada "Aku". Artinya kedua kata tersebut menjelaskan kondisi "Aku" sewaktu menghadapkan "wajahku" kepada Allah SWT. Lihat bahwa ciri-ciri isim haal terpenuhi dimana, yang tampak jelas: dua kata tersebut harokat akhir fathatain (plus ada tambahan alif diakhir), 262 dan juga jika kata itu dibuang maka kalimatnya tetap menjadi kalimat sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada+khobar). "Ooo... Nama anak itu bukan Hanif, tapi Haniifan, itu mungkin maksud orang tuanya, agar anaknya itu senantiasa dalam kondisi yang lurus", begitu gumam saya dalam hati. Penekanannya adalah "dalam kondisi", karena itu isim haal. "Hmm... pasti bapaknya jago bahasa Arab", kata saya. Sebagai penutup kita ambil contoh dalam Al-Quran yaitu kata WAHN (Lemah) وهن- wahnun atau wahn adalah kata sifat (isim shifat) yang artinya lemah. Di Al-Quran diperintahkan agar manusia menghormati dan berbuat baik kepada Ibu & Bapak. Ibu kita telah mengandung dalam keadaan "wahnan 'alaa wahnin" - lemah diatas lemah (lemah yang super). حملته أمه وهنا على وهن- hamalat hu ummuhu wahnan 'alaa wahnin hamalat: Dia (ibu) telah mengandung (manusia) wahnan : dalam keadaan lemah 'alaa wahnin: diatas lemah Sekali lagi terlihat bahwa kata wahnan diatas, ada tambahan alif dan harokat akhir fathhatain, maka dapat "dipastikan" ini adalah isim haal (kata keterangan terhadap kondisi si Ibu pada saat hamil). Demikian telah kita tuntaskan pembahasan mengenai isim haal ini. Insya Allah kita lanjutkan dengan Latihan surat An-Nashr kembali. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/09/2008 263 http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-71-haniifanmusliman.html 264 Topik 72: Latihan Surat An Nashr ayat 3 Bismillahirrahmanirrahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita lanjutkan pembahasan kita pada surat An Nashr ayat 3. Baiklah kita tuliskan ayat tersebut. فسبح بحمد ربك واستغفره- fasabbih bi hamdi rabbika wa istaghfir hu maka bertasbihlah dengan pujian kepada Tuhanmu, dan minta ampunlah kepada Dia. Itu penggalan pertama ayat 3 surat An Nashr. Mari kita ulang-ulang pelajaran-pelajaran yang sudah lalu-lalu. ف- fa : maka سبح- sabbih : bertasbihlah ! Disini kita jumpai bentuk fi'il amr (Kata Kerja Perintah). Dari mana tahunya Mas? Masih ingat 6 langkah mudah membuat fi'il amr kan? Kata sabbih سبح, ini mengikuti wazan (pola) fa'-'a-la فع َل. Kok bisa sih? Ya lihat saja ada tasyid (ّ ) di huruf kedua kan. Berarti ini KKT-2. Masih ingat kan, karakteristik KKT-2? Oke, sekedar refreshing, KKT-2 ini: - membuat fi'il yang tidak memerlukan objek menjadi memerlukan objek. Contoh dalam bahasa kita: Saya lari. Nah "lari" tidak memerlukan objek. Tetapi kalimat: Saya melarikan istri saya. Nah kata "melarikan" disini adalah KKT-2, karena dia butuh objek. - membuat fi'il yang memerlukan satu objek menjadi memerlukan 2 objek. Contoh dalam bajasa kita: Saya baca buku. Nah "baca" disini memerlukan satu objek. Tetapi kalimat: Saya membacakan buku buat anak saya. Nah kata "membacakan" disini perlu dua objek, yaitu "buku" 265 dan "anak saya". Kata "baca", "membacakan" adalah KKT-2. adalah KK Asal, sedangkan Tashrif Ishthilahi Kita munculkan istilah baru disini: Tashrif Ishthilahi. Apa itu? Tashrif Istilahi yaitu suatu urutan perubahan kata dari KKL, ke KKS, ke Masdhar, dst. Urutan yang umum begini: (baca dari kanan) Zaman < Makan < Fi'il Nahy < Fi'il Amr < Maf'ul < Fa'il < Mashdar < KKS < KKL Kita belum bahas mengenai Isim Makan (tempat), dan Isim Zaman (Waktu). Mungkin yang belum juga, bagaimana membetuk fi'il nahy (kata kerja Larangan). Yang lain sudah kita bahas sebenarnya secara terpisah-pisah. Oke Isim Makan (tempat) dibentuk dengan menambah mim. Contoh : طعم- tho-'a-ma : makan مطعم- math-'am : tempat makan (restoran) لعب- la-'i-ba: bermain ملعب- mal-ab : tempat bermain Insya Allah kita akan bahas lagi jika bertemu ayat tentang isim makan ini. Kita kembali fokus ke tasrif isthilahi. 266 Kita sering mendengar kata: Ayo ber-tasbih. Nah kata TASBIIH itu adalah mashdar dari sabbaha. Tashrif ishthilahinya begini: سبح- sabbaha : telah melakukan tasbih (KKL) يسبح- yusabbaha: sedang melakukan tasbih (KKS) تسبيح- tasbiih : pentasbihan (hal yang berhubungan dengan aktifitas tasbih) (Mashdar) Hal yang sama dapat kita lihat: سلم- sallama : menyelamatkan تسليم- tasliim : penyelamatan كفر- kaffara : mengkafirkan تكفير- takfiir: pengkafiran رغب- raghghaba : mencintai ترغيب- targhib : pe-cinta-an (cinta) قدر- qoddara : men-takdir-kan تقدير- taqdiir: pentakdiran (takdir) Dan seterusnya, bentuk mashdar dari KKT-2. Kembali ke ayat 3, kata sabbih, adalah perubahan ke bentuk fi'il amr. Kalau kita ambil contoh diatas. Tashrif ishthilahinya begini: سبح- sabbaha : telah melakukan tasbih (KKL) 267 سبح- sabbih: bertasbihlah ! (fi'il amr) Hal yang sama dapat kita lihat: سلم- sallama : menyelamatkan سلم- sallim : selamatkanlah ! كفر- kaffara : mengkafirkan كفر- kaffir : kafirkanlah ! رغب- raghghaba : mencintai رغب- raghghib : mencintailah ! قدر- qoddara : men-takdir-kan قدر- qoddir : takdir-kanlah ! Dan seterusnya. Sallim Kadang kita sering mendengar ustadz mengatakan kepada Anaknya: Ayo Sallim nak... Sallim sama kakek! Nah kata Sallim disini, maknanya adalah berikan salam. Lho bukannya diatas dikatakan Sallim : Selamatkanlah ! Kok menjadi "bersalamanlah !". Begini ashal-ushulnya. Satu kata kerja dalam bahasa Arab, bisa punya banyak makna. Tergantung rangkaian huruf jar yang nempel ke dia. Memang betul asal kata sallama - yusallimu (KKT-2) dari kata: 268 سلم- salima (KKL) yang artinya: selamat, atau sentosa Nah KKT-2 dari KKL tsb adalah: سلم- sallama (KKT-2) yang artinya: menyelamatkan. Tetapi kata tersebut akan berubah artinya kalau ada huruf jer yang nempel ke dia, seperti: زيد سلم على األستاذ- Zaid sallama 'alaal ustaadz : Zaid menyalami ustadz. Terlihat kalau kata Sallama diikuti 'alaa, maka artinya menjadi : memberi salam. Dari sinilah asalnya, mengapa perintah untuk memberi salam itu : Ayo Sallim! Beberapa hal yang mungkin dari sallama, adalah: سلم على- sallama alaa : memberi salam kepada سلم من- sallama min : menyelamatkan (sesuatu) dari سلم إلى- sallama ilaa: memberikan (sesuatu) ke سلم بـ- sallama bi: rela akan (sesuatu) Terkadang artinya bertolak belakang: رعب عن- raghiba 'an : benci kepada رغب في- raghiba fii: cinta kepada Makna-makna tersebut adalah sima'i (apa yang didengar), atau ditentukan dalam kamus. Tidak terlalu banyak kata kerja yang seperti tersebut (walau tidak bisa dikatakan juga terlalu sedikit). Kebiasaan menggunakan akan melatih kita mengerti makna yang cocok. Seperti kata raghiba 'an, terdapat dalam satu hadist yang poluper: 269 فمن رغب عن سنتي فليس مني- fa man raghiba 'an sunnatii falaysa minnii : siapa yang benci kepada Sunnahku (cara hidup Rasulullah SAW), maka dia bukan bagian dariku (bukan bagian dari umat Rasulullah SAW). Kata raghiba sendiri secara sendiri artinya: mencintai. Tapi kalau bertemu dengan 'an, dia berubah menjadi: membenci. Sama dengan bahasa Inggriss kan look = melihat, look after = mengawasi, look for = mencari, dst. Sebagai penutup untuk topik ini, kita kembali ke ayat 3 surat An-Nashr: فسبح بحمد ربك واستغفره- fasabbih bi hamdi rabbika wa istaghfir hu maka bertasbihlah dengan pujian kepada Tuhanmu, dan minta ampunlah kepada Dia. Kita telah membahas kata FA SABBIH (SABBIH Fi'il Amr : Kata Kerja Perintah). Insya Allah kita akan lanjutkan ke kata "bihamdi" dst. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/15/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-72-latihan-surat-nashrayat-3.html 270 Topik 73: The ustadz's book: Lanjutan topik Mudhof Bismimillahirrahmaniraahim. Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan bahas bagian setelah FA SABBIH, yaitu masih di ayat 3 surat Al-Nashr. فسبح بحمد ربك واستغفره- fasabbih bi hamdi rabbika wa istaghfir hu maka bertasbihlah dengan pujian kepada Tuhanmu, dan minta ampunlah kepada Dia. bi hamdi rabbika : dengan pujian kepada Tuhanmu atau lebih pas lagi secara harfiah: bi hamdi rabbika : dengan pujian milik Tuhanmu Dalam tafsir kita baca terjemahannya sbb: dengan memuji Tuhanmu Sebenarnya, secara harfiah, terjemahannya itu: dengan pujian (milik) Tuhanmu Kenapa begitu? Karena kata حمد- hamdi (atau hamdin) disitu adalah mashdar, artinya dia kata benda, sehingga terjemahnya adalah pujian, bukan memuji. Kalau di translate ke bahasa Inggris: بحمد ربك- bi hamdi rabika : with the praise of your lord the praise (pujian) disini adalah Noun (Kata Benda). Oke mari kita bahas struktur بحمد ربك- bi hamdi rabika. 271 Kembali lagi kita bertemu kasus Idhofah (Mudhof + Mudhof Ilaih). Mudhofnya adalah حمد- hamdi (pujian/praise), dan mudhof ilaihnya adalah ربك- rabbika : Tuhanmu (your Lord). Dalam bahasa Inggris, polanya Mudhof (of) Mudhof Ilaih, sehingga menjadi: the Praise of your Lord. Masalah Definiteness dari Mudhof Apa itu definitness? Insya Allah Anda masih ingat bukan? Ya, contoh gampangnya kalau saya buat kalimat: 1. I read the book 2. I read a book Dalam kalimat 1, jika saya berkata "I read the book", maka dalam kepala saya, para pendengar sudah tahu buku mana yang saya maksud. Misalkan, saya ditengah percakapan dengan seorang sahabat: "Kemaren saya beli buku La Tahzan, lalu saya baca buku itu". "Yesterday I bought "La Tahzan". And, I read the book". Karena kata "buku" itu teman saya tahu apa yang dimaksud, maka saya pakai "the book". Artinya, kata "buku" itu sudah spesifik, atau sudah definitive (sudah terdefinisi). Dengan kata lain: definitness-nya sudah terdefinisi. Dalam kalimat 2: I read a book. Buku disini belum terdefinisi. Bisa buku apa saja. A cup of coffee 272 فنجان قهوة- finjaanu qahwatin finjaanu : secangkir / a cup qahwatin (qahwah): kopi /coffee Kata diatas adalah idhofah. Bagaimana status "definitness" nya? Dalam kaidah bahasa Arab, kata diatas belum definitive, sering disebut Nakiroh. Mungkin masih bingung ya? Oke saya kasih contoh lain: باب المسجد- baabul masjid : pintu masjid Bagaimana hukum definitness-nya? Lihat bahwa karena mudhof-ilaihnya definitiv (Ma'rifah), maka kata diatas dianggap Ma'rifah. Artinya: sudah jelas pintu yang mana, yaitu pintu masjid, bukan pintu rumah. Kalau di translate ke bahasa Inggris, menjadi "the masjid's door", atau "the door of the masjid", bukan "the door of a masjid". Karena dalam hal ini masjid nya pun sudah definitif. Masalah akan timbul, kalau kita mau bilang spt ini: A door of the Masjid (sebuah pintu dari masjid itu) Kalau kita pakai: باب مسجد- baabu masjidin : a masjid's door (a door of a masjid) Padahal kita tahu bahwa masjidnya sudah definitif (the masjid). Saya melihat dalam hal ini grammar dari bahasa Inggris, tidak apple-to-apple dengan bahasa Arab. Artinya tidak bisa dipadankan langsung. 273 Jika yang mau ditekankan "a door", bahwa pintu dari masjid itu belum pasti (apakah pintu depan, pintu samping atau pintu belakang), maka dalam bahasa Arab, bisa kita berkata spt ini: باب من ابواب المسجد- baabun min abwaabil masjid (a door from the masjid's doors) sebuah pintu dari pintu-pintu masjid itu. Disini masjidnya sudah jelas, tetapi pintu yang dibicarakan belum jelas (belum terdefinisi). Sebagai ringkasan: 1. Idhofah disebut definitif (ma'rifah), jika mudhof ilaihnya definitif 2. Idhofah disebut belum definitif (nakiroh), jika mudhof ilaihnya belum definitif Tambahan contoh: كتاب أستاذ- kitaabu ustaadz : sebuah kitab milik seorang ustadz idhofah diatas adalah nakiroh. كتاب األستاذ- katabbul ustaadz: kitab (tertentu) milik seorang ustadz idhofah diatas adalah ma'rifah. سيارة خالد- sayyaratu khaalid : Mobil Khalid (Car of Khalid). Karena semua nama orang dihukumi sebagai definitif, maka idhofah dalam contoh ini adalah ma'rifah. قلم إستاذي- qolamu ustaadzii: pena ustadzku (the pen of my ustadz). Karena semua kata benda yang diimbuhi pemilik spt: ustadzku (my 274 ustad), adalah defititive, maka idhofah dalam kasus ini adalah definitif (ma'rifah). Kembali ke ayat 3 surat An-Nashr ini: بحمد ربك- bi hamdi rabbika: the praise of your Lord: Pujian (milik) Tuhanmu, maka ini juga dihukumi sebagai ma'rifah. Hal ini disebabkan kata rob (Tuhan) ditempeli oleh kata-ganti milik (ka)--> rabbika (Tuhanmu). Demikian penjelasan tambahan mengenai kasus Ma'rifah / Nakirohnya suatu Idhofah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/18/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-lanjutan-topikmudhof-struktur.html 275 Topik 74: Pertanyaan dari Malaysia Bismillahirrahmanirrahim. Ini sebuah tas guru. Bagaimana kesepakatan antara tas yang muannats, dengan guru yang mudzakkar? Begitu interpretasi saya terhadap pertanyaan Mbak Zarifah dari Malaysia. Mbak ini, walau baru bergabung jadi pembaca setia blog ini, kadang aktif berkirim pertanyaan. Saya yang juga baru alias pemula ini, kadang merasa ragu untuk menjawab, apa betul apa tidak ya jawaban saya. Tapi anggaplah media blog ini kita jadikan sarana belajar, artinya saya juga belajar dengan pertanyaan tersebut, dan saya berharap ada orang yang ahli berbahasa Arab, dapat memberikan koreksi dari pembelajaran kita disini. Baiklah pertanyaan Mbak Zarifah sbb: salam, ada satu soalan ttg feminine and masculine.. hazihi haqibatu al-mudarrisah. wa haqibatuha ..........>soalan nya di sinih! perlu maksuur @ maksuurah? apa perlu di setiap akhiran kata adjective perlu ditambah ta marbutha sekiranya subjek ayat feminine? maaf, saya tanya saja di sinih, kerna tidak tahu mahu diletak bawah topik berapa. syukran Wuih, ada satu masalah disini: beda gaya bahasa, antara Indonesia dan Malaysia. Tapi tak mengape lah.... Saya duga pertanyaan-nya sbb: Soalan (catatan, orang Indonesia jarang menyebut soalan, tapi soal) sbb: 276 هذه حقيتة- hadzihi haqiibatun : Ini koper/tas Atau jika dibaca cara lain: hadzihi haqiibah هذه حقيبة المدرس- hadzihi haqiibatu al-mudarrisi : Ini koper guru laki-laki Atau jika dibaca langsung: hadzhihi haqiibatul mudarris. Jika guru tsb guru perempuan المدرسة- al-mudarrisatu / al-mudarrisah, maka kalimatnya: هذه حقيبة المدرسة- hadzihi haqiibatu al-mudarrisati /hadzihi haqiibatul mudarrisah : Ini koper guru wanita. Nah, pertanyaan Mbak Zarifah ini, menanyakan masalah adjective. Sebenarya kasus diatas bukan kasus adjective. Tapi ada 2 kasus: 1. Kasus kata tunjuk muannats هذه- hadzihi atau pakai mudzakkar هذاhadza 2. Kasus idhofah yaitu: حقيبة المدرس Jabawan saya spt ini. Kalimat ismiyyah harus dipandang sebagai suatu satuan mubtada dan khobar. Dalam kasus Mbak Zarifah, awal pembicaraan ingin menyatakan: Ini koper. هذه الحقيبة- hadzihi al-haqiibatu Mubtada' adalah hadzihi : ini Khobar adalah al-haqiibatu : sebuah koper Lihat bahwa koper yang dibicarakan sudah koper yang spesifik (ada tambahan al). 277 Nah kalau kita lihat, bahwa jenis mubtada' harus cocok dengan khobar. Kalau khobarnya muannats (lihat koper- ada ta marbutah-nya), maka mubtada juga harus muannats. Sehingga kita pakai kata tunjuk (isim isyarah) yang muannats juga. Sekarang, kalau kita ingin menspesifikkan lagi, bahwa: ini adalah tas milik ustadz, maka kata: الحقيبةal-haqiibatu, kita ubah menjadi حقيبة األستاذ- haqiibatu al-ustaadzi (haqiibatul ustaadz) حقيبة المدرس- haqiibatu al-mudarrisi (haqiibatul mudarris) Karena suatu benda yang jenis-katanya perempuan bisa saja dimiliki oleh orang laki-laki, jadi pasangan antara mudhof dengan mudhof ilaih bisa saja beda jenis kata. Contoh diatas: حقيبة المدرس- haqiibatu al-mudarrisi (haqiibatul mudarris) Kata koper - haqiibah adalah muannats, sedangkan mudhof ilaihnya adalah mudzakkar (al-mudarris). Jadi kesimpulannya kata mudhof dan mudhof ilaih tidak mesti harus sama-sama muannats atau mudzakkar. Penentuan jenis kata idhofah: Jenis kata idhofah ditentukan oleh jenis kata Mudhofnya. Tidak peduli mudhof ilaih-nya berjenis apa. Contoh: سيارة- sayyaratun : sebuah mobil --> muannats 278 سيارة الولد- sayyaratul waladi : the boy's car --> sayyaratul waladi = idhofah muannats, karena mudhofnya (sayyarah) adalah muannats. سيارة البنت- sayyaratul bint : the girl's car --> idhofah muannats Jika kita tambahkan kata adjective: jamiil (bagus/keren) سيارة البنت جميلة- sayyaratul bint jamiilatun --> idhofah muannats سيارة الولد جميلة- sayyaratul walad jamiilatun --> idhofah muannats Terlihat bahwa adjective nya mengambil patokan (referensi) ke mudhof-nya yitu mobil yang muannats. المسجد- al-masjid --> mudzakkar مسجد ريد- masjidu zaidin --> Masjid (milik)Pak Zaid مسجد ليلي- masjidu layli --> Masjid (milik) Bu Lili Perhatikan karena idhofaf kata-kata diatas adalah mudzakkar, maka kata tunjuknya harus mudzakkar. هذا مسجد ريد- hadza masjidu zaidin --> ini masjid (milik)Pak Zaid هذا مسجد ليلي- hadza masjidu layli --> ini masjid (milik) Bu Lili Terlihat bahwa kata tunjuknya mengambil patokan (referensi) ke mudhof-nya yitu masjid yang mudzakkar. Demikian kira-kira penjelasannya. Allahu a'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/21/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-pertanyaan-darimalaysia.html 279 Topik 75: Istaghfir! Bismillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan selesaikan latihan surat An-Nashr. Terakhir kita sudah membahas penggalan pertama ayat 3. Kali ini kita akan tuntaskan pembahasan ayat 3. سب ْح ب َح ْمد َرب َك َوا ْست َ ْغف ْره إنَّه َكانَ تَ َّوابا َ َف 1. fa sabbih bi hamdi rabbika: maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu. 2. wa istagfir hu : dan minta ampunlah kepada Dia 3. Innahu : sesungguhnya Dia 4. Kaana : Dia adalah 4. Tawwaabaa: Maha penerima tobat. Kita sudah membahas fasabbih. Topik kali ini kita akan membahas mengenai point 2 sampai 4. Insya Allah. Oke baiklah. واستغفره- wa istaghfir hu Istaghfir, adalah KKT-8, dalam bentuk fi'il amr (kata kerja perintah). Asalnya adalah sbb: غفر- ghafara - mengampuni (KK Asal) أغفر- aghfara - mengampunkan (KKT-1) غفر- ghaffara - mengampunkan (KKT-2) 280 استغفر- istaghfara - minta ampun (KKT-8) Sedangkan perubahan mendatar (tashrif ishtilahi) dari kata KKT-8 tsb adalah: 1. KKL : استغفر- istaghfara (telah minta ampun) 2. KKS : يستغفر- yastaghfiru (sedang minta ampun) 3. Mashdar: استغفار- istighfaar (pengampunan) 4. Isim Fa'il: مستغفر- mustaghfir (orang yang minta ampun) 5. Isim Maf'ul: مستغفر- mustaghfar (orang yang diampuni) 6. Fi'il amar: استغفر- istaghfir (minta ampunlah!) 7. Fi'il nahy: ال تستغفر- laa tastaghfir (jangan minta ampun!) 8. Isim Zaman/Makan: مستغفر- mustaghfar (tempat / waktu memberi ampun) Jadi terlihat dalam susunan mendatar tersebut perubahan dari kata istighfar menjadi istaghfir. Hmm... gimana sih cara tahunya bagaimana tashrif (perubahan) suatu Kata Kerja menjadi 8 macam tsb? Gini, kalau KKT-1 sampai KKT-8, semua kata kerjanya, kalau mau dicari perubahan bentuknya dari KKLnya sampai Isim Zaman/Makan nya, maka perubahan tersebut mengikuti pola. Artinya, kalau kita tahu polanya maka semua kata kerja tsb bisa kita buatkan perubahannya. Yang repot adalah bagaimana perubahan dari KK Asal. Nah ini perlu melihat di kamus perubahan (tashrif)nya. 281 Oke, kita sampai pada bagian terakhir. إنه كان توابا- inna hu kaana tawwaban Kita sudah pernah membahas bentuk dan tugas Inna, yaitu menashobkan mubtada' dan merafa'kan khobar. Tapi dalam kalimat diatas, kok tidak terlihat ya dimana mubtada, dimana khobarnya? Kita juga sudah pernah membahas bentuk dan tugas Kaana, yaitu kebalikan dari tugas Inna. Kaana berfungsi merafa'kan mubtada' dan menashobkan khobar. Tapi, ntar dulu... Dalam kalimat diatas dimana mubtada' dan khobarnya? Insya Allah kita akan bahas mengenai hal ini, dalam topik ini dan satu topik setelah ini. Oke, baiklah. Kita sudah tahu fungsi Inna. Contohnya: هللا عليم- Allahu 'aliimun : Allah Maha Mengetahui Mubtada: Allahu Khobar: 'aliimun Sekarang kalau kita tambahkan Inna: إن هللا َعليم- inna Allaha 'aliimun : (sesungguhnya) Allah Maha Mengetahui Terlihat disini tugas inna, yaitu merubah Allahu menjadi Allaha. Sekarang dalam kalimat: إنه كان توابا- inna hu kaana tawwaban Mubtada: hu (Dia / Allah) <-- isim dhomir Khobar: kaana tawwaban <-- jumlah fi'liyyah 282 Nah ingat lagi, Inna itu menashobkan mubtada. Mubtada'nya mana? Yaitu HU (kata ganti / isim dhomir). Dalam kaidah bahasa Arab, isim dhomir shifatnya mabni (tetap). Oleh karena itu dia tidak terpengaruh, walau dia kemasukan Inna. Alias fungsi inna, yang menashobkan mubtada tidak "mempan" kena kepada kata ganti. Asal kalimat tsb adalah: هو كان توابا- huwa kaana tawwaba : Dia senantiasa Maha Penerima taubat Lalu kemasukan inna menjadi: إنه كان توابا- inna hu kaana tawwaban : Sesungguhnya Dia senantiasa Maha Penerima Taubat. Oke demikian dulu penjelasan mengenai mubtada dan khobar. Insya Allah kita akan bahas bagaimana kasusnya kalau mubtada dan khobar kemasukan kaana, tetapi khobarnya itu fi'il, atau jumlah fi'liyyah (kalimat yang didahului kata kerja). Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 2/04/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-75-istaghfir.html Topik 76 : Past Perfect Tense 283 Bismillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Waktu pertama belajar kaana كانdi hampir semua buku bahasa Arab menjelaskan dengan contoh kalimat sempurna (ada mubtada dan khobar), dan efeknya setelah dimasuki kaana. Rata-rata diberi contoh seperti ini: – زيد جميلZaidun jamilun : Zaid ganteng dan jika kemasukan kaana menjadi: – كان زيد جميالkaana Zaidun jamiilan: (dulu) Zaid ganteng : Zaid was handsome Nah, contoh diatas tidaklah sukar untuk dilihat dan dipelajari polanya bukan? Ada sedikit soal yang muncul. Waktu saya membaca Al-Qur’an terkadang yang muncul adalah kasus yang beda lagi. Ambil contoh, waktu kita mencoba membaca surat 2 ayat 10: َعذَاب أَليم ب َما َكانوا َي ْكذبون َّ في قلوبه ْم َم َرض فَزَ ادَهم َ اّلل َم َرضا َولَه ْم Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambahkan penyakit (tsb) dan bagi mereka adzab yang pedih disebabkan apa-apa (yang selama ini) mereka dustakan. Perhatihakan kalimat terakhirnya: – بما كانوا يكذبونbimaa kaanuu yakdzibuuna 284 Perhatikan karena kalimat diatas adalah untuk orang-3 laki-laki jamak, maka dipakai – كانواkaanuu. Coba kita ganti menjadi orang-3 laki-laki tunggal, maka kalimatnya menjadi: – بما كان يكذبbimaa kaana yakdzibu Nah disini saya bingung. Kenapa? Dalam buku-buku selalu diberi contoh setelah kaana selalu kata benda (isim), kok di Al-Quran, banyak kalimat setelah kaana itu kata kerja (fi’il). Nah berikut penjelasannya. Kalau saya berkata begini: He studies Al-Quran – Dia belajar Al-Quran Dalam bahasa Arab : هو يتعلم القران- huwa yata-‘allamu al-qur-aana Kalau saya berkata: He used to study Al-Quran : Dia (dulu) biasa belajar Al-Quran – كان يتعلم القوانkaana yata-‘allamu al-qur-aana Nah bagaimana analisis mubtada khobarnya? Begini mas dan mbak… Masih ingat kan bahwa tugas kaana adalah merafa’kan mubtada menashobkan khobar? Oke, sekarang kita lihat kalimat diatas: هو يتعلم القران- huwa yata-‘allamu al-qur-aana 285 Mubtada’ nya : huwa Khobarnya: yata-’allamu al-qur-aana Perhatikan khobarnya disini adalah sebuah kalimat sempurna yang diawali dengan kata kerja sehingga sering disebut jumlah fi’liyyah. Nah kalau khobarnya jumlah, maka pemasukan kaana kedalam susunan mubtada dan khobar dalam kalimat diatas, mengakibatkan khobarnya tidak kena efek apa-apa. Oke coba kita masukkan kaaana: كان هو يتعلم القران- kaana huwa yata-‘allamu al-qur-aana Karena setelah kata kerja tidak boleh ada dhomir (kata ganti) pelaku, maka huwa dibuang, sehingga menjadi كان يتعلم القران- kaana yata-‘allamu al-qur-aana : He used to study AlQura’an <> Dari contoh ini jelaslah bagi kita bahwa, kalau setelah kaana itu ada kata kerja, maka sebenarnya kata kerja itu adalah khobar dalam bentuk fi’il, atau jumlah fi’liyyah. Lalu apa fungsi Kaana terhadap fi’il tersebut? Oke menariknya disini. Kita sudah tahu bahwa dalam bahasa Arab, tenses hanya dibagi 2 saja, yaitu: - Imperfect Tense (pekerjaan yang masih berlangsung / belum selesai) 286 - Perfect Tense (pekerjaan yang sudah selesai) Contohnya: – هو كتب كتابهhuwa kataba kitaabahu : dia (telah selesai) menulis bukunya. – هو يكتب كتابهhuwa yaktubu kitaabahu : dia (sedang) menulis bukunya. Nah dalam bahasa Inggris kita tahu, jumlah tenses banyak kan? Ada present perfect, ada past perfect dsb. Nah sebenarnya kaana dan yakuunu dapat berfungsi untuk memberi efek waktu terhadap suatu perkerjaan yang mirip-mirip dengan bahasa Inggris. Contohnya jika saya masukkan kaana. – كان كتب كتابهkaana kataba kitaabahu : He had written his book – كان يكتب كتابهkaana yaktubu kitaabahu: He had been writing his book – سيكون كتب كتابهsayakuunu kataba kitaabahu: He will have written his book – سيكون يكتب كتابهsayakuunu yaktubu kitaabahu: He will be writing his book Walau dalam beberapa konteks tidak bisa disamakan persis, tetapi kirakira kaana bisa difungsikan untuk memberi efek waktu ”had” atau ”will” kepada sebuah kata kerja. Demikian telah kita bahas fungsi lain dari kaana. Semoga Anda yang biasa belajar tenses bahasa Inggris, juga mengerti bahwa dalam bahasa Arab, bisa juga dibentuk hal yang mirip dengan tenses bahasa Inggris (walau tidak ”pas” 100%). 287 Allahu a’lam bishshowwaab. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 2/05/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-76-past-perfecttense.html 288 Topik 77: Kalimat Pasif (lanjutan I) Bisimillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah off, beberapa lama, kita coba lanjutkan pembahasan mengenai kalimat pasif. Mengapa topik ini yang dipilih? Ada beberapa alasan. Tetapi yang paling menarik untuk disampaikan adalah, seringkali bagi pemula (saya Insya Allah juga termasuk pemula -don't worry), ada beberapa kesalahan pengertian dari orang yang berbahasa non-arab (Indonesia, Melayu, maupun Inggris) dalam memahami kalimat pasif dalam bahasa Arab. Ambil contoh: Saya membaca buku. Kita sudah paham, bahwa Subject, adalah saya, dan object adalah buku. Kalau dalam bahasa Inggris juga begitu: I read a book. Kalau dijadikan kalimat pasif, kita juga mengerti, kalimat itu menjadi: Buku dibaca oleh saya. A book was read by me. Tapi dalam bahasa Arab, Subject dalam kalimat pasif tidak boleh muncul. (pakai bahasa gaul sekarang) Dilarang muncul boo'! Sehingga kalimat diatas, hanya bisa di-Arab-kan sbb: Buku dibaca. Sudah. Gitu aja. Kok bisa? 289 Ya begitu peraturannya. Dalam bahasa Arab, sebuah kalimat, jika hendak memunculkan Subject, hendaklah dibuat dalam kalimat aktif. Subject dalam kalimat pasif, mesti dihilangkan. Kata orang arab, subjectnya: Majhul. Majhul artinya: tidak diketahui. Jadi kalau kita buat contoh diatas: الكتاب انا قرأت- ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku. َ Jika dibuat pasif: قرئ الكتاب- quri-a al-kitaabu : buku dibaca Perhatikan hal-hal berikut: 1. Saya sebagai subject hilang (tidak ada dalam bahasa Arab: buku dibaca oleh saya). 2. Kata kerja yang dalam kalimat aktif: qora'tu (ada tu = saya), maka dalam kalimat pasif akhiran tu tersebut hilang. 3. Kata kerja dalam kalimat pasif, mengikuti dhomir dari naibul fa'il. Karena naibul fa'il adalah al-kitaab (huwa), maka kata kerjanya kembali ke KKA (Kata Kerja Asal), yaitu qora-a. 4. Cara membuat pasif qo-ra-a, adalah dengan men-dhommah kan kata pertama, dan meng-kasrah-kan kata sebelum akhir. Sehingga aktif: qora-a, pasif: qu-ri-a. 5. I'rob (harokat akhir) dari al-kitaab, adalah dhommah, sehingga dibaca: quri-a alkitaabu. Weleh-weleh... banyak yang musti diperhatikan ya... 290 Ada yang kadang sering terlewatkan. Apa itu? Perhatikan, bahwa dalam pelajaran tata bahasa Arab, biasanya pertama yang dikenalkan adalah maf'ul (object) harus fathah. الكتاب انا قرأت- ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku. َ Perhatikan, al-kitaab dalam posisi kalimat diatas adalah object. Maka dia fathah, sehingga dibaca al-kitaa-ba. Nah kadang dalam kalimat pasif seorang pemula akan membuat kalimat sbb: قرئ الكتاب- quri-a al-kitaaba : mereka membaca al-kitaaba. Kalau ditanya ke pemula tsb: kok dibaca al-kitaaba? Mereka akan jawab, lha kan posisi al-kitaab dalam kalimat tersebut tetap Object (maf'ul). Nah kalau maf'ul kan dibaca fathah. Nah disini kita harus hati-hati. Walaupun suatu kata benda, berfungsi sebagai Object, tapi lihat dulu, apakah dia ada dalam kalimat pasif. Kalau dalam kalimat pasif, maka Object tsb, berubah menjadi Naibul Fa'il, yang ber-'irob Dhommah. Sehingga yang benar itu, membacanya: قرئ الكتاب- quri-a al-kitaabu : buku dibaca Sekarang kita hendak lihat, salah satu contoh dalam Al-Quran surat 84 ayat 21: وإذا قرئ عليهم القران ال يسجدون- dan jika dibacakan Al-Quran kepada mereka, mereka tidak sujud. 291 Lihat disitu, bahwa yang menjadi naibul fa'il adalah Al-Quran, dan i'rob nya adalah dhommah. Sehingga dibaca: wa idza quri-a alayhim al-quraanu (bukan al-quraana) laa yasjuduun. Topik selanjutnya akan kita bahas Rumus mudah mengubah kata kerja dari aktif ke pasif. Insya Allah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/03/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-77-kalimat-pasiflanjutan-i.html 292 Topik 78: Kalimat Pasif KKT 5 Bismillahirrahmanirrahim. Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Mohon maaf karena satu dan lain hal frekuensi penulisan agak “slow” hehe… Kata salah seorang teman saya, Pak Herry Sudjono: “wah… lagi nyari inspirasi ya…” hehe… Sebenarnya bukan cari inspirasi, karena masih banyak materi di bukubuku bahasa Arab yang bisa diangkat disini untuk dibicarakan, termasuk membahas ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, saat ini saya merasa agak ”jenuh” untuk menulis. Tapi karena satu dan beberapa email minta saya nulis lagi, menambah semangat saya juga untuk terus menulis. Mungkin ini salah satu maksud mengapa di ayat-ayat AQ, menggunakan KKT 4, wa tawaashaw bil haqqi (tawaashaw, KKT 4 mendapat tambahan TA dan ALIF, yang artinya saling mengerjakan sesuatu). Wa tawaashaw (saling ”washi” – berwasiat), ya kita harus saling berwasiat, saling mengingatkan, saling memberi semangat, untuk tetap istiqomah dijalan kebaikan. Oke baiklah. Karena hari ini adalah hari libur nasional memperingati Maulid Nabi besar Muhammad SAW, mari kita saling mengigatkan untuk senantiasa mengikuti uswatun hasanatun kita Rasulullah SAW. Ulama-ulama sholih mengingatkan kita untuk giat belajar bahasa Arab, sebagai pilar untuk mempertahankan kemurnian ajaran Islam. Dinasehatkan: – تعلموا اللغة العربية واعلموها الناسta’allamuu al-lughota al-arabiyyata wa ’allimuuhaa an-naasa Pelajarilah bahasa Arab dan ajarkanlah kepada manusia. 293 Umar RA juga mengingatkan kita untuk belajar bahasa Al-Quran ini. Dia berkata: – تعلموا الغة العربية فإنها من دينكمta’allamuu al-lughata al-‘arabiyyata fainnahaa min diinikum Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu bagian dari agamamu Oke, baiklah kita segera mulai lanjutan pelajaran kita… Aina washolnaa? (sudah sampai dimana kita kemaren?) Oh ya sudah bahas mengenai Kalimat Pasif. Tapi yang sudah kita bahas itu hanya kalimat pasif dari kata kerja 3 huruf asli. Contoh: – خلق هللا الناسkholaqo Allahu an-naasa (Allah menciptakan manusia) – خلق الناسkhuliqa an-naasu (Manusia diciptakan) Kalau ada waktu insya Allah kita bisa bahas, ragam kalimat dari satu kalimat aktif menjadi 3 bagian: 1. Kalimat pasif 2. Kalimat berita tentang subject 3. Kalimat berita tentang object Wah apa lagi nih… Gini Mas… Biar jelas, kita kasih contoh saja ya… – يفتح الموظف باب المكتبة صباحاyaftahu al-muwazhzhofu baaba almaktabati shobbaahan Petugas itu membuka pintu perpustakaan pada pagi hari. Oke kalimat diatas kalimat aktif kan? Oke... sekarang kita bisa membuat 3 macam kalimat dari kalimat diatas, yaitu: 294 – يفتح باب المكتبة صباحاyuftahu baabu al-maktabati shobbaahan. Pintu perpustakaan dibuka pada pagi hari. Itu kalimat pertama yang bisa kita buat. Sekarang kalimat ke dua, yang menjelaskan tentang subject. Siapa subjectnya : petugas. Ngapain dia? Membuka pintu. – الموظف فاتحal-muwazzafu faathihun : petugas itu (adalah) orang yang membuka (pintu) Kalimat ketiga yang kita bisa buat, adalah kalimat tentang object, yaitu pintu. – باب المكتبة مفتوحbaabu al-maktabati maftuuhun: pintu perpustakaan itu terbuka. Terlihat kan bahwa dari satu kalimat aktif yang sempurna, kita bisa membuat 3 macam kalimat baru. Insya Allah kita akan latihan hal ini lagi di bagian-bagian lain. Sekarang kita lihat hal yang sedikit lebih sukar. Apa itu? Oke... Bagaimana membentuk kalimat pasif dari KKT 5. Oh ya KKT 5 itu adalah KKT dengan wazan – تفعلtafa’-‘ala. Contohnya: – تفكر فيtafakkara fii : memikirkan – تفكر محمد في درسهtafakkara muhammadun fii darsihi : Muhammad memikirkan pelajarannya. Bagaimana pasifnya? درسه تفكر في-darsuhu tufukkira fii : Pelajarannya dipikirkan. 295 Oke, apa yang bisa dipelajari? Insya Allah mudah. Yaitu, jika kita bertemu wazan KKT-5, maka urutan aktif pasif sbb: – تفعلtafa’-‘ala (aktif) – تفعلtufu’-‘ila (pasif) Contoh lain: – تقدم الوالد أمام ولدهtaqoddama al-waalidu amaama waladihi : Bapak itu berjalan mendahului anaknya. Lihat KKT 5 nya: – تقدمtaqoddama : berjalan mendahului Jika dipasifkan, ingat ingat lagi wazannya: tufu’-‘ila, berarti taqoddama menjadi tuquddima. Sehingga kalimatnya menjadi: – تقدم الولدtuquddima al-waladu : anak itu didahului. Oke… Insya Allah mengerti ya… Kita akan lanjutkan lagi dengan topik lain, dengan masih membahas seputar kalimat pasif. Insya Allah. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/20/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-78-kalimat-pasif-kkt5.html 296 Topik 79: Format Baru Bismillahirrahmanirrahim Para pembaca yang dirahmati Allah. Untuk menambah variasi dalam tulisan ini, saya akan coba “permak” format penulisan, Insya Allah mulai tulisan topik ini. Saya akan bagi tiga bagian: (i) Ungkapan, (ii) Kosa Kata Baru, (iii) Al-Quran. Sampai kapan format ini akan bertahan? Allahu a’lamu. Yang jelas saya mencoba mengubah format penulisan agar tetap segar. Baiklah kita mulai. I. Ungkapan – السالم عليكمassalamu ‘alaykum – وعليكم السالم ورحمة هللا وبركاتهwa ‘alaykumussalaam warahmatullahi wabarakaatuh صبَاح ْال َخيْر َ – shobbaahul khair : selamat pagi صبَاح النُّ ْور َ – shobbaahun nuur : selamat pagi juga (jawaban) اك َ – م ْنذ زَ َمان لَ ْم أ َ َرmundzu zamaan lam arooka : lama saya tidak berjumpa Anda ْف َحال َك َ – َكيkaifa haaluk ? : bagaimana kabar Anda? – الحمد هلل أَنَا ب َخيْرAlhamdulillah ana bi khoir: Alhamdulillah saya baik-baik saja سعيْد بلقَائ َك َ – أَنَاana sa’iid biliqooik : saya gembira berjumpa denganmu – أَنَا فج ْور بلقَائ َكana fuujuur biliqooik: saya senang berjumpa denganmu 297 سعيْدا َهذَا ْال َي ْو َم َ – تَبْد ْوtabdu sa’iid hadzal yaum : Anda tampak gembira hari ini – ش ْكراsyukran : terima kasih – تَفَض َّْل ب ْلجل ْوسtafaddhol bil juluus : silahkan duduk – ال َبيْت َب ْيت َ َكal-baytu baitak : (rumah ini rumahmu) = anggaplah rumah sendiri ش ْي َ – َهيَّا نَ ْش َربْ الhayya nasyrobis syaay : mari kita minum teh II. Kosa Kata Baru – سعيدsa-‘iid : gembira – تفضلtafaddhol : silahkan – نشربnasyrab : minum III. Al-Quran Baiklah kita coba lihat tiga kata baru yang kita pelajari tsb di Al-Quran. Kata – سعيدsa’iid, dapat kita tebak, sebagai kata shifat. Loh… kok bisa? Ya tampak dari adanya ya, yang menyebabkan bunyi iii panjang. Contohnya kariim ( كريمmulia), kabiir ( كبيرbesar), jamiil ( جميلcantik), dsb. Kalau mau tahu kata kerjanya, maka buang ya nya, sehingga menjadi sa-’i-da سعد. Kata sa-‘i-da : bahagia (happy, blessed) dalam Al-Quran ada di satu surat 11:108 – وأما الذين سعدواwa ammal ladziina su-‘iduu : dan adapun orang-orang yang dibahagiakan 298 Terlihat disini Al-Quran menggunakan bentuk (dibahagiakan), atau su-‘i-duu (mereka dibahagiakan). pasif: su-‘i-da Sedangkan kata sa’iid (bahagia, kata sifat) ada dalam satu surat di AlQuran, 11:105 – فمنهم شقي وسعيدfaminhum syaqiyyun wa sa-‘ii-dun : dan diantara mereka ada yang syaqiyyun (celaka), ada yang sa-‘ii-dun (bahagia). Selanjutnya, kata تفضل- tafadhdhol, adalah kata kerja perintah, yang artinya: Silahkan. Ini adalah bentuk kata kerja turunan ke 5. Akar katanya adalah: يفضل- فضل: fadhola - yafdhulu : lebih يتفضل- تفضل: tafadhdhola - yatafadhdholu : memberikan karunia, atau melebihkan تفضل: tafadhdhol: silahkan Di Al-Quran akar kata tafadhdhol ini kita jumpai dalam 2 ayat: yaitu surat 13 : 4, dan surat 23 : 24. Akan tetapi bentuk yang dipakai adalah kata kerja asal bukan KKT 2. Contohnya di surat 13: 4: ونفضل بعضها- wa nufadhdhilu ba'dhohaa : dan kami melebihkan sebagian dari mereka. Disini yang di gunakan adalah KKT-2. Ingat-ingat lagi fungsi KKT-2 adalah untuk mengjadikan fi'il yang tidak punya objek menjadi punya objek. Dalam rumus praktis, KKT-2 itu adalah kata kerja yang mendapat tambahan me....kan. Contoh KK asal: fadhola = lebih, maka KKT-2: fahddhola - yufadhdhilu = me-lebih-kan. 299 Kata terakhir yang hendak kita bahas adalah: nasyrob = kita minum. Akar katanya adalah syariba - yasyrabu : minum. Dalam AQ, kata syariba - yashrabu ini kita jumpai dalam banyak tempat. Contohnya di surat 83:28. عينا يشرب بها المكربون- 'ainan yasyrabu bihaa al-mukarrabuun: mata air yang a-lmukarrabuun meminum nya. Terlihat disini yang digukakan adalah KK asal dalam bentuk present (fi'il mudhori'). Dan masih banyak lagi kata yasrabu (minum) ini terdapat dalam AQ. Sebagai penutup, ayat ini cukup sering digunakan untuk menasehati teman/orang lain agar tidak berlebih lebihan dalam makan/minum, surat 7:31. كلوا واشربوا وال تسرفوا- kuluu wasyrabuu walaa tusrifuu : makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Demikian... Insya Allah kita akan lanjutkan pada topik berikutnya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/28/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-79-format-baru.html 300 Topik 80: Jawaban Pertanyaan Bismillahirrahim. Wah, tumben pagi ini saya terima Email di mailbox saya. Ada yang nulis di bagian Comments (dibawah) bertanya, pada posting terakhir 1 bulan yang lalu. Memang sudah agak lama saya tidak menulis di Blog ini. Tetapi karena ada pertanyaan, saya sempatkan menuliskan jawabannya. Yang ditanyakan: Apa fungsi wazan تفاعل- tafaa 'ala Apa fungsi wazan استفعل- istaf 'ala Dan apa beda keduanya. Oke deh. Rasanya sudah pernah saya bahas, di topik-topik yang lalu ya. 1. Apa fungsi wazan تفاعل- tafaa 'ala Secara teoritis nahwu, fungsi wazan tafaa 'ala: menunjukkan pekerjaan itu terjadi antara 2 belah pihak (makna saling). Contoh: تحاصم الكفار- tahaa-shoma al-kuffaaru : orang-orang kafir itu saling bermusuhan Atau contoh di AQ: Surat An-naba' عم يتساءلون- 'amma ya-tasaa-aluun : tentang apakah mereka saling bertanya? Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk: 301 a. Menunjukkan pengertian pura-pura. Contoh: تمارض الكسالن- tamaaradha al-kaslaanu : orang malas itu pura-pura sakit b. Menunjukkan pekerjaan yang terjadi berangsur-angsur. Contoh: توارد الزائرون- tawaarada adz-dzaa-i-ruuna : para pengunjung itu berangsur-angsur datang. c. Menunjukkan pengertian aslinya. Contoh: تعالى هللا- ta-'aa-lallahu : Allah ta-'aalaa. Kata ta-'aala disini sama maksudnya dengan 'alaa (Maha Tinggi). d. Menunjukkan akibat dari suatu perbuatan. Contoh: باعدت خالدا فتباعد- baa-'ad-tu Khoolidan fa tabaa-'a-da : aku menjauh dari Kholid, maka dia(pun) menjauh. Oke sekarang pertanyaan ke 2. 2. Apa fungsi wazan استفعل- istaf 'ala Secara teoritis nahwu, fungsi wazan istaf 'ala: menunjukkan pekerjaan yang meminta sesuatu ke pihak lain. Contoh: استغفرت هلل- istaghfartu lillahi : Aku minta-ampun kepada Allah Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk: Memiliki sifat atau menganggap. Contoh: هو استحل الحرام- huwa istahalla alharaama : dia mengganggap halal (sesuatu yang) haram itu. 302 Dan beberapa fungsi lainnya. Sementara kita cukupkan sampai disini dulu, pembahasannya. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/15/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/05/topik-80-jawabanpertanyaan.html 303 Topik 81: Sallim Bismillahirrahmanirrahim. Sudah lama sekali saya tidak menulis. Selain sedang ada tugas-tugas kantor dan kuliah, juga tugas sebagai ayah dari anak-anak yang mulai abg, juga tidak mudah :-) Disamping itu, saya juga ragu apakah pembaca blog ini sudah pada belajar ke gurunya masing-masing, sehingga belajar bahasa arabnya pun semakin bisa lebih kencang. Jika ya alhamdulillah. Mari kita giatkan dan tularkan ke muslim lainnya agar mau belajar bahasa Al-Quran ini. Saya dibilangin oleh seorang saudara saya, bahwa dia mendengar sebuah hadist: ta'allamuu al-lughata alarabiyata wa 'allimuuha an-naasa (belajarlah bahasa Arab, dan ajarkanlah dia kepada manusia). Sallim Mari kita ingat hal yang sederhana. Dulu waktu saya SMA, kadang bertemu orang / saudara, dia berkata ke anaknya: "ayo sallim, ayo nak sallim..." Waktu itu saya hanya sedikit bingung, karena terdengar asing ditelinga. Yang sering diucapkan orang: "ayo nak, salam", atau "ayo salaman nak". Sebenarnya yang paling tepat memang: "ayo nak, sallim". Kata sallim, adalah bentuk kata kerja perintah. سل ْم- sallim : beri salam! Kata ini dibentuk dari kata sallama - yusallimu - tasliiman, yang artinya menyelamatkan atau memberi salam. 304 Tapi jangan pula sampai "double L" nya tak terucap. Nanti artinya lain. Kadang kita sering mendengar: "ayo salim". Nah salim atau saliim, ini artinya selamat atau sentosa, bukan memberi salam. Jadi "ayo nak, salim", beda dengan "ayo nak sallim". Poster di pintu Kadang untuk membiasakan seorang anak (saya sih belum mempraktekkan, hanya dengar dari teman), maka di rumah bisa dipasang poster yang ada tulisan arabnya. اطرق الباب أوال- uthruq al-baaba awwalan : ketok pintu ini terlebih dahulu. Kalimat ini bisa dipasang di pintu kamar orang tua. Atau bisa juga dibiasakan, waktu kita mau masuk rumah orang kita suruh anak kita: "uthtruq awwalan" - ketok dulu... dst Menyuruh anak memperkenalkan diri Selanjutnya waktu kita menyuruh si anak memperkenalkan diri, bisa kita pakai ekspresi kalimat berikut: عرف نفسك- 'arrif nafsaka : perkenalkan dirimu Kata 'arrif, berasal dari kata 'arrafa yu-'arrifu ta'riifan, yang artinya mengenalkan, atau memberitahukan. Kata 'arrafa ini kita temukan di Al-Quran surat 47 ayat 6: ع َّرفَ َها لَه ْم َ َ َويدْخلهم ْال َجنَّة- wayudkhilhum aljannata 'arrafahaa lahum dan Allah memasukkan mereka ke dalam surga (yang) Dia telah memberitahukan (tentang)surga itu kepada mereka (sebelumnya). 305 Pola kata 'arrafa adalah KKT-2, yang biasanya dalam pola bahasa Indonesia me+KataKerja+kan. Ini yang membedakan 'arrafa (KKT-2) dengan 'arafa (KKT-1) 'arafa (KKT-1) artinya mengenal. Seperti عرفت محمدا- 'araftu muhammadan : saya kenal muhammad Sedangkan 'arrafa (KKT-2) artinya mengenalkan (sesuatu) kepada (seseorang) عرفت هذا الكتاب لك- 'arraftu hadzal kitaaba laka : saya mengenalkan kitab ini kepadamu. Orang yang 'arif Kita sering mendengar orang berkata: Ih dia orangnya 'arif banget ya? Nah kata 'arif sudah diserap kedalam bahasa Indonesia, yang sering diasosiasikan dengan arti: orang yang bijaksana. Sebenarnya banyak sekali kata bentukan dari 'arafa ini, yand diserap ke bahasa Indonesia. Mari kita lihat tashrifnya: 'arrafa yu'rifu 'irfah 'irfan ma'rifah 3 kata terakhir adalah mashdar. Kita sering mendengar, "oh dia itu ahli irfan", maksudnya dia itu orang yang punya pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain (atau dipersepsikan orang yang bijak, orang yang bisa meramal masa depan, mengerti maksud yang tersembunyi, dsb) 306 Kita juga sering mendengar, kata ma'rifah, yang artinya pengetahuan. Seperti: "yang pertama kali mesti dipelajari adalah ma'rifatullah", maksud ma'rifatullah adalah pengetahuan tentang Allah. Ta'arruf Nah kata ini lagi trend. Ta'arruf, adalah kata 'arafa (KKT-1) yang kemudian berubah bentuk jadi KKT-5 dari wazan fa'-'ala, sehingga menjadi ta-'arrafa, yang artinya berkenalan dengan. Sebelum proses menikah, didahului dengan proses ta'arruf, artinya proses mengenal calon istri. Ma'ruf Ma'ruf artinya sesuatu yang diketahui. Wazannya sama seperti manshur ( منصورorang yang ditolong). Kalau orang yang menolong: naashir ناصر. Dengan wazan yang sama, orang yang mengetahui disebut 'aarif عارف. Mudah kan? Ya, kalau sudah kenal dengan wazan2x tsb maka lebih mudah membentuk kata-kata dalam bahasa Arab. Insya Allah. (se)Gitu dulu yah... Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/13/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-81-sallim.html 307 Topik 82: Muhrim Bisimillahirrahmanirrahim. Kata muhrim sering kita pakai. "Eh awas... nanti whudhu'mu batal... jangan dekat-dekat... bukan muhrim". Muhrim yang dimaksud disini, adalah orang yang haram dinikahi. Kata yang dekat dengan kata muhrim banyak. Antara lain: kata haram, muharram, mahrum, mahram, dsb. Haram dan Halal Haram, حرامadalah lawan dari Halal حالل. Sudah tidak kita perlukan penafsiran apa-apa lagi kan. Haram artinya sesuatu yang dilarang. Halal artinya sesuatu yang dibolehkan. Dari mana asalnya kata Haram? Perhatikan kata haram dalam bahasa Indonesia itu dalam bahasa Arabnya حرام. Ada 4 huruf kan. HA RO ALIF dan MIM. Nah sebuah kata bahasa Arab umumnya terdiri dari 3 huruf asli (yaitu huruf hijaiyah selain YA, WAW, dan ALIF). Kalau begitu kata حرام- yang 4 huruf itu, karena ada ALIF, maka huruf aslinya hanya 3, yaitu HA RO dan MIM. Jadilah dia: حرم. Nah yang jadi soal gimana mbacanya? Dia bisa kita baca harama, haruma, harima. Ada 3 kemungkinan. Lho... kan bisa juga kita baca hurima, hurimi, dsb? Ya Anda benar. Akan tetapi yang umum jadi entri pertama di kamus adalah AWAL dan AKHIR fathah. Dengan demikian tengahnya bisa fathah, kasroh, atau dhommah. So hanya 3 kemungkinan. 308 Okeh... sekarang kita lihat lagi. Kata حرم, jika mendapat alif sebelum huruf terakhir, maka biasanya kata itu menunjukkan sifat, dan cara bacanya tertentu. Jadi kata حرام, walau tidak ada harokatnya, dibaca haraam. Yaitu sesuatu yg sifatnya haram. Sama halnya dengan رحمانwalau tidak ada harokatnya kita baca rahmaan. Tidak bisa dibaca ruhmaan, atau rihmaan. Sekarang balik lagi ke kata حرم. Bagaimana cara membacanya, diantara 3 kemungkinan? Hanya ada 1 cara, yaitu lihat kamus... (hik.. only that??? lah iya laaa...) Di kamus ditulis: حرم يحرم حرما- haruma yahrumu hurman : haram, terlarang. Berarti kita bacanya haruma (kata kerja). Simple kan? Insya Allah ya... Oke, dari KKL haruma itu, banyak kata yang terbentuk setelahnya, seperti: حرم- harrama : mengharamkan (KKT-2) أحرم- ahrama : berihram (KKT-1) TAHRIIM dan MUHRIM Kata ahrama - berihram. Orang yang melakukan ihram disebut محرمmuhrim (isim fa'il). Sama halnya dengan أسلم- aslama : berIslam, maka orang yang Islam disebut مسلم- muslim. Jadi kalau begitu kata MUHRIM lebih tepat diartikan orang yang berihram (sedang melaksanakan ibadah haji). 309 Sedangkan kata محرم- mahram, adalah orang yang haram dinikahi. Dalam AQ sesuatu yang dilarang disebut dengan mahruum محروم. Kata tahrim artinya pengharaman. Kata ini adalah kata masdhar dari harrama. Tashrifnya adalah: harrama yuharrimu tahriim. Muharram Muharram محرمadalah nama bulan. Secara letterleijk, muharram adalah isim maf'ul (objek) dari kata harrama. Jadi kalau harrama mengharamkan, muharrim adalah sesuatu yang mengharamkan, sedangkan muharram artinya sesuatu yang diharamkan. Dari kacamata sejarah bulan muharram adalah bulan dimana berperang dibulan tsb diharamkan. Kembali lagi ke konteks muhrim dan mahram. Kalau yang dimaksud orang yang tidak boleh dinikahi maka disebut mahram, bukan muhrim. Karena muhrim adalah orang yang berihram. Di Indonesia dan Malaysia (kalo tidak salah), sering dijumpai perkataan muhrim, tapi maksudnya mahram. Allahu a'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 6/17/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-82-muhrim.html 310 IKLAN َاّلل َي ْعلَم َما يس ُّرونَ َو َما ي ْعلنون َ أ َ َوالَ َي ْع َلمونَ أ َ َّن Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui segala apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka) dan apa yang mereka iklankan (dengan ucapan mereka) (QS 2:77). Kata yu’linuun, terambil dari kata ‘ – علنalana, lalu mendapat tambahan alif menjadi – أعلنa’lana. Jika wazan ini kita teruskan: َ أ َ ْعلَنَ – ي ْعلن – إع َْالن: a’lana – yu’linu – i’laan, mengumumkan/memberitahukan/menyatakan (to declare) artinya Bentuk – إعالنi’laan, diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi IKLAN. Jadi (mungkin) hakekatnya sebuah IKLAN adalah sebuah pemberituan. Demikian one word, kali ini. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 7/14/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/07/iklan.html 311 Topik 83: Sampai ke Aspal Bismillahirrahmanirrahim. Gatal juga tangan, di-tanyain di bagian komentar: "edisi Agustus ditunggu" :) Terus terang agak bingung juga, mau nyampaian apa ya? Karena tidak ada yang nanya topik sebelumnya, jadi saya anggap kali sudah ngerti bahasa Arab. Oleh karena itu saya isi dengan selingan ringan saja. "Sampai ke aspal" Pernah dengar surat ini kan? Pastinya sudah hafal ya, Insya Allah. Laqod kholaknal insaana fii ahsani takwiim Ya surat At-Tin. سن ت َ ْقويم َ سانَ في أ َ ْح َ لَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya لَقَ ْدlaqod - sungguh sungguh La disini adalah lam taukid (penegasan), yang artinya sesunggunhya, benar-benar, atau sungguh. Qod disini berarti: sungguh telah. Biasanya kata Qod, sering diartikan sebagai bentuk penanda dari perfect tense. Artinya pekerjaan (katakerja/fi'il) sesudah qod itu telah sempurna di kerjakan. 312 Nah, laqod, artinya sungguh-sungguh sekali, atawa sungguh-sungguh kuadrat, menandakan berita berikutnya adalah pekerjaan yang sangat serius. َخلَ ْقنَاkholaknaa - kami telah ciptakan Lihat bahwa sesudah qod biasanya (pasti) fi'il madhy. kholaknaa (we had created) َسان َ اإل ْن- insaana - insan / manusia Lihat bahwa, karena posisinya adalah object, maka harokat akhir adalah fathah, insaana, bukan insaani atau insaani فيfii - dalam (huruf jer / kata depan) سن ت َ ْقويم َ أ َ ْح- sebaik-baik bentuk. Kata ahsani, awalnya adalah ahsanu, karena setelah huruf jer, maka berubah jadi ahsani, yang artinya paling baik. Wazannya mirip dengan akbaru (paling besar), ajmalu (paling ganteng), dst. Kata taqwiim, sepinta wazannya mirip dengan tasliim, berarti wazannya adalah af-'ala. Kita cari dikamus pada kata ALIF QOF ALIF MIM. Dikamus kata ini artinya: berdiri, tegak, panjang (tinggi). Di AQ terjemahan banyak disebutkan kata takwiim ini artinya: bentuk. Muhsin M Khan, menarjamahkan kata takwiim ini dengan "stature" (panjang/tinggi/postur badan). Kemudian ayat selanjutnya: َسافلين َ ث َّم َردَ ْدنَاه أ َ ْسفَ َل 313 Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) Nah bagi orang Sunda (maaf ya) yang biasa melafalkan f dengan p, ayat diatas dibaca: tsumma radadnaahu aspala ... Kata asfal terbaca aspal. Kemudian Kami kembalikan dia sampai-sampai ke aspal-aspal. Ya, awalnya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk, lalu setelah banyak bergelimang dosa maka mereka jatuh ke tempat yang paling rendah (asfal). Hehe... kata asfal diatas, bukan berarti aspal (cara baca orang Sunda), akan tetapi maknanya dekat. ASFALA Kata ini berasal dari kata SIN FA LAM. Kita mungkin sering mendengar hadist berikut: اليد العليا خير من اليد السفلى- al yadul 'ulyaa khairun minal yadis sufla Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah Nah kata "diatas" disini adalah "'ulya", dan "dibawah" disini adalah "sufla". Kata sufla, asfala menunjukkan ke tempat yang rendah, atau dibawah. 314 Jadi kalau aspal letaknya dibawah, maka yaa... mirip-mirip lah... Aspal itu tempatnya dibawah (rendah), warnanya hitam (melambangkan dosa), permukaannya kasar (hilangnya kelembutan), dst. Kecuali nanti, entah ada aspal yang letaknnya diatas, warnanya putih, dan permukaannya halus. Wassalam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/19/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-83-sampai-keaspal.html 315 Topik 84: Kuntum Khaira Ummatin Bismillahirrahmanirrahim. Ada yang bertanya megenani QS 3:110, khususnya pada bagian "ukhrijat". Baiklah kita coba bahas, semampu saya ya... hehe... Ayatnya sbb: ْ ك ْنت ْم َخي َْر أ َّمة أ ْخر َج َاّلل َو َل ْو آ َمن َّ عن ْالم ْن َكر َوتؤْ منونَ ب َ َت للنَّاس تَأْمرونَ ب ْال َم ْعروف َوتَ ْن َه ْون َأ َ ْهل ْالكتَاب لَ َكانَ َخيْرا لَه ْم م ْنهم ْالمؤْ منونَ َوأ َ ْكثَرهم ْالفَاسقون Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Kita fokuskan pada 3 kata awal dulu, kemudian baru masuk ke kata "ukhrijat". Kuntum khaira ummatin. Secara letterleij, kata كنتم- berarti You were - atau "Kalian dulu adalah" Sama seperti kalau saya berkata كنت طفال- kuntu thiflan - I was a child (dulu saya anak-anak). Lihat kembali mengenai topik kaana, dimana kaana me-rofa'kan mubtada, dan menasabkan khobar. Mubtada (subjek) adalah Ana, jika digandeng dengan kaana, menjadi kuntu. Dan khobarnya adalah thiflun, jika digandeng dengan kuntu menjadi thiflan. 316 Kembali ke ayat, maka كنتم خير أمة khobarnya adalah : idhofah (kata majemuk) khairu ummatin. Karena harus manshub, maka menjadi khaira ummatin. Oke sekarang kata selanjutnya: أخرجت للناس Secara harafiah, artinya : dikeluarkan untuk manusia. Kata ukhrijat, adalah bentuk pasif dari KKT-1. KKA (Kata Kerja Asal) yaitu 3 huruf, خرج- kharija - yang artinya keluar. Sedangkan KKT-1, dibuat dengan menambahkan alif أخرج- akhraja yang artinya mengeluarkan. Nah ingat lagi rumus UA-UI, yaitu kalau ingin membentuk suatu Kata Kerja Lampau menjadi pasif, maka gunakan rumus UA, yaitu huruf pertama harokat U dan huruf sebelum terakhir harokat A. Huruf pertama alif harokat U, dan huruf sebelum terakhir (yaitu huruf ro) harokat A. Sehingga: AKHRAJA - mengerluarkan, berubah menjadi UKHRIJA - dikeluarkan Menjadi ukhrijat (ada ta sukun) karena dinisbatkan kepada khaira ummatin (kata yang muannats) TAFSIR 317 Kita mungkin bertanya, secara letterleij AQ mengakakan bahwa: Hai Umat Islam, dulu itu kamu umat terbaik yang dikeluarkan (dilahirkan) untuk manusia, dimana kamu senantiasa mengajak kepada kebaikan, dan mencegah kepada kemungkaran. Sekarang, pertanyaannya: kalau secara tatabasa kata kuntum, artinya "dulu kalian" atau past-tense, apakah artinya sekarang tidak berlaku lagi? Ada 2 jawabannya: 1. Secara bahasa, kata kaana (dulu dia adalah) tidak selalu artinya dulu, tapi bisa juga berarti senantiasa. Contohnya, di AQ banyak ayat yang menyebutkan sifat Allah dengan kata kaana: wa kaanalaahu 'aliiman ghafuuran : dan senantiasa Allah bersifat maha tahu dan maha pengampun. Sehingga jika dipakai kaidah ini pada ayat tsb, bisa juga di tarjamahkan: Senantiasa kalian umat muslim menjadi umat terbaik... dst 2. Ada juga yang menafsirkan bahwa, ayat tsb memang berlaku untuk masa datang, tetapi bisa dibawa ke masa depan asal, syarat dilakukan. Syaratnya yaitu dijelaskan diayat tsb, bahwa : Kalian akan jadi umat terbaik selama kalian melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar. Demikian kira-kira penjelasannya. Allahu a'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/25/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-84-kuntum-khairaummatin.html 318 Topik 84: Lam Yakun Alladzi Bismillahirrahmanirrahim. Pertanyaan dari Pak Amril tanggal 25/8/2008: Tolong di bahas ayat berikut ini dong, Lam yakunil .... dst. Yang artinya: Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (QS. 98:1). Saya kesulitan mengartikan "Lam Yakun" Kalau harfianya kan "Tidak akan menjadi(dia sedang/akan membuat menjadi jadi)" tapi kok susah banget nyambungin dengan terjemahan diatas? Insya Allah saya akan jawab semampunya. Memang urusan menarjamakan KAANA ini agak sedikit merepotkan di awalnya. Tapi kalau sudah terbiasa, akan dapat "feeling"nya, dalam menarjamah. LAM YAKUN لم يكن Secara harafiah, LAM sering diterjemahkan dengan "tidak" atau "belum". Sedangkan KAANA sering ditarjamahkan "adalah". Nah, saya menduga penanya menganggap YAKUN sama dengan KUN, yang artinya "menjadi". Seperti dalam kalimat KUN, FA YAKUUN (Jadilah! Maka menjadilah dia). 319 Sebenarnya tidak demikian. Kalau secara harafiah: kata KUN FAYAKUUN itu tarjamahnya: Menjadilah! Maka dia adalah. Hehehe... bingung kan? Oleh karena itu kadang, lebih "aman" kata KAANA itu dibayangkan saja dalam pikiran dengan sbb: seseorang/sesuatu menjadi pada kondisi tertentu diwaktu lampau (KAANA) atau di waktu sekarang (YAKUUNU). Sehingga, KUN FAYAKUUN, dapat dibayangkan: Jadilah! Maka benda itu menjadi dalam kondisi tertentu. Kalau kita lihat tashrif كانadalah: يكون- كان: kaana - yakuunu Kaana, yakuunu sendiri bisa ditarjamah dengan banyak cara: 1. Tidak ditarjamahkan 2. Ditarjamah dengan kata "dulu dia ...", atau "senantiasa dia" 3. Ditarjamah dengan kata "adalah" seperti: وكان هللا عليما حكيما- wa kaana Allahu 'aliiman hakiiman Bisa diterjemahkan: 1. Dan Allah Maha Tahu lagi Maha Adil 2. Senantiasa Allah Maha Tahu lagi Maha Adil 3. Adalah Allah Maha Tahu lagi Maha Adil Jika dilanjutkan, ke bentuk fi'il amr (perintah): berubah menjadi كن- kun : Jadilah (engkau)! Kalau patokan utama kita KAANA ditarjamah "adalah", maka bentuk perintah dari KAANA menjadi "Adalah!" atau "Senantiasalah!", yang 320 bisa diartikan sebagai perintah untuk menjadi ke dalam sesuatu kondisi. Oleh karena itu fi'il amr-nya (yaitu ) كن: selalu diterjamahkan "Jadilah!" 'Ala kulli haal, kata KAANA itu selalu menceritakan tentang kondisi atau situasi. Jadi kalau yang ditanyakan: Saya kesulitan mengartikan "Lam Yakun" Kalau harfianya kan "Tidak akan menjadi(dia sedang/akan membuat menjadi jadi)" tapi kok susah banget nyambungin dengan terjemahan diatas? Maka kalau mau diperhalus, dapat ditarjamah: tidak akan menjadi dalam kondisi sesuatu (dia). Nah kata (dia) ini perlu di curigai, apakah betul (dia) atau (mereka). Mengapa? Karena kata kerja dalam bahasa arab jika diawal kalimat tidak menggambarkan jumlah pelaku (selalu orang ke 3 tunggal). Contoh: المسلمون يذهبون: al-muslimuuna yadzhabuuna - Orang-orang muslim telah pergi. Kalau kata kerjanya kita kedepankan, maka kata kerjanya berubah menjadi orang ke 3 tunggal. يذهب المسلمون: yadzhabu al-muslimuuna - Orang-orang muslim telah pergi. Jadi dugaan dari Pak Amril: "Tidak akan menjadi(dia sedang/akan membuat menjadi jadi)" 321 masih kurang pas, karena kata yang dalam kurung (dia), semestinya dilihat dulu kedepan. Ternyata didepannya ada kata الذين: alladziina - mereka yang. Artinya kata YAKUN disini, walau secara individual merujuk kepada (dia - satu orang [he]), akan tetapi karena letaknya diawal kalimat, maka kita lihat dulu, kata kerja YAKUN ini menjelaskan kondisi siapa? Ternyata yang dijelaskan kondisi orang-banyak (mereka [they]). Maka lebih tepat YAKUN ini kita tarjamah: tidak akan mereka menjadi dalam kondisi tertentu. Lihat bahwa subjeknya adalah "mereka", bukan "dia". Nah, untuk memperhalus tarjamah kita, ingat lagi teori KAANA: Setiap ada KAANA, pasti (atau biasanya selalu) ada MUBTADA (subjek) dan KHOBAR (prediket) setelahnya. Kalau kita lihat ayatnya: لَ ْم يَكن الَّذينَ َك َفروا م ْن أ َ ْهل ْالكتَاب َو ْالم ْشركينَ م ْنفَكينَ َحتَّى تَأْتيَهم ْال َبينَة Maka Mubtada berawal dari alladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina. Itulah mubtada (subjek)nya. Lalu mana Khobar (prediket)nya? Prediketnya adlaah kata منفكين- munfakkiina : tercerai, terbuka, terlepas, terurai (Kamus Muh. Yunus). Akar kata dari منفكينadalah فك- fakka, yang artinya menanggalkan, melucuti, menceraikan (Kamus Muh. Yunus). Lalu mendapat imbukah alif nun, menjadi انفك- in fakka (LIHAT PEMBAHASAN KKT-6). Kata infakka ini artinya: tercerai, terbuka, terlepas, terurai. 322 Sebagai tambahan informasi untuk KKT-6, biasanya tarjamah KKT-6 ke bahasa kita mudahnya dengan menambah awalan ter-KataKerja. Contoh: كسر- kasara: pecah, maka انكسر- inkasara: terpecahkan (tidak sengaja pecah). Nah kata انفك- infakka ini jika diteruskan tashrifnya pada bentuk isim fa'il (pelaku) menjadi منفك- munfakki (orang yang terlepas, orang yang tercerai [dari suatu tempat / keadaan]). Dan karena bentuknya jamak maka menjadi munfakkina (orang-orang yang terlepas). Sehingga, jika di terjamahkan secara lengkap, dengan pemaknaan khobar dan mubtada yang sudah disusun ulang: Tidak akan menjadi dalam keadaan terlepas (dari keyakinannya) mereka - orang-orang kafir itu yaitu dari gologan ahli kitab dan orangorang musyrik, sampai datang kepada mereka al-bayyinah. Demikian kira-kira penjelasannya. Semoga dapat dimengerti. Allahu a'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 8/26/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-84-lam-yakunalladzi.html 323 Topik 85: Haram, Hurum, Ihram Bismillahirrahmanirrahim. Jawaban untuk pertanyaan Om Im. Kata Haram, Hurum, Ihram, Muhrim, Mahrum, Mahram, dst berasal dari akar kata yang sama, yaitu: حرم- haruma : menjadi terlarang Bagaimana bentuk perubahan, atau tashrifnya? Kata حرم- haruma, bentuk mudhory' (present tense) adalah يحرمyahrumu, dengan mashdar ada beberapa bentuk: حرم- hurmun , حرمhurumun, حرمة- hirmatun, dan حرام- haraamun. Semua ini artinya: menjadi terlarang. Nah, kata mashdar ( حرامharaam) ini yang sering dipadankan dengan sebagai lawan kata dari ( حاللhalaal) Contoh penggunaan kata kerja-nya: حرمت السحور على الصائم: harumat assahuuru 'alaa asshooimi (Sahur itu menjadi terlarang bagi yang berpuasa) حرمت المرأة على زوجها: harrumat al-mar-a-tu 'alaa zaujihaa (Wanita itu menjadi terlarang bagi suaminya) Sedangkan kata mashdar حرام- haraam, yang berarti "yang haram" adalah bentuk singular, dan bentuk pluralnya adalah حروم- huruum. Contohnya: االرضى الحرام- al-ardh al-haraam : tanah terlarang, tidak dikuasai, neutral zone 324 البيت الحرام- al-bayt al-haraam : rumah terlarang (Ka'bah), terlarang bagi non-muslim الشحر الحرام- asy-syahr al-haraam : bulan haram, terlarang berperang االشحر الحروم- al-asyhur al-huruum : bulan-bulan haram Kalau kita teruskan, maka kita dapatkan bentuk isim fa'ilnya (kata benda pelaku) adalah حارم- haarimun, dan isim maf'ulnya (kata benda objek) محروم- mahruum. Dan bentuk isim zaman (kata benda keterangan terjadinya perbuatan) atau isim makan (kata benda tempat terjadinya perbuatan) adalah محرم- mahram. Kata mahram ini artinya "terlarang", juga berarti "orang yang haram dinikahi". Jamaknya محارمmahaarim. KKT-1 Bentuk KKT-1 (kata kerja turunan ke 1), adalah: أحرم- ahrama : mengharamkan, dengan bentuk mudhory' يحرمyuhrimu, dan mashdarnya adalah إحرام: ihraam. Kata mashdar ihraam, ini arti asalnya adalah "hal pelarangan", atau "hal pengharaman". Kata ini, dipakai pada umumnya untuk menyebut: تكبيرة اإلحرام: takbiiratul ihraam Takbir "pengharaman": artinya dari takbir ini sholat dimulai, dan diharamkan melakukan yang membatalkan sholat. Kata اإلحرامihraam juga berarti menyengaja untuk memulai ibadah haji atau umrah. Di Al-Quran dikatakan, jika berhaji diharamkan (di-ihraamkan) perbuatan rafats (berkata kotor), fusuq (berbuat dosa), dan jidal (berbantah-bantahan). 325 Kalau kita teruskan bentuk KKT-1 ini maka kita akan bertemu dengan bentuk: محرم- muhrim (orang yang berihram), atau bisa juga menjadi isim fa'il dari kata ahrama, yang bisa berarti "sesuatu yang mengharamkan". KKT-2 Bentuk KKT-2 (kata kerja turunan ke 2), adalah: حرم- harrama : mengharamkan Secara fungsi mirip dengan KKT-1. Sedangkan perubahannya: mashdar: تحريم- tahriim : hal pengharaman isim fa'il: محرم- muharrim : yang mengharamkan isim maf'ul: محرم- muharram : yang diharamkan Kata muharram ini kemudian diambil jadi nama bulan, yaitu bulan pertama kalender Islam, yang mengharamkan terjadinya perang dalam bulan tsb. Sebenarnya masih banyak KKT berikutnya, tapi saya cukupkan 2 KKT saja, dan itupun kata bentukan dari dua macam KKT tsb juga banyak sekali. Semoga Om Im tidak bingung. Kalau iya, silahkan bertanya lagi. Wassalam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/25/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/11/topik-85-haram-hurumihram.html 326 Topik 86: Apa itu tashrif? Bismillahirrahmanirrahim. Istilah Nahwu Shorof sering diidentikkan dengan tatabahasa arab. Dunia seputar bahasa arab, sekurangnya meliputi tiga hal: nahwu, shorof, dan balaghoh. Nahwu membicarakan mengenai hukum-hukum huruf, kata, dan kalimat, dan bagaimana bunyi akhir dari sebuah kata. Sedangkan shorof membicarakan bagaimana perubahan bentuk suatu kata kerja dari bentuk past, present, dan perintah, dan perubahan bentuk kata kerja ke kata benda turunan, dan juga perubahan bentuk kata kerja sesuai pelaku dari perbuatan tsb. Sedangkan balaghoh membicarakan tentang keindakan suatu bahasa, atau lebih memperhatikan aspek sastra dari bahasa tsb. Inti sari nahwu adalah i'rob. Sedangkan intisari shorof adalah tashrif. I'rob إعربberasal dari 'arab عرب, sering disebut dengan "arabization" atau "peng-arab-an". Mengapa disebut "peng-arab-an"? Karena bahasa arab sangat kaya dengan perubahan bunyi akhir dari sebuah kata. Ambil contoh. أذهب إلى المسجد- adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid Kata "masjid" disini dibaca "masjidi". Kenapa bukan "masjidu", atau "masjida", atau "masjidun" atau bukan "masjidan", ataupun "masjidin"? Karena begitulah aturan nahwu-nya. Kalau kata masjid itu digunakan dalam kedudukan lain: المسجد كبير- al-masjidu kabiirun 327 Disini "masjid" dibaca, "masjidu". Tidak "masjidi", atau yang lainnya. Kenapa bisa begitu? Ya karena begitulah peraturan nahwu arabic fusha (tata bahasa Al-Quran). Terlihat bahwa, yang jadi fokus adalah cara membaca dari akhir kata, apakah berakhiran, "u" -- seperti "masjidu", atau "i" -- seperti "masjidi". Ini lah yang kita sebut dengan i'rob (arabization). Shorof Mengetahui i'rob belum cukup. Kita harus mengetahui shorof. Shorof ini menjelaskan perubahan bentuk kata kerja. Seperti: أذهب إلى المسجد- adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid Disini digunakan kata أذهب- adzhabu untuk menekankan bahwa pekerjaan "pergi" itu belum selesai. Jika sudah selesai, maka kata kerja adzhabu berubah jadi dzahabtu. ذهبت إلى المسجد- dzhabtu ilal masjidi : saya sudah pergi ke masjid Ada lagi perubahan dari kata kerja ke kata benda. Contoh: ذهب- dzahaba : pergi --> kata kerja ذاهب- dzaahibun : orang yang pergi --> kata benda Nah perubahan dari bentuk adzhabu ke dzahabtu inilah yang dibahas oleh Shorof. Demikian juga perubahan dari kata kerja ke kata benda ini juga dibahas dalam Shorof. Dua hal ini (perubahan kata kerja past ke present, dan, perubahan kata kerja ke kata benda) disebut dengan Tashrif Ishtilahi. 328 Shorof, juga membahas perubahan bentuk kata kerja jika pelakunya berubah. Seperti dalam contoh sebelumnya, untuk pelaku "kami". ذهبنا إلى المسجد- dzhabnaa ilal masjidi : Kami sudah pergi ke masjid Perubahan yang seperti ini disebut Tashrif Lughowi (perubahan kata kerja karena berubahnya pelaku). Demikian sepintas tentang pembahasan, apa itu tashrif. Wallahu a'lam. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 11/26/2008 http://arabquran.blogspot.com/2008/11/topik-86-apa-itu-tashrif.html 329 Video Pelajaran Bahasa Arab Saya baru saja menemukan video pelajaran bahasa Arab lengkap dengan buku text book (dari Madinah Islamic University). Hanya saja video pelajaran ini disampaikan dalam bahasa Inggris. Akan tetapi tutornya menjelaskan dengan sangat pelan sehingga, Insya Allah mudah dicerna. Silahkan visit link berikut: http://www.kalamullah.com/learning-arabic.html Video Pelajaran Bahasa Arab Untuk melihat Video (DVD), pilih buku yang akan dipakai misal buku-1, lalu pilih seri Video yang akan ditampilkan. Dalam page ini juga dapat di download Kamus Arab - English dengan cukup lengkap. Semoga bermanfaat. Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 9/16/2005 http://arabquran.blogspot.com/2005/09/ringkasan-diskusi-hari-initanggal-16.html 330 331