masyarakat nelayan kampung tambak rejo desa

advertisement
MASYARAKAT NELAYAN
KAMPUNG TAMBAK REJO DESA TANJUNG MAS
SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas harian Mata Kuliah Sosiologi Terapan
Dosen Pengampu: Dr. Thrywati Arsal
disusun oleh:
Ika Nofita Nurhayati
3401413089
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah.
Letak wilayah Indonesia yang berada di garis khatulistiwa juga membuat alam Indonesia
tumbuh subur makmur. Indonesia terbagi dalam dua kategori kewilayahan yaitu perairan dan
daratan. Jumlah perairan berkali-kali lipat dari daratan. Oleh karena itu, perairan merupakan
salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.
Mata pencaharian masyarakat Indonesia biasanya akan mengikuti atau menyesuaikan
dengan dimana ia tinggal. Misalnya di daerah pegunungan maka ia akan memilih bekerja di
ladang atau membuat perkebunan. Dari perkebunan itupun dibedakan lagi berdasarkan jenis
tanaman. Begitu pula yang terjadi di wilayah pantai. Biasanya mereka juga akan mencari
nafkah dengan memanfaatkan laut yaitu dengan bekerja sebagai nelayan.
Dalam ilmu sosiologi, akan mempelajari berbagai macam spesialisasi-spesialisasi yang
terdapat dalam sosiologi. Salah satu dari spesialisasi tersebut adalah sosiologi pedesaan
nelayan. Dalam sosiologi pedesaan nelayan akan dijelaskan bagaimana pola hidup, interaksi
dan lain-lain di wilayah pedesaan nelayan.
Pada kenyataannya, mahasiswa atupun masyarakat pada umumnya tidak mengetahui
akan adanya hal tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis bermaksudud
memaparkan tentang masyarakat nelayan, dan pada khususnya adalah masyarakat nelayan di
Kampung Tambak Rejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan masyarakat nelayan?
b. Bagaimana gambaran mengenai Kampung Tambak Rejo?
c. Bagaimana kondisi sosial masyarakat kampong Tambak Rejo?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masyarakat nelayan.
b. Untuk mengetahui gambaran Kampung Tambak Rejo
c. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat Tambak Rejo.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Desa Nelayan dan Masyarakat Nelayan
Desa nelayan adalah desa yang biasanya terletak di dekat laut atau garis pantai, danau,
rawa dan daerah perairan yang lainnya. Umumnya para penduduk di desa nelayan bekerja
sebagai nelayan baik itu di laut maupun di tambak. Sangat jarang dari mereka yang memiliki
pekerjaan selain nelayan, atau bahkan tidak memiliki keahlian untuk mendapatkan pekerjaan
yang lain.
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut.
Masyarakat nelayan sangat menggantungkan hidupnya pada kondisi laut, karena dapat
dikatakan jika mereka hidup karena adanya laut. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat
yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan
penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.
2.2 Kampung Tambak Rejo Kelurahan Tanjung Mas
Kelurahan Tanjung Mas merupakan suatu kelurahan yang terdapat di sepanjang pantai
utara atau Pantura. Nama kelurahan tersebut sama persisi dengan pelabuhan yang ada di
Semarang, karena memang lokasinya yang sangat dekat dengan Pelabuhan Tanjung Mas
Semarang. Kelurahan Tanjung Mas terbagi lagi menjadi empat kampung. Masing-masing
kampong tersebut dibatasi oleh sebuah sungai yang mengalir laut. Jumlah penduduk yang ada
di wilayah Tanjung Mas ini kurang lebih sebanyak 2.100 jiwa.
Salah satu kampung yang terdapat di Kelurahan Tanjung Mas ialah Kampung Tambak
Rejo. Lokasi kampong Tambak Rejo berada sekitar satu kilometer dari titik pelabuhan,
tepatnya di sebelah kampong Tambak Lorok. Dapat ditempuh sekitar lima belas menit dari
pelabuhan jika menggunakan sepeda motor. Kampong Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas
Kota Semarang, Secara geografis dikelilingi oleh perairan. Bagian utara berbatasan langsung
dengan laut Jawa. Pada sisi timur dibatasi dengan Banjir Kanal Timur dan Sungai
Banger. Sedangkan di sisi barat dibatasi oleh Sungai Mati (buntu). Data topografi desa
memperlihatkan dari 52,8 Ha luas wilayah Tambakrejo, sekitar 20 Ha adalah kawasan
permukiman dan sisanya merupakan kawasan perairan seperti sungai dan tambak.
Kampong tambak rejo adalah RW XVI dari kelurahan Tanjung Mas. Kampung yang
langsung berbatasan dengan laut ini terdiri atas lima RT. Jumlah penduduk Kampung Tambak
Rejo adalah sekitar 416 jiwa, dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk RT 01 sebanyak 89 jiwa
b. Jumlah penduduk RT 02 sebanyak 100 jiwa
c. Jumlah penduduk RT 03 sebanyak 70 jiwa
d. Jumlah penduduk RT 04 sebanyak 67 jiwa
e. Jumlah penduduk RT 05 sebanyak 80 jiwa
Dahulu wilayah Kampung Tambak Rejo sangat luas, khususnya wilayah yang dijadikan
tambak. Jarak antara kampong dengan pantai adalah sekitar 1,5 kilometer. Kampung yang
tidak begitu luas ini diberi nama Kampung Tambak Rejo karena pada awalnya daerah ini
banyak terdapat tambak yang diharapkan mampu menjadi jaya dan maju dengan hasil alam
yang melimpah ruah. Namun, karena adanya abrasi sekitar tahun 2005 hingga tahun 2009
maka tambak-tambak yang semula ada termakan oleh gelombang air laut sehingga tambak
tersebut kini berubah menjadi laut. Kini tambak-tambak yang terdapat di Kampung Tambak
Rejo hanya sedikit sekali, bahkan tidak terlihat bahwa itu adalah sebuah tambak. Sisa tambak
tersebut hanya berupa bambu-bambu yang ditancapkan ke perairan melingkar dan di
kelilingnya dipasang jaring.
Abrasi yang terjadi pada waktu itu sangat berpengaruh terhadap masyarakat Kampung
Tambak Rejo. Tambak yang merupakan salah satu mata pencaharian sebagian besar
masyarakat ini telah hancur dan tidak dapat berfungsi seperti dahulu. Abrasi tersebut terjadi
karena pengerukan tanah yang di lakukan oleh pelabuhan.
Pendidikan nampaknya telah menjadi prioritas bagi masyarakat Kampung Tambak Rejo.
Apalagi di kampong ini sering menjadi tempat KKN dan tidak sedikit pula mahasiswa yang
melakukan penelitian di kampong ini. Selain itu, Kampung Tambak Rejo merupakan salah satu
kampong yang memperoleh bantuan CSR (Coorporate Social Responsibility) dimana program
tersebut merupakan kerjasama antara Pertamina dan Universitas Negeri Semarang. Oleh karena
itu, secara tidak langsung hal tersebut telah membuat beberapa orang tua memiliki semangat
untuk dapat menyekolahkan anak mereka ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Tambak Rejo bervariasi tergantung dari
usianya. Rata-rata tingkat pendidikan yang dimiliki oleh kaum muda adalah lulusan SMA.
Namun bagi para orang tua hanya mengenyam pendidikan hingga SD atau bahkan tidak lulus
SD. Di Kampung Tambak Rejo sendiri sangat jarang dijumpai lembaga pendidikan. Lembaga
pendidikan berada cukup jauh dari kampong. Lembaga pendidikan yang ada di sekitar Desa
Tambak Rejo hanyalah PAUD. Sedangkan untuk tingkat SD, SMP, dan SMA tidak ditemukan
di kampung ini. Jarak ke SMP terdekat ialah kurang lebih satu kilometer.
Sebagian besar masyarakat Kampung Tambak Rejo berprofesi sebagai nelayan. Hal
tersebut tentu karena letak wlayahnya yang berada di pesisir atau dekat laut. Akan tetapi,
nelayan yang terdapat pada masyarakat Tambak Rejo ini masih bersifat kecil atau nelayan
individu. Rata-rata setiap kepala keluarga memiliki perahu kecil yang mereka gunakan untuk
melaut. Keadaan laut di sekitar Tambak Rejo dapat dikatakan kurang menghasilkan. Ikan-ikan
jarang ditemukan di wilayah ini. Biasanya hanya udang kecil, ikan kecil dan sebagainya. Demi
mendapatkan hasil yang lebih, bahkan beberapa nelayan Kampung Tambak Rejo ini pernah
melaut sampai ke Kaliwungu, Kendal hingga ke Jepara. Meskipun perahu-perahu mereka kecil,
namun telah dilengkapai dengan mesin dan peralatan melaut lainnya. Sebagian besar para
nelayan membeli perahu-perahu yang mereka gunakan dari daerah Demak. Hal itu juga
disebabkan karena rata-rata nelayan yang ada di Kampung Tambak Rejo ini merupakan
pendatang dari Demak. Di Kampung Tambak Rejo sendidri sangat jarang ditemui penduduk
asli yang berprofesi sebagai nelayan. Jikapun ada penduduk yang merupakan keturunan asli
Desa Tambak Rejo, mereka sudah berusia lanjut.
Para pemuda di Kampung Tambak Rejo biasanya ikut orang tuanya pergi melaut.
Namun, jika tidak melaut mereka hanya menganggur di rumah karena tidak memiliki keahlian
khusus. Mereka mempelajari bagaimana tata cara menangkap ikan dan lain sebagainya. Akan
tetapi, pemuda yang berpendidikan SMA rata-rata bekerja di pabrik-pabrik yang teletak di luar
kampung ini. Selain itu,mereka juga bekerja di pelabuhan.
Istri-istri para nelayan di kampong Tambak Rejo rata-rata menjadi ibu rumah tangga.
Akan tetapi, terdapat beberapa titik tempat para istri nelayan berkumpul. Disana mereka
mencari kesibukan yang tentu saja dapat membantu menopang ekonomi keluarga. Biasanya
mereka mengolah hasil tangkapan yang berupa udang kecil dan ikan-ikan kecil. Udang asil
tangkapan tersebut akan dijadikan terasi sedangkan ikan-ikan kecil biasanya akan dijadikan
ikan asin. Akan tetapi, pekerjaan ini tidak bisa dilakukan setiap hari, melainkan hanya di
waktu-waktu tertentu. Pekerjaan pembuatan trasi ini merupakan usaha pribadi yang dimiliki
oleh individu tertentu. Akan tetapi dalam satu tempat produksi tersebut biasanya berisi
beberapa ibu-ibu. Ketika pesanan terasi sedang banyak, para istri dari para nelayan ikut
dipekerjakan agar mencapai target pesanan yang telah diterimanya. Dapat dikatakan para istri
nelayan bekerja atau tidak tergantung dari pemasaran terasi. Rata-rata terasi produksi ibu-ibu
istri nelayan ini belum dipasarkan keluar kota atau daerah lainnya karena belum memiliki
label.
Pola pemukiman masyarakat Kampung Tambak Rejo ialah memanjang mengikuti aliran
sejenis sungai yang bermuara di laut dan mengikuti jalan. Sedangkan model atau bentuk rumah
yang terdapat di wilayah Kampung Tambak Rejo rata-rata memiliki ketinggian yang tidak
cukup tinggi atau bisa dikatakan relatif rendah jika dibandingkan dengan model rumah di
wilayah yang lainnya. Ketinggian rumah di Kampung Tambak Rejo hanya berkisar antara 1
hingga 2 meter saja. Bentuk rumah seperti ini disebabkan karena adanya peninggian tanah.
Selain itu Bapak Kesiono, salah seorang warga masyarakat Kampung Tambak Rejo
menuturkan adanya 2 pilihan bagi masyarakat Kampung Tambak Rejo yaitu merendahkan
jalan setapak di depan rumah mereka atau memilih merendahkan rumah mereka. Masyarakat
Kampung Tambak Rejo lebih memilih untuk merendahkan ketinggian rumah mereka. Alasan
mereka memilih untuk merendahkan ketinggian rumah mereka adalah untuk mencegah adanya
ROB atau luapan air laut memasuki rumah penduduk. Dengan jalan setapak yang lebih
tinggi,maka luapan air laut atau ROB tidak masuk rumah mereka.
Infrastruktur yang terdapat di Kampong Tambak Rejo dapat dikatakan belum cukup baik.
Jalanan yang ada di Kampung Tambak Rejo masih menggunakan tanah, sehingga ketika turun
hujan akan sangat susah untuk dilewati. Jalan penghubung ke wilayah lain seperti Tambak
Lorok dan sekitarnya juga relatif jauh karena harus memutar jalan yang tentu saja akan
memakan waktu cukup lama. Begitupula dengan pusat kegiatan ekonomi yang berupa pasar.
Di Kampung Tambak Rejo tidak terdapat pasar. Jika masyarakat akan ke pasar, maka harus ke
kampong sebelah yaitu Kampung Tambak Lorok. Akan tetapi, pasaryang ada di Kampung
Tambak Lorok tersebut sangat kotor dan tidak beraturan.
Seperti wilayah pesisir lainnya, udara di Kampung Tambak Rejo sangat panas. Selain itu,
bau yang ada di sana juga cukup membuat pusing di kepala jika belum terbiasa di wilayah
yang seperti itu. Aroma amis dan terasi sangat jelas terasa di Kampung Tambak Rejo.
Kambing-kambing yang dipelihara namun dibiarkan berkeliaran juga menambah aroma yang
kurang sedap di wilayah ini. Kambing-kambing tersebut dibiarkan berkeliaran mencari makan,
sehingga kotoran kambing pun berada di mana-mana. Akan tetapi,kambing-kambing tersebut
bukan milik masyarakat Tambak Rejo, melainkan milik masyarakat di luar Kampung Tambak
Rejo.
2.3 Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung Tambak Rejo
Pada umumnya masyarakat pesisir memiliki mata pencaharian yang berhubungan dengan
laut. Begitupun yang terjadi dengan masyarakat di Kampung Tambak Rejo. Masyarakat
menggantungkan hidupnya dari kondisi laut. Terkadang masyarakat mendapatkan hasil yang
cukup banyak, namun sering pula para nelayan tidak mendapatkan hasil. Hal tersebut
tergantung pada kondisi laut dan cuaca. Selain itu, harga bahan bakar yang digunakan untuk
mesin perahu juga mahal serta dibatasinya jam pembelian bahan bakar.
Berdasarkan informasi dari Bapak Juremi, seorang warga masyarakat Kampung Tambak
Rejo, perbandingan jumlah masyarakat yang menjadi nelayan dan yang bekerja di darat adalah
sebagai berikut:
1. RT 01 RW XVI: terdiri dari 60% Nelayan dan 35% bekerja di daratan
2. RT 02 RW XVI: terdiri dari 25% Nelayan dan 75% bekerja di daratan
3. RT 03 RW XVI: terdiri dari 50% Nelayan dan 50% bekerja di daratan
4. RT 04 RW XVI: terdiri dari 75% Nelayan dan 25% bekerja di daratan
Dari informasi tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa mata pencaharian penduduk
Tambak Rejo sebagian besar adalah nelayan.
Kehidupan nelayan di Kampung Tambak Rejo dapat dikatakan sebagai nelayan yang
sudah bersifat modern. Para nelayan biasanya berangkat melaut pada pukul 6 sore, dan pulang
pada pukul 4 pagi. Akan tetapi, berdasarakan penuturan dari Bapak Kesiono, seorang nelayan
di Kampong Tambak Rejo, para nelyan bebas berangkat pada siang maupun malam hari. Hal
tersebut tergantung pada kemauan si nelayan. Tidak ada jadwal pemberangkatan nelayan
ataupun yang lainnya. Biasanya ada pula nelayan yang berangkat di siang hari. Jadi tidak
terdapat penjadwalan pemberangkatan melaut. Pada masyarakat Kampung Tambak Rejo, tidak
lagi menggunakan ritual-ritual seperti yang ada di masyarakat Jawa pada umumnya. Pada
kebanyakan masyarakat yang ada di Jawa, biasanya akan memilih hari baik dan hari tidak baik
untuk melakukan sesuatu hal, meskipun itu pekerjaan sekali pun. Selain itu, mereka juga akan
menggunakan sesaji yang dibawa melaut atau diberikan ke laut sebagai permintaan
keselamatan bagi nelayan. Namun yang terjadi di kampong Tambak Rejo tidak seperti itu.
Nelayan yang akan pergi melaut hanya membawa peralatan yang dibutuhkan saja seperti jala,
jaring, bahan bakar dan perbekalan selama melaut. Rata-rata hasil tangkapan nelayan di
kampong Tambak Rejo adalah udang dan ikan. Udang dan ikan hasil tangkapan ini nantinya
dijual atau dilelang di TPI (Tempat Pelelangan Ikan).
Interaksi yang terjalin di Kampung Tambak Rejo masih sangat kental. Berdasarkan
penuturan dari Ibu Rumyati, di Kampung Tambak Rejo sering diadakan pertemuan-pertemuan
atau kumpulan RT bagi bapak-bapak pada hari jumat. Untuk para ibu-ibu biasanya akan
mengadakan tahlilan pada hari senin. Hal tersebut juga bertujuan untuk lebih dekat dengan
tetangganya. Untuk para pemuda terdapat pula organisasi karang taruna.
Seperti masyarakat pada umunya, di dalam Tambak Rejo ini memiliki lembaga-lembaga
sosial yang berkembang dalam desa tersebut. Lembaga-lembaga yang ada akan sangat
membantu masyarakat dalam hal-hal tertentu. Salah satu lembaga yang ada di kampong
tambak Rejo adalah KUB. KUB atau Kelompok Usaha Bersama adalah sejenis perkumpulan
nelayan-nelayan yang didalamnya dikoordinir oleh seorang ketua kelompok. KUB berfungsi
untuk menjalin hubungan atau mendekatkan denagn sesame nelayan dan menjalin
solidaritasantar para nelayan. Selain itu, KUB juga memberikan semacam bantuan baik
materiil maupun non materiil kepada anggota kelompoknya. KUB yang terdapat dalam setiap
wilayah di kecamatan Tanjung Mas merupakan usaha bersama yang dikelola oleh masyarakat,
dan setiap KUB tersebut biasanya memiliki kajian dan konsentrasi yang berbeda-beda. KUB
ini bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat dari adanya usaha bersama tersebut.
Salah satu KUB yang ada di Kampung Tambak Rejo adalah adanya KUB Samudra Rejo
yang diketuai oleh Bapak Yayen yang sekaligus menjabat sebagai kepala RT di wilayah Desa
Tambak Rejo RT 04 RW XVI. Berdasarkan informasi dari Bapak Yayen, ketua KUB Samudro
Rejo, ada empat KUB yang beradadi Kampung Tambak Rejo, yaitu:
1. Di wilayah RT 01 RW XVI yaitu KUB Samudra Jawa yang diketuai oleh Bapak Abdul
Rokhah.
2. Di wilayah RT 02 RW XVI yaitu KUB Mandiri yang diketuai oleh Bapak Suratno.
3. Di wilayah RT 03 RW XVI yaitu KUB Bina Laut yang diketuai oleh Bapak Sunarjo.
KUB Bina Laut ini dibawah naungan Dinas Pertanian KotaSemarang.
4. Di wilayah RT 04 RW XVI yaitu KUB Samudro Rejo yang diketuai oleh Bapak Yayen.
Sebagai salah satu kampong yang menjadi tempat mahasiswa KKN dan penelitian ini
tentu saja membuat sikap yang berbeda dari masyarakat Kampung Tambak Rejo. Masyarakat
Kampung Tambak Rejo dapat dikatakan sebagai masyarakat yang berkembang. Masyarakat
Kampung Tambak Rejo sangat terbuka dengan yang namanya perubahan dan masukan ataupun
hal-hal baru dari luar desa tersebut. Hal itu terbukti dengan banyaknya program-program
pemberdayaan yang berasal dari instansi-instansi di luar desa tersebut yang masuk dan
berkembang dalam daerah tersebut. Salah satu instansi yang berhasil masuk dan diterima oleh
masyarakat Desa tambak Rejo adalah Pertamina.
Dengan adanya abrasi pada tahun 2005 hingga tahun 2009, Pertamina mengeluarkan
program-program yang salah satunya diberikan ke Kampung Tambak Rejo. Program CSR
(corporate SocialResponsibility) diberikan oleh Pertamina kepada Kampung Tambak Rejo.
Program ini bertujuan untuk memajukan masyarakat nelayan karena sumber daya manusia
nelayan yang sulit pada waktu itu. Program CSR yang diberikan oleh Pertamina kepada
Kampung Tambak Rejo menyangkut empat bidang, yaitu:
1. Bidang Ekonomi
2. Bidang Pendidikan
3. Bidang Kesehatan
4. Bidang Infrastruktur
Kemudian pada tahun 2011, setelah adanya program CSR yang masuk ke dalam
Kampung Tambak Rejo, Universitas Negeri Semarang meninjau program yang diusung oleh
Pertamina. UNNES memandang bahwa program tersebut kurang menekankan pada satu aspek
yaitu aspek lingkungan. Akhirnya pada tahun 2011 Pertamina menjalin kerjasama dan
emnggandeng UNNES dalam program-programnya. Untuk lingkungan dari pihak UNNES
dibina oleh Ibu Nana, dosen biologi Universitas Negeri Semarang. Setelah adanya kerjasama
dari pihak Pertamina dan UNNES ini, program-program tersebut bertambah menjadi lima
bidang yaitu bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang lingkungan dan
bidang infrastruktur.
Dalam bidang ekonomi, wujud dari program CSR yang bekerja sama dengan UNNES ini
bertujuan untuk emningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Kampung Tambak Rejo.
Program-program di bidang ekonomi tersebut antara lain:
1. Pendirian TPI yang bertujuan untuk mengelola hasil tangkapan nelayan
TPI Kampung Tambak Rejo yang didirikan oleh Pertamina dan UNNES berada di dekat
pasarTambak Lorok. Pendirian TPI ini bertujuan untuk memudahkan paranelayan dalam
memasarkan hasil tangkapannya.
2. Pendirian tempat pengelolaan telur asin, telur bebek dan ikan
Di Kampung Tambak REjo juga diberikan pelatihan-pelatiahan dalam pembuatan telur
asin, pengelolaan ikan yang bertujuan untuk menambah penghasilan masyarakat
Kampung Tambak Rejo.
3. Produksi terasi
Produksi terasi merupakan salah satu pekerjaan bagi ibu-ibu di Kampung Tambak Lorok.
Oleh karena itu, Pertamina dan UNNES juga memberikan bantuan dalam memproduksi
terasi berupa mesin giling. Mesin giling tersebut sangat bermanfaat dalam memproduksi
terasi. Akan tetapi, pemasaran terasi belum menjadi hal yang diprogramkan dari CSR.
4. Pendirian beli tanah,
5. Pengembangan kambing etawa yang terdapat di sekitar pos pemantauan pelayaran
Dalam bidang pendidikan, dapat dilihat dengan didirikannya PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini) di Kampung Tambak Rejo. Namun kendala yang dihadapi dalamprogram
pendidikan tersebut adalah tidak tersedianya pengajar di PAUD tersebut. Biasanya yang
menjadi pengajar adalah masyarakat dari Kampung Tambak Rejo sendiri yang tidak memiliki
pendidikan cukup dalam hal mengajar. Selain itu, ketika ada program KKN dari perguruan
tinggi biasanya akan membantu mengajar. Untuk saat ini, ada maasiswa IKIP yang setiap sore
membantu mengajar anak-anak di PAUD. Selain itu, ada pula SD Islam bin Amal yang
dalampengajarannya memberikan pengetahuan dari nol.
Dalam bidang kesehatan, program yang diberikan adalah mendirikan pusat kesehatan,
memberikan penyuluhan-penyuluhan dalam bidang kesehatan. Dalam bidang infrastruktur
antara lain perbaikan jalansetapak dan sebagainya.
Dalam bidang lingkungan ialah penyuluhan tentang pentingnya pohon mangrove di
daerah pantai. Output dari program dalam bidang lingkungan ini adalah adanya komunitas
CAMAR. Nama CAMAR merupakan kepanjangan Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun.
Komunitas CAMAR ini juga merupakan binaan dari Pertamina yang bekerja sama UNNES.
Untuk pihak UNNES sendiri adalah dibina oleh Bu Nana, seorang dosen Biologi UNNES yang
kemudian bekerja sama dengan LP2M UNNES dalam pengembangan pohon mangrove.
Beberapa mahasiswa asuhan Ibu Nana juga dikerahkan untuk membantu terlaksananya
program CSR. Program terbaru adalah adanya pembibitan cemara laut. Untuk hal ini diadakan
BIMTEK yaitu sebuah penyuluhan untuk belajar penanaman dan perawatan cemara laut.
Komunitas Cama didirikan pada tanggal 2 Desember 2011. Tujuan didirikannya
komunitas ini adalah untuk memajukan masyarakat karena SDM masyarkat nelayan masih
rendah sehingga muncul binaan dari Pertamina yang bekerja sama dengan Unnes. Komunitas
CAMAR diketuai oleh Bapak Juremi. Pada awal pendirian komunitas CAMAR anggotanya
berjumlah 22 orang. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, beberapa orang anggota
keluar sehingga yang tersisa saat ini sejumlah 8 orang anggota. Tidak ada aturan-aturan yang
mengikat dari CAMAR, baik dalamhal keanggotaan maupun yang lainnya. Tidak ada paksaan
dalam keikutsertaan sebagai anggota komunitas CAMAR. Selain itu, setelah masuk dalam
komunitas ini pun tidakada larangan untuk keluar, berhenti, dan masuk kembali. Semua
kegiatan dan keanggotaan yang terdapat pada komunitas CAMAR dilaksanakan secara
sukarela dari individu yang memiliki kepentingan bersama untuk merawat lingkungan.
Beberapa alas an masyarkat mengundurkan diri antara lain karena mereka tidak mendapatkan
keuntungan apapun dari keikutsertaan komunitas ini, khususnya dalam bidang ekonomi.
Sesungguhnya dalam keanggotaan CAMAR ini, terdapat dua peran yang harus dilakukan oleh
anggotanya yaitu peran sebagai kepala rumah tangga yang wajib untuk mencari nafkah dan
peran sebagai anggota CAMAR untuk menjaga lingkungan sekitar Desa Tambak Rejo.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kampung Tambak Rejo merupakan salah satu kampong yang masuk wilayah
Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara yang memiliki penduduk kurang lebih berjumlah
416 jiwa. Kampong Tambak Rejo berada di pesisir sehingga mayoritas para penduduknya
bekerja sebagai nelayan. Nelayan yang ada di Kampung Tambak Rejo merupakan nelayan
yang sederhana, hanya mengandalkan mesin dan anya tergantung pada alam. Pola pemukiman
di Kampung Tambak Reo adala memanjang sepanjang aliran sungai yang akan bermuara di
laut. Hubungan atau interaksi yang terjalin pada masyarakat Kampung Tambak Rejo masih
kental. Tingkat pendidikan pada masyarakt ini juga bisa dikatakan tidak begitu rendah.
Kampung Tambak Rejo merupakan salah satu kampong yang memperoleh bantuan dari
pertamina yang bekerja sama dengan UNNES dalam program CSR (corporate social
responsibility) yang membantu dalam berbagai bidang kehidupan. Program tersebut bertujuan
untuk menaikan kesejahteraan hidup masyarakat Tambak Rejo.
3.2 Saran
Berdasarakan data di atas maka saran yang diberikan oleh penulis adalah masyarakat
Tambak Rejo harus benar-benar memanfaatkan bantuan tersebut sebaik mungkin agar tujuan
utama pemberian bantuan tersebut tercapai. Selain itu, masyarakat jugaharus menjaga
keseimbangan laut agar bisa tetapbertahan hidup dengan mengandalkan laut.
Lampiran Dokumentasi
Pola pemukiman memanjang mengikuti aliran sungai
Sisa tambak yang terlihat saat ini
Perahu yang digunakan untuk melaut
Terasi hasil produksi para istri nelayan
Pembibitan Mangrove
Bantuan mesin giling dari program CSR
pembibitan cemara laut
ayam sebagai hewan peliharaan
kambing dibiarkan berkeliaran
kelompok CAMAR binaan Pertamina dan UNNES
penjemuran ikan hasil tangkapan
anggota kelompok CAMAR
Download