BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rongga mulut terdapat jaringan keras dan jaringan lunak. Lidah merupakan organ otot yang bergerak yang terletak di dalam rongga mulut dan setengahnya lagi terletak di oropharinx. Bentuk anatomis lidah dengan banyak papilla dan adanya fisura di bagian tengah, serta letak anatomisnya, menyebabkan banyak sekali bakteri bersembunyi di bagian dorsal. Lebih dari 100 bakteri ditemukan melekat pada setiap sel epitel terlepas yang ada di permukaan dorsal lidah, dan salah satu bakteri tersebut adalah golongan Streptococcus.1 Bakteri yang menimbulkan karies gigi adalah Streptococcus sp, diantaranya adalah Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, Streptococcus viridians, Peptostreptokokus yang menrupakan bakteri penghuni mulut dan penyebab utama karies gigi.2 Streptococcus adalah golongan bakteri yang heterogen. Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Beberapa diantara golongannya merupakan anggota flora normal pada manusia. Dua puluh spesies termasuk Streptococcus pyogenes, Streptococcus agalactiae, dan Enterokokkus, digolongkan berdasarkan kombinasi sifatnya.2 Streptococcus merupakan suatu spesies yang mendominasi komposisi bakteri dalam plak. Bakteri ini merupakan mikroflora normal rongga mulut yang harus mendapat perhatian khusus karena kemampuannya membentuk plak dari sukrosa, melebihi jenis bakteri lainnya.1 Penting bagi seseorang untuk membersihkan mulut setelah makan. Menyikat gigi merupakan perawatan esensial untuk kesehatan mulut, namun ada beberapa perawatan tambahan lain yang perlu dilakukan sendiri di rumah sebagai bagian dari pemeliharaan rutin, membersihkan lidah adalah salah satu diantaranya. Membersihkan lidah terbukti efektif mengurangi bau mulut. Namun,juga dapat dengan menggunakan sikat gigi untuk menyikat lidah bagian tengah dan belakang, yang merupakan tempat utama berkumpulnya mikroba.1 Tindakan pembersihan lidah dapat mengurangi halitosis. Selain itu juga dapat mengurangi sebagian bakteri yang berperan dalam penyakit periodontal dan penyikatan serta pengerukan lidah. Tidak hanya membersihkan lidah, tetapi juga mengaktifkan kelenjar saliva. Dengan adanya pembersihan lidah, dapat melindungi dari infeksi tenggorokan dan mulut. Kebiasaan membersihkan lidah secara sempurna dan dilakukan secara rutin merupakan bagian dari prosedur perawatan kesehatan mulut sehari-hari di rumah dan efektif serta terbukti dapat mengurangi halitosis. Penyikatan gigi disertai pembersihan lidah banyak mengurangi kadar Volatile Sulfur Compounds (VSC). Pembuangan plak gigi dengan penyikatan saja hanya mengurangi halitosis kurang dari separuh dibandingkan dengan melakukan penyikatan gigi disertai penyikatan atau pengerukan lidah.3 Oleh karena itu diharapkan prosedur 2 pembersihan lidah dapat dijadikan rutinitas sehari-hari sama seperti menyikat gigi. 1,3,4 Pembersihan lidah sangat penting perannya dalam hubungan nya dengan koloni Streptococcus yang terdapat pada lidah yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada rongga mulut.3 Beberapa tahun terakhir telah bermunculan berbagai cara dan alat untuk membersihkan lidah. Konsepnya sangat masuk akal dan sangat sederhana yaitu orang-orang yang berpedoman untuk selalu mencegah seharusnya hanya perlu menyertakan sedikit demi sedikit usaha untuk membersihkan lidahnya dalam rutinitas membersihkan mulutnya. Tongue scraper merupakan salah satu jenis pembersih lidah yang telah dirancang khusus untuk membersihkan lidah. Tongue scraper dirancang sesuai bentuk anatomi lidah, dan dioptimalkan untuk mengangkat lapisan plak, serta lebih efektif membersihkan permukaan lidah. Instrumen untuk membersihkan lidah terdiri dari potongan plastik atau metal seperti tali yang digenggam dengan satu tangan dan menggores secara berseberangan pada permukaan lidah, pisau plastik seperti alat pencukur atau penggaruk untuk menggores permukaan lidah atau sikat kecil, hingga alat berbentuk bundar dengan sebuah pegangan untuk menggaruk permukaan lidah. Selain menggunakan tongue scraper, permukaan lidah dapat dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi. Tidak semua juga masyarakat membersihkan lidah dengan menggunakan tongue scraper, sebagian orang menggunakan sikat gigi mereka untuk membersihkan lidah mereka.3 3 Oleh karena itu penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah yang dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah “ Bagaimanakah perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper”. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper. 2. Tujuan khusus - Untuk mengetahui jumlah koloni Stretococcus pada lidah. - Untuk mengetahui jumlah koloni Streptococus pada lidah setelah menggunakan sikat gigi. - Untuk mengetahui jumlah koloni Streptococcus pada lidah setelah menggunakan tongue scraper. D. HIPOTESIS PENELITIAN Ada perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper. 4 E. MANFAAT PELITIAN 1. Dapat menjadi wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung pada peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pembersihan lidah menggunakan tongue scraper yang dapat mengurangi frekuensi halitosis, karies dan penyakitpenyakit lain yang disebabkan oleh koloni bakteri Streptococcus pada lidah. 3. Sebagai acuan untuk dilakukannya penelitian selanjutnya. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LIDAH Lidah merupakan indera pengecapan memiliki peran sebagai fungsi putting kecap pada mulut, dan manfaatnya memungkinkan seseorang memilih makanan menurut kesukaannya dan menurut kebutuhan akan zat gizi tertentu secara fisiologis, umumnya lidah memiliki sedikitnya empat fungsi pengecapan primer yaitu asam, asin, manis, dan pahit. Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus, dan nyeri. Namun kita tahu bahwa seseorang dapat menerima secara harfiah berates-ratus rasa. Diduga semuanya merupakan gabungan dari empat rasa primer pada cara yang sama seperti semua warna pada spektrum merupakan gabungan tiga warna primer.1,2 Rasa asam disebabkan oleh asam, dan intensitas rasa kira-kira sebanding dengan logaritma konsentrasi ion hydrogen, yaitu makin asam suatu asam, rasanya menjadi semakin kuat. Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi. Kualitas rasa sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena garam juga mengeluarkan rasa lain disamping asam. Rasa manis disebabkan oleh suatu golongan zat kimia yang menyebabkan rasa ini. Hampir semua zat menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik. Rasa pahit, seperti rasa manis tidak disebabkan oleh satu jenis agen kimia. Rasa pahit bila terjadi dengan intensitas besar, biasanya menyebabkan orang atau binatang menolak makanan. Hal ini niscaya merupakan fungsi rasa pahit yang mempunyai tujuan penting karena banyak toksin mematikan yang terdapat pada tanaman beracun adalah alkohol, dan semua zat ini menyebabkan rasa pahit yang hebat.2,3 Lidah adalah organ otot yang bergerak yang dapat diasumsikan memiliki variasi bentuk dan posisi. Setengah bagian dari lidah terletak didalam rongga mulut dan setengahnya lagi terletak di oropharinx. Lidah terlibat dalam proses mastikasi, perasa, menelan, artikulasi, dan pembersihan mulut.2 Bagian dorsal lidah adalah permukaan pada bagian posterior superior, yang terletak sebagian di dalam rongga mulut dan sebagian lagi terletak di dalam oropharinx, dan mempunyai bentuk dan alur seperti huruf V. Sulcus terminalis atau groove (L.sulcus terminalis) adalah bagian belakang dari foramen cecum. Lubang kecil ini adalah bagian non fungsional yang merupakan sisa dari bagian embrio saluran thyroglosal dari pertumbuhan kelenjar tiroid. Sulcus terminalis membagi bagian dorsum lidah yaitu bagian anterior (oral) merupakan bagian dari rongga mulut dan pada posteriornya (pharyngeal) merupakan bagian dari oropharinx, tepi lidah terhubung pada setiap sisi lingual gingival dan bagian lateral gigi. Membran mukosa pada bagian anterior kasar karena adanya sejumlah papilla lingual.2,3 Warna lidah yang sehat adalah merah terang, dengan permukaan yang tidak rata karena keberadaan papilla. Didalam papilla pengecapan ditemukan satu atau lebih tunas pengecapan, mempunyai diameter 50 µm dan dibangun dari 50 sel berbentuk panjang, yang berakhir dengan mikrovili di dalam pori pengecapan.1 Ada 4 jenis papilla pada lidah, yaitu: 1. Filiform 2. Fungiform 7 3. Foliate 4. Vallatae, papilla terbesar, ada di cekungan berbentuk Vdi 1/3 lidah bagian belakang. Semua papilla tersebut memiliki kuncup pengecap, kecuali papilla vallatae yang hanya berfungsi untuk membantu “memegang” makanan. Selain berfungsih sebagai kuncup pengecap, papilla juga membantu untuk “memegang ” makanan. Manusia terlahir dengan kurang lebih 10.000 kuncup pengecap. Namun seiring dengan beratambahnya usia, sebagai kuncup pengecapnya mengalami atrofi / mati. Kuncup pengecap dapat membuat kita dapat menentukan apakah suatu makanan berasa manis, asam, pahit atau asin. Adapun bagian-bagian lidah dapat dilihat pada gambar dibawah ini1: Gambar II.1 : Bagian-bagian lidah. Sumber : [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010. Available from: http://www.mercksource.com/pp/us/cns/cns_hl_dorlanssplit.j.html 8 Mekanisme kerja lidah adalah: Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran mikro yang sensitive, disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat berkontak dengan makanan akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa dari makanan yang kita makan.1 B. TINJAUAN UMUM TENTANG BAKTERI STREPTOCOCCUS 1. Morfologi dan karakteristik Streptococcus Di dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang merupakan flora normal normal. Keberadaan mikroorganisme tersebut dapat memberi efek yang menguntungkan dan merugikan bagi tubuh. 4 Ciri khas organisme ini adalah kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai. Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang gigi. Anggota-anggota rantai sering tampak sebagai Diplococcus, dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Streptococcus bersifat gram-positif. Namun, ada biakan tua dan bekteri yang mati, bakteri ini menjadi gram negative, keadaan ini dapat terjadi jika bakteri dieramkan semalam.4 9 Gambar II. 2: Streptococcus Sumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010. Available from: http://www.google.co.id/imglanding?q=streptococ cus&um.html Streptococcus merupakan suatu spesies yang mendominasi komposisi bakteri dalam plak. Bakteri ini merupakan mikroflora normal rongga mulut yang harus mendapat perhatian khusus karena kemampuannya membentuk plak dari sukrosa, melebihi jenis bakteri lainnya.4 Kebanyakan streptococcus tumbuh dalam pembenihan padat sebagai koloni discoid dengan diameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan simpai sering membentuk koloni mukoid.4 Energi utama diperoleh dari penggunaan gula. Pertumbuhan Streptococcus cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat atau dalam kaldu, kecuali yang diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Kebutuhan makanan bervariasi untuk setiap spesies. Kuman yang patogen bagi manusia paling banyak memerlukan faktor-faktor pertumbuhan. 10 Pertumbuhan dan hemolisis dibantu oleh pengeraman dalam CO2 10%. Meskipun kebanyakan Streptococcus patogen tumbuh paling baik pada suhu 37 ̊ C, enterokokus tumbuh baik pada suhu 15 ̊ C dan 45 ̊ C.4,5 Varian strain Streptococcuss yang sama dapat menunjukkan bentuk koloni yang berbeda. Organisme ini cenderung virulen dan relative kebal terhadap fagositosis oleh leukosit manusia.4 Gambar II. 3: Streptococcus pada cawan petri Sumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010. Available from: http://www.google.co.id/images.html 2. Klasifikasi Streptococus Selama bertahun-tahun, klasifikasi Streptococcus dikelompokkan menjadi beberapa kategori utama berdasarkan suatu seri berikut ini:4 1. Morfologi koloni dan reaksi hermolitik pada agar darah . 2. Spesifisitas serologik dari unsur dinding sel golongan-spesifik dan dinding sel lain 3. Reaksi biokimia dan resistensi terhadap faktor-faktor fisik dan kimia 4. Sifat ekologiknya 11 Pada beberapa kasus, nama spesies yang berbeda digunakan untuk menerangkan organisme yang sama dan ditempat lain, beberapa anggota dari spesies yang sama juga meliputi spesies yang lain , atau yang diklasifikasikan secara terpisah.3 Klasifikasi golongan Streptococcus dan Enterococcus berikut ini terutama memiliki relevensi medik yaitu: 1. Streptococcus pyogenes: kebanyakan streptococcus yang mengandung antigen golongan A adalah S.pyogene. Bakteri bersifat β-hemolitik. S.pyogene adalah bakteri patogen utama manusia yang berkaitan dengan invasi lokal atau sistemik dan gangguan imunologik setelah infeksi Streptococcus. 2. Streptococcus agalactiae: bakteri ini adalah streptococcus golongan B, merupakan anggota flora normal saluran genital dan penyebab penting dari sepsis neonates dan meningitis. 3. Streptococcus golongan C dan G: streptococcus ini kadang-kadang muncul pada nasofaring dan mungkin menyebabkan sinusitis, bakterimia, atau endokarditis. Bakteri ini sering terlihat menyerupai S.pyogenes golongan A pada pembenihan agar darah dan bersifat βhemolitik. Bakteri ini diidentifikasi dengan reaksi terhadap antisera spesifik untuk golongan C dan G. 4. Enterococcus faccalis (E.faecium, E.durans): Enterococcus yang bereaksi dengan antiserum golongan D. Enterococcus adalah bagian dari flora usus normal. 12 5. Streptococcus bovis: bakteri ini termasuk streptococcus golongan D yang non enterococcus. Bakteri ini dapat menyebabkan endokarditis, dan kadang-kadang dapat menyebakan bakteremia pada penderita karsinoma kolon. 6. Streptococcus anginosus: bakteri ini adalah bagian dari flora normal. Bakteri ini dapat diklasifikasi sebagai S.viridan. 7. Streptococcus golongan N: bakteri ini jarang ditemukan pada penyakit yang timbul pada manusia tetapi menimbulkan koagulasi yang normal pada susu. 8. Streptococcus golongan E,F,G,H, dan K-U: bakteri ini tumbuh pada hewan dari pada di manusia, dengan beberapa pengecualian. 9. Streptococcus pneumonia: bakteri ini bersifat α-hemolitik. Pertumbuhannya dihambat oleh optokin dan koloninya larut dalam empedu. 10. Streptococcus viridans mencakup S.mitis, S.mutans, S.salivarius, S.sanguis: Streptococcus golongan ini merupakan anggota flora normal yang paling umum pada saluran pernapasan bagian atas dan berperan penting untuk menjaga keadaan normal selaput mukosa disitu. Bakteri ini dapat mencapai aliran darah akibat suatu trauma dan menyebabkan endokarditis pada katub jantung yang abnormal. Beberapa S.viridans (misalnya S.mutans) mensintesis polisakarida besar seperti dekstran atau levan dari sukrosa dan menjadi faktor penting pada pembentukan karies gigi, halitosis dan berbagai penyakit 13 periodontal. S.mutans dapat membentuk koloni yang melekat dengan erat pada permukaan gigi dan lebih esidurik daripada dengan streptococcus yang lain. 11. Streptococcus varian secara nutrisi: bakteri ini meliputi (S.defectivus dan S.adjacens) telah dikenal sebagai “streptococcus defesiensi nutrisi”, dan dengan nama lainnya. Bakteri ini merupakan flora normal dan kadang-kadang menyebabkan bakteremia atau endokarditis, dapat ditemukan pada abses otak dan infeksi lain. 12. Peptostreptococcus (banyak spesies): bakteri jenis ini hanya timbul pada situasi anaerob atau keadaan mikroaerofilik dan secara bervariasi membentuk hemolisin. Bakteri ini adalah bagian dari flora normal mulut, usus, dan saluran genital pada wanita. Bersama dengan spsies bakteri lain seringkali ikut berperan dalam infeksi anaerob campuran di abdomen, pelvic, paru-paru, atau otak.5,6 3. Manifestasi klinis infeksi bakteri Streptococcus a. Karies Bakteri Streptococcus terutama golongan Streptococcus mutans merupakan strain streptoocci yang paling dominan didalam lesi karies dan melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri ini memiliki beberapa karakteristik penting yang dapat dikaitkan dengan proses terjadinya karies pada gigi.5 Patogenisitas S.mutans dalam menyebabkan kelainan utama di dalam rongga mulut yaitu karies gigi, disebabkan kemampuannya 14 mensintesis polisakarida ekstraseluler yang tidak larut yang merupakan prekursor plak gigi. 5 Gambar II.4: Karies Sumber: [internet]. Accessed on: 2 Maret 2011. Available from: http://www.opti-dentschweiz.ch/Artikel/index.cfm?ID=8 381.html Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara bekembang.6 Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Ada tiga faktor utama yang 15 memegang peranan yaitu host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang berhubungan.6 Gambar II.5 : Skema perjalanan karies Sumber: Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU press; 2008. pp. 5 Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.6 Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang 16 tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).6 Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.6 Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.6 b. Penyakit periodontal Plak merupakan massa yang lengket berisi bakteri beserta produkproduknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar dalam rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdari atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva 17 dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi.6 Sebagian besar pasien berusaha membuang plak tersebut tetapi tak terelakkan lagi bahwa keberhasilan seratus persen tak mungkin diperoleh sehingga biasanya akan terlihat daerah dengan plak lama dan daerah plak baru. Bakteri yang dikandung kedua daerah itu tidak sama. Pada plak baru terbentuk bakteri yang paling banyak adalah Streptococcus dan Neisseria, tetapi sesuai dengan perjalanan waktu terdapat pula bakteri lain yang berkembang biak terutama Actinomyces dan Veillonella. Dengan demikian plak yang matang sebagian besar akan menjadi seperti filamen dan berisi lebih banyak kuman anaerob.8 Gambar II.6: Periodontitis Sumber: [internet]. Accessed on: 2 Maret 2011. Available from: http://www.implantdentist.co.nz/asset s//Periodontitis%201.jpg.html Faktor Risiko Terjadinya Penyakit 8 Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama terjadinya periodontitis adalah terdapatnya 18 akumulasi plak pada gigi dan gingival. Ada beberapa faktor yang ikut berkontribusi dalam peningkatan risiko terjadinya penyakit, antara lain: 1. Faktor lokal. Akumulasi plak pada gigi dan gingival pada dentogingival junction merupakan awal inisiasi agen pada etiologi periodontitis kronis. Bakteri biasanya memberikan efek lokal pada sel dan jaringan berupa inflamasi. 2. Faktor sistemik. Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektifan respon host. Diabetes merupakan contoh penyakit yang dapat meningkatkan keganasan penyakit ini. 3. Lingkungan dan perilaku. Merokok dapat meningkatkan keganasan penyakit ini. Pada perokok, terdapat lebih banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih banyak furkasi dan pendalaman poket. Stres juga dapat meningkatkan prevalensi dan keganasan penyakit ini. 4. Genetik. Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, ini kemungkinan menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengarui periodontitis kronis ini. C. TINJAUAN UMUM PEMBERSIHAN LIDAH SECARA MEKANIS Berabad-abad yang lalu, ada beberapa teori tentang pembersihan lidah. Adanya penemuan benda kuno yang mengarah kepada bekas dari pembersihan lidah, yang didapatkan dari berbagai daerah termasuk Afrika, Amerika selatan, India dan 19 Arabia. Banyaknya kebudayaan terdahulu yang juga kurang memperhatikan kebersihan seluruh tubuh apalagi pembersihan lidah.2 Dorsum lidah merupakan sebuah area yang besar untuk akumulasi mikroorganisme oral dan debris. Biofilm terbentuk pada permukaan lidah, menjadi sebuah struktur dinamis yang tersusun oleh bakteri, sel epithelial yang berasal dari mukosa, leukosit dari pocket periodontal, metabolit darah, dan nutrient yang berbeda.9 Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa menggosok lidah dapat mengurangi jumlah bakteri pada permukaan lidah secara signifikan. Menurut Joseph Tonzetich, hanya dengan menyikat bagian posterior dorsum lidah saja, oral sulfida dapat berkurang hingga 70%. Penelitian ini sejalan dengan hasil dari penelitian ini, dimana menurut Hinode, tongue coating score memiliki korelasi yang signifikan terhadap senyawa sulphur penyebab bau mulut atau halitosis.2,9 Pembersihan lidah secara efisien membersihkan lender, bakteri dan debris dari lidah dengan mudah dan efisiensi. Pentingnya pembersih lidah secara mekanis untuk menjaga kebersihan mulut karena bakteri pada lidah dapat menghasilkan VSC, yaitu komponen utama penyebab halitosis. Selain itu, penelitian tahun 1999 memperlihatkan bahwa VSC juga dapat menyebabkan periodontitis dan gingivitis.10 Pembersihan lidah secara mekanik juga penting untuk menjaga kesehatan secara umum. Studi terbaru menunjukkan beberapa bakteri di dalam mulut dapat masuk ke dalam aliran darah dan meningkatkan pembekuan darah, serta kerusakan otot jantung. Ada juga penelitian yang menghubungkan diabetes dan penyakit periodontal . 10 20 Pembersihan lidah menggunakan tongue scraper dapat mengurangi populasi bakteri Streptococus, di mana dengan jumlah yang tinggi bakteri ini dapat menyebabkan karies serta infeksi saluran nafas. Penemuan terbaru kebiasaan menyikat lidah setiap hari merupakan cara menjaga kebersihan mulut dan dilakukan secara rutin merupakan bagian dari prosedur perawatan kesehatan mulut, faktanya American Dental Association merekomendasikan melakukan pembersihan lidah untuk menjaga kesehatan mulut yang baik.2 Pembersihan lidah mekanik merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi jumlah dari senyawa VSC yang dihasilkan sebagian besar pada dorsum lidah. 9 Secara statistik pembersihan lidah secara mekanik menggunakan tongue scraper memiliki perbedaan nyata pengurangan nilai VSC yang lebih tinggi dibanding dengan penggunaan sikat gigi sehingga lebih efektif mengurangi halitosis.3 Umumnya orang mengabaikan membersihkan lidah tetapi bila hal tersebut dilakukan secara teratur bisa menjadi pengobatan paling bermanfaat untuk halitosis. Bagian anterior lidah lebih self-cleansing dan lebih sedikit akumulasi bakteri penghasil bau seperti bakteri Streptococcus.3 1. Efektifitas pembersihan lidah dengan menggunakan tongue scraper dan sikat gigi Beberapa tahun terakhir telah bermunculan berbagai cara dan alat untuk membersihkan lidah. Konsepnya sangat masuk akal dan sangat sederhana yaitu orang-orang yang berpedoman untuk selalu mencegah 21 seharusnya hanya perlu menyertakan sedikit demi sedikit usaha untuk membersihkan lidahnya dalam rutinitas membersihkan mulutnya.9 Instrumen untuk membersihkan lidah terdiri dari potongan plastik atau metal seperti tali yang digenggam dengan satu tangan dan menggores secara berseberangan pada permukaan lidah, pisau plastik seperti alat pencukur atau penggaruk untuk menggores permukaan lidah atau sikat kecil, hingga alat berbentuk bundar dengan sebuah pegangan untuk menggaruk permukaan lidah.9 Debris terletak di bagian dorsal posterior dari lidah dan cukup untuk menyebabkan terjadinya bau mulut yang signifikan serta berbagai penyakit rongga mulut lainnya. Pembersihan lidah menyingkirkan organisme dan debris dari lidah. Kemungkinan dapat mengurangi penyakit gigi dan periodontal.6 Tongue scraper secara statistik berpengaruh signifikan menurunkan VSC yang merupakan produk dari bakteri anaerob pada lima menit dan pada dua puluh menit setelah pembersihan lidah. Kita dapat mengetahui presentase penurunan VSC lebih tinggi setelah menggunakan tongue scraper.3 Penggunaan sikat gigi juga dapat mereduksi bakteri yang ada pada lidah, namun efektifitas penurunan bakteri tidak sama di bandingkan dengan penggunaan tongue scraper. Hal ini disebabkan oleh ukuran permukaan sikat gigi yang lebih kecil, sehingga kurang efektif mengurangi debris pada lidah Penggunaan sikat gigi untuk pembersihan 22 lidah dapat menyebabkan pendarahan kecil dan kerusakan pada bagian permukaan dorsal lidah. Direkomendasikan untuk menggunakan tongue scraper dari pada penggunaan sikat gigi dalam membersihkan lidah. 3,4 Gambar II.7: Tongue scraper Sumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010. Available from: http://www.google.co.id/imglanding?q=tongue+scraper . html Gambar II.8: Sikat gigi untuk membersihkan lidah Sumber: [internet]. Accessed on: 28 Desember 2010. Available from: http://3.bp.blogspot.com/_LhPAN3ew264/S5yxHtAiX gI/AAAAAAAAACs/ML7CDrqtHHg/s320/tbrush3.jp g.html 2. Indikasi dan kontraindikasi Dalam sebuah penelitian dengan subjek (n = 30) menyikat permukaan dorsal lidah mereka dengan sebuah sikat gigi biasa dan 23 dengan gaya 100g, haemoglobin terdeteksi pada saliva setelah tiga kali menyikat. Hasil tersebut menunjukkan menyikat lidah dengan sebuah sikat gigi reguler dapat menyebabkan microbleeding dan kerusakan pada permukaan dorsal lidah. Oleh karena itu, kami merekomendasikan pada pasien daripada menggunakan sebuah scraper atau sebuah sikat gigi dengan buluh sikat yang keras, sebuah sikat gigi berbuluh sikat halus yang didesain untuk lidah, seperti dua sikat lidah dari Freshmate (Dentcare, Neyagawa, Japan) dan Zetu-Fresh (GC Co., Tokyo, Japan), dapat digunakan. Sikat lidah tersebut tidak pernah diamati menyebabkan microbleeding (bahkan perdarahan yang tidak terlihat dengan menggunakan mata telanjang) dengan kurang dari 30 gerakan, gaya sebesar 100-150g . Diasumsikan bahwa sebanyak pada gerakan rata-rata yang kurang dari 30 dibutuhkan untuk membersihkan lidah.4 Pasien diinstruksikan untuk membersihkan lidah posterior sedapat mungkin ke bagian belakang lidah mereka sesuai dengan kemampuan mereka dan akibatnya kadang mungkin mengenai tonsil lidah walaupun instruksi juga mengamati menyikat mungkin selalu dilakukan dari sulcus terminal sampai dengan bagian depan lidah untuk mencegah menyikat tonsil dan menyebabkan infeksi sistem respirasi. Praktisi harus mendemonstrasikan pasien mengenai posisi sulkus terminal lidah dengan tujuan untuk membuat mereka lebih familiar dengan batas anatomi untuk menyikat. Ketika seorang pasien mengeluarkan lidah mereka, lidah membuat sebuah “bukit,” dan sulkus terminal terletak pada puncak “bukit” 24 tersebut . Untuk mencegah refleks muntah selama pembersihan lidah, pasien juga harus berhenti bernapas secara momentum. Jika rasa mint pada pasta gigi menyebabkan sensitisasi oropharynx, sehingga terjadi peningkatan reflex muntah, pasien direkomendasikan untuk membersihkan lidah sebelum menyikat lidah.9,12,13 Banyak orang membutuhkan instruksi yang jelas untuk menyelesaikan pembersihan lidahnya dengan baik tanpa mual. (Beberapa orang dengan bulimia menggunakan sebuah objek yang mirip dengan pembersih lidah untuk membangkitkan rasa mual.) Dengan dipraktikkannya membersihkan lidah pada kehidupan sehari-hari, prosesnya akan menjadi lebih mudah dan mulai disetujui. Akhirnya, orang akan merasakan tidak bersih bila debris pada lidah tidak dihilangkan.9,12 Tongue scraper dapat membantu membersihkan semua bakteri dan kuman pada lidah. Lidah sehat mempunyai warna merah muda, sementara lidah yang tidak sehat adalah tumpul atau mempunyai bercak keputihan. Bagian paling dorsal dari permukaan lidah biasanya dapat diperhatikan secara signifikan memiliki banyak debris. Makananmakanan berminyak dan berlemak yang banyak berkontribusi dalam menggemukkan badan juga berkontribusi secara signifikan dalam mengakumulasikan debris lidah. 25 3. Cara penggunaan tongue scraper: 9,10 Adanya direkomendasikan penelitian dalam klinis suatu mengenai metode dan penuntun yang frekuensi dalam membersihkan lidah, anjuran dibawah ini tampak sangat logis, yakni: 1. Sikatlah gigi sebelum membersihkan lidah. Pastikan juga menyikat di bagian belakang gigi untuk mengurangi akumulasi bakteri. 2. Arahkan spoon dari tongue scraper menjangkau bagian paling posterior dari lidah, dan sepanjang permukaan lidah. 3. Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran dari mulut anda. 4. Gunakan tongue scraper timbal balik, scraper berlekuk atau menggunakan pegangan untuk membersihkan lidah. Menjangkau sejauh mungkin dalam mulut dan pembersih dari belakang ke depan dengan tekanan ringan. 5. Bilas tongue scraper dan pastikan mencuci bersih semua bakteri dan saliva yang terakumulasi pada tongue scraper. Lakukan pembersihan lidah paling tidak dua sampai tiga kali setiap pembersihan. 6. Cuci mulut dengan obat kumur pembunuhan bakteri setelah membersihkan lidah. 7. Gunakan tekanan yang ringan ketika menggunakan tongue scraper, jangan menekan terlalu keras karena dapat mengiritasi lidah. Penelitian klinis dibutuhkan untuk menentukan jumlah optimal dalam sehari untuk membersihkan lidah. Orang-orang dengan halitosis baik untuk disarankan melakukan berulang kali prosedur pembersihan 26 lidah ini selama satu hari. Tergantung pada anatomi dari lidah dan pada makanan yang dimakan, beberapa orang tidak memiliki akumulasi debris pada lidah mereka. Orang-orang ini mungkin hanya membutuhkan sedikit pembersihan lidah atau mungkin tidak sama sekali, sedangkan yang lainnya yang memiliki jumlah akumulasi debris yang banyak harus menghilangkannya berkali-kali dalam satu hari.9,10 Debris yang ada pada bagian posterior dorsal dari lidah bertanggung jawab secara signifikan terhadap terjadinya bau mulut. Pembersihan lidah menghilangkan organisme dan debris dari lidah. Ini juga menurunkan penyakit pada gigi dan periodontal. Banyak alat dan instrumen yang bisa digunakan untuk membersihkan lidah. Prosedur pembersihan lidah sangat sederhana dan cepat serta keuntungannya pada banyak orang jauh melebihi harga instrumen yang kecil itu dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur ini.11 27 BAB III KERANGKA KONSEP A. ∑ Koloni KERANGKA KONSEP Flora RM Saliva Penyakit sistemik Plak / Debris Frekuensi sikat gigi Jenis makanan yang dikonsumsi Individu masingmasing Cara sikat gigi Sosial ekonomi Kebiasaan Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti OH B. VARIABEL PENELITIAN a. Variabel bebas : Penggunaan sikat gigi pada lidah, penggunaan tongue scraper pada lidah b. Variabel Akibat : Jumlah koloni bakteri Streptococcus c. Variabel Kontrol : Jenis tongue scraper, jenis sikat gigi, waktu kultur bakteri, frekuensi kerokan, arah kerokan dan lokasi hapusan. d. Variable perancu : OH, flora mulut, konsumsi makanan sebelum perlakuan, besar tekanan yang diberikan pada saat pengerokan lidah. C. DEFENISI OPERASIONAL 1) Koloni Strptococcus adalah bakteri Sreptococcus yang tumbuh dalam BPS (Buffer Phospat Solution) yang koloni nya tampak kecil halus, tidak berwarna, lisis sempurna atau sebagian pada blood agar plate, yang di kerok pada permukaan dorsal lidah sampel menggunakan sterile swab. Ada pertumbuhan bakteri apabila: - Tumbuh koloni bakteri yang tampak kecil dan halus - Koloni bakteri tidak berwarna yang lisis sempurna atau sebagian Tidak ada pertumbuhan bakteri apabila: - Tidak tampak koloni bakteri yang kecil dan halus - Terdapat koloni yang putih, bulat, besar pada plate - Tidak terjadi lisis pada blood agar plate 29 2) Tongue scraper adalah alat yang digunakan untuk membersihkan lidah sampel, terbuat dari bahan plastik berbentuk bundar menyerupai bentuk anatomi lidah. 3) Sikat gigi adalah alat yang digunakan untuk membersihkan lidah sampel dengan ukuran bulu halus. 4) Arah pengerokan adalah pengerokan lidah menggunakan sterile swab dari papil sirkumvalata sampai ujung lidah. 5) Jumlah koloni Streptococcus adalah banyaknya jumlah koloni yang tumbuh dalam satu cawan dalam satu kali pembiakan, yang telah dibiakkan selama 1x24 jam, bakteri dihitung secara visual dengan perhitungan manual. 6) Sampel adalah mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusif dan eksklusi. 30 BAB IV METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara quase eksperimental. B. DESAIN PENELITIAN Pretest - Posttest control group design C. LOKASI PENELITIAN Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar D. WAKTU PENELITIAN Waktu penelitian pada 1 April – 25 Mei 2011 E. JUMLAH SAMPEL 30 orang mahasiswa F. METODE SAMPLING Purposive sampling G. KRITERIA SAMPEL Kriteria Inklusi 1. Sampel yang dipilih mempunyai OH baik. 2. Sampel memiliki maksimal satu karies atau empat restorasi. 31 3. Sampel bersedia mengikuti kegiatan ini. Kriteria Eksklusi 1. Sampel sedang menjalani perawatan gigi apapun dari dokter gigi. 2. Sampel sedang menjalani pengobatan yang memerlukan penggunaan antibiotik. H. 3. Sampel sedang tidak menggunakan obat kumur. 4. Seluruh sampel adalah subjek yang tidak terpapar penyakit periodontal. ALUR PENELITIAN Pengambilan bahan pemeriksaan sebelum menggunakan tongue scraper 15 sampel Pengambilan bahan pemeriksaan setelah membersihkan lidah dengan tongue scraper Pengambilan bahan pemeriksaan sebelum menggunakan sikat gigi 15 sampel Pengambilan bahan pemeriksaan setelah pembersihan lidah dengan menggunakan sikat gigi Pengenceran sampai 10-4 dengan BPS ( Buffer Phospat Solution) Penanaman 1 ml suspense bakteri pada LAD eramkan pada 37 ̊C selama 24 jam Perhitungan jumlah koloni secara manual Analisis perbedaan jumlah koloni Streptococcus 32 I. J. DATA a. Jenis Data : Data Primer b. Pengolahan Data : Menggunakan Program komputer SPSS 16.0 c. Analisis Data : Uji t tidak berpasangan d. Penyajian Data : Dalam bentuk tabel ALAT DAN BAHAN a. Alat: 1. Alat diagnostik 2. Nierbekken 3. Tabung reaksi 4. Pipet 5. Rak tabung reaksi 6. Lampu spiritus 7. Lup 8. Sterile swab 9. Cawan petri 10. Tongue scraper 11. Sikat gigi 12. Autoklaf 13. Incubator 14. Masker 15. Spidol berwarna (non permanen) 33 b. Bahan: 1. Aquadest 2. Bahan pemeriksaan (BP), kerokan permukaan dorsal lidah 3. BAP (Blood Agar Plate) 4. BPS (Buffer Phospat Solution) pH 7,2 5. Spiritus K. PROSEDUR PENELITIAN 1. Sebelum penelitian dilakukan, subjek diperiksa terlebih dahulu untuk mencari sampel yang memenuhi kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat diagnostik. 2. Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan, sampel diminta untuk tidak menyikat gigi , makan dan minum terlebih dahulu. 3. Sampel di instruksikan untuk berkumur dengan akuadest steril. 4. Sebelum menggunakan tongue scraper pada sampel, dilakukan pengambilan BP dari kerokan dorsal lidah dengan menggunakan sterile swab. BP dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi BPS (Buffer Phospat Solution) dengan pH 7,2. 5. Pengambilan BP berikutnya setelah sampel menggunakan tongue scraper yang telah di sediakan. Lakukan 10 kali pengerokan secara ringan pada lidah dari papil sirkumvalata sampai ujung lidah. 34 6. Pada sampel yang berbeda dilakukan tahapan no 3 dan 4 dengan menggunakan sikat gigi. Dilakukan 10 kali pengerokan secara ringan pada lidah. Teknik pembersihan lidah tanpa menggunakan pasta gigi. 7. Setiap selesai pembersihan lidah, dilakukan pengambilan kerokan dorsal lidah sampel dengan menggunakan sterile swab, masukkan ke dalam tabung reaksi lain yang berisi BPS. 8. Inkubasi BP selama 24 jam. 9. Pengenceran BP secara seri : sediakan 4 tabung reaksi berisi 9 ml Buffer Phospat Plate. Pada setiap tabung rekasi diberi nomor satu sampai empat, tabung nomor satu adalah tabung yang berisi swab dari hasil kerokan dorsal lidah sampel yang sekaligus terhitung sebagai pengenceran pertama atau 10 -1 kemudian dihomogenisasikan, setelah suspensi tersebut homogen dengan pipet sterile dimasukkan ke dalam tabung nomor dua, dikocok sampai homogen sehingga terjadi pengenceran, dari tabung nomor dua diambil suspensi sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet steril kembali, masukkan ke dalam tabung nomor tiga, dikocok hati-hati sampai homogen sehingga terjadi pengenceran 1000 dengan konsentrasi 10-3. Pengenceran dilakukan pada tabung nomor empat dan didapatkan pengenceran 10000 kali dengan konsentrasi 10-4 seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah. 35 1 ml 1 9ml (10-1) 1 ml 1 ml 1 ml 1 9ml (10-2) 2 9ml (10-3) 1 ml 1 ml 3 9ml (10-4) 1 ml Gambar IV.9 : Pengambilan bahan BP ke dalam BAP (Blood Agar Plate ) 10. BP yang telah di encerkan dengan konsentrasi 10-1 sampai 10-4 , diambil dengan pipet steril sebanyak 1 ml, kemudian di sebar pada cawan petri steril. Selanjutnya dimasukkan dalam inkubator 37̊ C dalam suasana anaerob selama 1 x 24 jam. 11. Setelah di inkubasikan dalam inkubator, dilakukan penghitungan koloni bakteri. 12. Penghitungan koloni secara manual yaitu menggunakan kaca pembesar (lup). Titik-titik kecil dan halus pada cawan petri menunjukkan koloni bakteri, untuk mempermudah perhitungan koloni bakteri dapat dibuat 36 garis bantu pada cawan petri, selain itu hal ini untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan. 37 BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian mengenai perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper. Penelitian dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar pada tanggal 1 April – 25 Mei 2011. Pengambilan sampel dilakukan pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin angkatan 2008. Subjek penelitian diambil dengan metode purposive sampling, serta yang memenuhi kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat diagnostik. Pengambilan sampel dengan menggunakan sterile swab yang dikerokkan pada permukaan lidah sebelum menggunakan tongue scraper dan sikat gigi sehingga didapatkan perbandingan keefektifan penggunaan kedua alat tersebut dilihat dari penurunan jumlah koloni bakteri Streptococcus. Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan komputer SPSS. Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini. 38 TABEL V.1 Analisa deskriptif hasil penelitian terhadap jumlah koloni Streptococcus N Minimum Maximum Mean Std.Deviation Streptococcus sebelum 30 850000 5120000 2346667 1178878.290 Streptococcus sesudah 30 230000 3670000 1275667 1061107.695 Valid N (listwise) 30 Pada tabel V.1 diatas menunjukkan analisa deskriptif dari hasil penelitian terhadap jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah membersihkan lidah, dari 30 sampel didapatkan nilai minimum dari jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum penggunaan alat pembersih lidah yaitu 850.000 dan sesudah penggunaan alat pembersih lidah yaitu 230.000. Sedangkan nilai maksimum dari jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum penggunaan alat pembersih lidah yaitu 5.120.000 dan sesudah penggunaan alat pembersih lidah yaitu 3,670.000. Nilai rata-rata dari keseluruhan jumlah koloni Streptococcus sebelum menggunakan alat pembersih lidah yaitu 2.346.667 dan nilai rata-rata dari keseluruhan jumlah koloni Streptococcus sesudah membersihkan lidah yaitu 1.275.667. TABEL V.2 Nilai rata-rata koloni Streptococcus pada penggunaan sikat gigi dan tongue scraper Streptococcus sebelum Streptococcus sesudah Bahan Mean N Std.Deviation Mean N Std.Deviation Sikat gigi 2270667 15 1010151 642666.67 15 287115.374 Tongue scraper 2422667 15 1358673 1908667 15 1179520.887 Total 2346667 30 1178878.290 12756667 30 1061107.695 39 Pada tabel V.2 diatas menunjukkan nilai rata-rata dari jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper. Dari hasil yang diperoleh, nilai rata-rata sesudah penggunaan tongue scraper lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata sesudah menggunakan sikat gigi. Hal ini menunjukan keefektifan penggunaan tongue scraper lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan sikat gigi. TABEL V.3 Perbandingan jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi Mean N Std.Deviation Pair Streptococcus sebelum 2270667 15 1010151.804 1 Streptococcus sesudah 642666.67 15 287115.374 Sig.(2-tailed) .000 a. Bahan = sikat gigi Hasil pengolahan data SPSS pada tabel V.3 diketahui nilai signifikan (p), nilai p=0.000, dimana nilai tersebut (p < 0.05), maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan signifikan antara nilai rata-rata sebelum penggunaan sikat gigi pada lidah dengan sesudah penggunaan sikat gigi pada lidah. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah koloni Streptococcus sebelum penggunaan sikat gigi pada lidah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunakan sikat gigi, sehingga penggunaan sikat gigi efektif untuk pembersihan lidah dalam mengurangi jumlah koloni Streptococcus yang ada pada lidah. 40 TABEL V.4 Perbandingan jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah penggunaan tongue scraper Mean N Std.Deviation Pair Streptococcus sebelum 2422667 15 1358673.022 1 Streptococcus sesudah 1908667 15 1179520.887 Sig.(2-tailed) .000 a. Bahan = Tongue scraper Hasil pengolahan data SPSS pada tabel V.4 diketahui nilai signifikan (p), nilai p=0.000, dimana nilai tersebut (p < 0.005), maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan signifikan antara nilai rata-rata sebelum penggunaan tomgue scraper pada lidah dengan sesudah penggunaan tongue scraper pada lidah, menunjukkan bahwa jumlah koloni Streptococcus sebelum penggunaan tongue scraper pada lidah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan tongue scraper, sehingga penggunaan tongue scraper efektif untuk pembersihan lidah dalam mengurangi jumlah koloni Streptococcus yang ada pada lidah. TABEL V.5 Perbandingan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi dan tongue scraper Bahan N Mean Std.deviation Lavene’s Test for Sig.(2tailed) equality of variances F Sig. Equal variances not assumed Streptococcus sesudah Sikat gigi 15 642666.67 287115.374 Tongue 15 1908667 1179520.887 24.146 .000 0.001 scraper 41 Hasil pengolahan data SPSS pada tabel V.5 diketahui nilai signifikan (p), nilai p=0.000, dimana nilai tersebut (p < 0.05), maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai sesudah penggunaan sikat gigi dan tongue scraper sehingga dari data tersebut menunjukkan bahwa jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan tongue scraper pada lidah lebih kecil dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi pada lidah, sehingga penggunaan tongue scraper lebih efektif untuk pembersihan lidah dalam mengurangi jumlah koloni Streptococcus yang ada pada lidah 42 BAB VI PEMBAHASAN Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbandingan jumlah koloni Streptococcus pada lidah sebelum dan sesudah dibersihkan dengan sikat gigi dan tongue scraper. Penelitian dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar pada tanggal 1 April – 25 Mei 2011. Pengambilan sampel sebanyak 30 orang, dengan menggunakan metode purposive sampling dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat diagnostik. Pengambilan sampel dilakukan pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin angkatan 2008 karena peneliti mengasumsikan bahwa tingkat OH sampel yang diambil adalah sama namun hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keadaan rongga mulut dari setiap sampel, komposisi saliva, kebiasaan membersihkan lidah, faktor sistemik, frekuensi sikat gigi, jenis makanan yang dikonsumsi, bahkan sampai tingkat sosial-ekonomi. Pada tabel V.1 menunjukkan analisa deskriptif dari hasil penelitian terhadap jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah membersihkan lidah dengan nilai minimum dan maksimum dan rata-rata keseluruhan dari jumlah koloni Streptococcus sebelum dan jumlah koloni Streptococcus sesudah. Pada tabel V.3 menunjukkan perbandingan jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi, dari data tersebut diketahui bahwa 43 jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi terjadi penurunan, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sikat gigi efektif untuk membersihkan lidah. Pada tabel V.4 menunjukkan perbandingan jumlah koloni Streptococcus sebelum dan sesudah penggunaan tongue scraper, dari data tersebut diketahui bahwa jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan tongue scraper terjadi penurunan, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tongue scraper efektif untuk membersihkan lidah. Pada tabel V.5 menunjukkan perbandingan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi dan tongue scraper, dari hasil uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan, diketahui nilai signifikan (p), nilai p=0.000, dimana nilai tersebut (p < 0.05) dengan tingkat kepercayaan 95% (A=0.05), maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai sesudah penggunaan sikat gigi dan tongue scraper sehingga dari data tersebut menunjukkan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan tongue scraper pada lidah lebih kecil dibandingkan dengan jumlah koloni Streptococcus sesudah penggunaan sikat gigi pada lidah, sehingga penggunaan tongue scraper lebih efektif untuk pembersihan lidah dalam mengurangi jumlah koloni Streptococcus yang ada pada lidah. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Eddy Prijono2, dengan sampel sebanyak 5 orang mendapatkan hasil bahwa adanyak efek pembersihan lidah terhadap jumlah populasi bakteri anaerob pada lidah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Quirynen14, dengan tujuan bahwa pembersihan lidah dianjurkan untuk mengurangi re-infeksi periodontal dengan 44 membersihkan debris yang terdapat pada lidah dan untuk mengurangi pembusukan oleh bakteri. Penelitian ini dengan menggunakan metode cross-over, dengan jumlah sampel sebanyak 16 orang, pembersihan lidah menggunakan tongue scraper yang terbuat dari plastik dan sikat gigi. Setelah 2 minggu penggunaan kedua alat pembersih lidah tersebut, ditemukan penurunan jumlah bakteri aerob dan anaerob secara signifikan, terutama dengan menggunakan tongue scraper yang terbuat dari plastik. Subjek penelitian mengalami peningkatan sensasi rasa dan terjadi penurunan substrat pembusukan yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Bosy A13, mengatakan bahwa halitosis yang parah dapat juga berhubungan dengan degenerasi derajat dari bakteri pada debris permukaan epitel di permukaan lidah. Sebagai tambahan, pembersihan lidah dengan menggunakan sikat gigi atau pembersih lidah khusus (tongue cleaner) meningkatkan lingkungan mulut dan memacu kepada salah satu penelitian, dapat mengurangi bakteri seperti Streptococcus mutans (S. mutans) dan Lactobacilli sp., serta berbagai mikroorganisme yang berhubungan dengan bau mulut. Walaupun S.mutans bukan penyebab utama dari produksi bau, namun dia merupakan agen utama dari formasi biofilm, dan penurunan dari biofilm dapat pula menurunkan bakteri dalam mulut yang dapat memproduksi terjadinya produksi VSC. Data terbaru, berdasarkan penelitian Casemiro10, pembersihan lidah dengan menggunakan tongue scraper merupakan prosedur yang penting untuk mengurangi microba dan VSC dalam mulut. Tongue scraper merupakan salah satu jenis pembersih lidah yang telah dirancang secara khusus untuk membersihkan lidah. Tongue scraper dirancang sesuai dengan anatomi lidah dan dioptimalkan untuk 45 mengangkat lapisan plak, tidak menyebabkan terjadinya mikrobleeding dan kerusakan pada permukaan dorsal lidah yang dihasilkan oleh penggunaan sikat gigi dalam membersihkan lidah4, serta tongue scraper lebih efektif membersihkan permukaan lidah, terutama untuk menghilangkan debris dan bakteri permukaan lidah disekitar fungiformis dan filiformis papilla sampai dasar dari permukaan dorsal lidah.10 46 BAB VII PENUTUP A. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penilitian ini menunjukkan bahwa: Pembersihan lidah secara mekanis dengan menggunakan tongue scraper lebih efektif mengurangi koloni Streptococcus pada lidah dari pada dengan mengunakan sikat gigi terlihat dengan adanya perbandingan jumlah koloni Steptococcus yang lebih kecil pada lidah sesudah penggunaan tongue scraper. Pengurangan jumlah koloni Streptococcus pada lidah dapat mengurangi frekuensi terjadinya karies, penyakit periodontal, halitosis dan infeksi-infeksi lainnya yang dapat disebabkan oleh bakteri ini. Ada perbedaan yang signifikan terhadap jumlah koloni Streptococcus pada lidah sesudah dibersihkan dengan tongue scraper. B. SARAN Perlu menyadari pentingnya pembersihan lidah menggunakan pembersih lidah (tongue scraper) yang dapat mengurangi frekuensi karies, penyakit periodontal, halitosis, dan infeksi-infeksi lain yang dapat di sebabkan oleh bakteri ini. Perlu penelitian lebih lanjut dengan lingkup penelitian lebih luas sehingga diperoleh informasi yang optimal tentang pembersihan lidah secara mekanis menggunakan sikat gigi dan tongue scraper. 47 DAFTAR PUSTAKA 1. Lidah . [ internet]. Available from http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CCkQFjAD&u rl=http%3A%2F%2Ffri3ta.files.wordpress.com%2F2010%2F06%2Flidah.pd f&rct=j&q=jenisjenis%20papilla%20yang%20terdapat%20pada%20lidah&ei=yZJjTcP7EIWy cJGq2cEJ&usg=AFQjCNFKbrSGSrBwSuBJ14NoDosScZYoQ&cad=rja.html Accessed 22 Februari 2011 2. Prijono E, Dewi W, Puspa TK. Efektifitas pembersihan lidah secara mekanis menggunakan tongue scraper terhadap jumlah populasi bakteri anaerob lidah. Jurnal PDGI edisi 55. Bandung, 2005 . pp. 95-100 3. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit 3rd ed. Jakarta: EGC ; 1995, pp. 564-6. 4. Jawetz E, Melnink J, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi kedokteran 20th ed. Jakarta: EGC ; 1996. pp. 190-1, 218-33. 5. Roeslan BO. Karakteristik streptococcus mutans penyebab karies gigi. Majalah Ilmiah FKG Usakti 1995; 10 (29-30): 112-25. 6. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU press; 2008. pp. 4-8. 7. Edwina, Joyston S. Dasar-dasar karies. Alih bahasa : Sumawinata N. Jakarta: EGC ; 1992. pp. 4. 8. Fedi PF, Vernino AR, Gray JL. Silabus periodonti. Ed 4. Jakarta: EGC; 2004. pp. 13-9. 9. Yaegaki K, Coil, Kamemizu T, Miyazaki H. Tongue brushing and mouth rinsing as basic treatment measures for halitosis. Int Dent J 2002: pp. 52, 192-5. 10. Casemiro LA, Martins CH, Carvalho TC, Panzeri H, Lavrador TC, Panzeri H, et al. Effectiveness of new toothbrush design versus a conventional tongue scraper in improving breath odor and reducing tongue microbiota. J Appl Oral Sci. [internet] 2008; 16 (4). Available from http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S16787757200800040000&script=sci_a rttext.html. Accessed 27 November 2010 11. Christensen GJ. Why clean your tongue?. JADA. 1998; 129: pp 1605-7. 48 12. Kazor CE, Mitchell PM, Lee AM, Stokes LN, Loesche WJ, Dewhirst FE, et al. Deversity of bacterial populations on the tongue dorsa of patients with halitosis and healthy patients. J Clin Microbiol 2003; 41 (2) : pp. 558 -63 13. Bosy A. Optimal oral care: Managing oral malador. JPH. 2006 .pp. 20-1. 14. Quirynen M, Avontroodt P, Soers C, Zhao H, Pauwels M, van Steenberghe D . Impact of tongue cleansers on microbial load and taste. J Clin Periodontol 2004; 31: pp. 506-10 49