INFO BENCANA Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual Dalam Edisi ini: Penghujan, Waspadai Bencana Hidrometeorologi P.1 22.107 Personil dan 24 Heli Pesawat Dikerahkan untuk Padamkan Api Kebakaran Hutan dan Lahan P.2 34 Tewas dan 19 Hilang Akibat Banjir Bandang Garut P.3 Infografis Kejadian Bencana (September 2016) P.4 JANUARI - SEPTEMBER 1.691 Korban Meninggal & Hilang (jiwa) 341 Korban Menderita & Mengungsi (jiwa) 2.211.281 Kerusakan Permukiman (unit) September 2016 Jumlah kejadian bencana mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 187 kali bencana terjadi pada bulan ini yang menyebabkan 83 orang meninggal & hilang. Korban meninggal & hilang paling banyak disebabkan oleh bencana banjir yaitu 57 orang, sedangkan tanah longsor menyebabkan 18 orang. Salah satu banjir yang menelan cukup banyak korban adalah banjir bandang Garut yang terjadi tanggal 20 September 2016, dimana 34 jiwa meninggal dan 19 lainnya dinyatakan hilang. Bencana selain menyebabkan korban juga menimbulkan kerusakan pada bangunan rumah dan fasilitas lainnya. Pada bulan September ini rumah rusak mencapai 3.638 unit dimana 840 unit rusak berat, 504 rusak sedang dan 2.294 rusak ringan serta lebih dari 10 ribu rumah terendam. Kerusakan rumah paling banyak disebabkan oleh bencana banjir. STATISTIK BENCANA INDONESIA 2016 Jumlah Kejadian (kejadian) Edisi 25.383 Penghujan, Waspadai Bencana Hidrometeorologi Musim penghujan telah memasuki wilayah Indonesai di bulan ini. Hujan menjadi lebih sering turun di beberapa wilayah baik dengan intensitas ringan hingga lebat. Acap kali dalam musim peralihan/pancaroba seperti ini kejadian tanah longsor, banjir dan puting beliung terjadi. Pada masa ini peralihan cuaca bisa sangat cepat terjadi tiba-tiba hujan namun beberapa saat kemudian panas. Angin bertiup kencang yang bisa merobohkan rumah, bangunan atau menumbangkan pohon-pohon besar. Data sejarah bencana menunjukkan bahwa kemungkinan besar pada bulan-bulan selanjutnya yaitu Oktober-Desember jumlah kejadian akan mengalami peningkatan. Bencana yang cenderung meningkat adalah banjir dan tanah longsor. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor harus lebih meningkatkan kewaspadaan mengingat hujan dapat menyebabkan bencana ini terjadi. Apalagi tahun ini diprediksi la nina akan menyambangi wilayah Indonesia yang berdampak pada intensitas hujan yang terjadi. Adanya la nina memberikan peringatan tersendiri karena intensitas hujan lebat memberikan ancaman terhadap wilayahwilayah rawan banjir dan longsor. Masyarakat perlu memiliki kepekaan dini jika ada tanda-tanda akan terjadi seubah bencana, terlebih lagi harus segera menghubungi pihak terkait agar penanganan segera dapat dilakukan. Untuk masyarakat yang di wilayahnya sudah ada sistim peringatan dini maka diharapkan benar-benar mematuhi apabila sistim tersebut memberikan peringatan akan adanya bahaya. Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan September 2016* Kerusakan Korban Jenis Bencana Jumlah Kejadian Meninggal & Hilang (1) (2) (3) Menderita & Rumah Rusak Rumah Rusak Rumah Rusak Mengungsi Berat Sedang Ringan Luka-luka Rumah Terendam (jiwa) Banjir Banjir dan Tanah Longsor Gelombang pasang/abrasi Kebakaran Hutan dan Lahan Puting Beliung Tanah Longsor Total 47 6 5 10 51 68 187 6 18 83 Fasilitas Peribadatan (10) (11) (unit) (4) 57 2 Fasilitas Pendidikan (5) 9 24 19 52 106,848 4,250 31 853 12,082 124,064 (6) (7) (8) 660 16 1 259 3 7 1,030 15 84 79 840 158 77 504 1,119 130 2,294 (9) 9,974 676 4 10,654 52 - 21 1 - 1 2 55 4 1 27 *) Data per tanggal 2 September 2016 P.1 22.107 Personil dan 24 Heli Pesawat Dikerahkan untuk Padamkan Api Kebakaran Hutan dan Lahan Meskipun musim kemarau basah akibat adanya anomali cuaca dan La Nina lemah tidak serta merta kebakaran hutan dan lahan dapat ditiadakan di Sumatera dan Kalimantan. Pembakaran dengan sengaja untuk pembukaan kebun dan pertanian masih banyak dilakukan, baik lahan di konsensi maupun lahan milik masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan masih berlangsung. Satelit MODIS dengan sensor Terra Aqua milik NASA pada tanggal 14 September 2016 mendeteksi 260 hotspot di Indonesia, dimana 80 hotspot di Kalimantan Barat dan 66 hotspot di Kalimantan Tengah. Jumlah hotspot ini jauh lebih sedikit dibandingkan pola hotspot normal. Memang tidak mungkin menihilkan hotspot di seluruh wilayah Indonesia selama setahun karena terkait dengan perilaku dan kebiasaan membakar, baik di lahan gambut maupun mineral. water bombing karena pencegahan dapat dilakukan dengan baik. Di Sumatera Selatan 3 heli water bombing jenis MI-8 buatan Rusia dikerahkan yang mampu membawa 4.000 liter sekali terbang. Di Kalimantan Barat dikerahkan 4 heli dan 1 pesawat hujan buatan. Di Kalimantan Tengah ada 4 heli dan di Kalimantan Selatan 1 heli Bolco. NPB menyiapkan tambahan 3 heli jika ada peningkatan luas kebakaran hutan dan lahan yaitu 2 heli jenis Sikorsky dan MI172 untuk Jambi dan 1 heli MI-172 untuk Kalimantan Barat. September adalah puncak musim kemarau yang umumnya diikuti dengan meningkatnya jumlah hotspot. Cuaca yang kering menyebabkan hutan dan lahan mudah dibakar. Secara umum jumlah hotspot hingga September 2016 ada penurunan 60 persen dibandingkan jumlah hotspot tahun 2015. Kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 adalah bencana asap yang paling besar karena membakar 2,61 juta hektar hutan dan lahan serta menyebabkan kerugian ekonomi 221 Gambar 1. Jumlah Hotspot 1-30 September 2016 Sumber: http://modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/ Strategi untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan dilakukan melalui operasi darat dan operasi udara. Operasi pemadaman di darat dikerahkan 22.107 personil gabungan dari TNI, Polri, BNPB, BPBD, Manggala Agni, Damkar dan Masyarakat Peduli Api. Sebaran personil satgas darat ini adalah Riau (3.849 personil), Jambi 5.209 personil, Sumatera Selatan 5.619 personil, Kalimantan Barat 2.492 personil, Kalimantan Tengah 2.363 personil dan Kalimantan Selatan 2.575 personil. Untuk operasi udara BNPB mengerahkan 24 helikopter dan pesawat untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan dari udara. Heli dan pesawat tersebut untuk water bombing dan hujan buatan. Sebaran 24 armada udara tersebut adalah Riau 10 heli dan pesawat yaitu 7 heli, 2 pesawat water bombing dan 1 pesawat Casa untuk hujan buatan. Di Jambi hanya dioperasikan 1 heli trilyun rupiah. Luas hutan dan lahan yang terbakar serta dampak kerugian ekonomi yang terjadi pada tahun 2016 ini belum dilakukan perhitungan. Yang pasti luas dan kerugian ekonomi jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2015 lalu. Kesadaran masyarakat untuk turut menjaga hutan sangat diperlukan agar kebakaran dapat diredam kemudian hari. Kejadian bencana karhutla tahun ini tidak separah tahun 2015 karena adanya la nina yang menyebabkan kemarau basah. Artinya walaupun sedang musim kemarau namun hujan masih terjadi, sehingga titik api tidak menjadi banyak jumlahnya. Selaian itu upaya intensif dalam memadamkan titik api yang ada juga memberikan andil dalam pencegahan secara dini kahutla. Walaupun pada pertengahan bulan asap karhutla sempat memasuki nengara Singapura, namun kondisi ini dapat dikendalikan sehingga udara di wilayah Singapura kembali ke batas aman. P.2 34 Tewas dan 19 Hilang Akibat Banjir Bandang Garut Hujan yang turun dalam durasi waktu 4 jam pada tanggal 20 September 2016 di wilayah Garut telah menyebabkan meluapnya Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri hingga menyebabkan banjir bandang. Banjir yang datang dengan membawa lumpur menerjang pada pukul 22.00 WIB sehingga sebagian masyarakat sudah terlelap tidur. Banjir bandang ini melanda 6 kecamatan yaitu Garut Kota, Bayongbong, Karangpawitan, Taraging Kidul, Taragong Kaler, dan Banyuresmi. Selain akibat curah hujan yang tinggi banjir disinyalir terjadi karena daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk dalam kondisi kritis dan telah mengalami pendangkalan serta penyempitan, tutupan hutan yang terdapat di Kabutaen Garut tak seimbang dengan DAS yang ada, dan masalah tata ruang yang tidak sesuai dengan peruntukan. masih belum bisa digunakan kembali pasca banjir menerjang. Selain kerusakan terebut banjir ini juga mengakibatkan 15 fasilitas peribadatan rusak dan beberapa ha lahan pertanian dan perkebunan. Berbagai upaya dilakukan untuk menangani banjir bandang Garut ini, tidak hanya BNPB atau BPBD saja melainkan mulai dari TNI-Polri, Kementerian/lembaga dan organisasi masyarakat serta relawan turut serta guna mempercepat proses pemulihan. Pemetaan dengan menggunakan drone dilakukan untuk melihat secara jelas dampak dari banjir. Tanggal 29 September 2016, presiden RI Joko Widodo meninjau langsung lokasi banjir di Garut. Presiden Jokowi memerintahkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Banjir ini menerjang kanan kiri sungai sehingga banyak rumah mengalami kerusakan dan korban jiwa berjatuhan. Status tanggap darurat diberlakukan hingga tanggal 27 September 2016. Namun hingga tanggal tersebut masih ada 19 orang hilang dan banyaknya fasilitas vital yang belum berfungsi masa darurat diperpanjang sampai tanggal 4 Oktober 2016. Masa darurat diberlakukan guna mempermudah pengerahan sumber daya guna mempercepat pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban. Lebih dari 3 ribu personil dilibatkan mulai dari kalangan TNI-Polri, BNPB, BPBD dan relawan dalam upaya tanggap darurat Garut. Meninggal 34 Hilang 19 Korban jiwa Luka-Luka 35 Mengungsi 6.361 Rusak Berat 575 239 Rumah Rusak Sedang Rusak Ringan 970 Kerusakan unit Fasilitas Pendidikan 49 Fasilitas Peribadatan 15 Fasilitas Kesehatan 2 Banjir ini menyebabkan 34 orang meninggal dunia dan 19 orang hilang, selain itu tercatat 35 orang mengalami luka-luka serta pengungsi paling tinggi tercatat sebanyak 6.361 orang. Tumpukan lumpur dan banyaknya material banjir menyebabkan tim kesulitan dalam pencarian korban yang berakibat tidak ditemukannya semua korban hilang. Dampak lain dari banjir ini adalah kerusakan pada rumah dan bangunan vital. Tercatat hingga akhir bulan September lebih dari seribu tujuh ratus unit rumah mengalami kerusakan mulai rusak ringan hingga sedang. Fasilitas vital yang juga turut menjadi korban adalah rumah sakit, dimana karena terendam banjir beberapa peralatan elektronik maupun yang bukan mengalami kerusakan dengan taksiran kerugian mencapai 2.8 M. Lebih dari 40 sekolah mengalami kerusakan yang menyebabkan 2 ribuan peserta didik terkendala dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa sekolah terpaksa diliburkan karena sekolah mereka Kehutanan untuk melakukan penataan hulu Sungai Cimanuk melalui konservasi tanah dan air serta penataan ruang yang betul. Kondisi DAS Cimanuk yang rusak berkontribusi menyebabkan banjir bandang. Sementara itu, pembetonan sisisisi Sungai Cimanuk yang rusak sedang dalam perbaikan saat ini.Presiden Jokowi juga menginstruksikan pembuatan dua tower rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Terkait dengan ini masyarakat terdampak setuju dengan rencana relokasi tersebut. Banjir ini merupakan banjir yang cukup parah yang pernah melanda Garut. Alih fungsi lahan dan semakin berkurangnya ruang hijau serta resapan air mengindikasikan bahwa air hujan langsung mengalir ke sungai. Kejadian ini berakibat pada ketidakmampuan sungai dalam menampung air karena volume air yang jauh lebih besar dari pada kapasitas maksimal sungai. Banjir ini meurpakan pembelajaran bagi semua bahwa perusakan hulu sungai dapat berdampak menimbulkan banjir parah di kemudian hari terutama di sepanjang aliran sungai dan diperparah dengan tata guna lahan yang kurang tepat. Penyusun : Pusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jl. Pramuka Kav. 38 Kode Pos 13120 Lt. 11-12 www.bnpb.go.id [email protected] P.3 Infografis Kejadian Bencana (September 2016) BNPB Tercatat pada bulan September 2016 telah terjadi lebih dari 180 kali bencana dan menyebabkan 83 jiwa meninggal dan hilang. Secara komulatif sebanyak 124 ribu orang menderita dan mengungsi akibat bencana yang telah mengakibatkan 3.638 rumah mengalami kerusakan. Tanah Longsor menjadi bencana dengan intensitas paling sering terjadi sedangkan Banjir merupakan bencana yang paling banyak menelan korban dibandingkan dengan bencana lainnya yaitu 57 korban jiwa. Rekapitulasi Kejadian Bencana Periode: Januari-September 2016 1.691 kejadian bencana Menderita dan Mengungsi 2.211.281 jiwa Peta Kejadian Bencana Bulan September 2016 9 Meninggal dan hilang 341 jiwa 13 2 5 3 1 25.383 Rumah rusak 52 7 2 4.494 1 1 2 9 2 1 2 2 2 1 6 2 Jumlah kejadian 5 32 <3 3-5 >5 62 17 6 4.031 unit 1 1 2 Rumah Rusak Sedang 1 unit 16.858 Rumah Rusak Ringan 1 Perbandingan Jumlah Kejadian Bencana Bulan Januari - September Periode Tahun 2006 - 2016 36 1 1 6 unit Rumah Rusak Berat 2 400 350 300 250 Data Kejadian Bencana Bulan September 2016 Jumlah Korban Meninggal & Hilang Banjir 10 20 30 40 50 Banjir; 69% 80 2015 2016 0 Tanah Longsor 20 BANJIR TANAH LONGSOR BANJIR DAN TANAH LONGSOR Sumber: www.dibi.bnpb.go.id per tanggal 1 September 2016 Website: www.bnpb.go.id PUTING BELIUNG GELOMBANG PASANG/ABRASI FB: infoBNPB Puting Beliung Rumah Rusak Berat Tanah Longsor Rumah Rusak Sedang Twitter: @BNPB_Indonesia Banjir dan Tanah Longsor Gelombang pasang/abrasi Rumah Rusak Ringan IG: @BNPB_Indonesia 2015 Juli Agustus Juni April Maret Jan Feb Mei 2016 September Banjir September 0 Juli 0 Jan Tanggal Pembuatan: 01/10/2016 70 2014 60 500 31 60 2013 40 853 51 0 Puting Beliung Agustus 47 68 2012 80 1000 4,250 Tanah Longsor 2011 100 12,082 Puting Beliung 2010 120 10 Banjir 2009 140 1500 106,848 Kebakaran Hutan dan Lahan 2008 2000 Tanah Longsor; 22% 6 2007 Perbandingan Kejadian Bencana Banjir, Tanah Longsor, Puting Beliung Bulan Januari - September 2015 dan 2016 2500 731.049 50 2006 Mei Banjir dan Tanah Longsor Puting Beliung; 7% diakibatkan oleh Gempabumi 100 Juni Banjir dan Tanah Longsor; 2% 5 86.1% 150 April Gelombang pasang/abrasi 83 jiwa 53.6% diakibatkan oleh Banjir Feb 187 kejadian Persentase Kerusakan Rumah Persentase Korban yang Menderita & Mengungsi Maret Jumlah Kejadian Bencana 200 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept