HALAMAN PENGESAHAN USUL PENGABDIAN MASYARAKAT 1. Judul 2. Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIK d. NIDN e. Jabatan Struktural f. Jabatan Fungsional g. Fakultas/ Jurusan h. Pusat Penelitian i. Alamat Kantor j. Telepon/ Faks k. Alamat Rumah l. Telepon/ Faks/ Email Pembantu Pelaksana 3. Bentuk Kegiatan 4. Jangka Waktu Pengabdian 5. Pembiayaan Jumlah yang diajukan : Membangun Karakter melalui Kesantunan Berbahasa : : : : : : : : : : : : : Drs. Zainal Arifin, M.Hum. Laki-laki 855 0620056301 Sekprodi PBSID Asisten Ahli Keguruan dan Ilmu Pendidikan/ PBSID UMS Jalan A. Yani, Tromol Pos I, Kartasura, Surakarta (0271) 717417/ 715448 Mangkubumen Ngadirejo Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah 081 329 571 008/ [email protected] 1. Madarina (NIM: A310100209) 2. Rita (NIM: A310100211) Ceramah dan diskusi 4 bulan (September – Desember 2013) : Rp 1.852.500,oo : : Surakarta, September 2013 Mengetahui: Dekan FKIP Ketua Dra. Nining Setyaningsih, M.Si. NIK 403 Drs. Zainal Arifin, M.Hum. NIK 855 Menyetujui Ketua LPPM Prof. Dr. Harun Joko Prayitno NIP 196504281993031001 1 MEMBANGUN KARAKTER MELALUI KESANTUNAN BERBAHASA ABSTRAK Zainal Arifin, Madarina, Rita Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] Belakangan ini, melalui informasi atau berita dari berbagai media (cetak atau elektronik) ungkapan bahasa tidak santun seperti mengejek, mengumpat, merendahkan orang lain dan menyombongkan diri seringkali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Yang lebih memprihantikan adalah ungkapan yang demikian ini dilontarkan oleh para figure yang menjadi panutan masyarakat luas. Dampak karakter ini dapat berpengaruh buruk pada pemuda-pemudi yang masih relatif muda usianya. Mereka akan meniru perilaku buruknya dan yang memprihantikan adalah mereka akan meingimplikasinnya dalam kehidupan nyata. Oleh karenanya, perlu adanya penanamna nilai-nilai karakter pada mereka melalui Pengabdian Masyarakat yang berjudul: Membangun Karakter melalui Kesantunan Berbahasa, yang tujuan akhirnya kegiatan ini dapat untuk mendukung para pemuda–pemudi semakin lebih berkarakter, khususnya dalam berperilaku melalui kesantunan berbahasa. Katakunci: karakter, kesantunan berbahasa 2 A. Latar Belakang BERBUDI LUHUR, BERBUDI HALUS, dan BERBAHASA SANTUN merupakan ungkapan bangsa Indonesia untuk mewujudkan keharmonisan hidup berdampingan antarwarga Indonesia. Antara satu warga dengan warga lainnya saling bahu-membahu untuk bersama-sama menciptakan kenyamanan dan ketenteraman dengan secara khusus memposisikan diri kita sebagai makhluk khalifah Allah yang taat dengan syariat yang bersumber dari Wahyu Quran dan Sunah Rosulullah. Namun demikian, apa yang seringkali terjadi pada bangsa kita belakangan ini? Kita seringkali disuguhi dengan berita-berita media tentang keanekaragman kejadian yang sebenarnya tidak kita inginkan. Perkelaihan antar warga sulit dihindari. Saling mengumpat dan mengejek antarwarga seolah-olah telah menjadi kebiasaan mereka dan bahkan terjadi pembunuhan warga yang hanya dikaranekan kesalahpahaman berkomunikasi. Ungkapan sarkasme telah menjadi media untuk mengungkapkan emosional mereka. Rasa saling menghormati antarwarga seolah-seolah telah terkikis dari kepribadian budaya bangsa kita, yang sebenarnya penuh dengan nilai-nilai luhur yang semestinya kita lestarikan bersama. Rasa santun dalam berbahasa tidak lagi merefleksikan jiwa budaya bangsa Indonesia. Kondisi yang demikian ini akan dapat terjadi secara berlarut-larut bahkan sulit untuk dihindari seandainya tidak ada upaya bersama antar pihak-pihak yang terkait, misalnya antara akademisi dan masyarakat. Peran akademisi sebagai figure yang berilmu bertanggung jawab menanamkan perilaku berbahasa santun untuk menyadarkan dan mencegah masyarakat untuk menghindari penggunaan bahasa yang tidak mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Secara tidak langsung, hal ini dikarenakan berbahasa santun merupakan salah satu media untuk mewujudkan menimbulkan rasa hormat dan meninggikan martabat pada orang yang sedang kita sapa dan orang yang sedang kita libatkan dalam penuturan. Berbahasa santun menurut kaidah yang berlaku dalam komunitas inilah merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk mewujudkan ketenteraman, kenyamanan, dan keharmonisan hidup antarwarga karena satu sama lain merasa saling dihormati (honor) dan ditinggikan martabatnya. 1. Pengertian Karakter Istilah karakter dapat diartikan sebagai watak, sifat, watak. Menurut Hornby (1987: 140) character is mental or moral nature, mental or moral qualities …“ Karakter berkaitan 3 dengan sifat moral atau kualitas moral; karakter berkaitan dengan perilaku baik atau buruk seseorang. Perilaku baik atau buruk dapat dinilai dengan cara seseorang berbicara atau menggunakan bahasa, yaitu apakah orang itu mampu berbahasa santun atau tidak. Kamisa (dalam pustaka.pandani.web.id/2013/.../pengertian-karakter.h) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian, atau berbudi pekerti. Dengan merujuk pada pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter merupakan perilaku yang menekankan nilai baik atau buruk sifat moral atau kualitas moral dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana seseorang dapat mematuhi tatanan atau aturan yang berlaku dalam komunitas tertentu. Semakin perilaku seseorang sejalan dengan aturan berarti semakin tinggi kualitas moralnya; sebaliknya, semakin perilaku seseorang melanggar tatanan atau aturan berarti semakin rendah kualitas moralnya. Kualitas moral yang tinggi akan mampu mendukung terwujudnya kenyamanan, ketenteraman, dan keharmonisan hidup bersama; sebaliknya, kualitas moral yang rendah akan berpengaruh terhadap terwujudnya ketidaknyamanan, ketidaktenteraman, dan ketidakharmonisan hidup bersama di lingkungan masyarakat. 2. Kesantunan Berbahasa a. Definisi Bahasa Istilah bahasa dapat diartikan sebagai lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa adalah percakapan atau (perkataan), tingkah laku yang baik, sopan santun: baik budinya menunjukkan bangsa, budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan). Definisi lain tentang bahasa adalah sebagai berikut: Language as a system of communication that enables humans to cooperate. This definition stresses the social functions of language and the fact that humans use it to express themselves, and to manipulate things in the world. This view of language is associated with the study of language in a functional or pragmatic framework, also in socio-linguistics and linguistic anthropology (en. wikipedia. Org/ wiki/ Language). 4 Bahasa dapat berarti: pertama adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Dalam kehidupan sehar-hari, manusia seringkali menggunakan bahasa untuk berinteraksi satu sama lain. Secara tradisional dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau sebagai alat komunikasi, dalam arti bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi, perasaan, gagasan, ataupun konsep (eprints.uny.ac.id/9437/2/bab%201-08201241013.pdf) Sebagai media komunikasi antaranggota masyarakat yang memungkinan manusia bekerjasama dan berinteraksi, bahasa dapat dikatakan sebagai media vital untuk mengarungi hidup antaranggota masyarakat. Dengan kevitalan bahasa ini, dapat dinyatakan bahwa bahasa dapat digunakan sebagai fasilitator untuk melangungkan kehidupan sehari-hari dengan dengan efektif dan efisien. Dengan kata lain, tanpa kehadiran bahasa dalam kegiatan sehari-hari, interaksi dan kerjasama antaranggota masyarakat kan terhambat, yang akhirnya tujuan aktivitas mereka tidak akan dapat terwujud secara optimal. b. Kesantunan Berbahasa Kandungan makna ungkapan lidah lebih tajam daripada pedang nampak tepat. Secara lebih jauh, makna ungkapan tersebut mengingatkan pada semua pengguna bahasa agar mereka berbahasa dengan memperhatikan kemampuannya berbahasa. Kemampuan berbahasa dibedakan menjadi lima kemampuan (skill), yaitu kemampuan menyimak (listening skill), kemampuan berbicara (speaking skill), kemampuan membaca (reading skill), dan kemampuan menulis (writing skill). Kemampuan menyimak terkait dengan kemampuan penerima (audiens) pesan berupaya memahami makna bahasa lisan yang disampaikan oleh penutur. Kemampuan membaca berarti penerima (pembaca) pesan berupaya memahami makna bahasa tulis 5 yang disampaikan oleh penulis. Kemampuan berbicara berkaitan dengan pengirim pesan menggunakan bahasa lisan. Kemampuan menulis berarti pengirim pesan menggunakan bahasa tulis. Kemampuan berbahasa mengindikasikan bahwa penutur semestinya mampu menggunakan bahasa menurut kaidah tatabahasa yang berlaku. Selain itu, penutur seharusnya mampu menggunakan bahasa tersebut menurut aturan atau tatanan budaya bahasa yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. Dua aspek inilah yang akan menciptakan manusia (penutur) mampu berbahasa santun. Istilah santun berarti halus dan baik (budi bahasanya dan tingkah lakunya), sabar, tenang dan sopan; penuh rasa belas kasihan suka menolong. Karakter baik atau buruk seseorang dapat diukur dari kesantunannya berbahasa. Misalnya, bagaimana seseorang sedang menyampaikan pesan, informasi, atau gagasan secara lisan atau tulis dapat diketahui karakternya apakah baik atau buruk. Kesantunan bahasa ini dapat merujuk pada kepatuhannya dalama mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam budaya bermasyarakat. Selain itu, kesantunan berbahasa dapat mengacu pada pilihan kata atau ungkapan yang digunakan dalam berkomunikasi antaranggota suatu komunitas. Misalnya dalam menyapa seseorang, apakah pengguna bahasa menggunakan pilihan kata yang tepat: seperti saudara, anda, bapak, ibu, pak atau bu. Pilihan kata ini sangat bergantung pada budaya suatu komunitas tertentu. Ketidaktepatan pemilihan kata sapaan yang dianggap tidak santun dapat menyebabkan konflik, sakit hati, tidak merasa dihormati, dan merendahkan martabat antara kedua belah penutur, yang akhirnya dapat merenggangkan keharmonisan kehidupan mereka dan bahkan kemandekan berinteraksi atau berkomunikasi. Berbahasa santun merupakan perilaku yang semestinya diperhatikan oleh anggota-anggota dalam suatu komunitas. Berbahasa santun tidak sekadar memperhatikan kebenaran struktur kalimat dan aspek-aspek linguistik lainnya seperti bagaimana menyusun frasa atau klausa menurut kaidah tatabahasa yang berlaku. Berbahasa santun juga berarti menggunakan bahasa dengan budi bahasa yang halus, nilai rasa yang baik, penuh kesopanan, dan saling menghormati serta berusaha 6 menghindari konflik antara penutur dengan lawan tuturnya. Ketika berkomunikasi dengan lawn tutur, penggunaan bahasa seperti ungkapan yang bernilai mengejek, mengumpat, memfitnah, merendahkan orang lain, kata-kata sarkasme, dan menyombongkan diri sebaiknya dihindari. Menurut Santosa (dalam bahasa.kompasiana.com/.../santun-berbahasa- indonesi), hal-hal yang dihindari dan sebaiknya jangan dilanggar dalam berkomunikasi dipaparkan seperti berikut ini. Janganlah memalukan, menghina, dan merendahkan lawan berbicara sehingga tersinggung dan sakit hati. Jangan menyombongkan, membanggakan, dan memuji diri sendiri dihadapan lawan berbicara. Jangan menunjukkan perasaan senang terhadap penderitaan, kemalangan, dan musibah yang dialami orang lain. Janganlah menyatakan ketidaksetujuan atau ketidaksepakatan Anda dengan lawan berbicara. Secara lebih jauh Santosa menyatakan, hal-hal yang seharusnya dilakukan ketika berkomunikasi adalah sebagai berikut: Berusaha membuat lawan berbicara senang. Berusaha memberi pujian kepada lawan berbicara. Menunjukkan persetujuan kepada lawan berbicara. Menggunakan kosakata yang secara sosial budaya terasa lebih santun dan sopan. Menggunakan kata “mohon” atau “maaf” untuk meminta bantuan, memerintah, atau melarangnya. Menggunakan kalimat tidak langsung dalam menyuruh. Dengan demikian, tuturan dalam bahasa secara umum dapat dikatakan santun seandainya penutur menggunakan kata kata yang santun, yaitu tuturannya tidak mengandung ejekan secara langsung, menghormati orang lain. 7 tidak memerintah secara langsung, dan c. Pondasi Bangunan Karakter Berpijak pada pandangan bahwa karakter berarti perilaku baik atau buruk seseorang, pondasi bangunan karakter dapat berupa bahasa, yaitu kesantunan berbahasa. Berkaitan dengan kesantunan berbahasa, Allah swt berfirman dalam Qs. AlBaqarah, [2] 263 (Suara Muhammadiyah, 2014: 43): Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan kata-kata yang menyakiti. Perkataan yang baik adalah ungkapan santun, yaitu ungkapan yang antara lain mengandung rasa hormat dan menyebabkan lawan tutur merasa senang. Hal ini senada dengan dengan fungsi bahasa, yaitu sebagai media untuk berkomunikasi dengan sesama manusia, bekerjasama dengan sesama manusia, dan mengidentifikasi diri. Sebagai media komunikasi inilah, bahasa mampu mewujudkan interaksi dan kerjasama antaranggota suatu komunitas seandainya diringi dengan bahasa yang santun. Penerapan pembentukan karakter yang dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang arif atau santun yang dilakukan di sekolah negeri Amerika Serikat yang dinamakan dengan Project Wisdom yang sepenuhnya difokuskan pada pendidikan pembentukan karakter menunjukan hasil yang optimal. Dengan motto “helping students make wiser choices” program ini berpusat pada pesan singkat (on short message) berupa kata-kata santun yang dipajang di berbagai tempat di lingkungan belajar. Siswa diharapkan menerapkan pesan tersebut dalam kehidupan nyata (encik-s-i- fib08.web.unair.ac.id/artikel_detail-38514-U). Kesantunan berbahasa mendapatkan perhatian oleh bangsa Amerika. Bangsa Amerika mengakui bahwa pondasi pembangun karakter dapat difasilitasi dengan media kesantunan bahasa. Interaksi dan kerjasama antarwarganya dapat berlangsung dengan efisien dan efektif dengan mengedepankan penerapan tuturan bahasa yang santun. Di samping itu, pendidikan karakter yang mampu menanamkan nilai-nilai yang berkualitaskan mental dan moral yang baik, penutur harus memperhatikan ”kesantunan” ketika berbahasa. diungkapkan dalam berbahasa Norma, peraturan, semestinya ketentuan-ketentuan dipatuhi oleh para yang penutur (ejurnal.fip.ung.ac.id/index.php/PDG/article/.../44/41). Pembangunan karakter yang kuat dapat dilakukan melalui pendidikan (formal, informal, dan nonformal) dengan 8 menekankan materi pengetahuan dalam bahasa yang santun. Dengan demikian, berbahasa tidak sekadar menyampaikan pesan, informasi, dan gagasan melainkan juga memperhatikan norma dan aturan yang berlaku dalam suatu komunitas. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya bahasa untuk memperkuat karakter yang diterima di lingkungan komunitas. B. Tujuan Kegiatan Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu dari tiga Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa Institusi Pendidikan Tinggi (khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta) melalui tenaga edukatifnya memiliki tanggaung jawab untuk menyebarluaskan ilmu dan pengetahuan dan membantu masyarakat luas untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupinya. Oleh karenanya, kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter melalui kesantunan berbahasa. Dengan kegiatan inilah, diharapkan para peserta memiliki bekal pengetahuan yang lebih luas untuk ikut serta menjaga keharmonisan, ketenteraman, dan kenyamanan hidup bersama dalam komunitasnya. C. Khalayak Sasaran Belakangan ini, melalui informasi atau berita dari berbagai media (cetak atau elektronik) ungkapan mengejek, mengumpat, merendahkan orang lain dan menyombongkan diri seringkali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Yang lebih memprihantikan adalah ungkapan yang demikian ini dilontarkan oleh para figure yang menjadi panutan masyarakat luas. Dampak karakter ini dapat berpengaruh buruk pada para remaja yang relatif muda usianya. Remaja ini akan meniru perilaku buruk mereka dan yang memprihantikan adalah mereka akan meingimplikasinnya dalam kehidupan nyata. Selain itu, dampak dari ungkapan yang demikian ini menyebabkan rendahnya saling menghormati antara satu dengan lainnya, perkelaihan, permusuhan, rasa sakit hati dan bahkan pembunuhan yang akhirnya mereka sendiri mengalami kerugian dan penyesalan yang mendalam. Salah satu solusi atas kondisi yang demikian ini adalah menerapkan kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi. 9 Kesantunan berbahasa merupakan pijakan bagaimana semestinya penutur dan lawan tuturnya menjalin interaksi dan kerjasama yang dapat berlangsung secara terus-menerus. Kesantunan berbahasa dapat dikatakan sebagai indikasi terwujudnya, keharmonisan, kenyamanan, dan ketenteraman hidup bersama antaranggota komunitas. Hal ini sangat penting karena kegiatan sehari-hari tidak akan mampu berjalan dengan baik tanpa mengedepankan komunikasi antara penutur dengan lawan tuturnya yang pada diri mereka tanpa melekat karakter yang berbudi bahasa santun. Secara teoritis, membangun karakter melalui kesantunan berbahasa merupakan suatu langkah untuk menanamkan dan memperkuat nilai-nilai karakter yang semakin rapuh di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Penanaman dan penguatan nilai karakter inilah perlu dikomunikasikan secara langsung pada para generasi (pemuda-pemudi) agar mereka memahami dampak buruk atas perilaku mereka yang menyimpang dari kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi. Terkait dengan uraian tersebut, maka kegiatan Pengabdian Masyarakat dalam bentuk ceramah ini akan berlangsung dengan mengundang muda-mudi yang bergabung dalam Ikatan Muda-Mudi Mangkubumen Ngadirejo Kartasura Sukoharjo. Selain itu, kegiatan ini akan mengundang Ketua Pemuda dan Ketua RT setempat serta pengurusanya. Dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait, diharapkan mereka dapat menyebarluaskan hasil kegiatan ini pada masyarakat luas khususnya warga desa tersebut, yang tujuan akhirnya adalah untuk mendukung para pemuda–pemudi semakin lebih berkarakter, khususnya dalam berperilaku melalui kesantunan berbahasa. Daftar Pustaka encik-s-i-fib08.web.unair.ac.id/artikel_detail-38514-U ejurnal.fip.ung.ac.id/index.php/PDG/article/.../44/41 en. wikipedia. Org/ wiki/ Language eprints.uny.ac.id/9437/2/bab%201-08201241013.pdf Kamisa (dalam pustaka.pandani.web.id/2013/.../pengertian-karakter.h). Hornby, AS. 1987. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English: Oxford University Press. Greeat Britain. Santoso, Puji. bahasa.kompasiana.com/.../santun-berbahasa-indonesi 10